Anda di halaman 1dari 29

Pamong Budaya Ahli Muda

Adiyanto, S.Sn, MM

TINJAUAN TENTANG ALAT MUSIK GAMELAN

A. Pengertian Istilah Gamelan

Apabila ditinjau dari istilah kata-kata


(terminologi) Kata gamelan berasal dari bahasa
jawa gamel yang berarti memukul atau menabuh,
dapat merujuk pada jenis palu yang digunakan
untuk memukul instrumen, diikuti akhiran an yang
menjadikannya kata benda. Istilah karawitan
mengacu pada musik gamelan klasik dan praktik
pertunjukan, dan berasal dari kata rawit, yang
berarti rumit atau dikerjakan dengan baik. Kata ini
berasal dari kata bahasa Jawa yang berakar dari
bahasa Sanskerta, rawit, yang mengacu pada rasa
kehalusan dan keanggunan yang diidealkan dalam
musik Jawa. Kata lain dari akar kata ini, pangrawit,
berarti seseorang dengan pengertian demikian, dan
digunakan sebagai penghargaan ketika
mendiskusikan musisi gamelan yang terhormat.
Bahasa Jawa halus (krama) untuk 'gamelan' adalah
gangsa, dibentuk dari kata tiga dan sedasa (tiga
dan sepuluh) merujuk pada elemen pembuat

1
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

gamelan berupa perpaduan tiga bagian tembaga


dan sepuluh bagian timah. Perpaduan tersebut
menghasilkan perunggu, yang dianggap sebagai
bahan baku terbaik untuk membuat gamelan.
Gamelan yang berkembang di Jawa Timur,
sedikit berbeda dengan gamelan Jawa tengah,
Jogjakarta, Bali ataupun Gamelan Jawa Barat
(sunda). Gamelan Jawa Timur memiliki nada yang
lebih sigrak apabila dibandingkan dengan Jawa
Tengah dan Yogyakarta yang identik lembut,
Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Jawa
Barat (sunda) yang mendayu-dayu. Menurut
beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat
dari pengungkapan terhadap pandangan hidup
orang jawa pada umumnya. Sebagai orang jawa
harus selalu memelihara keselarasan kehidupan
jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam
berbicara dan bertindak. Oleh sebab itu, orang jawa
selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak
serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar
sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan
adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan

2
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

seimbang bunyi kenong, saron kendang dan


gambang serta suara gong pada setiap penutup
irama.
Berdasarkan Bentuk dan wujudnya Alat musik
gamelan dibagi menjadi tiga, yaitu bilah, pencon/
pencu dan bentuk lain selain bilah dan pencon/
pencu.
1. Alat musik gamelan yang berbentuk bilah,
antara lain :

a. Demung (bilah Logam)


b. Slenthem, (bilah Logam)
c. Saron Barung, (bilah Logam)
d. Saron Penerus, (bilah Logam)
e. Gender Barung, (bilah Logam)
f. Gender Penerus, (bilah Logam)
g. Gambang (bilah kayu)

2. Alat musik gamelan yang berbentuk pencon/


pencu, antara lain :

a. Kenong,
b. Kempul,

3
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

c. Gong Besar,
d. Gong Suwukan,
e. Bonang Barung,
f. Bonang Penerus,
g. Kethuk,
h. Kempyang,
i. Engkuk-Kemong.
j. Ponggang

2. Alat musik gamelan yang berbentuk lain selain


bilah dan pencon/ pencu, antara lain :

a. Siter
b. Rebab
c. Kendhang
d. Suling

B. Instrumen Gamelan Beserta Fungsinya

Instrumen Gamelan adalah suatu cara individu


yang berhubungan di dalam kelompok sosial.
Secara kebiasaan, instrumen gamelan hanya
dimainkan pada kesempatan tertentu seperti
upacara agama, upacara perayaan masyarakat

4
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

khusus, pertunjukan wayang, pertunjukan tari,


Ludruk dan sarana pertunjukan yang lainnya.
Gamelan juga menyediakan suatu mata pencarian
untuk banyak profesi seperti pengrawit,
waranggana, dalang, penari dan untuk para
pengrajin khusus yang membuat gamelan.
Berikut ini di uraiakan rincian gamelan beserta
fungsinya :

