Anda di halaman 1dari 12

TUGAS REKOGNISI

Disusun guna memenuhi Tugas Rekognisi mata kuliah Pengajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah
Dosen pengampu Bapak Chafit Ulya, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Adzkiyah Nur Salsabilah (K1220003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Swasta Islamiyah Pontianak

Adzkiyah Nur Salsabilah1, Sofhiana Putri Kusumawati2, dan Chafit Ulya3


Universitas Sebelas Maret123
Adzkiyahnursal1@studenst.uns.ac.id1, sofhianaputrik@ studenst.uns.ac.id 2,
chafit@staff.uns.ac.id3
Abstract
The independent curriculum is a learning curriculum that refers to a talent and interest
approach. The Independent Curriculum provides freedom for participants in learning
activities where the learning process is autonomous. This research aims to find out how
the Merdeka Curriculum is implemented in Indonesian language learning at the
Pontianak Islamiyah Private Elementary School. The data source used was an interview
with the Indonesian language teacher at the Pontianak Islamic Private Elementary
School. The method used in this research is a descriptive qualitative method with note-
reading techniques. Based on the research that has been carried out, it can be
concluded that the implementation of the Independent Curriculum at the Swasra
Islamiyah Pontianak Elementary School has been carried out well. Students gain more
meaningful experiences in learning.
Keywords: Independent Curriculum, Implementation, Indonesian

Abstrak
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum pembelajaran yang mengacu pada
pendekatan bakat dan minat. Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan bagi peserta
dalam kegiatan pembelajaran yang dimana proses pembelajarannya bersifat otonom.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi Kurikulum
Merdeka pada pembelajaran bahasa Indonesia di SD Swasta Islamiyah Pontianak.
Sumber data yang digunakan adalah wawancara guru bahsa Indonesia SD Swasta
Islamiyah Pontianak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriptif dengan teknik baca catat. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka di SD Swasra
Islamiyah Pontianak sudah terlaksana dengan baik. Peserta didik lebih banyak
mendapatkan pengalaman yang bermakna dalam belajar.
Kata kunci: Kurikulum Merdeka, Implementasi, Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi tanggungjawab suatu negara karena merupakan tonggak
untuk membangun kemajuan negara dan kualitas sumber daya manusia. Menurut Abd
Rahman, dkk (2022), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pada proses penyelenggaraan pendidikan, setiap
komponenen penyusun memiliki peranan penting dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan. Salah satu komponen penting adalah dalam penerapan kurikulum. Adanya
pemilihan kurikulum yang kurang relevan akan berakibat terhadap proses pembelajaran
dan peserta didik. Sejalan dengan Munandar (2017), kebijakan pendidikan yang benar
akan tercermin melalui implementasi kurikulum yang diterapkan, karena “kurikulum
merupakan jantung pendidikan” yang menentukan kelangsungan pendidikan.
Indonesia telah mengalami banyak pergantian model kurikulum yang telah
dikembangkan oleh para ahli. Konsep kurikulum terus berkembang dan berubah dari
tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Hingga pada
saat ini diterapkan sebuah kurikulum baru yang bernama Kurikulum Merdeka.
Kurikulum disusun untuk memudahkan berjalannya proses pendidikan yang ada.
Kurikulum pada umumnya adalah rancangan yang memuat seperangkat mata pelajaran
dan materi yang akan dipelajari, atau yang akan diajarkan guru kepada siswa (Zainuri,
2018).
Menurut Madhakomala, dkk (2022), kurikulum merdeka belajar merupakan
kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Pada
implementasinya, peserta didik diberi kebebasan dalam kegiatan pembelajaran yang
dimana proses pembelajarannya bersifat otonom. Tujuan dari perubahan kurikulum ini
adalah untuk menyesuaikan system pendidikan yang sesauai dengan perekembangan
zaman agar system pendidikan di Indonesia lebih maju dan tidak tertinggal dengan
pendidikan di negara lain. Dengan adanya kurikulum Merdeka, peserta didik diharapkan
berkembang sesuai dengan potensi dan kemampuannya karena dengan Kurikulum
Merdeka makan diperoleh pembelajaran yang kritis, berkualitas, unggul, aplikatif,
ekspresif, variative, dan progresif.
Penerapan pembelajaran dengan basis Kurikulum Merdeka pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di sekolah dasar, yaitu dengan pembelajaran literasi untuk
dikembangkan dalam pembelajaran menyimak, membaca, dan memirsa, menulis,
berbicara, dan mempresentasikan berbagai jenis berbagai penggunaaan bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Namun, dalam upaya implementasi Kurikulum Merdeka tidak
akan langsung dapat berjalan optimal. Apalagi kurikulum tersebut masih bersifat baru
dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, misalnya kesiapan sekolah, guru, dan
peserta didik. Guru sebagai pendidik harus mampu menempatkan dan mendampingi
peserta didik untuk menyesuaikan perubahan kurikulum.
Berdasarkan latar belakang masalah seperti dijelaskan pada pendahuluan di atas
dapat dirumuskan masalah bagaimana implementasi Kurikulum Merdeka khususnya
pada pembelajaran bahasa Indonesia di SD Swasta Islamiyah Pontianak.

METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah strategi
yang mendeksripsikan data secara sistematis, faktual, dan akurat dengan berupaya
menggali kedalaman atau makna lebih mendalam (Kriyantono, 2020: 62). Sumber data
yang digunakan pada penelitian ini, yakni hasil wawancara dengan guru Bahasa
Indonesia di SD Swasta Islamiyah Pontianak. Metode yang digunakan adalah simak dan
catat. Metode simak merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan melalui
menyimak atau mengamati penggunaan bahasa yang diteliti, (Sudaryanto, 2015).
Kemudian, teknik catat dalam pengumpulan data ini, yakni mencatat hasil wawancara
yang diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Makna Merdeka Belajar
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting didalam sebuah
negara. Negara yang memiliki pendidikan baik akan mencerminkan kemajuan negara
tersebut. Kemajuan pendidikan sendiri pada dasarnya didorong oleh sistem pendidikan
yang digunakan. Jika sistem pendidikan menyelaraskan dengan kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman, maka dapat dipastikan pendidikan juga akan maju dan
berkembang dengan baik. Usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan ini juga harus
dilaksanakan secara komprehensif, termasuk membangun aspek moralitas, kepribadian,
keterampilan, pengetahuan, dan perilaku pada setiap individu manusia (Aziz dkk, 2022:
225).
Keterampilan menjadi salah satu aspek penting di dalam kurikulum (Musfiqon,
2020). Dalam kurikulum merdeka, keterampilan peserta didik diasah karena jiwa serta
karakter mereka didorong untuk terus berpikir selama proses merdeka belajar (Anton &
Trisoni, 2022: 529). Kurikulum merdeka pada dasarnya dirumuskan karena faktor
kondisi pendidikan pada saat pra dan pasca pandemi Covid-19. Selain itu, perumusan
kurikulum merdeka juga didasarkan oleh penelitian Programme for International
Student Assessment (PISA) yang menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada skor
70% dibawah kompetensi minimum dalam memahami isi dari sebuah teks atau
mengerjakan konsep matematika dasar. Skor tersebut tidak mengalami peningkatan
selama 10-15 tahun terakhir (Rani dkk, 2023: 79). Oleh karena itu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan merumuskan Kurikulum Merdeka sebagai pembuka jalan untuk
masalah-masalah pendidikan di atas.
Kurikulum merdeka memiliki karakteristiknya tersendiri. Karakteristik utama dari
kurikulum merdeka adalah diantaranya sebagai berikut (1) pembelajaran dilaksanakan
dengan berdasarkan proyek guna mengembangkan soft skill peserta didik yang
disesuaikan dengan karakter pelajar pancasila, (2) fokus kepada materi-materi esensial
agar ada waktu yang cukup untuk melaksanakan pembelajaran yang mendalam kepada
peserta didik, misalnya dalam pembelajaran literasi dan numerasi, (3) fleksibel untuk
guru karena pembelajaran dilakukan sesuai dengan karakteristik masing-masing peserta
didik dan tetap menyesuaikannya dengan konteks muatan lokal yang berlaku
(Idhartono, 2023: 93).
Konsep merdeka belajar yang diterapkan dalam kurikulum merdeka ini
menciptakan suasana belajar baru bagi peserta didik. Peserta didik tidak dibebankan
dalam pencapaian nilai atau skor tertentu. Pembelajaran yang diciptakan pun terkesan
menyenangkan, tanpa beban, dan santai serta dapat memberikan kesempatan luas
kepada peserta didik untuk mengembangkan minat bakatnya masing-masing. Fokus
utama dari kurikulum merdeka sendiri adalah kebebasan berpikir yang kreatif (Rahayu
dkk, 2022). Dengan demikian, merdeka belajar artinya merdeka dalam berpikir, kreasi,
dan inovasi. Untuk mengembangkan konsep merdeka dalam berpikir, guru maupun
peserta didik diharapkan mampu menggunakan metode pembelajaran yang
konstruktivisme. Metode tersebut menjadikan guru sebagai teman bagi peserta didik dan
juga merancang pembelajaran menyenangkan sehingga peserta didik dapat sadar serta
berani dalam menentukan pilihannya sendiri (Mahendra, 2020). Mustaghfiroh (dalam
Widiyono dkk, 2021) mengatakan bahwa merdeka dalam berpikir secara istimewa bisa
menyelaraskan peraturan guna mengembalikan esensi asesmen kegiatan belajar
mengajar. Adapun yang dimaksud dengan merdeka dalam berinovasi yaitu guru
menciptakan pembelajaran-pembelajaran yang inovatif dengan gagasan-gagasan baru
untuk menunjang hasil belajar peserta didik agar tercapai dengan maksimal (Purwadhi,
2019). Konsep merdeka belajar ini sejalan dengan visi serta misi Indonesia di masa
depan yang akan menciptakan manusia berkualitas serta mampu bersaing dalam semua
aspek kehidupan (Sibagariang, Sihotang, & Murniarti: 2021: 89).
Salah satu program yang dicanangkan sebagai bentuk dari konsep merdeka belajar
adalah program sekolah penggerak. Program Sekolah Penggerak adalah suatu inisiatif
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan
fokus pada akselerasi perkembangan sekolah negeri dan swasta, program ini dirancang
untuk menjadikan setiap sekolah sebagai pusat transformasi pendidikan yang dapat
bergerak maju 1-2 tahap lebih cepat (Kemendikbud, dalam Patilima, 2021). Tujuan dari
program tersebut adalah mendorong sekolah-sekolah di Indonesia untuk menghasilkan
generasi yang berkepribadian sebagai pelajar pancasila (Rahayu dkk, 2022). Program
dari merdeka belajar ini awalnya diujicobakan atau diterapkan pada beberapa sekolah
saja. Setelah mengalami pengembangan, akhirnya program sekolah penggerak ini
direncanakan untuk diimplementasikan pada semua sekolah, dengan penyesuaian sesuai
dengan kondisi masing-masing sekolah (Angga dkk, 2022).

