Anda di halaman 1dari 24

Machine Translated by Google

Jurnal Pendidikan Anak Muda Berbakat


Ilmuwan, 7(4), 1225-1248, Desember 2019
e-ISSN : 2149- 360X
http://jegys.org

Artikel Penelitian

Eksplorasi Nilai Pendidikan di Randai


Seni Minangkabau, Indonesia
Fitri ARSIH1 , Siti ZUBAIDAH2 , Hadi SUWONO3 , Abdul GOFUR4

Diterima: 15 Agustus 2019 Diterima: 20 Oktober 2019


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai pendidikan seni randai dan
mengintegrasikannya ke dalam model pembelajaran berbasis masalah untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi calon guru IPA. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang terfokus pada bidang etnopedagogik. Data ek
pendidikan seni diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data keterampilan
komunikasi calon guru dikumpulkan melalui observasi selama proses pembelajaran.
Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan Uji N-Gain. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa: (1) nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kesenian Randai adalah:
Barundiang (berunding), bakarajosamo (berkerjasama), kaba, garak malingka dan
pengamalan kato nan ampek secara drastis, (2) nilai kesenian Randai pendidikan
diintegrasikan dalam model pembelajaran berbasis masalah dengan ciri-ciri:
pembelajaran dibangun dengan kolaborasi kaba (cerita) dan drama dalam
menggambarkan masalah, dibangun interaksi sosial: barundiang, bakarajosamo, duduak
basamo balapang-lapang dan bulek kato deck mufakat ( 3) Hasil uji efektivitas
menunjukkan bahwa pengintegrasian nilai pendidikan seni Randai dalam model
pembelajaran berbasis masalah efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi
calon guru IPA dengan rata-rata N-Gain sebesar 0,84 (kategori tinggi). Dengan demikian dapat disim
pendidikan seni dapat diintegrasikan ke dalam model pembelajaran sebagai upaya
meningkatkan kemampuan komunikasi calon guru IPA.
Kata kunci:
nilai pendidikan, pembelajaran budaya terpadu, seni randai , keterampilan komunikasi

Mengutip artikel ini:


Arsih, F., Zubaidah, S., Suwono, H., & Gofur, A. (2019). Eksplorasi Nilai
Pendidikan dalam Seni Randai Minangkabau, Indonesia. Jurnal Pendidikan
Ilmuwan Muda Berbakat, 7(4), 1225-1248. DOI: http://dx.doi.org/10.17478/
jegys.605463

1 Mahasiswa Pascasarjana, Program Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang, Program Pendidikan Biologi,
Universitas Negeri Padang, Indonesia. E-mail: fitribio@fmipa.unp.ac.id / ORCID No: 0000-0001-5703-5405 2
Program Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang, Indonesia E-mail: siti.zubaidah.fmipa@um.ac.id.
3 Program Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang, Indonesia Email: hadi.suwono.fmipa@um.ac.id.
4 Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang, Indonesia Email: abdul.gofur.fmipa@um.ac.id
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1226

Perkenalan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan perubahan yang cukup besar
dalam tatanan kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya dalam aspek ekonomi, pendidikan
dan sosial budaya. Dalam hal ini, jika siswa berbakat di Indonesia tidak mampu memanfaatkan
kemajuan teknologi dengan bijak, maka mereka akan mudah terjerumus ke dalam perilaku negatif
yang menyebabkan kemerosotan karakter dan moral. Siswa berbakat merupakan bagian terpenting
dalam pengembangan pendidikan termasuk perkembangan pendidikan di Indonesia.

Secara umum anak berbakat memerlukan kondisi khusus untuk meningkatkan potensinya
(Schreglmann & Öztürk, 2018) baik aspek hard skill seperti keterampilan komunikasi, keterampilan
berpikir, kemampuan menghadapi masalah secara kreatif maupun aspek soft skill seperti
pembelajaran nilai dan budaya. Namun pada praktiknya pendidikan di Indonesia belum secara
konsisten mengarah pada pencapaian hard skill, salah satunya keterampilan berpikir kritis (Umami,
2018). Proses pembelajaran yang rawan pada hafalan produk (konsep) serta kurang pada ranah
afektif dan keterampilan (Johannessen, Adriaenssen, Ernes, & Johannessen, 2017).

Beberapa permasalahan pendidikan lainnya yang masih memerlukan upaya perbaikan antara
lain adalah kegagalan pendidikan nilai di sekolah, proses pendidikan yang lebih banyak berupa
pengetahuan yang mati atau disebut juga book-centered knowledge (Zamroni, 2000), soft skill dan
aspek non-akademik lainnya seperti karakter. pembangunan, cenderung diabaikan (Umami, Gani,
& Waskito, 2019). Sistem pendidikan cenderung parsial sehingga masyarakat Indonesia kurang
memahami dan menghargai budaya (Alexon, 2010). Fenomena ini juga terjadi karena kurangnya
perhatian dan akomodasi terhadap budaya dan kearifan lokal yang ada di masyarakat dalam
pengembang kurikulum (Suastra, 2017), sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan.
Kondisi ini juga diperburuk dengan menurunnya penghayatan dan penerapan nilai-nilai budaya
karena kurang terintegrasinya budaya di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah siswa (Anwar,
Suardika, T, Suleiman, & Syukur, 2018). Pergeseran nilai-nilai budaya mengakibatkan semakin
terlupakannya nilai-nilai budaya lokal. Oleh karena itu, pelestarian secara sistematis sangat
diperlukan melalui integrasi dengan pembelajaran di sekolah

(Parmin, Nuangchalerm, & Islami, 2019).


Proses pembelajaran merupakan proses transmisi budaya sehingga pelestarian dan
penanaman nilai-nilai budaya dapat dilakukan melalui proses pendidikan di sekolah.
Menciptakan lingkungan belajar yang selaras dengan nilai-nilai budaya dan berpusat pada siswa
serta menciptakan lingkungan sekolah yang berkualitas merupakan upaya preventif untuk
mengurangi perilaku siswa yang tidak diinginkan dan meningkatkan potensi siswa (Kaya & Ataman, 2017).
Dalam paradigma ini, tujuan pendidikan tidak hanya mengajarkan siswa tentang dunianya, tetapi
juga memelihara pengembangan nilai-nilai dan rasa positif terhadap diri sendiri (Morotti, 2006).
Pembelajaran budaya terpadu menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Selain mampu mengembangkan dasar
Machine Translated by Google

1227 Arsih, dkk.,

kompetensi sains, pembelajaran terpadu budaya juga berperan dalam mengembangkan dan
melestarikan kearifan lokal (Suastra, 2017).
Beberapa ahli telah menjelaskan bagaimana relevansi dan pengaruh penanaman nilai-nilai budaya
terhadap proses pendidikan. Pengenalan dan pemasukan budaya yang tepat ke dalam kurikulum sains
dapat meningkatkan kinerja dan minat siswa selama proses pembelajaran (Davison & Miller, 1998).
UNESCO, organisasi dunia, terkait Pendidikan, telah mengamanatkan dan menekankan pentingnya
pengintegrasian dan penggunaan materi pendidikan yang sesuai dengan budaya sejak tahun 2003.
Pendidikan budaya terpadu menjadi landasan belajar mengajar siswa dalam nilai, norma, pengetahuan,
keyakinan, pengalaman praktik, dan bahasa yang menjadi landasan suatu budaya (Kana'iaupuni,
Brandon, & Jensen, 2010).

Beberapa peneliti dari beberapa negara juga telah memberikan informasi mengenai pengaruh
pembelajaran budaya terpadu terhadap hasil belajar siswa. Pendidikan terpadu budaya merupakan
pendekatan alternatif yang tepat dalam pendidikan dan praktik ilmu pengetahuan, yang berdampak
positif terhadap proses pencapaian dan perolehan keterampilan dan minat siswa India di Amerika
(James, 2006).
Integrasi nilai budaya dan tradisi berdampak pada berbicara, berpikir dan meningkatkan motivasi siswa
dalam pembelajaran sastra, seni, matematika, dan sains di Kazakthan (Erkisheva, Koshanova,
Alikhanova, & Omarova, 2014). Hasil penelitian Okwara (2017) menjelaskan peningkatan prestasi dan
minat siswa dalam mempelajari Sains dan Teknologi Dasar di Benue State, Nigeria, melalui
pembelajaran budaya terpadu.

Integrasi budaya dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA di Indonesia sudah mulai
diterapkan. Beberapa penelitian dilakukan melalui pengintegrasian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal
ke dalam tema dan subtema materi pelajaran (Prasetiyo & Dewi, 2013; Sarwanto, Sulistyo, Prayitno, &
Pratama, 2014; Leksono, Syachruroji, & Marianingsih, 2015; Subhan, 2017; Kurniati, Wahyuni, & Putra,
2017; Anwar, Suardika, T, Suleiman, & Syukur, 2018). Selain melalui muatan materi pelajaran, integrasi
budaya juga dapat dilakukan dengan mengembangkan model pembelajaran. Beberapa peneliti di
Indonesia telah melakukan penelitian tentang pengintegrasian nilai-nilai budaya Bali, Sunda, Jawa,
Bugis, Batak ke dalam model pembelajaran (Marheni & Suardana, 2014; Subali 2014; S, 2015; Arwita
2017; Hermawan, Suwono, & Susilo; Restina 2017 ).

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu, integrasi kebudayaan masih sebatas pada


kebudayaan yang berupa kearifan lokal, nilai-nilai interaksi tatanan kehidupan dan potensi alam.
Sedangkan kebudayaan dalam bentuk seni mempunyai peluang untuk dikolaborasikan dalam proses
pembelajaran. Salah satu kebudayaan berupa kesenian daerah yang dapat diintegrasikan ke dalam
model pembelajaran adalah kesenian Randai yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.

