PROPOSAL SKRIPSI
TUGAS METODE PENELITIAN KUALITATIF
Kota Bandung merupakan sebuah kota di Indonesia dengan julukannya yaitu Kota
Pendidikan. Saat ini Kota Bandung menjadi salah satu kota dengan perguruan tinggi negeri
dan swasta terbanyak, sehingga ini membuat Kota Bandung menjadi pilihan menarik bagi
siswa dan siswi untuk melanjutkan Pendidikan. Hasil data yang diperoleh oleh Badan Pusat
Statistik, Provinsi Jawa Barat menjadi peringkat pertama di Indonesia yang memiliki
perguruan tinggi terbanyak, pada tahun 2020 tercatat ada sebanyak 389 perguruan tinggi dan
tahun 2021 sebanyak 597 perguruan tinggi yang berada di provinsi Jawa Barat. Menurut data
BPS Provinsi Jawa Barat 2021, menyatakan pada tahun 2020 menyatakan bahwa Kota
Bandung menempati posisi pertama dengan jumlah perguruan tinggi terbanyak, yaitu 5
perguruan tinggi negeri dan 94 perguruan tinggi swasta.
Banyaknya pilihan perguruan tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dan siswi
asli Kota Bandung hingga ke penjuru Indonesia. Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa Jawa Barat menempati posisi kedua di Indonesia
dengan jumlah mahasiswa terbanyak mencapai 751.785 mahasiswa dan terdapat 250.132
mahasiswa yang melanjutkan pendidikannya di Kota Bandung. Ini membuktikan bahwa Kota
Bandung menjadi pilihan oleh mahasiswa untuk melanjutkan pendidikanya, mulai dari
mahasiswa yang berdomisili Kota Bandung hingga luar Kota Bandung. Hasil riset melalui
data detik.com (2023) peringkat 15 besar perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia
menurut Quacquarelli Symonds Asia University Ranking (QS AUR) 2023 pada tahun 2023
Telkom University menjadi salah satu kampus dengan memasuki peringkat ke – 2. Hal
tersebut membuat banyaknya siswa tertarik untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Telkom
University.
Berdasarkan dari hasil data yang telah dihimpun oleh badan Akademik Telkom
University yang disampaikan langsung oleh Dr. Ahmad Rizal (2021) bahwa Telkom
University telah menerima sebanyak 7.554 mahasiswa dengan jumlah mahasiswa yang
berasal dari Barat Indonesia yaitu Aceh sebanyak 47 mahasiswa dan dari Papua sebanyak 29
mahasiswa. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya mahasiswa rantau di Telkom
University menyebabkan terjadinya adaptasi komunikasi antara mahasiswa yang memiliki
latar belakang budaya yang berbeda antara satu dan lainnya. Mahasiswa migran atau yang
biasa disebut dengan mahasiswa rantau berasal dari etnik minoritas atau dari latar budaya
yang berbeda akan menemukan budaya baru dan berbanding dengan budaya daerah asalnya
dan mereka harus dapat beradaptasi agar dapat berbaur dan diterima oleh masyarakat sekitar
Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan yang terdapat pada mahasiswa yang berasal
dari luar Bandung membuat mereka harus dapat beradaptasi dengan budaya baru saat
merantau ke Bandung terlebih lagi dengan cara mahasiswa untuk berkomunikasi salah
satunya adalah mahasiswa yang berasal dari Bali.
Merantau merupakan sebuah bentuk lain dari migrasi, dimana individu mendatangi
sebuah wilayah dan meninggalkan wilayah asal nya untuk pergi ke kota, daerah atau negara
lain atas kemauannya sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain dalam kurun waktu yang
cukup lama dan memiliki tujuan untuk melanjutkan jenjang Pendidikan yang lebih tinggi dan
lebih baik, mencari pengalaman yang lebih luas, mencari pekerjaan atau mendapatkan hidup
baru yang lebih baik ( Hendrastomo et al., 2016: 3)
Menurut Harold D. Lasswell fungsi komunikasi dapat dijabarkan menjadi 3 antara lain
(1) manusia dapat mengontrol lingkungannya, (2) beradaptasi dengan lingkungan tempat
mereka menetap, dan (3) melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya.
Budaya menjadi faktor penting dan sangat mempengaruhi untuk terjadinya komunikasi,
begitu juga sebaliknya, komunikasi akan berpengaruh dengan adanya budaya yang terjadi
antara individu dengan individu lainnya. Komunikasi Antar Budaya mengkaji bagaimana
budaya dapat berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apa makna verbal dan non – verbal
yang terdapat dan bersangkutan menurut budaya – budaya tersebut, bagaimana cara untuk
mengkomunikasikannya, apa layak untuk dikomunikasikan dan kapan sebaiknya
mengkomunikasikannya ( Mulyana, 2005 : xi )
Dalam proses terjadinya komunikasi antara individu dengan individu yang berbeda latar
kebudayaan sangat dibutuhkan pemahaman dan pengertian secara umum mengenai hal yang
akan dikomunikasikan. Budaya yang terdapat di tiap – tiap daerah di Indonesia memiliki
keunikan dan ciri khas yang berbeda dengan budaya daerah lainnya, adanya keberagaman ini
membuat setiap individu yang mendatangi dan menempati suatu daerah baru harus dapat
beradaptasi dikarenakan adanya perbedaan kebudayaan dan juga kebiasaan yang biasanya
dilakukan di daerah asalnya. Memasuki sebuah wilayah yang baru menjadi tantangan
tersendiri bagi mahasiswa rantau untuk melakukan adaptasi budaya. Kim ( 2001:6)
menyatakan bahwa Adaptasi budaya adalah serangkaian proses interaktif yang terjadi dan
berkembang dalam
sebuah kegiatan komunikasi individu yang dilakukan oleh pendatang dengan lingkungan
sosial budaya yang baru ditepatinya. Adanya adaptasi antar budaya terjadi pada kesesuaian
pola komunikasi para pendatang yang diharapkan dan disepakati oleh masyarakat dan bdaya
lokal setempat.
Hasil riset pra peneliti terhadap mahasiswa Bali yang berada di Telkom University sesuai
dengan data KMH Telkom University, mahasiswa perantau yang berasal dari Bali ,
masyarakat Bali angkatan 2022 per tanggal 22 Desember 2022 terdapat 90 mahasiswa.
Adanya perbedaan yang signifikan mulai dari memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan
komunikasi, perbedaan intonasi Bahasa, tata Bahasa, arti dari Bahasa, komunikasi verbal dan
non – verbal, perbedaan adat istiadat, perbedaan cara berkomunikasi sehari – hari dan pola
pikir tersendiri membuat hal tersebut menjadi riskan ketika mahasiswa Bali melakukan
komunikasi dengan masyarakat asli Bandung ataupun ketika sedang berkomunikasi dengan
teman sebaya. Mahasiswa Bali harus dapat memilih dan memilah penggunaan tata Bahasa
dan juga cara penyampaian ketika berkomunikasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
dan ketersinggungan.