1. Rebab
Rebab adalah instrumen (ricikan)
gamelan yang bahan bakunya terdiri dari
kayu, kawat (string), semacam kulit yang tipis
untuk menutup lubang pada badan rebab
(babat), bagian rebab atau badan rebab yang
berfungsi sebagai resonator (bathokan),
rambut ekornya kuda yang berfungsi sebagai
alat gesek (kosok) namun untuk saat ini lazim
menggunakan senar plastik, dan kain yang
dibordir sebagai penutup bathokan. Cara
membunyikan rebab dengan cara digesek
dengan alat yang disebut kosok. Dalam sajian

5
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

karawitan rebab berfungsi sebagai pamurba


yatmoko atau jiwa lagu, rebab juga sebagai
pamurba lagu melalui garap melodi lagu dalam
gending-gending, melaksanakan buka atau
introduksi gending, senggrengan, dan
Pathetan agar terbentuk suasana Pathet yang
akan dibawakan. Rebab juga berfungsi untuk
mengiringi vokal yang dibawakan oleh ki
dalang. Utamanya pada lagu jenis Pathetan
dan Sendhon.

2. Kendang
Kendang adalah instrumen gamelan yang
bahan bakunya terbuat dari kayu dan kulit.
Cara membunyikan kendang dengan cara
dipukul dengan tangan (di-kebuk atau di-
tepak). Ukuran kendang Jawatimuran yang
dipakai dalam pedalangan terdiri dari 3 (tiga)
jenis kendang. Yakni kendang Gedhe, kendang
Penanggulan (tradisi Jawa Tengah dinamakan
ketipung), dan kendang Gedhugan (tradisi
Jawa Tengah dinamakan kendang ciblon atau

6
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

sejenis). Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan


kendang berfungsi sebagai pengatur atau
pengendali (pamurba) irama lagu/gending.
Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan
ritme gending-gending tergantung pada
pemain kendang yang disebut pengendang.
Hidup atau berkarakter dan tidaknya sebuah
lagu atau gending itu tidak terlepas dari
keterampilan serta kepiawaian seorang
pengendang dalam memainkan ukel atau
wiled kendangannya dalam mengatur laya
atau tempo. Mengingat begitu pentingnya
peranan ricikan kendang dalam tata iringan
karawitan, biasanya seorang dalang membawa
pengendang sendiri dalam setiap
pementasannya. Dengan membawa
pengendang sendiri seorang dalang akan lebih
mantab dalam menggelar pakelirannya. Para
dalang menganggap kendang adalah bagian
dari belahan jiwanya ketika ki dalang
menggelar pakelirannya. Seorang pengendang
bawaan dalang (gawan) biasanya sudah

7
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

memahami dengan baik selera atau keinginan


ki dalang. Ibarat pengemudi ia memahami
betul bagaimana selera tuannya.

3. Gender (barung dan penerus)


Gender merupakan bagian dari perangkat
ricikan gamelan yang bahan bakunya terbuat
dari logam perunggu, kuningan dan/atau besi.
Sedangkan bahan yang paling bagus adalah
yang terbuat dari perunggu. Gender dari
bahan perunggu selain tampilannya menarik,
bunyinya juga lebih bagus karena bahan
tersebut mampu menghasilkan suara yang
nyaring dan jernih bila perbandingan
campuran logamnya seimbang, yakni antara
tembaga dengan timah putih. Gender terdiri
dari rangkaian bilah-bilah yang di sambung
oleh tali yang disebut pluntur dan di topang
oleh sanggan yang terbuat dari bahan logam,
bambu, dan/ atau tanduk binatang (sungu)
yang telah dibentuk sedemikian rupa sehingga
terkesan serasi dan bagus. Untuk

