MUSIK TRADISIONAL
KELOMPOK 3
i
MUSIK TRADISIONAL
c) Zaman Aktual
Periode ini rentetan dari tahun 1500 sampai dengan sekarang yang dapat
terbagi 4 yaitu :
1) Zaman Batok dan Rokokok
2) Zaman Romantik
3) Zaman seni Modern
4) Zaman Modren
Angklung terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Angklung Kanekes, Angklung Reyog,
Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrag,
Angklung Badeng, Buncis, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Toel,
Angklung Sri-Murni.
Selain itu ada juga Ensemble angklung seperti: Klasik Padaeng, Angklung solo, dan
Arumba.
2. Arumba
Arumba adalah ensemble musik dari berbagai
alat musik yang terbuat dari bambu. Arumba
lahir sekitar tahun 1960-an di Jawa Barat
Indonesia, saat ini menjadi alat musik khas
Jawa Barat. Arumba termasuk ensembel
berarti termasuk seni musik
Konon pada tahun 1964, Yoes Roesadi dan
kawan-kawan membentuk grup musik yang
secara khusus menambahkan angklung pada
jajaran ensemble-nya.Ketika sedang naik truk
untuk pentas ke Jakarta, mereka mendapat ide
untuk menamai diri sebagai grup Arumba (Alunan Rumpun Bambu).
Kemudian sekitar tahun 1968, Muhamad Burhan di Cirebon membentuk grup musik
yang bertekad untuk sepenuhnya memainkan alat musik bambu. Mereka memakai alat
musik lama (angklung, calung), dan juga berinovasi membuat alat musik baru (gambang,
bass lodong). Ensemble ini kemudian mereka beri nama Arumba (Alunan Rumpun
Bambu).
Sekitar tahun 1969, Grup Musik Arumba juga mengubah nama menjadi Arumba,
sehingga timbul sedikit perselisihan istilah arumba tersebut. Dengan berjalannya waktu,
istilah arumba akhirnya melekat sebagai ensemble musik bambu asal Jawa Barat.
Susunan Alat Musik
Susunan ensemble gambang yang umum saat ini adalah:
Angklung solo: adalah satu set angklung (biasanya 31 buah) yang tergantung pada
palang. Angklung ini dimainkan oleh satu orang saja, sehingga pada satu saat, hanya
dua angklung yang bisa digetarkan.
Gambang Melodi: adalah gambang yang membunyikan melodi lagu (saling mengisi
suara dengan angklung), dimainkan oleh satu orang dengan dua pemukul.
Gambang pengiring: adalah gambang yang bertugas menghasilkan suara akord.
Gambang ini dimainkan oleh seorang pemain dengan 4 pemukul.
Bass lodong: terdiri atas beberapa tabung bambu besar yang dipukul untuk memberi
nuansa nada rendah.
Gendang : adalah alat musik pukul yang digunakan sebagai pembawa irama.
3. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung.
Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh
calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu)
yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu
untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula
yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni
pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan
calung jinjing.
Calung rantay - Calung rantay bilah
tabungnya dideretkan dengan tali kulit
waru (lulub) dari yang terbesar
sampai yang terkecil, jumlahnya 7
wilahan (7 ruas bambu) atau lebih.
Komposisi alatnya ada yang satu
deretan dan ada juga yang dua deretan
(calung indung dan calung
anak/calung rincik). Cara memainkan
calung rantay dipukul dengan dua
tangan sambil duduk bersilah,
biasanya calung tersebut diikat di
pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak
"dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan
Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
Calung jinjing - Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang
disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau
lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3
dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung
gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini
ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan
calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya
dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri
menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain
dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek),
salancar, kotrek, dan solorok.
Perkembangan selanjutnya, alat musik tradisional angklung meluas hingga ke seantero
Jawa dan seluruh penjuru Indonesia. Bahkan, dewasa ini, angklung telah dikenal di
mancanegara, seperti yang telah diklaim oleh negara tetangga kita bahwa angklung
merupakan warisan budaya mereka.
Kita patut berbangga hati karena pada 18 November 2010 badan kebudayaan dunia
UNESCO menetapkan angklung sebagai alat musik warisan Indonesia untuk dunia.
Angklung, jelas alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, Indonesia.
Angklung Hamburg – Indonesian Day – Pileuleuyan
4. Celempung
Celempung adalah sebuah waditra
(istrumen musik tradisional) jenis alat
pukul ini terbuat dari bambu, dimainkan
dengan cara dipukul oleh alat bantu
pemukul. Waditra ini berperan seperti
kendang (gendang), yaitu sebagai pengatur
irama lagu. Bentuk penyajian waditra
'Celempung' dinamakan 'Celempungan'.
Pertunjukan dilengkapi waditra kacapi, rebab atau suling dan sebuah goong buyung.
