Anda di halaman 1dari 10

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN DARING DI KELAS V


SEKOLAH DASAR NEGERI 35 PONTIANAK SELATAN

Mita, Siti Halidjah, Dyoty Auliya Vilda Ghasya


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak
Email: mira@gmail.com

Abstract
The aims of this research are as follows:1) to describe students' learning difficulties in
online learning in class V of 35 South Pontianak Elementary School, 2) to describe the
factors that cause students' learning difficulties in online learning in class 5 of 35 South
Pontianak Elementary School, 3) to describe solutions to overcome students' learning
difficulties in online learning in class 5 of 35 South Pontianak Elementary School. The
method in this study used was a descriptive method. This research is qualitative research.
This research was conducted at SD Negeri 35 South Pontianak. The number of participants
in this study were 34 people. The techniques used in this research were direct
communication techniques, indirect communication techniques and documentation
techniques. Data collection tools used were interviews, questionnaires and research
documents. The type of data analysis technique used in this study was a non-statistical
data analysis technique with a qualitative description. Based on the results of the research
and discussion, it was concluded that, based on observations, students were less active
during online Indonesian language learning.
Keywords: descriptive, difficulties in online learning, students’ learning

PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar di sekolah


Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi kegiatan utama dalam peningkatan
dilakukan dengan adanya tuntutan kerja keras kualitas pendidikan nasional. Melalui proses
dari berbagai pihak, mulai dari tenaga belajar mengajar ini diharapkan mampu
kependidikan, orang tua, peserta didik, mencapai tujuan pendidikan yaitu terjadinya
masyarakat maupun pemerintah untuk perubahan tingkah laku pada peserta didik.
mencapai tujuan akhir yaitu SDM yang Proses pembelajaran yang demikian ini
berkualitas, sehingga peserta didik, perlu memerlukan bahasa untuk memungkinkan
dipersiapkan sejak dini (Mardatillah, 2015, manusia untuk saling berkomunikasi dan
p.78). Salah satu permasalahan pendidikan senantiasa terhubung, saling berbagi
yang dihadapi bangsa Indonesia adalah pengalaman, belajar dari manusia lainnya, dan
rendahnya mutu pendidikan. Menurut Nurhadi meningkatkan intelektualitas diri sendiri.
(2010), berbagai usaha telah dilakukan untuk Hal ini seirama dengan tujuan
meningkatkan mutu pendidikan nasional, pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu untuk
diantaranya adalah melalui berbagai pelatihan, mengembangkan ilmu pengetahuan,
peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kemampuan berbahasa, dan sikap positif
kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, terhadap bahasa Indonesia. Di sekola dasar,
perbaikan sarana dan prasarana lainnya, serta terdapat empat keterampilan pembelajaran
peningkatan manajemen sekolah. Namun bahasa Indonesia yang perlu untuk dikuasai
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan yaitu keterampilan mendengar, keterampilan
belum menunjukkan peningkatan yang berbicara, keterampilan membaca dan
memadai. keterampilan menulis. Pendekatan komunikatif
pada pembelajaran ini dibutuhkan untuk