2. Prinsip dalam Merancang Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka sejatinya memberikan kebebasan atau keluasan bertindak
kepada guru untuk menciptakan suasana belajar yang berdasarkan terhadap proyek
sehingga terciptanya pembelajaran aktif serta adaptif. Dalam menciptakan suasana
belajar yang diarahkan oleh kurikulum merdeka tersebut, guru harus memperhatikan
metode, model, pendekatan, serta strategi pembelajaran yang sesuai. Menurut Eka
Prihatin (dalam Mahmudi, 2023: 173), prinsip dari merancang kurikulum merdeka
adalah sebagai berikut:
a. Relevan. Artinya kurikulum merdeka harus sesuai, sepadan, dan serasi dengan
program-program pendidikan dalam tuntutan kehidupan.
b. Efektivitas. Efektivitas yang difokuskan disini adalah efektivitas guru dalam
mengajar dan efektivitas peserta didik dalam belajar selama penerapan
kurikulum merdeka di sekolah.
c. Efisien. Efisien yang difokuskan disini adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan tenaga, waktu, biaya, hingga peralatan. Segala hal tersebut harus
dipersiapkan sedemikian rupa agar pendidikan berjalan dengan efisien.
d. Kontinuitas. Kontinuitas disini maksudnya adalah adanya keterkaitan antara satu
bidang studi dengan bidang studi lainnya, atau di dalam satu jenjang bidang
studi.
e. Fleksibilitas. Fleksibilitas yang dimaksudkan disini merupakan segala hal
mengenai kebebasan peserta didik dalam memilih program belajar, serta
kebebasan guru dalam memilih serta meningkatkan program mengajar.
Perancangan sebuah kurikulum memang harus dirumuskan terlebih dahulu agar
ada fondasi, tujuan, dan pegangan yang dipakai selama proses perancangan kurikulum
dilakukan. Seperti yang disebutkan oleh Mahmudi (2023: 173), prinsip perancangan
kurikulum dipakai untuk mengambil keputusan mengenai desain kurikulum yang akan
digunakan dan metode dalam merancang kurikulum. Oleh karena itu, proses
merumuskan rancangan kurikulum maupun hasilnya perumusannya nanti harus sesuai
dengan prinsip yang telah ditetapkan.

