Anda di halaman 1dari 36

http://www.wewengkonsumedang.com/2012/11/kuda-renggong.

html

WEWENGKON SUMEDANG
JUMAT
28 JUNI 2013

KESENIAN KUDA RENGGONG

Assalamua'laikum sobat-sobat semuanya

Para Petugas Sedang Mengatur Iring-iringan Kuda Renggong di Sebuah jalan Menurut sumber, Kuda Renggong merupakan kesenian pertunjukan rakyat yang berasal dari desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Kata Renggong dalam kesenian ini merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan (keterampilan) cara berjalan kuda yang dilatih untuk seakan-akan me

nari mengikuti irama musik, jadi jika mendengar musik baik dari tabuhan kendang dan lainnya Kuda Renggong ini akan jalan berjingkrak-jingkrak seolah sedang menari, menarik bukan? Salah Satu Peserta Lomba Kuda Renggong Beberapa Waktu Lalu Kesenian Kuda Renggong ini sendiri biasanya diadakan untuk syukuran anak yang telah dikhitan atau disunat, atau istilahnya dikariakeun. Anak tersebut akan diarak keliling kampung menyusuri jalan raya menaiki Kuda Renggong dengan diiringi musik dan rombongannya, dan kebanyakan dari mereka ikut menari mengikuti irama musik. Biasanya penduduk yang rumahnya kebetulan dilewati oleh rombongan Kuda Renggong ini akan berbondong-bondong keluar untuk menonton. Dalam sebuah rombongan arak-arakan Kuda Renggong sendiri bervariasi jumlah Kuda Renggongnya, mulai dari 2, 4, atau sampai 8 ekor bahkan lebih, tergantung dari si empunya hajat (syukuran).

Saya sendiri dulu pernah naik Kuda Renggong, kalau tidak salah nama kudanya adalah "Lipur", dan si Lipur ini adalah seekor kuda yang jago silat, ya...silat sob ! dia bisa berkelahi dengan manusia, ya tapi dengan pawangnya tentunya hehe, wah dulu itu rasanya bahagia dan bangga sekali bisa menunggangi seekor kuda yang jago silat (apa lagi anak kecil kan sukanya pamer he). Kuda Silat sendiri merupakan variasi atraksi dari Kuda Renggong seperti yang pernah saya ceritakan di postingan berjudul Patung Kuda Silat.

Demikian sedikit uraian atau dokumentasi mengenai Kesenian Kuda Renggong yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat. Apabila sobat menyukai atau merasa artikel ini bermanfaat, sobat bisa berbagi dengan teman-teman yang lain dengan cara menekan tombol Google Plus (G+) ataupun tombol sosial media yang lain dibawah, terima kasih.

http://ramathanmubarak.wordpress.com/2011/04/13/budaya-kuda-renggong/

RAMATHANMUBARA K
Just another WordPress.com site
Budaya Kuda Renggong Posted: April 13, 2011 in pengetahuan Tags: Budaya 0 BAB I

Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia.

Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda. Daerah Sumedang merupakan salah satu daerah yang berada di suku Sunda. Sebagai salah satu daerah di Indonesia, Sumedang memiliki kharakteristik yang membedakannya dengan daerah lain. Keunikan kharakteristik daerah Sumedang ini tercermin dari kebudayaan dan kesenian yang mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya.

Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap daerah, kini sudah hampir punah. Pada umumnya masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya modern daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru budaya daerah atau budaya lokalah yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsanya.

Mereka lebih memilih dan berpindah ke budaya asing yang belum tetntu sesuai dengan keperibadian bangsa bahkan masyarakat lebih merasa bangga terhadap budaya asing daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri.

Tanpa mereka sadari bahwa budaya daerah merupakan faktor utama terbentuknya kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah yang mereka miliki merupakan sebuah kekayaan bangsa yang sangat bernilai tinggi dan perlu dijaga kelestarian dan keberadaanya oleh setiap individu di masyarakat. Pada umumnya mereka tidak menyadari bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan jati diri bangsa yang mencerminkan segala aspek kehidupan yang berada didalalmnya.

BAB II

Pembahasan

Sumedang adalah salah satu daerah yang berada di Jawa Barat yang penuh dengan kebudayaan dan tradisi yang masih melekat. Selain terkenal dengan kota Tahu di setiap daerah di Sumedang juga memiliki budayanya masing-masing, budaya itulah yang menjadi karakteristik daerah itu. Sehingga Sumedang merupakan Puseur Budaya Sunda. Salah satu budaya atau tradisi yang berkembang pesat adalah Kuda Renggong.

A. PENGERTIAN KUDA RENGGONG

Kuda Renggong merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang berasal dari Sumedang. Kata renggong di dalam kesenian ini merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan (bahasa Sunda untuk ketrampilan) cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik terutama kendang, yang biasanya dipakai sebagai media tunggangan dalam arak-arakan anak sunat.

B.

SEJARAH KUDA RENGGONG

Berdasarkan cuplikan sejarah lahirnya kesenian Kuda Renggong di Kab. Sumedang, kesenian tradisional itu mulai muncul sekira tahun 1910. Awalnya, Kanjeng Pangeran Aria Suriaatmaja (18821919) pada masa pemerintahan berusaha untuk memajukan bidang peternakan. Pangeran Suriaatmaja sengaja mendatangkan bibit kuda yang dianggap unggul dari pulau Sumba dan Sumbawa. Kuda-kuda tersebut selain digunakan sebagai alat transportasi bangsawan, pada masa tersebut kuda juga sering difungsikan sebagai alat hiburan pacuan kuda.

Sementara kesenian kuda renggong menurut cuplikan sejarahnya, berawal dari prakarsa seorang abdi dalem bernama Sipan yang biasa mengurus kuda titipan dari para pamong praja saat itu. Sipan yang kelahiran tahun 1870 adalah anak dari Bidin, yang tinggal di Dusun Cikurubuk, Desa Cikurubuk Kec. Buahdua Sumedang.

Sejak kecil, Sipan yang kemudian banyak mendapat titipan kuda dari pamong praja, senang mengamati gerak-gerik dan tingkah laku kuda. Dari hasil pengamatannya, Sipan menyimpulkan, kuda bisa dilatih mengikuti gerakan yang diinginkan manusia. Ketika Sipan berusia sekira 40 tahun, ia mulai mencoba melatih kuda gerakan tari (ngarenggong).

Hal itu diawalinya, ketika suatu hari di tahun 1910 ia memandikan sejumlah kuda titipan pamong praja di suatu tempat pemandian. Sipan saat itu, melihat, seekor kuda di antaranya, bergoyang dengan gerakan melintang. Sipan mengiringinya dengan musik dogdog dan angklung. Eh gerakan kuda yang ngigel tadi semakin menjadi-jadi.

Dari pengamatan dan pelatihan-pelatihan kuda menari tersebut, Sipan menyimpulkan kuda bisa dilatih melakukan sejumlah gerakan tari. Masing-masing gerakan diberi nama, semacam Adean, yaitu gerakan lari kuda melintang atau gerakan kuda lari ke pingggir. Lalu torolong, yaitu gerakan lari kuda dengan langkah kaki pendek-pendek, namun gerakannya cepat. Gerakan Derap/jorog adalah gerakan langkah kaki kuda jalan biasa, artinya lari dengan gerakan cepat. Sedangkan congklang adalah gerakan lari cepat dengan kaki sama-sama ke arah depan, dan gerakan anjing minggat, yaitu gerakan kaki kuda setengah berlari.

Dengan dukungan Kanjeng Pangeran Aria Suriaatmaja, Sipan resmi melatih kuda dengan gerakangerakan tadi. Saat itulah menjadi awal lahirnya kesenian kuda renggong. Setelah Sipan meninggal dunia di usia 69 tahun (1939), keahliannya melatih kuda menari diturunkan kepada putranya bernama Sukria.