1
memberikan kondisi yang nyaman bagi siswa adalah materi Bahasa Indonesia karena
untuk untuk mau mendengar, berbicara, cenderung banyak menulis. Di usia anak-anak,
membaca dan menulis secara bebas. pembelajaran yang hanya terfokus pada baca
Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah dan tulis saja dapat menurunkan antusiasme
bagian dari kegiatan pendidikan yang akan para siswa dalam menerima pelajaran. Seorang
menghantarkan siswa menuju pada keadaan guru diharap dapat memberikan kegiatan
yang lebih baik. Hadirnya seorang guru di pembelajaran dan menciptakan kondisi kelas
depan kelas adalah motivator dan fasilitator yang menarik dan menyenangkan. Hal ini
yang baik dalam proses pembelajaran. Menurut diharap dapat mengatasi kesulitan belajar siswa
Anzar & Mardhatillah (2018, h.54) “guru terutama pada mata pelajaran Bahasa
merupakan salah satu komponen dalam proses Indonesia.
belajar mengajar. Proses belajar mengajar Menurut Saptono (2011, p.21), dalam
adalah suatu rangkaian interaksi antara guru mengembangkan pembelajaran Bahasa
dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan Indonesia, guru harus menyadari bahwa
pembelajaran”. pelajaran ini lebih dari kumpulan fakta atau
Setiap siswa memiliki perbedaan konsep, tetapi juga merupakan kumpulan
pemahamannya sendiri-sendiri dalam proses dan nilai yang dapat dikembangkan
memahami konsep-konsep pembelajaran. Hal dalam kehidupan nyata. Banyak siswa
ini dapat menjadi penyebab adanya perbedaan mengalami kesulitan belajar Bahasa Indonesia
pendapat antar siswa dalam menyelesaikan karena kurangnya kemampuan siswa dalam
suatu permasalahan. Hasil belajar akan semakin mengembangkan pemahamannya terhadap
baik apabila pemecahan masalah yang dimiliki konsep-konsep pelajaran Bahasa Indonesia.
siswa sudah baik. Untuk pemecahan masalah Hal ini dikarenakan antara perolehan
itu pula, perlu penguasaan konsep yang baik. pengetahuan dan proses pemerolehan belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, siswa tidak terintegrasi dengan baik.
seringkali dijumpai siswa yang mengalami Kesulitan-kesulitan lainnya yang sering
kesulitan belajar oleh guru kelas. dihadapi siswa adalah ketika menghadapi
Terkait dengan kesulitan belajar, pembelajaran, memahami teks dan juga
Sugihartono (2013, p.2) menyatakan bahwa, kesulitan dalam menguasai keterampilan.
“kesulitan belajar sebagai suatu gejala yang Penyebabnya dapat dikarenakan beberapa
nampak pada siswayang ditandai dengan faktor, baik faktor internal maupun eksternal
adanya hasil belajar yang rendah atau di bawah dari siswa. Dalam kurikulum 2013, muatan
norma yang telah ditetapkan”. Lebih lanjut pelajaran Bahasa Indonesia sudah
Sugihartono menjelaskan bahwa siswayang diintegrasikan dengan pelajaran lainnya.
mengalami kesulitan belajar dapat memeroleh Maksud dan tujuannya adalah agar siswa
hasil belajarnya lebih rendah bila dibandingkan terampil dalam menggunakan bahasa (Subana
dengan teman-temannya. Siswa yang dalam Mardhatillah, 2016, p.15). Semua aspek
memeroleh nilai di bawah standar atau di tersebut kemudian terintegrasi ke dalam KI
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar)
dapat dikategorikan sebagai siswa yang pada masing-masing sub tema pada kurikulum
mengalami kesulitan belajar. 2013.
Sementara itu, pelajaran Bahasa SD Negeri 35 Pontianak Selatan
Indonesia adalah mata pelajaran wajib di merupakan salah satu sekolah negeri yang
Sekolah. Bahasa Indonesia merupakan mata terletak di l. Nirbaya, Kota Baru, Kec.
pelajaran yang dapat dipelajari secara langsung Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan
dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi masih Barat. Secara fisik, sekolah tersebut sangat
banyak siswa menganggap sulit mata pelajaran memadai untuk melaksanakan proses belajar
Bahasa Indonesia. Siswa merasa kurang mengajar. Dari penemuan awal di SD Negeri 35
mampu untuk mempelajari mata pelajaran Pontianak Selatan, didapati masih banyak siswa
Bahasa Indonesia. Salah satu kesulitan belajar yang mengalami masalah kesulitan belajar yang
bahasa Indonesia yang dialami oleh siswa menjadi kendala dalam proses pembelajaran.