Kesenian Randai juga dikenal sebagai salah satu pamenan adaik (permainan tradisional) atau
dikenal juga dengan sebutan pamenan anak nagari (permainan anak negeri). Randai adalah salah satunya
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1228

kebudayaan tradisional Minangkabau yang dilakukan secara kolektif karena dibangun oleh unsur drama,
kaba (cerita), tari, nyanyian dan silat. Barandai artinya Bakaba
(bercerita). Kaba yang diceritakan dalam pementasan Randai adalah permasalahan yang berkaitan
dengan agama, adat istiadat, dan budaya, yang umumnya berkaitan dengan biografi. Oleh karena itu, jika
Randai sebagai pamenan anak nagari (permainan adat), maka Randai tetap mengacu pada adat Minangkabau.
Di lingkungan masyarakat Minangkabau, Randai dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh dan
berperan dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan bermasyarakat.
Randai merupakan salah satu jenis warisan budaya masyarakat Minangkabau. Namun saat ini
kesenian Randai mulai tergerus dari perhatian masyarakat Minangkabau bahkan “ditinggalkan” karena
kalah saing dengan seni modern seperti musik pop Korea yang sangat booming di kalangan remaja. Hal
ini tentu sangat ironis, mengingat pada zaman dahulu pertunjukan Randai sangat diagungkan karena
mengandung pesan-pesan sosial dan pesan moral di dalamnya. Minimnya pembelajaran tentang kesenian
Randai di sekolah menjadi salah satu penyebab berkurangnya minat masyarakat khususnya generasi
muda terhadap kesenian ini. Pepatah mengatakan “Di luar pandangan, Di luar akal”, sehingga jika
generasi muda tidak lagi diberi ilmu tentang Randai maka mustahil mereka akan menyukainya karena
sesuatu yang tidak disukai tentu tidak dikembangkan. Dengan demikian, pada akhirnya Randai akan mulai
hilang dari budaya masyarakat karena tergerus arus perubahan zaman yang semakin mengarah pada
budaya modernisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai pendidikan kesenian Randai sebagai salah satu
kesenian dan kearifan lokal masyarakat Minangkabau, Indonesia. Nilai-nilai edukasi kesenian Randai
perlu ditelusuri agar dapat dijadikan pengetahuan bagi masyarakat dan dapat dijadikan landasan
pengembangan pembelajaran budaya lokal secara terpadu. Oleh karena itu, sebelum Randai diintegrasikan
ke dalam pembelajaran, perlu dilakukan analisis dan identifikasi nilai-nilai pendidikan dari seni Randai
yang dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran sehingga dapat dihasilkan model pembelajaran yang
mengandung kearifan lokal.

Pembelajaran Budaya Terpadu dalam Bentuk Seni


Pembelajaran terpadu budaya menjadi alat proses pembelajaran dalam memotivasi siswa menerapkan
pengetahuan, bekerja sama, dan mempersepsikan keterkaitan antar bidang ilmu (Mariana, 2017).
Pembelajaran dengan budaya dapat membuat siswa tidak terasing dari budaya lokalnya dan meningkatkan
apresiasi siswa terhadap budaya lokal. Pembelajaran budaya terpadu dapat mendidik karena pembelajaran
berbasis budaya juga merupakan pembelajaran konstruktif (Alexon, 2010). Selain itu pembelajaran
budaya terpadu mampu membangun inspirasi dan menggerakkan peserta didik menuju masyarakat luas
yang mampu aktif memberikan revolusi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan sosial
disekitarnya. Jika dilihat dari aspek guru, pembelajaran budaya terpadu memfasilitasi terciptanya suasana
belajar yang dinamis, yang mengakui keberadaan siswa, pengalaman siswa, dan pengetahuan.

Pembelajaran budaya terpadu merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memadukan materi atau
proses pembelajaran dengan budaya masyarakat (Ardan, 2016). Satu budaya di
Machine Translated by Google

1229 Arsih, dkk.,

Masyarakat Indonesia adalah seni daerah. Berbagai macam kesenian daerah telah menjadi budaya
masyarakat Indonesia, antara lain lagu, alat musik, cerita, drama tradisional, dan lain sebagainya. Setiap
kesenian daerah mempunyai kelebihan dan keunikan yang dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran yang diintegrasikan dengan seni merupakan strategi dalam mengembangkan kognitif
(Baker, 2013) dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Nilson, Fetherston, McMurray, &
Fetherston, 2013). Di dalam kelas, mengintegrasikan sains dan seni memberikan siswa kebebasan untuk
berpikir, menemukan, dan membuat koneksi (Alberts, 2010). Hal ini sejalan dengan teori perkembangan
kognitif Vygotsky yang menekankan pentingnya pengalaman bahasa dan budaya dalam perkembangan
kognitif dan konsep siswa.
Eisner menyatakan bahwa seni memberi anak pengalaman, makna, dan perkembangan pemikiran. Secara
khusus, mereka menciptakan hubungan yang bermakna dengan konsep yang diajarkan melalui kegiatan
pembelajaran aktif (Baker, 2013). Sehingga melalui integrasi seni, implementasi tujuan pembelajaran yang
hierarkis, termasuk penggunaan konteks dan budaya dapat dimasukkan ke dalam unit pembelajaran untuk
mendorong variabel kognitif yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.

Seni memberikan manfaat dan pengaruh dalam meningkatkan motivasi, perhatian, dan pemahaman
(Gazzaniga, 2008). Didukung oleh Fund Foundation, Gazzaniga merangkum beberapa temuan yang
menjawab bukti awal bahwa eksplorasi dalam seni berdampak pada fungsi otak dengan mempengaruhi
perkembangan pengurutan, manipulasi informasi semantik, dan keterampilan belajar motorik. Seni

integrasi juga berperan dalam mendorong pendekatan pedagogi yang berpusat pada siswa; berbagai
elemen seni memungkinkan siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri, keterampilan komunikasi,
pemahaman tentang cara mereka belajar dan yang paling penting adalah seni mengekspresikan diri
(Dhanapal, Kanapathy, & Mastan, 2014).
Pembelajaran seni terpadu mempunyai pengaruh terhadap perkembangan interaksi sosial siswa
karena setiap siswa seni akan saling berinteraksi dalam mengembangkan ide dan imajinasinya. Seni
memberikan inspirasi kepada siswa untuk menghasilkan imajinasi dalam kenyataan (Greene, 2007). Seni
memberikan ruang kepada siswa untuk berimajinasi lebih dari sekedar pengetahuan karena pengetahuan
terbatas pada segala sesuatu yang kita ketahui dan pahami sedangkan imajinasi mencakup seluruh dunia
dan semua yang pernah mengetahui dan memahami.
Selain itu, hasil penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam seni berkontribusi
terhadap peningkatan kinerja akademik siswa (Walker, Winner, Hetland, Simmons, & Goldsmith, 2011).

Randai Media Seni untuk Pendidikan

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam budaya. Wilayah
provinsi Sumatera Barat identik dengan suku Minangkabau sehingga secara adat dan suku, masyarakat
di Sumatera Barat dikenal dengan sebutan masyarakat Minangkabau. Salah satu bentuk kebudayaan
dalam adat Minangkabau adalah seni.
Randai merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Minang (Sumatera Barat). Randai merupakan
satu-satunya kesenian tradisional yang dikerjakan secara kolektif karena dibangun oleh unsur drama, Kaba
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1230

(cerita), tarian, lagu, dan silat. Randai adalah praktik dramatis kato dalam nan ampek
dan dikenal juga sebagai salah satu pamenan adaik (permainan tradisional) atau dikenal juga dengan
sebutan pamenan anak nagari (permainan anak-anak negeri). Suatu permainan dengan gerakan
melingkar, kemudian bergerak pelan-pelan, sambil menyampaikan Kaba (cerita) melalui nyanyian secara
bergantian (Harun, 1993).
Barandai artinya Bakaba (bercerita). Randai adalah pertunjukan Kaba dan bentuk drama atau teater.
Kaba merupakan pesan yang mengandung kearifan lokal, nasehat dengan menggunakan kalimat kiasan
atau kata-kata yang samar-samar (Zulkifli, 2013). Randai mempunyai ciri khas tersendiri; (1) Randai
berisi tentang Kaba (cerita) yang populer di masyarakat, (2) penyampaian Kaba dilakukan dalam bentuk
dialog dan nyanyian diiringi alat musik tradisional seperti talempong, saluang, rabab, dan gandang, ( 3)
nilai dramatik yang dikembangkan melalui improvisasi pemain dan pada umumnya bersifat spontan, (4)
adanya hubungan yang erat dan harmonis antara pemain dan penonton, (5) Randai dapat dimainkan di
lingkungan terbuka yang disebut medan nan bapaneh, (6) Randai pertunjukan sangat fleksibel dari segi
cerita dan waktu (7) bahasa yang digunakan dalam pertunjukan Randai adalah bahasa Minangkabau
(Indrayuda, Muasril, & Budiman, 2013).

Randai merupakan media penyampaian pesan dan kearifan lokal. Pengetahuan pribumi merupakan
pengetahuan masyarakat adat tertentu yang telah digunakan selama berabad-abad untuk bertahan dan
eksis sehari-hari (Die, 2011). Pada masyarakat lokal, pengetahuan tersebut dapat ditemukan dalam
bentuk cerita, nyanyian, ritual, mitos dan mitologi, dongeng, peribahasa, dan cerita rakyat. Hal tersebut
juga dapat ditemukan dalam aspek budaya material, seperti ornamen simbolik dan perlengkapan tubuh,
serta makna dan interpretasi sosial yang terkandung dalam artefak budaya. Secara pedagogik,
instruksional dan komunikatif, pengetahuan budaya asli ini menginformasikan dan/atau mengajarkan
tentang gagasan pendidikan sebagai hak masyarakat, hak dan tanggung jawab peserta didik untuk
mandiri dan orang lain (teman sebaya, guru, dan masyarakat pada umumnya).

