PENDAHULUAN
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
Metode picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini
mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar
ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam
bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran picture and picture ini dapat
digunakan dalam berbagai mata pelajaran dan tentunya dengan kemasan dan
kreatifitas guru. Sejak di populerkan sekitar tahun 2002, model pembelajaran ini
mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Dengan menggunakan model
pembelajaran tertentu, maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Selama ini
hanya guru sebagai aktor di depan kelas, dan seolah-olah gurulah sebagai satu-
satunya sumber belajar.
Model pembelajaran picture and picture merupakan sebuah model dimana
guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi
atau memfasilitasi siswa untuk aktif belajar. Dengan menggunakan alat bantu atau
media gambar, diharapkan siswa mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang
baik dan dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga apapun pesan yang
disampaikan bisa diterima dengan baik dan mampu meresap dalam hati, serta dapat
diingat kembali.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan
selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus
menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang
dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Gambar yang baik digunakan dalam pembelajaran adalah gambar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat tiga syarat yang harus
dipenuhi, yaitu :
a. Harus otentik
Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti melihat benda
sebenarnya.
5
b. Sederhana
Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni.
- Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama di antara anggota kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
- Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung-jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
- Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang / mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu
berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
6
mencapai tujuan pendidikan. Seorang guru harus memahami dan mengetahui media
dengan alasan sebagai berikut :
1. Media sebagai alat komunikasi guru lebih mengefektifkan proses belajar mengajar
2. Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
3. Hubungan metode mengajar dengan media pembelajaran
4. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar
5. Nilai dan manfaat bagi media pengajaran
6. Memilih dan menggunakan media pendidikan
7. Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
8. Mengetahui penggunaan media dalam setiap materi yang diajarkan
Sebagaimana uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media dan guru
merupakan dua bagian yang turut berperan guru sebagai pendidikan, memerlukan
media dalam upaya melakukan tugas untuk membimbing siswa mencapai tujuan
pendidikan.
Agar tugas dapat terlaksana guru memerlukan sebagai alat bantu, media
memiliki suatu keunggulan, membantu para pendidik dalam mencapai pesan
pembelajaran, secara lebih cepat dan lebih mudah dipahami peserta didik.
Tidak hanya itu, media juga memiliki kekuatan yang bernilai positif dan
berenergi, sehingga mampu merubah sikap dan tingkah laku kearah yang kreatif dan
dinamis. Pada akhirnya media mengefektifkan proses belajar mengajar dan membantu
mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Dengan demikian guru bahasa indonesia
harus memiliki keterampilan, mendesain, memilih dan menggunakan media dalam
proses belajar mengajar bahasa indonesia.
Menurut Winata Putra tahun 2005; hal 2.22 adalah empat klasifikasi media
pengajaran yaitu :
1. Alat visual yang dapat dilihat, misalnya film, transparansi, micro projection,
gambar-gambar, ilustrasi chart, grafik, poster, globe.
2. Alat yang bersifat auditif, atau hanya dapat didengar seperti radio tape, transkripsi
elektris, ponograf record.
3. Alat yang bisa dilihat dan didengar seperti TV, film, benda-benda tiga dimensi.
4. Dramatisasi, bermain peran, sandiwara, boneka dll.
2.3 Pemahaman
7
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang
kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman
(comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga
(estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,
memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman,
siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di
antara fakta – fakta atau konsep.
Pembelajaran yang telah dilaksanakan lebih mengaktifkan siswa untuk telibat
selama proses pembelajaran berlangsung. Interaksi antara guru dengan siswa lebih
akrab sehingga guru lebih mengenal anak didiknya dengan baik.
Pengertian pemahaman menurut Sudijono (2009:50)adalah kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.Hasil
belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar
pengetahuan. (Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan
kedalam 3 kategori, yaitu : (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai
dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-
prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-
bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa
bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan
(3) tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi. Memiliki pemahaman
tingkat ektrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat
membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan
dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan
dengan implikasi dan konsekuensinya.
