Anda di halaman 1dari 58

KOMUNIKASI ADAPTASI MAHASISWA BALI

( Studi Fenomenologi Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Bali di Telkom


University )

PROPOSAL SKRIPSI
TUGAS METODE PENELITIAN KUALITATIF

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Nilai Mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif
Program Studi Ilmu Komunikasi

Nama : Ni Putu Ista Pradnya Ditta Pramesti


NIM : 1502213149

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS
TELKOM UNIVERSITY
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung merupakan sebuah kota di Indonesia dengan julukannya yaitu Kota
Pendidikan. Saat ini Kota Bandung menjadi salah satu kota dengan perguruan tinggi negeri
dan swasta terbanyak, sehingga ini membuat Kota Bandung menjadi pilihan menarik bagi
siswa dan siswi  untuk melanjutkan Pendidikan. Hasil data yang diperoleh oleh Badan Pusat
Statistik, Provinsi Jawa Barat menjadi peringkat pertama di Indonesia yang memiliki
perguruan tinggi terbanyak, pada tahun 2020 tercatat ada sebanyak 389  perguruan tinggi dan
tahun 2021 sebanyak 597 perguruan tinggi yang berada di provinsi Jawa Barat. Menurut data
BPS Provinsi Jawa Barat 2021, menyatakan pada tahun 2020 menyatakan bahwa Kota
Bandung menempati posisi pertama dengan jumlah perguruan tinggi terbanyak, yaitu 5
perguruan tinggi negeri dan 94 perguruan tinggi swasta.

 Banyaknya pilihan perguruan tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa dan siswi
asli Kota Bandung hingga ke penjuru Indonesia. Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa Jawa Barat menempati posisi kedua di Indonesia
dengan jumlah mahasiswa terbanyak mencapai 751.785 mahasiswa dan terdapat 250.132
mahasiswa yang melanjutkan pendidikannya di Kota Bandung. Ini membuktikan bahwa Kota
Bandung menjadi pilihan oleh mahasiswa untuk melanjutkan pendidikanya, mulai dari
mahasiswa yang berdomisili Kota Bandung hingga luar Kota Bandung. Hasil riset melalui
data detik.com (2023) peringkat 15 besar perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia
menurut Quacquarelli Symonds Asia University Ranking (QS AUR) 2023 pada tahun 2023
Telkom University menjadi salah satu kampus dengan memasuki peringkat ke – 2. Hal
tersebut membuat banyaknya siswa tertarik untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Telkom
University.

Berdasarkan dari hasil data yang telah dihimpun oleh badan Akademik Telkom
University yang disampaikan langsung oleh Dr. Ahmad Rizal (2021)  bahwa Telkom
University telah menerima sebanyak 7.554 mahasiswa dengan jumlah mahasiswa yang
berasal dari Barat Indonesia yaitu Aceh sebanyak 47 mahasiswa dan dari Papua sebanyak 29
mahasiswa. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya mahasiswa rantau di Telkom
University menyebabkan terjadinya adaptasi komunikasi antara mahasiswa yang memiliki
latar belakang budaya yang berbeda antara satu dan lainnya. Mahasiswa migran atau yang
biasa disebut dengan mahasiswa rantau berasal dari etnik minoritas atau dari latar budaya
yang berbeda  akan menemukan budaya baru dan berbanding dengan budaya daerah asalnya
dan mereka harus dapat beradaptasi agar dapat berbaur dan diterima oleh masyarakat sekitar
Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan yang terdapat pada mahasiswa yang berasal
dari luar Bandung membuat mereka harus dapat beradaptasi dengan budaya baru saat
merantau ke Bandung terlebih lagi dengan cara mahasiswa untuk berkomunikasi salah
satunya adalah mahasiswa yang berasal dari Bali.

Merantau merupakan sebuah bentuk lain dari migrasi, dimana individu mendatangi
sebuah wilayah dan meninggalkan wilayah asal nya untuk pergi ke kota, daerah atau negara
lain atas kemauannya sendiri tanpa adanya paksaan dari orang lain dalam kurun waktu yang
cukup lama dan memiliki tujuan untuk melanjutkan jenjang Pendidikan yang lebih tinggi dan
lebih baik, mencari pengalaman yang lebih luas, mencari pekerjaan atau mendapatkan hidup
baru yang lebih baik ( Hendrastomo et al., 2016: 3)

Menurut Harold D. Lasswell fungsi komunikasi dapat dijabarkan menjadi 3 antara lain
(1) manusia dapat mengontrol lingkungannya, (2) beradaptasi dengan lingkungan tempat
mereka menetap, dan (3) melakukan transformasi warisan sosial kepada generasi berikutnya.
Budaya menjadi faktor penting dan sangat mempengaruhi untuk terjadinya komunikasi,
begitu juga sebaliknya, komunikasi akan berpengaruh dengan adanya budaya yang terjadi
antara individu dengan individu lainnya. Komunikasi Antar Budaya mengkaji bagaimana
budaya dapat berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apa makna verbal dan non – verbal
yang terdapat dan bersangkutan menurut budaya – budaya tersebut, bagaimana cara untuk
mengkomunikasikannya, apa layak untuk dikomunikasikan dan kapan sebaiknya
mengkomunikasikannya ( Mulyana, 2005 : xi )

Dalam proses terjadinya komunikasi antara individu dengan individu yang berbeda latar
kebudayaan sangat dibutuhkan pemahaman dan pengertian secara umum mengenai hal yang
akan dikomunikasikan. Budaya yang terdapat di tiap – tiap daerah di Indonesia memiliki
keunikan dan ciri khas yang berbeda dengan budaya daerah lainnya, adanya keberagaman ini
membuat setiap individu yang mendatangi dan menempati suatu daerah baru harus dapat
beradaptasi dikarenakan adanya perbedaan kebudayaan dan juga kebiasaan yang biasanya
dilakukan di daerah asalnya. Memasuki sebuah wilayah yang baru menjadi tantangan
tersendiri bagi mahasiswa rantau untuk melakukan adaptasi budaya. Kim ( 2001:6)
menyatakan bahwa Adaptasi budaya adalah serangkaian proses interaktif yang terjadi dan
berkembang dalam

sebuah kegiatan komunikasi individu yang dilakukan oleh pendatang dengan lingkungan
sosial budaya yang baru ditepatinya. Adanya adaptasi antar budaya terjadi pada kesesuaian
pola komunikasi para pendatang yang diharapkan dan disepakati oleh masyarakat dan bdaya
lokal setempat.

Hasil riset pra peneliti terhadap mahasiswa Bali yang berada di Telkom University sesuai
dengan data KMH Telkom University, mahasiswa perantau yang berasal dari Bali ,
masyarakat Bali angkatan 2022 per tanggal  22 Desember 2022 terdapat 90 mahasiswa.
Adanya perbedaan yang signifikan mulai dari memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan
komunikasi, perbedaan intonasi Bahasa, tata Bahasa, arti dari Bahasa, komunikasi verbal dan
non – verbal,  perbedaan adat istiadat, perbedaan cara berkomunikasi sehari – hari dan pola
pikir tersendiri membuat hal tersebut menjadi riskan ketika mahasiswa Bali melakukan
komunikasi dengan masyarakat asli Bandung ataupun ketika sedang berkomunikasi dengan
teman sebaya. Mahasiswa Bali harus dapat memilih dan memilah penggunaan tata Bahasa
dan juga cara penyampaian ketika berkomunikasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
dan ketersinggungan.

Mahasiswa yang berasal dari Bali sering tidak mengarti terhadap kata – kata yang
diucapkan ataupun kosa kata Bahasa sunda yang digunakan untuk berkomunikasi sehari –
hari di Kota Bandung karena terdapat persepsi dan makna yang berbeda. Adanya perbedaan
latar belakang budaya menyebabkan adanya keterbatasan Bahasa, yang dimana terdapat
adanya kosa kata yang memiliki sifat ambigu sehingga menyebabkan representasi persepsi
dan interpretasi yang akan berbeda dari individu – individu dengan latar belakang sosial
budaya yang berbeda, oleh karena itu aka nada baiknya dalam penggunaan Bahasa untuk
berkomunikasi menggunakan Bahasa yang memiliki persamaan dalam mempersepsikan
makna ( Afdjni, 2013). Perbedaan latar belakang kebudayaan yang terjadi oleh Mahasiswa
Bali yang merantau di Telkom University mengharuskan mahasiswa harus melakukan
adaptasi komunikasi, merujuk terhadap proses penyesuaian dengan menggunakan kompetensi
komunikasi pribadi yang dapat dipaparkan menjadi 3 bagian, yaitu kognitif, afektif dan
operasional yang secara sendirinya terdapat dalam pribadi individu.
Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungan sekitarnya memainkan peran
yang penting bagi perkembangan keterampilan sosial, untuk menunjang perkembangan
potensi kehidupan dan fungsi lainnya di masa remaja ( La  Greca  &  Lopez,  1998;  Hansen,
Nangle, & Mayer,  1998) adanya interaksi individu yang terjadi dalam sebuah ingkungan
sangat dipengaruhi dan berkaitan dengan komunikasi adaptasi yang dilakukan oleh orang
tersebut.  Kesulitan kesusahan dalam beradaptasi dengan budaya baru akan lebih terlihat jika
budaya asal daerah individu tersebut memiliki perbedaan yang sangat jauh terutama dari segi
geografis. Hal ini akan menimbulkan perlunya adaptasi komunikasi, adaptasi yang dilakukan
tidak akan terjadi secara instan, adapun kunci yang dilakukan oleh individu tersebut untuk
melakukan adaptasi adalah dengan keterbukaan dan motivasi agar adaptasi komunikasi dapat
terjadi dengan lancar. Penelitian lain, yaitu yang dilakukan oleh Zaki Hidayat dkk ( 2016 )
dengan judul penelitian “Pengalaman Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Minangkabau”
menunjukan dan menjelaskan bahwa adanya  motif yang mendasari mahasiswa Minangkabau
PSDKU Unpad pangandaran untuk merantau, dengan adanya pengalaman mahasiswa Minang
PSDKU Unpad Pangandaran mengenai tantangan komunikasi pada saat komunikasi adaptasi
yang dialami dengan adanya tantangan dan pemaknaan terkait komunikasi adaptasi yang
dilakukan oleh Mahasiswa Minang PSDKU Unpad Pangandaran tersebut selama berinteraksi
dan melakukan penyesuaian diri dengan masyarakat sekitar.

Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti akan
mengangkat judul “ Pengalaman Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Bali ( Studi Fenomenologi
Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Bali di Telkom University ). Dalam komunikasi adaptasi
yang terjadi dalam mahasiswa Bali yang berada di Telkom University pasti memiliki
perbedaan antara individu satu dengan individu lainnya dalam melakukan komunikasi
adaptasi. Peneliti ingin agar mahasiswa Bali yang berada di Telkom University dapat
menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk melakukan adaptasi komunikasi di daerah
rantauan.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif  dengan studi fenomenologi, sesuai


dengan judul yang digunakan peneliti mengangkat fenomena yang terjadi di kehidupan
mahasiswa rantau asal Bali, dimana mereka melakukan adaptasi komunikasi dengan
lingkungan barunya. Dengan melakukan wawancara terhadap mahasiswa dan mahasiswi Bali
yang tengah menduduki semester 2 di Telkom university, dimana pada mahasiswa dan
mahasiswi semester 2 masih sangat baru berada di Telkom University dan dengan perbedaan
latar belakang kebudayaan yang berbeda mereka akan lebih banyak mengalami adaptasi
komunikasi budaya dan juga penyesuaian karena adanya perbedaaan latar belakang yang ada.
Dengan begitu adanya penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan informasi dan
kontribusi dalam komunikasi adaptasi yang terjadi pada mahasiswa rantau yang berasal dari
Bali di Telkom University. 

