Anda di halaman 1dari 55

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harapan masyarakat terhadap perguruan tinngi amat besar, karena perguruan tinggi
adalah institusi yang didedikasikan untuk: (1) menguasai, memanfaatkan,
mendesiminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni; (2) mempelajari dan melestarikan budaya serta (3) meningkatkan
mutu kehidupan masyarakat (Depdiknas, 2007: 7). Perguruan tinggi juga sebagai
lembaga yang melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan
pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk menopang
dedikasi dan fungsi tersebut perguruan tinggi harus mampu mengatur diri sendiri dalam
upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus menerus, baik masukan, proses
maupun keluaran berbagai program dan layanan yang diberikan kepada masyarakat.
Proses akademik yang terjadi di perguruan tinggi akan menghasilkan produk dan
layanan akademik yang dirasakan langsung oleh mahasiswa dan masyarakat
(stakeholder). Agar perguruan tinggi terutama LPTK menjadi pilihan dan harapan
masyarakat maka harus mendukung program pemerintah khususnya implementasi
kurikulum 2013.
Implementasi Kurikulum Baru 2013, membutuhkan kesiapan semua pihak yaitu
LPTK sebagai lembaga yang menghasilkan calon guru, guru, sarana prasarana serta
bahan ajar yang memadai agar tujuan yang diharapkan bisa dicapai. Kompetensi
yang diharapkan dalam kurikulum 2013 adalah kompetensi masa depan yaitu
kemampuan berkomunikasi, berfikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral
suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertangggung jawab, memiliki
kesiapan bekerja, kemampuan mengerti dan toleran, kemampuan hidup dalam
masyarakat yang, mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki
kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya, serta memiliki kecintaan terhadap
lingkungan.
Pendidikan seni budaya ikut berperan untuk mencapai kompetensi tersebut,
sebab mata pelajaran seni budaya meliputi segala aspek kehidupan. Pelajaran seni
2

budaya membantu memperkokoh jati diri bangsa. Pendidikan Seni Budaya memiliki
sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna
pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai
cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya.
Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi
(pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara
memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika.
Dalam Standar lulusan pendidikan di sekolah dasar disebutkan yaitu memiliki
perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam di sekitar rumah dan sekolah serta tempat tinggal anak. Demikian juga dalam
standar proses. Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skill
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.Standar proses
mengharuskan pembelajaran di SD dilaksanakan pendekatan saintifik secara
tematik/terpadu.

Berbagai kendala di hadapi guru SD yaitu: lingkup kompetensi yang harus


dicapai cukup banyak meliputi: seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama, dan
kerajinan sangat terbatas yaitu 2 jam per minggu. Selama ini pendidikan Seni
Budaya masih belum banyak diperhatikan, baik dalam aspek proses belajar
mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk penilaiannya. Kondisi ini
berdampak guru-guru tidak memiliki rujukan dalam pembelajaran Seni Budaya.
Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu memberdayakan potensi lingkungan
budaya dan potensi sekolah untuk mendukung pembelajaran Seni Budaya. Padahal
setiap daerah memiliki potensi budaya dan kesenian yang sangat kaya ragam sebagai
media pembelajaran, termasuk permainan tradisional (Handayaningrum, 2008).
Pendidikan karakter menjadi pilihan pemerintah untuk dapat mengembalikan
jati diri bangsa, yang dinilai sedang carut marut mentalnya. Pendidikan karakter
memiliki arahan akan dapat membentuk anak dalam 4 ”olah” yakni olah pikir, olah
hati, olah rasa atau emosi dan olah raga. Dalam budaya masyarakat yang berupa
kearifan lokal sarat dengan pendidikan karakter.
3

Kearifan lokal yang bisa dijadikan bahan ajar dalam kurikulum 2013 adalah
seni tari daerah dan seni musik (lagu-lagu daerah), seni gambar, seni drama serta
permainan tradisional. Dalam seni tari, seni musik , seni gambar dan seni drama
serta permainan tradisional bukan hanya melibatkan keterampilan fisik saja, namun
tersirat simbol-simbol dan nilai-nilai moral yang dapat digunakan sebagai panutan
masyarakat khususnya anak-anak. Misalnya kebersamaan, saling menghormati,
melatih kerjasama tim, gigih dalam berusaha, kreativitas, dan lain-lain. Kompetensi ini
yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Anak-anak sudah jarang mengenal
kesenian tradisional. Dalam kesenian tradisional bisa memberikan aktivitas
motorik, kognitif, afektif anak.
Berdasarkan hasil observasi awal tentang implentasi Kurikulum 2013 di tiga
daerah yaitu Surabaya, Sidoarjo dan Gresik ditemukan permasalahan, banyak guru
masih bingung untuk mengimplementasikan pembelajaran tematik. Guru kesulitan
mengembangkan pembelajaran tematik dan terpadu utamanya memadukan
indikator, mengaitkan dengan media yang cocok untuk terpadu, mengembangkan
materi utamanya pemilihan materi seni budaya. Guru belum memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar utamanya untuk seni budaya. Mereka juga mengalami
kesulitan untuk penilaian.
Guru SD sebagai guru kelas membutuhkan bahan-bahan seni budaya
tematik sesuai dengan tuntutan kurikulum baru 2013, maka perlu dibantu dengan
penyediaan bahan ajar yang mengeksplor hasil kesenian dan budaya bangsa
Indonesia yang ada di lingkungan kita (konteks dengan lingkungan anak).
Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai tenaga pengajar di LPTK ingin
mengembangkan bahan ajar pembelajaran seni budaya tematik /terpadu berbasis
matematika dan ilmu pengetahuan alam yang merupakan tritunggal kebudayaan
yang tidak bisa dipisahkan, sebagai tanggung jawab ikut mendukung program
pemerintah mensuseskan kurikulum 2013. Dikarenakan IPA di SD baru diberikan pada
kelas tinggi yaitu kelas 4, sementara bahan ajar yang dikembangkan dimulai kelas 1
maka Ke IPAAN untuk bahan ajar dalam hasil penelitian ini difokuskan pada
matematika. Sedang ke IPAAN pada bahan ajar ini hanya disinggung sesuai dengan
konteks materi yang diajarkan.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu


