BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya
dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah
hampir punah. Pada umumnya masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih
mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan
masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya
modern daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya
justru budaya daerah atau budaya lokallah yang sangat sesuai dengan kepribadian
bangsanya. Mereka lebih memilih dan berpindah ke budaya asing yang belum tentu
sesuai dengan keperibadian bangsa bahkan masyarakat lebih merasa bangga
terhadap budaya asing daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk membahas
masalah tersebut yang dituangkan dalam sebuah makalah dengan judul Alat Musik
Tradisional .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan
penulis bahas dalam penuyusunan makalah ini ialah:
1. Bagaimana sejarah perkembangan alat musik?
2. Apa saja alat musik tradisional dari jawa barat?
3. Apa peran alat musik bagi masyarakat?
1
Alat Musik Tradisional
BAB II
ISI
c) Zaman Aktual
Periode ini rentetan dari tahun 1500 sampai dengan sekarang yang dapat
terbagi 4 yaitu :
1) Zaman Batok dan Rokokok
2) Zaman Romantik
3) Zaman seni Modern
4) Zaman Modren
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia, ibu kotanya berada di Bandung.
Berikut ini daftar Alat Musik Tradisional daerah Provinsi Jawa Barat (Jabar):
Angklung, Arumba, Calung, Celempung, Degung, Jentreng, Kacapi, Karinding,
Tarawangsa, Rebab, Suling.
2
Alat Musik Tradisional
1. Angklung
Angklung adalah alat musik multitonal (bernada
ganda) yang secara tradisional berkembang dalam
masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat.
Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan
dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh
benturan badan pipa bambu) sehingga
menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan
nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik
besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda
Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan
pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa
angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-
pipa bambu, yang dipotong ujung -ujungnya,
menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat
bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk
menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai
Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan
Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.
Angklung terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Angklung Kanekes, Angklung Reyog,
Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrag,
Angklung Badeng, Buncis, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Toel,
Angklung Sri-Murni.
Selain itu ada juga Ensemble angklung seperti: Klasik Padaeng, Angklung solo, dan
Arumba.
2. Arumba
Arumba adalah ensemble musik dari berbagai
alat musik yang terbuat dari bambu. Arumba
lahir sekitar tahun 1960-an di Jawa Barat
Indonesia, saat ini menjadi alat musik khas
Jawa Barat. Arumba termasuk ensembel
berarti termasuk seni musik
Konon pada tahun 1964, Yoes Roesadi dan
kawan-kawan membentuk grup musik yang
secara khusus menambahkan angklung pada
jajaran ensemble-nya. Ketika sedang naik truk
untuk pentas ke Jakarta, mereka mendapat ide
untuk menamai diri sebagai grup Arumba (Alunan Rumpun Bambu).
Kemudian sekitar tahun 1968, Muhamad Burhan di Cirebon membentuk grup musik
yang bertekad untuk sepenuhnya memainkan alat musik bambu. Mereka memakai
alat musik lama (angklung, calung), dan juga berinovasi membuat alat musik baru
3
Alat Musik Tradisional
(gambang, bass lodong). Ensemble ini kemudian mereka beri nama Arumba (Alunan
Rumpun Bambu).
Sekitar tahun 1969, Grup Musik Arumba juga mengubah nama menjadi Arumba,
sehingga timbul sedikit perselisihan istilah arumba tersebut. Dengan berjalannya
waktu, istilah arumba akhirnya melekat sebagai ensemble musik bambu asal Jawa
Barat.
Susunan Alat Musik
Susunan ensemble gambang yang umum saat ini adalah:
Angklung solo: adalah satu set angklung (biasanya 31 buah) yang tergantung pada
palang. Angklung ini dimainkan oleh satu orang saja, sehingga pada satu saat,
hanya dua angklung yang bisa digetarkan.
Gambang Melodi: adalah gambang yang membunyikan melodi lagu (saling mengisi
suara dengan angklung), dimainkan oleh satu orang dengan dua pemukul.
