Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kaya akan gaya dan bentuk seni pertunjukan. Keberagaman


tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jumlah penduduk yang besar,
etnik, agama, dan pengaruh dari budaya luar. Soedarsono (2002:8-117)
menggambarkan perkembangan seni pertunjukan Indonesia terdiri dari tujuh masa
yaitu: 1) masa pra sejarah, 2) masa pengaru Hindu, 3) masa pengaruh Islam, 4)
masa pengaruh Cina, 5) masa pengaruh barat, 6) masa kemerdekaan, 7) masa orde
baru dan globalisasi.

Pada masa kekuasaan Jepang, rakyat diperas dan dipaksa bekerja. Jepang
menggerakkan pekerja paksa yaitu Romusha. Mereka dipaksa bekerja di tengah
hutan, di tebing, pantai, sungai untuk membuat lapangan terbang dan kubu-kubu
pertahanan. (Abdul Irsan, 2009). Gandrang Bulo kesenian rakyat Sulawesi
Selatan merupakan seni pertunjukan yang berkembang pesat pada masa
kolonialisme sebagai media propaganda kepada masyarakat untuk melawan
penjajah. Gandrang Bulo salah satu aset yang mempunyai makna simbolik, fungsi
dan sebagai identitas kultural (kebudayaan) bagi masyarakat Gowa.

Soedarsono (2003) menguraikan bahwa James R. Brandon dalam bukunya


berjudul Theatre in Southeas Asia menjelaskan, bahwa pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20, ketika negara-negara Eropa dan Amerika Serikat masih
menguasai sebagian besar dari negara-negara di Asia Tenggara, para tokoh
nasionalis kerap kali menggunakan seni pertunjukan sebagai media untuk
membangkitkan semangat rakyat melawan penjajah

Tarian ini sering digunakan oleh seniman untuk mengeluarkan berbagai


macam uneg-uneg mengenai suatu hal, selain itu juga sering digunakan oleh
masyarakat untuk merespon kondisi sosial disekitarnya. Beberapa contoh cerita
yang sering dibawakan dalam tarian ini misalnya adalah mengenai kesulitan

1
masyarakat pinggiran dalam menghadapi oknum-oknum tertentu. Setiap penari
diharuskan memerankan beberapa karakter lucu, seperti orang idiot atau orang
kampung yang lugu, yang berhadapan dengan pemeran pejabat atau orang
berkuasa yang angkuh. Kritikan yang dimainkan oleh seniman Gandrang Bulo
terkadang begitu keras, tetapi dikemas dalam bentuk banyolan segar yang
mengundang tawa. Sampai saat ini Tari Gandrang Bulo masih menjadi salah satu
icon kesenian Makassar yang sering dipentaskan di beberapa acara..

B. Rumusan Masalah

1. Sejarah Gandrang Bulo?

2. Bagaimanakah Karakteristik Gandrang Bulo?

3. Bagaimanakah perkembangan Gandrang Bulo dari masa ke masa?

4. Bagaimanakah Eksistensi Gandrang Bulo dewasa ini?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan Sejarah Gandrang Bulo

2. Mendeskripsikan Karakteristik Gandrang Bulo

3. Mendeskripsikan Perkembangan Gandrang Bulo dari masa ke masa

4. Mendeskripsikan Eksistensi Gandrang Bulo

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Gandrang Bulo

Kata gandrang bulo sendiri berasal dari dua kata, yaitu gandrang yang
berarti tabuan atau pukulan dan bulo yang berarti bambu. Gandrang Bulo,
kesenian rakyat yang menggabungkan unsur musik, tarian dan dialog kritis yang
kocak. Perkembangannya terdiri dari dua fase. Fase pertama adalah Gandrang
Bulo klasik sedangkan fase kedua pada tahun 1942 saat penjajahan Jepang disebut
Gandrang Bulo 1942. Fase pertama sekedar tarian yang diiringi oleh gendang.
Seiring dengan perjalanan waktu tarian ini mengalami perubahan yakni ada
tambahan iringan begitu pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat
kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa.

Perkembangan fungsi Gandrang Bulo telah mengalami pergeseran sesuai


dengan jaman dan masyarakat pendukungnya. Gandrang Bulo klasik pada masa
Kerajaan Gowa berfungsi sebagai seni hiburan bagi masyarakat khususnya
pengembala kerbau untuk bermain bersama teman-temannya mengisi waktu di
sela-sela kegiatan menjaga ternak. Gandrang Bulo Sebagai media penyadaran
rakyat akan buruknya penjajahan berfungsi sebagai: Alat propaganda seniman
melawan penjajah dan sarana hiburan bagi pribumi saat tiba waktu istirahat dari
kerja paksa, biasanya dimainkan oleh para pekerja.

