“KELOMPOK 3”
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............
Bagian A : ......................
1. Mengidentifikasi teknik bermain musik tradisional
2.mengidentifikasi gaya bermain musik tradisional
3.membandingkan teknik dan gaya bermain musik tradisional
4.mengkomunikasikan teknik dan gaya bermain musik tradisional
Bagian B : ...................
1.sejarah dan perkembangan kesenian calung
2.tokoh kesenian calung
3.unsur unsur dari kesenian calung (alat, baha, cara mebuatnya)
4.bentuk penyajian kesenian calung
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ALLAH SWT kami panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Seni
Budaya.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan,baik dari segi isi,penulisan maupun kata-kata yang digunakan.Oleh
karena itu,segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan bagi
kami dalam membuat makalah selanjutnya, akan kami terima dengan senang hati.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya,tiada gading yang tak retak,meskipun dalam penyusunan
makalah ini kami telah mencurahkan kemampuan, namun kami sangat
menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh darii sempurna dikarenakan
keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan kami. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini dapat memenuhi syarat proses kegiatan belajar kami dalam
mata pelajaran ilmu Seni Budaya dan apabila terdapat kejanggalan-kejanggalan
dalam penyusunan makalah ini. Kami mohon maaf dan sekali mengucapkan
terima kasih.
BAGIAN “A”
2. Tokoh
secara umum yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik
yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada masyarakat
Sunda di daerah Sindang Heula - Brebes, Jawa tengah, dan bisa jadi merupakan
pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun di Jawa Barat, bentuk
kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa Universitas
Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan
Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini
melalui kreativitasnya pada tahun 1961.
Menurut salah seorang perintisnya, Ekik Barkah, bahwa pengkemasan
calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami oleh bentuk permainan pada
pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh, gerak dan lagu dipadukan.
Menurut saksi hidup,Calung pertama kali dimainkan di Departemen Kesenian
UNPAD pada tahun 1962. Penabuh calung pertama Ekik Barkah (Fakultas
Sospol), penabuh kedua Hatoan Wangsasenjaya (Kang O'ang), Penabuh calung
ketiga Kanaka Poeradiredja (Kang Aka), Penabuh calung keempat Parmas
Hardjadinata (Kang Parmas). Pada tahun berikutnya mulailah berkembang lah
grup-grup calung di fakultas yang lain, diantaranya fakultas sastra dengan
berangotakan Kang Oding, Edi, Didi Suryadi. Fakultas Publisistik (tahun 1963)
beranggotakan Kang Yaya Dkk. Fakultas Pertanian UNPAD dikembangkan oleh
Toto Bermana Belli (angkatan 62), Tajudin Surawinata Dkk (angkatan 64),
Oman Suparman Dkk (angkatan 65), Bustomi Rosadi (angkatan 70 ?), Ganjar
Kurnia (angkatan 74).
Pemain calung Fakultas Pertanian UNPAD angkatan 1965, Adjen
Achmaddjen pemegang calung pertama (calung kingkin), IA Ruhiyat DK
pemegang calung kedua (calung panempas), Oman Suparman pemegang
calung ketiga (calung jongjong), Eppi Kusumah pemegang calung ke empat
(calung jongjrong), Sedangkan Hilmi Ridwan dan Hardi Suhardi di ikutsertakan
dalam permainan kaulinan urang lembur, semuanya dari fakultas pertanian
UNPAD.
Bila salah seorang pemain berhalangan hadir, penggatinya seperti
Endang Suganda (pengganti Adjen Achmaddjen atau IA Ruhiyat DK), Uca
Suwarsa dan Enip Sukanda (pengganti Oman Suparman atau IA Ruhiyat DK),
Zahir Jahri dan Ibing Kusmayatna (pengganti Eppi Kusumah).
Grup calung angkatan 1965 banyak dilibatkan dalam kegiatan
penyuluhan pertanian pada proyek Bimas SSBM (JABAR) antara lain mengisi
acara siaran pedesaan di RRI Bandung.
Selanjutnya bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung,
misalnya Layung Sari, Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga
dewasa ini bermunculan nama-nama idola pemain calung antara lain Tajudin
Nirwan, Odo, Uko Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso.
Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada
penambahan beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek, kacapi, piul
(biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur
vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan vokalis calung
terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.
3. Unsur unsurnya
Proses pembuatan calung memerlukan waktu hingga berbukan bulan bahkan
hitungan tahun. Proses pembuatan dimulai dari pemlihan bambu, biasanya
jenis awi tutul, wulung, atau awi temen paling sering digunakan. Setelah
ditebang bambu dikeringkan.
Langkah kerja :
1.potong bambu dengan ukuran 14 sampai 22 cm.
2.potong bilah bambu dari bagian luar ke dalam agar membuat sopakan pada tabungnya.
3.buat sedikit lubang di bagian kiri dan kanan awi.
4.siapkan tongkat awi sepanjang 35 cm untuk memasang semua tabung yang telah
dilubangi tadi.
5.kemudian potong awi sekitar 5 cm sebgai pegangan tangan, sediakan juga potongan
plastik untuk menhan awi.
6.haluskan semua komponen menggunakan amplas dan sambungkan satu persatu
7.setelah memasukan 4 dari 8 potongan awi lalu masukan pasangannya.
8.terakhir masukan potongan awi lainnya ,, calung siap dimainkan.
4. Bentuk penyajian
Pada perkembangannya, fungsi calung bergeser menjadi pengiring sebuah seni
pertunjukan yang bernama calungan. Perpaduan dalam mengkomposisikan
tabuhan gending, lagu, guyonan (lawakan) menjadi sebuah garapan musik
rakyat yang sangat digemari di seluruh lapisan masyarakat, khususnya di Jawa
Barat. Calung yang hidup dan dikenal masyarakat sekarang adalah calung
dalam bentuk penyajian seni pertunjukan, dengan mempergunakan waditra
yang disebut calung jingjing.