Mahasiswa yang berasal dari Bali sering tidak mengarti terhadap kata – kata yang
diucapkan ataupun kosa kata Bahasa sunda yang digunakan untuk berkomunikasi sehari –
hari di Kota Bandung karena terdapat persepsi dan makna yang berbeda. Adanya perbedaan
latar belakang budaya menyebabkan adanya keterbatasan Bahasa, yang dimana terdapat
adanya kosa kata yang memiliki sifat ambigu sehingga menyebabkan representasi persepsi
dan interpretasi yang akan berbeda dari individu – individu dengan latar belakang sosial
budaya yang berbeda, oleh karena itu aka nada baiknya dalam penggunaan Bahasa untuk
berkomunikasi menggunakan Bahasa yang memiliki persamaan dalam mempersepsikan
makna ( Afdjni, 2013). Perbedaan latar belakang kebudayaan yang terjadi oleh Mahasiswa
Bali yang merantau di Telkom University mengharuskan mahasiswa harus melakukan
adaptasi komunikasi, merujuk terhadap proses penyesuaian dengan menggunakan kompetensi
komunikasi pribadi yang dapat dipaparkan menjadi 3 bagian, yaitu kognitif, afektif dan
operasional yang secara sendirinya terdapat dalam pribadi individu.
Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungan sekitarnya memainkan peran
yang penting bagi perkembangan keterampilan sosial, untuk menunjang perkembangan
potensi kehidupan dan fungsi lainnya di masa remaja ( La Greca & Lopez, 1998; Hansen,
Nangle, & Mayer, 1998) adanya interaksi individu yang terjadi dalam sebuah ingkungan
sangat dipengaruhi dan berkaitan dengan komunikasi adaptasi yang dilakukan oleh orang
tersebut. Kesulitan kesusahan dalam beradaptasi dengan budaya baru akan lebih terlihat jika
budaya asal daerah individu tersebut memiliki perbedaan yang sangat jauh terutama dari segi
geografis. Hal ini akan menimbulkan perlunya adaptasi komunikasi, adaptasi yang dilakukan
tidak akan terjadi secara instan, adapun kunci yang dilakukan oleh individu tersebut untuk
melakukan adaptasi adalah dengan keterbukaan dan motivasi agar adaptasi komunikasi dapat
terjadi dengan lancar. Penelitian lain, yaitu yang dilakukan oleh Zaki Hidayat dkk ( 2016 )
dengan judul penelitian “Pengalaman Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Minangkabau”
menunjukan dan menjelaskan bahwa adanya motif yang mendasari mahasiswa Minangkabau
PSDKU Unpad pangandaran untuk merantau, dengan adanya pengalaman mahasiswa Minang
PSDKU Unpad Pangandaran mengenai tantangan komunikasi pada saat komunikasi adaptasi
yang dialami dengan adanya tantangan dan pemaknaan terkait komunikasi adaptasi yang
dilakukan oleh Mahasiswa Minang PSDKU Unpad Pangandaran tersebut selama berinteraksi
dan melakukan penyesuaian diri dengan masyarakat sekitar.
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti akan
mengangkat judul “ Pengalaman Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Bali ( Studi Fenomenologi
Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Bali di Telkom University ). Dalam komunikasi adaptasi
yang terjadi dalam mahasiswa Bali yang berada di Telkom University pasti memiliki
perbedaan antara individu satu dengan individu lainnya dalam melakukan komunikasi
adaptasi. Peneliti ingin agar mahasiswa Bali yang berada di Telkom University dapat
menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan adaptasi komunikasi di daerah
rantauan.
a) Komunikasi
Adapun manfaat yang terdapat dalam penelitian ini berupa manfaat teoritis dapat sebagai
acuan dan juga literatur dalam karya ilmiah, sebagai manfaat praktis penelitian ini bagi
mahasiswa dan mahasiswi rantau yang berasal dari Bali di Telkom University dapat
digunakan sebagai pembelajaran dan juga acuan untuk melakukan adaptasi komunikasi ketika
sedang beradaptasi di lingkungan kampus dan sekitarnya.
Setiap manusia pasti akan melakukan komunikasi, istilah komunikasi adalah adanya
proses pertukaran dan menyampaikan pesan, gagasan dan informasi secara verbal atau non –
verbal dari satu individu kepada individu lain atau kelompok lainnya yang akan menerima
pesan melalui sebuah media. Istilah awal komunikasi berawal pada kata latin yaitu
Communis yang memiliki arti membuat sebuah kebersamaan atau membangun kebersamaan
antara dua atau lebih. Kata komunikasi juga berasal dari Bahasa latin yaitu Communico yang
memiliki arti memberi menurut Cherry dalam Stuart (1983). Komunikasi juga diartikan
proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lainya. Melalui penggunaan
simbol – simbol seperti kata, gambar, angka dan lainnya (Berelson dan Stainer 1964)
Menurut Riswandi (2009) Komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin yaitu
“communicates” atau “communicatio” atau “communicare” yang memiliki arti “berbagi”
atau “menjadi milik bersama”. Selain itu pengertian komunikasi yang dicetuskan oleh Harold
D. Lasswel adalah cara yang tepat untuk menjelaskan dan menerangkan suatu tindakan
komunikasi adalah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikannya”, “apa yang
disampaikan”, “melalui saluran apa”, “kepada siapa” dan “apa pengaruhnya”.
b) Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya, dimana
dalam penyesuaian ini dapat diartikan menjadi sebuah pengubahan diri pribadi sesuai dengan
keadaan dan kondisi lingkungan, juga dapat diartikan mengunggah lingkungan sesuai dengan
keinginan pribadi (Gerungan, 1991:55). Suparlan (1993) memaparkan adaptasi pada
hakekatnya adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memenuhi syarat – syarat dasar untuk
tetap melangsungkan kehidupan, yang termasuk kedalam syarat – syarat tersebut adalah
syarat dasar kejiwaan yang meliputi rasa tenang dan jauh dari rasa takut, keterpencilan dan
gelisah. Sementara itu syarat dasar social meliputi sebuah hubungan yang terjadi untuk dapat
melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dan dapat belajar mengenai kebudayaan
dan kebudayaan lainnya yang terdapat dalam daerah tersebut. Menurut Sears (1985)
menyebutkan bahwa, pada dasarnya setiap manusia melakukan penyesuaian diri karena ada
dua diantara lainnya, perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat.