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari diambilnya penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengalaman
komunikasi adaptasi yang dirasakan oleh mahasiswa rantau yang berasal dari Bali, motif
apa yang menyebabkan mahasiswa dan mahasiswi Bali merantau ke Bandung dan untuk
mengetahui bagaimana mahasiswa Bali yang berada di Telkom University dalam
memaknai adanya komunikasi adaptasi terhadap adanya perbedaan latar belakang
kebudayaan yang terjadi.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan dari pemaparan latar belakang diatas, maka bagaimana pengalaman
adaptasi komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa rantau yang berasal dari Bali dalam
kehidupannya sehari hari dengan adanya perbedaan latar belakang kebudayaan yang ada
di Telkom University ?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang terdapat dalam penelitian ini berupa manfaat teoritis dapat
seagai acuan dan juga literatur dalam karya ilmiah, sebagai manfaat praktis penelitian ini
bagi mahasiswa dan mahasiswi rantau yang berasal dari Bali di Telkom University dapat
digunakan sebagai pembelajaran dan juga acuan untuk melakukan adaptasi komunikasi
ketika sedang beradaptasi di lingkungan kampus dan sekitarnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori/ Konsep

a) Komunikasi
Adapun manfaat yang terdapat dalam penelitian ini berupa manfaat teoritis dapat sebagai
acuan dan juga literatur dalam karya ilmiah, sebagai manfaat praktis penelitian ini bagi
mahasiswa dan mahasiswi rantau yang berasal dari Bali di Telkom University dapat
digunakan sebagai pembelajaran dan juga acuan untuk melakukan adaptasi komunikasi ketika
sedang beradaptasi di lingkungan kampus dan sekitarnya.
Setiap manusia pasti akan melakukan komunikasi, istilah komunikasi adalah adanya
proses pertukaran dan menyampaikan pesan, gagasan dan informasi secara verbal atau non –
verbal dari satu individu kepada individu lain atau kelompok lainnya yang akan menerima
pesan melalui sebuah media. Istilah awal komunikasi berawal pada kata latin yaitu
Communis yang memiliki arti membuat sebuah kebersamaan atau membangun kebersamaan
antara dua atau lebih. Kata komunikasi juga berasal dari Bahasa latin yaitu Communico yang
memiliki arti memberi menurut Cherry dalam Stuart (1983). Komunikasi juga diartikan
proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lainya. Melalui penggunaan
simbol – simbol seperti kata, gambar, angka dan lainnya (Berelson dan Stainer 1964)
Menurut Riswandi (2009) Komunikasi (communication) berasal dari bahasa latin yaitu
“communicates” atau “communicatio” atau “communicare” yang memiliki arti “berbagi”
atau “menjadi milik bersama”. Selain itu pengertian komunikasi yang dicetuskan oleh Harold
D. Lasswel adalah cara yang tepat untuk menjelaskan dan menerangkan suatu tindakan
komunikasi adalah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikannya”, “apa yang
disampaikan”, “melalui saluran apa”, “kepada siapa” dan “apa pengaruhnya”.
b) Adaptasi
Adaptasi merupakan suatu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya, dimana
dalam penyesuaian ini dapat diartikan menjadi sebuah pengubahan diri pribadi sesuai dengan
keadaan dan kondisi lingkungan, juga dapat diartikan mengunggah lingkungan sesuai dengan
keinginan pribadi (Gerungan, 1991:55). Suparlan (1993) memaparkan adaptasi pada
hakekatnya adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memenuhi syarat – syarat dasar untuk
tetap melangsungkan kehidupan, yang termasuk kedalam syarat – syarat tersebut adalah
syarat dasar kejiwaan yang meliputi rasa tenang dan jauh dari rasa takut, keterpencilan dan
gelisah. Sementara itu syarat dasar social meliputi sebuah hubungan yang terjadi untuk dapat
melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dan dapat belajar mengenai kebudayaan
dan kebudayaan lainnya yang terdapat dalam daerah tersebut. Menurut Sears (1985)
menyebutkan bahwa, pada dasarnya setiap manusia melakukan penyesuaian diri karena ada
dua diantara lainnya, perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat.
c) Integrative Communication Theory (Teori Komunikasi Integratif Adaptasi Lintas
Budaya)
Teori Komunikasi Integratif (Integrative Communication Theory) Teori ini dikemukakan
oleh Kim Young Yun dengan melakukan penelitian terhadap para pendatang yang tengah
menetap di Chicago, Amerika Serikat, khususnya para pendatang yang berasal dari korea
untuk melaksanakan disertasi doktoralnya pada tahun 1977. Dalam bukunya yang berjudul
Becoming Intercultural: An Integrative Theory and Cross Cultural Adaptation (sebelumnya
berjudul Cross Cultural Adaptation: An Integrative Theory) memaparkan bahwa sebagai
makhluk sosial sudah selayaknya terjadi interaksi di antara masyarakat. Namun, adanya
kemampuan individu untuk melakukan komunikasi sesuai dengan norma – norma dan nilai
budaya lokal tergantung pada proses penyesuaian diri atau adaptasi para pendatang
(Gudykunts dan Kim, 2003). Dari hasil penelitian tersebut, Kim memaparkan ada lima hal
yang menjadi faktor dalam adaptasi, yaitu :
1. Komunikasi Personal ( Personal Communication )
Komunikasi ini akan terjadi apabila seseorang merasakan adanya hal – hal yang
terjadi dalam lingkungannya, kemudian memberi makna serta mengadakan reaksi
terhadap obyek maupun orang lain yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Pada
tahapan ini terjadi penyesuaiian dengan menggunakan kompetensi komunikasi pribadi
yang dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu :
 Kognitif : berupa pengetahuan individu tentang sistem, pemahaman kultur
dan kompleksitas kognitif
 Afektif : berupa komposisi dari motivasi adaptasi individu, fleksibilitas
identitas, dan estetika orientasi bersama.
 Operasional : berupa kemampuan untuk mengekspresikan kognitif dan
pengalaman afektif dari individu yang terlihat melalui aspek perilaku secara
spesifik yang menunjukan kompetensi komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan manusia.

2. Host Social Communication dan Ethnic Social Comunication


Dalam dua faktor ini memiliki dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi Interpersonal
dan komunikasi massa. Komunikasi Interpersonal mengacu terhadap interaksi antar
individu satu dengan lainnya dalam level interpersonal, sebagai pembeda dalam host
social communication komunikasi yang terjadi pada individu pendatang dan individu
setempat, sementara ethnic social communication komunikasi yang terjadi pada
individu dengan latar belakang budaya yang sama. Komunikasi massa berkaitan
dengan media dan sarana yang digunakan dalam mendistribusikan budaya yaitu media
radio, televisi, surat kabar dan internet; dan juga non media yang berbasis institusi
seperti sekolah, agama, kantor, bioskop dan tempat umum, dalam host social
communication interaksi berlangsung pada individu pendatang dan budaya setempat
yang baru baginya, sementara ethnic social communication interaksi yang
berlangsung antar individu pendapatan dengan budaya asalnya atau budaya yang
sudah dikenal.
3. Enviroment
Factor ini berkaitan dengan permainan tuan rumah, tekanan akan adanya kesesuaian
dari tuan rumah dan kekuatan kelompok etnis. Tuan rumah mengarah kepada
kemauan dari budaya setempat untuk menerima dan mengakomodasikan pendatang
melalui kesempatan ikut berperan dalam komunikasi social dan dari sisi pendatang ini
merupakan akses masuk.
4. Predisposition
Dalam factor ini mengacu terhadap keadaan pribadi individu pendatang ketika tiba
dalam kelompok budaya setempat, jenis latar belakang yang dimiliki, dan jenus
pengalaman yang dimiliki sebelum bergabung dengan budaya setempat.
Dari factor – factor tersebut membawa dampak pada proses transformasi antar budaya
yang terjadi dengan meliputi 3 aspek, yaitu :
- Increased Functional Fitness, dalam aspek ini adanya aktivitas yang berulang dan
pembelajaran terhadap budaya baru membuat pendatang mendapatkan
sinkronisasi dengan lingkungan barunya
- Psychological Health, dalam aspek ini berfokus terhadap emosi pendatang,
dimana jika pendatang merasa diterima oleh tuan rumah maka mereka akan cepat
merasa nyaman dan sebaliknya jika pendatang tidak dapat menerima pendatang
maka pnyeuaiian akan berjalan cukup sulit
- Intercultural Identity, aspek ini terjadi jika identitas budaya asli mulai kehilangan
kekhasannya dan kekuatannya.

2.2 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu


Nama penulis Hedi Heryadi dan Hana Nathalia Perdhani Soemantri (2019)
& Tahun Silvana
(2013)
Judul artikel Komunikasi Antarbudaya Adaptasi Budaya Mahasiswa Asal
Dalam Masyarakat Multikultur Indonesia Di Australia
(Studi Tentang Adaptasi
Masyarakat Migran Sunda Di
Desa Imigrasi Permu Keca)

Jenis Literatur E – Jurnal E – Jurnal


dan nama (Jurnal Kajian Komunikasi, (WACANA, Volume 18 No. 1, Juni
penerbit Volume 1, No. 1, Juni 2013, 2019, hlm. 46 – 56)
hlm 95-108)
Masalah Bagaimana komunikasi Bagaimana adaptasi budaya yang
penelitian antarbudaya etnis Sunda dalam terjadi pada mahasiswa Indonesia yang
masyarakat multikultur berkuliah di Australia
Metode Kualitatif Kualitatif Deskriptif
Peneltian
Hasil Dalam hasil penelitian ini dapat Dalam hasil penelitian ini menunjukkan
Penelitian disimpulkan Interaksi yang bahwa mahasiswa asal Indonesia yang
terjadi dari etnis Sunda telah berkuliah di Australia melakukan proses
menerima kebiasaan etnis adaptasi yang terdiri dari adaptation dan
Rejang. Interaksi antara etnis growth. Sedangkan faktor-faktor
Sunda dengan etnis Rejang adaptasi budaya yang ditemukan adalah
sebagai pribumi dan etnis enkulturasi, akulturasi, dekulturasi, dan
lainnya di desa Imigrasi Permu asimilasi. Mahasiswa asal Indonesia
sejauh ini berlangsung cukup juga melakukan akomodasi dengan
harmonis tanpa ada konflik mendasarkan pada pengalaman
yang berarti. Hubungan sehingga
antaretnis tersebut berlangsung mereka dapat menyesuaikan diri dengan
tanpa hambatan yang berarti lawan bicara dan secara selektif
karena masing-masing etnis melakukan konvergensi dalam
telah saling menerima apa adan berkomunikasi
Keterbatasan dalam penelitian ini lebih Dalam penelitian ini berfokus terhadap
& Perbedaan mengarah terhadap bagaimana adaptasi budaya yang terjadi pada
dengan komunikasi antar budaya yang mahasiswa Indonesia
penelitian terjadi pada Masyarakat yang berkuliah di Australia
anda Imigran Sunda di Desa Imigrasi
Permu Bengkulu

table 1.1
Nama penulis Nur Asisyah, Usman Ismail, Zelfia Wahyutama, dan Safira Maulani,
& Tahun (2022) (2022)
Judul artikel ADAPTASI KOMUNIKASI GEGAR BUDAYA DAN STRATEGI
BUDAYA MASYARAKAT ADAPTASI BUDAYA
PENDATANG DAN MAHASISWA PERANTAUAN
MASYARAKAT LOKAL SERUI MINANG DI JAKARTA
KABUPATEN YAPEN DI
PROVINSI PAPUA
Jenis E – Jurnal E – Jurnal
Literatur dan (Junal ikom.fs umi Vol.1 No.4 (JURNAL KONVERGENSI
nama (2020) ISSN: 2528-0546)
penerbit
Masalah Bagaimana Proses Adaptasi Bagaimanakah pengalaman gegar
penelitian Komunikasi Budaya dan simbol- budaya yang dialami mahasiswa
simbol Komunikasi Budaya perantau asal Minang di Jakarta dan
Masyarakat Lokal dalam proses bagaimanakah strategi adaptasi budaya
adaptasi terhadap masyarakat yang mereka lakukan
pendatang Serui Kabupaten Yapen
Di Provinsi
Papua?caka
Metode Deskripti kualitatif Kualitatif
Peneltian
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian
Penelitian bahwa Proses adaptasi komunikasi menemukan tema-tema utama terkait
budaya antara masyarakat pendatang pengalaman gegar budaya, hambatan
dan masyarakat lokal terdiri dari fase yang ditemui dalam
honeymoon, fase frustration, fase beradaptasi, strategi adaptasi. Secara
readjustmen, dan fase resolution. umum diperoleh bahwa kedua
Adaptasi merupakan sebuah informan mengalami gegar budaya
penyesuaian diri pada wilayah yang dalam berbagai bentuk dan tingkatan,
baru dimana masyarakat pendatang serta menempuh strategi adaptasi yang
ada yang merasa lebih mudah dan berbeda dalam
ada yang merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
proses penyesuaian diri baik dari lingkungannya
norma budaya yang ada, maupun
dalam berkomunikasi dengan
masyarakat lokal. Simbol-simbol
budaya masyarakat lokal serui sangat
beraneka ragam, dimulai
dari penggunaan bahasa, gestur
(gerak tubuh), sampai dengan
identitas dari budaya itu sendiri
seperti alat musik dan makanan
tradisiona
Keterbatasan Pada penelitian ini berfokus terhadap Dalam penelitian ini berfokus terhadap
& Perbedaan bagaimana cara menepatkan diri bagaimana pengalaman geger budaya,
dengan yang diakukan oleh pendatang dalam hambatan yang dirasakan dan
penelitian berkomunikasi bagaimana starategi adaptasi yang
anda berbdesa dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya

Table 1.2
Nama penulis Zaki Hidayat, Jenny Ratna Rania Putri Faradyba, Windhiadi Yoga
& Tahun Suminar, Ditha Prasanti (2022) Sembada, Garcia Krisnando Nathanael
(2022)
Judul artikel Pengalaman Komunikasi Proses Adaptasi Mahasiswa Rantau Dari
Adaptasi Mahasiswa Batam Dalam Menghadapi Komunikasi
Minangkabau Antarbudaya Di Upnvj
(Studi Fenomenologi Mengenai
Komunikasi Adaptasi
Mahasiswa Minangkabau
Program Studi Di Luar Kampus
Utama Universitas Padjadjaran
Pangandaran)
Jenis E – Jurnal E – Jurnal
Literatur dan (Komunikologi Volume 19 (Communications Vol.4(1)2022, P.94-
nama Nomor 2) 113 E-Issn: 2684-8392, P-Issn: P Issn
penerbit 2807-8802)
Masalah 1) Bagaimana motif yang Bagaimana cara yang digunakan oleh
penelitian melatarbelakangi para mahasiswa rantau asal Batam dalam
mahasiswa etnis Minangkabau beradaptasi dan berkomunikasi di
di PSDKU Unpad Pangandaran Universitas Pembangunan Nasional
merantau ke Pangandaran? “Veteran” Jakarta
2) Bagaimana pengalaman
komunikasi adaptasi yang
dilakukan para mahasiswa etnis
Minangkabau di PSDKU Unpad
Pangandaran?
3) Bagaimana para mahasiswa
etnis Minangkabau di PSDKU
Unpad Pangandaran memaknai
fenomena komunikasi adaptasi
yang dialami?
Metode Kualitatif Deskriptif Kualitatif
Peneltian
Hasil Hasil penelitian ini hasil akhir dari penelitian ini
Penelitian mendeskripsikan menunjukkan mahasiswa rantau asal
bagaimana motif yang Batam mengalami kelima tahap proses
mendasari mahasiswa adaptasi menurut Young Y. Kim. Mereka
Minangkabau PSDKU Unpad mengalami kesamaan masalah dalam
Pangandaran untuk merantau, menghadapi hambatan komunikasi
pengalaman komunikasi adaptasi antarbudaya yaitu perbedaan budaya
yang pernah dirasakan, dan terlebih bahasa, adat istiadat, dan gaya
makna yang terbentuk dari hidup sehingga mereka mengalami
proses adaptasi yang culture shock.Oleh sebab itu, mahasiswa
berlangsung rantau asal Batam mulai mengembangkan
berbagai cara hingga melakukan
akomodasi dan konvergensi dalam
menghadapi perbedaan budaya agar bisa
beradaptasi dan berinteraksi
dengan nyaman di lingkungan UPNVJ.
Keterbatasan Dalam penelitian ini berfokus Dalamm penelitan ini berfokus terhadap
& Perbedaan pada pengalaman komunikasi adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa
dengan adaptasi yang pernah dirasakan, rantau asal Batam yang berada di UPN
penelitian dan makna yang terbentuk dari Veteran Jakarta
anda proses adaptasi yang
Berlangsung

table 1.3
Nama I Gusti Ngurah Rai Ari Yudha Muhammad Thariq (2020)
penulis & (2019)
Tahun
Judul artikel Hambatan Komunikasi Pada Pola Komunikasi Adaptasi Mahasiswa
Mahasiswa Perantauan Asal Bali Asal Malaysia (Studi Pada Program
Di Kota Yogyakarta “Student Exchange” Di Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara,
Indonesia)
Jenis E – Jurnal E – Book
Literatur dan (jurnalikomas) (Research Repository)
nama
penerbit
Masalah Hambatan – hambatan Bagaimana hambatan dan adaptasi yang
penelitian komunikasi yang terjadi pada dilakukan oleh Mahasiwa asal Malaysia
mahasiswa rantau asal Bali yang yang terjadi di Universitas Muhammadiyah
berada di Yogyakarta. Sumatera Utara
Metode Kualitatif Deskriptif Kualitatif
Peneltian
Hasil Fktor-faktor penyebab yang Pola komunikasi adaptasi yang dilakukan
Penelitian Melatar belakangi proses mahasiswa asal Malaysia terbangun
terjadinya hambatan komunikasi dengan melewati empat tahapan teori
pada mahasiswa Kurva-U sehingga menyesuaikan diri
16 perantauan asal Bali di kota dengan budaya dan tempat penginapan di
Yogyakarta dikarenakan lingkungan kampus Universitas
memasuki lingkungan baru Muhammadiyah Sumatera Utara. Kondisi
dimana mahasiswa perantauan yang dialami oleh pelajar memunculkan
asal Bali merasa adanya rasa sensitif, cemas dan mengalami kejutan
perbedaan bahasa, struktur budaya (shock culture) karena kenyataan
ekonomi, struktur sosial, agama, budaya di daerah yang dikunjungi dan
norma-norma, gaya interaksi tempat penginapan terasa berbeda menjadi
sosial dan cara pemikiran, serta lebih mudah terlihat, seperti komunikasi
sejarah lokal dengan harapan bisa disertai berjabat tangan antar perempuan
beradaptasi menyesuaikan diri dan laki-laki sudah umum yang tidak sama
terhadap lingkungan barunya di Malaysia. Shock culture yang dialami
tersebut. Lalu hal yang dirasakan mahasiswa asal Malaysia hanya dua hari.
mahasiswa perantauan asal Bali Mereka mampu beradaptasi dengan
di kota Yogyakarta akibat mengedepankan komunikasi verbal dan
terjadinya hambatan komunikasi nonverbal dengan prinsip satu rumpun
dikarenakan merasa kaget, tidak Melayu tetap memiliki sifat keramahan
nyaman dan gelisah sehingga sebagai solusi hambatan komunikasi.
merasakan ketidaknyamana
Keterbatasan Dalam penelitian ini berfokus Dalam penelitian ini berfokus terhadap
& Perbedaan terhadap adaptasi dan adaptasi dan penyesuaiian diri yang
dengan penyesuaiian diri yang dilakukan dilakukan oleh mahasiswa asal Malaysia
penelitian oleh mahasiwa perantau asal bali
anda yang berada di Yogyakarta.

table 1.4
2.3 Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELTIAN

3.1 Metode Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi dengan paradigma konstruktivis. Penelitian kualitatif merupakan sebuah
penelitian yang berkenan terhadap data yang tidak mengandung angka dengan cara
mengumpulkan dan menganalisis data yang memiliki sifat naratif. Metode penelitian
kualitatif digunakan untuk memperoleh data yang kaya akan informasi, terdapat informasi
yang mendalam tentang sebuah isu atau masalah yang akan dipecahkan ( Stave Dukeshire
dan Jennifer Thurlow, 2002).
Bogdan dan Taylor dalam Moleong ( 2002 : 3) menjabarkan mengenai penelitian
kualitatif sebagai sebuah penelitian yang dalam penelitian tersebut menghasilkan data – data
deskriptif berupa kata – kata yang tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat
diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan berbagai
kondisi, situasi atau berbagai fenomena realita sosial yang terjadi yang ada di masyarakat
( Bungin,2010:68)
Metode penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian ini digunakan
untuk meneliti lebih dalam terkait kondisi obyek yang alamiah dan peneliti sebagai instrumen
kunci. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam metode ini dilakukan secara
triangulasi ( observasi, wawancara dan dokumentasi) dengan hasil data yang diperoleh
cenderung bersifat kualitatif, analisis data bersifat induktif / kualitatif dan hasil penelitian
kualitatif memiliki sifat untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi
fenomena dan menemukan hipotesis.
Menurut pendapat Sharan B dan Merrian (2007) dalam buku Qualitative Research A
Guide to Design and Implementation, penelitian kualitatif memiliki pendekatan untuk
memahami bagaimana orang – orang menginterpretasikan pengalaman, mengkonstruksi apa
yang telah terjadi didalam hidupnya dan tujuan dari penelitian kualitatif ini untuk mencapai
sebuah pemahaman yang mendalam bagaimana orang – orang merasakan dalam proses
kehidupannya, memberi makna; menguraikan bagaimana orang mengimplementasikan
pengalamannya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi.
Fenomenologi menjadi salah satu jenis penelitian kualitatif, penelitian ini melakukan
pengumpulan data melalui observasi dengan partisipan untuk mengetahui fenomena esensial
partisipan dalam pengalaman hidupnya (Creswell, 2012). Menurut Giorgi (2009) dan
Moustakas (1994) riset fenomenologi adalah rancangan penelitian berasal dari filsafat dan
psikologi yang dimana peneliti mendeskripsikan pengalaman hidup manusia, mengenai
sebuah fenomena tertentu sesuai dengan penjelasan oleh partisipan. Deskripsi ini memiliki
akar intisari dari pengalaman partisipan yang sudah mengalami fenomena yang akan diteliti.
Dalam rancangan berlandaskan filosofi yang kuat dan melakukan wawancara.
Fenomenologi mengandung kata ilmu (logos) dan (phenomenon) mengenai sesuatu
yang tampak, di mana fenomenologi menjadi salah satu studi tentang pengetahuan yang
berasal dari kesadaran individu atau dalam memahami suatu objek dan peristiwa secara sadar
(Littlejhon,2003:184). Pendekatan fenomenologi ini berupaya untuk menerangkan dan
mengungkapkan sebuah makna yang terdapat dalam pada pengalaman individu, makna
tersebut akan sangat tergantung bagaimana cara individu tersebut berhubungan dan
berinteraksi dengan sesuatu itu (Edgar dan Sedgwik, 1999:273)
Pendekatan fenomenologi mendasar dalam sebuah pandangan terhadap sebuah
pengalaman yang dirasakan oleh individu melalui interpretasi atau suatu objek social dan
situasi sosial. Pandangan fenomenologi, sebuah objek dapat berupa orang atau barang, situasi
dan peristiwa tidak memiliki makna dengan sendirinya terkecuali diartikan melalui
interpretasi oleh individu.Objek yang ada dalam kesadaran individu akan berbaur dengan
objek yang ada secara alamiah sehingga menciptakan makna dan pengetahuan yang
dikembangkan. Suatu hubungan berada antara yang ada dalam kesadaran yang disadari dan
apa yang berada dalam dunia, segala sesuatu yang muncul dan ada paa kesadaran merupakan
realitas absolut, naun apa yang muncul dan dada dalam dunia adalah suatu produk belajar
(Moustakas, 1994:27)
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi, bersinggungan dengan tujuan metode kualitatif yaitu untuk menjelaskan
sebuah fenomena dengan kondisi obyek yang alamiah dan menjelaskan sedalam – dalamnya
dan mengeksplorasikan sebuah fenomena utama dalam objek yang akan diteliti dan
menghasilkan pemahaman mendalam dan suatu temuan yang unik. Sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana cara beradaptasi komunikasi yang dilakukan
oleh mahasiswa rantau asal Bali yang berada di Telkom University, dimana peneliti ingin
menelaah dan meneliti lebih dalam lagi fenomena apa saja yang dirasakan oleh mahasiswa
rantau asal Bali yang berada di Telkom University.

Pada penelitian ini menggunakan paradigma atau landasan filsafat konstruktivisme


dengan asumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan merupakan sebuah
pertukaran social yang dinilai dan ditafsirkan oleh masing masing individu ( Nana Syaodih S,
2007:94). Penjelasan lain terhadap kenyataan sesungguhnya merupakan konstruksi sosial
yang secara tidak langsung maupun langsung diciptakan oleh individu dalam masyarakat dan
lingkungannya melalui sebuah proses penamaan makna setiap objek, peristiwa atau fenomena
tertentu, dimana setiap individu yang berada dalam sebuah masyarakat akan selalu berada
dalam sebuah proses penamaan makna kepada objek atau peristiwa yang ada disekitarnya,
baik bersifat fisik maupun non – fisik.
Paradigma konstruktivis secara ontology menjelaskan bahwa realitas terdapat dalam
beragam jenis bentuk konstruksi mental yang didasari oleh pengalaman individu yang
bersifat lokal dan spesifik ( Agus Salim, 2006:71) Paradigma konstruktivis berpandangan
terhadap apa yang dipahami oleh individu sebagai sebuah pengetahuan dan suatu kebenaran
yang bersifat objektif. Paradigma konstruktivis digunakan oleh ilmuwan sebagai metodologi
ilmu sosial – budaya fenomena yang didalamnya terdapat makna. Realitas sosial budaya
merupakan sebuah realitas yang dikonstruksi, realitas yang mengandung nilai, makna dan
tujuan.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin meneliti
bagaimana fakta – fakta sosial budaya yang bersifat lokal dan spesifik, oleh karena itu
pemilihan paradigma ini sangat berkaitan erat dengan judul yang diangkat oleh peneliti
karena akan bersinggungan dalam komunikasi adaptasi yang terjadi pada mahasiswa
perantau asal Bali yang berada di Telkom University.