Berdasarkan penelitian Hibah Bersaing tahun 2007 yang telah dilakukan dengan
judul “ Pengembangan Model Pembelajaran Seni Tari untuk Meningkatkan Kreativitas
Anak TK” didapatkan hasil bahwa model pembelajaran yang dilengkapi dengan Audio
Visual telah berhasil membantu guru TK mengajar seni tari dengan tidak mengalami
kesulitan utamanya dalam mengembangkan kreativitas anak TK ( Handayaningrum,
2007) Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Wahyuning (2003) yang
berjudul Kumpulan Permainan Anak sebagai Media Pembelajaran seni tari di TK.
Hasil Penelitian DIK, berhasil membantu guru TK untuk mengajar seni tari dengan
mudah dan menyenangkan.
Penelitian oleh Yumiati dan Een Rahayu tahun 2006, dengan judul:
Pembelajaran Dengan dan Melalui Budaya dalam Mata pelajaran Matematika dan
IPA di Sekolah, di dapatkan hasil bahwa pembelajaran tentang pengenalan bilangan
cacah, pengurangan. Bilangan cacah untuk SD kelas 1 bisa menggunakan permainan
congklak dan ular tangga, Untuk kelas 2 SD dapat diajarkan melalui tarian dan lagu
berkenaan dengan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, untuk kelas
3 dengan bermain peran aktivitas sehari-hari, untuk kelas 4 dapat diajarkan dengan
menggunakan Cepot (wayang Sunda) sebagai modelnya, untuk materi bunyi bisa
dengan permainan musik tradisional, gaya untuk kelas 5 bisa diajarkan melalui busur
panah, ketapel, dan karet gelang. Penelitian ini membantu peneliti menghubungkan
mata pelajaran seni budaya dengan matematika di SD.
Penelitian Elindra Yeti, 2001 dengan judul Pembelajaran Tari Pendidikan
sebagai Upaya Pembentukan Karakter Anak Usia Dini melalui Model pembelajaran
Terpadu. Hasil penelitian pembelajaran terpadu mengembangkan semua aspek
perkembangan meliputi: moral dan nilai agama, sosial emosional, intelektual,
bahasa, fisik motorik, dan seni. Satu kegiatan bisa menjadi wahana belajar berbagai hal
bagi anak. Penelitian ini membantu peneliti untuk mengembangkan pembelajaran
terpadu.
5

2.2 . P e n g e r t i a n B a h a n A j a r
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi
yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran (Dikmenjur) Dengan bahan
ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara
runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu. Pendapat lain mengatakan bahan ajar merupakan
informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National
Center for Competency Based Training).Bahan ajar adalah seperangkat materi yang
disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Krisnadi dan Benny,
2010: 3 ). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa;
• Bahan cetak: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart,
• Bahan ajar Audio Visual : video/film,VCD
• Bahan ajar Audio : radio, kaset, CD audio, PH
• Bahan ajar Visual: foto, gambar, model/maket.
• Bahan ajar Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet
Bahan Cetak
Bahan Ajar cetak dapat berbentuk buku teks, pedoman siswa atau buku
kerja. Untuk menghasilkan bahan ajar cetak yang berkualitas sesuai
dengan kebutuhan program, karakteristik mata kuliah, dan kondisi peserta
didik terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu: menyusun
peta kompetensi, membuat silabus mata pelajaran, menulis bahan ajar,
Evaluasi bahan ajar
Model Pengembangan Bahan Ajar Cetak
6

Model Pengembangan Bahan Ajar Cetak


Pengembangan bahan ajar cetak bisa dilakukan dengan car a:
1. Melakukan kompilasi bahan-bahan yang telah tersedia, yang
dilengkapi dengan modul pendamping
2. Menggunakan buku teks yang sudah tersedia di pasaran disertai
dengan modul pendamping
3. Menyadur buku teks yang tersedia sesuai dengan kebutuhan
Menulis baru bahan ajar cetak yang dirancang sesuai dengan
karakteristik (Krisnadi dan Benny, 2010: 5)
Bahan Ajar Audio Visual
Bahan ajar visual mempunyai keunggulan dalam penyampaian informasi
dan pengetahuan. Program video dapat menghadirkan pengalaman
realistik. Pengembang video perlu mempunyai kemampuan untuk memilih
materi yang tepat yang dapat disampaikan melalui program video.
Pemilihan isi atau materi program yang disesuaikan dengan potensi yang
dimiliki medium video. Pemilihan materi yang tepat akan membantu
siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Informasi dan pengetahuan yang disampaikan melalui bahan ajar video
dapat dikemas dalam format demonstrasi, drama atau features.
Fungsi Bahan ajar
Pemggunaan bahan ajar berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalamproses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yangseharusnya
diajarkan kepada siswa
b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalamproses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yangseharusnya
dipelajari/dikuasainya
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Bahan ajar yang akan dihasilkan dalam penelitian adalah bahan ajar cetak yang
berisi materi untuk siswa, serta lembar kerja. Buku pedoman untuk guru. Selain itu
juga rekaman audio visual untuk memberi gambar yang jelas tentang langkah- langkah
pembelajaran dan aktivitas siswa belajar.
7

juga rekaman audio visual untuk memberi gambar yang jelas tentang langkah- langkah
pembelajaran dan aktivitas siswa belajar.