Bass lodong: terdiri atas beberapa tabung bambu besar yang dipukul untuk
memberi nuansa nada rendah.
Gendang : adalah alat musik pukul yang digunakan sebagai pembawa irama.
3. Calung
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari
angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara
menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas
(tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-
na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu
hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni
pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan
calung jinjing.
Calung rantay - Calung rantay bilah
tabungnya dideretkan dengan tali
kulit waru (lulub) dari yang terbesar
sampai yang terkecil, jumlahnya 7
wilahan (7 ruas bambu) atau lebih.
Komposisi alatnya ada yang satu
deretan dan ada juga yang dua
deretan (calung indung dan calung
anak/calung rincik). Cara
memainkan calung rantay dipukul
dengan dua tangan sambil duduk
bersilah, biasanya calung tersebut
diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang
dibuat ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, misalnya calung tarawangsa di
Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
4
Alat Musik Tradisional
Calung jinjing - Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang
disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau
lima buah, seperti calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5
/3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung
gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya dewasa
ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan
calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara
memainkannya dipukul dengan tangan kanan memakai pemukul, dan tangan kiri
menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain
dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek),
salancar, kotrek, dan solorok.
Perkembangan selanjutnya, alat musik tradisional angklung meluas hingga ke
seantero Jawa dan seluruh penjuru Indonesia. Bahkan, dewasa ini, angklung telah
dikenal di mancanegara, seperti yang telah diklaim oleh negara tetangga kita bahwa
angklung merupakan warisan budaya mereka.
4. Celempung
Celempung adalah sebuah waditra
(istrumen musik tradisional) jenis alat
pukul ini terbuat dari bambu, dimainkan
dengan cara dipukul oleh alat bantu
pemukul. Waditra ini berperan seperti
kendang (gendang), yaitu sebagai
pengatur irama lagu. Bentuk penyajian
waditra 'Celempung' dinamakan
'Celempungan'. Pertunjukan dilengkapi waditra kacapi, rebab atau suling dan sebuah
goong buyung.
Pengertian istilah - Celempungan merupakan alat bunyi yang diadopsi dari
'Icikibung', yaitu bunyi sebuah permainan tradisional berupa pukulan telapak tangan
dan gerak sikut diatas permukaan air, sehingga menimbulkan bunyi-bunyi yang khas.
Permainan ini biasa dimainkan oleh para wanita (gadis) yang sedang mandi di sungai.
5
Alat Musik Tradisional
Bunyi dari permainan 'Icikibung' itu ditiru dan dipindahkan menjadi waditra yang
terbuat dari bambu besar (awi gombong) yang disebut 'Celempung'.
Bahan dan Rancang Bangun - Bahan dasar waditra 'Celempung' dibuat dari bahan
bambu, untuk yang berbentuk bulat. Sedang untuk yang berbentuk segi enam atau
segi delapan terbuat dari bahan kayu. Alat pemukulnya dapat dibuat dari bahan
bambu atau kayu yang ujungnya dibalut dengan kain atau benda tipis agar
menghasilkan suara nyaring, jika dipukulkan pada celempung.
Bagian-bagian celempung:
'Sirah' penutup pinggir sebelah kiri
'Pongpok', penutup sebelah kanan, dua utas sembilu berfungsi sebagai senar
'Talingkup' penghubung kedua utas sembilu
'Nawa' sebagai lubang suara
'Baham' sebagai tempat pengolah suara.
5. Degung
6. Jentreng
Jentreng adalah sejenis alat musik kecapi dengan
jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil
jika dibandingkan dengan kacapi pada umumnya.
Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu
nangka. Teknik memainkannya dipetik dan di-toel
(disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari
tengah, dan ibu jari tangan kanan untuk memetik
nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri
untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari
instrumen).