Selanjutnya, keahlian melatih kuda tersebut, secara turun temurun terus berlanjut dan berkembang hingga ke generasi-generasi pelatih kuda saat ini. Dengan berbagai tambahan kreasi hingga akhirnya lahir dan berkembangnya kuda silat.

C. BENTUK KESENIAN

Sebagai seni pertunjukan rakyat yang berbentuk seni helaran (pawai, karnaval), Kuda Renggong telah berkembang dilihat dari pilihan bentuk kudanya yang tegap dan kuat, asesoris kuda dan perlengkapan musik pengiring, para penari, dll., dan semakin hari semakin semarak dengan pelbagai kreasi para senimannya. Hal ini tercatat dalam setiap festival Kuda Renggong yang diadakan setiap tahunnya. Akhirnya Kuda Renggong menjadi seni pertunjukan khas Kabupaten Sumedang. Kuda Renggong kini telah menjadi komoditi pariwisata yang dikenal secara nasional dan internasional.

Dalam pertunjukannya, Kuda Renggong memiliki dua kategori bentuk pertunjukan, antara lain meliputi pertunjukan Kuda Renggong di desa dan pada festival.

1.

Pertunjukan di pemukiman

Pertunjukan Kuda Renggong dilaksanakan setelah anak sunat selesai diupacarai dan diberi doa, lalu dengan berpakaian wayang tokoh Gatotkaca, dinaikan ke atas kuda Renggong lalu diarak meninggalkan rumahnya berkeliling, mengelilingi desa.

Musik pengiring dengan penuh semangat mengiringi sambung menyambung dengan tembangtembang yang dipilih, antara lain Kaleked, Mojang Geulis, Rayak-rayak, Ole-ole Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, Jisamsu, dll. Sepanjang jalan Kuda Renggong bergerak menari dikelilingi oleh sejumlah orang yang terdiri dari anak-anak, juga remaja desa, bahkan orang-orang tua mengikuti irama musik yang semakin lama semakin meriah. Panas dan terik matahari seakan-akan tak menyurutkan mereka untuk terus bergerak menari dan bersorak sorai memeriahkan anak sunat. Kadangkala diselingi dengan ekspose Kuda Renggong menari, semakin terampil Kuda Renggong tersebut penonton semakin bersorak dan bertepuk tangan. Seringkali juga para penonton yang akan kaul dipersilahkan ikut menari.

Setelah berkeliling desa, rombongan Kuda Renggong kembali ke rumah anak sunat, biasanya dengan lagu Pileuleuyan (perpisahan). Lagu tersebut dapat dilantunkan dalam bentuk instrumentalia atau dinyanyikan. Ketika anak sunat selesai diturunkan dari Kuda Renggong, biasanya dilanjutkan dengan acara saweran (menaburkan uang logam dan beras putih) yang menjadi acara yang ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak desa.

2.

Pertunjukan festival

Pertunjukan Kuda Renggong di Festival Kuda Renggong berbeda dengan pertunjukan keliling yang biasa dilakukan di desa-desa. Pertunjukan Kuda Renggong di festival Kuda Renggong, setiap tahunnya menunjukan peningkatan, baik jumlah peserta dari berbagai desa, juga peningkatan media pertunjukannya, asesorisnya, musiknya, dll. Sebagai catatan pengamatan, pertunjukan Kuda Renggong dalam sebuah festival biasanya para peserta lengkap dengan rombongannya masingmasing yang mewakili desa atau kecamatan se-Kabupaten Sumedang dikumpulkan di area awal keberangkatan, biasanya di jalan raya depan kantor Bupati, kemudian dilepas satu persatu mengelilingi rute jalan yang telah ditentukan panitia (Diparda Sumedang). Sementara pengamat yang bertindak sebagai Juri disiapkan menilai pada titik-titik jalan tertentu yang akan dilalui rombongan Kuda Renggong.

Dari beberapa pertunjukan yang ditampilkan nampak upaya kreasi masing-masing rombongan, yang paling menonjol adalah adanya penambahan jumlah Kuda Renggong (rata-rata dua bahkan empat), pakaian anak sunat tidak lagi hanya tokoh Wayang Gatotkaca, tetapi dilengkapi dengan anak putri yang berpakaian seperti putri Cinderella dalam dongeng-dongeng Barat. Penambahan asesoris Kuda, dengan berbagai warna dan payet-payet yang meriah keemasan, payung-payung kebesaran, tarian para pengiring yang ditata, musik pengiring yang berbeda-beda, tidak lagi Kendang Penca, tetapi Bajidoran, Tanjidor, Dangdutan, dll. Demikian juga dengan lagu-lagunya, selain yang biasa mereka bawakan di desanya masing-masing, sering ditambahkan dengan lagu-lagu dangdutan yang sedang popular, seperti Goyang Dombret, Pemuda Idaman, Mimpi Buruk, dll. Setelah berkeliling kembali ke titik keberangkatan.

D. PERKEMBANGAN

Dari dua bentuk pertunjukan Kuda Renggong, jelas muncul musik pengiring yang berbeda. Musik pengiring Kuda Renggong di desa-desa, biasanya cukup sederhana, karena umumnya keterbatasan kemampuan untuk memiliki alat-alat musik (waditra) yang baik. Umumnya terdiri dari kendang, bedug, goong, terompet, genjring kemprang, ketuk, dan kecrek. Ditambah dengan pembawa alatalat suara (speakrer toa, ampli sederhana, mike sederhana). Sementara musik pengiring Kuda Renggong di dalam festival, biasanya berlomba lebih canggih dengan penambahan peralatan musik terompet Brass, keyboard organ, simbal, drum, tamtam, dll. Juga di dalam alat-alat suaranya.

E.

MAKNA

Makna yang secara simbolis berdasarkan beberapa keterangan yang berhasil dihimpun, diantaranya:

v Makna spiritual: semangat yang dimunculkan adalah merupakan rangkaian upacara inisiasi (pendewasaan) dari seorang anak laki-laki yang disunat. Kekuatan Kuda Renggong yang tampil akan membekas di sanubari anak sunat, juga pemakaian kostum tokoh wayang Gatotkaca yang dikenal sebagai figur pahlawan;

v Makna interaksi antar mahluk Tuhan: kesadaan para pelatih Kuda Renggong dalam memperlakukan kudanya, tidak semata-mata seperti layaknya pada binatang peliharaan, tetapi memiliki kecenderungan memanjakan bahkan memposisikan kuda sebagai mahluk Tuhan yang dimanjakan, baik dari pemilihan, makanannya, perawatannya, pakaiannya, dan lain-lain;

v Makna teatrikal: pada saat-saat tertentu di kala Kuda Renggong bergerak ke atas seperti berdiri lalu di bawahnya juru latih bermain silat, kemudian menari dan bersilat bersama. Nampak teatrikal karena posisi kuda yang lebih tampak berwibawa dan mempesona. Atraksi ini merupakan sajian yang langka, karena tidak semua Kuda Renggong, mampu melakukannya;

v Makna universal: sejak zaman manusia mengenal binatang kuda, telah menjadi bagian dalam hidup manusia di pelbagai bangsa di pelbagai tempat di dunia. Bahkan kuda banyak dijadikan simbol-simbol, kekuatan dan kejantanan, kepahlawanan, kewibawaan dan lain-lain.