8
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

menghasilkan bunyi atau suara yang bagus


dan tampilan indah, rangkaian bilah-bilah
gender diletakkan di atas rancakan yang
ditengah-tengah bagian bawahnya diberi
bumbung (bahan dari bambu) dan atau logam
(seng) yang berfungsi sebagai resonator.
Bentuk dan ukurannya diwujudkan sedemikian
rupa berdasarkan besar kecilnya bilah dan
ditambah dengan asesoris serta ukir-ukiran
pada rancaknya. Jumlah ricikan gender yang
ada dalam seperangkat gamelan ageng terdiri
dari 2 (dua) set, yakni Gender Barung (Babok)
dan Gender Penerus (Lanang). Adapun
larasnya terdiri dari gender laras Pelog yaitu
Pelog barang dan Pelog nem (dua rancak) dan
gender laras Slendro (satu rancak). Fungsi
gender khususnya dalam tata iringan
karawitan pakeliran gaya Jawatimuran adalah
sebagai panuntuning laras agar ki dalang tidak
kehilangan ngeng (suasana laras/nada dalam
Patet). Dan juga berfungsi sebagai pengiring
sulukan dalang ketika sedang membawakan

9
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Sendhon, Pathetan, Bendhengan, maupun


tembang. Di samping itu juga mempunyai
peranan untuk membangun suasana kelir
(adegan wayang yang sedang berlangsung),
ketika mengiringi janturan atau pocapan
melalui gadhingan yang di minta oleh dalang.
Dalam tata iringan pakeliran gaya
Jawatimuran peranan ricikan gender lanang
atau gender penerus sangat penting, karena
berfungsi sebagai penuntun atau membimbing
laras dalang dalam membawakan sulukan dan
melakukan buka atau introduksi pada sajian
gadhingan yang dikehendaki oleh dalang
melalui sasmita tertentu, biasanya dengan
dodogan mbanyu tumetes.

4. Bonang (barung dan penerus)


Bonang merupakan bagian perangkat
ricikan gamelan yang berbentuk pencon yang
ukurannya lebih kecil dari kenong. Bahan
bakunya bisa perunggu, kuningan, dan besi.
Dalam pengelompokan ricikan gamelan,

10
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

bonang termasuk dalam ricikan garap


ngajeng, selain ricikan gender, rebab, dan
kendang. Ricikan Bonang pada sajian
karawitan utamanya untuk menyajikan
gending-gending Bonangan atau Soran, dalam
tabuhan tradisi karawitan Jawatimuran adalah
penyajian gending-gending Giro dan Gagahan,
serta juga berfungsi sebagai instrumen
pembuka atau introduksi gending. Di dalam
seperangkat gamelan jumlah bonang ada 2 set
yakni satu set bonang berlaras Slendro terdiri
dari bonang barung (babok) dan bonang
penerus dengan jumlah pencon kurang lebih
12 bilah. Sedangkan laras Pelog dalam satu
set terdiri dari boning barung dan bonang
penerus, dengan jumlah 14 bilah pencon.
Adapun teknik memainkan atau menabuh
bonang dengan cara dipukul dengan alat
pemukul khusus bonang. Teknik tabuhan
terdiri dari
a. Tabuhan pancer. Tehnik tabuhan pancer
pada bonang barung ini dipergunakan

11
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

dalam gending-gending sak Cokro


Negoro, sak Samirah, sak Luwung. Serta
gending minggah pada gending sak
Jonjang, sak lambang dan gending
Gedhe lainnya. Untuk tehnik tabuhannya
nada yang ditabuh adalan nada diatas
nada dongnya, misalnya nada dongnya
adalah nada 5, berarti yang di tabuh oleh
bonang barung adalah nada atasnya
yaitu nada 6. nada atasnya, nada
(6)Gembyang yaitu cara memukul dua
nada bonang yang sama secara bersama
dengan jarak satu gembyang (oktaf).
Contoh nada 6 atas dengan 6 bawah
ditabuh secara bersama-sama.
b. Tabuhan Mbalung. Tehnik tabuhan
mbalung adalah tabuhan bonang barung
yang cara menabuhnya sama persis
dengan balungan.
c. Tabuhan gembyang/ kebyokan. Tehnik
tabuhan gembyang/ kebyokan adalah
cara menabuh bonang barung dengan

12
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

cara menabuh nada kecil dan nada besar


secara bersama-sama.
d. Tabuhan Bandrekan. Tehnik tabuhan
bandrekan pada bonang barung ini bisa
kita samakan dengan tehnik tabuhan
imbal pada tehnik tabuhan bonang
barung gaya Surakarta. Tehnik tabuhan
bandrekan pada karawitan gaya
jawatimuran biasanya dilakukan dalam
gending-gending yang mempunyai patet
wolu. Tehnik tabuhan bandrekan ini
biasanya dilakukan untuk mengiringi tari
remo ketika si penari sedang
melantunkan lagu yang dinamakan
gandangan dalam irama rangkep.
e. Tabuhan Glendengan. Tehnik tabuhan
glendengan pada bonang barung ini
dipergunakan untuk mengawali gending-
gending yang buka awal menggunakan
instumen bonang barung, gending-
gending tersebut adalah gending Giro
dan gending Gagahan. Sehingga sebelum