2.3 Pembelajaran Tematik/Terpadu

Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari


segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan
yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-
pisah). Sayangnya ketika memasuki situasi belajar formal di bangku sekolah dasar,
mereka disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain,
sehingga mereka mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di
lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan
menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata
pelajaran dengan pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang
cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran yang
memisahkan secara tegas penyajian mata pelajaran-mata pelajaran tersebut
membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hanya akan memberikan pengalaman
belajar yang bersifat artifisial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Untuk itu
proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar, harus memperhatikan
karakteristik anak yang akan menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena
akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman
belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar
mata pelajaran akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan
lebih bermakna (meaningful learning) ( Trianto,2010:5).
Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran secara terintegrasi untuk memberikan
pengalaman yang bermakna bagi siswa.Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, dalam
penerapannya di sekolah dasar memerlukan persiapan yang lebih kompleks
dibandingkan dengan pembelajaran dalam satu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu
guru atau tim guru memerlukan perancangan pembelajaran terpadu yang didasarkan
atas pertimbangan yang matang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang
bermakna.
8

Dalam pendidikan seni yang terpenting adalah pengalaman anak mengalami


seni baik melalui apresiasi (melihat pertunjukkan atau lukisan, mendengar 9embe,
meraba patung dan lain-lain) hal ini untuk mengembangkan sikap apresiatif, sikap
demokratis, sikap toleran dan sikap menghargai seni. Ataupun pengalaman ekspresi
yaitu suatu kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk
mengaktualisasikan diri sebagai ekspresi yang unik, kejujuran, originalitas, 9ember
peluang pada anak untuk mengembangkan kreativitas. Hal yang demikian
menjadikan pembelajaran bermakna karena dengan pembelajaran terpadu, siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Fokus
pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh saat berusaha memahami
isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus
dikembangkan (Hernawan dkk, 2007: 1.5).
Aliran yang Mendasari Pembelajaran Terpadu
Aliran progresivisme beranggapan bahwa pembelajaran pada hakekatnya
perlu ditekankan pada: (1) pembentukan kreativitas, (2) pemberian sejumlah kegiatan,
(3) suasana yang alamiah atau natural, (4) memperhatikan pengalaman siswa (Ellis
dalam Hernawan dkk, 2007).
Aliran konstruktivisme, melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran ini menekankan bahwa
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkustruksi
pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan
lingkungannya. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan kooperatif
secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-
masalah itu dengan temannya.
Aliran Humanisme, melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan
psikologis tingkat tinggi. Kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak
terbatas pada lima tahun pertama. Menurut Rogers (dalam Munandar, 1995) tiga
kondisi internal dari pribadi yang kreatif ialah: (1) keterbukaan terhadap
pengalaman, (2) kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi
seseorang, (3) kemampuan untuk bereksperimen . Setiap orang yang mempunyai
9

ketiga ciri di atas akan menghasilkan karya-karya kreatif. Ketiga ciri tersebut
merupakan dorongan dari dalam untuk berkreasi. Selain itu kreativitas biisa dilihat dari
segi siswa yang memiliki: (1) keunikan/kekhasannya, (2) potensinya, dan (3) motivasi
yang dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.

Langkah – Langkah Pembelajaran Tematik/terpadu


Dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah dasar terdapat tujuh langkah
yang harus dilakukan menurut Hernawan dkk (2007: 4.8). Tujuh langkah tersebut
bisa digambarkan dalam bagan berikut:
PILIH DAN TETAPKAN
TETAPKAN PELAJARAN YANG TEMA PEMERSATU
AKAN DIPADUKAN SERTA
KOMPETENSI INTI NYA

BUAT PEMETAAN
PELAJARI KD PADA KELAS KETERHUBUNGAN KD
DAN SEMETSTER YANG SAMA SETIAP MAPEL DENGAN
DALAM SETIAP MATA TEMA
PELAJARAN

SUSUN RPP DENGAN


KEMBANGKAN MENGAITKAN TOPIK
INDIKATOR DALAM DAN KD SETIAP MAPEL
SETIAP PELAJARAN

2.4 Seni dalam Pembelajaran Matemtika dan Ilmu Pengetahuan Alam di SD

Seni dan sains sangat berdekatan, karena masing-masing berkaitan dengan


proses penemuan sebagai hasil dari kegiatan eksperimen. Menurut Kimberely Tolley
dalam Winataputra (2010: 8.21) perbedaan keduanya adalah bila ilmuwan
mempertanyakan atau mempermasalahkan tentang bekerjanya alam semesta,
sedangkan seniman mempertanyakan cara-cara bagaimana alam dapat
diinterpretasikan dan di”re –created”. Demikian pula hubungan seniman dengan ahli
matematika muncul dalam konstruksi berpikir. Dalam karya seni musik dikembangkan
iktisar-iktisar, improvisasi. Tidak cukup dengan timbre (warna bunyi) namun untuk
menciptakan melodi yang indah komposer menambahkan irama, harmoni agar karya
tersebut “hidup dan indah”. Pada Aritmatika ditemukan
10

formula, sifat-sifat, dan pembuktian-pembuktian yang ketiganya itu menjadi konsep


yang hidup ketika dihubungkan dan saling keterkaitan.

Dengan seni rupa, lukisan menyediakan sumber materi yang kaya bagi
matematika. Seni dapat digunakan mempresentasikan konsep geometri termasuk
gagasan yang tidak terbatas. Dengan tarian, seorang penari bisa bergerak membuat
garis-garis sejajar, lingkaran, simetri pola-pola sekuens baik dalam kelompok
maupun individual. Dari bentuk tubuh penari dapat dimanfaatkan dalam pelajaran
anatomi dan fisika. Misalnya dengan meminta anak untuk bergerak, manakah otot yang
bekerja, manakah yang mengeluarkan energi besar. Dengan bergerak diperkenalkan
pada anak tentang substansi dari tari yaitu adanya ruang, waktu dan tenaga . Dengan
musik seorang guru bisa mengeksplor pecahan, bunyi not pecahan atau rasio bunyi.
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar
dengan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya dalam proses
pembelajaran. Budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan, ekspresi,
komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan (Winataputra, 2011: 4.12).

Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa
sebagai metode untuk memprelajari pelajaran tertentu. Misalnya untuk
memperkenalkan bilangan positif – negatif dalam satu garis bilangan, digunakanlah
Cepot (tokoh jenaka dalam wayang Sunda) Cepot akan memandu siswa berinteraksi
dengangan garis bilangan dan operasi bilangan dalam matematika. Contoh lain untuk
memperkenalkan berbagai bentuk maka guru dapat menggunakan bentuk dan ukuran
instrumen gong, saron, seruling. Untuk memperkenalkan konsep bunyi, gelombang
bunyi dan gema dalam fisika maka anak-anak bisa diajak memukul alat-alat musik
gong besar, gong sedang, gong kecil. Untuk memperkenalkan nilai pecahan anak
bisa diajak bermain dengan harga not 1/8, ¼, ½ , ¾ dan lain lain

2.5 Konsep Pendidikan Seni dalam Kurikulum 2013 di SD

Kelas 1 dan 2 SD menurut Permen Dikbud RI tahun 2013 berada pada tingkat
kompetensi satu dengan kompetensi sebagai berikut:
11

Kompetensi Ruang lingkup materi

Menunjukkan rasa kagum terhadap karya Apresiasi dan kreasi karya seni rupa
seni budaya dan prakarya dalam konteks ekspresif, mosaik/aplikasi, relief dan patung
anugerah Tuhan YME. dari bahan lunak.
Menunjukan perilaku ingin tahu, peduli Apresiasi dan kreasi/rekreasi (cipta ulang)
lingkungan, kerjasama, jujur, percaya karya m u s i k ( l a g u , e l e m e n m u s i c d a n
diri, dan mandiri dalam berkarya seni ritme)
budaya dan prakarya.
Mengenal keragaman karya seni Apresiasi dan kreasi/rekreasi (cipta ulang)
budaya dan prakarya. karya tari ( gerak anggota tubuh,
gerak tiruan)
Memiliki kepekaan inderwi terhadap Apresiasi dan kreasi/rekreasi prakarya
karya seni budaya dan prakarya (kerajinan dari bahan alam, kerajinan
Menciptakan secara orisinal dan tiruan menggunting dan melipat, produk rekayasa
karyaseni budaya dan prakarya yang digerakan air, makanan
olahan
Apresiasi wari san buda ya (c eri t a d al am
Bahas a da erah )

Arah pembelajaran pendidikan Seni (Pamadhi, 2011: 12.24)


a. Pada prinsipnya pembelajaran seni adalah pemberian pengalaman estetik sesuai
tingkat dan kemampuan kejiwaan. Pengalaman bisa dicapai memalui praktek
berkaryaseni/berproduksi sesuai medium
b. Dalam praktek berkarya seni siswa didekatkan dengan lingkungan sekitar sebagai
pusat inspirasi dan obyek berkarya
c. Materi pembelajaran seni dapat mengangkat bahasan cabang-cabang seni (rupa,
tari, musik, drama) sebagai medium
Alur pembelajaran seni pada sekolah umum, secara garis besar memiliki cakupan:
a. Kurikulum akademis mengantarkan anak memiliki pengetahuan akademis di
bidangnya. Kurikulum ini mempunyai korelasi dengan mata pelajaran lain,
misalnya keterkaitan seni dengan matematika.
b. Kurikulum praktis, membantu anak mengembangkan potensi alami melalui
keterampilan hidup. Penggalangan hobi yang natinya bisa dimanfaatkan dalam
berkehidupan di masyarakat.
12
c. Kurikulum humanistik, dirancang untuk mengembangkan kepribadian anak sesuai
dengan harkat martabatnya sebagai manusia
Menurut Soehardjo ( dalam Pamadhi 2005: 12.26) ada tiga strategi belajar:
a. Pendekatan partisipatif atau produksi karya seni untuk menemukan hakekat seni
b. Pendekatan definitif yaitu memalui pengajaran teori seni
c. Pendekatan Eksploratif yaitu strategi memperoleh pemahaman seni melalui studi
mandiri
Sesuai dengan standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran harus
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi setiap satuan pendidikan. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh
melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi. Sedang keterampilan dicapai melalui aktivitas mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta ( Permen Dikbud Nomor 65
tahun 2013).
13

BAB III
TUJUAN PENELITIAN

3.1 Tujuan Khusus Penelitian

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk:


Tujuan penelitian ini menghasilkan (a) Bahan ajar berupa buku yang berisi materi
Pembelajaran Seni Budaya Kurikulum 2013 (seni musik, seni tari) yang berbasis Ke
MIPA-AN (Matematika dan Ilmu Pengatuhan) untuk anak SD, (b). Buku panduan
untuk guru SD dan mahasiswa PGSD pembelajaran seni budaya tematik kurikulum
2013 di SD kelas rendah kelas 1-2, (c). Rekaman pembelajaran Seni Budaya
Tematik di SD berbasis Ilmu Pengetahuan Alam berupa VCD.
3.2 Urgensi atau Keutamaan Penelitian
Penerapan kurikulum 2013 terus dimatangkan. Terutama untuk jenjang SD.
Sebab pada jenjang ini sistem pembelajaran benar-benar diubah, yakni menggunakan
tematik terpadu. Guru tidak lagi mengajar pelajaran secara terpecah-pecah dalam
pelajaran tertentu. Hasil penelitian yang berupa bahan ajar pendidikan Seni Budaya
tematik/terpadu berbasis Ke MIPAAN ini akan membantu guru SD untuk
mengimplementasikan kurikulum baru 2013 yang menekankan pembelajaran
dilakukan dengan pendekatan saintifik secara tematik/terintegrasi.
Adanya pendidikan berkarakter, tepat rasanya jika peneliti, menggunakan
seni budaya yang sarat dengan nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan pada
pembelajaran di SD, menggunakan pendekatan bermain. Dengan kemasan
pembelajaran seni budaya tematik ke MIPAAN maka nilai-nilai yang ada dalam seni
tradisional mampu tersampaikan kepada anak-anak tanpa beban nilai ”kuno”.
Pengungkapan nilai seni budaya ini sangat diperlukan dalam usaha untuk
mengembangkan pendidikan berkarakter, yang sangat penting untuk anak-anak.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan ajar mahasiswa PGSD
dan membantu guru-guru SD dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya
pembelajaran Seni Budaya tematik berbasis Ke IPAAN, yang memenuhi kompetensi
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
14