Pemahaman juga dapat diartikan perbuatan atau cara yang digunakan untuk
membuat anak menjadi paham atas materi yang sedang diterangkan. Sebagai bukti dari
tingkat pemahaman siswa dapat diukur dari hasil belajar siswa. Hasil belajar yang
menunjukan nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan berarti tingkat pemahaman anak
sudah memenuhi syarat. Dalam hal ini penulis mengukur tingkat pemahaman siswa dari
hasil belajar dengan persentase di Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah
ditentukan.
2.4 Membaca
8
Terdapat beberapa pengertian membaca menurut para ahli seperti berikut.
Anderson dalam Tarigan (2008, hlm.7) berpendapat bahwa:Membaca adalah suatu
preses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding presess),
berlainan dengan berbicaradan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding).
Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)adalah menghubungkan kata-kata tertulis
(written word)dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
Hodgson (Tarigan, 2008, hlm.7) menjelaskan bahwa: Membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses
yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam
suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan
tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Finochiaro dan Bonomo dalam Tarigan (2008, hlm.7) menjelaskan bahwa
Reading adalah bringing meaning to and getting meaning from printed ow written
material,memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan
tertulis.Dari ketiga definisi yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa membaca adalah proses pemahaman tulisan untuk mendapatkan pesan atau
makna dari sebuah tulisan.
Menurut Mr.Smith dalam buku Mr.Ginting terbitan tahun 2005, membaca yaitu
suatu proses yang membangun pemahaman sari bacaan (teks) yang tertulis. Menurut
Mr.Juel dalam buku Mr.Sandjaja terbitan tahun 2005, membaca yaitu proses untuk
dapat mengenal beberapa kata dan memadukan menjadi arti kata menjadi kalimat dan
struktur bacaan. Oleh karena itu, setelah membaca dapat membuat inti sarinya dari
bacaan tersebut.
Beberapa definisi membaca dari para ahli di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa membaca merupakan suatu proses memahami dan mengambil makna dari suatu
kata-kata, gagasan, ide, konsep, dan informasi yang telah dikemukakan oleh pengarang
pada bentuk tulisan. Segeralah membaca karena dengan membaca, ilmu pengetahuan
Anda akan bertambah. Bahan bacaan untuk membaca itu banyak sumbernya, bisa dari
buku pelajaran, majalah, koran , dan lainnnya.
2.5 Menulis
9
Menulis adalah suatu kegiatan mengungkapkan gagasan, pikiran, pengalaman
dan pengetahuan ke dalam bentuk catatan dengan menggunakan aksara, lambang atau
simbol yang dibuat secara sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh
orang lain. Menulis merupakan salah satu kegiatan yang kompleks mencakup gerakan
jari, tangan, lengan dan mata secara terintegrasi.
1. Scribble stage. Tahap ini ditandai dengan dimulainya anak menggunakan alat tulis
untuk membuat coretan-coretan sebelum membuat bentuk atau huruf yang dapat
dikenali.
10
2. Linear repetitive stage. Pada tahap ini, anak menemukan bahwa tulisan biasanya
berarah horizontal, dan huruf-huruf tersusun berupa barisan pada halaman kertas.
Anak juga telah mengetahui bahwa kata yang panjang akan ditulis dalam barisan
huruf yang lebih panjang dibandingkan dengan kata yang pendek.
3. Random letter stage. Pada tahap ini, anak belajar mengenai bentuk coretan yang
dapat diterima sebagai huruf dan dapat menuliskan huruf-huruf tersebut dalam
urutan acak dengan maksud menulis kata tertentu.
4. Letter name writing, phonetic writing. Pada tahap ini, anak mulai memahami
hubungan antara huruf dengan bunyi tertentu. Anak dapat menuliskan satu atau
beberapa huruf untuk melambangkan suatu kata, seperti menuliskan huruf depan
namanya saja, atau menulis bu dengan sebagai lambang dari buku.
5. Transitional spelling. Pada tahap ini, anak mulai memahami cara menulis secara
konvensional, yaitu menggunakan ejaan yang berlaku umum. Anak dapat
menuliskan kata yang memiliki ejaan dan bunyi sama dengan benar, seperti kata
buku, namun masih sering salah menuliskan kata yang ejaannya mengikuti cara
konvensional dan tidak hanya ditentukan oleh bunyi yang terdengar, seperti hari
sabtu tidak ditulis saptu, padahal kedua tulisan tersebut berbunyi sama jika dibaca.