B. Karakteristik Gandrang Bulo

Gandrang Bulo berupa tarian bambu yang dipadukan dengan alat musik
bambu, gendang dan biola. Huda (2007) menjelaskan bahwa bentuk awal
kesenian ini, sudah ada sejak jaman raja-raja Gowa, hanyalah tarian bambu hasil
kombinasi alat musik bambu, gendang dan biola. Gandrang Bulo ini lazim disebut
dengan Gandrang Bulo Ilolo gading, yang dinisbatkan pada salah satu
perlengkapan musiknya yang terbuat dari bambu lolo gading (sejenis bambu
tertentu).

3
Instrumen musik antara lain: Katto-katto, Gandrang caddi, dan Kecapi.
Tempo musiknya cepat mengalun riang disertai lirik lagu khas Makassar
mengiringi gerak tangan dan kaki pemain yang cepat dan rancak. Lagu-lagu
terdiri dari lagu dolanan dalam syair bahasa Makassar. Nyanyian dipilih sesuai
dengan tema pertunjukan, seperti Ma Rencong, Cincing Banca, Passikolaya,
Gandrang Bulo, Toegi Bambu, Cincing Mandippo dan lain-lain. Pola tabuhan inti
disebut Tunrung Gandrang Buloi.

Pola inti tari terdiri dari:

a. Ragam gerak utama : Gerak Si kali-kali, gerak Tabe, gerak


Berlutut, Ma Rencong-rencong, gerak Kondo-kondo.
b. Pola lantai utama : Komposisi Tabe (penghormatan), Komposisi
Tassimbung (berpencar), Komposisi Kondo-kondo (gerak lucu),
Komposisi Ma Rencong-rencong (Bulan Sabit). Pola lantai
Gandrang Bulo terdiri dari: a. Komposisi Tabe, b. Komposisi
Tassimbung (berpencar), c. Komposisi Kondo-kondo (gerak
Lucu).

Salah satu lirik lagu yang biasa dimainkan dalam pegelaran Gandrang
Bulo :

Ri pantarang ma.. enja'

nanu pongori illa

nu ta' lobo-lobo ta' lobo-lobo

sallayya' ni panggalla ma dendee...

sanging karaeng ma'..mempo..

sanging daeng ma' jaja...

di tabe' karaeng.. tabe' kareng..

4
na ma' kelongi anta ma' dendee...

nia' ma' annee.. ri bioonta'...

engko ma' ri paralluta ri dendang..

engko ma' ri paralluta ri dendang...

elele.... unte'.. baji' kaana...

ala ni ma polo aja ri dendang...

ala ni ma polo aja ri dendang...

Battuu rate ma ri buulang...

ma' rencong-rencong.. ma' rencong-rencong....

na ku ta'nang ri bintoooeng.....

ala makayya na ma' dendang aule...

bunting lampo jako saallang

punna tena malla' doang' (dunk-dunk2X dunk)

bue para mata binkunna'(dunk-dunk2X dunk)

Cucu' ra'na jii ma' loompo...

ma' rencong-rencong.. ma' rencong-rencong....

ilana malla' mallii..no....

boosi.. sarrona yasi dendang aule....

5
punna lliang tompo baangkeng'

punna te a malla' dosa..(dunk-dunk2X dunk)

bue para mata bingkunna..(dunk-dunk2X dunk)

ala dendang dendang ikatte... passikollayya'

ala dendang dendang lillalle tapi ambakku na ni ta' do'do'

masukke nawa-nawa ta nia ta' do'do'

ala dendang dendang ri boya.. baji' rii booya..

ala dendang dendang I yawa baji ri rawa ri miccui na ia mintu'

panna la'be na ruginna ma ji ta' do'do'

ala dendang dendang manna mo.. na nana'a.. jae'

ala dendang dendang mattotor rantau bali matta na' ia'

punna tena sikolanna mae ta' do'do'...