3. Capaian Pembelajaran (CP) Kurikulum Merdeka


Capaian Pembelajaran (CP) merupakan rangkaian wawasan, kecakapan, dan
tingkah laku yang diharapkan peserta didik kuasai pada setiap fase pembelajaran
(Barlian, Solekah, Rahayu, 2022: 5). Capaian pembelajaran ini diperoleh dari kegiatan
intrakurikuler serta pelaksanaan projek di sekolah. Berdasarkan Keputusan Mendikbud
Ristek Nomor 262/M/2022, capaian pembelajaran kurikulum merdeka mata pelajaran
bahasa Indonesia untuk siswa jenjang SD/MI terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase A
(kelas I dan II), fase B (kelas III dan IV), serta fase C (kelas V dan VI). Mustadi dkk
(2021: 83) dalam bukunya menjabarkan kompetensi dari setiap fase, diantaranya
sebagai berikut:
a. Fase A difokuskan terhadap kemampuan berkomunikasi dan bernalar dengan
teman sejawat dan orang dewasa. Peserta didik juga mampu dalam berdiskusi
dan menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tulisan dengan kata-kata
serta sikap yang baik.
b. Fase B pada dasarnya hampir sama dengan fase A, namun ditambahkan fokus
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi sebuah teks. Peserta didik
juga memiliki kemampuan menguasai kosa kata baru lewat berbagai macam
kegiatan bahasa dan sastra. Pada fase ini peserta didik sudah lancar dalam
membaca.
c. Pada fase C, peserta didik memiliki kemampuan komunikasi dan bernalar yang
sesuai dengan konteks sosial. Peserta didik memperlihatkan minat terhadap teks
serta mampu mempresentasikan informasi yang didapat. Peserta didik juga
mampu menulis, menyampaikan pendapat, dan mempunyai kebiasaan membaca
untuk menambah pengetahuan.