c) Integrative Communication Theory (Teori Komunikasi Integratif Adaptasi Lintas
Budaya)
Teori Komunikasi Integratif (Integrative Communication Theory) Teori ini dikemukakan
oleh Kim Young Yun dengan melakukan penelitian terhadap para pendatang yang tengah
menetap di Chicago, Amerika Serikat, khususnya para pendatang yang berasal dari korea
untuk melaksanakan disertasi doktoralnya pada tahun 1977. Dalam bukunya yang berjudul
Becoming Intercultural: An Integrative Theory and Cross Cultural Adaptation (sebelumnya
berjudul Cross Cultural Adaptation: An Integrative Theory) memaparkan bahwa sebagai
makhluk sosial sudah selayaknya terjadi interaksi di antara masyarakat. Namun, adanya
kemampuan individu untuk melakukan komunikasi sesuai dengan norma – norma dan nilai
budaya lokal tergantung pada proses penyesuaian diri atau adaptasi para pendatang
(Gudykunts dan Kim, 2003). Dari hasil penelitian tersebut, Kim memaparkan ada lima hal
yang menjadi faktor dalam adaptasi, yaitu :
1. Komunikasi Personal ( Personal Communication )
Komunikasi ini akan terjadi apabila seseorang merasakan adanya hal – hal yang
terjadi dalam lingkungannya, kemudian memberi makna serta mengadakan reaksi
terhadap obyek maupun orang lain yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Pada
tahapan ini terjadi penyesuaiian dengan menggunakan kompetensi komunikasi pribadi
yang dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu :
Kognitif : berupa pengetahuan individu tentang sistem, pemahaman kultur
dan kompleksitas kognitif
Afektif : berupa komposisi dari motivasi adaptasi individu, fleksibilitas
identitas, dan estetika orientasi bersama.
Operasional : berupa kemampuan untuk mengekspresikan kognitif dan
pengalaman afektif dari individu yang terlihat melalui aspek perilaku secara
spesifik yang menunjukan kompetensi komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
table 1.1
Nama penulis Nur Asisyah, Usman Ismail, Zelfia Wahyutama, dan Safira Maulani,
& Tahun (2022) (2022)
Judul artikel ADAPTASI KOMUNIKASI GEGAR BUDAYA DAN STRATEGI
BUDAYA MASYARAKAT ADAPTASI BUDAYA
PENDATANG DAN MAHASISWA PERANTAUAN
MASYARAKAT LOKAL SERUI MINANG DI JAKARTA
KABUPATEN YAPEN DI
PROVINSI PAPUA
Jenis E – Jurnal E – Jurnal
Literatur dan (Junal ikom.fs umi Vol.1 No.4 (JURNAL KONVERGENSI
nama (2020) ISSN: 2528-0546)
penerbit
Masalah Bagaimana Proses Adaptasi Bagaimanakah pengalaman gegar
penelitian Komunikasi Budaya dan simbol- budaya yang dialami mahasiswa
simbol Komunikasi Budaya perantau asal Minang di Jakarta dan
Masyarakat Lokal dalam proses bagaimanakah strategi adaptasi budaya
adaptasi terhadap masyarakat yang mereka lakukan
pendatang Serui Kabupaten Yapen
Di Provinsi
Papua?caka
Metode Deskripti kualitatif Kualitatif
Peneltian
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian
Penelitian bahwa Proses adaptasi komunikasi menemukan tema-tema utama terkait
budaya antara masyarakat pendatang pengalaman gegar budaya, hambatan
dan masyarakat lokal terdiri dari fase yang ditemui dalam
honeymoon, fase frustration, fase beradaptasi, strategi adaptasi. Secara
readjustmen, dan fase resolution. umum diperoleh bahwa kedua
Adaptasi merupakan sebuah informan mengalami gegar budaya
penyesuaian diri pada wilayah yang dalam berbagai bentuk dan tingkatan,
baru dimana masyarakat pendatang serta menempuh strategi adaptasi yang
ada yang merasa lebih mudah dan berbeda dalam
ada yang merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
proses penyesuaian diri baik dari lingkungannya
norma budaya yang ada, maupun
dalam berkomunikasi dengan
masyarakat lokal. Simbol-simbol
budaya masyarakat lokal serui sangat
beraneka ragam, dimulai
dari penggunaan bahasa, gestur
(gerak tubuh), sampai dengan
identitas dari budaya itu sendiri
seperti alat musik dan makanan
tradisiona
Keterbatasan Pada penelitian ini berfokus terhadap Dalam penelitian ini berfokus terhadap
& Perbedaan bagaimana cara menepatkan diri bagaimana pengalaman geger budaya,
dengan yang diakukan oleh pendatang dalam hambatan yang dirasakan dan
penelitian berkomunikasi bagaimana starategi adaptasi yang
anda berbdesa dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya
Table 1.2
Nama penulis Zaki Hidayat, Jenny Ratna Rania Putri Faradyba, Windhiadi Yoga
& Tahun Suminar, Ditha Prasanti (2022) Sembada, Garcia Krisnando Nathanael
(2022)
Judul artikel Pengalaman Komunikasi Proses Adaptasi Mahasiswa Rantau Dari
Adaptasi Mahasiswa Batam Dalam Menghadapi Komunikasi
Minangkabau Antarbudaya Di Upnvj
(Studi Fenomenologi Mengenai
Komunikasi Adaptasi
Mahasiswa Minangkabau
Program Studi Di Luar Kampus
Utama Universitas Padjadjaran
Pangandaran)
Jenis E – Jurnal E – Jurnal
Literatur dan (Komunikologi Volume 19 (Communications Vol.4(1)2022, P.94-
nama Nomor 2) 113 E-Issn: 2684-8392, P-Issn: P Issn
penerbit 2807-8802)
Masalah 1) Bagaimana motif yang Bagaimana cara yang digunakan oleh
penelitian melatarbelakangi para mahasiswa rantau asal Batam dalam
mahasiswa etnis Minangkabau beradaptasi dan berkomunikasi di
di PSDKU Unpad Pangandaran Universitas Pembangunan Nasional
merantau ke Pangandaran? “Veteran” Jakarta
2) Bagaimana pengalaman
komunikasi adaptasi yang
dilakukan para mahasiswa etnis
Minangkabau di PSDKU Unpad
Pangandaran?
3) Bagaimana para mahasiswa
etnis Minangkabau di PSDKU
Unpad Pangandaran memaknai
fenomena komunikasi adaptasi
yang dialami?
Metode Kualitatif Deskriptif Kualitatif
Peneltian
Hasil Hasil penelitian ini hasil akhir dari penelitian ini
Penelitian mendeskripsikan menunjukkan mahasiswa rantau asal
bagaimana motif yang Batam mengalami kelima tahap proses
mendasari mahasiswa adaptasi menurut Young Y. Kim. Mereka
Minangkabau PSDKU Unpad mengalami kesamaan masalah dalam
Pangandaran untuk merantau, menghadapi hambatan komunikasi
pengalaman komunikasi adaptasi antarbudaya yaitu perbedaan budaya
yang pernah dirasakan, dan terlebih bahasa, adat istiadat, dan gaya
makna yang terbentuk dari hidup sehingga mereka mengalami
proses adaptasi yang culture shock.Oleh sebab itu, mahasiswa
berlangsung rantau asal Batam mulai mengembangkan
berbagai cara hingga melakukan
akomodasi dan konvergensi dalam
menghadapi perbedaan budaya agar bisa
beradaptasi dan berinteraksi
dengan nyaman di lingkungan UPNVJ.
