Abstrak
Pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari adanya alih kode dan campur kode yang
berkaitan dengan kesantunan berbahasa di sekolah sebagai implementasi pendidikan
karakter. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik
rekam, teknik catat, teknik simak libat bebas, dan teknik wawancara. Lokasi penelitian
berada di SMP PGRI 2 Wates sebagai, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, sebagai
sekolah sasaran dalam program Kampus Mengajar 4 Tahun 2022. Sumber data dalam
penelitian ini adalah peristiwa tutur atau komunikasi antara guru dan siswa kelas VII,
VIII, dan IX di SMP PGRI 2 Wates. Hasil penelitian yang diperoleh dalam pembelajaran
di SMP PGRI 2 Wates terdapat alih kode dan campur kode dalam pembelajaran di
kelas dengan menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, penggunaan bahasa
Jawa kepada guru siswa sudah mampu menggunakan Jawa Krama sehingga terdapat
pengaruh terhadap kesantunan berbahasa sebagai implementasi pendidikan karakter
dan penguatan profil pelajar Pancasila. Fungsi kesantunan berbahasa berupa unggah-
ungguh berbahasa Jawa terhadap siswa kepada guru membuat interaksi yang terjadi
saat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan serta nyaman, selain itu keakraban
guru dan siswa mampu terjalin dengan adanya aspek alih kode dan campur kode
dalam pembelajaran di kelas. Pengaruh kesantunan berbahasa dalam pembelajaran
di SMP PGRI 2 Wates tidak terlepas dari budaya Jawa masyarakat Wates yang masih
melekat dengan unggah-ungguh Jawa untuk menghormati orang yang lebih tua atau
orang yang dihormati dalam kesantunan berbahasa Jawa.
Abstract
Learning in schools is inseparable from code switching and code mixing related to
language politeness in schools as the implementation of character education. This
study uses qualitative research using recording techniques, note-taking techniques,
free-involvement listening techniques, and interview techniques. The research location
is in SMP PGRI 2 Wates as, Blitar Regency, East Java Province, as the target school
in the Teaching Campus 4 year 2022 program. The source of data in this study is
speech or communication events between teachers and students in grades VII, VIII,
and IX in SMP PGRI 2 Wates. The results obtained in learning at SMP PGRI 2 Wates
there is code switching and code mixing in classroom learning using Javanese and
Indonesian languages, the use of Javanese language for students' teachers has been
able to use Javanese Krama so that there is an influence on language politeness as
the implementation of character education and strengthening the profile of Pancasila
students. The function of language politeness in the form of uploading Javanese
language to students to the teacher makes the interactions that occur during learning
21
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023)
more fun and comfortable, besides that the intimacy of teachers and students can be
established with the aspects of code switching and code mixing in classroom learning.
The influence of language politeness in learning at SMP PGRI 2 Wates cannot be
separated from the Javanese culture of the Wates community which is still attached to
Javanese uploads to respect older people or people who are respected in Javanese
politeness.
22
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023)
bahasa lain atau dialek satu ke dialek lain dengan berlandaskan unggah-ungguh
yang dilakukan secara sengaja ataupun Jawa di dalam percakapan dengan guru
tidak sadar (Simatupang et al., 2018a). Alih oleh siswa merupakan salah satu
kode adalah gejala peralihan pemakaian implementasi pendidikan karakter yang
bahasa yang disebabkan berubahnya terjadi di lingkup pendidikan (Saddhono &
kondisi situasi. Alih kode dan campur kode Rakhmawati, 2018). Penanaman
sering terjadi di dalam pembelajaran di pendidikan karakter dalam pembelajaran di
kelas, hal ini tidak terlepas dari kondisi kelas dengan penggunaan bahasa yang
masyarakat yang multi bahasa di kegiatan baik dan sesuai dengan penerapannya
masyarakat dalam kegiatan berkomunikasi juga berpengaruh dalam pembentukan
sehari-hari (Sudarja, 2019). Penelitian karakter peserta didik.
