PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa kekuasaan Jepang, rakyat diperas dan dipaksa bekerja. Jepang
menggerakkan pekerja paksa yaitu Romusha. Mereka dipaksa bekerja di tengah
hutan, di tebing, pantai, sungai untuk membuat lapangan terbang dan kubu-kubu
pertahanan. (Abdul Irsan, 2009). Gandrang Bulo kesenian rakyat Sulawesi
Selatan merupakan seni pertunjukan yang berkembang pesat pada masa
kolonialisme sebagai media propaganda kepada masyarakat untuk melawan
penjajah. Gandrang Bulo salah satu aset yang mempunyai makna simbolik, fungsi
dan sebagai identitas kultural (kebudayaan) bagi masyarakat Gowa.
1
masyarakat pinggiran dalam menghadapi oknum-oknum tertentu. Setiap penari
diharuskan memerankan beberapa karakter lucu, seperti orang idiot atau orang
kampung yang lugu, yang berhadapan dengan pemeran pejabat atau orang
berkuasa yang angkuh. Kritikan yang dimainkan oleh seniman Gandrang Bulo
terkadang begitu keras, tetapi dikemas dalam bentuk banyolan segar yang
mengundang tawa. Sampai saat ini Tari Gandrang Bulo masih menjadi salah satu
icon kesenian Makassar yang sering dipentaskan di beberapa acara..
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata gandrang bulo sendiri berasal dari dua kata, yaitu gandrang yang
berarti tabuan atau pukulan dan bulo yang berarti bambu. Gandrang Bulo,
kesenian rakyat yang menggabungkan unsur musik, tarian dan dialog kritis yang
kocak. Perkembangannya terdiri dari dua fase. Fase pertama adalah Gandrang
Bulo klasik sedangkan fase kedua pada tahun 1942 saat penjajahan Jepang disebut
Gandrang Bulo 1942. Fase pertama sekedar tarian yang diiringi oleh gendang.
Seiring dengan perjalanan waktu tarian ini mengalami perubahan yakni ada
tambahan iringan begitu pula lagu-lagu jenaka, dialog-dialog humor namun sarat
kritik dan ditambah gerak tubuh yang mengundang tawa.
Gandrang Bulo berupa tarian bambu yang dipadukan dengan alat musik
bambu, gendang dan biola. Huda (2007) menjelaskan bahwa bentuk awal
kesenian ini, sudah ada sejak jaman raja-raja Gowa, hanyalah tarian bambu hasil
kombinasi alat musik bambu, gendang dan biola. Gandrang Bulo ini lazim disebut
dengan Gandrang Bulo Ilolo gading, yang dinisbatkan pada salah satu
perlengkapan musiknya yang terbuat dari bambu lolo gading (sejenis bambu
tertentu).
3
Instrumen musik antara lain: Katto-katto, Gandrang caddi, dan Kecapi.
Tempo musiknya cepat mengalun riang disertai lirik lagu khas Makassar
mengiringi gerak tangan dan kaki pemain yang cepat dan rancak. Lagu-lagu
terdiri dari lagu dolanan dalam syair bahasa Makassar. Nyanyian dipilih sesuai
dengan tema pertunjukan, seperti Ma Rencong, Cincing Banca, Passikolaya,
Gandrang Bulo, Toegi Bambu, Cincing Mandippo dan lain-lain. Pola tabuhan inti
disebut Tunrung Gandrang Buloi.
Salah satu lirik lagu yang biasa dimainkan dalam pegelaran Gandrang
Bulo :
4
na ma' kelongi anta ma' dendee...
na ku ta'nang ri bintoooeng.....
5
punna lliang tompo baangkeng'
6
Gandrang Bulo. Komunikasi menggunakan bahasa daerah Makassar, namun
kadang-kadang diselingi oleh bahasa Indonesia.
Kesenian gandrang bulo sudah ada sejak masa Kerajaan Gowa dan
mengalami perkembangan yang sangat pesat pada zaman penjajahan Belanda dan
Jepang. Munculnya kreasi ini adalah salah satu cara para seniman melawan
penjajah .Mereka tidak hanya melakukan perlawanan secara fisik dan senjata,
melainkan juga lewat ekspresi kesenian di atas panggung . pada waktu istirahat
kerja paksa . ganrang bulo biasanya dimainkan olehpara pekerja . beberapa orang
seniman tampil di depan teman lainnya diiringi music ganrang bulo.
Lalu mereka mulai meniru-niru dan mencemooh geral gerik, gesture dan
perilaku tentara jepang .karena diiringi musik ditambah gerakan-gerakan yang
kocak, maka wajar bila permainan ini menarik ditonton dan diminati banyak
orang . Aslinya gandrang bulo merupakan pertunjukan seni tari yang diiringi
permainan musik gendang dan biola dari bambu. kesenian gandrang bulo lebih
dikenal dengan kesenian yang menyampaikan aspirasi dan kritik rakyat dengan
cara yang ringan dan lucu.
Menurut para seniman, perkembangan gandrang bulo terdiri dari dua fase.
Fase pertama adalah gandrang bulo klasik yang terdiri dari tari dan musik saja.
Fase pertama berkembang pada masa kerajaan. Fase kedua terbentuk pada tahun
1942 saat penjajahan Jepang. Pada fase kedua inilah unsur kritik dimasukkan.
7
panggung. Ganrang Bulo pun disulap bukan sekadar tari-tarian, melainkan tempat
pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan menertawakan penjajah
dan antek-anteknya.
Gadrang Bulo, ketika itu, lantas menjadi kesenian rakyat yang amat
populer. Baru sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang.
Mulai saat itu Ganrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara
seremonial. Ganrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di
acara-acara resmi pemerintah maupun partai-partai politik.
8
(Tahun 1942 mendarat Tuan Nippon si mata sipit
Petikan syair diatas adalah bagian dari lakon Gandrang Bulo 1942. Baru
sekitar akhir 1960-an, Gandrang Bulo mengalami kreasi ulang. Menurut
Kalimuddin Dg Tombong yang juga seorang seniman asal Gowa, kreasi baru itu
dikomandani oleh Dg Nyangka, seniman asal Bontonompo, Gowa. Mulai saat itu
Gandrang Bulo dikenal dalam pentas-pentas tarian dalam acara-acara seremonial.
Gandrang Bulo macam inilah yang belakangan ini kerap tampil di acara-acara
resmi pemerintah maupun partai-partai politik.
Berbeda dengan tarian etnis Bugis Makassar lain yang berirama lembut,
lamban dan penuh pengkhyatan disetiap tarinya. Tari gandrang bulo justru
mengedepankan gerakan tangan dan kaki dengan tempo cepat, rancak dan energik
seolah tak ada tata gerak baku.
9
Maka wajar pula, jika tari Gandrang Bulo, Marraga/Maddaga, Massempe,
Jujju Sulo yang dimainkan kaum pria lebih menonjolkan gerakan cepat dan
bertempo tinggi. Berbeda dengan tari Pakarena, Lolusu, Padduppa, dan Bosara.
Sebagaian contoh tari etnik Bugis - Makassar yang menampilkan kelembutan dan
gemulai para penarinya. Gandrang Bulo, awalnya hanyalah tarian sederhana
serupa tarian rakyat tanpa tata gerak baku ala istana kerajaan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
http://karaengcaqdi.blogspot.co.id/2013/03/ganrang-bulo-sejarah-tari-lirik-
dan.html
http://galihthyo.blogspot.co.id/2014/06/tari-gandrang-bulo-sejarah-dan-lirik.html
http://www.arsy.co.id/2015/05/gandrang-bulo-tarian-tradisional-khas.html
12