Keterbatasan Dalam penelitian ini berfokus Dalamm penelitan ini berfokus terhadap
& Perbedaan pada pengalaman komunikasi adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa
dengan adaptasi yang pernah dirasakan, rantau asal Batam yang berada di UPN
penelitian dan makna yang terbentuk dari Veteran Jakarta
anda proses adaptasi yang
Berlangsung
table 1.3
Nama I Gusti Ngurah Rai Ari Yudha Muhammad Thariq (2020)
penulis & (2019)
Tahun
Judul artikel Hambatan Komunikasi Pada Pola Komunikasi Adaptasi Mahasiswa
Mahasiswa Perantauan Asal Bali Asal Malaysia (Studi Pada Program
Di Kota Yogyakarta “Student Exchange” Di Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara,
Indonesia)
Jenis E – Jurnal E – Book
Literatur dan (jurnalikomas) (Research Repository)
nama
penerbit
Masalah Hambatan – hambatan Bagaimana hambatan dan adaptasi yang
penelitian komunikasi yang terjadi pada dilakukan oleh Mahasiwa asal Malaysia
mahasiswa rantau asal Bali yang yang terjadi di Universitas Muhammadiyah
berada di Yogyakarta. Sumatera Utara
Metode Kualitatif Deskriptif Kualitatif
Peneltian
Hasil Fktor-faktor penyebab yang Pola komunikasi adaptasi yang dilakukan
Penelitian Melatar belakangi proses mahasiswa asal Malaysia terbangun
terjadinya hambatan komunikasi dengan melewati empat tahapan teori
pada mahasiswa Kurva-U sehingga menyesuaikan diri
16 perantauan asal Bali di kota dengan budaya dan tempat penginapan di
Yogyakarta dikarenakan lingkungan kampus Universitas
memasuki lingkungan baru Muhammadiyah Sumatera Utara. Kondisi
dimana mahasiswa perantauan yang dialami oleh pelajar memunculkan
asal Bali merasa adanya rasa sensitif, cemas dan mengalami kejutan
perbedaan bahasa, struktur budaya (shock culture) karena kenyataan
ekonomi, struktur sosial, agama, budaya di daerah yang dikunjungi dan
norma-norma, gaya interaksi tempat penginapan terasa berbeda menjadi
sosial dan cara pemikiran, serta lebih mudah terlihat, seperti komunikasi
sejarah lokal dengan harapan bisa disertai berjabat tangan antar perempuan
beradaptasi menyesuaikan diri dan laki-laki sudah umum yang tidak sama
terhadap lingkungan barunya di Malaysia. Shock culture yang dialami
tersebut. Lalu hal yang dirasakan mahasiswa asal Malaysia hanya dua hari.
mahasiswa perantauan asal Bali Mereka mampu beradaptasi dengan
di kota Yogyakarta akibat mengedepankan komunikasi verbal dan
terjadinya hambatan komunikasi nonverbal dengan prinsip satu rumpun
dikarenakan merasa kaget, tidak Melayu tetap memiliki sifat keramahan
nyaman dan gelisah sehingga sebagai solusi hambatan komunikasi.
merasakan ketidaknyamana
Keterbatasan Dalam penelitian ini berfokus Dalam penelitian ini berfokus terhadap
& Perbedaan terhadap adaptasi dan adaptasi dan penyesuaiian diri yang
dengan penyesuaiian diri yang dilakukan dilakukan oleh mahasiswa asal Malaysia
penelitian oleh mahasiwa perantau asal bali
anda yang berada di Yogyakarta.
table 1.4
2.3 Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELTIAN
Populasi dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah wilayah yang terdiri objek atau
struktur yang memiliki kualitas dan karakteristik yang tertentu yang diberi tanda oleh peneliti
untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya dan sampel merupakan subjek dari sebuah
penelitian. Populasi juga dapat diartikan sebagai bentuk dari segala objek atau subjek dari
sasaran penelitian, wujud subjek beragam: manusia, hewan, tumbuh – tumbuhan, barang
produk, barang non-produk dan bentuk lingual ( Kusumastuti dan Khoiron. 2019: 59,153)
Dalam pengambilan sampel harus memilih individu, unit atau pengaturan yang dapat
dipelajari dan diteliti. Metode pengumpulan data penelitian kualitatif yang paling independen
berupa metode wawancara semi struktur dan dokumentasi.
a) Secara umum wawancara merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk
memperoleh keterangan yang dilakukan oleh seorang peneliti dengan melakukan
tanya jawab secara tatap muka antara pewawancara dan informan yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sehari – hari, kekhasan wawancara yang
mendalam adalah adanya keterlibatan dalam kehidupan informan. (Bungin:2007, 108)
Wawancara semi struktur merupakan pengumpulan data yang mengacu pada
pertanyaan wawancara, pertanyaan pertanyaan tersebut akan dibuat sesuai dengan
instrumen pertanyaan yang sudah dibuat oleh peneliti. Melakukan wawancara semi
struktur, pewawancara dapat melakukan pengambilan data dengan narasumber secara
lebih terbuka. ( Esterberg. Dalam Sugiyono, 2017:115). Wawancara semi struktur
dapat dikenal dengan wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin, wawancara
ini dapat dilakukan dengan bebas tetapi terarah dan tetap berpedoman terhadap
prosedur dan alur pokok dari permasalahan yang akan ditanyakan dan yang sudah
disiapkan kepada narasumber ketika sedang melakukan wawancara (Kriyantono,
2022)
Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sample, dimana metode
ini digunakan untuk mengambil sampel berdasarkan kriteria yang akan dipilih
berdasarkan pertanyaan. Peneliti mengambil sampel Mahasiswa perantau asal Bali
yang tengah menduduki semester dua perkuliahan dan populasi sampel berada di
kawasan Telkom University, karena pada mahasiswa rantau yang baru menginjak
semester dua masih sangat awam terhadap perbedaan latar belakang budaya yang
dirasakan.
b) Dokumentasi beragam bentuknya, dari yang tertulis sederhana sampai yang
lebih lengkap, dan bahkan bisa berupa benda-benda lain. Dalam penelitian ini dalam
mengumpulkan data yaitu dengan cara melihat kembali literatur atau dokumen serta
foto-foto dokumentasi yang relevan dengan tema yang diangkat dalam penelitian.
Metode dokumentasi menurut Arikunto (Hadi, 2021 : 64) merupakan penelitian yang
menyelidiki benda – benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan –
peraturan, notulen rapat catatan harian dan lainnya. Penelitian ini menggunakan
dokumentasi pengumpulan data dengan fungsi sebagai bahan riset dan juga data riset
yang akan digunakan sebagai data tambahan oleh peneliti (Kriyantono, 2022:309).
