Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang

cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan

harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa.

Kemajuan bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan

yang baik.

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu

peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang

menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemamouan

analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Fungsi utama bahasa adalah

sebagai alat komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi. Bahasa

dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi melalui lisan (bersifat primer) dan

tulisan (bersifat sekunder). Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan

alam sekitarnya (Kohar, 2020:54).

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, sekaligus mengembangkan
1
2

kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Mengingat fungsi bahasa Indonesia adalah

sebagai alat komunikasi maka keikutsertaan peserta didik dalam latihan

komunikasi itu amat penting, saat di kelas maupun saat pembelajaran di luar

kelas. Jadi, pola pikirnya adalah bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia berpusat

pada siswa. Pembelajaran Bahasa Indonesia harus menekankan kemampuan

berbahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini peserta didik dimungkinkan untuk

memeroleh kemampuan berbahasanya dari bertanya, menjawab, menyanggah, dan

beradu argumen dengan orang lain di dalam masyarakat bahasanya. Fungsi

komunikasi inilah yang merupakan karakteristik bahasa Indonesia (Kohar,

2020:55).

Pemerintah dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia No.65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar

dan menengah menjelaskan bahwa dalam mengimplementasikan proses

pembelajaran di Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan harus diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan. Berdasarkan

tujuan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa hasil pembelajaran Bahasa

Indonesia dari waktu ke waktu terus bisa beradaptasi dan mengalami peningkatan

hasil belajar.

Hasil belajar berdasarkan data dari Puspendik Kemendikbud dari tahun

2016 sampai dengan 2019, hasil capaian nilai Ujian Nasional (UN) Bahasa

Indonesia jenjang SMK di Kabupaten Indramayu menunjukan adanya perubahan


3

dari waktu ke waktu. Perubahan yang terjadi bukan kenaikan yang terus menerus,

tetapi ada penurunan dan kenaikan hanya pada tahun 2019. Adapun data rata-rata

nilai ujian nasional SMK tersebut yaitu, pada tahun 2016 nilai rerata UN Bahasa

Indonesia yaitu 61,25; Nilai rerata UN Bahasa Indonesia tahun 2017 mengalami

penurunan, yaitu 60,06; Nilai rerata UN Bahasa Indonesia tahun 2018 mengalami

penurunan, yaitu 59,52; dan Nilai rerata UN Bahasa Indonesia tahun 2019

mengalami kenaikan 3%, yaitu 61,54. Berdasarkan data nilai hasil UN mata

pelajaran Bahasa Indonesia tersebut, penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya

alternatif baru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Adapun alternatif

pembelajaran baru yang penulis buat yaitu seputar pembelajaran teks debat pada

siswa kelas X SMK. Dari alternatif ini, penulis berharap bisa memberikan

kontribusi untuk meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya teks

debat.

Dari hasil paparan nilai rerata UN mata pelajaran Bahasa Indonesia pada

paragraf di atas penulis menyimpulkan ada beberapa faktor penyebab tersebut dan

dikutip dari kompas.com, ada dua penyebab kuat terjadinya penurunan rerata nilai

UN, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Faktor norma, untuk UN 2018, memang dimasukan beberapa soal

dengan standard yang lebih tinggi disbanding UN tahun 2017.

Kesulitan ini tanpak dialami oleh siswa-siswa di 50% sekolah,

ditunjukan dengan rerata nilai UN yang menurun. Tapi, 50%

sekolah lainnya mengalami kenaikan

2. Faktor perubahan moda ujian, pengaruh kedua ini dianggap paling


4

besar yakni perubahan dari Ujian Nasional Berbasis Kertas Pensil

(UNKP) ke Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Sekolah-

sekolah yang semula UNKP dan berubah ke UNBK mengalami

penurunan nilai (terkoreksi) sangat signifikan. Sekolah-sekolah

dengan indeks integritas rendah (IIUN 2017) secara rerata

terkoreksi nilainya (menurun) sebesar 39 poin. Bahkan ada

beberapa sekolah yang rerata nilai UN-nya turun hampir 50 poin.

