Anda di halaman 1dari 8

Bab 4

Diagram Alir dan Pembahasan

4.1 Diagram Alir


Diagram alir dibuat untuk mengetahui sistematik penulisan yang akan dilakukan
dimana terdapat beberapa proses pembuatan laporan mulai dari pengumpulan data seperti
mengumpulkan spesifikasi dan mencari informasi tentang proses coal handling, boiler dan
air and ash system. Proses tersebut dibuat dalam bentuk flowchart (diagram alir) yang berisi
judul pada sub-bab.

Studi Pendahuluan

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Pengolahan data

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


Gambar 4.1 Flow chart pembuatan laporan

4.1.1 Studi pendahuluan


Studi pendahuluan menjelaskan tentang 6 sub-bab, yaitu latar belakang, tujuan, ruang
lingkup kajian , metode pengumpulan data, waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek dan
sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan.

35

4.1.2 Studi pustaka


Studi pustaka berisi tentang literatur dan teori-teori pendukung yang digunakan untuk
dijadikan pedoman dan landasan teori dalam proses pembuatan laporan. Isi dari literatur dan
teori pendukung tersebut mengenai pembangkit listrik, boiler, turbin, generator, coal
handling, solar, dan air and flue gas sistem.

4.1.3 Pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan untuk membandingkan literatur dengan proses
pengerjaan di lapangan. Data data tersebut yaitu flowchart sistem air and flue gas, sistem coal
handling, sistem boiler dan spesifikasi boiler. Data -data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Flowchart air and flue gas sistem
Pada flow chart air and flue gas system terdapat alur masuk udara untuk konsumsi
boiler hingga pembungan flue gas di chimney. Yang berawal dari FD Fan hingga chimney

FD Fan

APH

Hot air

Secondary

Furnce

Cold air

ESP

PA Fan

Chimney

Primary Air

FGD

Bag

ID Fan

Bypas
36

Gambar 4.2 Air and flue gas system

b. Flowchart coal handling sistem

Pada flow chart coal handling system batubara dialirkan dari coal yard hingga
bungker. Secara keseluruhan coal handling sistem hanyalah sistem transportasi batubara

Coal yard

Vibrating
feeder

Conveyor
1

Bungker

Conveyor
3

Coal feder

Grinding

Crusher

Conveyor
2

furnace

Gambar 4.3 flow char coal handling system

c. Boiler sistem

Diboiler terdapat dua sistem yaitu sistem pembakaran dan sistem pemanasan dimana
sistem pembakaran berawal dari coal feeder dan di akhiri oleh furnice. Sedangkan pada
sistem pemansan diawali oleh feed water station dan di akhiri di turbin. Berikut kedua system
tersebut dalam bentuk flowchart:
1. Sistem pembakaran pada boiler
Pada sistem ini batubara yang berasal dari coal handling di bakar agar menjadi bahan
pemanas pada boiler.

37

Primary air

Coal feeder

Coal mill

corner

Furnice

Secondary air

Gambar 4.4 flowchart sistem pembakaran pada boiler

2. Sistem pemanasan di boiler.

Sistem ini berawal dari feedwater station dan di akhiri pada steam collector. Dimana
dalam sistem tersebut ada pemanasan superheated yang merubah air menjadi steam kering.

Feed water
station

Economizer

Steam drum

www upper
header

Ww Lower
header

Down comer

Steam drum

Roof sh

Rear sh

Platen sh

Low temp sh

Side gage sh

High temp
sh(cs)

High tem sh
(hs)