2
Salah satu mata pelajaran yang menyebabkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk
para siswa SD Negeri 35 Pontianak Selatan ini melakukan penelitian dengan judul “Analisis
mengalami kesulitan belajar yaitu pada mata Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran
pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan data Daring Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 35
hasil belajar siswa kelas V yang diperoleh dari Pontianak Selatan”.
Wali Kelas V, diketahui bahwa ada 20 siswa METODE PENELITIAN
(62,5%) dari 30 siswa keseluruhan mempunyai Metode Penelitian
nilai rata-rata Bahasa Indonesia di bawah Metode yang digunakan dalam
KKM. Adapun KKM yang telah ditentukan penelitian ini adalah metode deskriptif.
yaitu > 70. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Penggunaan metode ini dikarenakan sesuai
siswa di kelas V tersebut mengalami kesulitan dengan tujuan penelitian yang akan diteliti
belajar pada sebagian mata pelajaran yaitu yaitu berkaitan dengan penggambaran atau
tematik. pendeskripsian objek penelitian berdasarkan
Selain itu, berdasarkan hasil riset awal fakta yang tampak seperti apa adanya. Metode
yang telah dilakukan, selama ini pembelajaran ini dianggap relevan oleh peneliti untuk
Bahasa Indonesia di SD Negeri 35 Pontianak mendeskripsikan dan menjelaskan objek
Selatan kurang memanfaatkan media masalah penelitian yaitu kesulitan belajar siswa
pembelajaran untuk menunjang pembelajaran, dalam pembelajaran daring di kelas V Sekolah
terutama pada konsep-konsep abstrak yang Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan.
membutuhkan penjelasan yang kongkret.
Kurangnya variasi media dan metode Partisipan Penelitian
pembelajaran yang digunakan oleh guru juga Pemilihan partisipan dalam penelitian ini
menjadi faktor timbulnya kesulitan serta menggunakan metode purposive sampling.
masalah dalam memahami pelajaran ini. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan
Tidak tercapainya taraf kualifikasi atau kebutuhan peneliti dengan cara menentukan
kriteria yang telah ditentukan menunjukkan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan
bahwa siswa benar adanya mengalami kesulitan dalam penelitian. Adapun kriteria partisipan
dalam memahami suatu materi. Dalam hal ini dalam penelitian yang telah ditentukan adalah
Mulyasa berpendapat bahwa “Siswa dikatakan sebagai berikut. Pertama, partisipan adalah
berhasil apabila telah mencapai 75% dari siswa kelas VA SD Negeri 35 Pontianak,
materi yang dipelajari (Mulyasa, 2005, h.101). berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Kedua, partisipan juga sudah terdaftar di SD
diajarkan disekolah terdiri dari berbagai materi, Negeri 35 Pontianak Selatan. Adapun jumlah
salah satu materinya materi teks narasi. Materi partisipan pada penelitian ini berjumlah 34
ini merupakan materi yang harus dikuasai orang.
siswa. Oleh sebab itu, siswa diharapkan mampu
menguasai materi-materi sebelumnya yang Teknik Pengumpulan Sample
berkaitan erat dengan materi yang hendak Pengambilan sampel pada penelitian
dipelajari. Hal ini akan mempermudah siswa kualitatif tidak diarahkan pada jumlah tetapi
dalam memahami materi selanjutnya. Kesulitan berdasarkan pada asas kesesuaian dan
belajar antar siswa yang satu dengan siswa yang kecukupan informasi sampai mencapai saturasi
lainnya tidaklah sama. Hal ini sangat data (Polit & Beck, 2012, p.23). Pada penelitian
tergantung pada pemahaman siswa tentang ini sudah terjadi saturasi data saat partisipan
sesuatu materi yang dipelajarinya. Secara lebih kesepuluh.
khusus Soedjono dalam Anzar & Mardhatillah Sementara itu, teknik pengumpulan data
(2018, p.56) mengemukakan tentang kesulitan- yang digunakan adalah teknik komunikasi
kesulitan siswa dalam mempelajari Bahasa langsung dan teknik komunikasi tidak
Indonesia, yaitu: (1) kesulitan dalam langsung. Sementara instrument penelitian
menggunakan konsep, (2) kesulitan belajar yang digunakan berupa instrumen validasi yang
dengan menggunakan prinsip, dan (3) kesulitan terdiri dari lembar validasi ahli media, lembar
dalam menentukan soal essay. Berdasarkan validasi ahli materi, dan lembar validasi ahli
bahasa, serta instrumen lembar angket respon

3
guru dan lembar angket respon siswa. Peneliti data yang mendukungnya. Dari
juga menyebar angket/kuesioner yang berisikan penyimpulan ini nantinya akan menjawab
seperangkat pernyataan secara tertulis yang pertanyaan penelitian.
harus diisi oleh validator ahli, guru dan siswa.
HASIL PENELITIAN DAN
Analisis Data PEMBAHASAN
Analisis data yang digunakan dalam Hasil penelitian ini membahas mengenai
penelitian ini adalah teknik analisis data non kesulitan belajar siswa melalui pembelajaran
statistik yang bersifat deskripsi kualitatif yaitu daring kelas V SDN 35 Pontianak Selatan
menggunakan Model Miles dan Huberman dilihat dari 5 aspek yang di teliti. Penjelasan
yang terdiri atas beberapa tahapan yaitu. lebih lanjut mengenai analisis tersebut akan
1. Pengumpulan data diuraikan sebagai berikut ini.
Pada tahap ini, peneliti melakukan studi
pre-eliminary yang berfungsi untuk 1. Kesulitan belajar siswa melalui
verifikasi dan pembuktian awal bahwa apa pembelajaran daring kelas V Sekolah
yang diteliti, yaitu faktor-faktor penyebab Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan
kesulitan belajar memang benar terjadi. a. Aspek Gangguan Belajar
Peneliti juga melakukan observasi di SDN Hasil kesulitan belajar siswa melalui
35 Pontianak Selatan mengenai buku yang pembelajaran daring kelas V Sekolah
digunakan dalam pembelajaran. Instrumen Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan diolah
yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan Program SPSS V.20
yaitu blangko data untuk pengambilan data dapat diketahui kesulitan belajar siswa
dan check-list untuk data yang melalui pembelajaran daring kelas V
dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak
Selatan dengan aspek gangguan belajar
2. Reduksi data dengan nilai rata-rata adalah 81,17%, nilai
Pada tahap ini, data-data yang telah minimum atau nilai terendah kesulitan
terkumpul diubah ke dalam bentuk tulisan belajar siswa adalah 70,00% serta nilai
kemudian dari data-data tersebut dipilih maximum atau nilai tertinggi adalah
data yang dibutuhkan. Data yang dipilih 90,00%. Data lengkap berikut dengan
adalah data yang penting, sedangkan data aspek gangguan belajar dapat di lihat pada
yang tidak penting tidak digunakan. lampiran II halaman 76.

