Anda di halaman 1dari 21

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM BERDISKUSI


SISWA KELAS V SDN 43 BONTOPEDDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

DISUSUN
ANDI HERAWATI
NPM : 239024495033

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah maupun di luar sekolah. Belajar
merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua
subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses.
Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal.
Proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Jadi yang dimaksud proses
belajar tersebut merupakan proses internal siswa yang tidak dapat diamati, tetapi dapat
dipahami oleh guru.
Pengetahuan baru yang siswa peroleh dari proses belajar tersebut dapat terjadi dimana
saja dan kapan saja, baik itu sejak dini dalam keluarga dan di sekolah. Dalam proses belajar
atau pembelajaran di sekolah terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru memegang
peranan yang penting, antara lain guru berperan sebagai sumber belajar (teacher centered).
Peran guru sebagai sumber belajar dalam menyampaikan materi pelajaran diduga kurang
inovatif. Oleh karena itu, hal tersebut bisa mengakibatkan pembelajaran yang konvensional.
Upaya untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang konvensional, dapat
menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (offline) kata “inovasi” yang bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; bersifat
pembaruan (kreasi baru). Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang menggunakan
metode atau model baru yang ditemukan sendiri atau dari sumber-sumber lain yang
diterapkan sedemikian rupa agar tercipta pembelajaran yang kondusif dan berpusat pada
siswa. Diharapkan melalui pembelajaran inovatif ini dapat meningkatkan kualitas siswa.
Kualitas siswa yang dihasilkan menunjukkan berhasil tidaknya proses pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran siswa dapat dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar terbagi
menjadi tiga aspek yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor. Ada dua faktor yang menyebabkan
hasil belajar yaitu, faktor intern (dari diri sendiri) dan faktor ekstern (dari luar atau
lingkungan).
Permasalahan yang ada di kelas 5 SD Negeri 43 bontopedda Kecamatan Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai yaitu hasil belajar belajar bahasa Indonesia yang rendah khususnya dalam
keterampilan menulis yaitu materi meringkas isi buku dengan memperhatikan beberapa
ejaan. Hasil belajar bahasa Indonesia yang rendah dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang
terdapat nilai < 70 karena nilai 70 merupakan batas tuntas utau K KM . Dari 23 siswa
diketahui hanya 10 siswa yang memperoleh nilai t 70, sedangkan siswa yang memperoleh
nilai < 70 atau belum tuntas sejumlah 13 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa yang
mencapai KKM adalah 43,48%, sedangkan yang belum dapat mencapai KKM adalah
56,52%.
Dilihat dari jumlah persentase siswa yang belum tuntas di atas, peneliti menduga
masalah tersebut dikarenakan dari faktor kognitif siswa, lingkungan belajar siswa berupa
dorongan atau motivasi orang tua kepada anak, atau mungkin cara mengajar guru yang
konvensional, dan kurangnya interaksi antar individu dalam kelompok belajar. Adapun
dugaan masalah yang lainnya seperti pandangan siswa terhadap mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang mudah atau menyepelekan karena bahasa Indonesia merupakan bahasa
pengantar sehari-hari. Oleh karena itu, agar hasil belajar bahasa Indonesia dapat meningkat,
maka seorang guru dituntut menguasai dan menerapkan beberapa model pembelajaran yang
ada sehingga pembelajarannya dapat bervariasi dan berpusat pada siswa.
Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Think Talk Write. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dapat dinilai mampu
meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia karena model pembelajaran tersebut
menekankan dalam tiga tahapan penting, antara lain tahap berpikir, tahap berbicara, dan
tahap menulis yang cocok digunakan pada keterampilan menulis.
Berdasarkan dugaan masalah yang telah dijabarkan pada paragraf-paragraf sebelum nya,
peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan model pembelajaran Think
Talk Write untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia di kelas 5 SD Negeri 43
Bontopedda Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai semester genap tahun ajaran
2012/2013”. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar melalui model
pembelajaran Think Talk Write siswa kelas 5 SD Negeri 43 Bontopedda pada mata pelajaran
bahasa Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang dapat teridentifikasi dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Penyampaian materi masih menggunakan metode konvensional (ceramah).
b. Masih kurangnya interaksi guru dengan siswa, dan juga interaksi antar siswa dalam
kelompok pembelajaran.
c. Faktor kognitif siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Faktor lingkungan belajar siswa.
Dengan adanya temuan masalah tersebut, mengakibatkan siswa didalam belajar mata
pelajaran bahasa Indonesia kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga
hasil belajarnya kurang baik.