Secara ilmu pedagogi, kesenian Randai dapat dikatakan sebagai media pembelajaran bagi
masyarakat Minangkabau. Seni Randai telah menerapkan berbagai metode pembelajaran, yaitu metode
drama. Proses pembelajaran dalam drama bersifat dinamis dalam tiga hal: fisik, perhatian, dan
kemampuan interpersonal. Pembelajaran jasmani dilakukan secara tradisional, misalnya duduk,
mendengarkan, dan mendengarkan cerita yang dibawakan.
Selain itu, proses drama memerlukan gerak tubuh karena siswa masuk dan keluar antara dunia drama
nyata dan dunia imajinasi ketika ia berperan. Situasi ini mengharuskan mereka untuk merefleksikan
peran mereka secara kritis.
Drama adalah praktik pendekatan konstruktivis; siswa mengungkapkan pikirannya secara lisan,
tertulis, dan fisik. Sekaligus mereka dapat memahami dan menafsirkan bentuk-bentuk ekspresi diri siswa
lainnya. Makna bersama berkembang ketika mereka menemukan objek dan peristiwa di lingkungan
sosial (Saka, Ebenezer, Çakÿr, & Saka, 2016). Kegiatan drama kreatif dapat membantu dalam
membentuk kontak baru dengan menggunakan
Machine Translated by Google

1231 Arsih, dkk.,

latar belakang pengetahuan anak-anak (DuPont, 2009). Integrasi drama ke dalam pendidikan memberikan
pendekatan alternatif dalam pembelajaran. Drama ini mempunyai potensi untuk meningkatkan imajinasi,
mendorong pemikiran mandiri, memungkinkan pembelajaran kooperatif,
dan menciptakan kepekaan sosial.
Masalah Penelitian

Pendidik sains saat ini menghadapi tantangan besar meskipun ada reformasi pendidikan dan penelitian
yang penting selama beberapa dekade terakhir. Tantangan yang paling penting dan mengkhawatirkan
adalah rendahnya motivasi dan minat siswa dalam mempelajari IPA. Rendahnya minat belajar diikuti
dengan menurunnya nilai, moral, etika, dan kemampuan komunikasi siswa. Fenomena ini jika terus
dibiarkan dikhawatirkan akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.

Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran yang benar yang dilaksanakan di perguruan tinggi
khususnya Universitas Negeri Padang telah dilaksanakan dengan berbagai metode seperti diskusi, tanya
jawab, observasi, dan praktikum.
Namun pada umumnya penerapan metode tersebut belum tertata secara sistematis melalui model
pembelajaran dan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan karakter.
Pembelajaran lebih menekankan pada pengembangan intelektual dan masih minim pada pengembangan
karakter.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ilmu pendidikan dengan tetap
berpegang pada nilai-nilai budaya bangsa. Salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai
budaya dalam proses pembelajaran. Pengintegrasian nilai-nilai budaya dapat dilakukan salah satunya
melalui instruksi eksplisit atau program umum (Raduloviÿ & Stanÿiÿ, 2017). Pembelajaran berbasis
masalah dapat diintegrasikan dengan seni budaya untuk meningkatkan minat, motivasi siswa, dan sebagai
sarana penanaman nilai-nilai karakter. Integrasi seni dalam proses pembelajaran dapat digunakan untuk
memperkuat konsep akademik dan membuat konten menjadi lebih menarik (Peppler et al., 2014).

Sebagai strategi pembelajaran, pembelajaran terpadu nilai-nilai budaya kesenian Randai akan
mendorong kemampuan imajinatif, metaforis, komunikasi, dan kesadaran budaya.
Dengan demikian pembelajaran terpadu yang memadukan nilai-nilai budaya dari kesenian Randai tidak
hanya mendidik, menginspirasi tetapi juga menggerakkan peserta didik ke dalam masyarakat luas yang
mampu aktif memberikan penyelesaian yang bertanggung jawab terhadap permasalahan sosial di sekitarnya.
Pengintegrasian nilai-nilai budaya tersebut juga merupakan salah satu langkah menjaga kelestarian
kesenian Randai yang selama ini belum dikenal atau mulai dilupakan oleh generasi muda di wilayah
Sumatera Barat.
Fokus masalah dalam penelitian yang dilakukan adalah:

• Nilai pendidikan apa saja yang dapat digali dari kesenian Randai?

• Bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan seni Randai dalam pembelajaran IPA


proses?

• Bagaimana efektivitas integrasi nilai-nilai pendidikan seni randai


pada pembelajaran keterampilan komunikasi siswa?
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1232

metode
Model Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali nilai pendidikan seni Randai , Minangkabau,
Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif
yang berfokus pada bidang etnopedagogik. Kajian dilakukan di Kota Padang dan
Sawahlunto sebagai kota yang konsisten mengembangkan kembali kesenian Randai .
Tahapan penelitian dilakukan sebagai berikut; (1) penelusuran informasi melalui kajian
referensi media cetak dan elektronik terhadap nilai-nilai pendidikan seni Randai ; (2)
melakukan wawancara dan observasi lapangan langsung untuk mengumpulkan data; (3)
pemilihan hasil eksplorasi, hanya nilai pendidikan yang relevan dengan pembelajaran yang
dipilih untuk mengembangkan model pembelajaran; (4) mengintegrasikan nilai pendidikan
yang telah diperoleh ke dalam pembelajaran berbasis masalah; (5) menguji efektivitas
pengintegrasian nilai pendidikan seni randai terhadap kemampuan komunikasi calon guru
IPA.
Peserta
Partisipan penelitian merupakan informan yang sangat memahami dan dapat memberikan
penjelasan mendalam tentang kesenian Randai . Informan kunci ini dipilih dengan
menggunakan teknik purposive sampling, namun kemudian informan berkembang melalui
teknik snowball. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang ahli Randai (budaya
Minangkabau), tiga orang praktisi pendidikan kebudayaan Minangkabau, 2 orang tokoh
adat Minangkabau (Ketua Masyarakat Adat Nagari), lima orang pemain Randai , dan 2
orang pelatih Randai . Selain itu dilakukan uji keefektifan model pembelajaran terpadu nilai
seni budaya Randai yang melibatkan 71 calon guru IPA Universitas Negeri Padang,
Indonesia. Uji efektivitas dilakukan pada mata kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia.

Pengumpulan data

Data yang diperoleh meliputi; (1) nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam kesenian
Randai ; (2) ciri-ciri model pembelajaran terpadu nilai pendidikan seni randai ; (3)
kemampuan komunikasi calon guru setelah melalui pembelajaran terpadu merupakan nilai
pendidikan seni randai . Data untuk penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
wawancara semi terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan tertulis sebagai
panduan. Tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi mendalam terkait
kesenian Randai dan nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Randai . Selain itu
pengumpulan data juga dilakukan melalui observasi langsung di lapangan, dokumentasi, dan studi litera
Prosedur pengumpulan data diawali dengan merancang dan mengembangkan pedoman
wawancara yang sesuai dengan kebutuhan peneliti yang berkaitan dengan penggalian
informasi seni randai dan nilai pendidikan seni randai . Variabel indikator dalam wawancara
adalah: bagaimana sejarah kesenian Randai , filosofi kesenian Randai , makna kesenian
Randai , mekanisme pelaksanaan pertunjukan Randai , pola interaksi yang dibangun dari
kesenian Randai dan pandangan masyarakat terhadap Randai . seni. Data hasil wawancara
kemudian diperkuat melalui a
Machine Translated by Google

1233 Arsih, dkk.,

studi literatur dengan mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan kesenian Randai .
Observasi dilakukan dengan teknik non partisipatif, dimana peneliti hanya melihat realitas
pertunjukan Randai yang diadakan di kota Padang dan Sawahlunto yang terjadi di lapangan
namun tidak terlibat langsung.
Instrumen yang digunakan untuk melihat keefektifan model pembelajaran terpadu nilai-
nilai budaya Randai adalah lembar observasi keterampilan komunikasi.
Keterampilan komunikasi diukur menggunakan rubrik keterampilan komunikasi Allen (2014)
yang terdiri dari Indikator Organisasi, Konten, dan Penyampaian dengan skala penilaian 1-4.

Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menginterpretasikan data wawancara dengan hasil
observasi. Analisis data dilakukan dengan memadukan hasil wawancara dengan hasil
observasi sehingga menghasilkan interpretasi data yang kuat. Berdasarkan hasil interpretasi
tersebut diperoleh informasi tentang sejarah seni, komponen Randai , dan nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam setiap pertunjukan Randai . Dengan demikian akan
diperoleh informasi tentang nilai-nilai seni Randai yang dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran.
Keefektifan model pembelajaran terpadu nilai pendidikan seni randai terlihat dari tingkat
kemampuan komunikasi yang dicapai siswa calon guru setelah proses pembelajaran. Hasil
tes keterampilan komunikasi dianalisis menggunakan persamaan Normalized Gain (N-gain)
(Hake, 1998).
Hasil analisis kemudian dikategorikan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1.
Kriteria Interpretasi Keuntungan yang Dinormalisasi
Persentase Kriteria

0,70 ÿ g < 1,00 Tinggi


0,30 ÿ g < 0,70 Sedang

0,0 g < 0,30 Miskin

Hasil
1. Pandangan Nilai Edukasi dalam Seni Randai

Penelusuran nilai-nilai pendidikan kesenian Randai dilakukan melalui wawancara kepada


informan yang memahami seluk beluk kesenian Randai yang terdiri dari para ahli Randai
(budaya Minangkabau), praktisi pendidikan budaya Minangkabau, tokoh adat Minangkabau
(Ketua Masyarakat Adat Nagari) , pemain Randai , dan pelatih Randai . Selain melalui
wawancara data terkait nilai edukasi juga ditelusuri melalui observasi langsung ke kelompok
Randai di Padang (Grup Tari Nan Jombang Ladang) dan Grup Randai Ngalau Nan Sati
serta Grup Randai Lubuak Simaung yang berlokasi di Kota Sawahlunto Barat. Provinsi
Sumatera. Observasi ini dilakukan sebagai penguatan
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1234

informasi yang diperoleh dari informan. Berdasarkan informasi

Dalam proses pengumpulannya, nilai-nilai pendidikan seni Randai dikelompokkan menjadi


tiga bagian, yaitu: (1) nilai-nilai pendidikan dalam persiapan pertunjukan Randai , dan (2)
nilai-nilai pendidikan dalam pertunjukan Randai . Berikut ini akan dijelaskan nilai-nilai
pendidikan apa saja yang terdapat dalam kesenian Randai .
Randai
Nilai Edukasi dalam Persiapan Pertunjukan
Pertunjukan kesenian Randai memerlukan persiapan yang sangat matang. Persiapan
diawali dengan pemilihan tema, penokohan, dan skenario Kaba (cerita) yang akan
diceritakan. Dalam pelaksanaan penyusunan Randai terdapat jabatan yang mengandung
nilai pendidikan, yaitu: Barundiang (memberi). Barundiang dilaksanakan terutama pada
bulek kato dek mufakaik (satu kata sepakat) dan bakarajosamo .
(berkolaborasi) oleh seluruh elemen yang terlibat dalam pementasan Randai .
Barundiang merupakan kegiatan berbicara, menasihati, atau bermusyawarah dalam
menyelesaikan masalah. Barundiang merupakan wujud kearifan lokal berupa budaya yang
dilakukan masyarakat Minangkabau dalam menyelesaikan permasalahan. Pada pos
persiapan pementasan Randai , seluruh unsur yang terlibat dalam pementasan adalah
Barundiang. Barundiang dilakukan dalam penentuan tema Kaba , pemilihan peran dan
pemain, penentuan lageran ( anak randai) dan penentuan gurindam yang akan mendampingi
kaba. Barundiang dilaksanakan secara terorganisir yang dipimpin oleh pengawas Kelompok
Randai yang disebut Pangkatuo Randai, yaitu sesepuh yang banyak berpengalaman dalam
ilmu silat, ilmu batin dan sangat mengenal adat istiadat. Dalam hal ini pepatah “bajalan jo
"
nan tuo itu berarti berlaku untuk berjalan dengan orang yang lebih tua.
Hal ini bertujuan agar pertunjukan Randai yang akan dipentaskan mengandung nilai-nilai
kebenaran secara adat dan etika masyarakat Minangkabau, oleh karena itu para tetua adat
mengawasi seluruh kegiatan Randai . Pemilihan kaba yang akan dimainkan ditentukan oleh
hasil Barundiang antara Pangkatuo dengan tokoh adat dan pemangku, karena kaba yang
dipilih harus bermanfaat bagi anak Randai beserta masyarakat dan penontonnya.

Menurut Chairul Harun, Budayawan Minangkabau (10 Juni 2018) suatu kelompok
Randai tidak memiliki aturan tertulis dan pembagian tugas yang ketat di dalamnya

organisasi. Interaksi yang dibangun oleh masing-masing kelompok Randai adalah solidaritas, saling
menghormati dan saling mencintai. Seluruh anggota kelompok Randai dalam hal ini disebut bakarajosamo
(bekerja sama), lakukan segala persiapan secara bersama-sama. Artinya Barundiang
prosesi menerapkan kerjasama. Setiap kelompok Randai memegang prinsip demokrasi
sebagai landasan hubungan sosial, sehingga tidak ada pemimpin yang mutlak dalam Randai .
menunjukkan. Meskipun pementasan pertunjukan Randai tergabung dalam suatu struktur
yang menimbulkan perbedaan jabatan satu sama lain, namun seluruh unsur panitia bekerja
sama secara kooperatif dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kegiatan tersebut dapat
diartikan bahwa penyusunan pertunjukan Randai mengandung nilai-nilai karakter yang
mencerminkan sikap sosial masyarakat Minangkabau dalam mengatasi permasalahan dan
mengambil keputusan, yaitu dengan mengutamakan musyawarah.
Machine Translated by Google

1235 Arsih, dkk.,

yang berpegang teguh pada prinsip demokrasi. Artinya Randai telah mengajarkan masyarakat tentang
makna percakapan yang mengedepankan unsur kebersamaan dan persatuan dalam menyelesaikan
masalah melalui seni.
Kedudukan Barundiang dengan prinsip bakarajosamo (bekerja sama) dalam persiapan pertunjukan
Randai dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Secara pedagogi, posisi Barundiang
dapat diselaraskan dengan diskusi, sedangkan bakarajosamo dikaitkan dengan pembelajaran
kooperatif. Barundiang mempunyai makna yang lebih dalam karena Barundiang tidak hanya sekedar
kegiatan diskusi tetapi juga lebih ditekankan pada proses penyelesaian masalah secara bersama-
sama. Diskusi memungkinkan siswa mempertimbangkan berbagai sudut pandang terhadap suatu
topik (Rahman et al., 2011). Siswa membawa beberapa karakteristik berbeda ke kelas yang
menginformasikan bagaimana mereka memahami dan memahami suatu topik. Penggunaan diskusi
memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi topik lebih dalam dari sekedar membaca tentang topik
tersebut atau mendengarkan ceramah tentang topik tersebut.
Dalam hal ini Barundiang dan bakarajosamo memberikan ruang kepada siswa untuk bereksplorasi,
mengembangkan keterampilan berpikir, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Sedangkan di
bakarajosamo, siswa dilatih penanaman nilai-nilai karakter dalam bentuk pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dalam penelitian pendidikan dilaporkan sebagai pedagogi yang berhasil
karena siswa bekerja untuk mencapai tujuan bersama dan dianggap berguna di kelas sains untuk
memecahkan masalah (Kibirige & Lehong, 2016).
Barundiang direncanakan dan dilakukan secara bersama-sama untuk menyelesaikan permasalahan. Oleh karena itu, Barundiang

dapat direkomendasikan sebagai suatu bentuk metode pembelajaran yang menjadi alat yang efektif
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah secara kooperatif dengan menerapkan ide-ide
abstrak dan berpikir kritis tentang apa yang dipelajari. Diskusi merupakan kerja sama tim yang
didasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan, gagasan, dan perasaan sebagian anggota lebih baik
dibandingkan individu atau lajang. Melalui diskusi, siswa akan terlibat aktif dalam mengolah informasi
dan ide. Diskusi merupakan wadah dimana siswa dapat berlatih mengungkapkan diri secara jelas dan
akurat, mendengarkan berbagai bentuk pendapat, mengkritik dan mengevaluasi segala ide dan
konsep yang dikemukakan (Gage & Berlinar, 1988).

Nilai Edukasi dalam Pertunjukan Randai

Prosesi pertunjukan Randai mengandung beberapa nilai edukasi, yaitu: (a) nilai edukasi pada
pasambahan (pembuka), (b) nilai edukasi pada kaba
(cerita) yang dipentaskan, (c) nilai pendidikan garak malingka (gerakan melingkar) dan (d) nilai
pendidikan dalam praktik drama kato nan ampek. A. Nilai Pendidikan di
pasambahan (pembukaan) dari Randai
Pertunjukan

Pasambahan merupakan prosesi pembukaan sebelum kaba dipentaskan oleh seluruh pemain Randai
(Gambar 1). Pasambahan selalu dipenuhi permohonan doa kepada Tuhan sang pencipta karena Dia
telah memberikan kemudahan dalam menyelenggarakan pertunjukan Randai . Selain itu, juga
terdapat permintaan maaf kepada penonton jika ada kesalahan yang tidak disengaja atau ada hal
yang tidak pantas dalam pementasannya. Ekspresi pasambahan disampaikan dengan pantun
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1236

diiringi lagu dayang daini dan simantang randah (Wawancara dengan Ketua Masyarakat Adat
Nagari, 26 Juli 2018).