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan Penelitian

Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu


siklus yang diawali adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan
pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu (Sukmadinata, 2010: 164).
Menurut Borg dan Gall (1989) dan Puslitjaknov (2008) ada lima langkah untuk
menghasilkan produk, sebagai berikut:
a. melakukan analisis produk yang akan dikembangkan dengan mengadakan
penelitian dan pengumpulan data awal.
b. mengembangkan produk awal.
c. validasi ahli dan revisi.
d. uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk.
e. uji coba skala besar dan produk akhir.
Penelitian awal dilakukan untuk mengidentifikasi pembelajaran Seni Budaya
di SD di wilayah Sidoarjo, Gresik dan Surabaya. Penelitian awal bertujuan mengkaji
realitas yang terjadi pada proses pembelajaran seni budaya khususnya pada jenjang
Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut kemudian dilakukan
pengembangan bahan ajar Seni Budaya tematik berbasis ke MIPAAN untuk SD.
Pengembangan bahan ajar berisi, (1) peta kompentesi Inti dan Dasar , perangkat
pembelajaran dan bahan ajar (2) membuat panduan pembelajaran seni budaya
tematik berbasis ke MIPAAN (3) membuat perekaman pembelajaran seni budaya
tematik .
4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan 3 tahun. Pada tahun pertama


meliputi kegiatan observasi terhadap pembelajaran SD di Surabaya yang sudah
melaksanakan kurikulum 2013.Kemudian dianalisis kebutuhan bahan ajar khususnya
pembelajaran seni budaya, setelah ditemukan kemudian mengkaitkan dengan
kebutuhan bahan ajar ke MIPAAN (matematika dan ilmu pengetahuan alam) yang
sesuai dengan tema yang dipilih. Dilanjutkan dengan pengembangan produk awal
15

(prototipe). Dibuat pedoman pembelajaran seni budaya tematik lengkap dengan


contoh perangkatnya.
Tahun ke II Protipe dan hasil pengembangan bahan ajar seni budaya tematik
diujikan pada ahli bahan ajar, ahli materi, pengguna yaitu guru dan siswa SD.
Setelah itu diadakan revisi dan perekaman contoh pembelajaran seni budaya terpadu
berbasis ke MIPAAN.
Tahun ketiga (III) direncanakan mengujicobakan prototipe bahan ajar yang telah
dibuat kepada guru SD dan guru SD menindaklanjutinya dengan
mengimplementasikan bahan pembelajaran seni budaya tematik pada anak-anak SD
. Dilanjutkan uji luas untuk mengetahui efektifitas bahan ajar yang dibuat. Adapun
rancangan kegiatannya sebagai berikut.

Rancangan Kegiatan Penelitian

Tahun Uraian Kegiatan Hasil


Anggaran
Tahun I 1. Observasi terhadap pembelajaran Deskripsi kondisi
Seni Budaya di SD yang sudah pembelajaran seni
mengimplementasikan kurikulum budaya tematik ke
2013 IPAAN di SD
2. Analisis Kebutuhan bahan terhadap
pengembangan pembelajaran Seni
Budaya tematik ke IPAAN
Deskripsi tentang
3. Membuat bahan ajar untuk kelas 1 kebutuhan dan
dan 2 berupa buku yang berisi peta Temuan pengembangan
kompetensi, perangkat bahan ajar berbasis ke
pembelajaran dan bahan ajar seni IPAAN
budaya tematik
4. Dibuat pedoman pembelajaran seni
budaya tematik lengkap dengan Protipe bahan ajar
contoh perangkatnya.
5. Protipe dan hasil pengembangan
bahan ajar seni budaya tematik
diujikan pada ahli bahan ajar, ahli
Tahun II materi (seni) Draf pedoman
6. Dilanjutkan revisi
7. Perekaman contoh
pembelajaran seni budaya
tematik berbasis ke IPAAN
Prototipe
16

CD rekaman

Tahun III 1.Direncanakan mengujicobakan pada 1. Buku bahan ajar


skala terbatas yaitu pada beberapa permainan tradisional
SD perwakilan di tiga wilayah. 2. VCD/DVD untuk
2. Ujicoba luas di SD apresiasi

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan

4.3 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar dilakukan melalui beberapa tahapan yang dapat


digambarkan sebagai berikut:
Seni Musik, Tari dan
KURIKULUM Rupa Ilmu
pengetahuan
Alam,Matematika

Pengembangan bahan ajar cetak:


PETA penulisan bahan ajar, penelaahan
KOMPETENSI

Pemrosesan : Ilustrasi, Perwajahan


Penyuntingan
Prototipe Persetujuan
Ahli

Gambar bagan 3.1. Langkah pengembangan Bahan Ajar (Dikti, 2010)

Dalam merancang pembelajaran seni budaya tematik di sekolah dasar terdapat


langkah-langkah yang harus dilakukan menurut Hernawan dkk (2007: 4.8). Bisa
digambarkan dalam bagan 3.2 berikut:
TETAPKAN PELAJARAN YANG
PILIH DAN TETAPKAN
AKAN DIPADUKAN SERTA TEMA PEMERSATU
KOMPETENSI INTI NYA

BUAT PEMETAAN
KETERHUBUNGAN KD SETIAP
PELAJARI KD PADA KELAS DAN MAPEL DENGAN TEMA
SEMETSTER YANG SAMA
DALAM SETIAP MATA
PELAJARAN

SUSUN RPP DENGAN


KEMBANGKAN INDIKATOR MENGAITKAN TOPIK DAN
DALAM SETIAP PELAJARAN KD SETIAP MAPEL
17

Selain itu juga menggunakan model siklus pengembangan instruksional yang


dikembangkan oleh Dick & Carey (2001).
Mengident Analisis Mengemba
ifikasi Siswa SD ngak an Memilih Memilih
Tujuan kelas 1 Instrumenp strategi materi
dan 2 eniliaian

Gambar 3. 3. Bagan Elaborasi Model Instruksional Dick & Carey (2001)


Adapun secara rinci diuraikan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran


Berdasarkan analisis kebutuhan, pembelajaran seni budaya termatik dengan
mata pelajaran matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia dan
Bahasa Daerah. Pertimbangan dalam memilih pembelajaran seni budaya tematik
didasarkan: (1) sesuai dengan tujuan pendidikan seni yaitu untuk memahami dunia seni
dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
merupakan tritunggal peradaban dan kebudayaan baik lokal,regional, nasional,
maupun global, (2) seni budaya tematik di SD wajib dilakukan, banyak guru merasa
kesulitan, (3) belum ada panduan yang sesuai, masih sangat terbatas sumber tersedia.
b. Mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik pebelajar
Pebelajar dimaksud adalah siswa SD kelas 1-2 yaitu anak berusia 7-tahun.
Hal yang perlu diperhatikan adalah kemampuan intelektual anak, kemampuan
emosional anak, kondisi sosial anak, dan kondisi fisik anak.Pada anak usia 7-8 tahun
kondisi belum stabil. Siswa masih berpikir secara holistik dalam memperoleh
pengetahuan tentang matematika, bahasa maupun IPA. Pelajaran matematika lebih
banyak mengajarkan berpikir rasional melalui kajian bastrak. Demikian pula
pelajaran bahasa memberikan rasionalitas dan realitas, karena berhubungan langsung
dengan pemanfaatan bahasa yang dimiliki anak.
Kondisi sosial anak SD sudah mulai menyadari bahwa mereka merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya.Cara yang bisa dilakukan adalah
dengan mengajak bermain secara kelompok kecil maupun besar. Kondisi perseptual
anak, anak SD sudah mampu mencerna informasi yang berasal dari luar
dirinya.Karakteristik fisik anak seyogyanya diarahkan pada memaksimalkan
perkembangan sistem syaraf, otot-otot, keterampilanmotorik dan struktur fisik.
18

Berdasarkan perilaku awal siswa, kemudian menentukan KI, KD selanjutnya dilakukan


pengembangan indikator, yang difokuskan pada tujuan tingkah laku diturunkan
menjadi beberapa tujuan spesifik disertai domain masing-masing.
c. Mengembangkan butir-butir tes acuan patakon
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditulis, dikembangkan produk
evaluasi untuk mengukur siswa melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama
berada pada hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan
untuk apa mereka melakukan penilaian.
d. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi meliputi kegiatan pra pembelajaran, penyajian informasi, praktik
umpan balik, pengetesen dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran
berdasarkan teori dan hasil pengamatan, karakteristik media pembelajaran yang
digunakan, bahan pembelajaran. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk memilih
strategi pembelajaran yang interaktif.
e. Mengembangkan dan memilih materi
Memilih dan menetapkan ruang lingkup materi, tingkatan kompleksitas
materi, pendekatan aspek kreativitas yang dikembangkan dalam model pembelajaran
seni budaya di SD. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk
pengembangan ini meliputi petunjuk belajar, materi pembelajaran dan soal-soal
latihan. Pengembangan materi pembelajaran bergantung pada tipe pembelajaran,
materi relevan dan sumber belajar yang ada di sekitar perancang.Komponen dalam
bahan ajar: 1) judul bab,2) kerangka isi, 3) tujuan pembelajaran, 4) deskripsi, 5) konsep
kunci, 6) uraian utama, 7) rangkuman, 8) latihan, 9) umpan balik, 10) rujukan.
Sebaiknya desain menarik dan pengorganisasian bahan ajar yang sesuai dengan prinsip
desain pesan, teori belajar dan teori pemroses informasi.Sebagai kelengkapan materi
untuk guru dilampirkan Silabus, RPP dan LKS.

4.4 Subjek Uji Coba


Subjek coba produk hasil pengembangan terdiri atas ahlibahan ajar SD, ahli
bidang seni, ahli desain pembelajaran. Masing-masing ahli sesuai dengan kebutuhan
pengembangan masing-masing 1 orang.
19

a. Review ahli, dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dari ahli.Langkah yang


dilakukan adalah: (a) pengembang mendatangi ahlibahan ajar, ahli bidang studi,
ahli desain pembelajaran, (2) melalui instrumen pengembang meminta pendapat
tentang kualitasbahan ajar ,pendidikan Seni Budaya yang telah dikembangkan.
b. Uji Coba skala kecil
Untuk uji coba skala kecil dilakukan pada 3 SD (Surabaya, Sidoarjo, Gresik).
Maksud uji coba untuk mengidentifikasi dan mengurangi kesalahan nyata yang
terdapat dalam bahan ajar yang dibuat.
Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1) pengembang menjelaskan maksud evaluasi
2) pengembang menyampaikan draf bahan ajar, panduan pembelajaran dan
rekaman pembelajaran seni budaya terpadu yang telah dikembangkan
3) pengembang mendorong guru SD untuk memberikan masukan
4) pengembang mencatat komentar
c. Uji Coba Skala Besar
Bahan ajar, buku panduan dan rekaman VCD pembelajaran yang telah
direvisi, maka tahap selanjutnya adalah diujicobakan secara luas. Ujicoba dilakukan
di Sidoarjo, Surabaya dan Gresik masing-masing 2 sekolah dasar. Hal ini dimaksud
untuk mengetahui kefektifan bahan ajar.

4.5 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan untuk menghasilkan produk bahan ajar menggunakan pedoman
observasi dan pedoman wawancara. Pedoman ini untuk mengetahui kebutuhan
pengguna. Menguji produk bahan ajar (uji ahli, ujicoba kelompok kecil dan ujicoba
luas) menggunakan angket penilaian. Untuk pengembangan bahan ajar seni budaya
digunakan angket untuk mengetahui kebutuhan guru SD dalam mengajar seni
budaya tematik. Sedang untuk menguji produk bahan ajar seni budaya (uji ahli,
ujicoba kelompok kecil dan ujicoba luas) digunakan angket.
20

4.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini


adalah teknik analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data berupa masukan, komentar,
kritik, saran dianalisis secara kualitatif. Data kualitatif dipaparkan apa adanya
sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan revisi dan penyempurnaan bahan ajar.
Sedang data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan penyekoran. Teknik
pengukuran menggunakan skala Likert, untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok (Sugiyono, 2010).