13
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

gending Giro dan gending Gagahan


mengawali buka, maka bonang barung
akan membunyikan glendengan terlebih
dahulu.
f. Tabuhan Klenangan. Tehnik tabuhan
klenangan pada bonang barung ini
biasanya dilakukan bersama dengan
penabuh bonang penerus. Untuk tehnik
tabuuhan klenangan ini biasanya
digunakan untuk gending Giro Corobalen.
Dalam sajian gending Giro Corobalen
nada yang digunakan adalah nada 5 6 1
2 , jadi untuk penabuh bonang barung
menabuh 5 6 sedangkan penabuh
bonang penerus menabuh 1 2

5. Slentem
Slentem adalah bagian ricikan gamelan
yang berbentuk bilah seperti gender, namun

14
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

ukurannya lebih besar yaitu panjang dan


lebarnya. Jumlah slentem dalam satu
perangkat gamelan ada 2 rancak yakni
slentem laras Slendro dan slentem laras Pelog.
Teknik tabuhan ricikan slentem dalam tata
iringan karawitan terdiri dari mbalung,
gemakan, paparan, dan pinjalan. Khusus
teknik tabuhan slentem yang dinamakan
gemakan dan paparan adalah yang ada pada
sajian karawitan gaya Jawatimuran. Dalam
tata sajian karawitan slentem berfungsi
sebagai pamangku lagu.

6. Demung
Demung merupakan bagian ricikan
gamelan berbentuk bilah seperti saron tetapi
ukurannya lebih besar, berfungsi sebagai
pamangku lagu dalam sajian karawitan dan
juga untuk tabuhan balungan gending. Dalam
satu set gamelan jumlah demung minimal ada
2 rancak yakni demung laras Slendro dan
demung laras Pelog. Dewasa ini dalam satu

15
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

perangkat gamelan ageng jumlah instrument


demung sering lebih dari satu set.
Penambahan jumlah perangkat ini bertujuan
ganda yaitu untuk membuat suasana tabuhan
lebih ramai atau regeng, sehingga tujuan yang
ingin di capai dalam penataan iringan bisa
terwujud. Pada sisi yang lain, penambahan
jumlah instrumen juga untuk menampilkan
kesan kolosal atau semarak, sehingga semakin
menarik penonton.

7. Saron
Saron merupakan bagian ricikan gamelan
berbentuk bilah dengan ukuran lebih kecil dari
pada demung. Untuk iringan pakeliran wayang
kulit Jawatimuran, minimal terdiri dari 2 set
saron Slendro dan 2 set saron Pelog. Jumlah
bilah saron Slendro untuk wayangan
Jawatimuran ada 9 bilah, dengan urutan bilah
nada di mulai dari nada 6 (nem) rendah atau
ageng sampai dengan nada 3 (lu) tinggi atau
alit. Dalam pedalangan Jawatimuran peranan

16
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

saron sangat dominan, karena saron sebagai


pembuat lagu atau melodi, terutama untuk
bentuk gending-gending Ayak, Gedog Rancak,
Krucilan, dan Gemblak/Alap-alapan. Posisi
keberadaan saron di lihat dari aspek fungsinya
dalam iringan pedalangan Jawatimuran bisa
dikategorikan dalam kelompok ricikan garap,
karena ricikan saron memiliki berbagai macam
cengkok sekaran atau kembangan sesuai
dengan Patetnya. Dan sebagai tanda (tengara)
bahwa tabuhan akan berganti Pathet,
misalnya di dalam wayangan semalam suntuk
ketika suasana Patet Wolu akan berubah ke
Patet Sanga, maka kembangan atau cengkok
saronan gending ayak Wolu menggunakan
pancer 3 (lu). Adapun teknik tabuhannya
meliputi teknik tabuhan mbalung, imbal, dan
kintilan yaitu khusus teknik tabuhan gaya
Jawatimuran.