Menurut sistem klasifikasi Curt Sachs dan Hornbostel, Jentreng diklasifikasikan
sebagai Chordophone, sub klasifikasi zither. Sedangkan menurut cara memainkannya,
jentreng diklasifikasi sebagai alat petik. Dalam ensambel, jentreng berfungsi sebagai
pengiring (mengiringi lagu). www.disparbud.jabarprov.go.id
6
Alat Musik Tradisional
7. Kacapi
Kacapi (kecapi) termasuk jenis waditra
alat petik, karena bunyi suara yang
dihasilkan dengan cara dipetik. Dalam
istilah musik Sunda, tekhnik dasar petikan
kacapi dikenal mempunyai cara khas
seperti : ditoel, disintreuk, dan digemyang
(diranggeum). Kacapi merupakan alat
musik Sunda yang dimainkan sebagai alat
musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling. Kata
kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul (Sentul adalah
sebuah nama dalam bahasa Sunda untuk tumbuhan dan buah kecapi), yang dipercaya
kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.
8. Karinding
Karinding merupakan salah satu alat
musik getar (mouth harp) tradisional
Sunda yang terbuat dari banbu atau kayu.
9. Tarawangsa
Tarawangsa merupakan salah satu
jenis kesenian rakyat yang ada di
Jawa Barat. Istilah "Tarawangsa"
sendiri memiliki dua pengertian: (1)
alat musik gesek yang memiliki dua
dawai yang terbuat dari kawat baja
atau besi dan (2) nama dari salah
satu jenis musik tradisional Sunda.
Sejarah - Tarawangsa lebih tua
keberadaannya daripada rebab, alat
7
Alat Musik Tradisional
gesek yang lain. Naskah kuno Sewaka Darma dari awal abad ke-18 telah menyebut
nama tarawangsa sebagai nama alat musik. Rebab muncul di tanah Jawa setelah
zaman Islam sekitar abad ke-1516, merupakan adaptasi dari alat gesek bangsa
Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah
kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula disebut dengan nama rebab jangkung
(rebab tinggi), karena ukuran tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab.
10. Rebab
Rebab adalah waditra (alat musik) jenis gesek, karena
bunyi yang dihasilkan waditra ini bersumber dari kawat
yang dimainkan dengan cara digesek. Waditra ini hampir
sama dengan tarawangsa, perbedaannya terletak pada
bentuk dan cara memakainya.
Pengertian Istilah - Rebab berasal dari kata Rabab
(bahasa Persia) yang artinya sedih. Pengertian ini sesuai
dengan jenis lagu-lagu pada rebab, yang sering
membawakan lagu-lagu " ngalengis ", yaitu lagu-lagu yang
sangat menyayat hati (sedih). Diantara waditra-waditra
Sunda, alat gesek Rebab merupakan waditra uang paling
tepat menghantarkan lagu-lagu yang bersuansana sedih.
Rebab biasa disebut Lengek. Lengek adalah alat
gesek/keset. Orang yang sedang menyajikan Rebab biasa
disebut " ngalengek". Jadi ngalenggek sama dengan
ngarebab/merebab.
Terbuat dari bahan kayu jeruk. Bagian lainnya seperti : wangkis terbuat dari
bahan kayu nangka, Tumpang sari dari bahan Kayu jati, dari bulu ekor kuda putih,
Dampit dari bahan karet atau benda yang empuk dan sisir dari bahan tanduk atau
tulang binatang.
11. Suling
Suling adalah alat musik dari
keluarga alat musik tiup kayu atau
terbuat dari bambu. Suara suling
berciri lembut dan dapat dipadukan
dengan alat
musik lainnya
dengan baik.
Hampir seluruh wilayah Indonesia ada alat Musik Suling dari
Bambu, umumnaya yang paling dikenal adalah alat musik
Suling Sunda. Alat musik ini adalah alat musik tiup terbuat dari
bambu Tamiang, salah satu jenis bambu yang tipis dan
diameter kecil sehingga cocok untuk dibuat seruling, suling
Sunda disebut suling yang biasa menemani Kacapi, gamelan
8
Alat Musik Tradisional
dan gamelan Tembang Sunda, suara yang dihasilkan sangat unik dan membangkitkan
jiwa pendengar, itu karena skala nada seruling dan jiwa pemain suling.