Gandrang Bulo termasuk kategori Teater komedi, para pemain tampil di


panggung sambil melontarkan dialog segar nan kocak sesuai dengan tema
pertunjukan. Kisah-kisah humor mereka bawakan, diselingi dengan celetukan
kritis dan gerak tubuh yang lucu. Penontonpun merupakan bagian dari
pertunjukan karena interaktif dengan pemain. Adegan yang berlangsung dapat
langsung dikomentari. Permainan rakyat, menjadi pelengkap pertunjukan

6
Gandrang Bulo. Komunikasi menggunakan bahasa daerah Makassar, namun
kadang-kadang diselingi oleh bahasa Indonesia.

C. Perkembangan kesenian Gandrang Bulo dari masa ke masa

Kesenian gandrang bulo sudah ada sejak masa Kerajaan Gowa dan
mengalami perkembangan yang sangat pesat pada zaman penjajahan Belanda dan
Jepang. Munculnya kreasi ini adalah salah satu cara para seniman melawan
penjajah .Mereka tidak hanya melakukan perlawanan secara fisik dan senjata,
melainkan juga lewat ekspresi kesenian di atas panggung . pada waktu istirahat
kerja paksa . ganrang bulo biasanya dimainkan olehpara pekerja . beberapa orang
seniman tampil di depan teman lainnya diiringi music ganrang bulo.

Lalu mereka mulai meniru-niru dan mencemooh geral gerik, gesture dan
perilaku tentara jepang .karena diiringi musik ditambah gerakan-gerakan yang
kocak, maka wajar bila permainan ini menarik ditonton dan diminati banyak
orang . Aslinya gandrang bulo merupakan pertunjukan seni tari yang diiringi
permainan musik gendang dan biola dari bambu. kesenian gandrang bulo lebih
dikenal dengan kesenian yang menyampaikan aspirasi dan kritik rakyat dengan
cara yang ringan dan lucu.

Pemain membawakan karakter lucu seperti orang idiot atau orang


kampung yang lugu berhadapan dengan pemeran pejabat atau orang berkuasa
yang angkuh. Orang idiot dan orang kampung itu selalu berhasil mencibir si
pejabat. Begitu lucu gerak-gerik para pemain sehingga orang yang dikritik pun
ikut tergelak tertawa.

Menurut para seniman, perkembangan gandrang bulo terdiri dari dua fase.
Fase pertama adalah gandrang bulo klasik yang terdiri dari tari dan musik saja.
Fase pertama berkembang pada masa kerajaan. Fase kedua terbentuk pada tahun
1942 saat penjajahan Jepang. Pada fase kedua inilah unsur kritik dimasukkan.

Sekitar 1942, misalnya, ketika perang melawan penjajah berkobar, kaum


seniman pun tak mau kalah. Mereka membangun basis-basis perlawanan dari atas

7
panggung. Ganrang Bulo pun disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat
pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah
dan antek-anteknya.

Gadrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat
populer. Baru sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang.
Mulai saat itu Ganrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara
seremonial. Ganrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di
acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik.

Pertunjukan gandrang bulo umumnya dilakukan diatas sebuah panggung


dan diiringi musik dari gendang. Para pemainnya menggunakan kostum sehari-
hari sesuai dengan cerita yang dipertunjukan. Disela-sela pertunjukan sering
disisipkan tari-tarian tradisional dari Makassar seperti Tari Se'ru dan Tari Pepe.
Dialog-dialog lucu yang dilontarkan oleh para senimannya merupakan kritik dan
luapan emosi atas masalah yang dihadapi sehari-hari.

D. Eksistensi Gandrang Bulo

Gandrang bulo sekarang banyak mengangkat isu-isu seputar politik, sosial,


dan budaya. Karena tema-tema yang diangkat begitu dekat dengan kehidupan
masyarakat dan disajikan dengan ringan dan lucu, kesenian gandrang bula sangat
diminati oleh semua kalangan masyarakat di Makassar.

Masyarakat pinggiran yang ternyata memiliki cara sendiri dalam merespon


berbagai tekanan sosial dan struktural yang menimpanya. Lewat Gandrang Bulo,
mereka secara satiris menertawakan kehidupan dan menggugat persoalan dalam
rupa humor yang menghibur

Tahun 1942 syair Na Mandara I Tuan Nippon caddi mata

Na Passadia Bokong Latama ri Camba

Kasirati memang tongi I Balanda Bunrang mata

Nippon mandara Na gudang na tunu pepe

8
(Tahun 1942 mendarat Tuan Nippon si mata sipit

menyiapkan bekal masuk ke daerah Camba

Memang kurang ajar Si Belanda bermata kabur

Nippon yang mendarat kok gudang-gudang yang dibakar)

Petikan syair diatas adalah bagian dari lakon Gandrang Bulo 1942. Baru
sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Menurut
Kalimuddin Dg Tombong yang juga seorang seniman asal Gowa, kreasi baru itu
dikomandani oleh Dg Nyangka, seniman asal Bontonompo, Gowa. Mulai saat itu
Gandrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara seremonial.
Gandrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di acara-acara
resmi pemerintah maupun partai-partai politik.