Gambar 1.
Prosesi Pasambahan Sebelum Ka'bah Dipentaskan

Kegiatan Pasambahan yang mengandung nilai-nilai spiritual artinya membuka dan memulai
suatu pekerjaan harus diawali dengan memohon pertolongan kepada Sang Pencipta yaitu Allah
dan memulai bekerja dengan hati yang selalu ikhlas dan bersih. Hal ini menunjukkan bahwa
karakter masyarakat Minangkabau sangat menjaga hubungan vertikal yaitu hubungan manusia
dengan Allah (Hablumminallah), dan hubungan horizontal adalah hubungan manusia
(Hablumminannas).
Nilai-nilai spiritual merupakan dimensi penting dalam pendidikan manusia (Niculescu & Norel,
2013). Nilai-nilai spiritual menjadi pedoman perilaku manusia dalam memahami sains (Chowdhury,
2016). Dalam hal ini nilai-nilai spiritual menjadi filter dalam menyikapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, nilai-nilai agama perlu diterapkan dalam proses
pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan.
Nilai-nilai spiritual dalam pasambahan (pembukaan) pertunjukan Randai dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPA (Biologi), dalam hal ini prinsip
Hablumminallah dapat diamalkan melalui berdoa sebelum memulai pembelajaran, memadukan
nilai-nilai syukur kepada Tuhan. kebesaran dan kekuasaan dengan mengintegrasikan nilai-nilai
ketuhanan nilai-nilai Islam pada muatan materi ilmu pengetahuan (Biologi).
Sedangkan prinsip Hablumminannas dapat diterapkan melalui interaksi selama proses
pembelajaran dengan salam, sikap saling mencintai, menghargai, dan kerjasama. Dengan
demikian, nilai spiritual dalam pementasan pasambahan (pembukaan) Randai dapat disebut
sebagai salah satu langkah alternatif mengatasi kemerosotan moral siswa dan sebagai upaya
penanaman nilai-nilai karakter siswa agar menjadi manusia seutuhnya.
B. Nilai Pendidikan di Kaba (cerita) Dipentaskan
Menurut Pakar Randai yang juga Budayawan Minangkabau, Eri Mefri (3 Juni 2018), Kaba adalah
cerita atau cerita yang merupakan media dalam memberikan edukasi kepada masyarakat
Minangkabau dengan mengacu pada satu tokoh. Kaba menjelaskan cerita yang diceritakan
berupa suatu peristiwa atau fenomena sosial atau fenomena kehidupan seorang tokoh dalam
kehidupannya di masyarakat. Kaba yang diceritakan dalam pertunjukan Randai merupakan
masalah adat dan budaya. Kaba yang dimainkan merupakan kaba yang beredar di Minangkabau yang mempu
Machine Translated by Google

1237 Arsih, dkk.,

unsur Pendidikan, yaitu: pendidikan agama dan pendidikan adat. Sehingga jika Randai merupakan
permainan anak-anak, maka Randai tetap mengacu pada adat istiadat Minangkabau.
Pemilihan Kaba yang dibawakan dalam pementasan Randai disesuaikan dengan pesan apa
yang ingin disampaikan kepada khalayak atau khalayak. Tema Kaba yang dipilih terkadang
merupakan gambaran dari suatu fenomena atau peristiwa yang sedang merajalela dalam kehidupan
masyarakat. Misalnya, kaba digunakan untuk mendidik dan menasihati generasi muda jika perilakunya
bertentangan dengan adat agar penontonnya mendapat hikmah dari kaba tersebut.
Cara ini lebih efektif karena masyarakat merasa tidak dibenarkan dan tidak digurui
dalam perilaku mereka.

Kaba di Randai mempunyai ciri khas tersendiri. Pertama, ciri randai mengandung kaba (cerita)
yang populer di masyarakat. Kedua, penyampaian kaba dilakukan dalam bentuk dialog dan nyanyian
dengan diiringi alat musik tradisional seperti talempong, saluang, rabab, dan gandang. Ketiga, nilai
dramatik dikembangkan melalui improvisasi pemain dan umumnya bersifat spontan. Keempat,
adanya hubungan yang erat dan harmonis antara pemain dan penonton. Kelima, Randai dapat
dimainkan di lingkungan terbuka yang disebut medan nan bapaneh. Keenam,

Pertunjukan Randai sangat fleksibel dari segi cerita dan waktu. Ketujuh, bahasa yang digunakan
dalam pertunjukan Randai adalah bahasa Minangkabau.
Kaba dalam kesenian Randai secara pedagogis dapat diselaraskan dengan metode cerita atau
drama. Bercerita adalah strategi pedagogi yang melatih siswa berbicara dan berinteraksi dengan
orang lain. Bercerita untuk memungkinkan transfer pengetahuan antar manusia.
Bercerita di antara rekan-rekan selama proses reflektif dilaporkan dapat menciptakan lingkungan
interaktif dan komunikasi efektif yang mendukung pertumbuhan profesional (Miller & Pennycuff,
2008). Cerita dapat membantu siswa membangun empati, mengembangkan kreativitas, dan
keterampilan berpikir kritis (Giorgetti, Campbell, & Arslan, 2017).
Cerita merupakan alat yang tepat untuk mendokumentasikan pengalaman dan menghasilkan
refleksi, karena bercerita dan menulis cerita dikaitkan dengan memfasilitasi, berbagi, merefleksikan
dan membangun suasana sosial di mana terbentuk rasa pengalaman kolektif.
Secara kognitif, siswa membangun koneksi dengan pengetahuan sebelumnya dan menciptakan
pengetahuan baru, sehingga bercerita dapat digunakan sebagai alat penguatan memori untuk
membantu siswa mentransfer pengetahuan yang tersimpan ke situasi baru (Altintas, 2018).
Cerita memungkinkan orang untuk memahami dan mengasosiasikan peristiwa biasa satu sama
lain dan membantu mengubahnya menjadi model emosional yang bermakna (Shirley, 2005).
Oleh karena itu, mengajar melalui cerita adalah alat yang sangat ampuh yang dapat memberikan
siswa imajinasi yang kaya, energik, bermakna, dan bertahan lama. Mendengarkan cerita merangsang
imajinasi, pengalaman sebelumnya, dan pengetahuan.
C. Nilai Pendidikan Pertunjukan Garak Malingka (Gerakan melingkar)
Randai dilakukan secara melingkar atau disebut Garak malingka. Malingka artinya melingkar, artinya
segala kegiatan dilakukan secara melingkar (Gambar 2). Lingkaran ini merupakan simbol yang
mengandung makna filosofis tentang kesatuan, keterbukaan, dan integrasi antara manusia dengan
lingkaran atau alur kosmos (Forshee, 2006). Penonton
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1238

memperhatikan Randai dalam posisi melingkar mengelilingi pemain Randai . Hal serupa juga
dilakukan oleh pemain Randai , dalam seluruh pementasan kaba dimainkan dengan posisi melingkar.
Sikap melingkar juga berarti musyawarah dalam mengambil keputusan dan sesuai dengan sila
ketiga dan keempat dalam Pancasila, dasar kehidupan bangsa Indonesia. Gerakan berputar-putar
yang dilakukan oleh para pemainnya memaknai para dai yang berkeliling menyebarkan agama Islam
dari suatu tempat ke tempat lain mengikuti sejarah kesenian Randai Minangkabau. Menurut Ery
Mefri, posisi lingkaran menunjukkan batas kekuasaan adat satu sama nagari (suatu daerah). Hakikat
lingkaran adalah pedoman hidup bermasyarakat, hidup bermusyawarah dengan memegang prinsip
tagak sama tinggi duduak sama randah, artinya semua manusia adalah sama, berbicara tatap muka,
saling menghormati.

Gambar 2.
Garak Malingka (Gerakan Melingkar pada) Pertunjukan Randai

Kedudukan Garak malingka dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Malingka dapat
dilakukan dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas. Posisi ini memungkinkan terjalinnya interaksi
sosial antar siswa, khususnya interaksi dalam komunikasi. Secara umum pembelajaran setiap kelas
di Indonesia masih heterogen sehingga jabatan Garak malingka memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan peer tutoring dalam memahami konsep dan memungkinkan seluruh siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

D. Nilai Pendidikan Secara Dramatis kato nan ampek


Minangkabau mempunyai seni berbicara. Istilah tersebut melekat pada istilah kato nan ampek
(empat kata), sebagai cara berbicara yang harus diperhatikan oleh masyarakat Minang dalam
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, kato mandaki, cara berbicara yang lebih muda
orang ke orang yang lebih tua. Kedua, kato manurun, yaitu cara berbicara orang yang lebih tua kepada
yang lebih muda. Ketiga, kato malereng, yaitu cara bertutur yang dilakukan antara sesama yang
dihormati. Keempat, kato mandata adalah cara bertutur yang dilakukan oleh orang-orang yang sebaya
atau seumuran.
Randai merupakan seni yang mengaplikasikan seni bahasa dalam praktik dramatik kato nan
ampek, dengan format dialog kato mandaki dan kato manurun yang terjadi antar mandeh .
Machine Translated by Google

1239 Arsih, dkk.,

(ibu) dan anak-anak. Kato mandaki digunakan ketika bakato (berbicara) dengan urang tuo
(orang tua atau orang yang lebih tua). Merupakan representasi pendidikan masyarakat Minangkabau
yang mempunyai aturan ketat dalam berbicara dan berkomunikasi. Kato nan ampek mempunyai empat
unsur, yaitu: Kato mandaki adalah cara berbicara kepada orang yang lebih tua dengan rendah hati dan
lemah lembut, misalnya dengan ayah, ibu dan paman. Kato mandata adalah cara berbicara kepada teman sebaya
(gambar 3). Kato malereng adalah cara berbicara kepada orang-orang yang kita hormati dan Kato
Manurun adalah cara berbicara kepada orang-orang muda dengan pikiran yang mendidik.

