No : 11
Kls : X IPA 5
Kelompok : 3
Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong
baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum
sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gong
Asal-usul angklung
Tidak ada petunjuk akan sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk
primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di
Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan
bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung yang baru muncul merujuk pada masa Kerajaan
Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu
seperti angklung berdasar pada pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris
dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini
melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi
Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai
sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual
mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor,
adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau.
Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan
untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu
hitam (awi wulung) dan bambu ater (awi temen), yang jika mengering berwarna
kuning keputihan. Tiap nada dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang
berbentuk bilah tiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Di antara fungsi angklung yang dikenal oleh masyarakat Sunda sejak masa
kerajaan Sunda adalah sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi
angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa
penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat
menggunakan angklung. Pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung
menurun dan hanya dimainkan oleh anak-anak pada waktu itu.[butuh rujukan]
Jenis angklung
Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak
hujan. Mereka memainkan angklung di buruan (halaman luas di pedesaan) sambil
menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: Lutung Kasarung, Yandu
Bibi, Yandu Sala, Ceuk Arileu, Oray-orayan, Dengdang, Yari Gandang, Oyong-
oyong Bangkong, Badan Kula, Kokoloyoran, Ayun-
ayunan, Pileuleuyan, Gandrung Manggu, Rujak Gadung, Mulung
Muncang, Giler, Ngaranggeong, Aceukna, Marengo, Salak Sadapur, Rangda
Ngendong, Celementre, Keupat Reundang, Papacangan, dan Culadi Dengdang.
Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran
kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara
itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah
baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda
dengan masyarakat Daduy Dalam, mereka dibatasi oleh adat dengan berbagai
aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan hal-hal kesenangan
duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual.
pemain angklung dari jawa timur saat melakukan pertunjukan di jawa barat
Angklung Reyog merupakan alat musik untuk mengiringi Tarian Reyog Ponorogo
di Jawa Timur. angklung Reyog memiliki khas dari segi suara yang sangat keras,
memiliki dua nada serta bentuk yang lengkungan rotan yang menarik (tidak
seperti angklung umumnya yang berbentuk kubus) dengan hiasan benang
berumbai-rumbai warna yang indah. di kisahkan angklung merupakan sebuah
senjata dari kerajaan bantarangin ketika melawan kerajaan lodaya pada abad ke 9,
ketika kemenangan oleh kerajaan bantarangin para prajurit gembira tak terkecuali
pemegang angklung, karena kekuatan yang luar biasa penguat dari tali tersebut
lenggang hingga menghasilkan suara yang khas yaitu klong- klok dan klung-kluk
bila didengar akan merasakan getaran spiritual.
Dalam sejarahnya angklung Reyog ini digunakan pada film: Warok Singo Kobra
(1982), Tendangan Dari Langit (2011)
Dan penggunaan angklung Reyog pada musik seperti: tahu opo tempe, sumpah
palapa, kuto reog, Resik Endah Omber Girang, dan campursari berbau
ponorogoan.
Angklung banyuwangi ini memiliki bentuk seperi calung dengan nada budaya
banyuwangi
Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa kampung Cipining
mengalami musim paceklik.
Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di
kalangan rakyat, yaitu cis kacang buncis nyengcle..., dst. Teks tersebut terdapat
dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.
Dari beberapa jenis musik bambu di Jawa Barat (Angklung) di atas, adalah
beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan angklung, yang terdiri atas:
Angklung Buncis (Priangan/Bandung), Angklung Badud (Priangan
Timur/Ciamis), Angklung Bungko (Indramayu), Angklung Gubrag (Bogor),
Angklung Ciusul (Banten), Angklung Dog dog Lojor (Sukabumi), Angklung
Badeng (Malangbong, Garut), dan Angklung Padaeng yang identik dengan
Angklung Nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak
tahun 1938. Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung
Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) oleh Daeng
Sutigna alias Si Etjle (1908–1984) diubah nadanya menjadi tangga nada Barat
(solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil
pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan
secara orkestra besar.
Angklung toel diciptakan oleh Kang Yayan Udjo sekitar tahun 2008.[1] Pada
alat ini, ada rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung dijejer
dengan posisi terbalik dan diberi karet. Untuk memainkannya, seorang pemain
cukup men-toel angklung tersebut, dan angklung akan bergetar beberapa saat
karena adanya karet.
Angklung ini merupakan gagasan Eko Mursito Budi yang khusus diciptakan
untuk keperluan robot angklung.[2] Sesuai namanya, satu angklung ini
memakai dua atau lebih tabung suara yang nadanya sama, sehingga akan
menghasilkan nada murni (mono-tonal). Ini berbeda dengan angklung
padaeng yang multi-tonal. Dengan ide sederhana ini, robot dengan mudah
memainkan kombinasi beberapa angklung secara simultan untuk menirukan
efek angklung melodi maupun angklung akompanimen.