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah yang akan diteliti yaitu:
a. Nilai mata pelajaran bahasa Indonesia yang rendah pada kelas 5 SD Negeri 43
Bontopedda Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write untuk meningkatkan
hasil belajar bahasa Indonesia khususnya tentang meringkas isi buku dengan
memperhatikan beberapa ejaan di SD Negeri 43 Bontopedda Kecamatan Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai semester genap tahun ajaran 2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah melalui penerapan model pembelajaran Think
Talk Write, hasil belajar bahasa Indonesia khususnya tentang meringkas isi buku dengan
memperhatikan penggunaan ejaan di SD Negeri 43 Bontopedda kelas 5 Kecamatan Sinjai
Selatan Kabupaten Sinjai dapat ditingkatkan?”

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia
khususnya tentang meringkas isi buku dengan memperhatikan penggunaan ejaan kalimat, di
SD Negeri 43 Bontopedda kelas 5 Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai semester
genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.6 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan membawa manfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Untuk memperkaya pengetahuan guru dalam menggunakan model pembelajaran Think
Talk Write.
b. Manfaat Praktis
1) Guru dapat mengetahui solusi untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write.
2) Guru bisa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write dengan
baik dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


Dalam kajian teori ini dipaparkan beberapa teori dari para ahli mengenai pengertian
belajar dan hasil belajar serta faktor-faktor penyebabnya. Adapun hal lain yang dipaparkan
seperti mata pelajaran, model pembelajaran, serta kerangka pikir.
2.1.1 Hakikat Belajar
Dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar itu penting karena yang menentukan berhasil
tidaknya tujuan pendidikan tergantung dari bagaimana proses belajar yang melibatkan objek
pendidikan. Objek pendidikan disini adalah siswa. Belajar itu penting untuk menyiapkan diri
menjadi manusia yang berpendidikan dan kompeten sehingga dengan belajar siswa kelak siap
menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat.
Belajar menurut Gagne dalam Suprijono (2012 : 2) adalah “perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan
diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah”. Belajar menurut Gagne
merupakan suatu perubahan kemampuan seseorang melalui proses aktivitas dan kemampuan
tersebut bukan didapatkan secara langsung dari proses pertumbuhan atau bertambahnya umur
seseorang.
Sejalan dengan itu, menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:9)
berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Belajar dilakukan untuk mendapatkan
perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Menurut Slameto (20 10:2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari ketiga
pendapat menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk
memperoleh perubahan kemampuan pada diri seseorang, yang menjadi lebih baik melalui
interaksi dengan lingkungannya dan perubahan itu bukan didapatkan secara langsung dari
proses pertumbuhan.
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne dalam Suprijono (2012 : 5), hasil belajar berupa :
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis-
sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya
sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Hasil belajar menurut (Bloom, dkk.) dalam Dimyati dan Mudjiono (2009 : 26)
mencakup tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut,
dikenal sebagai taksonomi bloom dengan kebaikan yang terletak pada rincinya jenis perilaku
yang terkait dengan kemampuan internal dan kata-kata kerja operasionalnya. Adapun ketiga
ranah tersebut sebagai berikut:
a. Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif terdiri dari lima perilaku-perilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian
dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Siswa yang belajar berarti memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dengan meningkatnya kemampuan-kemampuan tersebut maka keinginan,
kemauan, atau perhatian pada lingkungan sekitar semakin bertambah.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan kemampuan atau hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan
proses belajar yang berupa perubahan tingkah laku. Kemampuan atau hasil yang diperoleh
berupa kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar juga tidak hanya bergantung pada
lingkungan dan kondisi belajar, tapi juga dari kemampuan awal pra-belajar.Hasil belajar ini
dapat diukur untuk mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan dan pembelajaran tersebut
tercapai. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan nilai. Maka dari itu, hasil belajar
merupakan hasil penilaian yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran yang berupa angka
untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut paham terhadap materi yang telah
disampaikan.
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2010:54)
digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern
dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1) Faktor Jasmaniah, terdiri atas: faktor kesehatan, cacat tubuh.
2) Faktor Psikologis, terdiri atas: intelegensi, perhatian, minat,bakat, motif, kematangan,
dan kesiapan.
3) Faktor Kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
b. Faktor Ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh
terhadap belajar, dikelompokkan menjadi tiga faktor, antara lain:
1) Faktor Keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan.
2) Faktor Sekolah, seperti: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi
siswa dan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupa
4)
5) n masyarakat.
6) Faktor Metode, meliputi: metode mengajar dan metode belajar.
2.1.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Ciri-ciri pembelajaran menurut Darsono dalam Hamdani (2011:47) adalah sebagai
berikut :
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang
siswa.
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi
siswa.
f. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun
psikologi.
g. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.
h. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan disengaja.
Pembelajaran mempunyai tujuan, yaitu membantu siswa memperoleh berbagai
pengalaman dan dari pengalaman itu, tingkah laku siswa bertambah dan berkembang, baik
kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku tersebut antara lain: pengetahuan, keterampilan,
dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.
Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat
yang menggunakan bahasa
tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan menganalisis dan imajinasi yang
ada dalam dirinya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia (Permendiknas No.22 tahun 2006).
Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara
lisan maupun tulis
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan
bahasa negara
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.
Dalam pelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan berbahasa, yaitu:
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Empat keterampilan berbahasa dijelaskan sebagai berikut:
a. Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif. Menyimak bukan hanya kegiatan yang sekedar mengumpulkan dan menyimpan