Jika dikorelasikan berdasarkan tujuan belajar menurut Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.65 Tahun 2013 tentang

standar proses pendidikan dasar dan menengah menjelaskan bahwa dalam

mengimplementasikan proses pembelajaran di Kurikulum 2013 dan hasil rerata

capaian ujian nasional dari tahun 2016 sampai dengan 2019 menunjukan bahwa

hasil pembelajaran Bahasa Indonesia masih belum tercapai seperti yang

diharapkan. Berdasarkan temuan tersebut, perlu adanya upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan tersebut.

Upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut diharapkan dapat menaikan

harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk itu, pembaharuan pendidikan di

Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif

terhadap perubahan zaman.

Telah terjadi pergeseran orientasi materi pembelajaran Bahasa Indonesia

begitu kurikulum 2013 diberlakukan, yakni dari materi-materi keterampilan

berbahasa pada kurikulum 2006 (KTSP) menjadi materi-materi yang berbasis teks

pada kurikulum 2013. Pergeseran tersebut tentunya berimplikasi pada


5

pengetahuan dan keterampilan setiap guru dalam proses pembelajarannya.

Keterbatasan referensi untuk mengembangkan materi-materi tersebut merupakan

salah satu kendala yang dihadapi guru Bahasa Indonesia selama ini di dalam

mengimplementasikan kurikulum tersebut secara benar dan komprehensif.

Pergantian kurikulum (Bahasa Indonesia) selalu membawa perubahan

pada materi-materinya. Demikian pula pemberlakuan kurikulum 2013 SMA.

Kurikulum tersebut memunculkan materi-materi baru yang sebelumnya relatif

tidak dikenal. Materi yang dimaksud berupa jenis-jenis teks, seperti Laporan Hasil

Observasi (LHO), eksposisi, anekdot, cerita rakyat, negosiasi, debat, biografi, dan

kritik sastra/esai. Sementara itu, di dalam KTSP hanya dikenal beberapa teks saja.

Beberapa teks tersebut kembali dipalajari dalam kurikulum sekarang, seperti

berita, puisi, cerpen, dongeng, surat, ulasan, dan pidato; namun dalam fokus

pembahasan yang berbeda.

Pembelajaran pada kurikulum 2013 berpusat pada peserta didik (student

centre). Artinya, segala kegiatan tersebut harus berpusat pada peserta didik

dengan memerhatikan karakteristik dan kebutuhan pembelajaran. Salah satu hal

yang diperhatikan dalam pemusatan pembelajaran tersebut adalah pemenuhan

kebutuhan sumber belajar, sebab sumber belajar dapat memungkinkan siswa

mendapat ilmu pengetahuan baik saat di dalam atau di luar jam sekolah. Sumber

belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang

diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar

secara individual. Apabila peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran secara

individual maka akan memudahkan pihak guru dan peserta didik itu sendiri yang
6

mana terdapat sumber belajar yang bermacam-macam. (Prastowo, 2017:2).

Jumlah dan bentuk sumber belajar yang beragam akan mempermudah

proses pembelajaran dengan berorientasi pada peserta didik. Dengan begitu,

peserta didik tidak hanya mendapat pengajaran dari guru di sekolah, tetapi

dapat pula belajar dari sumber-sumber yang lain. Sumber belajar yang

dimaksud adalah bahan ajar.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih memaksa peserta didik

dan guru untuk mendapat sumber belajar lain selain buku yang biasa

disediakan dalam setiap proses belajar. Menurut Mulyasa (2017:15) bahwa

Pendidikan dan teknologi didayagunakan untuk memengaruhi pola, dan sikap

serta gaya hidup masyarakat, guna meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraannya. Hal ini penting, terutama untuk mengatasi berbagai

ketimpangan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi maupun pendidikan;

karena perkembangan teknologi, terutama tekonologi komunikasi dan

informasi semakin lama semakin pesat dan semakin otonom.

Beberapa bulan terakhir ini banyak sekolah-sekolah yang menerapkan

sistem pembelajaran daring (online) tidak terkecuali juga dengan perguruan tinggi

karena dampak wabah yang melanda dan belum ada titik terang akan

kesudahannya. Hal ini sangat berdampak bagi perkembangan atau kemampuan

siswa khususnya dalam bahasa lisan (debat).

