Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

Vol. 01 No. 01 Tahun 2022 In Association with AP3KnI


Xx – xx E-ISSN. 2541-1918
DOI. xx

Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda dalam Pendidikan Karakter


Siswa-Siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya
Alya Yasmin1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3

1
Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Bandung, Kota Bandung, Indonesia
2
Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Bandung, Kota Bandung, Indonesia
3
Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Bandung, Kota Bandung, Indonesia

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai Article History:
budaya sunda dalam pendidikan karakter siswa sekolah di kehidupan sehari- Submitted :
hari. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan Revised :
data berupa riset dari situs web atau situs yang terkait dengan berbagai Accepted :
informasi yang diperlukan untuk survei penelitian. Hasil penelitian
memberikan kesimpulan bahwa pengimplementasian nilai-nilai budaya sunda Keywords:
perlu dilestarikan kembali oleh masyarakat terutama para orang tua kepada Sundanese Culture, Student
anak-anaknya dengan cara menumbuhkan kesadaran serta rasa memiliki dan
mencintai budaya sendiri, sehingga masyarakat terutama siswa-siswi akan
termotivasi untuk mempelajarinya serta menerapkan agar nilai budaya tetap
ada. Sebab budaya lokal merupakan aset Bangsa Indonesia berharga yang
harus tetap ada, terus dijaga dan selalu diterapkan.

ABSTRACT
This study aims to determine how the application of Sundanese cultural
values in character education of students in everyday life. The research uses
descriptive methods with data collection techniques in the form of research
from websites or sites related to various information needed for research
surveys. The results of the study conclude that the implementation of
Sundanese cultural values needs to be preserved by the community, especially
parents, to children by fostering awareness and a sense of belonging and love
for their own culture, so that the community, especially students, will
appreciate the value of learning it and applying the culture so that it still
there. Because local culture is a valuable asset of the Indonesian nation that
must remain, be maintained and always be applied

Introduction

Perkembangan globalisasi yang semakin pesat mengakibatkan masyarakat terutama para remaja di
Indonesia sedikit demi sedikit mengurangi rasa cinta pada kearifan lokal yang terdapat di daerahnya.
Kearifan lokal merupakan warisan leluhur yang lambat laun akan tergerus, seiring dengan perkembangan
budaya asing yang semakin merambah masuk ke negeri ini. Banyak pelajar yang sudah tidak mengenal
budaya kearifan lokal di daerahnya sendiri dan bahkan para pelajar ini sudah tidak menggunakan lagi bahasa
daerah untuk berkomunikasi dengan teman-teman di lingkungannya, padahal kearifan lokal memliki nilai-
nilai yang sangat bermakna.

Hakikatnya, masyarakat Indonesia mempunyai tradisi yang sangat beranekaragam, yang memiliki
latar belakang kearifan lokal yang berbeda-beda. Salah satu keberagaman yang ada di Indonesia adalah suku
Sunda yang menjadi mayoritas suku di provinsi Jawa Barat.

Suku sunda memiliki budaya sunda yang terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang maknanya bernilai
besar Nilai moral budaya Sunda merupakan jati diri etnik Sunda yang bersumber pada nilai, adat

Correspondence: Nama penulis, email@email.com, nama prodi, Universitas, Kota, Negara


Copyright © 2022. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan
Alya Yasmin 1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3. Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam
Pendidikan Karakter Siswa-Siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya dan Cimahi

kepercayaan, dan peninggalan budaya Sunda yang dijadikan acuan dalam bertingkah laku di masyarakat
(Ekadjati, 1995 : 62). Ciri khas budaya Sunda yang dikenal sebagai masyarakat yang lemah lembut,
menjunjung tinggi norma sopan santun.

Masyarakat Sunda sudah tidak asing lagi dengan istilah silih asih, silih asah dan silih asuh. Silih asih
yaitu karakter manusia yang harus saling menyayangi dan salih mengasihi terhadap sesamanya. Silih asah
yaitu karakter manusia yang memiliki makna setiap manusia harus saling mengajarkan, dalam makna lain
sebagai manusia memberikan bimbingan terhadap sesamanya yang bertujuan untuk saling mencerdaskan.
Dan silih asuh yang mempunyai makna, saling melindungi, saling menjaga, saling mengayomi dan saling
membimbing kepada sesama. Setiap orang menjaga rasa aman terhadap orang lain.

Kebudayaan sunda merupakan kebudayaan yang harus dilestarikan dan dipertahankan, karena
budaya Sunda merupakan salah satu sumber kekayaan budaya yang terdapat di Indonesia. Untuk meraih cita-
cita masa depan suatu individu diperlukan adanya pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu proses yang
terbentuknya karakter peserta didik, tetapi pada saat ini karakter seorang peserta didik tidak hanya dibentuk
melalui lingkungan sekolah saja, tetapi di lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh. Maka dari itu, perlu
adanya kerja sama yang sinkron antara guru di sekolah dan orang tua peserta didik atau siswa.