Steam
collector

turbin

38

Gambar 4.5 Flowchart sistem pemanasan pada boiler

d. Spesifikasi boiler
Pada boiler tipe pulfurized boiler memiliki spesifikasi sebagai berikut :

model boiler

: WGZ150/9,8-1 type

manufaktur

: wuhan boiler co,. Ltd

tahun pembuatan

: 2006

rated evaporation capacity of boiler

: 150 t/h

working pressure of steam drum

: 11,07 mpa

steam pressure at the outlet of superheater : 9,8 mpa


temperature of steam gas

: 540 C

water-supply temperature

: 220 c

cold wind temperatur

: 30 c

sirocco temperature

: 350 c

smoke evacuation temperatur

:147 c

boiler efficiency

: 90,7 %

flue gas ressitance of boiler unit

: 1039 pa

air resistance of air preheate

: 1424 pa

designed (actual) coal combustion of boiler : 17,94 (18,22) pa

4.1.4 Pengolahan data


Pada tahapan pengolahan data ketiga flowchart dijelaskan setiap poinnya serta
disusun agar menjadi satu rangkaian sistematik yang berhubungan pada sistem pembakaran
batubara dan sisa pembakarannya. Yang dimulai pada pengumpulan batubara hingga
pembuangan sisa pembakaran.

39

4.1.5 Kesimpulan dan saran


Pada tahap kesimpulan yaitu menyimpulkan hasil laporan ini mulai dari bab 1 hingga
bab 4 dan menjawab dari tujuan yang akan dilaporkan serta memberi saran baik ke
perusahaan, untuk pihak kampus maupun penulis.

4.2 Pembahasan
Pada sistem pembakaran diawali dari proses penangan batubara yang bermula dari
batu bara yang tersimpan pada coalyard diteruskan melalui vibrating feader dengan
memanfaatkan getaran dari bandul. Selanjutnya batubara dijalankan menggunakan conveyor
1 menuju crusher. Pada conveyor 1 terdapat alat iron remover yaitu alat untuk menangkap
material besi. Selain itu pada conveyor 1 terdapat pula belt sueit suit yang berfungsi sebagai
alat penditeksi kemiringan belt. Bila belt mengenai alat tersebut conveyor secara otomatis
conveyor berhenti atau biasa disebut dengan trip.
Setelah batubara berada di conveyor 1 selanjutnya dikirimkan kepada crusher untuk
merubah dimensi batubara dari ukurannya yang besar menjadi 2 hingga 3 cm. Cara kerjanya
yaitu batubara yang masuk pada crusher ditempatkan pada cetakan dan dipukul dengan benda
yang berputar.
Setelah barubara menjadi ukuran 2 hingga 3 cm diturunkan oleh crusher kepada
conveyor 2. Pada conveyor 2 terdapat magnetik separator yang fungsinya mirip dengan iron
remover ya itu menangkap benda selain batubara. Terdapat pula dust collector dan belt scale.
Setelah melewati conveyor 2 di lanjutkan pada conveyor 3.
Pada conveyor 3 terdapat plough un loader, belt suet suit, iron remover, sampling, dan
3 way cute. Aliran batubara pada conveyor tiga ini berawal dari 3 way cut lalu menuju pada
iron remover setelah itu ke sampling lalu menuju plough un loader. 3 way cut adalah alat
penyearah batubara dari conveyor 2 menuju conveyor 3a atau pun 3b. Pada alat tersebut
terdapat 4 buah penyearah yaitu 3a1,3a2, 3b1 dan 3b2. Hanya saja yang di gunakan hanyalah
2 penyearah untuk conveyor a atau pun b. batu bara di arah kan di control pada pusat
pengendalian yaitu di PLC. Sampling adalah alat untuk mengukur kadar batubara biasanya
digunakan untuk menganalisi kadar air, jumlah klori yang dihasilkan, dan sisa pembakaran.
40