4. Implementasi Kurikulum Merdeka di SD Swasta Islamiyah Pontianak


Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama guru Sekolah Dasar Swasta
Islamiyah di Pontianak, Kalimantan Barat, hasil yang didapatkan terdiri dari sepuluh
aspek, diantaranya sebagai berikut:
a. Definisi Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka dipahami sebagai penindaklanjutan dari kurikulum
KTSP. Hal ini karena kurikulum merdeka hampir sama dengan KTSP dilihat
dari konsep pengajaran dan timbal balik yang dirasakan oleh peserta didik.
Dalam kurikulum merdeka, guru dibebaskan dalam mengajar, maksudnya
adalah guru tidak dibebankan terlalu besar dalam menuntaskan materi
pembelajaran dalam waktu yang terbatas. Berbeda dengan kurikulum 2013
atau K13 yang mengharuskan guru menyelesaikan satu materi dalam waktu
yang terbatas, sehingga guru maupun peserta didik seakan dikejar oleh
materi. Dalam kurikulum merdeka ini pembelajaran lebih santai. Selain itu, di
kurikulum merdeka, guru dapat mengajar sesuai dengan kemampuan masing-
masing peserta didik. (Novita Dian Lesmana, dalam wawancara dengan
peneliti).
b. Implementasi Kurikulum Merdeka di SD Swasta Islamiyah Pontianak
Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan kurikulum merdeka di SD
Swasta Islamiyah Pontianak baru dilaksanakan pada kelas 1 dan 4. Sedangkan
kelas lainnya masih menggunakan kurikulum 2013 atau K13. Proses
pembelajaran pada kelas yang menggunakan kurikulum merdeka berjalan
secara bebas, misalnya tidak lagi dikejar target penyelesaian materi dalam
waktu yang telah singkat. Selain itu, penerapan yang dilakukan adalah
pembelajaran berbasis studi kasus, yaitu dengan kegiatan Proyek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5), sehingga peserta didik akan mendapatkan
pengalaman yang lebih bermakna dalam belajar.
Salah satu kegiatan yang menjadi bentuk nyata dari kurikulum merdeka
adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan penguatan, pendalaman, dan
pengayaan mata pelajaran yang sudah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler
di kelas agar tercapainya karakteristik peserta didik yang sejalan dengan
profil pelajar Pancasila (Qomariyah, Hasanah, & Putri, 2022: 186).
Pelaksanaan P5 di SD Swasta Pontianak sudah berjalan mulai dari awal
digunakannya kurikulum merdeka. Kegiatan yang dilaksanakan berupa
proyek membuat seni kreasi dari barang bekas dan seni tari.
Terdapat perbedaan yang ditemukan dalam penamaan atau sistem mata
pelajaran yang dilaksanakan antara kurikulum merdeka dengan kurikulum
2013. Pada kurikulum merdeka, mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya
(SBDP) membebaskan peserta didik memilih diantara seni tari, seni rupa, seni
musik, atau seni teater. Selanjutnya mata pelajaran IPA dan IPS digabung
menjadi IPAS. Selain itu, mata pelajaran bahasa Inggris juga ditiadakan
karena dari ketetapan kurikulum merdeka mata pelajaran bahasa Inggris
merupakan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) diubah menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN).
Penetapan jam proses belajar mengajar juga berbeda jika dibandingkang
dengan kurikulum 2013 atau K13. Pada kurikulum merdeka, pembelajaran
hanya dilaksanakan selama 4 jam pelajaran dalam 1 minggu dengan 3 jam