Namun begitu, meski diterpa berbagai perubahan, Gandrang BuloIlolo


Gading maupun Gandarng Bulo 1942 ini tak pernah kehilangan tempat. Grup-
grupnya tersebar di berbagai tempat seperti Gowa, Makassar, Maros, dan Takalar.
Gandrang Bulo, menurut Kalimuddin Dg Tombong, menjadi tempat bebas
seniman kampung mengekspresikan problem mereka sehari-hari. (7)

Berbeda dengan tarian etnis Bugis Makassar lain yang berirama lembut,
lamban dan penuh pengkhyatan disetiap tarinya. Tari gandrang bulo justru
mengedepankan gerakan tangan dan kaki dengan tempo cepat, rancak dan energik
seolah tak ada tata gerak baku.

Sesungguhnya tarian itu melambangkan karakter orang Bugis Makassar,


dalam perspektif gender masing-masing, Karakter Bugis Makkassar yang keras
dan tegas memang hanya ditemui pada kaum pria, sementara pada kaum
perempuan justru sebaliknya. Mereka cenderung tampil anggun, gemulai dan
keibuan. Makanya tidak jarang, pria dari suku lain berusaha mencari pendamping
hidup dari perempuan Bugis Makassar.

9
Maka wajar pula, jika tari Gandrang Bulo, Marraga/Maddaga, Massempe,
Jujju Sulo yang dimainkan kaum pria lebih menonjolkan gerakan cepat dan
bertempo tinggi. Berbeda dengan tari Pakarena, Lolusu, Padduppa, dan Bosara.
Sebagaian contoh tari etnik Bugis - Makassar yang menampilkan kelembutan dan
gemulai para penarinya. Gandrang Bulo, awalnya hanyalah tarian sederhana
serupa tarian rakyat tanpa tata gerak baku ala istana kerajaan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gandrang Bulo merupakan kebudayaan dan kesenian khas Makassar yang


perlu dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya. Dewasa ini
Gandrang Bulo sudah mengikuti perkembangan zaman, tarian-tarian serta lagu-
lagu jenaka mulai menyesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini. Gandrang
Bulo bukan hanya dipertunjukkan di daerah Sulawesi Selatan saja namun
Gandrang Bulo mulai go internasional. Bisa dilihat pada festival-festival
kebudayaan Indonesia di luar negeri, Gandrang Bulo menjadi kebudayaan yang
sering ditampilkan. Keunikan tarian serta syair-syair jenaka membuat Gandrang
Bulo masih menjadi primadona bagi para Guru di Sekolah untuk mengembangkan
kreativitas siswanya melalui pertunjukan-pertunjukan yang berlatar kesenian
Gandrang Bulo

B. Saran

Karena begitu pentingnya kesenian Gandrang Bulo ini karena menjadi


bagian dari sejarah masyarakat Gowa-Makassar dalam menghadapi penjajah,
maka kami menyarankan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi
Selatan agar memikirkan pengembangan dan pelestarian seni tradisi daerah
setempat sebagai potensi lokal. Pelestarian dan pewarisan nilai budaya lokal
melalui inovasi pembelajaran seni tradisi daerah setempat di sekolah maupun
sanggar seni. Bagi kami, hendaknya Gandrang Bulo dan seni tradisi lainnya
sebagai aset daerah dikembangkan melalui penelitian dalam upaya pengembangan
dan pelestarian seni tradisi tersebut..

11
DAFTAR PUSTAKA

http://karaengcaqdi.blogspot.co.id/2013/03/ganrang-bulo-sejarah-tari-lirik-
dan.html

http://galihthyo.blogspot.co.id/2014/06/tari-gandrang-bulo-sejarah-dan-lirik.html

http://www.arsy.co.id/2015/05/gandrang-bulo-tarian-tradisional-khas.html

12

Anda mungkin juga menyukai