Dengan metode dokumentasi, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah
ada, sehingga dengan metode ini peneliti dapat memperoleh catatan-catatan yang
berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini dokumentasi diambil dari
berbagai kegiatan yang sedang berlangsung baik melalui catatan, dokumentasi
bergambar dan audio. Dokumentasi ini bisa juga berupa arsip yang dipunyai oleh
pihak manajemen perusahaan yang diteliti
Protocol observasional merupakan sebuah metode untuk perekaman data yang berupa
sebuah lembar kertas dengan garis tengah untuk membedakan catatan – catatan deskriptif
yang berisikan partisipan, rekonstruksi dialog, deskripsi mengenai ranah fisik, catatan tentang
peristiwa dan aktivitas tertentu dan dapat disertakan informasi demografis (jam, tanggal, dan
lokasi penelitian) penggunaan protokol wawancara, peneliti merekam dan mengumpulkan
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan membuat catatan – catatan
menggunakan tulisan tangan dan merekam melalui audio tapping ( Creswell, 2017 : 259)
Adapun tahapan – tahapan prosedur wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti
merujuk pada Creswell pada tahun 1998, yaitu :
1. Peneliti melakukan identifikasi terhadap narasumber berdasarkan sampling yang
dipilih, membuat traskrip wawancara yang akan diajukan kepada narasumber.
2. Peneliti menentukan jenis wawancara yang akan dilakukan sesuai dengan populasi
dan sample yang dipilih, peneliti akan melakukan wawancara dengan mahasiswa
perantau asal Bali yang berada di Telkom University dan tengah menduduki semester
dua perkuliahan.
3. Peneliti melakukan janji dengan narasumber dan membuat jadwal untuk melakukan
wawancara.
4. Peneliti menyiapkan alat perekam data dan juga dokuentasi yang akan digunakan (
mike, alat tulis dan gawai ) dan mengecek alat alat sebelum elakukan wawancara
5. Peneliti menyusun protocol wawancara yang terdiri empat hingga lima halaman
dengan kira – kira 5 pertanyaan terbuka dan menyediakan ruang yang cukup untuk
mencatat respon dan komentar partisipan
6. Memberikan inform consent kepada calon partisipan
7. Selama proses wawancara berlangsung, sesuaikan dengan pertanyaan, menghargai
partisipan, sopan santun dan mendengarkan secara seksama.
3.3 Metode Analisis dan Keabsahan Data
penelitian ini menggunakan metode analisis data saat di lapangan. Analissi data
merupakan sebuah proses menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan melalui berbagai
macam teknik (wawancara, observasi, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan
lainnnya) Metode analisis data merupakan usaha untuk memaknai suatu data, baik secara teks
maupun gambar yang dilakukan secara menyeluruh ( Creswell, 2010). Peneliti akan
membaca dan mengkaji lebih dalam lagi terhadap data tersebut yang disebut dengan reduksi.
Reduksi data adalah serangkaian proses bentuk analisis yang bertujuan untuk menajamkan,
menggolongkan, megarahkan dan menyisihkan data – data yang tidak perlu digunakan
sehingga menghasilkan kesimpulan dan verifikasi (Miles & Huberman, 2007:16)
Miles & Huberman (1994: 10-12) membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik
merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Miles & Huberman
dalam kutipan buku Penelitian Kualitatif (Hadi, 2021:74) memaparkan sifat Interaktif, yaitu
sifat yang digunakan untuk pengumpulan data dengan menggunakan analisis data, bahwa
dengan analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan yang berlangsung terus
menerus sampai analisis tersebut tuntas akan mengakibatkan data yang diperoleh bersifat
jenuh. Adaun atkifitas tersebut :
a) Data Reduction (Reduksi Data)
Merupakan pencatatan data yang diperoleh dari lapangan dengan cara
merangkum, menyaring dan memilah hal – hal pokok yang terdapat dalam data,
meneliti data – data pokok, mencari tema dan pola yang ada dalam data hasil
wawancara.
b) Data Display
Data display digunakan untuk menyajikan data hasil wawancara dalam bentuk
teks yang bertujuan untuk memperjelas hasil dari penelitian dan dapat dibantu
dengan mencantumkan table atau gambar.
c) Conclusion Drawing/Verivication
Kesimpulan yang terdapat dalam penelitian kualitatif adalah teuan baru dan
sebelumnya belum pernah ada, temuan tersebut dapat brsifat deskripsi atau
gambaran objek yang sebelunya kurang jelas, remang – remang atau geap,
sehingga sesudah diteliti kembali akan enjadi jelas. Hasil tersebut dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif ( hipotesis atau teori )
Aktifitas tersebut dirancang untuk mendapatkan hasil data yang tersusun dalam
bentuk yang padu dan mudah dipahami. Dengan demikian, peneliti dapat dengan jelas
melihat fenomena atau objek apa yang sedang terjadi dan dapat dengan mudah menarik
kesimpulan yang akurat dan benar.
Keabsahan data adalah padanan dari konsep yang sudah tervaliditas dan rliabilitas,
dalam penelitian kualitatif dan sesuai dengan pengatahuan, keriteria dan paradigma yang
digunakan. Kebasahan data dapat diraih menggunakan proses pengumpulan data yang tepat,
salah satunya dengan melakukan proses triangulasi. Proses triangulasi merupakan proses
pemeriksaan keabsahan data peneliti dengan memanfaatkan hasil lain yang ada diluar ata
yang sudah dikumpulkan sebagai pembanding dan pengecekan terhadap data tersebut. Denzin
(Moleong, 2002:178) memaparkan bahwa terdapat empat bagian triangulasi yang digunakan
untuk memeriksa keabsahan data, yaitu :
a) Triangulasi Sumber atau triangulasi data
Merupakan menguji keabilitas sebuah data dengan membandingkan data berbagai
sumber yang berbeda, Paton (1987), poses ini dilakukan dengan membandingan
dan mengecek derajat kepercayaan suatu informan yang didapat melalui waktu
dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif dengan cara
- Membandingkan data hasil melakukan pengamatan dengan hasil data wawancara.
- Membandingkan apa yang dikatakan individu ketika berada didepan public dan
dikatakan secara pribadi.
- Membandigkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi yang terjadi
pada tempat penelitian dengan apa yan terjadi sepanjang waktu .
- Membandingkan keadaan dan prespektif dari seseorang dengan berbagai pendapat
orang lain
- Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang memilki
kaitan.
Dari hasil perbandingan ini dapat diharapkan menghasilkan kesamaan atau alasan
– alasan terjadinya suatu perbedaan.
b) Triangulasi Metode atau triangulasi teknik
Merupakan cara peneliti untuk menguji keabsahan daya yang dimiliki dengan
membandingkan metode pengumpulan data namun dengan sumber yang sama.
Metode ini digunakan untuk menguji apakah penggunaan metode pengumpulan
data, apakah hasil yang didapat dari metode wawancara sama dengan hasil metode
observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan data informasi yang
diberikan ketika sedang proses wawancara berlangsung. Mennurut Patton
(1987:329) terdapat dua buah strategi, yaitu :
- Mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik
pengumpulan data.