pesan, tetapi juga mengklasifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan
pengetahuan awal yang dimiliki sebelumnya.
b. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus
sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan
kepada orang lain. Dalam hal ini,kelengkapan alat ucap manusia merupakan persyaratan
alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam bunyi artikulasi, tekanan,
nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk
berbicara secara wajar, jujur, benar dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah
psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.
Tujuan keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:
1) Kemudahan berbicara;
2) Kejelasan.
3) Bertanggung jawab.
4) Membentuk pendengaran yang kritis.
5) Membentuk kebiasaan.
c. Keterampilan Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Membaca juga merupakan
kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang ada dalam teks. Maka dari itu, seorang
pembaca perlu menguasai bahasa yang digunakan. Keterampilan membaca pada umumnya
diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah.
d. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, siswa harus
memperhatikan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak
akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
(Tarigan, 2008 :3)
Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara
ketiga keterampilan berbahasa yang lainnya. Menulis bukan hanya kegiatan menyalin kata-
kata dan kalimat-kalimat melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran
dalam suatu bentuk tulisan
yang teratur. Berbeda halnya dengan berbicara, menulis sulit untuk dilakukan secara spontan
karena harus memperhatikan kaidah penggunaan tata bahasa dan secara semestinya. Jadi
dalam menulis, unsur kebahasaan dan tata bahasa merupakan aspek penting yang perlu
dicermati, disamping isi yang diungkapkan.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:
a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan,
dan peminatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan
dan hasil intelektual bangsa sendiri.
b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta
didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar.
c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan
sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.
d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program
kebahasaan dan kesastraan di sekolah.
e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai
dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia.
f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai
dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
2.1.5 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk-bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan kelompok yang
bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif menurut Nurulhayati dalam Rusman (2012:203) adalah
“strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil yang
saling berinteraksi”. Pembelajaran kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan siswa
lainnya. Model pembelajaran ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu siswa belajar
untuk diri sendiri dan belajar bersama/saling membantu dalam kelompok kecilnya untuk
belajar.
Kooperatif learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara
berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah “rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan” Sanjaya dalam Rusman (2012:203).
Menurut Hamdani (2011:30) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian
kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dirumuskan. Pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif menurut pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan
sebagai pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Diharapkan dengan penggunaan pembelajaran kooperatif ini merubah peran
guru yang dulunya belajar berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada
siswa dengan kelompok-kelompok kecil. Jadi guru tidak mentransfer pengetahuan yang
dimilikinya, melainkan membantu dan memfasilitasi siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri melalui kerja kelompok.
Beberapa ciri pembelajaran kooperatif menurut Hamdani (2011:31), sebagai berikut:
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya.
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Dengan pembelajaran kooperatif terjadi interaksi secara langsung antar siswa dalam
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memungkinkan setiap siswa memiliki peran dalam
kelompoknya sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap kerja kelompok. Dengan
adanya pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa maka peran guru disini sebagai
fasilitator.
2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (Berpikir Berbicara
Menulis)
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan model pembelajaran
yang dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin. Model ini didasarkan pada tiga tahapan
melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Pelaksanaan model Think Talk Write dimulai dari
keterlibatan siswa dalam berpikir secara individu setelah proses membaca ataupun
menyimak, selanjutnya berbicara dan membaca ide dengan teman sekelompoknya sebelum
menulis. Pembelajaran ini akan lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari
4-5 siswa. Kelompok ini siswa diminta membaca ataupun menyimak, membuat catatan kecil,
menjelaskan, dan membagi ide bersama teman kelompok, kemudian mengungkapkannya
melalui tulisan.
Ada tiga tahap yang dilakukan dalam model pembelajaran Think Talk Write, yaitu
sebagai berikut:
a. Tahap Think (Berpikir)
Tahap ini dilakukan pada siswa bahwa berpikir itu dimulai dengan proses
membaca maupun menyimak terlebih dulu kemudian siswa dapat mengungkapkan ide
atau penyelesaian masalah secara tertulis dengan membuat semacam catatan kecil.
Proses berpikir pada tahap ini akan terlihat ketika siswa membaca masalah atau lembar
kerja yang diberikan guru kemudian siswa menuliskan apa yang diketahuinya atau
penyelesaian masalahnya.
b. Tahap Talk (Berbicara atau Berdiskusi)
Pada tahap ini siswa melakukan diskusi atau bertukar pendapat dalam kelompok
kecil. Ketika siswa dapat menyampaikan ide atau pendapatnya dalam kegiatan diskusi,
berarti siswa sudah mampu mengungkapkan idenya secara lisan (Talk). Tahap ini juga
memberikan kesempatan bagi siswa agar lebih terampil berbicara dan membangun
komunikasi yang baik antar siswa.
c. Tahap Write (Menulis)
Pada tahap ini merupakan tahap dimana siswa menuliskan hasil diskusi kelompok kecil
dan hasil dari catatan kecil masing-masing siswa.
Kemungkinan apa yang siswa tulis dalam tahap ini berbeda dengan apa yang siswa
tuliskan pada catatan individual (tahap think ). Hal ini terjadi karena setelah siswa melakukan
diskusi dalam kelompok kecil, ia akan memperoleh ide yang baru untuk menyelesaikan
masalah yang telah diberikan.
Langkah-langkah umum pembelajaran Think Talk Write adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi lembar kerja siswa yang memuat permasalahan dan petunjuk
pengerjaannya.
b. Siswa membaca teks dan membuat catatan kecil dari hasil bacaan secara individual
(think), untuk dibawa ke forum diskusi.
c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok untuk membahas isi
catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.
d. Siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dalam bentuk
tulisan (write).