Gambar 3.
Perilaku Dramatis Kato Mandata (kata-kata horizontal)

Konsep kato nan ampek saat ini sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam
dialog masyarakat Minangkabau . Namun sifat kato nan ampek masih terlihat dari perilakunya, anak
menghormati orang tua dengan berjabat tangan dan mencium tangan orang tua. Dalam dialog, sangat
sulit menemukan kato mandaki
tampil dalam berbicara khususnya cara berdialog antara generasi muda dengan orang yang lebih tua.
Mereka cenderung menggunakan tatanan kato mandata . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh
tingginya pengetahuan orang muda dengan mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi sehingga
memudarkan caro ba kato mandaki ka yang tuo (cara berbicara dengan menggunakan kato mandaki
kepada orang yang lebih tua) yang pendidikannya lebih rendah. dibandingkan generasi muda. Namun
sehebat apapun anak atau keponakan dalam kesenian Randai tetap mempertahankan format sopan
santun, kato mandaki. Oleh karena itu, jika Anda menghadirkan Randai sebagai pembentuk karakter
dalam dunia pendidikan, Anda membawa etika dan budaya ke dalam ranah Minangkabau.
Artinya pembahasan Randai sebagai unsur Pendidikan sama dengan berbicara tentang karakter
masyarakat Minangkabau.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah Mengintegrasikan Nilai Hasil Randai Pendidikan Seni

penyelidikan nilai pendidikan seni Randai dijadikan landasan dalam pengembangan inovasi model
pembelajaran berbasis masalah terintegrasi nilai-nilai budaya Randai sehingga menghasilkan sintaks
pembelajaran seperti pada Gambar 4.
Inovasi model pembelajaran berbasis masalah yang terintegrasi dengan nilai-nilai budaya Randai
mengacu pada teori pembelajaran dan pengembangan model pembelajaran menurut Joyce & Weil (2003)
yang terdiri dari 5 komponen yaitu (1) sintaksis model pembelajaran. (2) Sistem sosial, yaitu situasi atau
suasana dan norma
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1240

yang berlaku dalam model tersebut, seperti peran dosen dan aktivitas yang harus dilakukan
oleh mahasiswa calon guru selama proses pembelajaran, (3) prinsip reaksi, (4) sistem
pendukung, dan (5) dampak pembelajaran. Hasil desain diinterpretasikan secara komprehensif
pada Gambar 4.

Gambar 4.
Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terintegrasi Nilai Pendidikan
Seni Randai

Hasil validasi ahli menunjukkan bahwa inovasi model pembelajaran berbasis masalah
yang diintegrasikan dengan nilai-nilai budaya Randai adalah valid (lihat Tabel 2) dengan rata-
rata nilai validasi sebesar 4,33. Berdasarkan hasil validasi, model pembelajaran inovatif
berbasis masalah yang terintegrasi dengan nilai pendidikan seni Randai telah mampu
diterapkan dalam proses pembelajaran sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan
pendidikan calon guru IPA.

Meja 2.

Hasil Validasi Model Pembelajaran


Aspek Penilaian Skor rata - rata Kriteria

Teori Pendukung 4,25 Sah

Sintaksis 4,25 Sah

Sistem sosial 4,63 Sah

Peran/tugas dosen dalam 4,50 Sah


manajemen
Sistem Pendukung 4,50 Sah
Machine Translated by Google

1241 Arsih, dkk.,

3. Efektivitas Integrasi Nilai Pendidikan Seni Randai pada


Pembelajaran Keterampilan Komunikasi Siswa
Efektivitas model pembelajaran inovatif berbasis masalah terpadu nilai pendidikan Randai
diukur melalui penilaian terhadap kemampuan komunikasi calon guru IPA. Hasil uji
efektivitas menunjukkan bahwa nilai post-test keterampilan komunikasi jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai pre-test. Hasil analisis keterampilan berpikir kritis sampel
disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.
Keterampilan Komunikasi Calon Guru IPA
Kelas Rerata Rerata N-Keuntungan Kriteria
Pretes Posting
Model pembelajaran berbasis masalah 73.03 95,95 0,84 Tinggi
terintegrasi nilai
Randai

Model pembelajaran berbasis masalah 69,79 84,94 0,49 Sedang

Berdasarkan perhitungan persentase N-gain skor menunjukkan bahwa rata-rata N-gain


skor model pembelajaran Problem Based Learning terintegrasi nilai Randai sebesar 0,84
termasuk dalam kategori tinggi, lebih baik dibandingkan N-gain skor model Kelas model
pembelajaran berbasis masalah sebesar 0,49 termasuk dalam kategori sedang. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran inovatif berbasis masalah yang
diintegrasikan dengan nilai pendidikan Randai efektif dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi calon guru IPA.

Diskusi dan kesimpulan

Randai sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat Minangkabau dapat dijadikan media
dalam pengembangan nilai-nilai budaya nasional kepada peserta didik. Menurut Kurniati,
Wahyuni, & Putra (2017), siswa dapat mempelajari nilai-nilai budaya dan rasa nasionalisme
yang dapat mempengaruhi hasil belajar (sikap, perilaku, dan kemampuan berpikir) melalui
kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan pengetahuan dasar yang diperoleh dari hidup
seimbang dengan alam. Hal ini berkaitan dengan kebudayaan dalam suatu masyarakat
yang terakumulasi dan diwariskan. Kebijaksanaan ini bisa bersifat abstrak dan konkrit,
namun ciri pentingnya adalah berasal dari pengalaman atau kebenaran yang diperoleh dari kehidupan.
Kebijaksanaan dari pengalaman nyata mengintegrasikan tubuh, jiwa, dan lingkungan
(Mungmachon, 2012).
Kesenian randai juga dapat diintegrasikan ke dalam proses dan isi pembelajaran.
Randai dari segi pedagogi dapat disinonimkan dengan metode pembelajaran yaitu metode
cerita dan metode drama karena konstruksi seni Randai diisi dengan dialog-dialog yang
disampaikan dengan metode drama. Metode drama dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menampilkan pemikirannya baik secara fisik, lisan, tertulis dan
memungkinkan siswa menafsirkan ungkapan teman sebayanya.
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1242

(Saka, Ebenezer, Çakÿr, & Saka, 2016). Menurut Yoon, H.-G. (2006), pendidikan sains tidak hanya
memerlukan fenomena dan peristiwa alam tetapi juga memerlukan partisipasi siswa secara
langsung. Drama sains menawarkan siswa ruang yang luas untuk berbicara, mengekspresikan,
menyesuaikan, dan mengevaluasi pengetahuan dan pemikiran ilmiah mereka dengan 'kehidupan',
dan ini mengakibatkan lingkungan belajar yang tidak valid.
Salah satu perhatian utama pendidik sains adalah menemukan strategi dan metodologi
pengajaran yang dapat meningkatkan pembelajaran dan pengalaman siswa dalam sains. Sepanjang
sejarah ilmu pengetahuan, model telah memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Drama dapat dipandang sebagai salah satu metode paling inspiratif dan efektif yang
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep ilmiah dan mempertajam
pengalaman estetika mereka dalam sains. Menggunakan drama di kelas sains dapat meningkatkan
pertumbuhan siswa, perkembangan, akademik, dan inklusif secara sosial (Abed, 2016).

Pendidikan di abad 21 membutuhkan sumber daya yang memiliki konten dan keterampilan
komunikasi (Okoli & Alexander, 2017). Melalui Randai, siswa dapat dilatih berkomunikasi.
Keterampilan komunikasi adalah keterampilan komunikasi yang bisa dilakukan

didefinisikan sebagai penyampaian pesan yang melibatkan pemahaman bersama tentang konteks
di mana komunikasi terjadi (Aydin, AD, 2015; Khan, A., Khan, S., & Khan, M., 2017). Asemanyi,
AA, (2015), mengungkapkan hal serupa bahwa proses pembelajaran harus dilakukan dengan
menstimulasi kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa.
Pemahaman terhadap komunikasi akan menghasilkan pengetahuan atau simbol-simbol yang
akan saling menularkan, dan mereka berusaha menafsirkan dan memahami pesan-pesan tersebut.
Randai mempunyai ciri komunikasi yang sangat unik, yaitu melalui penekanan pada prinsip kato
nan ampek. Artinya setiap orang harus memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi. Oleh
karena itu, pengintegrasian nilai Randai dalam pembelajaran dapat melatih siswa berkomunikasi
dalam menyampaikan isi materi dan melatih sopan santun dalam berkomunikasi dengan teman
dan guru.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa seni Randai
merupakan media media komunikasi sastra masyarakat Minangkabau yang hadir dalam bentuk
teater atau drama rakyat. Kesenian Randai memberikan pengaruh pendidikan terhadap masyarakat
khususnya pendidikan karakter. Nilai-nilai edukasi dalam kesenian Randai terdapat pada seluruh
posisi kesenian Randai , yaitu pada proses persiapan dan pelaksanaan pertunjukan Randai .
Dalam proses persiapan pementasan Randai, Barundiang dan Bakarajosamo mempunyai nilai
edukasi. Dalam pelaksanaan kesenian Randai ditemukan nilai-nilai spiritual berupa pasambahan,
kaba, dan laku dramtik kato nan ampek.

Nilai-nilai pendidikan seni randai dapat direkomendasikan untuk diintegrasikan dalam proses
pembelajaran khususnya pembelajaran IPA (Biologi). Pengintegrasian nilai pendidikan seni randai
dapat diintegrasikan ke dalam model pembelajaran berbasis masalah sehingga tercipta inovasi
baru dalam model pembelajaran. Berbasis masalah yang inovatif
Machine Translated by Google

1243 Arsih, dkk.,

model pembelajaran terpadu nilai pendidikan seni randai secara empiris telah mampu
meningkatkan kemampuan komunikasi calon guru IPA. Sehingga diharapkan model
pembelajaran dapat menjadi alat dan sarana pengembangan karakter dan kompetensi
abad 21 peserta didik. Melalui Randai kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis,
dan kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan pada saat kaba dipentaskan. Randai
tidak hanya sekedar hiburan, namun juga memberikan edukasi khususnya pendidikan nilai
kepada masyarakat. Semua nilai-nilai pendidikan tersebut sangat cocok bila diintegrasikan
ke dalam pembelajaran. Selain itu pengintegrasian nilai-nilai pendidikan kesenian Randai
pada model pembelajaran memberikan kesempatan dan pengalaman bagi siswa calon
guru untuk lebih memahami budaya Minangkabau serta sebagai upaya melestarikan nilai-
nilai budaya yang dikhawatirkan akan memudar seiring perkembangan zaman.