BAB III

Penutup

A. KESIMPULAN

Yang menciptakan seni kuda renggong yaitu Sipan, dari desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Pada awalnya secara tidak disengaja, yaitu sekitar tahun 1910-an. Daya tarik yang terdapat dalam atraksi seni kuda renggong, antara lain keterampilan gerak Sang Kuda melakukan gerakan gerakan kaki, kepala dan badan mengikuti irama musik yang mengiringinya. Hewan yang pandai menari, bergoyang, dan bersilat telah menjadi bagian dari upacara penyambutan tamu kehormatan, mulai dari bupati, gubernur sampai mentri dan pejabat lainnya.

Hal itulah yang membuat Kuda Renggong berkembang pesat bukan hanya di Kabupaten Sumedang tetapi berkembang ke luar Kota Sumedang, sekarang Kuda Renggong sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia.

B.

SARAN

Kuda Renggong merupakan ciri khas budaya Sumedang, agar Kuda Renggong tidak diakui oleh daerah lain dan punah seiring majunya jaman, maka kita sebagai generasi muda harus berusaha menjaga dan melestarikan budaya nenek moyang kita yang memiliki sejarah dan makna yang tersirat di dalamnya.

http://ndiel2.wordpress.com/2012/01/11/sekilas-tentang-kudarenggong/ Sekilas Tentang Kuda Renggong


Posted on 11 Januari 2012by abi_gilang

Sumber gambar : voiceofbandung.com Liburan sekolah yang baru saja usai banyak dimanfaatkan oleh banyak orang tua untuk mengadakan sunatan / khitanan anak mereka dengan alasan sedang libur sekolah. Klinik khitan dan tukang sunat yang mempunyai banyak sebutan seperti bengkong, paraji sunat, mantri sunat dll mendapat order yang cukup tinggi disaat liburan seperti ini. Ditempat asal akang yaitu Sumedang, salah satu pihak yang mendapat banyak order disaat seperti ini adalah grup kesenian Kuda Renggong yaitu salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Sumedang sendiri. Kuda renggong mulai dikenal pada masa pemerintahan Pangeran Arya Surya Atmadja (18821919) menjadi bupati Sumedang. Kata renggong dalam bahasa sunda berarti gerakan tari berirama dengan ayunan langkah kaki yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher yang tetap. Kata ini juga merupakan metatesis dari Ronggeng yang berarti pertunjukkan tari yang dilakukan oleh perempuan di halaman rumah saat bulan bersinar. Tokoh penting dalam permulaan kesenian kuda renggong ini bernama Sipan bin Midin yang lahir pada tahun 1870 di dusun Cikurubuk, kecamatan Buah Dua, kabupaten Sumedang. Sejak kecil Sipan suka mengamati tingkah laku kuda dan membedakan langkah kaki kuda menjadi 4 macam,yaitu : A. Adean adalah gerak lari kuda melintang seperti gerak lari kepinggir seperti ayam yang sedang berahi. B. Torolong adalah gerak lari kuda dengan langkah kaki pendek-pendek dan cepat. C. Derap / jogrog adalah langkah kaki kuda biasa yang artinya tidak lari namun gerakannya cepat. D. Congklang adalah gerak lari cepat seperti gerakan kuda pacu dimana kaki kanan dan kiri kuda bergerak serempak kearah depan. Sipan melatih kuda dengan cara kendali kuda dipegang oleh dua orang di kiri kanan, seorang mencambuk dari belakang sehingga kuda meronta namun tertahan tali kendali. Latihan tersebut biasanya berlangsung selama 3 bulan dengan iringan musik. Dengan demikian kuda menjadi terbiasa setiap mendengar pengiring ia akan bergerak-gerak menari. Kuda hasil pelatihan Sipan menjadi terkenal dan banyak dicari orang yang kemudian dikenal dengan sebutan kuda renggong.

Kesenian kuda renggong akhirnya menjadi kesenian rakyat yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Sumedang. Saat ini hampir di setiap kecamatan mempunyai perkumpulan permainan kuda renggong. Selain digunakan pada acara khitanan kuda renggong juga sering dipakai untuk menyambut para pejabat yang turun ke daerah, juga digunakan pada perayaan hari jadi Kabupaten dan setiap hari Kemerdekaan. Dengan banyaknya perkumpulan kuda renggong maka sering diadakan festival untuk memilih mana kuda renggong terbaik atau perkumpulan terbaik. Semakin sering kuda renggong memenangi suatu festival maka otomatis harga jualnya akan melambung tinggi. Jalannya pertunjukkan permainan kuda renggong terdiri atas beberapa adegan perkelahian antara manusia (pesilat) dengan kuda, antara lain : 1. Kuda berdiri diatas kedua kaki belakang, kaki depan kedua-duanya bergerak seperti posisi akan mencakar diiringi lagu kidung. 2. Anak pesilat diinjak perutnya oleh kuda. 3. Anak pesilat dengan posisi terlentang diinjak kepala bagian jidatnya oleh kedua kaki depan kuda. 4. Leher anak pesilat ada diantara kedua kaki depan kuda dalam posisi terlentang kemudian berguling-guling. 5. Anak pesilat bermain silat diatas punggung kuda, juga berdiri diatas kedua kaki belakang kemudian kuda berputar-putar. Atraksi ini akan berlangsung sekitar satu jam kemudian anak sunat / khitan dinaikkan keatas kuda untuk kemudian diarak keliling kampung lengkap dengan pengiring yang memainkan musik juga pengiring yang bertugas menari-nari didepan kuda selama arak-arakan berlangsung. Selama arak-arakan inilah kuda memamerkan keahliannya menari sambil berjalan dengan mengikuti iringan musik. Musik pengiring kuda renggong didominasi oleh suara terompet diselingi suara juru sinden. Alat pengiring lainnya mirip dengan perangkat gamelan hanya lebih sedikit jumlahnya. Pada awalnya lagu-lagu yang diperdengarkan seperti Kembang Gading, Kembang Beureum, Manuk Dadali, Adem Ayem, Daun Puspa, Solempang Koneng yang berirama cepat mirip musik dangdut tetapi seiring waktu lagu-lagu tersebut mulai ditinggalkan dan beralih dengan lagu-lagu populer yang biasa kita dengar ditelevisi saat ini. Hanya lagu Kembang Gadung dan Kembang Beureum yang masih selalu dipakai karena lagu tersebut dianggap sebagai kidung persembahan untuk para leluhur. Pertunjukkan kuda renggong ini biasanya dilakukan sehari sebelum khitanan dilaksanakan. Anak yang saat di sunat dirayakan dengan pertunjukkan kuda renggong ini biasanya mempunyai kenangan dan kebanggan tersendiri diantara anak lainnya. Kenangan yang bisa terbawa hingga dewasa dan tidak bisa dilupakan. Akang sendiri saat disunat tidak dirayakan dengan pertunjukkan kuda renggong mungkin karena orang tua sedang tidak mempunyai uang untuk mengundangnya. Akang adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang semuanya laki-laki, dari kelima anak yang mengadakan pertunjukan kuda renggong saat dikhitan adalah anak pertama, kedua dan terakhir sehingga walaupun saat dikhitan akang tidak naik kuda renggong tetapi bisa nebeng saat kakak dan adik disunat. Sumber pustaka : Permainan rakyat jawa barat, oleh: Drs.Sunatra S.H. MS, Drs Endang Hermawan, Asep Wahyu, FS. BA
About these ads

Kuda Renggong
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Kuda Renggong merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang berasal dari Sumedang. Kata "renggong" di dalam kesenian ini merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan(bahasa Sunda untuk "ketrampilan") cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik terutama kendang, yang biasanya dipakai sebagai media tunggangan dalam arak-arakan anak sunat.