2.2 Kerangka Berpikir


Pada kondisi awal pembelajaran di kelas 5 diduga masih tergolong konvensional,
dimana peran guru dalam pembelajaran sangat kuat, kurangnya interaksi antara guru dengan
siswa dan interaksi antara siswa dengan siswa sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar
bahasa Indonesia. Adapun hal lain seperti pikiran-pikiran yang ada dalam diri siswa bahwa
bahasa Indonesia sering dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan sepele,
mungkin hal ini dikarenakan bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar kita sehari-hari.
Tapi dilihat dari hasil ulangan bahasa Indonesia ada 13 siswa dari 23 siswa yang nilainya di
bawah KKM. Maka untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia peneliti
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa dengan variasi
diskusi kelompok yang berciri khas, guru menyediakan atau memberikan siswa permasalahan
kemudian siswa berpikir sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan membuat
catatan kecil sebelum sharing dalam kelompok dan kemudian menuliskannya. Cara ini
menjamin keterlibatan semua siswa dalam pembelajaran dan berdampak baik untuk
meningkatkan hubungan atau komunikasi antar individu dalam kelompok.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write diharapkan terjadi
perubahan sikap dan kemampuan siswa terutama dalam menulis yang terlihat dari hasil
belajar bahasa Indonesia.