Ada Beberapa Jenis Suling Sunda, Mulai Suling Yang Memiliki Lubang Enam, Empat,
Lima Dan Suling Gaya Baru Yaitu Suling Lubang Delapan Dan Lubang Tujuh, Jenis
Yang Terakhir Ini Merupakan Pengembangan Dari Suling Lubang Enam. Namun
Secara Umum Suling Sunda Hanya Terdapat Tiga Jenis Yaitu: Suling Lubang Enam,
Lima Dan Empat, Jenis Dan Fungsinya Secara Umum Dapat Kita Bedakan Secara
Singkat Seperti Dibawah Ini :
Suling Sunda Lubang Enam Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Dan Kawih
Namun Lebih Dominannya Pada Tembang, Fungsinya Adalah Sebagai Nada Dasar
Pesinden Dalam Bernyanyi, Membawakan Melodi Dan Melilit Melodi, Ornamentasi
Yang Dimainkan Suling Pasti Sama Dengan Sinden, Sementara Laras Yang Digunakan
Adalah: Laras Pelog, Pelog Degung, Madenda Dan Kadang Salendro Tapi Untuk Laras
Yang Satu Ini Jarang Digunakan Oleh Suling Ini.
Suling Lubang Lima - Suling Ini Adalah Jenis Suling Yang Digunakan Pada Jenis
Kesenian Tarawangsa Suatu Kesenian Ritual Di Daerah Sumedang, Akan Tetapi Jenis
Suling Ini Di Daerah Tasikmalaya Pun Sering Digunakan, Yaitu Di Daerah Cibalong.
Suling Lubang Empat - Secara Laras Suling Ini dibagi Menjadi: Suling Lubang Empat
Laras Degung, Suling Lubang Empat Laras Salendro, Suling Lubang Empat Laras
Nyorog/Madenda, dan Suling Lubang Empat Laras Sorog, Bagian Dari Laras Pelog.
Suling Lubang Empat Ini Biasanya Hanya Difungsikan Untuk Sajian Musik
Instrumentalia Dan Tidak Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Atau Kawih.
Oleh karena itu mari alat musik tradisional Suling Bambu dari Sunda ini harus kita
lestarikan agar tidak diklaim oleh bangsa lain
9
Alat Musik Tradisional
Beberapa contoh alat musik tradisional beserta contohnya ,yang ada di Kabupaten
wajo antara lain sebagai beikut :
1. Kecapi sebagai medai hiburan ,pelajaran dan pertunjukan yang biasa digunakan
pada pertunjukan tari
2. Padendang digunakan umtuk memeriahkan acara adat seperti pesta panen
3. Suling sebagai hiburan yang biasanya digunakan untuk mengiringi alat musik lain
4. Pitu-pitu sebagai media hiburan pada permainan layang-layang
10
Alat Musik Tradisional
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alat Musik Tradisional jangan pernah di tinggalkan karena musik tradisional adalah
warisan nenek moyang suatu bangsa yang di turunkan secara turun temurun. Alat
Musik Tradisional ini merupakan suatu ciri khas sebuah bangsa, maka menjaga,
memelihara dan melestarikan budaya dengan alat alat musik tradisional merupakan
kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan
yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa. Alat Musik tradisional
juga dapat di kolaborasikan dengan musik moderen yang tidak kalah menarik untuk
disaksikan.
B. Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka
segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya
nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban untuk menjaga,
memelihara dan melestarikan Alat Musik Tradisional sebagai bagian dari budaya
nasional, mudah-mudahan alat Tradisional daerah Jawa Barat dapat dilestarikan
sebagai salah satu bagian dari kebudayaan Bangsa Indonesia.
11