Anda di halaman 1dari 11

KLIPING TENTANG

MUSIK TRADISIONAL

KELOMPOK 3

1. Bella Zakiyah (7)

2. Brina Tiara Gracia Damanik (8)

3. Cecilia Charisa Agatha (9)

4. Dhia Imaduddin (10)

5. Dika Putra Indra Pratama (11)

6. Dita Rahmadiani (12)

i
MUSIK TRADISIONAL

A. Sejarah Perkembangan Alat Musik


Secara umum sejarah perkembangan musik dapat dibagi 2 yaitu periode : Zaman
sebelum Masehi dan Zaman sesudah Masehi
1. Zaman sebelum Masehi (Zaman Antik )
Corak dan jenis alat musik pada zaman tidak banyak meninggalkan bukti sejarah
sehingga sedikit diketahui manusia. sifat musiknya tergolong etis dan
religius ,yaitu hanya untuk kepentingan upacara terhadap roh nenek monyang
dan para dewa.
2. Zaman sesudah Masehi (Zaman Baru )
Perkembangan musik di zaman ini dibagi atas tiga periode yaitu :
a) Zaman Lama(tahun 1 sampai 1000)
Musik pada zaman ini umumnya digunakan untuk kepentingan ibadah
kerohanian. Dengan menggunakan musik vocal satu suara.

b) Zaman pertengahan (tahun1000 sampai 15000)


Pada zaman ini musik sudah mulai memasuki hal-hal yang bersifat
keduniawian misalnya lagu dan nyayian.

c) Zaman Aktual
Periode ini rentetan dari tahun 1500 sampai dengan sekarang yang dapat
terbagi 4 yaitu :
1) Zaman Batok dan Rokokok
2) Zaman Romantik
3) Zaman seni Modern
4) Zaman Modren

B. Jenis jenis Alat Musik Tradisional Daerah


Indonesia adalah negara yang besar, negara yang kaya akan nilai budaya dan tradisi.
Salah satu suku di Indonesia adalah suku Sunda yang berada di pulau Jawa, tepatnya di
Jawa Barat. Suku Sunda juga memiliki kesenian tradisional yang khas dan beragam,
selain itu suku Sunda memiliki alat musik tradisional seperti rebab, kecapi, karinding,
angklung dan suling dll.
Alat Musik Tradisional Provinsi Jawa Barat
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia, ibu kotanya berada di Bandung. Berikut
ini daftar Alat Musik Tradisional daerah Provinsi Jawa Barat (Jabar): Angklung, Arumba,
Calung, Celempung, Degung, Jentreng, Kacapi, Karinding, Tarawangsa, Rebab, Suling.
1. Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda)
yang secara tradisional berkembang dalam
masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat.
Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan
cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan
badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang
bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada
dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg,
yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia,
menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang
terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-
ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ,
dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan
untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai
Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi
Manusia dari UNESCO sejak November 2010.

Angklung terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Angklung Kanekes, Angklung Reyog,
Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrag,
Angklung Badeng, Buncis, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Toel,
Angklung Sri-Murni.
Selain itu ada juga Ensemble angklung seperti: Klasik Padaeng, Angklung solo, dan
Arumba.

2. Arumba
Arumba adalah ensemble musik dari berbagai
alat musik yang terbuat dari bambu. Arumba
lahir sekitar tahun 1960-an di Jawa Barat
Indonesia, saat ini menjadi alat musik khas
Jawa Barat. Arumba termasuk ensembel
berarti termasuk seni musik
Konon pada tahun 1964, Yoes Roesadi dan
kawan-kawan membentuk grup musik yang
secara khusus menambahkan angklung pada
jajaran ensemble-nya.Ketika sedang naik truk
untuk pentas ke Jakarta, mereka mendapat ide
untuk menamai diri sebagai grup Arumba (Alunan Rumpun Bambu).
Kemudian sekitar tahun 1968, Muhamad Burhan di Cirebon membentuk grup musik
yang bertekad untuk sepenuhnya memainkan alat musik bambu. Mereka memakai alat
musik lama (angklung, calung), dan juga berinovasi membuat alat musik baru (gambang,
bass lodong). Ensemble ini kemudian mereka beri nama Arumba (Alunan Rumpun
Bambu).
Sekitar tahun 1969, Grup Musik Arumba juga mengubah nama menjadi Arumba,
sehingga timbul sedikit perselisihan istilah arumba tersebut. Dengan berjalannya waktu,
istilah arumba akhirnya melekat sebagai ensemble musik bambu asal Jawa Barat.
Susunan Alat Musik
Susunan ensemble gambang yang umum saat ini adalah:
 Angklung solo: adalah satu set angklung (biasanya 31 buah) yang tergantung pada
palang. Angklung ini dimainkan oleh satu orang saja, sehingga pada satu saat, hanya
dua angklung yang bisa digetarkan.
 Gambang Melodi: adalah gambang yang membunyikan melodi lagu (saling mengisi
suara dengan angklung), dimainkan oleh satu orang dengan dua pemukul.
 Gambang pengiring: adalah gambang yang bertugas menghasilkan suara akord.
Gambang ini dimainkan oleh seorang pemain dengan 4 pemukul.
 Bass lodong: terdiri atas beberapa tabung bambu besar yang dipukul untuk memberi
nuansa nada rendah.
 Gendang : adalah alat musik pukul yang digunakan sebagai pembawa irama.

3. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung.
Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh
calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu)
yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu
untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula
yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni
pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan
calung jinjing.
Calung rantay - Calung rantay bilah
tabungnya dideretkan dengan tali kulit
waru (lulub) dari yang terbesar
sampai yang terkecil, jumlahnya 7
wilahan (7 ruas bambu) atau lebih.
Komposisi alatnya ada yang satu
deretan dan ada juga yang dua deretan
(calung indung dan calung
anak/calung rincik). Cara memainkan
calung rantay dipukul dengan dua
tangan sambil duduk bersilah,
biasanya calung tersebut diikat di
pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibuat ancak
"dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di Cibalong dan
Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
Calung jinjing - Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang
disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau
lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3
dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung
gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa ini
ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan
calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya
dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri
menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain
dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek),
salancar, kotrek, dan solorok.
Perkembangan selanjutnya, alat musik tradisional angklung meluas hingga ke seantero
Jawa dan seluruh penjuru Indonesia. Bahkan, dewasa ini, angklung telah dikenal di
mancanegara, seperti yang telah diklaim oleh negara tetangga kita bahwa angklung
merupakan warisan budaya mereka.

Kita patut berbangga hati karena pada 18 November 2010 badan kebudayaan dunia
UNESCO menetapkan angklung sebagai alat musik warisan Indonesia untuk dunia.
Angklung, jelas alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat, Indonesia.
Angklung Hamburg – Indonesian Day – Pileuleuyan

4. Celempung
Celempung adalah sebuah waditra
(istrumen musik tradisional) jenis alat
pukul ini terbuat dari bambu, dimainkan
dengan cara dipukul oleh alat bantu
pemukul. Waditra ini berperan seperti
kendang (gendang), yaitu sebagai pengatur
irama lagu. Bentuk penyajian waditra
'Celempung' dinamakan 'Celempungan'.
Pertunjukan dilengkapi waditra kacapi, rebab atau suling dan sebuah goong buyung.
Pengertian istilah - Celempungan merupakan alat bunyi yang diadopsi dari 'Icikibung',
yaitu bunyi sebuah permainan tradisional berupa pukulan telapak tangan dan gerak
sikut diatas permukaan air, sehingga menimbulkan bunyi-bunyi yang khas. Permainan
ini biasa dimainkan oleh para wanita (gadis) yang sedang mandi di sungai.
Bunyi dari permainan 'Icikibung' itu ditiru dan dipindahkan menjadi waditra yang
terbuat dari bambu besar (awi gombong) yang disebut 'Celempung'.
Bahan dan Rancang Bangun - Bahan dasar waditra 'Celempung' dibuat dari bahan
bambu, untuk yang berbentuk bulat. Sedang untuk yang berbentuk segi enam atau segi
delapan terbuat dari bahan kayu. Alat pemukulnya dapat dibuat dari bahan bambu atau
kayu yang ujungnya dibalut dengan kain atau benda tipis agar menghasilkan suara
nyaring, jika dipukulkan pada celempung.
Bagian-bagian celempung:
 'Sirah' penutup pinggir sebelah kiri
 'Pongpok', penutup sebelah kanan, dua utas sembilu berfungsi sebagai senar
 'Talingkup' penghubung kedua utas sembilu
 'Nawa' sebagai lubang suara
 'Baham' sebagai tempat pengolah suara.