2.3 Hipotesis Tindakan


Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut: diduga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write
dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia khususnya tentang meringkas isi buku
dengan memperhatikan penggunaan ejaan di SD Negeri 43 kelas 5 Kecamatan Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian


Dalam setting dan karakteristik subjek penelitian ini dipaparkan mengenai tempat
dilaksanakannya penelitian, waktu yang digunakan untuk penelitian, dan karakteristik dari
subjek penelitian tersebut.
3.1.1 Setting Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian ini di SD Negeri 43 Bontopedda Kecamatan Sinjai
Selatan Kabupaten Sinjai pada siswa kelas 5. Peneliti menggunakan waktu penelitian pada
semester genap tahun ajaran 2012/2013 mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei.
3.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri 43 Bontopedda Jumlah siswa
kelas 5 adalah 23 siswa, terdiri dari 10 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Semua siswa
tersebut tergolong normal tidak ada siswa yang mengalami gangguan ABK. Namun
demikian, walaupun semua anak dibilang normal atau mampu menerima pelajaran dengan
baik, tetapi ada salah satu siswa yang bandel, sulit diatur oleh guru sehingga siswa tersebut
sering mendapat nilai yang rendah karena selalu tidak memperhatikan pelajaran. Pekerjaan
orang tua siswa sebagian besar berprofesi sebagai petani dan sebagian kecil penambang pasir
sehingga orang tua siswa kurang memperhatikan anaknya dalam belajar. Hal ini dikarenakan
latar belakang pendidikan orang tua yang rendah.

3.2 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini
bersifat kolaboratif. PTK kolaboratif yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 43 Bontopedda Kecamatan
Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai Tahapan awal peneliti menyiapkan materi, menyusun RPP,
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengajar, kemudian guru kelas yang
mengajarkan pada saat pelaksanaan penelitian. Untuk observasi dapat dilakukan oleh guru
yang lain yang setara jabatannya.

Desain penelitian yang dipergunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model
kemmis dan Mc Taggart. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali
hingga tercapai tujuan yang diharapkan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan
yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki.
Desain penelitian model Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari tiga tahapan rencana
tindakan, antara lain: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing)
dan refleksi (reflecting). Tahapan siklus diartikan sebagai perputaran tahapan dalam
penelitian tindakan kelas. Pada bagian ini dipersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan
dalam kegiatan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar. Desain yang
dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus diambil dari Kemmis dan
MC Taggart yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Desain model PTK bentuk spiral dari Kemmis dan
Taggart
Pelaksanaan tiap siklus tersebut secara garis besar dapat dijelaskan dengan gambar
berikut.

Skema Tahapan yang Dilakukan dalam Setiap Siklus


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc
Taggart dengan melalui beberapa siklus tindakan dan terdiri dari empat komponen yaitu:
a. Perencanaan yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan
dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada
observasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua
langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan
strategi pembelajaran, model yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan
instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.
b. Tindakan dan observasi yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan
disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan
kelas merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan
strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang
berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti
dengan subjek penelitian (siswa) sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi
terhadap apa yang terjadi dalam pembelajaran di kelas.
c. Hasil observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan
terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap
pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk
mengetahui ada tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan
yang sedang berlangsung.
d. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak
dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama
guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Kegiatan refleksi ini, guru
akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, serta apa yang
perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan
perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru
dan siswa, metode, model, alat peraga maupun evaluasi.

3.3 Variabel Penelitian


Sebelum menentukan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menentukan variabel
yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (20 10:60) variabel merupakan “segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan”. Variabel penelitian berfungsi
untuk pembeda dalam hubungan antar variabel yang satu dengan yang lainnya. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel yang
lain. Variabel bebas kedudukannya tidak tergantung oleh variabel yang lain dan sebagai
penyebab variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write.
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah unsur yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Bahasa Indonesia.Variabel yang
digunakan mengandung arti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write
mempengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 5 SD Negeri 43 Bontopedda

3.4 Rencana Tindakan


3.4.1 Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), meliputi :
a) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dilakukan
penelitian
b) Mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam indikator
c) Indikator kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran
d) Merumuskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan guru
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write
e) Menetapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan materi
2) Membuat evaluasi
3) Membuat lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pada pelaksanaan tindakan siklus I akan dilaksanakan 3 kali pertemuan. Masing-
masing pertemuan akan dilaksanakan tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,
dan penutup/akhir sebagai berikut :