6. Conventional spelling. Pada tahap ini, anak telah menguasai cara menulis secara
konvensional, yaitu menggunakan bentuk huruf dan ejaan yang berlaku umum
untuk mengekspresikan berbagai ide abstrak.
11
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
12
- Menyusun materi pelajaran
- Menyiapkan alat peraga
- Menyiapkan pedoman observasi
- Menyiapkan evaluasi
2. Pelaksanaan
Kegiatan siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 5 April 2019 dengan pokok
nahasa menulis karangan dengan kerangka cerita.
Kegiatan pada tahap ini antara lain :
- Tanya jawab dan latihan
- Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen mengembangkan
kerangka cerita menjadi sebuah karangan yang baik.
3. Pengamatan/pengumpulan data/instrumen
Observasi (pengamatan) dilakukan dengan menggunakan lembaran observasi
yang telah disediakan. Observasi pada pembelajaran bahasa Indonesia yang telah
disediakan. Observasi pelajaran bahasa Indonesia dilakukan oleh supervisor II yaitu Ibu
Sefta Wulandari, S.Pd.SD.
4. Refleksi
Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan supervisor II bahwa pembelajaran pada
siklus pertama sudah mulai menampakkan kemajuan, karena adanya peningkatan jumlah
siswa yang tuntas dan nilai rata-rata meningkat.
Pada pembelajaran siklus ini masih terdapat kendala diantaranya ada beberapa
siswa yang masih sulit bertanya, dan hasil belajarnya belum tuntas. Setelah diteliti siswa
tersebut masih bingung tentang pilihan kata dan kalimat, serta mengembangkan kerangka
menjadi karangan yang baik, disamping itu guru sering membelakangi siswa dan
penjelasan guru terlalu cepat.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
23 Redi √
24 Andini √
25 Melinda √
26 Cici √
27 Arya Krisnanda √
28 Carlos √
JUMLAH 20 5 3
Presentase Keaktifan 71.4% 17.8% 10.7%
Keterangan :
Aktif : Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif
menjawab pertanyaan.
Pasif : Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh dan tidak
menjawab pertanyaan.
Tidak Terlihat : Siswa hanya diam saja dan tidak memperhatikan pelajaran.
Tabel II
Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II Perbaikan Pembelajaran
Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri 24 Banyuasin III
16
Tingkat Keaktifan Siswa
No Nama Siswa Tidak
Aktif Pasif
Terlihat
1 Andrian Panagung √
2 Agung Surya √
3 Akmal Septian √
4 Arya Perdana Putra √
5 Alda Risma √
6 Alfina Damayanti √
7 Ani Lestari √
8 Afita Pramaida Sari √
9 Andreansyah Armada √
10 Firman Budi Pratama √
11 Gunawan Saputra √
12 Imam Isna Sugio √
13 Meira Purnama √
14 M. Janu √
15 M. Riski √
16 Mutiara √
17 Mursalin √
18 Nabila Aulia √
19 Novriyanti √
20 Puti Amalia √
21 Riski Aditya √
22 Karima √
23 Redi √
24 Andini √
25 Melinda √
26 Cici √
27 Arya Krisnanda √
28 Carlos √
JUMLAH 3 2 0
Presentase Keaktifan 89.2% 10.7%
Keterangan :
Aktif : Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif
menjawab pertanyaan.
Pasif : Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh dan tidak
menjawab pertanyaan.
Tidak Terlihat : Siswa hanya diam saja dan tidak memperhatikan pelajaran.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang memiliki tingkat aktivitas aktif
sebelum perbaikan 14 orang (50%). Sedangkan pada siklus 1 yaitu 24 orang (82%). Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus. Peningkatan aktivitas
belajar pada setiap siklus ini secara lebih jelas tersaji pada diagram 1.