Debat merupakan suatu ajang diskusi yang bersifat terbuka atau umum

yang bertujuan mencapai kemenangan dari salah satu pihak. Debat dapat di

saksikan di layar televisi, contohnya debat calon presiden dan calon wakil
7

presiden yang berlangsung pada saat pesta demokrasi kemarin. Selain itu, debat

antarmahasiswa juga sering diadakan dan dapat disaksikan secara langsung oleh

para mahasiswa, salah satu lembaga yang masih menyelenggarakan acara ini ialah

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Di samping itu, dalam

jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

sering sekali menggunakan tes dalam bentuk debat untuk calon kandidat ketua

osis dengan cara memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan visi dan misi

mereka.

Debat merupakan salah satu materi ajar yang terdapat dijenjang Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang bertujuan

untuk mengasah suatu keterampilan yaitu keterampilan berbicara. Melalui

pembelajaran debat siswa diharapkan mampu menyampaikan ide-ide, gagasan,

pikiran kepada teman dan gurunya. Debat adalah saling adu argumentasi antar

pribadi atau antar kelompok manusia dengan tujuan mencapai kemenangan satu

pihak.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa debat ialah suatu

kegiatan adu argumentasi antara dua pihak yang bertujuan mencapai suatu

kemenangan salah satu pihak. Maka, seharusnya siswa sudah terampil berbicara

dan terampil berdebat. Jika dilihat dari kompetensi dasar (KD) SMA/SMK kelas

X yaitu, KD 4.13 Mengembangkan permasalahan/isu dari berbagai sudut pandang

yang dilengkapi argumen dalam berdebat. Siswa kelas X SMA harus

mempraktikkan debat disertai dengan argumen yang jelas.


8

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penulis tentang teks debat,

yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Eva Sivana Dewi dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Berbicara dengan Metode Debat Siswa Kelas X MA Al-

Aziziyah Kapek Gunung Sari” pada tahun 2017.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aprila dengan judul “Pembelajaran

Menganalisis Teks Debat Berorientasi pada Permasalahan dan Argumentasi

Menggunakan Metode Inkuiri pada Siswa Kelas X SMA Pasundan 1

Cimahi Tahun Pelajaran 2016/2017” tahun 2017.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Endang Dwi Sulistyowati dengan judul

“Pengembangan Bahan Ajar Materi Debat dengan Metode Role Flaying

pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas” pada tahun 2018.

Beberapa judul penelitian ini relevan dengan penelitian yang peneliti

lakukan, yaitu terletak pada variabel terikatnya yaitu teks debat.

Dari paparan di atas penulis tertarik untuk melakukan pengembangan

mengenai bahan ajar Bahasa Indonesia dengan judul “Pengembangan Bahan

Ajar Teks Debat untuk Siswa Kelas X SMK”. Adapun harapan yang ingin

didapat yaitu memudahkan peserta didik dalam proses belajar serta memberikan

referensi kepada guru tentang bahan ajar teks debat.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan, maka masalah

yang dihadapi adalah sebagai berikut:


9

1. Guru lebih banyak berbicara tentang Bahasa dari pada melatih

kemampuan berbicara siswa di masa pandemi ini.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering diberikan secara teoritis

yang mengakibatkan kemampuan Bahasa siswa kurang.

3. Bahan ajar dan atau modul pembelajaran yang ada kurang menggali

kemampuan berbicara siswa khususnya dalam konteks debat.

4. Rendahnya motivasi siswa dalam mengasah kemampuan berbicara

terkait dengan pembelajaran teks debat.

5. Hasil capaian rerata nilai ujian nasional Bahasa Indonesia jenjang

SMK mengalami peningkatan?

I.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka masalah yang akan

dibahas hanya seputar pengembangan bahan ajar guna meningkatkan kemampuan

atau keterampilan siswa dalam berbicara, khususnya teks debat.