Pertemuan pertama
1) Kegiatan Awal
a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa”Apabila kalian ingin mengetahui isi dari
buku cerita atau buku pengetahuan maka cara apa yang harus kalian lakukan?”
b) Menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran yaitu cara meringkas isi buku
2) Kegiatan Inti
a) Guru membagikan buku cerita anak atau buku pengetahuan kepada masing-masing
siswa
b) Guru meminta siswa membaca sekilas buku yang dibagikan sambil membuat catatan
kecil
c) Siswa diminta mencari judul buku dan nama penulis buku, serta pokok-pokok isi buku
cerita maupun buku pengetahuan yang telah dibaca
d) Siswa dibagi menjadi 5 kelompok sesuai judul buku
e) Dalam kelompok siswa diminta untuk mendiskusikan mengenai pokok-pokok isi buku
f) Perwakilan dari masing-masing kelompok maju untuk mempresentasikan hasilnya
g) Kemudian siswa menuliskan hasil dari presentasi pada lembar kerja yang telah
disediakan.
3) Kegiatan Akhir
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
b) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

Pertemuan kedua
1) Kegiatan Awal
a) Pada apersepsi, siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru mengenai membuat
paragraf yang padu serta penggunaan ejaan.Contoh ptk bahasa indonesia sd pdf
b) Menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran yaitu membuat paragraf yang padu
dengan memperhatikan ejaan dari pokok-pokok isi buku
2)Kegiatan Inti
a) Guru membagikan buku cerita anak atau buku pengetahuan kepada siswa dengan
judul yang sama seperti pada siklus 1
b) Siswa diminta mendiskusikan pokok isi buku pada siklus 1 menjadi beberapa
paragraf yang padu dengan memperhatikan ejaan.
c) Dari hasil diskusi siswa diminta merangkai pokok isi buku tersebut menjadi
beberapa paragraf yang padu dengan memperhatikan ejaan
d) Kemudian perwakilan dari masing-masing kelompok maju untuk mempresentasikan
hasilnya
3)Kegiatan Akhir
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
b) Menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
Pertemuan ketiga
Digunakan untuk tes formatif siklus 1
c. Tahap Hasil Observasi
Pada kegiatan ini peneliti melakukan observasi terhadap:
1)Kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
2)Kemampuan guru dalam mengelola kelas
3)Kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran
4) Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk
Write
5)Hasil belajar peserta didik dalam evaluasi pembelajaran
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil analisis akan digunakan sebagai
bahan refleksi untuk melihat keberhasilan maupun kekurangan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write. Untuk mengetahui
perubahan atas tindakan yang telah diberikan, diadakan perbandingan antara hasil belajar
bahasa Indonesia setelah diberi tindakan dengan hasil belajar bahasa Indonesia pada
tindakan sebelumnya. Dari hasil tersebut, diadakan tindak lanjut apabila tindakan yang
telah dilakukan tidak menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan hasil belajar
bahasa Indonesia. Kelebihan akan tetap dipertahankan, sedangkan kekurangan akan
diperbaiki pada tindakan berikutnya yang didiskusikan dengan guru kelas 5.
3.4.2. Siklus 2
Siklus 2 dirancang apabila siklus 1 belum berhasil. Kegiatan yang dilakukan pada
siklus 2 merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau kekurangan pada siklus 1.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap
bentuk penilaian. Kesalahan dalam pengumpulan data akan sangat berpengaruh terhadap
hasil penelitian. Maka data yang diharapkan dalam setiap penelitian adalah data yang benar
dan dapat dipercaya.
Sesuai dengan pendekatan tindakan kelas dan sumber data maka teknik pengumpulan
data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini meliputi:
a. Tes
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kemampuan siswa dalam mengerjakan dan mencari kalimat atau ide pokok dalam
bacaan. Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran.
b. Observasi
Untuk mengetahui perkembangan aktivitas belajar siswa dilakukan teknik
observasi. Observer bertugas untuk melakukan pengamatan dan penilaian melalui
pengisian lembar aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru dalam proses pembelajaran.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang
diperlukan sebagai data awal penelitian yang berupa jumlah siswa, daftar nama siswa,
dan daftar nilai siswa kelas 5 SD Negeri 43 Bontopedda Kecamatan Sinjai Selatan
Kabupaten Sinjai
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan hasil
belajar bahasa Indonesia adalah:
a. Tes
Tes diberikan kepada siswa setelah mempelajari bahasa Indonesia materi meringkas
isi buku dan menuliskan laporan pengamatan. Download PTK Bahasa Indonesia SD doc
Tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda. Adapun kisi-kisi soal pada siklus 1 dapat
dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1
Kisi-kisi Soal Siklus 1