Biodata Penulis
Fitri ARSIH lahir di Padang, Indonesia. Menyelesaikan SMA-
nya di SMA Negeri 10 Padang pada tahun 1998. Beliau lulus
dari Jurusan Ilmu Biologi Universitas Negeri Padang pada
tahun 2010, kemudian melanjutkan program magister pada
jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Padang pada
tahun 2008-
2010. Saat ini sedang melanjutkan program doktor pendidikan
biologi di Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Beliau adalah dosen pendidikan biologi di Fakultas Matematika dan Sains
Universitas Negeri Padang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Penelitiannya berfokus
pada pendidikan guru biologi dan proses belajar mengajar biologi.
Afiliasi: Pascasarjana Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang, Program Pendidikan
Biologi, dan pendidikan Biologi pada Fakultas Matematika dan Sains Universitas Negeri
Padang, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia
Email: fitribio@fmipa.unp.ac.id
Telepon: (+62)85356103234

Siti ZUBAIDAH lahir di Malang, Jawa Timur, Indonesia. Dia


adalah seorang profesor di Universitas Negeri Malang,
Indonesia. Ia menyelesaikan gelar sarjana dan magister
Pendidikan Biologi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) Malang. Beliau menerima gelar doktor di bidang
Pertanian/Biologi Penyakit Tanaman di Universitas Brawijaya
Malang, Indonesia. Ia tertarik pada Teknik Analisis Biologi
Molekuler, Genetika, dan Pengembangan Model Pembelajaran
Biologi, Pembelajaran, Evaluasi Pendidikan, Metakognisi, dan
Berpikir Kritis.

Afiliasi: Departemen Biologi, Universitas Negeri Malang, Indonesia


Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1244

Email: siti.zubaidah.fmipa@um.ac.id Nomor Orcid: 0000-0002-0718-6392


Telepon: (+62)81334435234

Hadi SUWONO lahir di Gembong, Jawa Tengah, Indonesia.


Beliau adalah seorang profesor madya di Universitas Negeri
Malang, Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan
Biologi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang.
Beliau menyelesaikan gelar Magister Biologi di Institut Teknologi
Bandung (ITB)
Bandung dan gelar doktor Pendidikan Biologi di Universitas
Negeri Malang. Ia tertarik pada Pengembangan Model Pembelajaran Biologi,
Pembelajaran, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Penilaian Pembelajaran
Biologi dan Penilaian Pembelajaran IPA.
Afiliasi: Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang, Indonesia E-mail:
hadi.suwono.fmipa@um.ac.id Orcid no: 0000-0001-6134-821X
Telepon: (+62)8123301210

Abdul GOFUR lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia.


Beliau adalah seorang profesor di Universitas Negeri Malang,
Indonesia. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan
Biologi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Surabaya.
Beliau menyelesaikan gelar Magister Biologi Reproduksi di
Universitas Airlangga Surabaya dan gelar Doktor Ilmu
Kedokteran di Universitas Airlangga Surabaya. Ia tertarik pada
Fisiologi Hewan dan Manusia.
Afiliasi: Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang, Indonesia E-mail:
abdul.gofur.fmipa@um.ac.id Orcid no: 0000-0002-9389-7536
Telepon: (+62)81330390937

Referensi
Abed, OH (2016). Pengajaran IPA Berbasis Drama dan Pengaruhnya terhadap Pemahaman
Konsep Ilmiah Siswa dan Sikapnya Terhadap Pembelajaran IPA.
Studi Pendidikan Internasional, 9(10), 163-173. doi:10.5539/ies.v9n10p163
Afifah, N. (2015). Problematika Pendidikan di Indonesia (Telaah dari Aspek pembelajaran).
SD, 1(1), 41-47. Diperoleh dari garuda.ristekdikti.go.id
Alberts, R. (2010). Menemukan Ilmu Pengetahuan melalui Kegiatan Berbasis Seni. Multidisiplin
Jurnal, 16(2), 79-80. Diperoleh dari https://eric.ed.gov/?id=EJ902195
Alexon. (2010). Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya. Bengkulu: Pers FKIP UNIB.
Altintas, E. (2018). Menganalisis Pandangan Siswa tentang Pengajaran Matematika Melalui
Proses Cerita dan Pembuatan Cerita. Penelitian dan Tinjauan Pendidikan, 249-259. doi:
10.5897/ERR2018.3498
Machine Translated by Google

1245 Arsih, dkk.,

Anwar, Suardika, IK, T, M., Suleiman, AR, & Syukur, M. (2018). Revitalisasi Kalosara Sebagai
Media Etno-Pedagogis Dalam Pengembangan Karakter Siswa SMP. Pejantan Pendidikan
Internasional, 11(1), 172-183. doi:10.5539/ies.v11n1p172 Anwar, Suardika, IK, T, M.,
Suleiman, AR, & Syukur, M. (2018). Revitalisasi Kalosara Sebagai Media Etno-Pedagogis Dalam
Pengembangan Karakter Siswa SMP. Studi Pendidikan Internasional, 11(1), 172-183.
doi:10.5539/ies.v11n1p172
Ardan, AS (2016). Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Timor
untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Dalam Peduli
Kelestarian Lingkungan. Jurnal Internasional Pendidikan Tinggi, 5(3), 190-
200. doi:10.5430/ijhe.v5n3p190
Arwita, W., Amin, M., Susilo, H., & Zubaidah, S. (2017). Mengintegrasikan Sistem Interaksi Sosial
Dalihan Na Tolu dalam Pembelajaran Berbasis Masalah pada Mata Pelajaran Biologi untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Internasional Sains dan Penelitian (IJSR), 1-5.
Asemanyi, AA (2015). Penilaian Kinerja Siswa dalam Keterampilan Komunikasi Studi Kasus di
Universitas Pendidikan Winneba. Jurnal Pendidikan dan Praktek, 6(35). Diperoleh dari https://
files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1086368.pdf
Aydin, AD (2015). Penilaian Keterampilan Komunikasi Mahasiswa Pendidikan Jasmani dan
Olahraga di Universitas Turki. Jurnal Universal Penelitian Pendidikan, 3(11), 943-948. doi:
10.13189/ujer.2015.031125
Tukang roti, D. (2013). Integrasi Seni dan Perkembangan Kognitif. Jurnal Pembelajaran melalui
Seni, 9(1), 1-15. Diperoleh dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1018320.pdf
Chowdhury, M. (2016). Menekankan Akhlak, Nilai, Etika, Dan Pendidikan Karakter Dalam
Pendidikan IPA Dan Pengajaran IPA. Jurnal Ilmu Pendidikan Online Malaysia, dari 4(2), https://
1-16. Diperoleh

pdfs.semanticscholar.org/a960/4966c56e5a8224b578fe995df3d838eab6bd.pdf
Davison, DM, & Miller, KW (1998). Pendekatan Etnosains terhadap Masalah Kurikulum untuk
Pelajar Indian Amerika. Sains dan Matematika Sekolah, 98(5), 260-265. doi:10.1111/
j.1949-8594.1998.tb17299.x Dhanapal, S.,
Kanapathy, R., & Mastan, J. (2014). Sebuah studi untuk memahami peran seni visual dalam
pengajaran dan pembelajaran sains. Forum Asia-Pasifik tentang Pembelajaran dan Pengajaran
Sains, 15(2), 1-23. Diakses pada 16 Desember 2014
Mati, GJ (2011). Mengintegrasikan Pengetahuan Budaya Lokal sebagai Pendidikan Formal dan
Informal bagi Pelajar Muda Afrika: Studi Kasus di Ghana. Pendidikan Kanada dan Internasional,
40(1), 21-40. Diperoleh dari https://ir.lib.uwo.ca/cie-eci/vol40/iss1/3/
DuPont, S. (2009). Meningkatkan Skor Pemahaman Melalui Drama Kreatif: Penelitian Aksi dalam
Kemitraan Pengembangan Profesional. Jurnal Pembelajaran Internasional, 16(5), 291-302.
Diperoleh dari https://www.researchgate.net/publication/286339469
Erkisheva, Z., Koshanova, M., Alikhanova, B., & Omarova, I. (2014). Menggunakan Unsur
Pedagogi Etno dalam Pengajaran Matematika. Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku, 143(2014),
591 – 594. Diperoleh dari www.sciencedirect.com
Gage, N., & Berlinar, CD (1988). Psikologi pendidikan edisi ke-4. Boston: Houghton Mifflin.
Gazzaniga, M. (2008). Pembelajaran, Seni, dan Otak. Laporan Konsorsium Dana tentang Seni dan
Pengartian. New York/Washington: Dana Pers.
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1246

Giorgetti, FM, Campbell, C., & Arslan, A. (2017). Kebudayaan dan pendidikan: melihat kembali budaya.
Paedagogica Historica: Jurnal Internasional Sejarah Pendidikan, 1-6.
doi:10.1080/00309230.2017.1288752
Greene, M. (2007). Melawan Ketidakpedulian: Peran Seni https:// . Diterima dari
maxinegreene.org/uploads/library/countering_i.pdf
Harun, C. (1993). Kesenian Randai di Minangkabau. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Indrayuda, Muasril, & Budiman, S. (2013). Randai Suatu Aktivias Kesenian dan Media Pendidikan
Tradisional. Padang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat UPTD Taman
Budaya.
James, K. (2006). Identifikasi, nilai-nilai budaya dan Persepsi Orang Indian Amerika terhadap Sains dan
teknologi. Jurnal Penelitian dan Kebudayaan Indian Amerika , 45-55.
Johannessen, D., Adriaenssen , DJ, Ernes, KO, & Johannessen, JA (2017). Mengembangkan
metodologi untuk pendidikan moral para pengamat aktif. 4(2), 223-235. doi:https://doi.org/10.1108/
K-04-2016-0089
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2015). Model Pengajaran Edisi 6. New Delhi:
Pearson Pendidikan Inc
Kana'iaupuni, S., Brandon, B., & Jensen, U. (2010). Pendidikan Berbasis Budaya dan Kaitannya dengan
Hasil Siswa. Honolulu: Penelitian & Evaluasi Sekolah Kamehameha. dari http://www.ksbe.edu/
_assets/spi/pdfs/CBE_relationship_to_student_outcomes.pdf:
Diperoleh http://www.ksbe.edu/_assets/spi/pdfs/
CBE_relationship_to_student_outcomes.pdf