1. Uji Ahli
Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data validasi ahli
berupa saran, komentar, kritik dan saran. Sedang terhadap tingkat kemanfaatan,
kemudahan, keterbacaan, kedalaman materi, kejelasan materi, ketepatan desain,
ketepatan dengan pengguna, kemutakhiran, kemenarikan, teknik analisis yang
digunakan adalah penyekoran.
2. Uji Coba Skala Kecil
Teknik analisis terhadap tingkat kemanfaatan, kemudahan, keterbacaan,
kejelasan materi, keterbacaan juga menggunakan penyekoran. Sedang saran dan
masukan dianalisis secara deskriptif.
3. Uji Coba Skala Besar
a. Teknik analisis terhadap tingkat kemanfaatan, kemudahan, keterbacaan,
kejelasan materi, menggunakan penyekoran
b. Uji efektivitas bahan ajar diukur menggunakan desain
” Before-After” yaitu desain eksperimen dengan cara membandingkan keadaan
sebelum-sesudah perlakuan (Sugiono, 2010), dengan gambar sebagai berikut:

O1 O2
X
Gambar3.4 Desain Eksperimen (Before-After) Untuk uji skala besar
O1 Nilai sebelum perlakuan O2 Nilai sesudah perlakuan
21

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1Review Pembelajarn di SD
Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pembelajaran di SD kurikulum
2013 adalah mengadakan fokus grup dengan guru SD kelas 1 dan 2. Selain fokus grup
diskusi juga di lakukan penjaringan data menggunakan instrumen yang telah
dibuat,dilanjutkan dengan diskusi untuk penjaringan kebutuhan pembelajaran seni
budaya di SD keas 1 dan 2. Adapun hasil melalui fokus grup dan melalui instrumen
sebagai berikut:
Selain itu banyak guru merasakan belum jelas dalam pelaksanaan kurikulum
2013, ke sulitan melaksanakan evaluasi utamanya pada KI (kompetensi inti) 1 dan
KI (kompetensi inti) 2, terbentur waktu, saintifik juga belum dipahami secara baik
sehingga menjadi beban bagi sebagian guru.
Pembelajaran tematik di SD menurut guru yang sudah mengimplentasikan
memunculkan suasana menyenangkan , aktif dan kreatif , mendorong hadirnya
banyak media , kelas yang kondusif, anak – anak yang menikmati kesenangan. Siswa
dapat pengalaman langsung baik melalui pancaindra maupun kegiatan-kegiatan yang
dirancang seperti keseharian mereka. Anak merasa tidak bosan, waktu tidak terasa
lama karena belajar sambil bermain.
Namun untuk guru-guru yang belum berpengalaman pembelajaran masih berpusat
pada guru, anak masih banyak disetir guru, kadang suasana belum kondusif. Kadang
ada pemaksaan materi pada tema, guru perlu memilih tema dan materi yang menarik,
guru harus benar-benar menyiapkan perangkat, supaya anak yang malas tetap bisa
menyelesaikan tugasnya.
Guru juga sudah berupaya menggunakan sumber belajar yang ada di sekitar
lingkungan siswa, lingkungayiapkann sekitar sekolah maupun di masyarakat sekitar
sekolah, yaitu internet,buku, majalah, kebun, posyandu , peternakan. Hal itu
menyenakan karena belajar sambil melakukan sesuatu kelas. Upaya guru dalam
melaksankan pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah mengelola dan menguasai
kelas, guru berperan sebagai fasilitator , menggunakan metode
22

bervariasi,( penyampaian materi yang menarik, dengan bermain, kelompok,


menyanyi), mengembangkan keterampilan (kognitif, sikap, psikomotorik),
menggunakan media yang menarik , merencanakan dengan baik, melengkapi alat
peraga, menyiapkan penilaian, memilih tema sesuai minat siswa, membuat
pembelajaran interaktif, peserta didik bisa menimba ilmu dari siapa saja, siswa
diupayakan untuk mencari, anak didorong kritis.
Untuk pembelajaran matematika, media yang digunakan, benda kongkrit , kertas,
karton, kelereng, kertas warna, makanan, minuman , benda yang sering dilihat anak,
batu, tumbuhan, benda tiruan, media audio, gambar, daun yang jatuh, kerikil, pohon,
lidi, bermain game, kaleng , pasta gigi, tempat sabun, kerdus, tabung, spidol, sedotan
untuk membuat bangun ruang sehingga siswa mengetahui rusuk ruas dan sisi,
penggaris, busur derajat. Lks dan buku, dekak-dekak, bangun datar dari kertas
manila, papan berpaku untuk bangun datar, pita atau bambu untuk garis bilangan,
manik-manik, peraga blok pecahan.
Pembelajaran seni Budaya sudah dilakukan walau bentuknya sederhana,yaitu
menjelaskan kesenian daerah, membuat property dari bahan lunak dua demensi,
pengenalan budaya, menirukan gerak, membuat musik ritmis dengan botol aqwa,
kaleng diisi kelereng, menulis namanya sendiri di kertas bufalo, membuat garis
lurus, lengkung dengan kertas lipat terus ditempel di gambar, pelepah pisang dibuat
bunga, cetakan belimbing, kentang. Anak diajari menggambar, menyanyi, kolase untuk
pembelajarn di atas anak sangat antusias . Sedang untuk seni tari dan musik banyak
guru tidak menguasai, sehingga banyak sekolah tidak melaksanakannya. Untuk
pembelajaran seni budaya yang sudah dilakukan bisa dirinci sebagai berikut:
Menggerakan badan, menari, menirukan gerak alam, burung terbang, orang
menyapu, tari semut, menirukan suara binatang
Menyanyikan lagu anak 2, lagu daerah 2dan ansional, musik ritmis dengan
sendok dan piring
Menggambar pemandangan, menggambar dua demensi 3, lingkungan sekitar,
kolase, membuat garis lengkung, lurus, zigzag, kolase membuat buah,
mewarnai,
Membuat origami 3(melipat kertas), membuat hewan dari plastisin, membuat
cetakan dari wortel
23

Mengadakan eksplorasi, improvisasi, forming


Adat istiadat, bahasa daerah, pakaian adat, nama suku bangsa
Tentang buku guru dan buku siswa , buku kurang lengkap, kesulitan memahami
buku guru dan buku siswa , materi buku guru dan siswa masih kurang , kadang di
buku guru tidak ada sementara di buku siswa ada.
Guru pengajar kelas 1 dan 2 menginginkan, pembelajaran efektif, Calistung tercapai,
anak mandiri, siswa tenang, berperilaku dengan baik , mampu melakukan gerak
motorik sederhana, ahklak dan perilaku, KKM tuntas. Diperlukan bahan ajar sebagai
suplemen utamanya tematik.