Pada siklus 2 kisi-kisi soal yang dibuat berdasarkan indikator pada KD 8.2 Menuliskan
laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan,
final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2
Kisi-kisi Soal Siklus 2

b. Lembar Observasi atau Pengamatan


Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan mengajar guru dan
kegiatan siswa saat proses pembelajaran berlangsung sampai akhir pembelajaran. dalam
lembar observasi guru dan siswa, hal yang diamati pada intinya adalah kemampuan
siswa dalam memahami materi yang disampaikan guru dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Talk Write dan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe Think Talk Write sesuai dengan indikator dalam kisi-kisi lembar observasi
di bawah ini.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

Tabel 3.4
Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

3.6 Validitas dan Reliabilitas


3.6.1 Uji Validitas
Sebelum soal diberikan kepada siswa, maka untuk menguji valid dan tidaknya suatu
item maka menggunakan validitas instrumen berkaitan dengan sejauh mana suatu instrumen
sesuai atau tepat untuk mengukur tujuan. Untuk menentukan suatu item tertentu valid atau
tidak digunakan pedoman dari Priyatno. Menurut Priyatno (2010: 95) menyatakan suatu item
instrumen penelitian dianggap valid jika pada output Item-Total Statistics pada kolom
Corrected Item-Total Correlation nilainya ~ nilai r tabel. r tabel dicari pada signifikansi 0,05
dan jumlah data (n) = 21, maka didapat r tabel sebesar 0,433. Validitas dihitung dengan
menggunakan penghitungan SPSS 17. 0 for Windows.
Tabel 3.5
Uji Validitas Siklus 1

Hasil penghitungan validitas item pada soal siklus 1 dengan menggunakan SPSS 17.0
for Windows yang berdasarkan Corrected Item-Total Correlation berdasarkan tabel r yang
dikemukakan oleh Priyatno (2010: 95), maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian
validitas dari 40 item yang diuji ada 23 item yang valid dan 17 item yang tidak valid. Soal
yang digunakan untuk tes evaluasi pada siklus 1 diambil 20 soal dari 23 soal yang valid.
Tabel 3.6
Uji Validitas Siklus 2

Hasil penghitungan validitas item pada instrumen soal siklus 2 dengan menggunakan
SPSS 17.0 for Windows yang berdasarkan Corrected Item-Total Correlation berdasarkan
tabel r yang dikemukakan oleh Priyatno (2010: 95), maka nomor item 3, 4, 5, 13, 14, 17, 19,
27, 29 dinyatakan tidak valid karena nilai Corrected Item-Total Correlation < 0,433. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian validitas dari 30 item yang diuji ada 21
item yang valid dan 9 item yang tidak valid. Soal yang digunakan untuk tes evaluasi pada
siklus 2 diambil 20 soal dari 21 soal yang valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen dari
variabel yang hendak diukur. Pengukuran reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dengan
menggunakan Sekaran dalam Priyatno (2010: 98) sebagai berikut :
D < 0,6 : kurang baik
0,6 < D ~ 0,8 : dapat diterima
D > 0,8 : baik
Tabel 3.7
Uji Reliabilitas Siklus 1

Adapun hasil uji tingkat reliabilitasnya dapat dilihat bahwa Cronbach`s


Alpha sebesar 0,899 dari 23 item yang diuji. Menurut Sekaran dalam Priyatno
(2010: 98), Cronbach's Alpha 0,9 15 termasuk memiliki tingkat reliabilitas yang
baik. Ini berarti bahwa instrumen reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian.
Tabel 3.8
Uji Reliabilitas Siklus 2
Adapun hasil uji tingkat reliabilitasnya dapat dilihat bahwa Cronbach's Alpha sebesar
0,9 15 dari 21 item yang diuji. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2010: 98), Cronbach's
Alpha 0,9 15 termasuk memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Ini berarti bahwa instrumen
reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian.