Kaya, NG, & Ataman, A. (2017). Efektivitas Program Pendidikan Guru yang Dikembangkan Untuk Guru
Siswa Berbakat. Jurnal Pendidikan Anak Muda Berbakat, 5(4), 1-30. doi:http://dx.doi.org/10.17478/
JEGYS.2017.67 Khan, A., Khan , S., & Khan
Perkembangan Kesuksesan , M.(2017). Keterampilan Komunikasi Seorang Guru dan Perannya dalam
Akademik Siswa. Jurnal Pendidikan dan Praktek, 8(1), 18-21. Diperoleh dari www.iiste.org Kibirige,
I., & Lehong, MJ (2016). Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif terhadap Kinerja Siswa Kelas 12 dalam Gerakan Proyektil, Afrika Selatan.
Jurnal Eurasia Pendidikan Matematika, Sains & Teknologi, 12(9), 2543-2556. doi:10.12973/
eurasia.2016.1250a
Kisby, B. (2017). Politik adalah etika yang dilakukan di depan umum': Menjelajahi Keterkaitan dan
Disjungsi antara Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Karakter di Inggris. Jurnal Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, 16(3), 8-21. doi:10.4119/jsse-835
Kurniati, AA, Wahyuni, S., & Putra, PD (2017). Pemanfaatan Komik dan Kearifan Lokal Jember Sebagai
Bahan Pembelajaran IPA Terpadu. Jurnal Internasional Ilmu Sosial dan Kemanusiaan, 7(1), 47-50.
doi:10.18178/ijssh.2017.7.1.793
Leksono, SM, Syachruroji, A., & Marianingsih, P. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Biologi Konservasi
Berbasis Etnopedagogi. Jurnal Kependidikan, 45(2), 168-183. Diambil dari https://journal.uny.ac.id/
index.php/jk/article/view/7494/6491
Marheni, NP, & Suardana , DI (2014). Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Budaya Lokal
pada Pembelajaran Sains Kimia SMP. Jurnal Wahana Matematika dan Sains, 6(2), 87-
100.
Machine Translated by Google

1247 Arsih, dkk.,

Mariana, MA (2017). Pembelajaran Berbasis Budaya: Praktek Penumbuhan Budi Pekerti.


Seminar Nasional Pendidikan Dasar 2 (hlm. 215-234). Denpasar: Jayapangus Pers. Diperoleh dari
http://proceedings.jayapanguspress.org/index.php/ps2/article/view/94
Miller, S., & Pennycuff, L. (2008). Kekuatan Cerita: Menggunakan Storytelling untuk Meningkatkan
Pembelajaran Literasi. Jurnal Perspektif Lintas Disiplin Pendidikan, 1, 36-43.
Morotti, A. (2006). Mengintegrasikan Budaya ke dalam Pendidikan: Pembentukan Konsep Diri di Alaska Native.
Diperoleh dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1098435.pdf
Mungmachon, PAK (2012). Pengetahuan dan Kearifan Lokal: Harta Karun Masyarakat.
Jurnal Internasional Humaniora dan Ilmu Sosial, 2(13), 174-181.
Niculescu, RM, & Norel, M. (2013). Pendidikan agama merupakan dimensi penting dalam pendidikan
manusia. Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku, 93, 338 – 342. Diperoleh dari https://core.ac.uk/download/
pdf/82675877.pdf
Nilson, C., Fetherston, C., McMurray, A., & Fetherston, T. (2013). Seni Kreatif: Elemen Penting dalam
Perangkat Guru Saat Mengembangkan Berpikir Kritis pada Anak. Jurnal Pendidikan Guru Australia,
38(7), 1-18. Diperoleh dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1015972.pdf

Okoli, & Alexander. (2017). Kaitan Kompetensi Komunikasi dengan Efektivitas Pengajaran: Implikasinya
Bagi Pendidikan Guru. Jurnal Pendidikan dan Praktek, 8(3), 150-154.

Okwara, OK, & Upu, FT (2017). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Etno-Sains terhadap Prestasi dan
Minat Siswa pada Sains dan Teknologi Dasar Atas di Negara Bagian Benue, Nigeria. Jurnal Internasional
Penelitian Ilmiah dalam Pendidikan, 10(1), 69-78. Diperoleh dari http://www.ijsre.com.

Parmin, P., Nuangchalerm, P., & Islami, RA (2019). Menggali Kearifan Lokal Masyarakat Pantai Utara Jawa
(Pantura) Menggunakan Pembelajaran Sains Terpadu (SIL)
Model Pengembangan Konten Sains. Jurnal Pendidikan Ilmuwan Muda Berbakat, 7(1), 71-83.
doi:10.17478/jegys.466460
Peppler, KA, Powel, CW, Thompson, N., & Catteral, J. (2014). Dampak Positif Integrasi Seni Terhadap
Prestasi Akademik Mahasiswa Seni Bahasa Inggris. Forum Pendidikan, 78, 364–377. doi:
10.1080/00131725.2014.941124
Prasetyo, ZK (2013). Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal. Seminar Nasional Fisika
dan Pendidikan Fisika. Surakarta.

Raduloviÿ, L., & Stanÿiÿ, M. (2017). Apa yang Dibutuhkan untuk Mengembangkan Berpikir Kritis di Sekolah?
Jurnal Pusat Kajian Kebijakan Pendidikan, 9-25. Diperoleh dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/
EJ1156618.pdf
Rahman, F., Hhalil, JK, Jumani, NB, Ajmal, M., Malik, S., & Sharif, M. (2011). Dampak Metode Diskusi
terhadap Kinerja Siswa. Jurnal Internasional Ilmu Bisnis dan Sosial, 2(7), 84-94. Diperoleh dari http://
www.ijbssnet.com/journals
Saka, A., Ebenezer, J., Çakÿr, I., & Saka, AZ (2016). Pedagogi Drama Kreatif dalam Biologi.
Buka Jurnal Ilmu Sosial, 4, 187-198. doi:10.4236/jss.2016.43024
Sarwanto, Sulistyo, ET, Prayitno, BA, & Pratama, H. (2014). Integrasi Budaya Jawa dalam Perkembangan
Material Bumi dan Alam Semesta. Jurnal Pendidikan Indonesia, 10(2014), 15-21. doi:10.15294/
jpfi.v10i.3046
Machine Translated by Google

Eksplorasi nilai pendidikan… 1248

Schreglmann, S., & Öztürk, FK (2018). Evaluasi Persepsi Siswa Berbakat Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Anak Muda Berbakat, 6(4), 1-16. doi:http://dx.doi.org/
10.17478/JEGYS.2018.81
Shirley, JM (2005). Pendongeng, Guru Pendongeng: Potret Penggunaan Cerita oleh Tiga Guru
"
di Kelas Dasar, Disertasi,. Universitas Negeri Georgia, Departemen Pendidikan Menengah-
Menengah dan Teknologi Pembelajaran. Universitas Negeri Georgia. Diperoleh dari http://
scholarworks.gsu.edu/msit_diss
Suastra, IW (2017). Kearifan Lokal Bali dan Implikasinya dalam Pendidikan Sains di Sekolah.
Jurnal Penelitian Internasional Manajemen, IT & Ilmu Sosial (IRJMIS), 4(2), 42-. doi:10.21744/
irjmis.v4i2.389
Subali, B., Sopyan, A., & Ellianawati. (2015). Mengembangkan Desain Pembelajaran IPA
Berbasis Kearifan Lokal untuk Membentuk Karakter Positif di Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 11(1), 1-7. doi: 10.15294/jpfi.v11i1.3998
Subhan, A. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Nilai-nilai Kearifan Lokal Pertanian
Padi Di Cirebon Untuk Meningkatkan Literasi Lingkungan Siswa SMP. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Umami, I. (2018). Memoderasi Pengaruh Kurikulum, Pedagogi, dan Praktik Penilaian Terhadap
Hasil Belajar Pendidikan Menengah Indonesia. Jurnal Penelitian Pendidikan Ilmu Sosial,
9(1), 60-75. Diperoleh dari https://
dergipark.org.tr/download/article-file/496789
Umami, I., Gani, A., & Waskito, T. (2019). Usulan Pendidikan Karakter dan Moral untuk
Ilmuwan Muda Berbakat di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmuwan Muda Berbakat, 7(2),
377-387. doi:https://doi.org/10.17478/jegys.579560
Walker, CM, Pemenang, E., Hetland, L., Simmons, S., & Goldsmith, L. (2011). Berpikir Visual:
Siswa Seni Memiliki Keunggulan dalam Penalaran Geometris. Pendidikan Kreatif, 2(1),
22-26. doi::10.4236/ce.2011.21004
Williams, J. (2016). Pendidikan Seni dengan Sikap. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 15(4), 7-14.
doi:10.2390/jsse-v15-i4-1491
Zamroni. (2000). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Penerbitan Bigraf.
Zulkifli. (2013). Randai Sebagai Teater Rakyat Minangkabu: Alternatif Pembinaan dan
Pengembangan. Jurnal Tari, 1(9), 30-45.

Anda mungkin juga menyukai