3.2 Metode Pengumpulan data

Populasi dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah wilayah yang terdiri objek atau
struktur yang memiliki kualitas dan karakteristik yang tertentu yang diberi tanda oleh peneliti
untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya dan sampel merupakan subjek dari sebuah
penelitian. Populasi juga dapat diartikan sebagai bentuk dari segala objek atau subjek dari
sasaran penelitian, wujud subjek beragam: manusia, hewan, tumbuh – tumbuhan, barang
produk, barang non-produk dan bentuk lingual ( Kusumastuti dan Khoiron. 2019: 59,153)
Dalam pengambilan sampel harus memilih individu, unit atau pengaturan yang dapat
dipelajari dan diteliti. Metode pengumpulan data penelitian kualitatif yang paling independen
berupa metode wawancara semi struktur dan dokumentasi.
a) Secara umum wawancara merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk
memperoleh keterangan yang dilakukan oleh seorang peneliti dengan melakukan
tanya jawab secara tatap muka antara pewawancara dan informan yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sehari – hari, kekhasan wawancara yang
mendalam adalah adanya keterlibatan dalam kehidupan informan. (Bungin:2007, 108)
Wawancara semi struktur merupakan pengumpulan data yang mengacu pada
pertanyaan wawancara, pertanyaan pertanyaan tersebut akan dibuat sesuai dengan
instrumen pertanyaan yang sudah dibuat oleh peneliti. Melakukan wawancara semi
struktur, pewawancara dapat melakukan pengambilan data dengan narasumber secara
lebih terbuka. ( Esterberg. Dalam Sugiyono, 2017:115). Wawancara semi struktur
dapat dikenal dengan wawancara terarah atau wawancara bebas terpimpin, wawancara
ini dapat dilakukan dengan bebas tetapi terarah dan tetap berpedoman terhadap
prosedur dan alur pokok dari permasalahan yang akan ditanyakan dan yang sudah
disiapkan kepada narasumber ketika sedang melakukan wawancara (Kriyantono,
2022)
Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sample, dimana metode
ini digunakan untuk mengambil sampel berdasarkan kriteria yang akan dipilih
berdasarkan pertanyaan. Peneliti mengambil sampel Mahasiswa perantau asal Bali
yang tengah menduduki semester dua perkuliahan dan populasi sampel berada di
kawasan Telkom University, karena pada mahasiswa rantau yang baru menginjak
semester dua masih sangat awam terhadap perbedaan latar belakang budaya yang
dirasakan.
b) Dokumentasi beragam bentuknya, dari yang tertulis sederhana sampai yang
lebih lengkap, dan bahkan bisa berupa benda-benda lain. Dalam penelitian ini dalam
mengumpulkan data yaitu dengan cara melihat kembali literatur atau dokumen serta
foto-foto dokumentasi yang relevan dengan tema yang diangkat dalam penelitian.
Metode dokumentasi menurut Arikunto (Hadi, 2021 : 64) merupakan penelitian yang
menyelidiki benda – benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan –
peraturan, notulen rapat catatan harian dan lainnya. Penelitian ini menggunakan
dokumentasi pengumpulan data dengan fungsi sebagai bahan riset dan juga data riset
yang akan digunakan sebagai data tambahan oleh peneliti (Kriyantono, 2022:309).
Dengan metode dokumentasi, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah
ada, sehingga dengan metode ini peneliti dapat memperoleh catatan-catatan yang
berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini dokumentasi diambil dari
berbagai kegiatan yang sedang berlangsung baik melalui catatan, dokumentasi
bergambar dan audio. Dokumentasi ini bisa juga berupa arsip yang dipunyai oleh
pihak manajemen perusahaan yang diteliti
Protocol observasional merupakan sebuah metode untuk perekaman data yang berupa
sebuah lembar kertas dengan garis tengah untuk membedakan catatan – catatan deskriptif
yang berisikan partisipan, rekonstruksi dialog, deskripsi mengenai ranah fisik, catatan tentang
peristiwa dan aktivitas tertentu dan dapat disertakan informasi demografis (jam, tanggal, dan
lokasi penelitian) penggunaan protokol wawancara, peneliti merekam dan mengumpulkan
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan membuat catatan – catatan
menggunakan tulisan tangan dan merekam melalui audio tapping ( Creswell, 2017 : 259)
Adapun tahapan – tahapan prosedur wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti
merujuk pada Creswell pada tahun 1998, yaitu :
1. Peneliti melakukan identifikasi terhadap narasumber berdasarkan sampling yang
dipilih, membuat traskrip wawancara yang akan diajukan kepada narasumber.
2. Peneliti menentukan jenis wawancara yang akan dilakukan sesuai dengan populasi
dan sample yang dipilih, peneliti akan melakukan wawancara dengan mahasiswa
perantau asal Bali yang berada di Telkom University dan tengah menduduki semester
dua perkuliahan.
3. Peneliti melakukan janji dengan narasumber dan membuat jadwal untuk melakukan
wawancara.
4. Peneliti menyiapkan alat perekam data dan juga dokuentasi yang akan digunakan (
mike, alat tulis dan gawai ) dan mengecek alat alat sebelum elakukan wawancara
5. Peneliti menyusun protocol wawancara yang terdiri empat hingga lima halaman
dengan kira – kira 5 pertanyaan terbuka dan menyediakan ruang yang cukup untuk
mencatat respon dan komentar partisipan
6. Memberikan inform consent kepada calon partisipan
7. Selama proses wawancara berlangsung, sesuaikan dengan pertanyaan, menghargai
partisipan, sopan santun dan mendengarkan secara seksama.
3.3 Metode Analisis dan Keabsahan Data
penelitian ini menggunakan metode analisis data saat di lapangan. Analissi data
merupakan sebuah proses menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan melalui berbagai
macam teknik (wawancara, observasi, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan
lainnnya) Metode analisis data merupakan usaha untuk memaknai suatu data, baik secara teks
maupun gambar yang dilakukan secara menyeluruh ( Creswell, 2010). Peneliti akan
membaca dan mengkaji lebih dalam lagi terhadap data tersebut yang disebut dengan reduksi.
Reduksi data adalah serangkaian proses bentuk analisis yang bertujuan untuk menajamkan,
menggolongkan, megarahkan dan menyisihkan data – data yang tidak perlu digunakan
sehingga menghasilkan kesimpulan dan verifikasi (Miles & Huberman, 2007:16)
Miles & Huberman (1994: 10-12) membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik
merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Miles & Huberman
dalam kutipan buku Penelitian Kualitatif (Hadi, 2021:74) memaparkan sifat Interaktif, yaitu
sifat yang digunakan untuk pengumpulan data dengan menggunakan analisis data, bahwa
dengan analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan yang berlangsung terus
menerus sampai analisis tersebut tuntas akan mengakibatkan data yang diperoleh bersifat
jenuh. Adaun atkifitas tersebut :
a) Data Reduction (Reduksi Data)
Merupakan pencatatan data yang diperoleh dari lapangan dengan cara
merangkum, menyaring dan memilah hal – hal pokok yang terdapat dalam data,
meneliti data – data pokok, mencari tema dan pola yang ada dalam data hasil
wawancara.
b) Data Display
Data display digunakan untuk menyajikan data hasil wawancara dalam bentuk
teks yang bertujuan untuk memperjelas hasil dari penelitian dan dapat dibantu
dengan mencantumkan table atau gambar.
c) Conclusion Drawing/Verivication
Kesimpulan yang terdapat dalam penelitian kualitatif adalah teuan baru dan
sebelumnya belum pernah ada, temuan tersebut dapat brsifat deskripsi atau
gambaran objek yang sebelunya kurang jelas, remang – remang atau geap,
sehingga sesudah diteliti kembali akan enjadi jelas. Hasil tersebut dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif ( hipotesis atau teori )
Aktifitas tersebut dirancang untuk mendapatkan hasil data yang tersusun dalam
bentuk yang padu dan mudah dipahami. Dengan demikian, peneliti dapat dengan jelas
melihat fenomena atau objek apa yang sedang terjadi dan dapat dengan mudah menarik
kesimpulan yang akurat dan benar.

Keabsahan data adalah padanan dari konsep yang sudah tervaliditas dan rliabilitas,
dalam penelitian kualitatif dan sesuai dengan pengatahuan, keriteria dan paradigma yang
digunakan. Kebasahan data dapat diraih menggunakan proses pengumpulan data yang tepat,
salah satunya dengan melakukan proses triangulasi. Proses triangulasi merupakan proses
pemeriksaan keabsahan data peneliti dengan memanfaatkan hasil lain yang ada diluar ata
yang sudah dikumpulkan sebagai pembanding dan pengecekan terhadap data tersebut. Denzin
(Moleong, 2002:178) memaparkan bahwa terdapat empat bagian triangulasi yang digunakan
untuk memeriksa keabsahan data, yaitu :
a) Triangulasi Sumber atau triangulasi data
Merupakan menguji keabilitas sebuah data dengan membandingkan data berbagai
sumber yang berbeda, Paton (1987), poses ini dilakukan dengan membandingan
dan mengecek derajat kepercayaan suatu informan yang didapat melalui waktu
dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif dengan cara
- Membandingkan data hasil melakukan pengamatan dengan hasil data wawancara.
- Membandingkan apa yang dikatakan individu ketika berada didepan public dan
dikatakan secara pribadi.
- Membandigkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi yang terjadi
pada tempat penelitian dengan apa yan terjadi sepanjang waktu .
- Membandingkan keadaan dan prespektif dari seseorang dengan berbagai pendapat
orang lain
- Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang memilki
kaitan.
Dari hasil perbandingan ini dapat diharapkan menghasilkan kesamaan atau alasan
– alasan terjadinya suatu perbedaan.
b) Triangulasi Metode atau triangulasi teknik
Merupakan cara peneliti untuk menguji keabsahan daya yang dimiliki dengan
membandingkan metode pengumpulan data namun dengan sumber yang sama.
Metode ini digunakan untuk menguji apakah penggunaan metode pengumpulan
data, apakah hasil yang didapat dari metode wawancara sama dengan hasil metode
observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan data informasi yang
diberikan ketika sedang proses wawancara berlangsung. Mennurut Patton
(1987:329) terdapat dua buah strategi, yaitu :
- Mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik
pengumpulan data.
- Mengecek beberapa sumber data dengan penggunaan metode yang sama
c) Triangulasi Peneliti
Merupakan cara pengujian keabsahan data dengan memanfaatkan peneliti lain
untuk melakukan pengecekan kembali terhadap data yang telah diperoleh. Ini
dilakukan untuk melihat dan menguji kejujuran, subjektivitas da kemampuan
untuk merekam data oleh peneliti di lapangan.
d) Triangulasi teori
Merupakan cara pengujian keabsahan data dengan menggunakan prespektif lebih
dari satu teori yang digunakan untuk membahas fenomena yang dikaji. Menurut
Lincoln dan Guba (1981 :307 dalam Moloeng, 2006:178,331) memaparkan bahwa
fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.
Dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi sumber data. Peneliti akan
melibatkan beberapa hasil perbandingan dan pengecekan ulang kepercayaan informan yang
didapat dari data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti akan menguji keabsahan
data yang sudah didata dengan cara melakukan verifikasi data informan yang didapat dari
berbagai sumber, seperti data hasil wawancara, hasil melakukan observasi dan hasil
dokumentasi. Dari sumber – sumber tersebut memberikan hasil data yang berbeda sehingga
akan memberikan sudut pandang yang berbeda yang berkaitan dengan fenomena yang
menjadi focus dalam penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Mahasiswa perantau asal Bali melakukan studi lanjutnya di Bandung, karena
banyaknya Universitas yang bisa mereka pilih untuk melanjutkan studinya dan standar
perguruan yang tinggi. Adanya perbedaan latar belakang yang terdapat pada Mahasiswa asal
Bali harus membuat mereka melakukan adaptasi dengan keadaan, lingkungan dan
komunikasi baru saat merantau ke Bandung. Adanya perbedaan latar belakang dan budaya
menyebabkan terjadinya keterbatasan dalam Bahasa, dimana terdapat adanya kosa kata yang
memiliki sifat ambigu sehingga menyebabkan representasi persepsi dan interpretasi yang
akan berbeda dari individu – individu dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda, oleh
karena itu aka nada baiknya dalam penggunaan Bahasa untuk berkomunikasi menggunakan
Bahasa yang memiliki persamaan dalam mempersepsikan makna ( Afdjni, 2013). Saat
indvidu tiba pasa masa transisi kedalam budaya baru dan kehidupan soial yang baru, kadang
kala masalah ini menjadi krusial. Untuk menghindari kesenjangan social dan kejutan budaya,
individu tersebut harus terkibat dalam keterlibatannya dalam budaya pribadi agar dapat
terbiasa berinteraksi dengan budaya baru (Nugraheni, Rahayu & Arianti, 2020).
Dalam bab hasil penelitian dan pembahasan ini, diuraikan secara kualitatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bentuk adaptasi komunikasi yang dialami oleh mahasiswa
perantau asal Bali yang berada di Telkom University. Penelitian ini dilakukan di Kota
Bandung dengan mencari informan yang memenuhi kriteria yang sudah ditetappkan dalam
penelitian ini oleh peneliti sebelumnya. Dalam mengolah, mencari dan mendata informasi
mengenai penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan metodelogi penelitian kualiatif
dengan studi pendekatan fenomenologi. Peneliti menitik fokuskan mengenai adaptasi
komunikasi, untuk mengumpulkan inorman tersebut maka peneliti menggunakan teori
adaptasi atau Integrative
Communication Theory yang dicetuskan oleh Kim Young Yun.
Pada tahapan pencatatan Analisa hasil yang dilakukan oleh peeliti dengan membuat
draf pertanyaan yang akan digunakan untuk wawancara dengan narasumber untuk
pengumpulan data, yang dimana akan dianalisis untuk mengetahui hasil data informasi yang
diberikan oleh informan peneliti melakukan wawancara berdasarkan focus penelitian
mengenai adaptasi komunikasi. Wawancara dilaukan oleh peneliti pada bulan Mei hingga
juni 2023, hasil yang diperoleh berupa hasil dengan wawancara semi struktur dan terlibat
langsung dilapangan dan kemudian peneliti Analisa dari hasil data tersebut.
a. Komunikasi personal
Komunikasi ini akan terjadi apabila seseorang merasakan adanya hal – hal yang terjadi
dalam lingkungannya, kemudian memberi makna serta mengadakan reaksi terhadap obyek
maupun orang lain yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Pada tahapan ini terjadi
penyesuaian dengan menggunakan kompetensi komunikasi pribadi yang dijabarkan menjadi
tiga bagian yaitu, kognitif (berupa pengetahuan individu tentang sistem, pemahaman kultur
dan kompleksitas kognitif), afektif (berupa komposisi dari motivasi adaptasi individu,
fleksibilitas identitas, dan estetika orientasi bersama) dan operasional (berupa kemampuan
untuk mengekspresikan kognitif dan pengalaman afektif dari individu yang terlihat melalui
aspek perilaku secara spesifik yang menunjukan kompetensi komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan manusia). Dalam komunikasi ini, peneliti mencari informasi yang diberikan oleh
informan untuk mengetahui bagaimana tahapan komunikasi terjadi dan penyesuaian dengan
menggunakan kompetensi komunikasi pribadi.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga narasumber, diperoleh
data sebagai berikut :

Peneliti memaparkan pertanyaan kepada informan bagaimana anda memahami sistem


pemahaman kebudayaan selama di bandung. Dalam poin ini, peneliti menemukan temuan
berupa bahwa dari hasil ketiga informan menyatakan untuk memahami kebudayaan
dibandung dengan lebih bertanya dan lebih banyak belajar dengan teman – teman
mereka yang asli orang bandung.