3.7 Taraf Kesukaran


Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan
reliabilitas juga harus memperhatikan keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut.
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawab soal, bukan dilihat dari sudut pandang guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang
penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan
kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Menurut Arifin (2012: 272) cara
melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

Keterangan :
p = tingkat kesukaran
6B = jumlah peserta didik yang menjawab benar
N = jumlah peserta didik
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
P > 0,70 = soal kategori mudah
0,30 d p d 0,70 = soal kategori sedang
P < 0,30 = soal kategori sukar
Hasil penghitungan tingkat kesukaran pada soal siklus 1 dapat dilihat pada tabel 3.9
Tabel 3.9
Taraf Kesukaran Soal Siklus 1

Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran soal pada siklus 1 dari 23 soal yang
termasuk kategori mudah sejumlah 4 soal, yang termasuk kategori sedang sejumlah 19 soal,
dan yang termasuk kategori sukar sejumlah 0 soal. Soal pada siklus 1 yang termasuk dalam
kategori mudah terdiri dari nomor 7, 16, 22, 26 dan yang termasuk kategori sedang terdiri
dari nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10, 11, 12, 13, 19, 21, 23, 24, 25, 29, 30, 32, 35, 36 sedangkan yang
soal yang termasuk kategori sukar tidak ada.
Hasil penghitungan tingkat kesukaran pada soal siklus 2 dapat dilihat pada tabel 3.10
Tabel 3.10
Taraf Kesukaran Soal Siklus 2

Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran soal pada siklus 2 dari 21 soal yang
termasuk kategori mudah sejumlah 6 soal, yang termasuk kategori sedang sejumlah 15 soal,
dan yang termasuk kategori sukar tidak ada. Soal pada 36 siklus 2 yang termasuk dalam
kategori mudah adalah soal nomor 2, 9,11,12,20,24 dan yang termasuk kategori sedang
terdiri dari nomor 1, 6, 7, 8, 10, 15,16,18,21, 22, 23, 25, 26, 28, 30 sedangkan yang soal
yang termasuk kategori sukar tidak ada.
3.8 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dinyatakan dapat berhasil
apabila dapat meningkatkan skor kriteria hasil belajar siswa sebanyak 90% dari jumlah
keseluruhan siswa kelas 5 dengan mencapai nilai t 70.

3.9 Teknik Analisis Data


Jenis data yang penulis peroleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif
yang berupa skor hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dan 2. Data
tersebut diolah dan dianalisis menggunakan r product moment. Untuk memperoleh signifikan
tindakan yang dilakukan terhadap hasil belajar dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for
Windows.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamdani.
2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Set .
Iskandarwassid & Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Rosdakarya.
Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Priyanto, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
S u djana, N an a. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. B an dung: Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung : CV.ALFABETA.
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa.
Anggi, Nuraeni. 2012. “Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe Think Talk
Write (TTW) terhadap pemahaman konsep pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandung
dalam mata pelajaran ekonomi”.
Istiqomah , Annas Nur . 2009. “Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan strategi Think Talk
Permen No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Krizi.wordpress.com. 2011. “PTK model kemmis dan Mc Taggart”.
http://krizi.wordpress.com/201 1/09/12/ptk-penelitian-tindakan-kelas-model kemmis-
dan-mc-taggrat/.Diakses pada tanggal 4 Januari 2013.
Lipurtriyoso.wordpress.com. 2012. “Skripsi Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Bahasa Indonesia dengan Strategi Think Talk
Write”.http://lipurtriyoso. wordpress. com/2012/06/05/contoh-skripsi peningkatan-
aktivitas-dan-hasil-belajar-bahasa Indonesia -dengan-strategi-think talk-write-smp-
muhammadiyah-1-metro-tahun-pelajaran-201 0201 1/.Diakses pada tanggal 1 Januari
2024

Sinjai, 1 Januari 2024

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mapel

Hj. Hasni Arif, S.Pd. Andi Herawati, S.Pd.


NIP 196904171993072001 NIP 198105172022212026

Anda mungkin juga menyukai