I.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang di atas, maka rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut:

1. Apakah bahan ajar teks debat yang penulis susun layak diterapkan

pada siswa kelas X SMK?

2. Apakah penyajian atau kegiatan pembelajaran yang penulis susun

layak digunakan pada pembelajaran teks debat siswa kelas X SMK?


10

3. Apakah modul layak digunakan sebagai media pembelajaran teks

debat?

I.5 Tujuan Penelitian

Bersadarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian

pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendesain bahan ajar teks debat yang efektif diterapkan

pada siswa kelas X SMK.

2. Untuk menyusun kegiatan pembelajaran yang layak digunakan

pada pembelajaran teks debat siswa kelas X SMK.

3. Untuk membuat bahan ajar (modul) yang layak digunakan pada

pembelajaran teks debat siswa kelas X SMK.

I.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penyusunan dan pengembangan bahan ajar teks debat pada

siswa kelas X di SMK diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Secara Teoritis

Melalui penyusunan dan pengembangan bahan ajar teks debat ini

diharapkan dapat memberikan referensi acuan dalam pembelajaran teks

debat pada siswa kelas X di SMK serta akan mengembangkan kemampuan

siswa dalam memahami teks debat dan mampu mengimplementasikannya.

2) Secara Praktis
11

a. Bagi guru

Dapat dijadikan referensi atau tambahan untuk menunjang proses

belajar mengajar teks debat di kelas X.

b. Bagi siswa

Dapat meningkatkan kemampuan atau memudahkan pemahaman

siswa terhadap teks debat serta menjadi alternatif pembelajaran.

c. Bagi peneliti

Dapat memeroleh gambaran mengenai hasil pembelajaran teks

debat pada siswa kelas X di SMK.

d. Bagi sekolah

Dapat dijadikan arsip serta acuan dalam proses pembelajaran guna

meningkatkan hasil pembelajaran.

e. Bagi peneliti lain

Hasil ini dapat dijadikan bahan pembanding atau tambahan

pengetahuan tentang materi ajar yang akan digunakan untuk

pembelajaran teks debat atau referensi penelitian yang sejenis.

I.7 Definisi Operasional

Adapun uraian definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Pengambangan Bahan Ajar

Menurut Nunan (1991) pengembangan bahan ajar adalah proses

pemilihan, adaptasi, dan pembuatan bahan ajar berdasarkan kerangka


12

acuan tertentu. Jadi, bahan ajar dapat didefinisikan sebagai uraian yang

sistematik berkait dengan latihan dan teknik yang digunakan dalam

pengajaran di kelas. Ini mencakup buku ajar, paket audivisual, permainan,

dan kegiatan lain yang digunakan dalam pemelajaran di kelas.

Menurut Lestari (2013:2) Bahan ajar akan lahir dari sebuah rencana

pembelajaran yang dibuat oleh guru. Pada prinsipnya, semua buku dapat

dijadikan sebagai bahan belajar bagi siswa, hanya saja yang membedakan

bahan ajar dari buku lainnya adalah cara penyusunannya karena

didasarkan atas kebutuhan pembelajaran yang diinginkan siswa dan belum

dikuasai siswa dengan baik. Pengembangannya pun didasarkan pada

konsep desain pembelajaran yang berlandaskan pada sebuah kompetensi

atau untuk mencapai tujuan pembelajaran. Biasanya bahan ajar dibuat oleh

guru dan disebarkan kepada siswa-siswanya.

b. Teks Debat

Menurut Tarigan, debat adalah saling adu argumentasi antar pribadi

atau antar kelompok manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan untuk

satu pihak. Dari sebuah debat, kamu bisa mendapatkan sudut pandang baru

yang sebelumnya tidak terpikirkan olehmu. Meskipun dalam sebuah debat

kedua belah pihak tetap berupaya memertahankan pendapatnya masing-

masing, kedua belah pihak tersebut tetap akan mendapatkan wawasan baru

mengenai hal yang diperdebatkannya. Terkadang dalam sebuah debat

setiap pribadi atau kelompok mencoba menjatuhkan lawannya, supaya

pihaknya berada pada posisi yang benar.