5. Degung

Degung adalah sekumpulan alat musik yang


dimainkan oleh masyarakat Sunda.
Ada dua pengertian tentang istilah degung,
degung sebagai nama perangkat gamelan
dan degung sebagai nama laras bagian dari
laras salendro ( berdasarkan teori Raden
Machjar Angga Koesoemadinata).
Degung sebagai unit gamelan dan degung
sebagai laras memang sangat lain. Dalam
teori tersebut, laras degung terdiri dari
degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 – (la) 5)
dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).

6. Jentreng
Jentreng adalah sejenis alat musik kecapi dengan
jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan kacapi pada umumnya.
Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu
nangka. Teknik memainkannya dipetik dan di-toel
(disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari
tengah, dan ibu jari tangan kanan untuk memetik
nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri
untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari
instrumen).
Menurut sistem klasifikasi Curt Sachs dan Hornbostel, Jentreng diklasifikasikan sebagai
Chordophone, sub klasifikasi zither. Sedangkan menurut cara memainkannya, jentreng
diklasifikasi sebagai alat petik. Dalam ensambel, jentreng berfungsi sebagai pengiring
(mengiringi lagu).
7. Kacapi
Kacapi (kecapi) termasuk jenis waditra alat
petik, karena bunyi suara yang dihasilkan
dengan cara dipetik. Dalam istilah musik
Sunda, tekhnik dasar petikan kacapi dikenal
mempunyai cara khas seperti : ditoel,
disintreuk, dan digemyang (diranggeum).
Kacapi merupakan alat musik Sunda yang
dimainkan sebagai alat musik utama dalam
Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling. Kata kacapi dalam bahasa
Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul (Sentul adalah sebuah nama dalam bahasa
Sunda untuk tumbuhan dan buah kecapi), yang dipercaya kayunya digunakan untuk
membuat alat musik kacapi.
8. Karinding
Karinding merupakan salah satu alat
musik getar (mouth harp) tradisional
Sunda yang terbuat dari banbu atau
kayu.

Cara Memainkan - Karinding


disimpan di bibir, terus tepuk bagian
pemukulnya biar tercipta resonansi
suara. Karinding biasanya dimainkan
secara solo atau grup (2 sampai 5
orang). Seroang diantaranya disebut
pengatur nada atau pengatur ritem. Di daerah Ciawi, dulunya karinding dimainkan
bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun). Secara konvensional menurut
penuturan Abah Olot nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada 4 jenis, yaitu:
tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.

Fungsi - Karinding yaitu alat buat mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari
getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan
dari gesekan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan. Suara yang
keluar biasanya terdengar seperti suara wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-
lain. Yang zaman sekarang dikenal dengan istilah ultrasonik. Biar betah di sawah, cara
membunyikannya menggunakan mulut sehingga resonansina menjadi musik. Sekarang
karinding biasa digabungkan dengan alat musik lainnya.

9. Tarawangsa

Tarawangsa merupakan salah satu


jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa
Barat. Istilah "Tarawangsa" sendiri
memiliki dua pengertian: (1) alat
musik gesek yang memiliki dua dawai
yang terbuat dari kawat baja atau besi
dan (2) nama dari salah satu jenis
musik tradisional Sunda.
Sejarah - Tarawangsa lebih tua keberadaannya daripada rebab, alat gesek yang lain.
Naskah kuno Sewaka Darma dari awal abad ke-18 telah menyebut nama tarawangsa
sebagai nama alat musik. Rebab muncul di tanah Jawa setelah zaman Islam sekitar abad
ke-15—16, merupakan adaptasi dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para
penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa
pula disebut dengan nama rebab jangkung (rebab tinggi), karena ukuran tarawangsa
umumnya lebih tinggi daripada rebab.