Menurut Mawar Pradnya, memahami sistem pemahaman kebudayaan selama dibandung


dapat dengan memulai dari belajar dengan teman – teman mawar yang memang berasal dari
Bandung.
‘Saya pribadi untungnya merupakan orang yang adaptif sehingga ketika dihadapkan
dengan sistem kebudayaan yang baru di Bandung sama sekali tidak menyulitkan saya
melainkan justru membuat saya ingin mengetahui lebih banyak kebudayaan terbentuk
disini, sebelumnya saya juga banyak belajar dari teman – teman saya yg asli dari
bandung terutama dari segi Bahasa, berpakaian dan kebudayaan disni”. ( Mawar
Pradnya, informan kunci, 30 Mei 2023)

Dwi memaparkan bahwa bertanya dengan teman untuk belajar kebudayaan baru saat
berada di Bandung

“Kalua dari saya sendiri, saya biasanay bertanya sama teman saya dan belajar sama
teman saya tentang kebudayaan disini sih, kayak mencari tau kebudayaan disini tuh
seprti apa jadi biar ga kagok gtu aja sih” (Dwi, informan kunci, 1 Juni 2023)

Selanjutnya informan melontarkan pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara untuk


memahami hal – hal baru ketika awal mula merantau ke Bandung. Dalam poin ini peneliti
menemukan temuan bahwa dari hasil ketiga informan memaparkan bahwa mereka
akan memulai interaksi dengan teman teman mereka dan mencari informasi dalam
internet dan dengan teman teman sekitar mengenai lingkungan di Telkom University.

Menurut Mawar Pradnya memahami hal – hal baru dengan keadaan dan lingkungan baru
ketika awal mula merantau dengan sedari awal mencari informasi melalui internet dan
dengan teman – teman dekat mengenai lingkungan sekitar.

“ Sebelum sampai di telkom university saya sudah mencari informasi mengenai


kampus dan lingkungannya disosial media sehingga beberapa sudah saya ketahui lebih
dulu. Tapi moment terbaiknya ketika saya pertama kali merasakan sendiri dan
memahaminya bersama dengan teman- teman asrama” (Mawar Pradnya, informan kunci
30 Mei 2023)

Dwi memaparkan juga berinteraksi dengan teman dekat untuk lebih mengetahui
lingkungan sekitar.
“ Saat awal – awal saya di ligkungan baru ini lebih banyak berinteraksi dengan
teman dekat sih, selain itu juga mencari informasi di internet kayak apa sih bandung
itu” ( Dwi, informan kunci, 1 Juni 2023

Selanjutnya, informan melontarkan pertanyaan berikutnya mengenai cara


mengenalkan diri kepada teman teman dan lingkungan baru ditempat saat ini. Dalam poin
ini, peneliti menemukan temuan bahwa dengan memulai obrolan dengan topik dan
bertukar cerita.

Pemaparan jawaban oleh Puspita, ia mengenalkan dirinya melakukan perkenalan


identitas dengan teman – temannya dengan bertukar cerita tentang pengalamannya.

“Dengan menyapa dan memperkenalkan identitas saya kepada teman-teman baru


dengan menggunakan kalimat yang sopan, bertukar cerita tentang pengalaman atau
informasi tertentu” (Puspita, infonman kunci, 29 Mei 2023)

Menurut Mawar Pradnya, ia berusaha terlihat ramah dengan menggunakan beberapa


topik untuk memulai obrolan dan bertukar cerita.

“Seperti kebanyakan orang, saya berusaha untuk terlihat ramah dan terbuka. Saya
memulai dengan menyapa atau menggunakan beberapa topik untuk memulai obrolan
dan memulai untuk bercerita…” ( Mawar Pradnya, Informan kunci, 30 Mei 2023)

Pemaparan selanjutnya, informan memaparkan mengenai cara untuk beradaptasi


dengan lingkungan baru. Dalam poin ini peneliti menemukan temuan dari hasil
pemaparan 3 informan bahwa dengan memahami kebiasaan masyarakat yang ada
disekitar.

Pemaparan yang dipaparkan oleh Puspita, ia akan memperhatikan dan memahami


kebiasaan apa saja yang dilakukan oleh masyarakat yang berada ditemaptnya saat ini dan
melakukan penyesuaiian diri.

“Dengan memperhatikan dan memahami kebiasaan masyarakat bandung kemudian


melakukan penyesuaisan diri” ( Puspita, informan kunci, 29 Mei 2023 )
Mawar Pradnya memaparkan adaptasi berkaitan erat dengan kertbukaan dan juga rasa
memahami kebiasaan dan menaggapinya dengan seharusya

“ Adaptasi menurut saya erat kaitannya dengan rasa keterbukaan dan menghargai.
Jadi saya menerima dengan baik perbedaan, memahami kebiasaan dan
menanggapinnya dengan sebagaimana seharusnya” ( Mawar Pradnya, informan
kunci, 30 Mei 2023)

Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan informan, maka dapat
disimpulkan hasil yang beragam mengenai komunikasi personal yang terjadi pada mahasiswa
rantau asal Bali yang berada di Telkom University. Dalam hasil wawancara, informan kunci
terdapat memiliki kesamaan yang sama dalam merasakan komunikasi personal yang mereka
rasakan selama menjadi Mahasiswa rantau di Telkom University, dapat dilihat dari point –
point yang ditemukan oleh peneliti yaitu informan ingin belajar mengenai kebudayaan yang
ada dilingkungan barunya, ingin memahami kebiasaan masyarakat sekitar dan ingin
melakukan interkasi dengan masyarakat sekitar.

b. Host Social Communication dan Ethnic Social Comunication


Dalam dua faktor ini memiliki dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi Interpersonal dan
komunikasi massa. Komunikasi Interpersonal mengacu terhadap interaksi antar individu satu
dengan lainnya dalam level interpersonal, sebagai pembeda dalam host social communication
komunikasi yang terjadi pada individu pendatang dan individu setempat, sementara ethnic
social communication komunikasi yang terjadi pada individu dengan latar belakang budaya
yang sama. Komunikasi massa berkaitan dengan media dan sarana yang digunakan dalam
mendistribusikan budaya yaitu media radio, televisi, surat kabar dan internet; dan juga non
media yang berbasis institusi seperti sekolah, agama, kantor, bioskop dan tempat umum,
dalam host social communication interaksi berlangsung pada individu pendatang dan budaya
setempat yang baru baginya, sementara ethnic social communication interaksi yang
berlangsung antar individu pendapatan dengan budaya asalnya atau budaya yang sudah
dikenal.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga narasumber, diperoleh
data sebagai berikut :

Peneliti memaparkan pertanyaan kepada informan tentang cara berinteraksi dengan teman
teman yang berada dalam lingkungan sekitar yang memiliki perbedaan latar belakng budaya.
Dalam poin ini, peneliti meneukan temuan yang didapat berupa berkomunikasi dengan
sopan

Dwi memaparkan, ia berinteraksi dengan ramah dan sopan agar tidak menimbulkan
kesalah pahaman.

“Saya berinteraksi dengan ramah dan sopan supaya tidak menimbulkan salah paham”
( Dwi, Informan kunci, 1 Juni 2023)

Mawar Pradnya memaparkan, ia menggunakan komunikasi dengan Bahasa Indonesia


pada umumnya dan pastinya sopan.

“ Kalau komunikasinya tentu pakai bahasa indonesia pada umumnya dan pastinya
sopan. Cuma kan kita lagi di bandung ya yang otomatis ada bahasa sunda, jadi kalau
ngampus suka ada logat” atau bahasa campuran ke sunda”an” ( Mawar Pradnya,
informan kunci, 30 Mei 2023)

Puspita memaparkan dimana interaksi ini menjadikannya sebuah tantangan, namun harus
tetap berinteraksi sebagaimana mestinya dan tetap mengindahkan kesopanan

“Tentunya menjadi tantangan bagi saya untuk berkomunikasi dengan teman yang
memiliki latar belakang hidup dan budaya. Ditambah dengan ciri khas perilaku dan
komunikasi disetiap daerah berbeda-beda. Saya tetap berinteraksi sebagai mana
mestinya dengan tetap mengindahkan kesopanan, menggunakan Bahasa indonesia dan
tidak menyinggung pihak lain” ( Puspita, informan kunci, 29 Mei 2023)

Selanjutnya peneliti memaparkan pertanyaan mengenai adakah kesusahan dalam


melakukan interaksi dan adaptasi yang dirasakan saat Bersama teman dan lingkungan sekitar.
Poin yang didapat dari hasil wawancara 3 informan adalah mereka sama sekali tidak
mengalai kesusahan ketika sedang berkomunikasi.

Menurut Mawar Pradnya, ketika sedang berada dalam melakukan interaksi tidak
merasakan adanya kesulitan

“Kalau aku engga sama sekali’ ( Mawar Pradnya,informan kunci, 30 Mei 2023)

Menurut Puspita, ia juga menjelaskan bahwa tidak mengalami kesulitan dalam


melakukan interaksi dan tidak terlalu mempermasalhkan perbedaan yang ada
dilingkungannya
“Engga sih dari saya, karena saya tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan yang
ada di lingkungan sekitar saya” (Puspita, informan kunci, 29 Mei 2023)

Selanjutnya, peneliti memaparkan pertayaan mengenai cara mereka untuk


memaparkan kebudayaan asal mereka kepada teman – temannnya. Dalam poin ini
ditemukan temuan dari 3 informan berupa dengan melalui media social.

Dwi memaparkan, ia akan mengguanakan internet dan social media dan


menjelaskannya kepada teman – temannya.

“ Saya membuka hp saya dan menggunakan internet dan social media lalu saya menjelaskan
nya dengan menunjukan handphone saya kepada teman saya” (Dwi, informan kunci, 1 Juni
2023)

Mawar memaparkan bersinggungan juga dengan tugas tugas selama dikampus, ia


menggunakan website dan media social sebagai sarana untuk mengenalkan kebudayaannya.

“ Kebetulan karena jalanin studi di ilmu komunikasi ga jarang ada tugas yang membahas
tentang budaya, jadi pengenalannya melalui analisa dan baca baca di website dan social
media terkait” ( Mawar Pradnya, informan kunci, 30 Mei 2023)

Puspita juga memaparkan, ia memanfaatkan media social untuk membagiakannya


kepada teman – teman dan menjelaskan kepada mereka mengenai kebudayannya.

“Memanfaatkan media sosial untuk sharing-sharing tentang kebudayaan daerah saya,


memperlihatkan sumber-sumber video yang menggambarkan kebudayaan saya, mengadakan
acara yang menampilkan budaya asal daerah saya” ( Puspita, Informan kunci, 29 Mei 2023)

Pertanyaan berikutnya yang dilontarkan oleh peneliti terkait dengan cara informan
melakukan interaksi dengan teman temanya yang memiliki latar belakang kebudayaan yang
sma. Dalam poin ini mereka lebih menggunakan Bahasa daerah mereka dan
berinteraksi seperti biasanya.

Puspita memaparkan, dengan kesamaan latar belakang kebudayaan yang sama jadi ia
akan berkomunikasi seperti biasa saja dengan saat mereka berada di daerah asalnya dan
kommunikasi juga terjalin dengan erat.

“ Karena memiliki latar belakang budaya yang sama kita mampu saling mengerti,
jadi komunikasi seperti biasa, pakai Bahasa daerah dan komunikasi yang terjalin
juga lebih erat dikarenakan satu budaya” ( Puspita, Informan Kunci, 29 Mei 2023)
Mawar Pradnya juga memaperkan karena adanya komunitas UKM daerah, jadi lebih sering
menggunakan Bahasa daerah saat berkomunikasi.

“Karena dikampus ada ukm daerah otomatis ga jarang ketemu sama yang daerah
asal, bahasa bahkan agamanya sama. Interaksinya ya balik lagi pakai bahasa yang
biasa digunain di daerah asal karena lebih nyambung aja” (Mawar Pradnya,
Informan Kunci, 30 Mei 2023)

Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan informan, maka dapat
disimpulkan hasil yang beragam mengenai Host Social Communication dan Ethnic Social
Comunication yang terjadi pada mahasiswa rantau asal Bali yang berada di Telkom
University. Dalam hasil wawancara, informan kunci terdapat memiliki kesamaan yang sama
dalam merasakan Host Social Communication dan Ethnic Social Comunication. Dapat dilihat
dari hasil temuan peneliti, dimana para informan memiliki kesamaan berupa dari penggunaan
komunikasi yang sopan, tidak adanya kesusahan ketika melakukan komunikasi dengan teman
yang memiliki perbedaan latar belakang kebudayaan, cara mereka memaparkan kebudayaan
mereka dengan menggunakan media social dan dengan penggunaan Bahasa daerah ketika
berkomunikasi dengan teman yang memiliki latar belakang kebudayaan yang sama.

c. Enviroment
Factor ini berkaitan dengan permainan tuan rumah, tekanan akan adanya kesesuaian dari
tuan rumah dan kekuatan kelompok etnis. Tuan rumah mengarah kepada kemauan dari
budaya setempat untuk menerima dan mengakomodasikan pendatang melalui kesempatan
ikut berperan dalam komunikasi social dan dari sisi pendatang ini merupakan akses masuk.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga narasumber, diperoleh data
sebagai berikut :

Peneliti memaparkan pertanyaan kepada informan mengenai cara teman teman informan
dalam menyambut kedatangan mereka dan melakukan kounikasi. Dalam poin ini ditemukan
temuan bahwa untuk memulai sebuah komunikasi dengn melakukan sekedar basa –
basi
Puspita menjelaskan bahwa ia hanya sekedar basa basi saja dengan memulai perkenalan
seperti asal daerah.
“Kalau dari aku sekedar basa basi aja dulu mulai dari perkenalan asal daerah dan
biasanya pada kaget juga dengan logat yang dipake karena ada beberapa aksen yang
beda, emang itu kadang jadi ejekan, tapi ga apa sih “ ( Puspita, informan kunci, 29
Mei 2023)

Dwi juga memaparkan hal yang sama dengan mencoba untuk memulai komunikasi
dan berusahan menyapa dengan teman – temannya.