17
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

8. Saron Penerus (peking)


Saron penerus atau peking merupakan
bagian ricikan gamelan berbentuk bilah yang
ukurannya lebih kecil dari pada ricikan saron.
Dalam sajian karawitan bebas atau klenengan
atau iringan pakeliran khususnya gaya
Jawatimuran saron penerus atau peking
berfungsi sebagai timbangan, artinya
mengimbangi bonang penerus dalam
membuat melodi lagu, sehingga pengrawit
menyebut teknik tabuhan saron penerus
dengan sebutan teknik tabuhan timbangan.

9. Ketuk dan Kenong


Ketuk dan kenong merupakan bagian
ricikan gamelan berbentuk pencon. Dalam
sajian karawitan bebas atau klenengan
maupun karawitan iringan, kenong dan ketuk
berfungsi sebagai ricikan pamangku irama.
Teknik memainkan ketuk dan kenong dengan
cara dipukul dengan alat pemukul yang
disebut tabuh. Adapun teknik tabuhannya

18
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

meliputi teknik tabuhan nitir, yaitu teknik


tabuhan kenong yang dalam satu sabetan
balungan terdapat dua pukulan (tutukan) atau
pukulan dua kali, misalnya tabuhan kenong
pada gending sampak, teknik tabuhan
ngedongi, plesetan, dan teknik kenong
goyang.

10. Kempul dan Gong


Kempul dan Gong merupakan bagian
ricikan gamelan berbentuk pencon. Rangkaian
instrumen gong terdiri dari kempul, gong
suwukan, gong berlaras Barang, dan gong
besar (ageng) yang ditata pada gayor yaitu
tempat untuk menggantung kempul dan gong.
Dalam sajian karawitan bebas dan iringan,
gong berfungsi sebagai pamangku irama
selain instrumen ketuk dan kenong.
Sedangkan dalam iringan pedalangan gaya
Jawatimuran berfungsi sebagai pemberi aksen
yaitu tekanan berat dalam tabuhan khususnya
adegan perang, terutama pada gending-

19
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

gending Ayak, Krucilan, Alap-alapan atau


Gemblak, dan Gedog Rancak.

11. Gambang
Gambang merupakan bagian ricikan
gamelan yang terbuat dari bahan kayu
berbentuk rangkaian atau deretan bilah-bilah
nada yang berjumlah dua puluh bilah. Cara
membunyikan gambang adalah dipukul
dengan tabuh khusus gambang. Fungsi
gambang dalam sajian karawitan sebagai
pangrengga lagu. Dalam satu perangkat
gamelan biasanya terdiri dari dua set
gambang dalam laras Pelog dan Slendro.

12. Siter (penerus dan clempung)


Siter merupakan bagian ricikan gamelan
yang sumber bunyinya adalah string (kawat)
yang teknik menabuhnya dengan cara di petik.
Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan
warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter,
siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada

20
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

siter), dan clempung (ukurannya lebih besar


dari pada siter). Dalam sajian karawitan
klenengan atau konser dan iringan wayang
fungsi siter sebagai pangrengga lagu.

13. Kempul dan Gong


Jenis instrumen gamelan lainnya yang
juga berfungsi sebagai pangrengga lagu
adalah suling. Instrumen ini terbuat dari
bambu wuluh atau paralon yang diberi lubang
sebagai penentu nada atau laras. Pada salah
satu ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang
melekat di bibir diberi lapisan tutup dinamakan
jamangan yang berfungsi untuk mengalirkan
udara sehingga menimbulkan getaran udara
yang menimbulkan bunyi atau suara Adapun
teknik membunyikannya dengan cara di tiup.
Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua
jenis, yaitu bentuk suling yang berlaras
Slendro memiliki lubang empat yang hampir
sama jaraknya, sedangkan yang berlaras Pelog
dengan lubang lima dengan jarak yang

21
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

berbeda. Ada pula suling dengan lubang


berjumlah enam yang bisa digunakan untuk
laras Pelog dan Slendro. Untuk suling laras
Slendro dalam karawitan Jawatimuran apabila
empat lubang di tutup semua dan di tiup
dengan tekanan sedang nada yang dihasilkan
adalah laras lu (3), sedangkan pada karawitan
gaya Surakarta lazim dengan laras ro (2).