Pengertian istilah - Celempungan merupakan alat bunyi yang diadopsi dari 'Icikibung',
yaitu bunyi sebuah permainan tradisional berupa pukulan telapak tangan dan gerak
sikut diatas permukaan air, sehingga menimbulkan bunyi-bunyi yang khas. Permainan
ini biasa dimainkan oleh para wanita (gadis) yang sedang mandi di sungai.
Bunyi dari permainan 'Icikibung' itu ditiru dan dipindahkan menjadi waditra yang
terbuat dari bambu besar (awi gombong) yang disebut 'Celempung'.
Bahan dan Rancang Bangun - Bahan dasar waditra 'Celempung' dibuat dari bahan
bambu, untuk yang berbentuk bulat. Sedang untuk yang berbentuk segi enam atau segi
delapan terbuat dari bahan kayu. Alat pemukulnya dapat dibuat dari bahan bambu atau
kayu yang ujungnya dibalut dengan kain atau benda tipis agar menghasilkan suara
nyaring, jika dipukulkan pada celempung.
Bagian-bagian celempung:
'Sirah' penutup pinggir sebelah kiri
'Pongpok', penutup sebelah kanan, dua utas sembilu berfungsi sebagai senar
'Talingkup' penghubung kedua utas sembilu
'Nawa' sebagai lubang suara
'Baham' sebagai tempat pengolah suara.
5. Degung
6. Jentreng
Jentreng adalah sejenis alat musik kecapi dengan
jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan kacapi pada umumnya.
Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu
nangka. Teknik memainkannya dipetik dan di-toel
(disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari
tengah, dan ibu jari tangan kanan untuk memetik
nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri
untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari
instrumen).
Menurut sistem klasifikasi Curt Sachs dan Hornbostel, Jentreng diklasifikasikan sebagai
Chordophone, sub klasifikasi zither. Sedangkan menurut cara memainkannya, jentreng
diklasifikasi sebagai alat petik. Dalam ensambel, jentreng berfungsi sebagai pengiring
(mengiringi lagu).
7. Kacapi
Kacapi (kecapi) termasuk jenis waditra alat
petik, karena bunyi suara yang dihasilkan
dengan cara dipetik. Dalam istilah musik
Sunda, tekhnik dasar petikan kacapi dikenal
mempunyai cara khas seperti : ditoel,
disintreuk, dan digemyang (diranggeum).
Kacapi merupakan alat musik Sunda yang
dimainkan sebagai alat musik utama dalam
Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling. Kata kacapi dalam bahasa
Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul (Sentul adalah sebuah nama dalam bahasa
Sunda untuk tumbuhan dan buah kecapi), yang dipercaya kayunya digunakan untuk
membuat alat musik kacapi.
8. Karinding
Karinding merupakan salah satu alat
musik getar (mouth harp) tradisional
Sunda yang terbuat dari banbu atau
kayu.
Fungsi - Karinding yaitu alat buat mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari
getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan
dari gesekan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan. Suara yang
keluar biasanya terdengar seperti suara wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-
lain. Yang zaman sekarang dikenal dengan istilah ultrasonik. Biar betah di sawah, cara
membunyikannya menggunakan mulut sehingga resonansina menjadi musik. Sekarang
karinding biasa digabungkan dengan alat musik lainnya.
9. Tarawangsa
10. Rebab
Rebab adalah waditra (alat musik) jenis gesek, karena bunyi
yang dihasilkan waditra ini bersumber dari kawat yang
dimainkan dengan cara digesek. Waditra ini hampir sama
dengan tarawangsa, perbedaannya terletak pada bentuk dan
cara memakainya.
Pengertian Istilah - Rebab berasal dari kata Rabab (bahasa
Persia) yang artinya sedih. Pengertian ini sesuai dengan jenis
lagu-lagu pada rebab, yang sering membawakan lagu-lagu "
ngalengis ", yaitu lagu-lagu yang sangat menyayat hati (sedih).
Diantara waditra-waditra Sunda, alat gesek Rebab
merupakan waditra uang paling tepat menghantarkan lagu-
lagu yang bersuansana sedih.
Rebab biasa disebut Lengek. Lengek adalah alat gesek/keset.
Orang yang sedang menyajikan Rebab biasa disebut "
ngalengek". Jadi ngalenggek sama dengan ngarebab/merebab.
Suling Lubang Empat - Secara Laras Suling Ini dibagi Menjadi: Suling Lubang Empat
Laras Degung, Suling Lubang Empat Laras Salendro, Suling Lubang Empat Laras
Nyorog/Madenda, dan Suling Lubang Empat Laras Sorog, Bagian Dari Laras Pelog.
Suling Lubang Empat Ini Biasanya Hanya Difungsikan Untuk Sajian Musik
Instrumentalia Dan Tidak Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Atau Kawih.
Oleh karena itu mari alat musik tradisional Suling Bambu dari Sunda ini harus kita
lestarikan agar tidak diklaim oleh bangsa lain