“Mereka berusaha menyapa dan mencoba berkomunikasi dengan saya terlebih


dahulu” ( Dwi, Informan Kunci, 1 Juni 2023)

Selanjutnya peneliti memaparkan pertanyaan terkait pernah atau tidaknya informan


mendapatkan tekanan saat melakukan adaptasi komunikasi. Dalam poin ini, terdapat
temuan bahwa mereka tidak merasakan adanya tekanan dan bersikap cuek.

Mawar Pradnya memaparkan, ia tidak merasakan adanya tekanan dan jika ada ia akan
besikap cuek saja dan tidak memeperasalahkan hal itu.

“ Untungnya tidak ya, ya kalau ada saya cuek aja dan tidak mempermasalahkan
selagi itu tidak merugikan saya” ( Mawar Pradnya, Informan Kunci, 30 Mei 2023)

Puspita juga memaparkan jawaban yang sama, ia tidak pernh merasakan adanya
tekanan yang ada dan bersikap cuek saja.

“ Kalau dari aku engga sih, aku bersikap cuek aja dan ga ngehirauin banget”
( Puspita, 29 Mei 2023)

Selanjutnya peneliti memaparkan pertanyaan terkait apakah teman sekitar anda ada
yang menolak kedatangan anda. Dalam poin ini ditemukan temuan bahwa dari jawaban
ketiga informan pastinya ada dan bersikap santai dan lebih dibawa diem saja.

Mawar Pradnya memaparkan, pastinya ada walaupun ga sepenuhnya suka dengan


kedatangannya kemari, namun ia memilih bersikap santa saja dan lebih mendiamkan hal
tersbut.

“Ada sih pasti, walaupun ga sepenuhnya suka sama kedatangan aku disini ya, tapi
cara aku buat ngatasinnya ya bawa santai aja sama lebih ke diemin aja” ( Mawar Pradnya,
informan kunci, 30 Mei 2023)
Puspita memaparkan, pasti ada beberapa yang tidak suka dengan kedatangnnya dan
dibawa santai dan ya udah gitu aja.

“ Pastinya ada beberapa yang ga suka sama aku, Mungkin dari cara aku
berkomunikasi atau cara lainnya, tapi ya aku santai dan ya udah gitu aja” ( Puspita,
informan kunci, 29 Mei 2023)

Selanjutnya peneliti memaparkan pertanyaan terkait adakah toleransi dengan adanya


perbedaan latar belakang yang ada. Dalam poin ini ditemukan temuan dari ketiga
informan merasakan bahwa adanya toleransi yang mereka rasakan.

Dwi memaparkan bahwa ia merasakan adanya toleransi dengan adanya perbedaan latar
belakang kebudyaaan antara ia dan teman temannya.

“Ada” ( Dwi, informan kunci, 1 juni 2023)

Mawar Pradnya juga memaparkan, ia merasakan adanya toleransi ketika berada dengan
teman – teman yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda.

“ Ada walaupun ga sepenuhnya” ( Mawar Pradnya, Informan Kunci, 30 Mei 2023)

Puspita memaparkan hal yang sama denga dua informan sebelumnya, bahwa ia merasakan
adanya tolenrasi yang terjadi denganya dan teman teman yang memiliki latr belakang
kebudayaan yang berbeda.

“ Yang aku rasain adaa sih” ( Puspita, informan kunci, 29 Mei 2023)

Selanjutnya peneliti memaparkan pertanyaan terkait tanggapan dan reaksi mereka


ketika mengetahui anda memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda dengan mereka.
Dalam poin ini terdapat temuan yang dihasilkan pada wawancara dengan tiga
informan,dimana mereka merasa adana antusias yang diberikan oleh teman teman
mereka.

Dwi memaparkan, ia biasanya mendapatakan pertanyaan seperti bagaimaa kehidupan


didaerah asalnya.

“ Biasanya mereka bertanya seperti apa hidup di daerah asal saya” ( Dwi, inforan
kunci, 1 Juni 2023)

Mawar Pradnya memaparkan, teman teman ia penasaran dengan kebudayaan dan


bagaimana kebiasaan yang ada di daerah asalnya.
“ Penasaran, mereka penasaran dengan budaya asal saya seperi bahasa, kebiasaan,
dan lainnya terutama daerah “bali” yang sangat terpandang” ( Mawar Pradnya,
Informan kunci, 30 Mei 2023)

Puspita juga memaparkan hal yang serupa, teman temannya merasa antusias dan
mereka ingin mengetahui latar belakang kebudayaannya

“Antusias dan mereka ingin mengetahui dan mempelajari latar belakang budaya
saya “ ( Puspita, informan kunci, 29 Mei 2023)

Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan informan, maka dapat
disimpulkan hasil yang beragam mengenai Enviroment yang terjadi pada mahasiswa rantau
asal Bali yang berada di Telkom University. Dalam hasil wawancara, informan kunci terdapat
memiliki kesamaan yang sama dalam merasakan Enviroment. Dapat dilihat dari hasil temuan
peneliti berupa point – point yang dirasakan oleh informan, yaitu mulai dari informan akan
memulai percakaan dengan sekedar basa – basi, informan tidak merasakan adanya tekanana
ketika melakukan komunikasi dengan lingkungan sekitar, bersikap santai dan lebih dibawa
die saja ketika informan jika merasa adanya yang menolak kedatangan mereka, merasakan
adanya toleransi yang ada di lingkungan sekitar mereka dan merasakan antusias ketika berada
dilingkungan sekitar mereka.

d. Predisposition
Dalam factor ini mengacu terhadap keadaan pribadi individu pendatang ketika tiba dalam
kelompok budaya setempat, jenis latar belakang yang dimiliki, dan jenus pengalaman yang
dimiliki sebelum bergabung dengan budaya setempat.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga narasumber, diperoleh
data sebagai berikut :

Peneliti memaparkan pertanyaan kepada informan mengenai Apakah anda sebelumnya


memiliki pengalaman dan rasa adaptasi komunikasi yang sama dengan apa yang anda rasakan
dan anda alami saat ini. Dalam penelitian ini ditemukan temuan berupa mereka pernah
memiliki pengalaman rasa dalam beradaptasi komunikasi.

Mawar Pradnya memaparka, ia pernah merasakan adaptasi kounikasi saat ia berada di


Pontianak, dimana ia merasakan banyak adaptasi
“ Pernah, saat saya ke pontianak selama kurang lebih sebulan. Cukup banyak adaptasi
tapi tetap saja bagi saya menyenangkan melihat hal-hal baru” ( Mawar Pradnya,
Informan kunci, 30 Mei 2023 )

Puspita juga memaparkan, ia pernah mengalami adaptasi ini didaerahnya sendiri,


walaupun masih dalam satu daerah dan latar kebudayaan yang sama, ia tetap harus banyak
adaptasi dengan keadaan sekitar.

“Pernah, sebenernya ini masih dibali ya kadang masih ada perbedaan anatar logat dan
cara berbicara antara satu kabupaten dengan lainnya, jadi kalua main ke tempat lain
perlu cukup banyak adaptasi walaupun masuh dibali” ( Puspita, informan kunci, 29 Mei
2023)

Pertanyaan selanjutnya peneliti terkait dengan apa saja yang anda rasakan dan bagaimana
cara anda untuk menyatukan perbedaan yang signifikan tersebut agar bisa tetap menjalankan
hidup seperti biasanya. Dalam poin ini terdapat temuan bahwa, mereka akan
beradaptasi dan menumbuhkan rasa ingin tau.

Menurut pemaparan Dwi, ia merasa tidak jauh beda daerah asal dengan tempat tinggalnya
saat ini, walaupun ada beberapa perbedaan namun ia menerimanaya, mencoba untuk belajar
mandiri dan memulai adaptasi dengan lingkungan baru.

“….. Lebih mandiri dan cara yang saya lakukan untuk menyatukan perbedaan yang
signifikan adalah dengan beradaptasi dengan lingkungan baru karena kita juga
harus memberikan hormat kepada kebudayaan lain dan karena kita juga sedang
berada di daerah yang berbeda” ( Dwi, Informan kunci, 1 Juni 2023)

Puspita juga memaparkan, ia merasa lebih focus dan dapat belajar mandiri, untuk
menyatukan perbedaa yang signifikan tersebut, ia menumbuhkan dalam dirinya rasa ingin
tahu dan terbuka.

“…, lebih mandiri, lebih dewasa dalam menyikapi suatu hal, dan mampu mengatur
aktivitas yang saya lalui. Cara menyatukan perbedaan yang signifikan adalah
dengan menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan bersikap terbuka terhadap
adanya perbedaan” ( Puspita, Informan kunci, 29 Mei 2023)

Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan peneliti dan informan, maka
dapat disimpulkan hasil yang beragam mengenai Predisposition yang terjadi pada mahasiswa
rantau asal Bali yang berada di Telkom University. Dalam hasil wawancara, informan kunci
terdapat memiliki kesamaan yang sama dalam merasakan Predisposition. Dapat dilihat dari
hasil temuan peneliti berupa point – point yang dirasakan oleh informan, yaitu : adanya rasa
memiliki pengalam rasa dalam komunikasi dan adanya adaptasi dan menumbuhkan rasa ingin
tahu.

4.2 Pembahasan

Dalam sub bab ini membahas hasil dari penelitia yang sudah dilakukan, juga akan
dikaitkan dengan teori dan penelitian terdahulu untuk menjawab poin pada penelitian yang
sudah dibahas sebelumnya.

4.2.1. Komunikasi Adaptasi Mahasiswa Rantau Asal Bali yang Berada di Telkom
University

Pada pembahasan ini, peneliti akan menjelaskan dan memaparkan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya berdasarkan dari hasil data yang telah diperoleh oleh
peneliti berikut ini hasil analisis mengenai adaptasi mahasiswa rantau asal bali yang berada di
telkom university.

a. Komunikasi personal
Dalam hasil penelitian ini, peneliti menemukan beberapa temuan dimana infroman
merasakan bahwa untuk memahami kultur selama dibandung mereka lebih banyak belajar
dengan teman teman mereka yang memang merupakan asli bandung. Pada poin kedua
peneliti menemukan temuan berupa cara untuk memahami hal – hal baru ketika awal awal
berada di Bandung ialah dengan mencari informasi dalam internet terkait dengan lingkungan
sekitar yang akan mereka tempati. Dalam poin ketiga, peneliti menemukan temuan terhadap
bagaimana cara mengenalkan diri mereka kepada lingkungan baru mereka dengan cara
bertukar informasi dan memulai obrolan. Dalam poin keempat, peneliti menemukan temuan
terkait cara beradaptasi informan dengan lingkungan barunya, mereka memaparkan dengan
memahami kebiasaan masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitarnya saat ini.
Dari hasil temuan peneliti ini dapat dijelaskan melalui konsep komunikasi personal yaitu
komunikasi adaptasi yang akan terjadi ketika seorang individu berada pada lingkungan baru
dan karena merasakan adanya hal – hal baru yang ada disekitarnya, dapat dilihat dalam hasil
data ditemukan bahwa individu yang akan berada dalam lingkungan baru semulanya akan
mencari tahu terlebih dahulu mengenai keadaan lingkungan sekitarnya dan memahami kultur
selama dibandung mereka lebih banyak belajar dengan teman teman mereka yang memang
merupakan asli bandung, ini berkaitan dengan Kognitif yaitu pengetahuan individu tentang
sistem pemahaman kultur dan kompleksitas kognitif.
Dalam melakukan pengenalan terhadap lingkungan baru, mereka akan bertukar informasi
dan memulai obrolan dan mereka memaparkan dengan memahami kebiasaan masyarakat
yang berada dalam lingkungan sekitarnya saat ini, temuan ini berkaitan dengan Afektif yaitu
berupa komposisi dari otivasi adaptasi individu berupa fleksibelitas identitas dan estetika
orientasi bersama.
Dari hasil penelitian ini dapat memperkuat temuan kajian literatur terdahulu pola
komunikasi adaptasi mahasiswa asal malaysia (studi pada program “student exchange” di
universitas muhammadiyah sumatera utara, indonesia) (Muhammad Thariq:2020). Pada
temuan kajian literatur terdahulu dengan menggunakan teori Penyesuaian diri di lingkungan
baru sebagai proses adaptasi (Stewart, Brent D. Ruben & Lea P.;, 2013) yang mengemukakan
bahwa dalam proses adaptasi diri terdapat empat tahapan tingkatan yang diberi bentuk
sebagai Kurva – U. Dimana dalam vase ini disebut sebagai vase kegembiaraan, dimana
adanya penyesuaian individ dengan kebudayaan baru yang berada disekitarnya. Dalam kajian
literatur terdahulu ini berkaitan dengan fase kognitif dan fase afektif yang dirasakan oleh
informan.