Daftar isi

1 Sejarah 2 Bentuk kesenian


o o

2.1 Pertunjukan di pemukiman 2.2 Pertunjukan festival

3 Perkembangan 4 Makna 5 Sumber rujukan

Sejarah[sunting sumber]
Menurut tuturan beberapa seniman, Kuda Renggong muncul pertama kali dari desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Di dalam perkembangannya Kuda Renggong mengalami perkembangan yang cukup baik, sehingga tersebar ke berbagai desa di beberapa kecamatan di luar Kecamatan Buah Dua. Dewasa ini, Kuda Renggong menyebar juga ke daerah lainnya di luar Kabupaten Sumedang.

Bentuk kesenian[sunting sumber]


Sebagai seni pertunjukan rakyat yang berbentuk seni helaran (pawai, karnaval), Kuda Renggong telah berkembang dilihat dari pilihan bentuk kudanya yang tegap dan kuat, asesoris kuda dan perlengkapan musik pengiring, para penari, dll., dan semakin hari semakin semarak dengan pelbagai kreasi para senimannya. Hal ini tercatat dalam setiap festival Kuda Renggong yang diadakan setiap tahunnya. Akhirnya Kuda Renggong menjadi seni pertunjukan khas Kabupaten Sumedang. Kuda Renggong kini telah menjadi komoditi pariwisata yang dikenal secara nasional dan internasional. Dalam pertunjukannya, Kuda Renggong memiliki dua kategori bentuk pertunjukan, antara lain meliputi pertunjukan Kuda Renggong di desa dan pada festival.

Pertunjukan di pemukiman[sunting sumber]


Pertunjukan Kuda Renggong dilaksanakan setelah anak sunat selesai diupacarai dan diberi doa, lalu dengan berpakaian wayang tokoh Gatotkaca, pangeran pakaian khas sunda dengan ciri menggunakan

bendo(sejenis topi mirip blangkon, putri kerajaan penunggang perempuan di dandani layaknya putri raja ada juga pakaian yang mewakilkan budaya baru seperti peri bersayaplayaknya dongeng dari negri barat, dinaikan ke atas kuda Renggong lalu diarak meninggalkan rumahnya berkeliling, mengelilingi desa. Musik pengiring dengan penuh semangat mengiringi sambung menyambung dengan tembang-tembang yang dipilih, antara lain Kaleked, Mojang Geulis, Rayak-rayak, Ole-ole Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, Jisamsu, dll. Sepanjang jalan Kuda Renggong bergerak menari dikelilingi oleh sejumlah orang yang terdiri dari anak-anak, juga remaja desa, bahkan orang-orang tua mengikuti irama musik yang semakin lama semakin meriah. Panas dan terik matahari seakan-akan tak menyurutkan mereka untuk terus bergerak menari dan bersorak sorai memeriahkan anak sunat. Kadangkala diselingi dengan ekspose Kuda Renggong menari, semakin terampil Kuda Renggong tersebut penonton semakin bersorak dan bertepuk tangan. Seringkali juga para penonton yang akan kaul dipersilahkan ikut menari. Setelah berkeliling desa, rombongan Kuda Renggong kembali ke rumah anak sunat, biasanya dengan lagu Pileuleuyan (perpisahan). Lagu tersebut dapat dilantunkan dalam bentuk instrumentalia atau dinyanyikan. Ketika anak sunat selesai diturunkan dari Kuda Renggong, biasanya dilanjutkan dengan acara saweran (menaburkan uang logam dan beras putih) yang menjadi acara yang ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak desa.

Pertunjukan festival[sunting sumber]


Pertunjukan Kuda Renggong di Festival Kuda Renggong berbeda dengan pertunjukan keliling yang biasa dilakukan di desa-desa. Pertunjukan Kuda Renggong di festival Kuda Renggong, setiap tahunnya menunjukan peningkatan, baik jumlah peserta dari berbagai desa, juga peningkatan media pertunjukannya, asesorisnya, musiknya, dll. Sebagai catatan pengamatan, pertunjukan Kuda Renggong dalam sebuah festival biasanya para peserta lengkap dengan rombongannya masing-masing yang mewakili desa atau kecamatan se-Kabupaten Sumedang dikumpulkan di area awal keberangkatan, biasanya di jalan raya depan kantor Bupati, kemudian dilepas satu persatu mengelilingi rute jalan yang telah ditentukan panitia (Diparda Sumedang). Sementara pengamat yang bertindak sebagai Juri disiapkan menilai pada titik-titik jalan tertentu yang akan dilalui rombongan Kuda Renggong. Dari beberapa pertunjukan yang ditampilkan nampak upaya kreasi masing-masing rombongan, yang paling menonjol adalah adanya penambahan jumlah Kuda Renggong (rata-rata dua bahkan empat), pakaian anak sunat tidak lagi hanya tokoh Wayang Gatotkaca, tetapi dilengkapi dengan anak putri yang berpakaian seperti putri Cinderella dalam dongeng-dongeng Barat. Penambahan asesoris Kuda, dengan berbagai warna dan payet-payet yang meriah keemasan, payung-payung kebesaran, tarian para pengiring yang ditata, musik pengiring yang berbeda-beda, tidak lagiKendang Penca, tetapi Bajidoran, Tanjidor, Dangdutan, dll. Demikian juga dengan lagu-lagunya, selain yang biasa mereka bawakan di desanya masing-masing, sering ditambahkan dengan lagu-lagu dangdutan yang sedang popular, seperti Goyang Dombret, Pemuda Idaman, Mimpi Buruk, dll. Setelah berkeliling kembali ke titik keberangkatan.

Perkembangan[sunting sumber]
Dari dua bentuk pertunjukan Kuda Renggong, jelas muncul musik pengiring yang berbeda. Musik pengiring Kuda Renggong di desa-desa, biasanya cukup sederhana, karena umumnya keterbatasan kemampuan untuk memiliki alat-alat musik (waditra) yang baik. Umumnya terdiri dari kendang, bedug, goong, trompet, genjring kemprang, ketuk, dan kecrek. Ditambah dengan pembawa alat-alat suara (speaker toa, ampli sederhana, mike sederhana). Sementara musik pengiring Kuda Renggong di dalam festival, biasanya berlomba lebih "canggih" dengan penambahan peralatan musik terompet, Bass, keyboard organ, simbal, drum, tamtam, dll. Juga di dalam alat-alat suaranya.

Makna[sunting sumber]
Makna yang secara simbolis berdasarkan beberapa keterangan yang berhasil dihimpun, diantaranya

Makna spiritual: semangat yang dimunculkan adalah merupakan rangkaian upacara inisiasi (pendewasaan) dari seorang anak laki-laki yang disunat. Kekuatan Kuda Renggong yang tampil akan membekas di sanubari anak sunat, juga pemakaian kostum tokoh wayang Gatotkaca yang dikenal sebagai figur pahlawan;

Makna interaksi antar mahluk Tuhan: kesadaan para pelatih Kuda Renggong dalam memperlakukan kudanya, tidak semata-mata seperti layaknya pada binatang peliharaan, tetapi memiliki kecenderungan memanjakan bahkan memposisikan kuda sebagai mahluk Tuhan yang dimanjakan, baik dari pemilihan, makanannya, perawatannya, pakaiannya, dan lain-lain;

Makna teatrikal: pada saat-saat tertentu di kala Kuda Renggong bergerak ke atas seperti berdiri lalu di bawahnya juru latih bermain silat, kemudian menari dan bersilat bersama. Nampak teatrikal karena posisi kuda yang lebih tampak berwibawa dan mempesona. Atraksi ini merupakan sajian yang langka, karena tidak semua Kuda Renggong, mampu melakukannya;

Makna universal: sejak zaman manusia mengenal binatang kuda, telah menjadi bagian dalam hidup manusia di pelbagai bangsa di pelbagai tempat di dunia. Bahkan kuda banyak dijadikan simbol-simbol, kekuatan dan kejantanan, kepahlawanan, kewibawaan dan lain-lain.