14. Ponggang
Ponggang dalam karawitan Jawatimuran
sudah sangat langka sekali, keberadaannya
sudah jarang digunakan lagi oleh seniman
karawitan Jawatimuran, ada narasumber yang
menyebutkan bahwa tehnik tabuhan
ponggang adalah tehnik tabuhan yang
dilakukan oleh slentem/ slento, akan tetapi
karena sudah jarang dibunyikan lagi maka
tehnik tabuhan ponggang sudah digantikan
oleh tabuhan slentem/ slento. sehingga untuk
keberadaan instrumen ponggang untuk saat
ini sudah tidak dipakai lagi oleh para seniman

22
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

karawitan Jawatimuran. Ada narasumber lain


yang mengatakan kalau tehnik tabuhan
ponggang hanya menabuh nada dong besar
saja atau dua kali tehnik tabuhan kenong
adalah satu kali tabuhan ponggang.

23
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

DAFTAR PUSTAKA

_________. 1967. Tetembangan, Surakarta: A.S.K.I.


Surakarta.
Djelantik, A.A.M. 2004. “Estetika Sebuah Pengantar”.
Bandung: Masyarakat seni Pertunjukan
Indonesia Bekerja sama Dengan Arti.
Djojokoesoemo, G.P.H. 1959. “Kesenian Selayang
Pandang”. Surakarta: Udan Mas
Fananie, Zainuddin. 2000. “Telaah Sastra”. Surakarta:
Muhammadiyah Universityperss.
Kartiman. 2018. “Fungsi Seni Karawitan dalam Kehidupan
Masyarakat Jawa”. Yogyakarta
Liliweri, Alo. 2003. “Makna Budaya Dalam Komunikasi
Antar Budaya”. Yogyakarta: LkiS.
Martopangrawit. 1975. “Pengetahuan karawitan I”.
Surakarta: ASKI Surakarta.
Murgiyanto, Sal. 2002. Kritik Tari Bekal & Kemampuan
Dasar. Jakarta: Ford Foundation & Masyarakat
Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).
Palgunadi, Bram. 2002. “Serat Kandha Karawitan Jawi”.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

24
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Pradjapangrawit, 1990. “Serat Sujarah Utawi Riwayating


Gamelan Wedhapradangga (Serat Saking
Gotek)”. Surakarta: STSI Surakarta kerjasama
dengan The Ford Foundation.
Prawiroatmojo, S. 1985. “Bausastra Jawa-Indonesia”.
Jakarta: P.T. Gunung Agung.
Riyadi, Slamet. 2013. Estetika Kendhangan Dalam
Karawitan Jawa. Gelar. 11(2) : 232-240.
Soedarso SP. (ed.). 1987. “Beberapa Catatan tentang
Perkembangan Kesenian Kita”. Yogyakarta: BP
ISI Yogyakarta.
Soedarsono, RM. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di
Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soekanto, Soerjono. 1990. “Sosiologi Suatu Pengantar”.
Jakarta: Rajawali Pers.
Soeroso. 1985. “Pengetahuan Karawitan” Laporan
Pelaksanaan Penulisan Buku/Diktat
Perkuliahan Institut Seni Indonesia
Yogyakarta, Yogyakarta: Proyek Peningkatan
Pengembangan Institut Seni Indonesia
Yogyakarta.

25
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Sugiyarto, A., et al. 1997. Gendhing-Gendhing Karya Ki


Nartosabda Jilid 4, Semarang: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukistono, Dewanto. 2014. “Pengaruh Karawitan
Terhadap Totalitas Ekspresi Dalang dalam
Pertunjukan Golek Menak Yogyakarta”
dalamRESITAL: JURNAL SENI PERTUNJUKAN,
Vol 15, No. 2- Desember 2014: 179-189.
Sumarsam. 2002. Hayatan Gamelan
Kedalaman
Sumarsam. 2003. “Gamelan Interaksi Budaya dan
Perkembangan Musikal di Jawa”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Supanggah, Rahayu. 2002. Bothekan Karawitan I.
Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia.
Suparno, T.S. 1990. ”Pemunculan dan Pengembangan
Karawitan Mangkunegara: Kronologi Peristiwa
Karawitan di Mangkunegaran 1757-1881”
(Tesis) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suyoto. 2016. Estetika Bawa Pada Karawitan Gaya
Surakarta. Resital. 16(1) : 36-51.