b. Host Social Communication dan Ethnic Social Comunication


Dalam hasil penelitian ini, peneliti menemukan beberapa temuan dimana infroman ketika
beriteraksi dengan teman – teman yang berada dalam lingkungan sekitarnya menggunakan
Bahasa yang sopan. Pada poin kedua, peneliti menemukan temuan dalam berinteraksi adakah
kesusahan yang dirasakan ketika Bersama lingkungan sekitar informan. Dalam point ketiga,
ditemukan temuan berupa informan memaparkan kebudayaan kepada teman temana dengan
menggunakan social media sebagai sarana. Pada point ke empat, peneliti menemukan temuan
dalam interaksi yang dilakuan oleh informan lebih cenderung menggunakan Bahasa daerah
asal mereka untuk berkomunikasi.
Dari hasil temuan peneliti ini dapat dijelaskan melalui konsep Host Social
Communication dan Ethnic Social Comunication, dimana merupakan interaksi komunikasi
yang terjadi antara individu pendatang dengan individu dari budaya setempat dan individu
pendatang dengan individu pendatang lainnya dengan latar belakang kebudayaan yang sama.
dalam berkomunikasi yang dilakukan oleh informan dengan teman teman yang memiliki latar
belakang yang berbeda, mereka menggunakan Bahasa dan berkomunikasi dengan sopan dan
jika bertemu dengan teman – teman yang memiliki latar belakang kebudayaan yang sama
mereka cenderung menggunakan Bahasa daerah untuk berkomunikasi, dimana ini dijelaskan
dalam komunikasi interpersonal dalam host social communication dan ethnic social
communication.
Selanjutnya ketika sedang berda dalam lingkungan yang baru, informan tidak merasa
kesulitan ketika memaparkan kebudayaan daerah asal mereka dengan teman – teman yang
memiliki atar belakang kebudyaan yang berbeda informan dan informan menggunakan media
social untuk melakukan komunikasi dan memaparkan kebudayaan informan kepada teman
teman yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda, dimana ini dapat dijelaskan
dalam konsep host social communication yang dijelaskan dalam komunikasi massa yang
dimana menggunakan media assa untuk memperkenalkan kebudayaan yang dimiliki kepada
lingkungan baru yang ada.
Dari hasil penelitian ini dapat memperkuat temuan kajian literatur terdahulu strategi
adaptasi mahasiswa asing uns dalam upaya mengatasi gegar budaya di solo uns foreign
students adaptation strategies in facing culture shock in solo ( Meysty Yurianti, Sigit
Pranawa, & Yuhastina : 2020). Pada temuan kajian literatur terdahulu dimana dengan
menggunakan konsep yang sama dengan penelitian peneliti, temuan ini memperkuat temuan
bahwa komunikasi antarpribadi dilakukan oleh mahasiswa asing dengan penduduk lokal di
Indonesia, di mana proses ini dilakukan sebagai upaya pembentukan pengalaman dan
pengetahuan baru yang bisa mereka dapatkan secara langsung. Komunikasi massa, dilakukan
oleh mahasiswa asing melalui sarana distribudi budaya seperti halnya media massa dan media
komunikasi.
c. Enviroment
Dalam hasil penelitian ini, peneliti menemukan beberapa temuan dimana peneliti
menemukan temuan dalam point pertama yaitu bagaiana cara teman – teman informan
dengan memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda melakukan komunikasi dimana
dengan melakukan sebuah basa basi. Dalam point kedua menemukan temuan berupa
informan tidak mendapatkan tekanan yang dirasakan saat melakukan adaptasi komunikasi
dan bersikap cuek. Dalam point kedua memaparkan terkait apakah informan merasakan
penolakan dengan kedatangan mereka dan mereka lebih bersikap santai saja dan dibawa
diem. Pada point empat dijelaskan bahwa teman teman informan merasa antusias ketika
informan menceritakan tentang dirinya.
Dari hasil penemuan peneliti tersebut dapat dijelaskan melalui konsep Environment
dimana adanya keterbukaan tuan rumah, atau teman teman informan yang berasal dari
lingkungan sekitar dengan kedatanagan informan yang memiliki perbedaan latar budaya yang
sangat signifikan, yang dapat dilihat dari cara teman teman inforan merasa antusias ketika
mengetahui informan berasa dari bali, sedikitnya atau bahkan tidak merasakan adanya
tekanan saat melakukan adaptasi komunikasi dengan lingkungan sekitar.
Dari hasil penelitian ini dapat memperkuat temuan kajian literatur terdahulu gegar budaya
dan strategi adaptasi budaya mahasiswa perantauan minang di Jakarta (Wahyutama, Ph.D dan
Safira Maulani, S.Ikom : 2022) dimana dalam penelitian ini mengemukaakn temuan oleh
Littlejohn dan Foss (2011) yaitu Orang terbiasa dengan hal-hal yang ada sekelilingnya, dan
orang cenderung suka dengan familiaritas tersebut. Familiaritas membantu seseorang
mengurangi tekanan karena dalam familiaritas, dalam point ini memiliki kesamaan dengan
Enviroment yaitu tidak adanya dan cara beradaptasi yang dilakukan oleh informan.
d. Predisposition
Dalam hasil penelitian ini, peneliti menemukan beberapa temuan dimana peneliti
menemukan temuan dalam point pertama yaitu informan pernah mengalami dan merasakan
pengalaman dan rasa dalam beradaptasi komunikasi. Pada point kedua temuan berupa
informan melakukan adaptasi dengan menumbuhkan rasa ingin tahu mereka.
Dalam hasil point point ini dapat dijelaskan dengan teori Predisposition keadaan pribadi
individu pendatang ketika tiba dalam kelompok budaya setempat, jenis latar belakang yang
dimiliki, dan jenus pengalaman yang dimiliki sebelum bergabung dengan budaya setempat.
Dimana ini dijelaskan jenis pengalaman apa yang dimiliki oleh informan sebelum dan
sessudah berada di bandung, apakah informan pernah mengalami adaptasi yang sama dan
bagaimana cara informan untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan baru mereka
Dari hasil penelitian ini dapat memperkuat temuan kajian literatur terdahulu terdahulu
strategi adaptasi mahasiswa asing uns dalam upaya mengatasi gegar budaya di solo uns
foreign students adaptation strategies in facing culture shock in solo ( Meysty Yurianti, Sigit
Pranawa, & Yuhastina : 2020) Pada temuan kajian literatur terdahulu dimana dengan
menggunakan konsep yang sama dengan penelitian peneliti, temuan ini memperkuat temuan
bahwa Strategi yang terakhir berkaitan dengan keadaan pribadi mahasiswa asing ketika tiba di
lingkungan kebudayaan di Solo, mengenai jenis latar belakang dan pengalaman yang mereka
miliki sebagai modal yang bisa digunakan sebelum bergabung dengan kebudayaan lokal,
dimana ini bersinambungan dengan point yang ditemui oleh peneliti terkait dengan informan
pernah mengalami adaptasi yang sama dan bagaimana cara informan untuk melakukan
adaptasi dengan lingkungan baru mereka.

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adaptasi mahasiswa
bali yang berada di Telkom University dapat didasarkan dengan beberapa factor. Dalam
proses adaptasi individu pada lingkungan baru, pengetahuan tentang keadaan lingkungan
sekitarnya dan pemahaman terhadap budaya setempat sangat penting. Mahasiwa rantau asal
Bali cenderung belajar lebih banyak tentang kultur dan kebiasaan masyarakat setempat
melalui interaksi dengan teman-teman asli dari lingkungan tersebut. Adanya proses
pengenalan diri kepada lingkungan baru dilakukan oleh mahasiswa rantau asal Bali dengan
bertukar informasi dan memulai obrolan dengan individu lain, masyarakat sekitar. Hal ini
membantu dalam membangun hubungan interpersonal dan mengurangi kesulitan dalam
melakuan adaptasi.

Komunikasi sosial dengan menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan latar
belakang kebudayaan masing-masing menjadi penting dalam interaksi antarindividu yang
dialai oleh mahasiswa asal Bali, ketika berkomunikasi dengan teman-teman yang memiliki
latar belakang kebudayaan yang sama, individu cenderung menggunakan bahasa daerah asal
mereka.. Lingkungan sekitar yang terbuka dan penerima terhadap perbedaan budaya
membantu dalam meminimalkan tekanan dan kesulitan yang dirasakan saat beradaptasi.
Ketika mahsiswa rantau asal Bali merasa diterima dengan baik, mereka merasa lebih nyaman
dan antusias dalam memaparkan kebudayaan mereka kepada orang lain. Ditambah dengan
adanya Pengalaman sebelumnya individu juga memengaruhi proses adaptasi. Pengalaman
sebelumnya dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan rasa ingin tahu terhadap budaya
baru menjadi faktor yang berkontribusi dalam memudahkan proses adaptasi yang dilakukan
oleh mahasiswa rantau asal Bali.