3. Display data b. Aspek Ketidakmampuan Belajar


Pada tahap ini, peneliti mengolah data Hasil kesulitan belajar siswa melalui
setengah jadi yang sudah seragam dalam pembelajaran daring kelas V Sekolah
bentuk tulisan ke dalam bentuk uraian Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan dengan
singkat, bagan, hubungan antar kategori, aspek ketidakmampuan belajar diolah
flowchat dan sejenisnya. Display data dengan menggunakan program spss v.20
digunakan untuk memudahkan peneliti dapat diketahui kesulitan belajar siswa
dalam memahami apa yang terjadi dan melalui pembelajaran daring kelas V
merencanakan kerja selanjutnya Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak
berdasarkan apa yang telah dipahami. Pada Selatan dengan aspek ketidakmampuan
penelitian ini, data-data yang telah belajar dengan nilai rata-rata adalah
direduksi nantinya akan disajikan dalam 91,91%, nilai minimum atau nilai terendah
bentuk uraian singkat dan digram. kesulitan belajar siswa adalah 75,00%
serta nilai maximum atau nilai tertinggi
4. Kesimpulan/ verifikasi adalah 100,00%. Data lengkap berikut
Teknik ini merupakan tahap akhir dalam dengan aspek gangguan belajar dapat di
rangkaian analisis data. Penyimpulan ini lihat pada lampiran II halaman 77.
didapatkan berdasarkan diagram dan data- c. Aspek Gangguan Fungsi Belajar

4
Hasil kesulitan belajar siswa melalui 2. Faktor-Fator yang Mempengaruhi
pembelajaran daring kelas V Sekolah Kesulitan Belajar Siswa melalui
Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan dengan Pembelajaran Daring Kelas V Sekolah
aspek gangguan fungsi belajar diolah Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan
dengan menggunakan program spss v.20 Keadaan kesulitan belajar yang
dapat diketahui kesulitan belajar siswa menyebutkan sebagian siswa mengalami
melalui pembelajaran daring kelas V kesulitaan dalam proses belajarnya.
Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak Berdasarkan pernyataan guru diketahui bahwa
Selatan dengan aspek gangguan fungsi siswa yang mengalami kesulitan belajar
belajar dengan nilai rata-rata adalah memiliki hasil belajar yang lebih rendah namun
59,85%, nilai minimum atau nilai terendah bertolak belakang dengan kemampuan atau
kesulitan belajar siswa adalah 50,00% potensi dirinya seperti dikemukakan
serta nilai maximum atau nilai tertinggi sebagaimana kutipan berikut,
adalah 100,00%. Data lengkap berikut
dengan aspek gangguan belajar dapat di “Kebanyakan siswa yang kesulitan belajar
lihat pada lampiran II halaman 68. di sekolah ini lebih karena sikap mereka
saat belajar. Nilai mereka tidak baik atau
d. Aspek Pemahaman belajar rendah kurang baik karena mereka kurang
Hasil kesulitan belajar siswa melalui sungguh-sungguh belajar. Misalnya,
pembelajaran daring kelas V Sekolah ketika guru menerangkan materi
Dasar Negeri 35 Pontianak Selatan dengan pelajaran, siswa justru ramai, bicara
aspek pemahaman belajar rendah diolah sendiri” (hasil wawancara dengan Guru,
dengan menggunakan program spss v.20 2021).
dapat diketahui kesulitan belajar siswa
melalui pembelajaran daring kelas V Selama proses pembelajaran, kesulitan
Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak belajar dapat diamati dari perilaku siswa
Selatan dengan aspek pemahaman belajar ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar
rendah dengan nilai rata-rata adalah 75,52, di kelas seperti cepat bosan, sering menguap,
nilai minimum atau nilai terendah sulit berkonsentrasi, mudah lupa, malas,
kesulitan belajar siswa adalah 69,00% mudah lelah.
serta nilai maximum atau nilai tertinggi
adalah 81,00%. Data lengkap berikut a. Cepat Bosan
dengan aspek gangguan belajar dapat di Kondisi cepat bosan dapat dilihat pada
lihat pada lampiran II halaman 78. sikap siswa seperti mengalihkan perhatian ke
yang lain pada saat berlangsung aktivitas
e. Aspek Keinginan Belajar Rendah belajar sehingga siswa tampak berkeberatan
Hasil kesulitan belajar siswa melalui untuk menjalankan aktivitas belajar. Hasil
pembelajaran daring kelas V Sekolah Dasar penelitian mengungkapkan bahwa kondisi
Negeri 35 Pontianak Selatan dengan aspek cepat bosan dirasakan siswa karena berbagai
keinginan belajar rendah diolah dengan sebab di antaranya siswa merasa kurang ada
menggunakan program spss v.20 dapat variasi dalam pembelajaran di kelas.
diketahui kesulitan belajar siswa melalui Pembelajaran kurang ada variasi baik metode,
pembelajaran daring kelas V Sekolah Dasar materi, cara menyajikan materi, maupun sikap
Negeri 35 Pontianak Selatan dengan aspek guru. Hal ini menjadikan siswa kurang
keinginan belajar rendah dengan nilai rata- merasakan adanya pengalaman baru. Terkait
rata adalah 77,91%, nilai minimum atau dengan rasa cepat bosan, guru menjelaskan:
nilai terendah kesulitan belajar siswa adalah “Siswa itu kan lebih suka melakukan
71,00% serta nilai maximum atau nilai aktivitas. Jadi siswa ingin beraktivitas
tertinggi adalah 85,00%. Data lengkap yang menyenangkan, baik berhubungn
berikut dengan aspek gangguan belajar dengan pelajaran atau tidak. Karena itu,
dapat di lihat pada lampiran II halaman 78. ketika siswa merasakan pembelajaran
berlangsung begitu-begitu saja, maka