proses belajar mengajar dan 1 jam kegiatan proyek. Selain itu, jam pelajaran
juga ditetapkan per tahun. Struktur kurikulum merdeka mengatur 20-30% jam
pelajaran dipakai untuk meningkatkan karakter profil pelajar Pancasila bagi
setiap peserta didik (Sadieda dkk, 2022: 56).
Pada kurikulum merdeka, guru dituntut untuk menghasilkan
pembelajaran yang menyenangkan dan kreatif. Agar bisa menciptakan
suasana pembelajaran yang kreatif itu, guru perlu mempersiapkan modul ajar
yang kreatif pula. Dalam implementasi kurikulum merdeka di SD Swasta
Islamiyah Pontianak, guru-guru mempersiapkan modul ajar yang kreatif
dengan cara memanfaatkan teknologi di sekolah. Teknologi seperti proyektor,
PPT, alat peraga, media, chromebook, dan lain sebagainya banyak mengambil
peran selama proses belajar mengajar dilaksanakan. Buku atau modul yang
awalnya digunakan sebagai sumber pembelajaran utama, pada kurikulum
merdeka ini menjadi sumber pendamping. Selama proses kurikulum merdeka
ini sumber pembelajaran menjadi lebih variatif karena guru memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran.
Kurikulum merdeka yang mengadopsi perkembangan zaman termasuk
juga dalam hal teknologi tentunya menuntut setiap guru untuk melek dalam
hal teknologi. Pelaksanaan kurikulum merdeka di Sekolah Dasar Swasta
Islamiyah Pontianak memang termasuk baru diimplementasikan, namun
beberapa guru sudah mengenal dekat dengan perangkat-perangat teknologi
belajar. Teknologi dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting
keberadaannya karena bisa membentuk budaya dlaam sekolah serta bisa
mendukung perubahan kurikulum merdeka yang berkembang pesat (Nugroho
dkk, 2022).
c. Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Implementasi kurikulum merdeka pada pembelajaran bahasa Indonesia
di SD Swasta Islamiyah dilakukan pada kelas 1 dan 4. Pada kelas bawah,
guru lebih banyak melakukan pengenalan terhadap huruf-huruf abjad. Guru
mengajar secara intensif dengan masing-masing siswa karena dalam
kurikulum merdeka ini pembelajaran dilakukan berdasarkan karakteristik
masing-masing siswanya. Pada kelas bawah, guru juga menekankan
pembelajaran menulis serta melatih dalam berbicara dan merangkai kalimat.
Dalam hal ini guru menyuguhkan sebuah gambar yang akan diidentifikasi
oleh peserta didik, kemudian peserta didik mengekspresikan segala hal yang
ada di dalam pikirannya terkait gambar tersebut. Penerapan mata pelajaran
bahasa Indonesia di SD Swasta Islamiyah ini sudah sesuai dengan capaian
pembelajaran kurikulum merdeka fase A untuk siswa kelas 1 dan 2 dimana
peserta didik diberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan secara
lisan maupun tulisan serta dapat mengikuti kegiatan diskusi bersama guru dan
teman sejawat (Wali Kelas 1, dalam wawancara dengan peneliti).
Pada pembelajaran bahasa Indonesia kurikulum merdeka kelas atas,
peserta didik lebih difokuskan terhadap pemahaman soal-soal dalam bentuk
teks dan penalaran. Hal ini sesuai dengan capaian pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia kurikulum merdeka fase B dimana peserta didik
diharuskan mempunyai kemampuan komunikasi dan bernalar, mampu
memahami teks berisi informasi atau gagasan, serta penguasaan kosa kata dan
mampu membaca secara lancar dan fasih (Wali Kelas 4, dalam wawancara
dengan peneliti).