10. Rebab
Rebab adalah waditra (alat musik) jenis gesek, karena bunyi
yang dihasilkan waditra ini bersumber dari kawat yang
dimainkan dengan cara digesek. Waditra ini hampir sama
dengan tarawangsa, perbedaannya terletak pada bentuk dan
cara memakainya.
Pengertian Istilah - Rebab berasal dari kata Rabab (bahasa
Persia) yang artinya sedih. Pengertian ini sesuai dengan jenis
lagu-lagu pada rebab, yang sering membawakan lagu-lagu "
ngalengis ", yaitu lagu-lagu yang sangat menyayat hati (sedih).
Diantara waditra-waditra Sunda, alat gesek Rebab
merupakan waditra uang paling tepat menghantarkan lagu-
lagu yang bersuansana sedih.
Rebab biasa disebut Lengek. Lengek adalah alat gesek/keset.
Orang yang sedang menyajikan Rebab biasa disebut "
ngalengek". Jadi ngalenggek sama dengan ngarebab/merebab.

Bahan dan Rancang Bangun


 Waditra Rebab dibuat dari bahan: kayu,kawat dan kulit, dengan bahan tambahan
kain dan pelitur.
 Terbuat dari bahan kayu jeruk. Bagian lainnya seperti : wangkis terbuat dari bahan
kayu nangka, Tumpang sari dari bahan Kayu jati, dari bulu ekor kuda putih, Dampit
dari bahan karet atau benda yang empuk dan sisir dari bahan tanduk atau tulang
binatang.
11. Suling
Suling adalah alat musik dari keluarga
alat musik tiup kayu atau terbuat dari
bambu. Suara suling berciri lembut
dan dapat dipadukan dengan alat
musik lainnya
dengan baik.
Hampir seluruh wilayah Indonesia ada alat Musik Suling dari
Bambu, umumnaya yang paling dikenal adalah alat musik
Suling Sunda. Alat musik ini adalah alat musik tiup terbuat dari
bambu Tamiang, salah satu jenis bambu yang tipis dan
diameter kecil sehingga cocok untuk dibuat seruling, suling
Sunda disebut ‘suling’ yang biasa menemani Kacapi, gamelan dan gamelan Tembang
Sunda, suara yang dihasilkan sangat unik dan membangkitkan jiwa pendengar, itu
karena skala nada seruling dan jiwa pemain suling.
Ada Beberapa Jenis Suling Sunda, Mulai Suling Yang Memiliki Lubang Enam, Empat,
Lima Dan Suling Gaya Baru Yaitu Suling Lubang Delapan Dan Lubang Tujuh, Jenis Yang
Terakhir Ini Merupakan Pengembangan Dari Suling Lubang Enam. Namun Secara
Umum Suling Sunda Hanya Terdapat Tiga Jenis Yaitu: Suling Lubang Enam, Lima Dan
Empat, Jenis Dan Fungsinya Secara Umum Dapat Kita Bedakan Secara Singkat Seperti
Dibawah Ini :
Suling Sunda Lubang Enam –Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Dan Kawih
Namun Lebih Dominannya Pada Tembang, Fungsinya Adalah Sebagai Nada Dasar
Pesinden Dalam Bernyanyi, Membawakan Melodi Dan Melilit Melodi, Ornamentasi Yang
Dimainkan Suling Pasti Sama Dengan Sinden, Sementara Laras Yang Digunakan Adalah:
Laras Pelog, Pelog Degung, Madenda Dan Kadang Salendro Tapi Untuk Laras Yang Satu
Ini Jarang Digunakan Oleh Suling Ini.
Suling Lubang Lima - Suling Ini Adalah Jenis Suling Yang Digunakan Pada Jenis
Kesenian Tarawangsa Suatu Kesenian Ritual Di Daerah Sumedang, Akan Tetapi Jenis
Suling Ini Di Daerah Tasikmalaya Pun Sering Digunakan, Yaitu Di Daerah Cibalong.

Suling Lubang Empat - Secara Laras Suling Ini dibagi Menjadi: Suling Lubang Empat
Laras Degung, Suling Lubang Empat Laras Salendro, Suling Lubang Empat Laras
Nyorog/Madenda, dan Suling Lubang Empat Laras Sorog, Bagian Dari Laras Pelog.
Suling Lubang Empat Ini Biasanya Hanya Difungsikan Untuk Sajian Musik
Instrumentalia Dan Tidak Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Atau Kawih.
Oleh karena itu mari alat musik tradisional Suling Bambu dari Sunda ini harus kita
lestarikan agar tidak diklaim oleh bangsa lain