LAMPIRAN

 Kerangka berfikir
 Draf Wawancara

No Pertanyaan Jawaban Jawaban Jawaban Responden


Responden 1 Responden 2 3
1 Bagaimana anda Kalua dari Saya pribadi pemahaman
memahami sistem saya sendiri, untungnya kebudayaan selama
pemahaman saya biasanay merupakan orang di bandung dapat
kebudayaan selama di bertanya saa yang adaptif saya pahami salah
bandung? teman saya sehingga ketika satunya melalui
dan belajar dihadapkan dengan cara memahami
kebudayaan sistem kebudayaan komunikasi
disini sih, yang baru di antarbudaya dimana
kayak mencari Bandung sama budaya juga
tau sekali tidak membentuk cara
kebudayaan menyulitkan saya berkomunikasi dan
disini tuh melainkan justru mempengaruhi
seprti apa jadi membuat saya bagaimana
biar ga kagok ingin mengetahui komunikasi
gtu aja sih lebih banyak berlangsung. Dan
kebudayaan mencari tahu
terbentuk disini, system kebudayaan
sebelumnya saya yang ada
juga banyak belajar dilingkungan saya
dari teman” saya yg ini
asli dari bandung
terutama dari segi
bahasa dan
berpakaian.
2 Bagaimana cara anda Saat awal – Sebelum sampai di Berinteraksi dengan
untuk memahami hal awal saya di telkom university teman-teman baru
baru yang ada ketika ligkungan saya sudah mencari yang memiliki latar
awal - awal berada di baru ini lebih informasi mengenai belakang budaya
lingkungan telkom banyak kampus dan yang beragam,
university ? berinteraksi lingkungannya mencari hal-hal
dengan teman disosial media yang saya sukai dari
dekat sih, sehingga beberapa lingkungan baru,
selain itu juga sudah saya ketahui menanyakan
mencari lebih dulu. Tapi berbagai hal yang
informasi di moment terbaiknya ingin saya ketahui,
internet kayak ketika saya pertama mengamati dan
apa sih kali merasakan memperhatikan
bandung itu sendiri dan dunia sekitar yang
memahaminya baru saya tempati.
bersama dengan
teman- teman
asrama.
3 Motivasi apa yang anda Motivasi yang Karena saya suka Agar saya dapat
saya lakukan
lakukan agar bisa dengan hal-hal baru berkomunikasi dan
adalah
berkomunikasi dan motivasi dan suasana yang beradaptasi dengan
karena adanya
beradaptasi dengan rasa ingin baru jadi saya keadaan lingkungan
menjadi dekat
keadaan lingkungan senang saat sekitar adalah
dengan teman-
baru anda? teman baru bertemu bahkan dengan menerima
dan mampu komunikasi dengan segala
beradaptasi
dengan cepat orang yang hal/pengalaman
di lingkungan, memiliki perbedaan baru dan tidak
sebab itulah
tutur bahasa dengan menutup diri
saya
termotivasi. saya. Hal ini terhadap
membuat saya kemungkinan yang
excited untuk terjadi
mencari topik dan
membicarakan
banyak hal. Sama
halnya saat di
asrama, tetangga
saya ada yang dari
medan, ambon,
lampung, jawa
timur, jawa tengah
dan saya dari bali.
Sehingga hal ini
membuat
perbedaan tutur
bahasa terlihat
sangat jelas, tak
jarang saat adu
bicara kami
menggunakan logat
dan bahasa masing”
yang terdengar
lucu.
4 Bagaimana cara anda Saya Seperti kebanyakan Dengan menyapa
mengenalkan
untuk mengenalkan diri orang, saya dan
diri saya
anda kepada teman dengan biasa berusaha untuk memperkenalkan
saja. Saya
teman dan lingkungan terlihat ramah dan identitas saya
tetap menjadi
baru yang ada tempati diri saya terbuka. Saya kepada teman-
sendiri karena
saat ini? memulai dengan teman baru dengan
saya ingin
orang-orang menyapa atau menggunakan
mengetahui
menggunakan kalimat yang sopan,
bagaimana
sifat alami beberapa topik bertukar cerita
saya dan saya
untuk memulai tentang pengalaman
juga ingin
mencari orang obrolan dan atau informasi
yang nyaman
bertukar cerita. Dan tertentu
berteman
dengan diri pastinya kalimat
saya juga dan
yang keluar dari
pastinnya
sopan dan obrolan tersebut
ramah sih
adalah “kamu
asalnya dari
mana?” wkwk lalu
ketika saya jawab
“aku dari balii”
kebanyakan akan
merespon “wah
bali? jauh yaaa kok
kesini kan udah
enak disana”
ahahahahah
5 Bagaimana cara anda Saya Sejauh ini Dengan memahami
untuk mengatasi mengatasi hal untungnya tidak perbedaan yang ada
masalah dan perbedaan tersebut ada masalah atau di lingkungan kita,
yang ada dalam dengan perbedaan yang komunikasi yang
lingkungan baru anda? memahami menyulitkan saya. baik mampu
culture Karena saya sendiri membantu
mereka juga mencoba mengatasi masalah
supaya bisa untuk apa adanya dan perbedaan yang
lebih akrab dan bersikap ramah terjadi dalam
juga sopan. Tetapi lingkungan baru,
semisal dengan berpikiran terbuka
logat bahasa yang untuk memahami
tidak ramah saya sudut pandang
dengar ditelinga orang lain, empati,
saya mencoba dan tidak terlalu
untuk memaksakan diri
memakluminya untuk mengikuti
karena sudah ada kebiasaan atau
stereotype “orang keercayaan orang
daerah itu memang lain. Karena pada
seperti itu gaya dasarnya setiap
bicaranya individu memiliki
perbedaan latar
belakang budaya
masing-masing
6 Bagaimana cara anda Sama kaya Adaptasi menurut Dengan
untuk beradaptasi pertanyaan saya erat kaitannya memperhatikan dan
dengan lingkungan sbelumnya ya, dengan rasa memahami
baru anda? aku biasana keterbukaan dan kebiasaan
cari informasi menghargai. Jadi masyarakat
tentanng saya menerima bandung kemudian
temaot sekitar dengan baik melakukan
dulu, perbedaan, penyesuaisan diri
memahami memahami
sekitar dan kebiasaan dan
sifatnya menanggapinnya
dengan
sebagaimana
seharusnya
7 Setelah anda Saya Sebetulnya gak Setelah saya
menjalani
memahami keadaan jauh berbeda ya, mengetahui kultur
kehidupan
lingkungan baru dan sehari-hari jadi gaada yang budaya disekitar,
saya seperti
sekitar anda, biasa saja gimana-gimana saya tetap menjalani
karena tidak
bagaimana cara anda dalam perubahan kegiatan sehari-hari
ada perubahan
untuk melakukan yang terlalu sama perilaku seperti biasa dan
signifikan.
kegiatan sehari hari sendiri. Cuma ya tetap menjungjung
setelah anda memahami tetap menyadari norma yang ada
kultur baru di saya membawa agar tidak timbul
lingkungan anda dan prinsip bahwa kesalahpahaman
adaptasi yang dimana bumi atau permasalahan.
dilakukan selama dipijak disana Serta menghargai
setahun ini? langit dijunjung. perbedaan yang ada
Dan karena saya di lingkungan
minoritas juga sekitar
disini jadi gamau
yang neko-neko ..
ya cari aman aja
dalam berperilaku
8 Bagaimana cara anda Saya Kalau Tentunya menjadi
berinteraksi dengan berinteraksi komunikasinya tantangan bagi saya
teman teman dan dengan ramah tentu pakai bahasa untuk
lingkungan sekitar anda dan sopan indonesia pada berkomunikasi
yang memiliki supaya tidak umumnya dan dengan teman yang
perbedaan latar menimbulkan pastinya sopan. memiliki latar
belakang kebudayaan ? salah paham Cuma kan kita lagi belakang hidup dan
di bandung ya yang budaya. Ditambah
otomatis ada dengan ciri khas
bahasa sunda, jadi perilaku dan
kalau ngampus komunikasi disetiap
suka ada logat” daerah berbeda-
atau bahasa beda. Saya tetap
campuran ke berinteraksi sebagai
sunda”an. mana mestinya
dengan tetap
mengindahkan
kesopanan,
menggunakan
Bahasa indonesia
dan tidak
menyinggung pihak
lain.
9 Apakah anda memiliki Saya memiliki Ada, biasa aja kaya Ketika kami
teman asal
teman dekat ataupun udah hal umum berinteraksi tetap
Bandung dan
teman yang memang saya juga kan ya kalau memggunakan
berkomunikasi
merupakan orang asal orang sunda Bahasa Indonesia
dengan dia
bandung, bagaimana seperti biasa ngomongnya halus (Bahasa nasional).
pada umum
cara anda dan teman atau lembut, nah Tak jarang pula
nya. Karena
anda dalam tidak ada temen aku ini ya saya mempelajari
perbedaan
berkomunikasi dan menggambarkan itu Bahasa sunda dan
yang terlalu
beradaptasi ? signifikan. begitu juga teman
saya sebaliknya.
10 Apakah ada kesusahan Ada susahnya Kalau aku engga Engga sih dari saya,
dalam melakukan karena adanya sama sekali karena saya tidak
interaksi dan adaptasi banyak orang terlalu
yang anda rasakan dengan sifat mempermasalahkan
ketika bersama teman dan budaya perbedaan yang ada
dan lingkungan sekitar yang berbeda- di lingkungan
anda? beda sekitar saya

11 Bagaimana cara anda Saya Kebetulan karena Memanfaatkan


dalam menggunakan membuka hp jalanin studi di media sosial untuk
sarana komunikasi saya dan ilmu komunikasi ga sharing-sharing
(media massa saat ini) menggunakan jarang ada tugas tentang kebudayaan
untuk memaparkan dan internet lalu yang membahas daerah saya,
menjelaskan budaya saya tentang budaya, memperlihatkan
yang berasal dari menjelaskan jadi pengenalannya sumber-sumber
lingkungan asal anda nya dengan melalui analisa dan video yang
kepada teman teman menunjukan baca” di website menggambarkan
dengan latar belakang handphone kebudayaan saya,
kebudayaan yang saya kepada terkait mengadakan acara
berbeda dengan anda ? teman saya yang menampilkan
budaya asal daerah
saya
12 Bagaimana cara teman Biasanya Kalua dari hal yang Dengan
mereka
- teman dan lingkungan aku rasain sama aja membagikan
menggunakan
sekitar anda dalam internet untuk kaya pertanyaan sebuah podcast
menunjukan
menggunakan sarana sebelumnya. komedi yang
fakta yang
komunikasi (media terkait dengan menceritakan
budaya
massa saat ini) untuk tentang asal usul
mereka atau
memaparkan dan mereka bandung,
menjelaskan
menjelaskan budaya menjelaskan arti
nya secara
yang berada dalam langsung dan makna dari
kepada saya.
lingkungan baru anda ? suatu kebudayaan
yang ada
13 Bagaimana cara anda Saya Karena dikampus Karena memiliki
berinteraksi dengan berinteraksi ada ukm daerah latar belakang
teman - teman dan dengan otomatis ga jarang budaya yang sama
lingkungan sekitar anda mereka seperti ketemu sama yang kita mampu saling
yang memiliki latar biasa, saya daerah asal, bahasa mengerti, jadi
belakang kebudayaan tetap bahkan agamanya komunikasi seperti
yang sama? menggunakan sama. Interaksinya biasa, pakai Bahasa
jati diri saya ya balik lagi pakai daerah dan
sendiri tetapi bahasa yang biasa komunikasi yang
saya lebih digunain di daerah terjalin juga lebih
sering asal karena lebih erat dikarenakan
menggunakan nyambung aja satu budaya
bahasa
Indonesia
daripada
bahasa daerah
asal saya
14 Apakah anda memiliki Saya memiliki Ada, ga jauh beda Saling bertegur sapa
teman daerah ataupun teman yang sama kaya dan bertukar cerita,
teman yang sudah sudah bersama pertanyaan terkadang kita
bersama anda dengan anda dengan sebelumnya dan menggunakan
latar belakang latar belakang karena mau Bahasa daerah kami
kebudayaan yang sama kebudayaan merantau pastinya dalam proses
sejak awal perkuliahan? yang sama cari teman di komunikasi
dan bagaimana cara sejak awal daerah asal yang
anda dan teman anda perkuliahan. bisa diajak bareng”.
untuk berkomunikasi Saya Diawal-awal ketika
dan beradaptasi? berkomunikasi ada hal yang baru
dan diketahui biasanya
beradaptasi juga dijadikan
dengan perbincangan
mereka
dengan
memanfaatkan
hp dan
internet
15 Apakah ada kesusahan Tidak terlalu Dari aku engga sih tidak, namun ketika
ada masalah,
dalam melakukan awal-awal tinggal
mungkin
interaksi dan adaptasi masalahnya disini menjadi
hanya adanya
yang anda rasakan tantangan untuk diri
rasa canggung
ketika bersama teman karena baru saya karena harus
kenal saja.
dan lingkungan sekitar mempelajari dan
anda? beradaptasi dengan
sekitar
16 Bagaimana cara teman - Mereka Setiap orang pasti Kalau dari aku
teman dan lingkungan berusaha beda caranya ya, sekedar basa basi
sekitar anda ketika menyapa dan tapi dapat aja dulu mulai dari
menyabut dan memulai
mencoba diungkapkan dan perkenalan asal
untuk berkomunikasi dan
berkomunikasi disyukuri bahwa daerah dan biasanya
melakukan komunikasi
dengan saya lingkungan saya pada kaget juga
dengan anda?
terlebih sampai saat ini dengan logat yang
dahulu menyambut saya dipake karena ada
dengan hangat dan beberapa aksen
berinteraksi dengan yang beda, emang
baik. itu kadang jadi
ejekan, tapi ga apa
sih
17 Apakah selama anda Iya ada, Untungnya tidak Kalau dari aku
berada dilingkungan baru karena saya
ya, ya kalau ada engga sih, aku
merasa asing
pernah mendapatkan dengan saya cuek aja dan bersikap cuek aja
tekanan saat melakukan lingkungan
tidak dan ga ngehirauin
adaptasi komunikasi?
baru.
mempermasalahkan banget
selagi itu tidak
merugikan saya
18 Apakah ada dari teman - Menurut saya Ada sih pasti, Pastinya ada
teman dan lingkungan tidak karena walaupun ga beberapa yang ga
sekitar anda yang mereka sepenuhnya suka suka sama aku?
menolak kedatangan
bersikap dan sama kedatangan Mungkin dari cara
anda? jika ada?
melakukan aku disini ya, tapi aku berkomunikasi
bagaimana cara anda
interaksi cara aku buat atau cara lainnya,
mengatasi hal tersebut?
dengan saya ngatasinnya ya tapi ya aku santai
seperti biasa bawa santai aja dan ya udah gitu aja
saja. sama lebih ke
diemin aja
19 Apakah ada toleransi Ada Ada walaupun ga Yang aku rasain
yang anda rasa dengan sepenuhnya adaa sih
adanya perbedaan latar
belakang kebudayaan
antara anda dengan teman
- teman dan lingkungan
sekitar anda?
20 Bagaimana tanggapan Biasanya Penasaran, mereka Antusias dan
dan reaksi mereka ketika mereka
penasaran dengan mereka ingin
bertanya
mengetahui anda seperti apa budaya asal saya mengetahui dan
memiliki latar belakang hidup di
seperi bahasa, mempelajari latar
daerah asal
kebudayaan yang berbeda saya. kebiasaan, dll belakang budaya
dengan mereka? terutama daerah saya
“bali” yang sangat
terpandang
21 Apakah anda sebelumnya Tidak karena Pernah, saat saya Pernah, sebenernya
memiliki pengalaman dan saya tidak
ke pontianak ini masih dibali ya
pernah hidup
rasa adaptasi komunikasi merantau selama kurang kadang masih ada
yang sama dengan apa diluar daerah
lebih sebulan. perbedaan anatar
yang anda rasakan dan
saya yaitu
Bali. Cukup banyak logat dan cara
anda alami saat ini ?
adaptasi tapi tetap berbicara antara
saja bagi saya satu kabupaten
menyenangkan dengan lainnya, jadi
melihat hal-hal kalua main ke
baru tempat lain perlu
cukup banyak
adaptasi walaupun
masuh dibali
22 Sebelum menjadi Saya Secara pribadi jadi yang saya rasakan
mahasiswa rantau dan merasakan
jauh lebih mandiri sebagai mahasiswa
bahwa daerah
sesudah menjadi diluar tidak dan dewasa dalam rantau adalah saya
mahasiswa rantau, apa terlalu jauh
menyikapi dapat fokus dengan
saja yang anda rasakan
berbeda
dengan lingkungan. Karena diri saya sendiri,
dan bagaimana cara anda lingkungan
memang salah satu lebih mandiri, lebih
untuk menyatukan asal saya. Ada
beberapa tujuannya adalah dewasa dalam
perbedaan yang
perbedaan
signifikan tersebut agar
grow up. Ya, cara menyikapi suatu
yang saya
bisa tetap menjalankan rasakan tetapi agar tetap bisa hal, dan mampu
saya
hidup seperti biasanya ? menjalani hari- mengatur aktivitas
menerimanya
saja karena hal harinya adalah yang saya lalui.
tersebut
adaptif aja dan Cara menyatukan
memang
kebudayaan mampu mengontrol perbedaan yang
mereka. Lebih
diri dengan baik signifikan adalah
mandiri dan
cara yang saya dengan
lakukan untuk
menumbuhkan rasa
menyatukan
perbedaan ingin tahu yang
yang
tinggi dan bersikap
signifikan
adalah dengan terbuka terhadap
beradaptasi
adanya perbedaan
dengan
lingkungan
baru karena
kita juga harus
memberikan
hormat kepada
kebudayaan
lain dan
karena kita
juga sedang
berada di
daerah yang
berbeda.

Dokumentasi
gambar.1 dokumentasi wawancara informan 1

Gambar.2 dokuentasi wawancara informan 2


gambar.3 dokumentasi wawancara informan 3

Anda mungkin juga menyukai