Agar lebih kaya suaranya, angklung sebaiknya dimainkan dengan alat musik
lain, membentuk ansambel. Beberapa ansambel angklung yang sudah mapan
adalah:
Ansambel angklung klasik yang dikenalkan oleh Daeng Soetigna ini terdiri
atas:
Angklung melodi
Angklung akompanimen
Bas betot
Kombinasi minimal inilah yang paling populer dan umum dijumpai saat
konser maupun lomba paduan angklung.
Angklung solo[sunting | sunting sumber]
Arumba adalah istilah bagi seperangkat alat musik yang minimal terdiri
atas: [4]
Satu unit angklung melodi, digantung sehingga bisa dimainkan oleh satu
orang
Satu unit bass lodong, juga dijejer agar bisa dimainkan satu orang
Gambang bambu melodi
Gambang bambu pendamping
Gendang
Secara esensial, angklung adalah alat musik bambu yang dimainkan dengan
digetar. Hal tersebut tidak boleh diubah. Meski demikian, berbagai upaya
kreatif untuk memodernisasinya terus berlangsung, seperti:
https://id.wikipedia.org/wiki/Angklung
Biasanya permukaan kulit ini terbuat dari kulit hewan seperti kerbau,sapi,
kambing atau rusa.Namun beberapa pengrajin Kendang meyakini bahwa
penggunaan kulit kerbau adalah terbaik sebagai bahan baku karena dianggap lebih
awet ketimbang kulit hewan lain.
https://www.romadecade.org/alat-musik-gamelan/#!
Suling
suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari
bambu. Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik
lainnya dengan baik.
Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran
keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau
logam yang dilapisi perak.
Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan
dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra
untuk model menengah ke atas dan profesional.
Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci
memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan
jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain suling
(terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli) memilih closed-hole
plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk
menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang
sangat tepat.
Suling konser pada sebelum Era Klasik (1750) memakai Suling Blok (seperti
gambar atas), sedangkan pada sebelum Era Romantis (Era Klasik 1750-1820)
pakai Suling Albert (kayu hitam berlubang dan dilengkapi klep), dan sejak Era
Romantis (1820) memakai suling Boehm (kayu hitam atau metal dilengkapi klep
semua yang disebut juga suling Boehm, sistem Carl Boehm), atau suling saja.
https://id.wikipedia.org/wiki/Suling
Gambang
Gambang merupakan salah satu alat musik gamelan yang dimainkan dengan cara
dipukul dengan alat yang disebut tabuh.Memiliki bentuk dan suara yang unik dan
khas.Pada dasarnya gambang dibuat dari kayu dan bagian penghasil nadanya
dibuat dari kayu atau bambu yang dibentuk menjadi bilah bilah.
Cara memainkan bonang ini adalah dengan memukul bagian pot perunggu
menggunakan 2 palu tabuh. Biasanya palu tabuh ini dibalut dengan lapisan kain
atau karet pada salah satu ujungnya.
Siter
Rebab
Rebab dimainkan dengan cara digesek mirip alat musik biola. Namun dengan
ukuran yang lebih kecil. Cara memainkannya yaitu dengan menggesek bagian
dawainya menggunakan alat gesek yang bentuknya mirip busur panah. Bagian
badan rebab berbentuk bulat dan bagian lainnya mempunyai ujung yang panjang.
Fungsi rebab ini yaitu sebagai instrument pemuka dan dijuluki sebagai pemimpin
lagu terutama dalam tabuhan yang lirih.Salah satu alat musik gamelan ini juga
biasa dimainkan untuk mengiringi sinden ketika bernyanyi.
Kenong
Kenong pada umumnya dibuat dari logam kuningan,besi atau kuningan. Gamelan
yang bernama kenong ini fungsinya sebagai penentu batas-batas gatra dan
berguna untuk menegaskan irama. Selain itu juga digunakan untuk mengatur
tempo dari lagu (gendhing) yang dimainkan. Kenong dimainkan dengan dipukul
menggunakan alat pemukul.
Kempul
Penampakan kempul sekilas mirip gong namun lebih kecil. Oleh karena itu sering
disebut gong kecil. Fungsi kempul ini yaitu untuk menegaskan irama melodi
dalam sebuah lagu (gendhing).
Kempul dapat menghasilkan suara lebih tinggi dari alat musik gong.Kempul
biasanya berjumlah 8 hingga 10 buah yang masing masing menghasilkan nada
yang berbeda beda. Alat pemukulnya terbuat dari bahan kayu yang salah satu
bagian ujung(untuk memukul) diberi lapisan kain yang cukup tebal.