Sumber rujukan[sunting sumber]

Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Dinas Kebudayaan & Pariwisata Jawa Barat, Bandung.

Uniknya Kesenian Kuda Renggong


POSTED BY ADMIN POSTED ON 12.00

Unikaneh.com - Kuda

Renggong salah satu kesenian pertunjukan asli yang berasal dari Sumedang. Pertunjukan Kuda Renggong biasanya diadakan saat seorang anak laki-laki melakukan khinatan dan diarak keliling kampung menggunakan kuda yang telah diberi asesoris serta para penari dan diringi oleh musik pengiring yang membuat kuda menghentakkan kakinya seakanakan sedang menari mengikuti irama musik. Foto:VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

Penari mengiringi pertunjukan Kuda Renggong di kampung Cigintung, Cisitu, Sumedang, Kamis (01/9). Foto:VIVANews/Anhar Rizki Affandi

Penari mengiringi pertunjukan Kuda Renggong di kampung Cigintung, Cisitu, Sumedang, Kamis (01/9). Foto:VIVANews/Anhar Rizki Affandi

Seorang anak sunat di arak keliling kampung menggunakan kuda renggong di Cigintung, Cisitu, Sumedang, Kamis (01/9). Foto:VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

Seorang anak sunat di arak keliling kampung menggunakan kuda renggong di Cigintung, Cisitu, Sumedang, Kamis (01/9). Foto:VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

Warga menyaksikan seorang anak sunat yang diarak keliling kampung menggunakan Kuda Renggong di Cigintung, Cisitu, Sumedang, kamis (01/9). Foto:VIVAnews/Anhar Rizki Affand
Bagaimana Pendapat Sobat Unikaneh.com ?

http://www.unikaneh.com/2011/09/uniknya-kesenian-kuda-renggong.html

KUDA RENGGONG, KETIKA KUDA MENARI RONGGENG

Posted by Budiana Yusuf | August 31, 20120

Mungkin kita sudah tidak asing menyaksikan sirkus dari luar negeri yang menggunakan hewan sebagai bintang utamanya. Tapi tahukah Anda di Indonesia aksi sirkus tradisional menggunakan hewan tersebut sudah ada lebih dari 100 tahun yang lalu ?. Tepatnya di kota Sumedang, Jawa Barat kita bisa menyaksikan kuda kuda yang terlatih menari bahkan beradu silat dengan diiringi musik tradisional layaknya pertunjukkan sirkus. Pertunjukkan itu dikenal dengan kesenian kuda renggong. Kesenian ini sudah mulai dikenal sejak tahun 1880-an di Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Dahulu kesenian ini dikenal dengan nama kuda igel yang artinya kuda yang menari, namun sekarang kesenian ini lebih dikenal dengan sebutan kuda renggong. Kata renggong merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan atau keterampilan menari mengikuti irama musik. Menurut sejarahnya kesenian ini tidak terlepas dari tokoh yang bernama Sipan yang mencoba melatih kuda miliknya yang diberi nama si Cengek dan si Dengkek untuk mengikuti gerakan yang diinginkannya. Setelah beberapa bulan dilatih akhirnya ia berhasil melatih kudanya tersebut hingga bisa menari diiringi alunan musik. Keberhasilannya ini kemudian diketahui oleh Pangeran Aria Surya Atmadja yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Sumedang. Sang Bupati kemudian memerintahkan Sipan untuk melatih kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa. Dari situlah kemudian kesenian ini semakin dikenal dan berkembang tidak hanya di Sumedang, tetapi kemudian berkembang juga di daerah sekitarnya. Kesenian ini biasanya dimainkan pada acara khitanan anak. Anak yang telah dirias dengan pakaian wayang atau pakaian adat sunda dinaikan ke atas kuda renggong yang juga telah dihias dengan berbagai aksesoris warna warni. Kemudian dengan diiringi tetabuhan sunda rombongan kuda renggong melakukan arak-arakan berkeliling kampung. Dalam rombongan tersebut selain kuda dan penunggangnya biasanya terdiri dari pelatuk (pemimpin rombongan), beberapa orang pemain waditra (tetabuhan), sinden, beberapa pesilat dan diramaikan juga oleh warga masyarakat yang ikut menari bersama. Dalam arak-arakan tersebut biasanya para pesilat beraksi bersama kuda

renggong mempersembahkan gerakan-gerakan yang atraktif seperti gerakan perkelahian antara kuda dengan pesilat. Dalam perkembangannya kuda renggong tidak hanya dipentaskan dalam acara khitanan saja, sekarang kesenian yang sudah menjadi ciri khas kota Sumedang ini juga biasa dipentaskan dalam acara penyambutan tamu agung, pawai peringatan hari kemerdekaan dan berbagai acara lainnya. Untuk menjaga kelestarian kesenian ini pemerintah daerah Sumedang setiap tahun menggelar acara festival kuda renggong. Festival kuda renggong ini diikuti oleh puluhan grup kesenian yang berasal dari seluruh penjuru Sumedang bahkan dari luar Sumedang. Dengan dilaksanakannya festival ini diharapkan terjadi peningkatan kualitas pertunjukan kuda renggong, baik dalam hal kreatifitas gerakan tarian, waditra, aksesoris yang digunakan, kekompakan dan sebagainya sehingga kesenian yang telah menjadi salah satu ikon wisata Jawa Barat ini semakin berkembang. http://palingindonesia.com/kuda-renggong-ketika-kuda-menari-ronggeng/

Browse Home Seni Tari Kuda Renggong (Kesenian Tradisional Masyarakat Sunda)

Kuda Renggong (Kesenian Tradisional Masyarakat Sunda)

Asal Usul Kuda renggong adalah suatu kesenian khas masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menampilkan 1-4 ekor kuda yang dapat menari mengikuti irama musik. Di atas kudakuda tersebut biasanya duduk seorang anak yang baru saja dikhitan atau seorang tokoh masyarakat. Kata renggong adalah metatesis dari ronggeng yang artinya gerakan tari berirama dengan ayunan (langkah kaki) yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher. Kesenian kuda renggong atau yang dahulu biasa disebut kuda igel karena bisa ngigel (menari) ini konon tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Waktu itu (sekitar tahun 1880-an) ada seorang anak laki-laki bernama Sipan yang mempunyai kebiasaan mengamati tingkah laku kuda-kuda miliknya yang bernama si Cengek dan si Dengkek. Dari pengamatannya itu, ia menyimpulkan bahwa kuda juga dapat dilatih untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diinginkan oleh manusia. Selanjutnya, ia pun mulai melatih si Cengek dan si Dengkek untuk melakukan gerakangerakan seperti: lari melintang (adean), gerak lari ke pinggir seperti ayam yang sedang birahi (beger), gerak langkah pendek namun cepat (torolong), melangkah cepat (derep atau jogrog), gerakan kaki seperti setengah berlari (anjing minggat), dan gerak kaki depan cepat dan serempak (congklang) seperti gerakan yang biasa dilakukan oleh kuda pacu. Cara yang digunakan untuk melatih kuda agar mau melakukan gerakan-gerakan tersebut adalah dengan memegang tali kendali kuda dan mencambuknya dari belakang agar mengikuti irama musik yang diperdengarkan. Latihan dilakukan selama tiga bulan berturut-turut hingga kuda menjadi terbiasa dan setiap mendengar musik pengiring ia akan menari dengan sendirinya. Melihat keberhasilan Sipan dalam melatih kuda-kudanya ngarenggong membuat Pangeran Aria Surya Atmadja yang waktu itu menjabat sebagai Bupati Sumedang menjadi tertarik dan memerintahkannya untuk melatih kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa. Dan, dari melatih kuda-kuda milik Pangeran Aria Surya Atmadja inilah akhirnya Sipan dikenal sebagai pencipta kesenian kuda renggong. Dalam perkembangan selanjutnya, kesenian kuda renggong bukan hanya menyebar ke daerah-daerah lain di Kabupaten Sumedang, melainkan juga ke kabupaten-kabupaten