5
siswa cenderung mencari aktivitas lain, sebagian siswa yang mudah lupa. “Sebagian
meskipun sedang berlangsung proses siswa mudah lupa. Begitu selesai diterangkan,
belajar mengajar (hasil wawancara siswa bisa menjawab, namun beberapa hari
dengan Guru, 2021). kemudian sudah lupa” (Hasil wawancara
dengan guru, 2021).
Rasa cepat bosan dapat dialami oleh siapa Keadaan mudah lupa umumnya dialami
saja selama PBM berlangsung. Bosan atau oleh siswa yang memang kurang
jenuh biasanya diawal dengan persepsi tentang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung.
aktivitas PBM yang monoton. Hasil penelitian Mudah lupa terjadi bila informasi yang diterima
menunjukkan bahwa rasa cepat bosan bermula berhasil melalui proses normal dan akhirnya
dari rutinitas yang monoton sehingga siswa tersimpan di dalam memori jangka panjang.
merasa jenuh belajar. Kejenuhan belajar adalah Namun memori yang telah disimpan tersebut,
suatu kondisi mental seseorang ketika sulit diingat dan dimunculkan kembali saat
mengalami rasa bosan dan lelah yang teramat dibutuhkan. Mudah lupa dianggap tergolong
sangat. Hal ini mengakibatkan timbulnya rasa normal. Walaupun demikian, tak jarang hal ini
lesu, tidak bersemangat atau tidak bergairah, menjadi tanda-tanda keadaan abnormal
terutama untuk melakukan aktivitas belajar. Lupa adalah bagian dari proses kerja
memori manusia dalam kehidupan. Berbagai
b. Sulit Berkonsentrasi rekaman pengalaman kehidupan yang telah
Perasaan sulit berkonsentrasi secara tersimpan dengan baik di dalam memori
subjektif dapat dirasakan oleh setiap siswa saat terkadang mengalami kegagalan dalam
PBM. Secara objektif, sulit konsentrasi dapat memunculkan kembali rekaman masa lalu itu
diamati dari sikap siswa saat mengikuti dengan baik, hal ini disebabkan banyak faktor.
kegaiatan belajar di kelas. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa terdapat beberapa ciri d. Malas
siswa yang tidak berkonsentrasi di antaranya: Keadaan malas menjadi salah satu
tidak menyimak pembicaraan guru, pandangan hambatan belajar siswa dan merupakan
mata tidak fokus, tampak melamun, diajak penyebab siswa mengalami kesulitan belajar.
bicara tidak memberi respon dengan tepat. Sikap malas terlihat jika siswa terlalu sering
Konsentrasi belajar merupakan pemusatan daya mengabaikan dan enggan untuk melaksanakan
pikir dan perbuatan terhadap suatu objek yang tugas yang diberikan oleh guru. Sikap malas
sedang/hendak dipelajari. pada siswa menyebabkan sering terlambarnya
Keadaan tidak konsentrasi terjadi ketika pengumpulan tugas karena terlalu sering
siswa sering kali mengalami pikiran bercabang menunda. Hal sama dikemukakan informan
atau memikirkan hal lain saat melakukan penelitian, “siswa suka menunda-nunda
kegiatan belajar. Pikiran bercabang bisa mengerjakan tugas, biasa terlambat
muncul sewaktu-waktu tanpa disadari. Tentu mengerjakan tugas” (Hasil wawancara dengan
siswa akan kesulitan belajar saat tidak mampu Guru, 2021).
berkonsentrasi dalam belajar. Pada saat belajar, Sikap malas seringnya terjadi karena
kadang siswa sadar dan berusaha fokus, tetapi kurangnya motivasi dalam diri. Motivasi
merasa kesulitan untuk meninggalkan pikiran- merupakan dorongan yang timbul dari dalam
pikiran lain yang tidak berhubungan dengan diri siswa secara sadar atau tidak sadar yang
materi yang sedang dipelajari. bisa muncul dari dalam diri sendiri atau dari
keinginankeinginan lain atau terhambat luar dirinya, untuk melakukan tindakan dengan
menjadi pengganggu aktivitas belajar. tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu,
motivasi sangat berperan penting dalam
c. Mudah lupa keberhasilan belajar siswa. Motivasi dalam
Mudah lupa dialami oleh sebagian besar kegiatan belajar diibarkan sebagai keseluruhan
siswa yang mengalami kesulitan belajar. daya penggerak dalam diri siswa
Keadaan mudah lupa merupakan keadaan menggerakkan siswa sehingga mau untuk
pikiran yang tidak lagi dapat mengingat sesuatu melakukan banyak kegiatan. Motivasi pada
yang sebelumnya telah diketahui. Keadaan