13

Melalui suatu perdebatan, masalah-masalah itu diharapkan dapat

terselesaikan dengan baik. Adapun menurut KBBI, yang dimaksud dengan

masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Karena

dalam perdebatan merupakan kegiatan adu argumenmtasi antara dua

kelompok/pihak atau lebih dalam mendiskusikan dan memutuskan

masalah dan menentukan suatu kebenaran.

Menurut Kosasih (2019:153-156) teks debat dapat dibagun

berdasarkan tiga unsur, yaitu sebagai berikut.

1. Pengenalan Isu

Pengenalan masalah atau isu yang baik untuk bahan debat adalah

sesuatu yang menyangkut kepentingan banyak pihak, menjadi

pembicaraan masyarakat luas di samping mengundang pendapat

yang pro dan kotra. Masalah itu juga sangat penting untuk

dididkusikan (diperdebatkan) sehingga diperoleh kejelasan di

dalam menyelesaikannya kemudian.

2. Rangkaian Argumentasi

Rangkaian argumentasi menyatakan ergumentasi-argumentasi

dari pihak yang pro dan kontra.

1) nhhArgumentasi pro, menyampaikan dukungan terhadap

keberadaan sesuatu. Misalnya, tentang peran positif dari

internet bagi masyarakat, dengan didukung sejumlah alasan

dan fakta-fakta yang menguatkan.

2) Argumentasi kontra, menyampaikan penentangan terhadap


14

keberadaan sesuatu. Misalnya, berupa pendapat tentang

dampak-dampak negatif dari internet, dengan diperkuat

sejumlah alasan dan fakta.

Dalam perdebatan akan terjadi proses adu pendapat dari

berbagai pihak. Adapun terjadinya silang pendapat merupakan

suatu yang wajar dalam debat, karena peserta diskusi

mempunyai sudut pandang dan tingkat pengetahuan yang

berbeda.

3. Penegasan Ulang

Penegasan ulang, berupa pernyataan-pernyataan yang

menegaskan kembali pendapat pro dan kontra. Bagian ini mirip

rangkuman. Pendapat-pendapat penting dari kedua belah pihak

ditegaskan kembali secara singkat.

c. Pembelajaran Teks Debat

Ada tiga kegiatan dalam pembelajaran teks debat, yaitu:

1. Pendahuluan, pada tahap ini guru mengucapkan salam, mengecek

kehadiran siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran teks debat.

2. Inti, pada tahap ini, guru memutarkan video contoh debat dan

siswa secara individu menyimak. Guru menugaskan siswa

membentuk kelompok debat. Setelah kelompok terbentuk, tiap

kelompok memresentasikan tugas debat dengan tema yang sudah

ditentukan sebelumnya. Siswa wajib mengikuti prosedur teks

debat ketika presentasi.


15

3. Penutup, pada tahap ini, Peserta didik dipandu oleh guru

merefleksi hasil pembelajaran, menyimpulkan, dan guru

menjelasan terkait rencana tindak lanjut pembelajaran untuk

pertemuan selanjutnya. Peserta didik dan guru berdoa mengakhiri

kegiatan belajar mengajar.

d. Modul

Menurut KBBI modul adalah kegiatan program belajar-mengajar

yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari guru

pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas,

penyediaan matari pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilai,

mengukur keberhasilan murid dalam menyelesaikan pelajaran.

Menurut Rahdiyanta dalam jurnalnya, modul merupakan salah satu

bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya

memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain

untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.

Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan

evaluasi.

Penulisan modul bertujuan: a) Memperjelas dan mempermudah

penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal. b) Mengatasi

keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat

maupun guru/instruktur. c) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. d)

Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta diklat.

e) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung


16

dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya. f) Memungkinkan siswa

atau peserta diklat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya. g)

Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau

mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Karakteristik Modul Untuk menghasilkan modul yang mampu

meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memerhatikan

karakteristik yang diperlukan sebagai modul, yaitu: a) Self instructional, b)

Self Contained, c) Stand alone (berdiri sendiri), d) Adaptif dan e) User

friendly.

e. Instrumen Penilaian Kelayakan

Adapun contoh intrumen kelayakan modul tersebut adalah sebagai

berikut:

Petunjuk pengisian angket, Berikan tanda check list ( pada kolom

penilaian di bawah ini yang sesuai pada setiap butir penilaian dengan

keterangan sebagai berikut:

Skor 4 : Sangat Baik

Skor 3 : Baik

Skor 2 : Kurang

Skor 1 : Sangat Kurang

Identitas Penilai

Nama :………………………………………………….