d. Kekurangan dan Kelebihan Kurikulum Merdeka


Peralihan pembelajaran yang awalnya menuntut guru untuk banyak
melakukan metode ceramah di kurikulum 2013 menjadi pembelajaran
berbasis proyek tentunya menciptakan sebuah perbedaan yang perlu di
adaptasi oleh guru-guru di sekolah. Hal ini perlu dilakukan karena
keberhasilan belajar seorang peserta didik ditentukan oleh kemampuan atau
potensi gurunya dalam mengajar. Apabila seorang guru dapat mengadaptasi
dan mengatasi kendala-kendala yang ditemukan selama peralihan kurikulum
ini, maka dapat dipastikan kurikulum merdeka akan berjalan secara optimal
(Melani & Gani, 2023: 28).
Kekurangan atau kendala yang ditemukan selama guru megajar
menggunakan kurikulum merdeka ini yaitu peserta didik harus benar-benar
paham terhadap materi pembelajaran. Pada kurikulum merdeka ini guru
memang tidak dibebankan dengan ketuntasan sebuah materi ajar, namun
peserta didik harus benar-benar paham akan materi maupun contoh-contoh
soal yang diajarkan tersebut. Kurikulum merdeka ini sejatinya lebih fokus
terhadap pemahaman peserta didik, tidak seperti kurikulum 2013 yang lebih
fokus terhadap materi ajar. Selain itu, selama penerapan kurikulum merdeka
ini guru lebih banyak membuat kegiatan yang berbasis pada proyek, sehingga
memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga dalam mengaplikasikannya.
Kegiatan pembelajaran juga harus lebih kreatif. Dengan demikian guru
dibebankan lebih banyak dalam hal menyiapkan pembelajaran dan kegiatan-
kegiatan lain. Hal tersebut juga menjadi problematika yang ditemukan guru
selama pengimplementasian kurikulum merdeka ini. Pada pelaksanaan
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) misalnya, guru memerlukan waktu
dan tenaga untuk lebih mengoptimalkan kegiatan tersebut di samping
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran lainnya. Sehingga pelaksanaan
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di SD Swasta Islamiyah ini belum
terlalu dimaksimalkan akibat kurangnya waktu dan tenaga yang diperlukan.
Kelebihan dari penerapan kurikulum merdeka di SD Swasta Islamiyah
Pontianak ini adalah guru tidak terlalu dibebankan terhadap ketuntasan
materi. Selain itu, pembelajaran juga terkesan lebih santai, menyenangkan,
dan tidak dikejar materi. Peserta didik lebih banyak mendapatkan pengalaman
yang bermakna dalam belajar. Keterampilan maupun pemahaman yang
didapatkan peserta didik juga menjadi lebih terasah (Novita Dian Lesmana,
dalam wawancara dengan peneliti).

KESIMPULAN
Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting untuk kemajuan dan
perkembangan masyarakat dalam sebuah negara. Dengan adanya pendidikan yang
berorientasi terhadap perkembangan zaman dan teknologi, kemajuan dalam hal
pendidikan akan terlaksana dan berjalan dengan yang diinginkan. Konsep
pengembangan kurikulum baru yang dicetuskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 2020 silam memberikan banyak perubahan yang harus diadaptasi setiap
sekolah, termasuk juga Sekolah Dasar Swasta Islamiyah di Pontianak, Kalimantan
Barat. Banyak hal yang ditemukan selama peralihan kurikulum tersebut, mulai dari
kendala, kelebihan, bentuk implementasi, dan lain sebagainya. Guru, sebagai pecetus
utama dan pengemban tugas mengimplementasikan kuriulum merdeka di sekolah perlu
berupaya lebih agar kurikulum merdeka terlaksana dengan semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

Angga, A., Suryana, C., Nurwahidah, I., & Hernawan, A. H. (2022). Komparasi
Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar
Kabupaten Garut. Jurnal Basicedu, 6(4). https://doi.org/5877–5889.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3149

Anton, & Trisoni, R. (2022). Konstribusi Keterampilan 4c Terhadap Projek Penguatan


Propil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(3),
528–535. https://doi.org/10.47709/educendikia.v2i3.1895

Aziz, F. Z., Setiawan, F., Hariadi, D., & Setianingsih, F. N. (2022). Transformasi
Kebijakan Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sebagai Landasan Pengelolaan
Pendidikan. Attractive : Innovative Education Journal, 4(2), 217–228.
https://doi.org/doi.org/10.51278/aj.v4i2.438

Barlian, U. C., Solekah, S., & Rahayu, P. (2022). IMPLEMENTASI KURIKULUM


MERDEKA DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN. JOEL Journal
of Educational and Language Research, 1(12), 1–52.
https://doi.org/10.21608/pshj.2022.250026
BP, A. R., Munandar, S. A., Fitriani, A., Karlina, Y., & Yumriani. (2022). Pengertian
Pendidikan, Ilmu Pendidikan. Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam,
2(1), 1-8.

Idhartono, A. R. (2022). Literasi Digital Pada Kurikulum Merdeka Belajar Bagi Anak
Tunagrahita. Devosi : Jurnal Teknologi Pembelajaran, 12(2), 91–96.
https://doi.org/10.36456/devosi.v6i1.6150

Kemendikbudristek. (2022). Keputusan Mendikbudristek Nomor 262/M/2022 Tentang


Perubahan Atas Keputusan Mendikbudristek Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Keputusan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor
262/M/2022, 1–108.