Kethuk
Dalam permainan gamelan, kethuk berfungsi untuk menjaga keajegan irama agar
tetap harmonis. Cara memainkan Kethuk ini adalah dipukul menggunakan sebuah
alat pemukul yang dibalut karet atau kain yang cukup tebal pada ujungnya.
Kempyang
Kempyang berfungsi sebagai alat musik ritmis dalam pertunjukan gamelan.Selain
itu digunakan untuk membantu kendang agar menghasilkan sebuah ritme yang
diinginkan. Biasanya kempyang dimainkan bersahutan dengan kethuk hingga
menghasilkan bunyi Tuk Bluk Tuk Bluk dan membentuk harmoni yang indah.
Gender
Alat musik gamelan terakhir adalah gender. Gender dibuat dari logam kuningan
yang dibentuk menjadi bilah bilah. Pada umumnya alat music ini memiliki 10
sampai 14 bilah yang saat dimainkan menghasilkan nada yang berbeda. Gender
dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat bernama tabuh yang berbentuk
bulat dan ujungnya dilapisi kain.
https://www.romadecade.org/alat-musik-gamelan/#!
Kehidupan pribadi
Dialah Petrus Kaseke, putra tunggal Pendeta Yohanes Kaseke dan Adelina
Komalig. Korelasi tingginya kepekaan terhadap nada dengan tingginya tingkat
kecerdasan tampaknya terbukti pada diri Petrus Kaseke. Meski hidup dari
keluarga kurang mampu, di usianya ke-20, Petrus meraih predikat pelajar
berprestasi dan memperoleh beasiswa dari Bupati Minahasa untuk melanjutkan
kuliah di Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada. Namun setelah adanya
penurunan jumlah beasiswa dari Bupati Minahasa, Petrus terpaksa bertahan hidup
dengan main musik kolintang di Yogyakarta.
Pasang-surut
Beban hidup semakin berat, merantau seorang diri di tanah Jawa, sementara
beasiswa dari bupati juga diputus. Setelah enam tahun dan baru meraih sarjana
muda, Petrus terpaksa tak melanjutkan kuliahnya. Kondisi ini justru membuat
Petrus semakin berketetapan hati menggeluti alat musik kolintang.
Kala itu kolintang belum banyak dikenal di Pulau Jawa. Di luar dugaan, sambutan
publik terhadap kehadiran kolintang yang diiringi gitar, ukulele, dan string bas ini
ternyata luar biasa. Bahkan, kolintang saat itu sempat menjadi salah satu media
kampanye Partai Kristen Indonesia (Parkindo) sehingga ia dan rekan-rekannya
menerima banyak job bermain musik kolintang.
Salatiga merupakan kota pilihan paling tepat karena bahan baku kolintang berupa
kayu waru mudah didapatkan, yaitu di sekitar telaga Rawapening.
Di era 1989 sampai 1990-an, alat musik kolintang sangat populer bagi masyarakat
di dalam negeri maupun luar negeri. Permintaan akan kolintang pun semakin
meningkat. Dalam sebulan, bengkelnya yang berlokasi di Jalan Osamaliki 4
Salatiga, ini bisa melayani pembuatan alat musik kolintang hingga 10 set. Kala itu
ia bisa mempekerjakan sekitar 20 tukang kayu.
Era krisis moneter akhir tahun 1990 menandai jatuhnya industri alat musik
kolintang. Satu per satu perusahaan alat musik kolintang rontok, bangkrut. Namun
Petrus menjadi salah satu dari sekian pengrajin alat musik kolintang yang masih
bertahan meski pemesanan menurun, hanya berkisar 1-2 set per bulan.[4]
Kepiawaian Petrus membuat alat musik tradisional Minahasa yang hampir punah
ini memang belum pernah mendapat penghargaan yang sebanding dengan sepak
terjangnya selama ini. Ia memang bukan satu-satunya pengrajin alat musik
kolintang yang masih bertahan. Namun, di tangan dia, alat musik ini mulai
merebak ke Pulau Jawa dan bahkan merambah ke seantero dunia.
Tahun 1971 tampil di Australia selama kira-kira tiga bulan. Lebih dari 50 kota
disinggahi, termasuk Canberra, bersama Duta Besar Indonesia untuk
Australia, Sujitno Sukirno.
Tahun 1972 tampil di beberapa kota di New York dan Los Angeles, Amerika
Serikat.
Tahun 1973 tampil di benua Eropa antara lain Swiss, Jerman, Denmark,
dan Belanda (bersama Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Sutopo Yuwono).
https://id.wikipedia.org/wiki/Petrus_Kaseke