26
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Tasman, A. (1987). Karawitan tari, Sebuah pengamatan


tari gaya Yogyakarta, STSI: Surakarta.
Trimanto, 1984. “Membuat dan Merawat Gamelan”.
Yogyakarta: Depdikbud.
Trustho. 2005. Kendhang dalam Tradisi Tari Jawa.
Surakarta: STSI Press.

27
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

BIODATA PENULIS

Adiyanto dilahirkan di Semarang pada


tanggal 02 Juli 1982. Sejak kecil ia sudah
diajari oleh orang tuanya di bidang seni,
diantaranya, seni karawitan, pedalangan
dan seni tatah sungging wayang. Setelah
remaja Ia mematangkan ketrampilan olah
seninya di SMKN 8 Surakarta Jurusan
Karawitan pada tahun 1998, kemudian
melanjutkan kuliah di STSI Surakarta pada
tahun 2001 sampai semester 4 transfer ke
STKW Surabaya lulus pada tahun 2006.
Sejak tahun 2011 di angkat menjadi
Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Jawa Timur Bidang Budaya, Seni dan Perfilman. Kemudian pada
tahun 2015 diangkat sebagai Pamong Budaya Jawa Timur sampai
sekarang. Di sela-sela kesibukanya sebagai Pamong Budaya Ia juga
aktif sebagai seniman, baik pelaku seni, pengkarya seni dan
pemerhati seni. Aktif menulis baik di media elektronikm media massa
maupun media cetak.

PENGALAMAN BERKESENIAN

3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sabet pada Festival Dalang


dalam rangka Pekan Wayang se Jawa Timur tahun 1999 di
Surabaya. 3 (tiga) Dalang Penyaji Terbaik Bidang Sanggit Cerita
pada Festival Dalang dalam rangka Pekan Wayang se Jawa Timur
tahun 1999 di Surabaya. Sebagai Pengamat Daerah pada Parade
Lagu daerah Taman Mini “ Indonesia Indah” tahun 2011 mewakili
provinsi Jawa Timur. Menjadi salah satu pemusik dalam pertunjukan
Festival Kesenian Indonesia III tingkat Nasional tahun 2011 di
Surabaya. Menjadi Duta Seni mewakili Indonesia ke Ho Chi Mint City,
Vietnam pada tahun 2005. Komposer dalam Festival Gegitaan
tingkat Nasional pada tahun 2013 di Jogjakarta. Komposer Iringan
Tari Ganggasmara dalam acara Festival Tari Sakral tingkat Nasional
pada tahun 2013 di Jogjakarta. Juara 1 (satu) Komposer Iringan Tari
Kidung Kasanga dalam acara Festival tari Sakral tingkat Provinsi
Jawa Timur pada tahun 2014 di Sidoarjo. Komposer Iringan Tari

28
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020
Pamong Budaya Ahli Muda
Adiyanto, S.Sn, MM

Mandaragiri dalam acara melasti tingkat Provinsi Jawa Timur di


Surabaya. Komposer Iringan Tari Nawa Cita Negara Kertagama
dalam acara Mahasaba Tingkat Nasional pada tahun 2016 di
Surabaya. Menjadi Komposer pada Pembukaan Festival Seni Sakral
tahun 2019 dengan Judul “ Babar Sastra Pamucang” Juara Penata
Musik tradisional Terbaik pada Festival Seni Sakral Tingkat Nasional
Tahun 2019. Menjadi Ketua Lembaga Seni Keagamaan Provinsi Jawa
Timur, masa bhakti 2019-2023 Aktif menjadi Juri dan Narasumber d
berbagai kegiatan seni, seperti Macapat, Gegitan, Tari, Karawitan,
pedalangan dll.

BUKU YANG TELAH DITULISNYA

Djoko Langgeng Dan Wayang Kulit Karyanya. Balungan Gending


Jawa Timuran. Karawitan Jawatimuran. Pengetahuan Vokal
Jawatimuran. Campursari Sekar Melati. Profil Sekar Melati.
Kebudayaan Dalam Opini

29
Tinjauan Seni Karawitan/ 2020

Anda mungkin juga menyukai