terkait berkenaan dengan alih kode dan Bahasa Jawa menjadi salah satu
campur kode pernah dilakukan dengan bahasa pengantar yang digunakan dalam
judul Realisasi Kesantunan Berbahasa pembelajaran di kelas khususnya pada
dalam Interaksi Kelas di Sekolah masyarakat Jawa itu sendiri (Widianto,
Menengah Atas Berlatar Bahasa Jawa 2018). Bahasa Jawa merupakan salah satu
yang mempunyai keterkaitan dalam hal bahasa yang masih digunakan di
ragam bahasa alih kode dan campur kode masyarakat maupun instansi pendidikan,
dalam kegiatan di sekolah (Cahyaningrum selain itu bahasa Jawa salah bahasa yang
et al., 2018). Penelitian terdahulu juga terbanyak penuturnya. Penggunaan
pernah dilakukan dengan judul Tuturan bahasa Jawa di dunia pendidikan tidak
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia lepas dari penerapan pendidikan karakter
(Kajian Sosiolinguistik Alih Kode dan yang ada pada siswa, hal ini dikarenakan
Campur Kode) yang memberikan sebuah bahasa Jawa mempunyai tingkatan bahasa
pembahasan adanya peristiwa atau kesopanan dalam penggunaannya
sosiolinguistik campur kode dan alih kode yang dimulai dari tataran Jawa ngoko,
di pembelajaran bahasa Indonesia yang krama inggil, krama madya (Chotimah et
disebabkan oleh beberapa faktor al., 2019). Ketika orang berbahasa Jawa
(Simatupang et al., 2018). Kebaharuan mesti memperhatikan setiap unggah-
dalam penelitian ini objek pengamatan ungguh atau tingkat tuturan yang berkaitan
yang dilakukan peneliti adalah di sekolahan erat dengan pendidikan karakter, budi
yang berada di pesisir dan belum pernah pekerti, tatakrama, serta kesantunan
dilakukan sebuah penelitian sebelumnya, berbahasa dengan orang yang dihormati
selain itu penelitian berkaitan dengan (Handani, 2022). Pemilihan bahasa Jawa
kesantunan berbahasa ini juga dikaitan dalam bahasa pengantar pendidikan di
dengan pendidikan karakter serta kajian kelas tidak hanya dipengaruhi dari segi
sosiolinguistik di dalam pembelajaran. linguistik tetapi juga faktor lainnya seperti
Penggunaan alih kode dalam sosial dan situasi keadaan (Sundoro et al.,
pembelajaran di kelas sangat berpengaruh 2018).
dalam pemahaman materi yang Kesantunan berbahasa adalah
disampaikan oleh guru kepada peserta salah satu sistem yang memberikan
didik (Putri, 2018). Penggunaan alih kode hubungan interpersonal yang didesain
dalam pembelajaran di sekolah menengah untuk memberikan fasilitas interaksi untuk
pertama dengan penggunaan bahasa ibu meminimalisir adanya pertentangan dalam
dan bahasa kedua dalam pembelajaran. diri manusia (Apriliani et al., 2021).
Penggunaan bahasa Jawa yang halus Demikian halnya bahasa Jawa yang
23
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023)
24
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023)
25
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023)
kepada orang yang lebih tua (Setyawan, Siswa : “Ngapunten (maaf) Bu saya izin
2019). Dalam aspek pengamtan tuturan bertannya tentang maksud materi
tersebut, prinsip kesantunan berbahasa halaman 12 itu bagaimana nggih (ya)
Jawa meliputi prisip andhap asor serta maksudnya?”
kesopanan. Sehingga dalam tuturan Guru : “Ada lagi yang ingin bertannya
tersebut menunjukan bagaimana tentang materi hari ini?”
kesantunan berbahasa menjadi salah satu Siswa : “Mboten (tidak) Bu”
penerapan pendidikan karakter dalam
antara guru dan siswa di kelas.
Penerapan kesantunan berbahasa Siswa : “Bu umpami pembelajaran besok
sebagai implementasi pendidikan karakter nonton film pripun Bu?” (Bu umpama
dapat diamati dari penggunaan bahasa pembelajaran besok melihat film
krama oleh siswa kepada guru. Alih kode bagaimana Bu?)
bahasa Indonesia ke bahasa Jawa dapat Guru : “Iya, pertemuan selanjutnya kita
dilihat dari percakapan guru yang awalnya nonton film yang penting tugasnya itu udah
menggunakan bahasa Indonesia namun selesai dulu”
saat memberi perintah untuk siswa Siswa : “Siap Bu, insyaallah sakniki
menggunakan bahasa Jawa “Ayo gek sampun selesai” (Siap Bu, Insyaallah
ndang lenggah sek anteng rapi”. Penilaian sekarang sudah selesai)
kesantunan berbahasa pada aspek
unggah-ungguh dapat dicermati juga dari Pada tuturan tersebut nampak
segi tuturan bahasa yang digunakan guru adanya campur kode dalam percakapan
saat berinteraksi dengan siswa antara siswa dan guru. Penggunaan
menggunakan bahasa krama inggil dan campur kode membuat guru dan siswa
krama yang mempunyai nilai santun. Hal mampu menjalin komunikasi yang lebih
tersebut disebabkan adanya sikap guru akrab, walupun begitu peserta didik mash
yang menghargai siswa, walaupun saat memperhatikan penggunaan bahasa Jawa
guru menggunakan bahasa ngoko maka krama dalam percakapannya walaupun
guru tersebut memberikan nilai kesantunan sudah akrab dengan gurunya. Selain itu
berbahasa karena menunjukan adanya penggunakan campur kode di dalam
penghargaan guru terhadap siswa. pembelajaran bahasa Indonesia mampu
membuat pembelajaran lebih santai serta
Campur Kode dalam Pembelajaran di menyenangkan. Kesantunan berbahasa
Kelas dalam pembelajaran di SMP PGRI 2 Wates
tidak hanya dilakukan pada pembelajaran
Siswa : “Mohon maaf Ibu, izin dhateng bahasa Indonesia, hal ini sesuai
njedhing riyen nggih” (izin ke toilet dulu pengamatan penulis ternyata siswa juga
ya)? mempunyai kesantunan berbahasa di
Guru : “Iya silahkan” pembelajaran lainnya serta kegiatan yang
Siswa : “Matur nuwun Bu” (terima kasih dilakukan di luar pembelajaran.