- Mengecek beberapa sumber data dengan penggunaan metode yang sama
c) Triangulasi Peneliti
Merupakan cara pengujian keabsahan data dengan memanfaatkan peneliti lain
untuk melakukan pengecekan kembali terhadap data yang telah diperoleh. Ini
dilakukan untuk melihat dan menguji kejujuran, subjektivitas da kemampuan
untuk merekam data oleh peneliti di lapangan.
d) Triangulasi teori
Merupakan cara pengujian keabsahan data dengan menggunakan prespektif lebih
dari satu teori yang digunakan untuk membahas fenomena yang dikaji. Menurut
Lincoln dan Guba (1981 :307 dalam Moloeng, 2006:178,331) memaparkan bahwa
fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi sumber data. Peneliti akan
melibatkan beberapa hasil perbandingan dan pengecekan ulang kepercayaan informan yang
didapat dari data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti akan menguji keabsahan
data yang sudah didata dengan cara melakukan verifikasi data informan yang didapat dari
berbagai sumber, seperti data hasil wawancara, hasil melakukan observasi dan hasil
dokumentasi. Dari sumber – sumber tersebut memberikan hasil data yang berbeda sehingga
akan memberikan sudut pandang yang berbeda yang berkaitan dengan fenomena yang
menjadi focus dalam penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga narasumber, diperoleh
data sebagai berikut :
Dwi memaparkan bahwa bertanya dengan teman untuk belajar kebudayaan baru saat
berada di Bandung
“Kalua dari saya sendiri, saya biasanay bertanya sama teman saya dan belajar sama
teman saya tentang kebudayaan disini sih, kayak mencari tau kebudayaan disini tuh
seprti apa jadi biar ga kagok gtu aja sih” (Dwi, informan kunci, 1 Juni 2023)
Menurut Mawar Pradnya memahami hal – hal baru dengan keadaan dan lingkungan baru
ketika awal mula merantau dengan sedari awal mencari informasi melalui internet dan
dengan teman – teman dekat mengenai lingkungan sekitar.
Dwi memaparkan juga berinteraksi dengan teman dekat untuk lebih mengetahui
lingkungan sekitar.
“ Saat awal – awal saya di ligkungan baru ini lebih banyak berinteraksi dengan
teman dekat sih, selain itu juga mencari informasi di internet kayak apa sih bandung
itu” ( Dwi, informan kunci, 1 Juni 2023
“Seperti kebanyakan orang, saya berusaha untuk terlihat ramah dan terbuka. Saya
memulai dengan menyapa atau menggunakan beberapa topik untuk memulai obrolan
dan memulai untuk bercerita…” ( Mawar Pradnya, Informan kunci, 30 Mei 2023)
“ Adaptasi menurut saya erat kaitannya dengan rasa keterbukaan dan menghargai.
Jadi saya menerima dengan baik perbedaan, memahami kebiasaan dan
menanggapinnya dengan sebagaimana seharusnya” ( Mawar Pradnya, informan
kunci, 30 Mei 2023)
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan informan, maka dapat
disimpulkan hasil yang beragam mengenai komunikasi personal yang terjadi pada mahasiswa
rantau asal Bali yang berada di Telkom University. Dalam hasil wawancara, informan kunci
terdapat memiliki kesamaan yang sama dalam merasakan komunikasi personal yang mereka
rasakan selama menjadi Mahasiswa rantau di Telkom University, dapat dilihat dari point –
point yang ditemukan oleh peneliti yaitu informan ingin belajar mengenai kebudayaan yang
ada dilingkungan barunya, ingin memahami kebiasaan masyarakat sekitar dan ingin
melakukan interkasi dengan masyarakat sekitar.
Peneliti memaparkan pertanyaan kepada informan tentang cara berinteraksi dengan teman
teman yang berada dalam lingkungan sekitar yang memiliki perbedaan latar belakng budaya.
Dalam poin ini, peneliti meneukan temuan yang didapat berupa berkomunikasi dengan
sopan
Dwi memaparkan, ia berinteraksi dengan ramah dan sopan agar tidak menimbulkan
kesalah pahaman.
“Saya berinteraksi dengan ramah dan sopan supaya tidak menimbulkan salah paham”
( Dwi, Informan kunci, 1 Juni 2023)
“ Kalau komunikasinya tentu pakai bahasa indonesia pada umumnya dan pastinya
sopan. Cuma kan kita lagi di bandung ya yang otomatis ada bahasa sunda, jadi kalau
ngampus suka ada logat” atau bahasa campuran ke sunda”an” ( Mawar Pradnya,
informan kunci, 30 Mei 2023)
Puspita memaparkan dimana interaksi ini menjadikannya sebuah tantangan, namun harus
tetap berinteraksi sebagaimana mestinya dan tetap mengindahkan kesopanan
“Tentunya menjadi tantangan bagi saya untuk berkomunikasi dengan teman yang
memiliki latar belakang hidup dan budaya. Ditambah dengan ciri khas perilaku dan
komunikasi disetiap daerah berbeda-beda. Saya tetap berinteraksi sebagai mana
mestinya dengan tetap mengindahkan kesopanan, menggunakan Bahasa indonesia dan
tidak menyinggung pihak lain” ( Puspita, informan kunci, 29 Mei 2023)
Menurut Mawar Pradnya, ketika sedang berada dalam melakukan interaksi tidak
merasakan adanya kesulitan
“Kalau aku engga sama sekali’ ( Mawar Pradnya,informan kunci, 30 Mei 2023)
“ Saya membuka hp saya dan menggunakan internet dan social media lalu saya menjelaskan
nya dengan menunjukan handphone saya kepada teman saya” (Dwi, informan kunci, 1 Juni
2023)
“ Kebetulan karena jalanin studi di ilmu komunikasi ga jarang ada tugas yang membahas
tentang budaya, jadi pengenalannya melalui analisa dan baca baca di website dan social
media terkait” ( Mawar Pradnya, informan kunci, 30 Mei 2023)
Pertanyaan berikutnya yang dilontarkan oleh peneliti terkait dengan cara informan
melakukan interaksi dengan teman temanya yang memiliki latar belakang kebudayaan yang
sma. Dalam poin ini mereka lebih menggunakan Bahasa daerah mereka dan
berinteraksi seperti biasanya.
Puspita memaparkan, dengan kesamaan latar belakang kebudayaan yang sama jadi ia
akan berkomunikasi seperti biasa saja dengan saat mereka berada di daerah asalnya dan
kommunikasi juga terjalin dengan erat.
“ Karena memiliki latar belakang budaya yang sama kita mampu saling mengerti,
jadi komunikasi seperti biasa, pakai Bahasa daerah dan komunikasi yang terjalin
juga lebih erat dikarenakan satu budaya” ( Puspita, Informan Kunci, 29 Mei 2023)
Mawar Pradnya juga memaperkan karena adanya komunitas UKM daerah, jadi lebih sering
menggunakan Bahasa daerah saat berkomunikasi.