6
siswa dapat menumbuhkan dan mengarahkan Harapan dalam pembelajaran dengan model
siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga daring adalah menjadi sebuah solusi yang dapat
tujuan pembelajaran akhirnya mudah tercapai. membantu pembelajaran di tengah pandemic
COVID-19
e. Mudah Lelah
Keadaan mudah lelah dialami oleh Pembahasan
sebagian siswa yang mengalami kesulitan Hasil dari analisis observasi dan wawancara
belajar. Mudah lelah adalah dengan kondisi yang dilaksanakan di SD Negeri 35 Pontianak
fisik yang terlihat dari perilaku siswa saat Selatan. Setelah ditelaah, peneliti telah
belajar di kelas, yaitu ditandai dengan duduk menemukan beberapa kesulitan mengenai
bersandar, merebahkan badan di meja, bahkan faktor yang memengaruhi kesulitan belajar
ketiduran saat belajar (Hasil penelitian, 2021). daring terhadap pembelajaran bahasa
Hal ini juga ditegaskan beberapa informan. indonesia. Hal tersebut sejalan dengan tujuan
“Siswa tampak lelah saat mengikuti penelitian ini yaitu, (1) untuk mendeskripsikan
pembelajaran, mungkin karena kurang istirahat, kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran
atau malamnya kurang tidur” (Hasil wawancara daring di kelas V Sekolah Dasar Negeri 35
dengan guru, 2021). Capaian hasil belajar yang Pontianak Selatan, (2) untuk mendeskripsikan
rendah ini membuktikan adanya hambatan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan
belajar sehingga siswa mengalami kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran daring di
belajar. kelas V Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak
Selatan, (3) untuk mendeskripsi solusi untuk
3. Upaya atau solusi yang dapat berikan mengatasi kesulitan belajar siswa dalam
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pembelajaran daring di kelas V Sekolah Dasar
melalui pembelajaran daring kelas V Negeri 35 Pontianak Selatan.
Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak
Selatan Berdasarkan observasi, rencana
Dari hasil penelitian yang telah pembelajaran dalam belajar daring tersebut,
disampaikan, terdapat solusi yang dapat yaitu pertama, guru menanyakan kabar peserta
ditawarkan dan dapat diterapkan selama masa didik, memberi motivasi-motivasi,
pandemi yaitu menggunakan pembelajaran mengingatkan materi pekan lalu, dan
berbasis dalam jaringan. Model daring secara menjelaskan materi yang akan dipelajari
tidak langsung menuntut guru untuk terus selanjutnya. Kedua, mengabsen peserta
melakukan inovasi dalam memfasilitasi didiknya terlebih dahulu dengan cara membuat
kegiatan pembelajaran. Caranya adalah dengan list absen, kemudian para peserta didik
memanfaatkan perpustakaan kelas, modul, mengetik namanya sendiri lalu mengirim
buku teks, serta buku-buku pendukung, dan kembali ke WhatsApp grupnya. Ketiga, masuk
yang terpenting akses internet, serta pada materi pembelajaran. Pada saat pemberian
menyediakan beberapa komputer untuk para materi, guru mengirim materi di WhatsApp
siswa yang tidak membawa laptop. grup dalam bentuk file kemudian guru
menjelaskan dengan cara Voice Note (VN) atau
Bentuk pembelajaran e-learning rekam suara. Keempat, pemberian tugas. Pada
(pembelajaran berbasis elektronik) di era saat pemberian tugas, guru memberi arahan
sekarang akan terus berkembang dan terus atau menjelaskan mengenai tugas yang akan
ditingkatkan keefektifannya. Seiring dengan diberikan kepada peserta didik.
kepemilikan komputer yang tumbuh pesat di Peneliti menganalisis faktor yang
dunia, e-learning menjadi solusi lain karena memengaruhi kesulitan belajar daring terhadap
mudah diakses dimanapun dan kapanpun. pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V
Kecepatan koneksi internet yang semakin SD Negeri 35 Pontianak Selatan, yang
meningkat dan berkembang pesat menunjang menyebabkan para peserta didik kurang aktif.
guru untuk meningkatkan kualitas diri. Salah Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
satunya dengan mengikuti metode pelatihan (KBBI), daring adalah akronim dari dalam
multimedia yang lebih banyak bermunculan.