C. Perbedaan Alat Musik Tradisional dengan Alat Musik Lainya


Dalam kehidupan masyarakat kita sudah pahami berbagai perbedaan antara alat
Musik Tradisional dan alat musik lainya. Pada alat musik tradisional sudah memiliki
solmisasi dan tangga nada sama seperti musik modern akan tetapi juga memeliki
perbedaan ,adapun perbedaan itu seperti pada alat musik tradisional zaman dulu ada
yang tidak memiliki tangga nada dan alat yang digunakan juga biasanya didapatkan dari
alam ataupun dibuat sendiri dengan menggunakan tehnik-tehnik tertentu. Selain itu
alat musik tradisional juga sering digunakan pada acara tertentu Misalnya acara adat
atau pesta rakyat dan lain-lain,sedangkan alat musik lainya /modern biasa digunakan
pada kegiatan atau acara yang bersifat baru atau sudah modern.

D. Fungsi Alat Musik Tradisional


Musik tradisional adalah musik rakyat secara turun temurun lahir dan berkembang
dari Budaya daerah.
1. Sebagai alat pengiring upacara adat daerah misalnya :perkawinan adat bugis Wajo .
2. Sebagai sarana hiburan misalnya :Simponi kecapi dan lain-lain.
3. Sebagai sarana pendidikan .
Beberapa contoh alat musik tradisional beserta contohnya ,yang ada di Kabupaten wajo
antara lain sebagai beikut :
1. Kecapi sebagai medai hiburan ,pelajaran dan pertunjukan yang biasa digunakan pada
pertunjukan tari
2. Padendang digunakan umtuk memeriahkan acara adat seperti pesta panen
3. Suling sebagai hiburan yang biasanya digunakan untuk mengiringi alat musik lain
4. Pitu-pitu sebagai media hiburan pad permainan layang-layang

E. Cara Penyajian Alat Musik Tradisional


Alat musik tradisional biasanya dipertunjukkan pada saat ada acara-acara tertentu
dan cara penyanjianya berbeda-beda.Karena setiap alat musik mempunyai nilai-nilai
seni yang berbeda namun mempunyai tujuan yang sama dalam hal hiburan dalam hal
ini kita dapat mengatakan penyajianya alat musik tradisional itu dapat dilakukan dalam
bentuk pertunjukan dalam hal ini menyangkut semua alat musik tradisional. Baik itu
bersifat kuno ataupun sudah diperbaharui maka dari itu penyajianya alat musik
Tradisional dapat dilakukan denga berbagai hal.Asal memiliki tujuan yang bermanfaat
misalnya ada sekelompok orang yang mempetunjukkan suatu kesenian musik yang
bersifat lama ataupun baru pastilah anggota dari sekelompok orang tersebut menilai
suatu pertunjukan yang sangat baik dan bertujuan menarik perhatian
penonton/pendengar. Jadi,sebagai kesimpulan penyajian alat musik tradisional dapat
dilakukan dengan cara tertentu.

F. Peran Alat Musik Bagi Masyarakat


Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia biasa pastilah membuthkan
berbagai hiburan diantaranya mendengarkan musik atau alat musik. Maka dari itu bila
tidak ada yang namanya alat musik maka apakah yang terjadi pada lingkungan
masyarakat !pastilah orang menjadi strees karena hiburan merupakan suatu cara
menghilangkan strees dan lain-lain.
Peranan alat musik bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai media
hiburan, Pertunjukan dan pendidikan;
a. Sebagai hiburan Hal ini berarti kalau musik merupakan salah satu media hiburan
yang bermanfaat bagi manusia yang mendengarkanya;
b. Sebagai pertunjukan Maksud dari musik sebagai pertunjukan yaitu musik dapat
digunakan sebagai suatu hal yang dapat dipertontonkan didepan orang banyak;
c. Sebagai pendidikan Artinya musik itu juga dapat dipelajari misalnya asalnya,cara
penggunaanya,bunyinya hingga manfaatnya; ,tetapi kita juga bisa mencoba memahami
pesan yang terkandung didalamnya,ciri khas, fungsi dan kegunaan, sejarah dan
perkembangan tari tersebut serta hubungan musik dalam kehidupan manusia.
Selain itu fungsi dan bentuk alat musik itu berbeda-beda/tidak sama dengan alat musik
lainnya baik dari segi bentuk, asal, bunyi hingga cara memainkanya.

Anda mungkin juga menyukai