“Karena dikampus ada ukm daerah otomatis ga jarang ketemu sama yang daerah
asal, bahasa bahkan agamanya sama. Interaksinya ya balik lagi pakai bahasa yang
biasa digunain di daerah asal karena lebih nyambung aja” (Mawar Pradnya,
Informan Kunci, 30 Mei 2023)
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan informan, maka dapat
disimpulkan hasil yang beragam mengenai Host Social Communication dan Ethnic Social
Comunication yang terjadi pada mahasiswa rantau asal Bali yang berada di Telkom
University. Dalam hasil wawancara, informan kunci terdapat memiliki kesamaan yang sama
dalam merasakan Host Social Communication dan Ethnic Social Comunication. Dapat dilihat
dari hasil temuan peneliti, dimana para informan memiliki kesamaan berupa dari penggunaan
komunikasi yang sopan, tidak adanya kesusahan ketika melakukan komunikasi dengan teman
yang memiliki perbedaan latar belakang kebudayaan, cara mereka memaparkan kebudayaan
mereka dengan menggunakan media social dan dengan penggunaan Bahasa daerah ketika
berkomunikasi dengan teman yang memiliki latar belakang kebudayaan yang sama.
c. Enviroment
Factor ini berkaitan dengan permainan tuan rumah, tekanan akan adanya kesesuaian dari
tuan rumah dan kekuatan kelompok etnis. Tuan rumah mengarah kepada kemauan dari
budaya setempat untuk menerima dan mengakomodasikan pendatang melalui kesempatan
ikut berperan dalam komunikasi social dan dari sisi pendatang ini merupakan akses masuk.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga narasumber, diperoleh data
sebagai berikut :
Peneliti memaparkan pertanyaan kepada informan mengenai cara teman teman informan
dalam menyambut kedatangan mereka dan melakukan kounikasi. Dalam poin ini ditemukan
temuan bahwa untuk memulai sebuah komunikasi dengn melakukan sekedar basa –
basi
Puspita menjelaskan bahwa ia hanya sekedar basa basi saja dengan memulai perkenalan
seperti asal daerah.
“Kalau dari aku sekedar basa basi aja dulu mulai dari perkenalan asal daerah dan
biasanya pada kaget juga dengan logat yang dipake karena ada beberapa aksen yang
beda, emang itu kadang jadi ejekan, tapi ga apa sih “ ( Puspita, informan kunci, 29
Mei 2023)
Dwi juga memaparkan hal yang sama dengan mencoba untuk memulai komunikasi
dan berusahan menyapa dengan teman – temannya.
Mawar Pradnya memaparkan, ia tidak merasakan adanya tekanan dan jika ada ia akan
besikap cuek saja dan tidak memeperasalahkan hal itu.
“ Untungnya tidak ya, ya kalau ada saya cuek aja dan tidak mempermasalahkan
selagi itu tidak merugikan saya” ( Mawar Pradnya, Informan Kunci, 30 Mei 2023)
Puspita juga memaparkan jawaban yang sama, ia tidak pernh merasakan adanya
tekanan yang ada dan bersikap cuek saja.
“ Kalau dari aku engga sih, aku bersikap cuek aja dan ga ngehirauin banget”
( Puspita, 29 Mei 2023)
Selanjutnya peneliti memaparkan pertanyaan terkait apakah teman sekitar anda ada
yang menolak kedatangan anda. Dalam poin ini ditemukan temuan bahwa dari jawaban
ketiga informan pastinya ada dan bersikap santai dan lebih dibawa diem saja.
“Ada sih pasti, walaupun ga sepenuhnya suka sama kedatangan aku disini ya, tapi
cara aku buat ngatasinnya ya bawa santai aja sama lebih ke diemin aja” ( Mawar Pradnya,
informan kunci, 30 Mei 2023)
Puspita memaparkan, pasti ada beberapa yang tidak suka dengan kedatangnnya dan
dibawa santai dan ya udah gitu aja.
“ Pastinya ada beberapa yang ga suka sama aku, Mungkin dari cara aku
berkomunikasi atau cara lainnya, tapi ya aku santai dan ya udah gitu aja” ( Puspita,
informan kunci, 29 Mei 2023)
Dwi memaparkan bahwa ia merasakan adanya toleransi dengan adanya perbedaan latar
belakang kebudyaaan antara ia dan teman temannya.
Mawar Pradnya juga memaparkan, ia merasakan adanya toleransi ketika berada dengan
teman – teman yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Puspita memaparkan hal yang sama denga dua informan sebelumnya, bahwa ia merasakan
adanya tolenrasi yang terjadi denganya dan teman teman yang memiliki latr belakang
kebudayaan yang berbeda.
“ Yang aku rasain adaa sih” ( Puspita, informan kunci, 29 Mei 2023)
“ Biasanya mereka bertanya seperti apa hidup di daerah asal saya” ( Dwi, inforan
kunci, 1 Juni 2023)
Puspita juga memaparkan hal yang serupa, teman temannya merasa antusias dan
mereka ingin mengetahui latar belakang kebudayaannya
“Antusias dan mereka ingin mengetahui dan mempelajari latar belakang budaya
saya “ ( Puspita, informan kunci, 29 Mei 2023)
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan informan, maka dapat
disimpulkan hasil yang beragam mengenai Enviroment yang terjadi pada mahasiswa rantau
asal Bali yang berada di Telkom University. Dalam hasil wawancara, informan kunci terdapat
memiliki kesamaan yang sama dalam merasakan Enviroment. Dapat dilihat dari hasil temuan
peneliti berupa point – point yang dirasakan oleh informan, yaitu mulai dari informan akan
memulai percakaan dengan sekedar basa – basi, informan tidak merasakan adanya tekanana
ketika melakukan komunikasi dengan lingkungan sekitar, bersikap santai dan lebih dibawa
die saja ketika informan jika merasa adanya yang menolak kedatangan mereka, merasakan
adanya toleransi yang ada di lingkungan sekitar mereka dan merasakan antusias ketika berada
dilingkungan sekitar mereka.
d. Predisposition
Dalam factor ini mengacu terhadap keadaan pribadi individu pendatang ketika tiba dalam
kelompok budaya setempat, jenis latar belakang yang dimiliki, dan jenus pengalaman yang
dimiliki sebelum bergabung dengan budaya setempat.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga narasumber, diperoleh
data sebagai berikut :
“Pernah, sebenernya ini masih dibali ya kadang masih ada perbedaan anatar logat dan
cara berbicara antara satu kabupaten dengan lainnya, jadi kalua main ke tempat lain
perlu cukup banyak adaptasi walaupun masuh dibali” ( Puspita, informan kunci, 29 Mei
2023)
Pertanyaan selanjutnya peneliti terkait dengan apa saja yang anda rasakan dan bagaimana
cara anda untuk menyatukan perbedaan yang signifikan tersebut agar bisa tetap menjalankan
hidup seperti biasanya. Dalam poin ini terdapat temuan bahwa, mereka akan
beradaptasi dan menumbuhkan rasa ingin tau.
Menurut pemaparan Dwi, ia merasa tidak jauh beda daerah asal dengan tempat tinggalnya
saat ini, walaupun ada beberapa perbedaan namun ia menerimanaya, mencoba untuk belajar
mandiri dan memulai adaptasi dengan lingkungan baru.