NIP :………………………………………………….

Instansi :…………………………………………………
17

1. Aspek Kelayakan Isi

Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian 1 2 3 4
SK K B SB
A. Kesesuaian materi 4. Kelengkapan materi.
5. Keluasan materi
dengan SK dan KD 6. Kedalaman materi
B. Keakuratan materi 1. Keakuratan konsep dan

definisi
2. Keakuratan data fakta
3. Keakuratan contoh dan

kasus
4. Keakuratan istilah-

istilah
C. Kemutakhiran 1. Gambar dan ilustrasi

materi dalam kehidupan

sehari-hari
2. Menggunakan contoh

kasus yang terdapat

dalam kehidupan

sehari-hari
E. Mendorong mendorong keaktifan siswa

keaktifan siswa berbicara


2. Aspek Kelayakan Modul

Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian 1 2 3 4
SK K B SB
A. Teknik Penyajian 1. Ketentuan konsep
B. Pendukung 2. Contoh-contoh soal dalam

Penyajian setiap kegiatan belajar


3. Soal latihan pada setiap

akhir kegiatan belajar.


18

4. Kunci jawaban soal latihan.


5. Pengantar
6. Glosarium
7. Daftar pustaka
C. Penyajian 8. Keterlibatan peserta didik.

Pembelajaran
D. Koherensi dan 9. Ketertautan antar kegiatan

keruntutan alur belajar/sub kegiatan belajar/

piker alinea.
10. Keutuhan makna dalam

kegiatan belajar/sub kegiatan

belajar/alinea.

3. Aspek Kelayakan Bahasa

Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian 1 2 3 4
SK K B SB
A. Lugas 1. Ketepatan struktur kalimat.
2. Keefektifan kalimat
3. Kebakuan istilah
B. Komunikatif 4. Pemahaman terhadap pesan

atau informasi.
C. Dialogis dan 4. Kemampuan memotivasi

Interaktif peserta didik.


D. Kesesuaian dengan 5. Kesesuaian dengan

Perkembangan perkembangan intelektual

Peserta Didik peserta didik


6. Kesesuaian dengan tingkat

perkembangan omosional
19

peserta didik
E. Kesesuaian dengan
7. Ketepatan tata bahasa
Kaidah Bahasa
8. Ketepatan ejaan

Komentar dan Saran Perbaikan


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Bapak/Ibu guru dimohon memberikan tanda centang (√) untuk memberikan

simpulan terhadap modul ini.

Simpulan:

No. Indikator Penilaian Keterangan


1 Modul tidak dapat digunakan.
2 Modul dapat digunakan dengan

diperbaiki/revisi.
3 Modul dapat digunakan tanpa perbaikan/revisi.

Indramayu, ……………………..

Validator,

…………………………
20

4. Lembar Penilaian Debat

Aspek yang dinilai dalam lembar penilaian teks debat siswa, yaitu

sebagai berikut.

Keterangan:

1. Kemampuan mengemukakan pendapat.

2. Kemampuan mengemukakan kritikan.

3. Kemampuan menyanggah pernyataan.

4. Kelancaran mengemukakan gagasan (berbicara)

5. Kemampuan mengemukakan pertanyaan.

6. Kemampuan menggunakan bahasa yang efektif.

7. Kelogisan isi pembicaraan.

Skor: 1 – 20 = sangat tidak baik

21 – 40 = kurang baik

41 – 60 = cukup

61 – 80 = baik

81 – 100 = sangat baik

No Aspek yang Dinilai Jumlah


Nama Siswa
Skor
. 1 2 3 4 5 6 7
1
21

2
3
4
5

Anda mungkin juga menyukai