Mahendra, A. O. Y. (2020). Musik Keroncong Sebagai Implementasi Konsep Merdeka


Belajar. Seminar Nasional Seni dan Desain 2020, 33–41.
https://www.neliti.com/id/publications/333142/

Mahmudi, M. (2023). Kapita Selekta Pendidikan Isu Aktual Pendidikan. Yogyakarta:


Deepublish Digital.

Melani, A., & Gani, E. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMP Negeri 16 Padang. Educaniora: Journal of Education
and Humanities, 1(2), 23–32.
https://doi.org/doi.org/10.59687/educaniora.v1i2.2820

Musfiqon, D. H. (2020). Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013.


Nizamia Learning Center.
http://repo.iainbatusangkar.ac.id/xmlui/handle/123456789/18743

Mustadi, A., Purnanto, A. W., Sayekti, O. M., & Andini, N. A. (2021). Bahasa dan
Sastra Indonesia SD Berorientasi Kurikulum Merdeka. Yogyakarta: UNY Press.

Nugroho, I. A., Megawati, I., & Amalia, S. (2022). Peran Teknologi Pendidikan dalam
Membentuk Budaya Sekolah di Era Merdeka Belajar. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2022

Patilima, S. (2022). Sekolah Penggerak Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas


Pendidikan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar, 0(0), 228–236.
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/PSNPD/article/view/ 1069

Purwadhi, P. (2019). Pembelajaran Inovatif dalam Pembentukan Karakter Siswa.


Mimbar Pendidikan, 4(1), 21–34.
https://doi.org/https://doi.org/10.2121/mp.v4i1.1117

Qomariyah, R. S., Hasanah, P. S. N., & Putri, T. F. (2022). Meningkatkan Karakter


Pelajar Pancasila Pada Siswa Melalui Program P5 Tari Kreasi. Jurnal Pendidikan,
Sians, Dan Teknologi, 1(2), 185–190.
https://doi.org/doi.org/10.47233/jpst.v1i2.314

Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini. (2022).
Implementation of Independent Curriculum in Driving School. Jurnal Basicedu,
6(4), 6313–6319. https://doi.org/doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237

Rani, P. R. P. N., Asbari, M., Ananta, V. D., & Alim, I. (2023). Kurikulum Merdeka:
Transformasi Pembelajaran yang Relevan, Sederhana, dan Fleksibel. JISMA :
Journal of Information System and Management, 02(06), 78–84.
https://doi.org/doi.org/10.4444/jisma.v2i6.736

Sadieda, L. U., Wahyudi, B., Dwi Kirana, R., Kamaliyyah, S., & Arsyavina, V. (2022).
Implementasi Model Blended Learning Pada Pembelajaran Matematika Berbasis
Kurikulum Merdeka. JRPM (Jurnal Review Pembelajaran Matematika), 7(1), 55–
72. https://doi.org/10.15642/jrpm.2022.7.1.55-72

Sibagariang, D., Sihotang, H., & Murniarti, E. (2021). Peran Guru Penggerak Dalam
Pendidikan Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan, 14(2),
88–99. https://doi.org/doi.org/10.51212/jdp.v14i2.53

Widiyono, A., & Millati, I. (2021). Peran Teknologi Pendidikan dalam Perspektif
Merdeka Belajar di Era 4.0. Journal of Education and Teaching (JET), 2(1), 1–9.
https://doi.org/https://doi.org/10.51454/jet.v2i1.63
Tugas Rekognisi MBKM Mata Kuliah Bahasa Indonesia (Membuat Artikel Opini)
Dosen pengampu: Chafit Ulya, S.Pd., M.Pd.
Nama: Adzkiyah Nur Salsabilah (K1220003)

Link:
https://www.kompasiana.com/adzkiyahnursalsabilla7292/657bd828de948f0d9b19a434/
kurikulum-merdeka-di-sekolah-dasar

Anda mungkin juga menyukai