“….. Lebih mandiri dan cara yang saya lakukan untuk menyatukan perbedaan yang
signifikan adalah dengan beradaptasi dengan lingkungan baru karena kita juga
harus memberikan hormat kepada kebudayaan lain dan karena kita juga sedang
berada di daerah yang berbeda” ( Dwi, Informan kunci, 1 Juni 2023)
Puspita juga memaparkan, ia merasa lebih focus dan dapat belajar mandiri, untuk
menyatukan perbedaa yang signifikan tersebut, ia menumbuhkan dalam dirinya rasa ingin
tahu dan terbuka.
“…, lebih mandiri, lebih dewasa dalam menyikapi suatu hal, dan mampu mengatur
aktivitas yang saya lalui. Cara menyatukan perbedaan yang signifikan adalah
dengan menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan bersikap terbuka terhadap
adanya perbedaan” ( Puspita, Informan kunci, 29 Mei 2023)
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan informan, maka
dapat disimpulkan hasil yang beragam mengenai Predisposition yang terjadi pada mahasiswa
rantau asal Bali yang berada di Telkom University. Dalam hasil wawancara, informan kunci
terdapat memiliki kesamaan yang sama dalam merasakan Predisposition. Dapat dilihat dari
hasil temuan peneliti berupa point – point yang dirasakan oleh informan, yaitu : adanya rasa
memiliki pengalam rasa dalam komunikasi dan adanya adaptasi dan menumbuhkan rasa ingin
tahu.
4.2 Pembahasan
Dalam sub bab ini membahas hasil dari penelitia yang sudah dilakukan, juga akan
dikaitkan dengan teori dan penelitian terdahulu untuk menjawab poin pada penelitian yang
sudah dibahas sebelumnya.
4.2.1. Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Rantau Asal Bali yang Berada di Telkom
University
Pada pembahasan ini, peneliti akan menjelaskan dan memaparkan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya berdasarkan dari hasil data yang telah diperoleh oleh
peneliti berikut ini hasil analisis mengenai adaptasi mahasiswa rantau asal bali yang berada di
telkom university.
a. Komunikasi personal
Dalam hasil penelitian ini, peneliti menemukan beberapa temuan dimana infroman
merasakan bahwa untuk memahami kultur selama dibandung mereka lebih banyak belajar
dengan teman teman mereka yang memang merupakan asli bandung. Pada poin kedua
peneliti menemukan temuan berupa cara untuk memahami hal – hal baru ketika awal awal
berada di Bandung ialah dengan mencari informasi dalam internet terkait dengan lingkungan
sekitar yang akan mereka tempati. Dalam poin ketiga, peneliti menemukan temuan terhadap
bagaimana cara mengenalkan diri mereka kepada lingkungan baru mereka dengan cara
bertukar informasi dan memulai obrolan. Dalam poin keempat, peneliti menemukan temuan
terkait cara beradaptasi informan dengan lingkungan barunya, mereka memaparkan dengan
memahami kebiasaan masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitarnya saat ini.
Dari hasil temuan peneliti ini dapat dijelaskan melalui konsep komunikasi personal yaitu
komunikasi adaptasi yang akan terjadi ketika seorang individu berada pada lingkungan baru
dan karena merasakan adanya hal – hal baru yang ada disekitarnya, dapat dilihat dalam hasil
data ditemukan bahwa individu yang akan berada dalam lingkungan baru semulanya akan
mencari tahu terlebih dahulu mengenai keadaan lingkungan sekitarnya dan memahami kultur
selama dibandung mereka lebih banyak belajar dengan teman teman mereka yang memang
merupakan asli bandung, ini berkaitan dengan Kognitif yaitu pengetahuan individu tentang
sistem pemahaman kultur dan kompleksitas kognitif.
Dalam melakukan pengenalan terhadap lingkungan baru, mereka akan bertukar informasi
dan memulai obrolan dan mereka memaparkan dengan memahami kebiasaan masyarakat
yang berada dalam lingkungan sekitarnya saat ini, temuan ini berkaitan dengan Afektif yaitu
berupa komposisi dari otivasi adaptasi individu berupa fleksibelitas identitas dan estetika
orientasi bersama.
Dari hasil penelitian ini dapat memperkuat temuan kajian literatur terdahulu pola
komunikasi adaptasi mahasiswa asal malaysia (studi pada program “student exchange” di
universitas muhammadiyah sumatera utara, indonesia) (Muhammad Thariq:2020). Pada
temuan kajian literatur terdahulu dengan menggunakan teori Penyesuaian diri di lingkungan
baru sebagai proses adaptasi (Stewart, Brent D. Ruben & Lea P.;, 2013) yang mengemukakan
bahwa dalam proses adaptasi diri terdapat empat tahapan tingkatan yang diberi bentuk
sebagai Kurva – U. Dimana dalam vase ini disebut sebagai vase kegembiaraan, dimana
adanya penyesuaian individ dengan kebudayaan baru yang berada disekitarnya. Dalam kajian
literatur terdahulu ini berkaitan dengan fase kognitif dan fase afektif yang dirasakan oleh
informan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adaptasi mahasiswa
bali yang berada di Telkom University dapat didasarkan dengan beberapa factor. Dalam
proses adaptasi individu pada lingkungan baru, pengetahuan tentang keadaan lingkungan
sekitarnya dan pemahaman terhadap budaya setempat sangat penting. Mahasiwa rantau asal
Bali cenderung belajar lebih banyak tentang kultur dan kebiasaan masyarakat setempat
melalui interaksi dengan teman-teman asli dari lingkungan tersebut. Adanya proses
pengenalan diri kepada lingkungan baru dilakukan oleh mahasiswa rantau asal Bali dengan
bertukar informasi dan memulai obrolan dengan individu lain, masyarakat sekitar. Hal ini
membantu dalam membangun hubungan interpersonal dan mengurangi kesulitan dalam
melakuan adaptasi.
Komunikasi sosial dengan menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan latar
belakang kebudayaan masing-masing menjadi penting dalam interaksi antarindividu yang
dialai oleh mahasiswa asal Bali, ketika berkomunikasi dengan teman-teman yang memiliki
latar belakang kebudayaan yang sama, individu cenderung menggunakan bahasa daerah asal
mereka.. Lingkungan sekitar yang terbuka dan penerima terhadap perbedaan budaya
membantu dalam meminimalkan tekanan dan kesulitan yang dirasakan saat beradaptasi.
Ketika mahsiswa rantau asal Bali merasa diterima dengan baik, mereka merasa lebih nyaman
dan antusias dalam memaparkan kebudayaan mereka kepada orang lain. Ditambah dengan
adanya Pengalaman sebelumnya individu juga memengaruhi proses adaptasi. Pengalaman
sebelumnya dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan rasa ingin tahu terhadap budaya
baru menjadi faktor yang berkontribusi dalam memudahkan proses adaptasi yang dilakukan
oleh mahasiswa rantau asal Bali.
LAMPIRAN
Kerangka berfikir
Draf Wawancara
Dokumentasi
gambar.1 dokumentasi wawancara informan 1