Sampling mengambil secara acak batubara yang akan di analisis. Akan tetapi alat ini tidak
dapat bekerja secara otomatis karena ada kerusakan. Plough un loader adalah alat untuk
membagi batubara menuju bungker 1-6 . Terdapat 6 plough un loader di conveyor 3 untuk
masing masing memasikan batubara ke bungker. Cara kerja dari plough un loader yaitu
dengan membuka atau menutup plough un loader. Bila alat tersebut dibuka maka batu bara
akan lewat dan bila ditutup batubara akan langsung masuk. Sistem ini di jalankan secara
manual.
Setelah melalui conveyor 3 batubara dimasukkan pada bungker. Di bunker batubara
ditampung. Bungker ini dapat menampung 300 ton batubara setiap sift pegawai. Batubara
setiap harinya membutuhkan 900 ton untuk digunakan.
Batubara yang ada di bungker selanjutnya dikirimkan pada coal feader. Fungsi dari
coal feader ini adalah untuk mengatur jumlah batubara yang masuk pada coal mill. Jumlah
batubara ini diatur oleh slot board atau damper. Batubara bergerak dicoal feader
menggunakan belt di dalamnya. Dengan sekala yang lebih kecil dari conveyor.
Setelah itu batubara dikirimkan menuju coal mill untuk diperkecil kembali
dimensinya dari 2- 3 cm menjadi 75 micron dengan cara batubara digerus dengan bandul.
Agar batubara dapat masuk ke corner batubara membutuhkan tekanan udara. Tekanan udara
tersebut didapatkan dari FD Fan yang biasanya disebut primary air. Udara yang ada di
primary air adalah campuran dari cold air dan hot air. Coald air berasal langsung dari FD Fan
sedangkan hot air melewati dulu APH agar udara terpanaskan.
Setelah udara bercampur di primary air kemudian udara ditembakkan ke coal mill
untuk membawa batubara ke furnace melalui corner. Corner adalah pipa untuk menyuplai
batubara untuk furnace. Di dalam furnace terdapat buner sebanyak 4 buah. Dan terbagi atas 7
buah penyalur udara, batubara berserta udara, dan oil solar. Udaya yang tersalurkan melalui
buner tersebut dinamakan secondary air fungsinya selain untuk pembakaran yaitu untuk
membuat cincin api dengan cara membuat sudut di tiap burner .
Terdapat tiga syarat agar api tercipta pada furnace. Yaitu terdapat udara, bahan bakar
dan panas. Panas yang tercipta sendiri berawal saat pemanasan pertama boiler menggunakan
solar. Solar tersebut berasal dari oil and pum house lalu disalurkan menggunakan pompa yang
kemudian dikirimkan pada furnace melalui pipa pipa. Solar yang masuk ke furnace
membentuk sprey dan terbakar karena terdapat platuk untuk pembakaran. Setelah furnace
41

panas barulah batubara digunakan. Bila suhu di furnace telah stabil solar tidak digunakan
kembali.
Sisa pembakaran batubara di furnace adalah ash atau debu. Ash tersebut biasanya
memiliki titik lebur di suhu 1200 c 1400 c. Bila debu tersebut mencapai titik leleh maka
debu akan menempel pada dinding furnace dan dapat mengerak. Atau jatuh ke bawah boiler.
Suhu yang berada di furnace adalah 1300 c. Karena itu lah kualitas dari batubara sangat lah
penting untuk pembakaran.
Debu sisa pembakaran dihisap menuju cihmney menggunakan ID Fan. Melalui ESP,
FED, dan Bag filter sebagai penyaring debu untuk mengurangi kadar ash pada udara. Akan
tetapi pada perusahaan indorama FED dan Bag filter dilewat melalui jalur bypas. Karena
proses penggunaan FED yang tidak mudah serta biaya pengoprasiannya yang tidak ekonomis.
ESP atua Elektro Statik Precipitator adalah alat untuk mengurangi kadar debu.
Biasanya disebut dengan desulfation. Cara kerja dari alat ini adalah flue gas melalui suatu
medan istrik yang terbentuk dari dischange electrode dengan collector plate. Flue gas yang
membawa debu pada awalnya bermuatan netral dan saat melewati medan listrik partikel
partikel dari debu tersebut terionisasi menjadi bermuatan negatif. Karena collector plate
bermuatan positif maka debu yang terionisasi menempel pada dinding collector plate. Debu
yang menempel secara periodik dipindahkan melalui suatu getaran atau ramping. Debu yang
jatuh akibat ramping di salurkan kepada ash silo dengan cara di vakum.
Selanjutnya udara yang telah di bersihkan di ESP dilanjutkan menuju chimney dengan
melewati jalur bypas yang selanjutnya diterbangkan ke atmosfer.

42

Anda mungkin juga menyukai