Method

Penelitian ini dilakukan kepada siswa-siswi di kalangan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Akhir di wilayah Bandung Raya, penelitian ini dilakukan untuk mengamati pengimplementasian nilai-nilai
budaya Sunda dalam pendidikan karakter siswa-siswi di Sekolah Menengah.

Dalam penelitian ini, kami menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif dimulai dengan ide yang
dinyatakan dengan pertanyaan penelitian (reserch questions). Pertanyaan penelitian tersebut yang nantinya
akan menentukan metode pengumpulan data dan bagaimana menganalisisnya. Metode kualitatif biasanya
bersifat dinamis, artinya selalu terbuka untuk adanya perubahan, penambahan, dan penggantian selama
proses analisisnya (Srivastava, A. & Thomson, S.B., 2009).

Penelitian ini juga dilakukan dengan dengan studi literatur, Danial dan Warsiah (2009:80), Studi Literatur
adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku,
majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan
merupakan langkah yang penting dimana seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya
adalah melakukan kajian yang yang berkaitan dengan teori yang berkaitan topik penelitian. Dalam pencarian
teori, penelitiakan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan.
Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah hasil-hasil penelitian (tesis dan
disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Peneliti mengumpulkan
data-data berupa jurnal maupun artikel terdahulu yang berkaitan dengan nilai- nilai budaya Sunda dalam
pendidikan karakter untuk dianalisis dan dikaji.

Result and Discussion


Kebudayaan Sunda semakin hari semakin terlupakan karena banyaknya faktor yang terjadi di daerah sekitar
Bandung Raya ini. Salah satunya adalah kesadaran masyarakat Sunda untuk menjaga budanyanya sangat
kurang. Banyaknya kesenian Sunda yang mulai punah dikarenakan tidak adanya penerus dari generasi
selanjutnya yang masih melestarikan kesenian itu.

2
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan ke beberapa siswa di daerah Bandung Raya, banyak siswa lebih
memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Sunda yang merupakan bahasa
daerah sendiri.

Kemudian hasil survei yang sudah di ambil untuk penerapan budaya Sabilulungan kepada para siswa di
sekolah adalah semua siswa menerapkan budaya tersebut, dan berdasarkan hal itu maka budaya gotong
royong masih melekat kental di kalangan para siswa.
Sedangkan yang terakhir, survei yang sudah di dapat adalah bagaimana sekolah menerapkan kebijakan
Bandung Masagi di kalangan para siswa, jawabannya adalah 90% siswa di sekolahnya menerapkan
kebijakan Bandung Masagi, dan sisa 10% nya tidak menerapkan kelestarian budaya sunda tersebut

3
Alya Yasmin 1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3. Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam
Pendidikan Karakter Siswa-Siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya dan Cimahi

Opini Penulis
Masyarakat Sunda mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Perkembangan kebudayaan
masyarakat tersebut terjadi akibat dorongan dalam diri masyarakat itu sendiri dan akibat pengaruh
kebudayaan asing yang masuk melalui berbagai cara, termasuk melalui media massa. Hasil pengamatan
penulis di lingkungan masyarakat Sunda menunjukkan terjadinya pergeseran pandangan masyarakat Sunda,
terutama generasi muda, terhadap kebudayaan Sunda.
Kondisi ini terlihat pada pergeseran bentuk-bentuk kebudayaan yang berkembang di tengah masyarakat,
yaitu pergeseran penggunaan bahasa komunikasi dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dan Asing. Orang
tua lebih membiasakan anak-anaknya berbahasa Indonesia atau asing dibanding menggunakan bahasa
daerah. Akibatnya, banyak anak-anak yang tidak bisa berbahasa Sunda walau orang tua mereka adalah orang
Sunda. Kondisi lainnya adalah memudarnya kepercayaan terhadap pantang larang berupa pamali, buyut atau
tabu karena dianggap pantang larang hanya menakut-nakuti anak dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
Pergeseran cara pandang masyarakat Sunda terhadap kebudayaannya juga terlihat pada apresiasi seni yang
lebih mengarah pada perkembangan seni modern. Sebagian masyarakat Sunda, terutama generasi muda,
tengah terjadi pergeseran pandangan terhadap nilai budayanya. Mereka khawatir jika terus dibiarkan maka
orang Sunda akan semakin jauh dari tata nilai budayanya dan pada akhirnya kebudayaan Sunda akan mati di
tempatnya sendiri. Kekhawatiran itulah yang mendasari mereka untuk tetap aktif dalam proses pewarisan
nilai budaya Sunda, baik