lain di Jawa Barat, seperti Kabupaten Bandung dan Purwakarta. Selain menyebar ke beberapa daerah, kesenian ini juga mengalami perkembangan, baik dalam kualitas permainannya maupun waditra dan lagu-lagu yang dimainkan. Di Kabupaten Sumedang kualitas permainan kuda renggong diukur menurut standar Persatuan Kuda Sumedang (PKS) yang dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) kuda kualitas baik dan pernah menjadi juara dalam festival kuda renggong tingkat kabupaten; (2) kualitas kuda tingkat pertengahan (kualitas pasaran/pasaran mentas); dan (3) kuda renggong yang masih dalam tahap belajar (kuda baru). Pemain Para pemain kuda renggong umumnya adalah laki-laki dewasa yang tergabung dalam sebuah kelompok yang terdiri atas: seorang pemimpin kelompok (pelatuk), beberapa orang pemain waditra, dan satu atau dua orang pemain silat. Para pemain ini adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan khusus, baik dalam menari maupun memainkan waditra. Keterampilan khusus itu perlu dimiliki oleh setiap pemain karena dalam sebuah pertunjukan kuda renggong yang bersifat kolektif diperlukan suatu tim yang solid agar semua gerak tari yang dimainkan dapat selaras dengan musik yang dimainkan oleh para pemain waditra. Tempat dan Peralatan Permainan Kesenian kuda renggong ini umumnya ditampilkan pada acara: khitanan, menyambut tamu agung, pelantikan kepala desa, perayaan hari kemerdekaan dan lain sebagainya. Biasanya dilakukan pada siang hari dan berkeliling kampung. Durasi sebuah pementasan kuda renggong biasanya memakan waktu cukup lama, bergantung dari luas atau tidaknya kampung yang akan dikelilingi. Peralatan yang digunakan dalam permainan kuda renggong adalah: (1) satu sampai empat ekor kuda yang sudah terlatih beserta perlengkapannya yang terdiri dari: sela (tempat atau alat untuk duduk penunggang kuda), seser (pembalut kepala kuda), sanggawedi (pijakan kaki bagi penunggang), apis buntut (tali penahan sela yang dihubungkan dengan pangkal ekor kuda), eles (tali kemudi kuda), kadali (besi yang dipasang pada mulut kuda untuk mengikatkan tali kendali), ebeg (hiasan sela), sebrak (lapisan di bawah sela agar punggung kuda tidak luka/lecet), dan andong (sabuk yang diikatkan ke bagian perut kuda sebagai penguat sela agar tidak mudah lepas dari punggung kuda); (2) seperangkat waditra yang terdiri dari: dua buah kendang besar (kendang indung dan kendang anak), sebuah terompet, dua ancak ketuk (bonang), sebuah bajidor, dua buah gong (besar dan kecil), satu set kecrek, genjring, dan terbang atau dulang; dan (3) busana pemain kuda renggong yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu busana juru pengrawit (wiyaga) dan busana pemain silat (pengatik). Busana juru pengrawit terdiri dari: baju seragam biru lengan panjang dan berstrip putih, celana panjang, tutup kepala iket loher, dan sandal. Sedangkan busana pemain silat terdiri dari: celana pangsi berwarna hitam, tutup kepala iket loher, dan ikat pinggang kain berwarna merah. Pertunjukan Kuda Renggong Pertunjukan kuda renggong diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan oleh panitia hajat. Setelah itu, barulah anak yang telah dikhitan atau tokoh masyarakat yang akan diarak dipersilahkan untuk menaiki kuda renggong. Selanjutnya, alat pengiring

ditabuh dengan membawakan lagu Kembang Gadung dan Kembang Beureum yang berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan. Setelah anak yang akan diarak siap, maka sang pemimpin (pelatuk) akan mulai memberikan aba-aba agar pemain silat (pengatik) dan sang kuda mulai melakukan gerakan-gerakan tarian secara serempak dan bersamaan. Tarian yang biasa dimainkan oleh pesilat bersama kuda renggong tersebut adalah tarian perkelahian yang terjadi diantara mereka, yang diantaranya adalah: gerakan kuda berdiri di atas kedua kaki belakangnya. Sementara kaki depan bergerak seperti mencakar pesilat, gerakangerakan yang seolah-olah menginjak perut pesilat, gerakan menginjak kepala pesilat menggunakan kaki depan, dan gerakan-gerakan pesilat saat beraksi di sekitar punggung kuda. Sebagai catatan, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh sang kuda tidak begitu tinggi karena di atas punggungnya terdapat anak yang dikhitan atau pejabat yang menungganginya. Sedangkan, lagu-lagu yang dimainkan oleh para wiyaga untuk mengiringi tarian biasanya diambil dari kesenian Jaipong, Ketuk Tilu, dan Joged seperti: Paris Wado, Rayak-rayak, Botol Kecap, Keringan, Kidung, Titipatipa, Gondang, Kasreng, Gurudugan, Mapay Roko, Kembang gadung, Kangsring, Buah Kawung, Gondang, Tenggong Petit, Sesenggehan, Badudud, Tunggul Kawing, Samping Butut, Sireum Beureum, Manuk Dadali, Adem Ayem, Daun Puspa, Solempang Koneng, Reumis Janari, Daun Pulus, dan lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet Rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dan lain sebagainya). Pertunjukan kuda renggong ini dilakukan sambil mengelilingi kampung atau desa, hingga akhirnya kembali lagi ke tempat semula. Setelah itu, diadakan acara saweran yang didahului oleh pembacaan doa yang dipimpin oleh juru sawer (ahli nyawer) dengan menggunakan sesajen yang berupa: nasi tumpeng (congot), panggang daging, panggang ayam (bakakak), sebuah tempurung kelapa yang berisi beras satu liter, irisan kunyit, dan kembang gula. Dan, setelah acara saweran yang dilakukan dengan menaburkan uang logam dan beras putih, maka pertunjukan pun berakhir. Nilai Budaya Seni sebagai ekspresi jiwa manusia sudah barang tentu mengandung nilai estetika, termasuk kesenian tradisional kuda renggong yang ditumbuh-kembangkan oleh masyarakat Cikurubuk, Kabupaten Sumedang. Namun demikian, jika dicermati secara mendalam kuda renggong tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi ada nilai-nilai lain yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain adalah kerja sama, kekompakan, ketertiban, dam ketekunan. Nilai kerjasama terlihat dari adanya kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya para pendahulunya. Nilai kekompakan dan ketertiban tercermin dalam suatu pementasan yang dapat berjalan secara lancar. Nilai kerja keras dan ketekunan tercermin dari penguasaan gerakangerakan tarian. (ali gufron) Foto: Yana Sumber: Sariyun, Yugo, dkk,. 1992. Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat Jawa Barat.

Bandung:

Depdikbud.

Ganjar Kurnia. 2003. Deskripsi Kesenian Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat. http://id.wikipedia.org http://www.bandungtourism.com http://www.jabar.go.id http://www.westjava-indonesia.com
http://uun-halimah.blogspot.com/2008/12/kuda-renggong-kesenian-tradisional.html#.UlTXBflHKUo

Kesenian Khas Kuda Renggong


Posted on Apr 26 2013 - 9:56pm by myra

MyBdg.com Kesenian Khas Kuda Renggong Kesenian khas Sunda kini

mungkin sudah banyak tersisihkan oleh berkembangnya zaman yang semakin modern dan tekhnologi canggih lainnya. Jika diperhatikan, kesenian khas daerah merupakan modal awal berkembangnya suatu daerah oleh seni dan budaya yang lekat dengan daerah tersebut. Seperti halnya kesenian kuda renggong.