Bu) Setelah dilakukan pengamatan
Guru : “Ojo sui-sui ning njedhing” penggunaan campur kode dalam
(jangan lama-lama di toilet) komunikasi tersebut berupa penyisipan
Siswa : “Enggih Bu” dari unsur-unsur yang berwujud frasa,
klausa, dan kata. Perwujudan penyisipan
dari unsur tersebut mempengaruhi maksud
26
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023)
serta tujuan dalam komunikasi antar guru sekolahan. Hal ini dapat diamati saat siswa
serta siswa di dalam kegiatan lewat depan orang yang lebih tua atau
pembelajaran. lewat depan guru, siswa langsung
membungkukan badannya sebagai bentuk
Kesantunan Berbahasa sebagai menghormati orang yang lebih tua.
Implementasi Pendidikan Karakter Maka dapat disimpulkan
dalam Pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP PGRI 2
Penerapan kesantunan berbahasa Wates Kabupaten Blitar sudah
dalam berkomunikasi di pembelajaran memberikan implementasi terhadap
mampu memberikan sebuah rasa santai pendidikan karakter. Kemudian fungsi
serta nyaman saat siswa melakukan kesantunan berbahasa Jawa terhadap
kegiatan pembelajaran di dalam kelas, siswa dan guru atau sebaliknya membuat
selain itu kesantunan berbahasa yang interaksi yang terjadi saat pembelajaran
digunakan siswa kepada guru atau guru bahasa Indonesia menjadi lebih
kepada siswa mampu memberikan menyenangkan
suasana pembelajaran lebih
menyenangkan. Hal ini juga didukung
dengan pendapat bahwasannya SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
kesantunan berbahasa mampu
telah dilakukan dapat disimpulkan adanya
memberikan kelancaran dalam alih kode serta campur kode dalam
menyampaikan sebuah materi atau pembelajaran di SMP PGRI 2 Wates yang
informasi dari guru kepada murid, hal ini meliputi alih kode dari bahasa Indonesia ke
dikarenakan siswa berada pada posisi bahasa Jawa maupun sebaliknya.
yang menyenangkan serta kondusif Terjadinya alih kode dan campur kode di
(Rejeki, 2020). Bahasa santun yang dalam pembelajaran SMP PGRI 2 Wates
mempunyai beberapa faktor penyebab,
ditunjukan guru menjadi salah satu
diantaranya penutur, lawan tutur, topik
implementasi atau contoh konkret adanya pembahasan, serta kondisi lingkungan
penggunaan bahasa yang baik serta masyarakat dalam berkomunikasi.
mendukung adanya penguatan pendidikan Kemudian terdapat hubungan saling
karakter dalam pencapaian profil pelajar berkaitan dengan penggunaan alih kode
Pancasila sebagai insan yang cerdas serta dan campur kode dalam kesantunan
berkarakter. berbahasa yang mengimplementasikan
pendidikan karakter. Beberapa faktor yang
Pengaruh dari penggunaan
menyebabkan adanya campur kode serta
kesantunan berbahasa antara siswa dan alih kode disebabkan adanya hubungan
guru ini tidak terlepas dari adanya faktor keakraban antara siswa dan guru,
sosial yang mempengaruhi, mengingat kemudian adanya situasi kondisi di
dalam kehidupan sehari-hari siswa sering masyarakat. Pengaruh kesantunan
menggunakan bahasa Jawa Krama di berbahasa dalam pembelajaran di SMP
kehidupan masyarakat sebagai bentuk PGRI 2 Wates tidak terlepas dari budaya
Jawa masyarakat Wates yang masih
unggah-ungguh kepada orang yang lebih melekat pada unggah-ungguh Jawa untuk
dihormati atau orang yang lebih tua. menghormati orang yang lebih tua atau
Penerapan kesantunan berbahasa sebagai orang yang dihormati dalam kesantunan
upaya penguatan pendidikan karakter di berbahasa.
pembelajaran juga berpengaruh dalam
sikap atau karakter siswa pada kehidupan UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih peneliti
yang ada di lingkup sekolahan ataupun luar
ucapkan kepada dosen pembimbing yang
27
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023)
28
e-Journal Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Jurusan Sejarah, Sosiologi dan Perpustakaan (Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023)
29