Acknowlede
Hasil pengamatan juga diambil dari survei yang dilakukan oleh Universitas Padjajaran dimana Rektor
Unpad, Prof. Ganjar Kurnia, memaparkan, suku bangsa Sunda merupakan suku bangsa terbesar kedua di
Indonesia. Namun, eksistensi dari suku bangsa yang besar tersebut secara perlahan semakin hilang seiring
dengan masuknya budaya-budaya luar serta perkembangan zaman.
Lebih lanjut Rektor menjelaskan, kesadaran masyarakat Sunda untuk sadar menjaga budayanya sangat
kurang. Hal ini dibuktikan dengan sekitar 500 jenis kesenian Sunda hampir punah karena tidak ada
regenerasi pemainnya. Ciri sikap sejati dari manusia Sunda pun sudah sangat sulit ditemui dalam sikap
keseharian masyarakat Sunda zaman kiwari.
Beliau juga mengatakan bahwa alat komunikasi masyarakat Sunda sudah jarang lagi digunakan dalam
kehidupan sehari-hari
Beragam persoalan alam, sosial, dan budaya yang terjadi saat ini turut menjadi penyebab semakin
melemahnya eksistensi suku Sunda. Padahal, dulu Sunda dikenal sebagai sebutan untuk Wilayah Indonesia
Barat yang meliputi, Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi), serta Sunda Kecil
(Kepulauan Nusa Tenggara). Saking kaya akan pesona keindahan alamnya, grup musik Bimbo pun menulis
lirik lagu “waktu Tuhan tersenyum lahirlah Pasundan
“Wilayah Sunda di Jawa sendiri sebenarnya dimulai di daerah Cimanuk (Banten) sampai Cipamali (Jawa
Tengah). Namun, saat ini banyak wilayah yang memisahkan diri, seperti Banten dan DKI Jakarta. Bahkan,
Cirebon pun ingin membentuk provinsi sendiri,” ungkap Rektor.
Oleh karena itu, Rektor pun berharap melalui kursus tersebut setidaknya dapat melahirkan paling tidak
kepedulian terhadap bahasa dan budaya Sunda. Sebab, kesadaran sebagai orang Sunda setidaknya harus
dimulai dari tiap-tiap individu orang Sunda. “Di Unpad sendiri sudah ada program Unpad Nyaah ka Jabar,
dan bahasa Sunda sudah masuk ke dalam statuta Unpad sebagai bahasa pengantar perkuliahan, selain Bahasa
Indonesia dan Inggris,” jelas Rektor.

4
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

Conclusion
Berdasarkan hasil yang telah didapat dan dirangkum membuktikan bahwa kelestarian budaya sunda di
daerah Bandung dan Cimahi masih cukup kental, baik itu dari bagaimana penerapan budaya masagi atau
budaya sabilulungan, karena dua budaya itu selalu diterapkan dari sejak dahulu kala dan kemungkinan untuk
menipisnya kultur tersebut sangat kecil sehingga besar kemungkinan budaya tersebut akan selalu ada dan
terus diwariskan ke generasi selanjutnya
Lain halnya jika hasil survei yang telah kita ambil adalah penerapan budaya bahasa sunda, dari pengamatan
yang sudah di dapat membuktikan bahwa penggunaan bahasa sunda di daerah Bandung dan Cimahi masih
kurang dan masih banyak yang lebih memilih memakai bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari
terlepas dari kewajiban kita sebagai warga negara republik Indonesia, tetapi kultur atau budaya di dalamnya
juga tidak bisa dilepas begitu saja dan masih harus dilestarikan mengingat Indonesia itu terkenal karena isi
budaya di dalamnnya juga.

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah yang berjudul “Implementasi Nilai-nilai Budaya Sunda
dalam Pendidikan Karakter Siswa-siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung dan Cimahi” tepat pada
waktunya.

Artikel ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagi pihak. Maka dari itu, penulis
menghaturkan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dr. Wina Nurhayati Pradja, M.Pd yang telah membimbing kami dalam penyelesaian artikel ini.

2. Orang tua yang telah memberikan segala doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan.

3. Teman-teman mahasiswa Teknik Telekomunikasi kelas 1B yang sudah membantu memberi


dukungan dalam menyelesaikan artikel ini.

4. Semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan artikel ini.

5
Alya Yasmin 1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3. Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam
Pendidikan Karakter Siswa-Siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya dan Cimahi

References
Contoh Referensi
Crick, B. (2002). Democracy: A very short introduction. Oxford University Press Inc.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Flanagan, C., Levine, P., & Settersten, R. (2007). Civic engagement and the transition to adulthood.
CIRCLE.
Hobbs, R. (2010). Digital and media literacy. A plan of action. In Journal of Craniofacial Surgery (Vol. 23,
Nomor 5). The Aspen Institute Communications and Society Program One.
https://doi.org/10.1097/SCS.0b013e31824e27c7
Michels, A., & De Graaf, L. (2017). Examining citizen participation: Local participatory policymaking and
democracy revisited. Local Government Studies, 43(6), 875–881.
https://doi.org/10.1080/03003930.2017.1365712
https://www.unpad.ac.id/2013/01/kurang-kesadaran-masyarakat-sunda-menjaga-budaya-sunda/

Anda mungkin juga menyukai