Kuda renggong merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang berasal dari Sumedang. Kata renggong dalam kesenian ini merupakan metatesis dari kata ronggeng yaitu kamonesan yang artinya keterampilan jika dalam bahasa Sunda. Kuda renggong biasanya sering muncul pada acara sunatan atau acara besar lainnya. Cara berjalan kuda yang telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik menjadi tontonan menarik dari kesenian khas Sunda ini/ Menurut beberapa seniman, kuda renggong muncul pertama kali dari desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Ketika itu, kuda renggong mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga tersebar ke berbagai desa di beberapa kecamatan di luar kecamatan Buah Dua, hingga ke beberapa daerah lainnya. Sebagai seni pertunjukan rakyat yang berbentuk seni karnaval, kuda renggong telah berkembang dilihat dari pilihan kuda yang tegap dan kuat, aksesoris kuda dan perlengkapan musik pengiring, para penari, dll. Hal ini tercatat dalam setiap festival kuda renggong yang diadakan setiap tahunnyaa. Kuda renggong juga telah menjadi komoditi pariwisata yang dikenal secara nasional dan internasional. Pertunjukan kuda renggong biasanya dilaksanakan pada acara sunatan dan anak yang sedang di sunat memakai pakaian wayang tokoh Gatotkaca, naik diatas kuda renggong lalu diarak berkeliling meninggalkan rumah dengan berkeliling desa. Lagu yang dipilih untuk mengiringi arak-arakan adalah seperti Kaleked, mojang geulis, rayak-rayak, ole-ole Bandung, kembang bereum, kembang gadung, jisamsu, dll. Berbeda halnya dengan pertunjukan kuda renggong dalan acara festival. Pertunjukkan kuda renggong pada acara festival, setiap tahunnya menunjukkan peningkatan, baik dalam jumlah peserta dari berbagai desa, juga peningkatan media pertunjukkan, aksesoris, musik, dll. Seperti tarian para pengiring yang lebih ditata, musik pengiring yang berbeda-beda, tidak lagi kendang penca tetapi Bajidoran, Tanjidor, Dangdutan, dll. Dari kedua bentuk pertunjukan kuda renggong, jelas muncul musik pengiring yang berbeda. Musik pengiring kuda renggong di desa-desa, biasanya cukup sederhana, karena umumnya keterbatasan kemampuan untuk memiliki alat-alat musik yang baik. Biasanya terdiri dari kendang, bedug, goong, trompet, genjring, kemprang, ketuk dan kecrek. Sedangkan musik pengiring kuda renggong dalam acara festival, biasanya seperti peralatan musik terompet Brass, keyboard organ, simbal, drum, tamtam, dll. Juga dalam alat-alat suara lainnya.

Mungkin saat ini sudah jarang menemukan pertunjukkan kuda renggong di kota-kota besar, namun pertunjukkan ini masih bisa anda temukan di daerahdaaerh pedesaan yang masih menjunjung tinggi dan melestarikan kesenian budaya khas kuda renggong ini.
http://www.mybdg.com/kesenian-khas-kuda-renggong/3287/

Rabu, 10 November 2010 di Rabu, November 10, 2010 | By: Babad Sunda

Browse Home Seni Budaya Sunda Kuda renggong

Kuda renggong
yang ketiga adalah seni kuda renggong yaitu kesenian pentas kuda yang menari atau kuda yang jadi ronggeng nya, biasanya digelar pada acara syukuran khitanan, dan seni kuda renggong masih sangat beruntung karena sampai saat ini kerap sekali kita jumpai khusus nya di kabupaten sumedang, sebagai bukti nyata disumedang adanya aliansi masyarakat atau paguyuban seni kuda renggong.

Dan yang ini adalah demontrasi kuda depok atau kuda silat

Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop. Di depan rombongan Kuda Renggong ada seorang Pelatuk, yaitu saiah seorang pemain Kuda Renggong, yang bertindak sebagai penunjuk jalan dan pimpinan koordinator iring-iringan tersebut. Tetabuhannya berupa Kendang besar, Goong, Tarompet, Genjring atau Terbang Gede atau Dulag, bahkan disertakan pula Sinden dan beberapa penari laki-laki dan perempuan. Maka arak-arakan tersebut berjalan menurut arah yang telah ditentukan sebelumnya. Kuda Renggongnya bergerakgerak seperti menari, karena sudah terlatih dan terbiasa mendengar tetabuhan. Gerakannya seirama dengan bu:nyi yang dimainkan. Apabila iramanya lambat, Kuda Renggong akan menggerakan tubuhnya dengan lambat pula, begitu pula apabila iramanya cepat Kuda Renggong akan menggerakan tubuhnya dengan cepat pula Gerakanya selain gerakan kaki Kuda yang berjingkrak-jingkrak, juga kepala Kuda Renggong pun ikut pula terangguk-angguk. Di depan atau di pinggir Kuda Renggong ada beberapa penari, baik dari rombongan Kuda Renggong sendiri maupun dari para penonton atau kerabat yang punya hajatan. Mereka dengan suka citanya ikut berjoget atau menari sebisanya, dan hal inilah yang menambah semaraknya pertunjukkan Kuda Renggong. Konon pemeiiharaan kuda untuk Kuda Renggong sangat diutarnakan. Selain diberi makan rumput, ongok juga diberi madu, susu, dan telur. Surai nyapun dipelihara dengan baik pula, diuntun dengan memakai pita serta dipasangkan perhiasan yang cerah dengan warna-warni yang indah.
http://babadsunda.blogspot.com/2010/11/3-kuda-renggong.html

Kuda Renggong
archive69|Senin, 24 Mei 2010|4 komentar

Sekitar mulai tahun 1960-an, setiap upacara khitanan anak diadakan helaran dan menggunakan kesenian helaran yang disebut kuda renggong. Sebelum ada kesenian helaran kuda renggong, anak khitan hanya digendong oleh kerabatnya dengan diiringi tetabungan dog-dog atau genjring, menuju makan leluhurnya untuk berjiarah. Kemudian acara helaran mengalami perubahan, anak sunat didudukan di atas punggung kuda yang dipandu oleh sipemilik kuda. Dengan diiringi oleh saudara dan kerabat. Alat musik pengiring masih berupa dogdog, genjring dan kendang pencak. Perkembangan selanjutnya para pemilik kuda terus mengadakan perubahan-perubahan yaitu dengan melatih kuda untuk dapat bergerak-gerak seperti sebuah tarian, seirama dengan bunyi musik pengiring, yaitu kendang pencak. Penataan atribut yang digunakan kuda, pakaian anak khitan, dan pakain pemain musik pengiring dan para penari, maka sejak itulah terkenal dengan nama Kuda Renggong. Perlengkapan yang dipergunakan kuda diantaranya: - Siger: terbuat dari kulit atau kertas tebal, dihiasi dengan payet atau kain warna kemilau mas, dipasang dikepala kuda dengan pengunakan tali. - Bodong: terbuat dari kulit atau kertas tebal, dihiasi dengan payet atau kain warna mas, digunakan untuk menutupi kedua telinga kuda.

- Sela: alat yang dipakai pada punggung kuda dilengkapi dengan tempat pijakan kaki, berfungsi untuk tempat duduk anak khitan. - Ebek: merupakan sayap yang dipasang dibagian kiri dan kanan kuda. - Perlengkapan lainnya, payung besar, dan pakaian anak khitan. Alat musik pengiring kuda renggong diantaranya: tilingtit, jengrong, udeng, ketuk, kecrek besi, kendang, goong, bonang, jidor, kendang, dll. Kuda renggong berkembang di daerah sunda seperti di Sumedang tersebar dibeberapa kecamatan diantaranya di Conggeang, Buahdua, Situraja, dll.