7
jaringan. Artinya terhubung melalui jejaring siswa”. Persamaan penelitian ini dengan
komputer, internet, dan sebagainya. peneliti Nisaul Choiroh yang sama-sama
Pembelajaran daring ini masih sulit membahas mengenai pembelajaran daring.
dilaksanakan oleh para guru, karena para Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini
peserta didik sangat bermasa bodoh saat belajar membahas mengenai kesulitan belajar daring
daring ini berlangsung. Contohnya saja pada sedangkan peneliti Nisaul Choiroh yaitu
pembelajaran Bahasa Indonesia, guru sulit membahas mengenai efektivitas pembelajaran
mencari cara untuk bisa menjelaskan materi daring.
agar para peserta didik dapat mengerti dengan Peneliti kedua, yaitu Ericha Windhiyana
baik dan lebih fokus memperhatikan arahan Pratiwi (2020) dengan judul “Dampak Covid-
gurunya. Begitu pun dengan terbatasnya kuota 19 terhadap Kegiatan Pembelajaran Online Di
internet dan tidak setiap peserta didik memiliki Sebuah Perguruan Tinggi Kristen Di
gawai. Hal tersebut peserta didik juga sulit Indonesia”. Persamaan penelitian ini dengan
mengikuti pembelajaran daring. Kesulitan penelitian sebelumnya adalah keduanya
dapat dijelaskan bahwa, menurut kamus besar merupakan jenis penelitan deskriptif kualitatif
Bahasa Indonesia (KBBI) kesulitan dapat dan masing-masing membahas pembelajaran
diartikan sebagai keadaan yang sulit atau daring atau online, Sedangkan perbedaannya
sesuatu yang sulit. terdapat pada hasil dan subjek penelitian. Hasil
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia penelitian ini mendeskripsikan dampak Covid-
melalui belajar daring ini, para peserta didik 19 terhadap kegiatan pembelajaran online bagi
lebih mengedepankan egonya untuk tidak siswa kelas V SD Negeri 35 Pontianak Selatan.
mengikuti belajar daring, karena dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia juga SIMPULAN DAN SARAN
memerlukan waktu dan pikiran agar bisa Simpulan
mendapatkan karya yang baik dan elok untuk Berdasarkan hal-hal yang telah
dibaca. dipaparkan dapat disimpulkan bahwa hasil
Belajar mengajar dengan cara bertatap muka observasi yang dilakukan peneliti terhadap
biasanya peserta didik sering bulus, apalagi saat pembelajaran Bahasa Indonesia daring
keadaan seperti ini yang hanya proses belajar membuat peserta didik kurang aktif. Rencana
mengajar melalui belajar daring. Guru pun pembelajaran pada pembelajaran daring ini
susah mengontrol satu persatu peserta didiknya. dapat dilakukan dengan cara berikut. Pertama,
Oleh karena itu, saat keadaan seperti ini peran guru memberi motivasi, mengingatkan materi
orang tua lebih penting untuk memperhatikan pekan lalu dan menjelaskan materi yang akan
dan mendidik anak-anaknya. Saat dipelajari selanjutnya. Kedua, mengabsen
pengumpulan tugaspun hanya sebagian peserta peserta didik dengan cara memberi list absen di
didik yang mengumpul. Meskipun gurunya WhatsApp grup. Ketiga, menjelaskan materi
memberi berbagai cara untuk peserta didik dengan cara Voice Note (VN) atau rekam suara.
lebih aktif, hanya beberapa saja peserta didik Keempat, pemberian tugas yang jelaskan
yang ingin mendengar arahan gurunya. Bahkan melalui Voice Note (VN) atau rekam suara.
gurunya pun memberi keringanan bagi peserta Kemudian faktor yang mempengaruhi
didik yang malas mengirim tugas untuk tetap kesulitan belajar daring terhadap pembelajaran
menulis catatan yang akan dikumpul saat ingin Bahasa Indonesia dapat diketahui dari hasil
ualangan semester. Pembelajaran daring wawancara kedua bersama guru kelas. Pertama,
merupakan salah satu cara untuk terlaksananya tidak semua siswa menyukai pembelajaran
kegiatan proses belajar mengajar, walaupun Bahasa Indonesia, guru sulit menjelaskan
pembelajaran daring sampai sekarang masih materi tentang cerpen dan peserta didik juga
kurang efektif dilaksanakan. sulit menerima materi yang dijelaskan melalui
Hasil penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran daring. Kedua, saat pemberian
penelitian yang diteliti oleh Nisaul Choiroh tugas, peserta didik hanya men-copy paste
(2020) dengan judul “Efektivitas pembelajaran tugas temannya, karena tugasnya dikirim
berbasis daring/ E-Learning dalam pandangan melalui WhatsApp grup. Ketiga, faktornya