17
Diagram 1
Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V
SD Negeri 24 Banyuasin III
90%
80%
70%
60%
50% Aktif
Pasif
40%
Tidak Terlihat
30%
20%
10%
0%
Siklus 1 Siklus 2
Hasil evaluasi yang dilakukan guru sebelum perbaikan pembelajaran pada setiap siklus pembelajaran
tersaji pada tabel.3
18
18 Nabila Aulia 90 90 90 Tuntas
19 Novriyanti 50 50 60 Belum
20 Puti Amalia 50 50 50 Belum
21 Riski Aditya 40 50 50 Belum
22 Karima 70 70 70 Tuntas
23 Redi 50 70 70 Tuntas
24 Andini 70 75 75 Tuntas
25 Melinda 70 70 70 Tuntas
26 Cici 50 70 70 Tuntas
27 Arya Krisnanda 75 75 75 Tuntas
28 Carlos 50 50 50 Belum
Jumlah 14 20 25
Presentase Keaktifan
71.4% 17.8% 10.7%
Siswa
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia
menunjukkan adanya peningkatan dari satu siklus pembelajaran ke siklus berikutnya.
Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran, jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar
atau memperoleh nilai ≥ 70 hanya 14 orang (50%). Kemudian siklus I 24 orang hanya (71%) dan
pada siklus II meningkat lagi menjadi 26 orang (84%) namun demikian pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia belum memenuhi syarat ketuntasan belajar yaitu lebih dari 84% mencapai nilai ≥
65.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari keadaan sebelum perbaikan pembelajaran ke
setiap siklus pembelajaran secara lebih jelas dapat dilihat pada diagram 2 yaitu :
Diagram 2
Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V
SD Negeri 24 Banyuasin III
19
90%
80%
70%
60%
50%
Tuntas
40%
Tidak Tuntas
30%
20%
10%
0%
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
20
paket. Upaya ini membawa dampak peningkatan pada aktivitas belajar maupun hasil
belajar siswa jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I.
Pada siklus II menunjukkan jumlah siswa yang sangat aktif dalam
pembelajaran sebanyak 25 siswa (84%) yang memperoleh nilai ≥70. Hasil yang telah
diperoleh ini memenuhi target yang diharapkan yaitu 80% ke atas siswa memperoleh
nilai ≥70.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh melalui tindakan bahwa fokus
perbaikan pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi
menulis karangan pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dicapai.
Siklus II
21
Berdasarkan hasil analisis tes pada siklus II tentang pembelajaran yang akan
dilaksanakan telah menunjukkan adanya peningkatan. Disini terlihat dari jumlah siswa
28,25 orang yang telah terlibat aktif dalam pembelajaran yang nilai hasil belajarnya
memperoleh nilai diatas 70. Hanya sekitar 3 orang saja yang aktif dalam
pembelajarannya. Hal ini menunjukkan aktifitas belajar siswa mengalami
peningkatan.
Berdasarkan pengamatan terhadap upaya peningkatan pembelajaran pada siklus I dan
siklus II ternyata pengguna metode demonstrasi, gambar dan pemberian tugas cukup
efektif dalam meningkatkan materi pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN SARAN TINDAK LANJUT
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Penggunaan media gambar dapat meningkatkan wawasan anak mengembangkan kalimat
dalam membentuk paragraf.
2. Metode Picture and Picture dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa
dalam membuat karangan. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pembelajaran tiga
siklusnya. .
3. Pada siklus II menunjukkan kenaikan yang pesat tentang aktifitas belajar maupun hasil
belajarnya.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini dapat disimpulkan saran
sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Agar pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat, sebaiknya menggunakan
gambar dan demonstrasi sehingga anak-anak lebih memahami.
2. Bagi Kepala Sekolah
Agar hasil perbaikan pembelajaran lebih bermanfaat bagi sekolah, maka Kepala
Sekolah perlu memberikan fasilitas serta ada forum diskusi antara sesama guru untuk
22
mengatasi keluhan yang ada pada guru dan media pembelajaran. Sehingga siswa
selalu termotivasi dalam pembelajaran terutama pelajaran bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Winata Putra, Udin.S. dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wardani, I.G.A.K. dkk. 2008. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas
Terbuka
23