Pepep [ Ngan Saukur Dogdong Pangrewong ]

Tampilkan Entri Lain

Read more: http://archive69blog.blogspot.com/2010/05/kudarenggong.html#ixzz2hCAB9wQW

Kuda Renggong

Written By Mang Raka on Minggu, 16 Juni 2013 | 11.00

KETIMBANG daerah lain di Indonesia, Jawa Barat mungkin paling banyak memiliki seni budaya tradisional. Selain Jaipongan yang terkenal salah satunya adalah Kuda Renggong. Kesenian ini biasanya digelar sebagai penyambutan anak yang akan disunat. Seperti apa kesenian Kuda Renggong ini, berikut penelusuran RAKA. Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Karawang selain Sumedang dan Majalengka. Cara penyajiannya persis kesenian Sisingaan. Hanya saja kalau Sisingaan yang digunakan adalah boneka singa yang ditandu dan ditunggangi tetamu terhormat, Kuda Renggong justru seekor kuda dengan hiasan warna-warni dan ditunggangi anak yang akan disunat (pengantin sunat). Dalam kesenian tersebut anak yang akan disunat dianggap layaknya seorang Raja atau Satria. Karenanya pakaian yang dikenakan juga pakaian raja atau satria bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai bendo, takwa dan pakai kain serta selop. Di depan rombongan Kuda Renggong ada seorang Pelatuk, yaitu salah seorang pemain Kuda Renggong, yang bertindak sebagai penunjuk jalan dan pimpinan koordinator iringiringan tersebut. Tetabuhannya berupa Kendang besar, Goong,Tarompet, Genjring atau Terbang Gede atau Dulag, bahkan disertakan pula Sinden dan beberapa penari laki-laki dan perempuan. Maka arak-arakan tersebut berjalan menurut arah yang telah ditentukan sebelumnya. Kuda Renggongnya bergerakgerak seperti menari, karena sudah terlatih dan terbiasa mendengar tetabuhan. Gerakannya seirama dengan bunyi yang dimainkan. Apabila iramanya lambat, Kuda Renggong akan menggerakan tubuhnya dengan lambat pula, begitu pula apabila iramanya cepat Kuda Renggong akan menggerakan tubuhnya dengan cepat pula. Gerakanya selain gerakan kaki Kuda yang berjingkrak-jingkrak, juga kepala Kuda Renggong pun ikut pula terangguk-angguk. Didepan atau dipinggir Kuda Renggong ada beberapa penari, baik dari rombongan Kuda Renggong sendiri maupun dari para penonton atau kerabat yang punya hajatan. Mereka dengan suka citanya ikut berjoget atau menari sebisanya, dan hal inilah yang menambah semaraknya pertunjukkan Kuda Renggong.

Konon pemeiiharaan kuda untuk Kuda Renggong sangat diutarnakan. Selain diberi makan rumput, ongok juga diberi madu, susu, dan telur. Surai nyapun dipelihara dengan baik pula, diuntun dengan memakai pita serta dipasangkan perhiasan yang cerah dengan Dalam pertunjukannya, Kuda Renggong memiliki dua kategori bentuk pertunjukan, antara lain meliputi pertunjukan Kuda Renggong di desa dan pada festival. Pertunjukan Kuda Renggong dilaksanakan setelah anak sunat selesai diupacarai dan diberi doa, lalu dengan berpakaian wayang tokoh Gatotkaca, dinaikan ke atas kuda Renggong lalu diarak meninggalkan rumahnya berkeliling, mengelilingi desa. Musik pengiring dengan penuh semangat mengiringi sambung menyambung dengan tembang-tembang yang dipilih, antara lain Kaleked, Mojang Geulis, Rayak-rayak, Ole-ole Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, Jisamsu, dll. Sepanjang jalan Kuda Renggong bergerak menari dikelilingi oleh sejumlah orang yang terdiri dari anak-anak, juga remaja desa, bahkan orang-orang tua mengikuti irama musik yang semakin lama semakin meriah. Panas dan terik matahari seakan-akan tak menyurutkan mereka untuk terus bergerak menari dan bersorak sorai memeriahkan anak sunat. Kadangkala diselingi dengan ekspose Kuda Renggong menari, semakin terampil Kuda Renggong tersebut penonton semakin bersorak dan bertepuk tangan. Seringkali juga para penonton yang akan kaul dipersilahkan ikut menari. Setelah berkeliling desa, rombongan Kuda Renggong kembali ke rumah anak sunat, biasanya dengan lagu Pileuleuyan (perpisahan). Lagu tersebut dapat dilantunkan dalam bentuk instrumentalia atau dinyanyikan. Ketika anak sunat selesai diturunkan dari Kuda Renggong, biasanya dilanjutkan dengan acara saweran (menaburkan uang logam dan beras putih) yang menjadi acara yang ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak desa. Pertunjukan Kuda Renggong di Festival Kuda Renggong berbeda dengan pertunjukan keliling yang biasa dilakukan di desa-desa. Pertunjukan Kuda Renggong di festival Kuda Renggong, setiap tahunnya menunjukan peningkatan, baik jumlah peserta dari berbagai desa, juga peningkatan media pertunjukannya, asesorisnya, musiknya, dll. Sebagai catatan pengamatan, pertunjukan Kuda Renggong dalam sebuah festival biasanya para peserta lengkap dengan rombongannya masing-masing yang mewakili desa atau kecamatan se-Kabupaten dikumpulkan di area awal keberangkatan, biasanya di jalan raya depan kantor Bupati, kemudian dilepas satu persatu mengelilingi rute jalan yang telah ditentukan panitia. Sementara pengamat yang bertindak sebagai Juri disiapkan menilai pada titik-titik jalan tertentu yang akan dilalui rombongan Kuda Renggong. Dari beberapa pertunjukan yang ditampilkan nampak upaya kreasi masing-masing rombongan, yang paling menonjol adalah adanya penambahan jumlah Kuda Renggong (rata-rata dua bahkan empat), pakaian anak sunat tidak lagi hanya tokoh Wayang Gatotkaca, tetapi dilengkapi dengan anak putri yang berpakaian seperti putri Cinderella dalam dongeng-dongeng Barat. Penambahan asesoris Kuda, dengan berbagai warna dan payet-payet yang meriah keemasan, payung-payung kebesaran, tarian para pengiring yang ditata, musik pengiring yang berbeda-beda, tidak lagi Kendang Penca, tetapi Bajidoran, Tanjidor, Dangdutan, dll. Demikian juga dengan lagu-lagunya, selain yang biasa mereka bawakan di desanya masing-masing, sering ditambahkan dengan lagu-lagu dangdutan yang sedang popular, seperti Goyang Dombret, Pemuda Idaman, Mimpi Buruk, dll. Setelah berkeliling kembali ke titik keberangkatan. Dari dua bentuk pertunjukan Kuda Renggong, jelas muncul musik pengiring yang berbeda. Musik pengiring Kuda Renggong di desa-desa, biasanya cukup

sederhana, karena umumnya keterbatasan kemampuan untuk memiliki alat-alat musik (waditra) yang baik. Umumnya terdiri dari kendang, bedug, goong, trompet, genjring kemprang, ketuk, dan kecrek. Ditambah dengan pembawa alat-alat suara (speaker toa, ampli sederhana, mike sederhana). Sementara musik pengiring Kuda Renggong di dalam festival, biasanya berlomba lebih "canggih" dengan penambahan peralatan musik terompet, Bass, keyboard organ, simbal, drum, tamtam, dll. Juga di dalam alat-alat suaranya. (rk) http://www.radar-karawang.com/2013/06/kuda-renggong.html

Anda mungkin juga menyukai