8
dapat berdampak pada siswa, karena siswa DAFTAR RUJUKAN
yang tidak mengikuti belajar daring nilainya Annurrahman. (2019). Belajar dan
akan menurun. Kesulitannya yaitu susah untuk Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
dipantau satu persatu. hanya sebagian peserta
didik yang benar-benar fokus mengikuti Anzar, S.F., & Mardhatillah, M. (2018).
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui belajar Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada
daring. Keempat, perbedaan saat belajar tatap Pembelajaran Bahasa Indonesia di
muka, guru-guru biasanya mengajar empat jam Kelas V SD Negeri 20 Meulaboh
sedangkan saat belajar daring waktunya Kabupaten Aceh Barat Tahun Ajaran
dibatasi hanya satu jam. Kelima, peserta didik 2015/2016. Bina Gogik: Jurnal Ilmiah
sulit untuk aktif dalam pembelajaran daring Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(1).
seperti ini, karena mereka lebih mementingkan
kehidupan apa yang ingin meraka lakukan. Arifin, Zl. (2012). Evaluasi Pembelajaran.
Keenam, sekarang belajarnya bukan tatap Bandung: Rosdakarya.
muka, jadi guru sulit mengetahui kefokusan Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
peserta didik dan saat guru menjelaskan dengan Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
panjang lebar, guru tidak tau apakah mereka Cipta.
sudah paham atau tidak.
Oleh karena itu, kesulitan-kesulitan Basuki, B., dkk. (2017). Kesulitan Belajar
tersebut guru dapat mengatasi dengan cara Siswa dalam Pembelajaran Bahasa
mengarahkan orang tuanya lebih tegas dalam Indonesia. LITERA, 16(1).
mendidik anaknya, karena guru zaman
sekarang tidak bisa terlalu memantau peserta Darmadi, H. (2013). Metode penelitian
didiknya dengan baik. Sekarang hanya didikan pendidikan dan sosial. Bandung:
orang tua yang paling penting. cara Alfabeta.
mengarahkan peserta didik untuk mencari
materi di internet kemudian ditulis ke dalam Djamarah, S.B dan Zaim, A. (2010). Strategi
buku lalu dikirim melalui WhatsApp pribadi, Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
dikirim melalui WhatsApp pribadi karena untuk Cipta.
menghindari copy paste dengan temannya
Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan
sendiri. Selain itu, memberikan tugas dengan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
cara mengutarakan atau menjelaskan melalui
pendapatnya sendiri kemudian dikirim melalui Haryatni, A. P. (2014). Identifikasi faktor-
WhatsApp pribadi dan memberi tugas menulis faktor penyebab kesulitan belajar pada
cerpen dengan cara mengirim di beranda siswa SMP Negeri 5 kota
Facebook lalu menandai gurunya. Jambi. Skripsi tidak diterbitkan. Jambi:
FKIP Universitas Jambi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian melalui Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran
wawancara mengenai deskripsi kesulitan dan Pembelajaran. Yogyakarta:
belajar siswa dalam pembelajaran daring di Pustaka Pelajar.
kelas V Sekolah Dasar Negeri 35 Pontianak
Selatan, maka saran dari penelitian ini bagi Moleong, L. (2016). Metodologi Penelitian
guru adalah peneliti berharap untuk lebih tegas Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
dalam menghadapi peserta didik agar bisa lebih Rosdakrya.
aktif. Sementara saran peneliti untuk peneliti
lanjutan yang lebih spesifik menelaah belajar Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar
daring dengan materi pembelajaran yang & Bimbingan Terhadap Kesulitan.
berbeda. Peneliti berharap penelitian ini dapat Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha
menjadi referensi bagi peneliti berikutnya. Litera.

9
Nawawi, H. (2015). Metode Penelitian Bidang Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada Faktor Yang Mempengaruhinya.
University Press. Jakarta: Rineka. Cipta.
Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil belajar. Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pendidikan. Yogyakarta: UNY
Rahmat H. D dan Badrujaman, A. (2012). Press.
Penelitian Tindakan dalam Bimbingan
dan Konseling. Jakarta: PT. Indeks. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Bandung: Alfabeta.
Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta:
Rajawali Pers. Suryabrata, S. (2014). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Sanjaya, W. (2016). Strategi Pembelajaran Grafindo Persada.
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung: Kencana. Zuldafrial. (2012). Penelitian Kuantitatif.
Yogyakarta: Media Perkasa.
Sardiman, A.M,. (2014). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali. Pers.

10

Anda mungkin juga menyukai