5.1.2 Review Pembelajaran Tematik kurikulum 2013


Untuk kelas 1, 2, 3 sudah menggunakan tematik terpadu. Guru merasa lebih
mudah dengan menerapkan tematik, karena waktu dirasakan cukup panjang , bisa
digunakan dengan baik efektif dan efesien, menyesuaikan kompleksitasnya. Guru
bisa fokus , waktu fleksibel karena bisa menyesuaikan dengang tingkat kesulitan
dan tingkat perkembangan siswa,.Adapun kendala dalam pelaksanaan tematik
untukkelas 1 dan 2 adalah guru terkendala memetakan kompetensi dasar untuk
dipadukan. Koordiansi antar guru diperlukan, dibutuhkan sarana prasarana yang
memadai , guru sebaiknya bisa mengaitkan dengan media yang cocok untuk tematik
terpadu. Guru diharapkan dapat mengembangkan materi sesuai tema-tema yang
diangkat.
Banyak guru masih perlu bimbingan tematik terpadu, pemahaman kurikulum
2013 dirasakan masih kurang dalam, perlu pendidikan dan latihan yang
berkesinambungan. Perlu penyamaan persepsi tentang penilaian, perlu ketekunan
untuk melaksanakan K 13.
Bila anak belum bisa menulis dan membaca akan sulit, karena anak belum bisa
memanfaatkan buku siswa, jadi guru lebih aktif untuk mencapai tujuan melalui
kegiatan sesuai dengan tema. Pembelajaran temati k di sekolah-sekolah masih
terkendala media , sarana prasarana terbatas, diharapkan guru bisa menggunakan
lingkungan sekitar, namun hal itu belum dilakukan oleh banyak guru. Ada guru yang
merasakan kesulitan mengelola waktu, mengatasi siswa yang beragam latar
belakangnya, guru juga merasakan kemandiri siswa kurang, ada buku guru yang
24

belum sampai pada sekolah, materi dirasakan terputus tidak runtut , guru kesulitan
mendorong anak untuk bertanya.
Dari hasil review dan diskusi dengan guru-guru SD di atas dilanjutkan
dengan membuat prototipe bahan ajar Seni Budaya tematik berbasis kemipaan.

5.2 Hasil Pengembngan Bahan Ajar Seni Budaya Berbasis Kemipaan untuk SD

5.2.1 Prototipe Buku Guru


Untuk tahap awal pembuatan prototipe Buku Guru yang dilakukan adalah
mencermati kurikulum 2013 untuk kelas 1 SD, setelah itu menetapkan pelajaran
yang akan dipadukan yaitu Seni Budaya, Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan
Bahasa Daerah. Memilih salah sau tema yaitu kegemaranku yang bisa
mengakomodasi kegemaranku bermusik, kegemaranku menggambar, kegemaranku
menari dan kegemaranku bermain drama. Kemudian mencermati masing KD yang
dipadukan yaitu seni budaya, matematika, bahasa Indonesia/bahasa daerah dan
mengembangkan indikator dan tujuannya.
Untuk memberikan gambaran pada guru tentang Pembelajaran Seni Budaya Berbasis
kemipaan untuk SD maka dalam buku guru diuraikan konsep-konsep penting sebagai
wawasan guru tentang pembelajaran seni budaya berbasis kemipaan yaitu konsep
pembelajaran seni budaya tematik kelas awal, Seni Budaya Berbasis Kemipaan, seni
budaya kurikulum 2013,adapun rincian yang ada dalam buku guru sebagai berikut:
5.2.1.1 Pembelajaran Seni Budaya Tematik Kelas Awal
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Tema adalah gagasan pokok pikiran yang menjadi pokok
pembicaraan (Muslich, 2006)
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua dan tiga berada pada
rentang usia dini. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistis) serta mampu memahami hubungan antara
konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada obyek- obyek
konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
25

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret (7-11 tahun) Piaget
(dalam Tridjata, 2005: 9.9). Pada usia tersebut anak sudah mulai menujukan perilaku
dengan ciri sebagai berikut:
1) Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal konkret,
yakni yang dapat dilihat, didengar, dibau, diraba dan diotak atik, dengan
penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan pada keadaan yang
sebenarnya, keadaan alami sehingga lebih nyata sehingga kebenarannya dapat
dipertanggung jawabkan.
2) Integratif, anak sekolah dasar memandang sesuatu yang dipelajarai sebagai suatu
keutuhan. Mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin
ilmu.
3) Hirarkis,anak sekolah dasar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang
sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Oleh sebab itu perlu urutan logis,
keterkaitan antar materi, dan cakupan serta kedalam suatu materi.
Menurut Muslich (2006: 166) implikasi terhadap sarana prasarana, sumber belajar
dan media untuk pembelajaran tematik sebagai berikut:
1) Pembelajaran seni budaya tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa,
baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip secara holistik autentik. Oleh karena itu
dala pelaksanaanya memerlukan berbagai sarana prasarana. Untuk bergerak
menari misalnya perlu ada ruangan yang kosong sehingga anak leluasa
bergerak. Demikian juga untuk kegiatan bermusik diperlukan alat-alat musik
ritmis sedehana yang bisa digunakan misalnya kenthongan, galon air yang
besar, dan instrumen lain yang menghasilkan bunyi.
2) Dalam buku siswa disediakan berbagai gambar yang bisa digunakan guru
untuk melaksanakan kegiatan. Selain itu perlu menggunakan sumber belajar
yang sifatnya didesain untuk pembelajaran serta sumber belajar yang ada di
lingkungan. Dalam menggambar perlu menggunakan media yang bervariasi
untuk membantu siswa berekspresi. Dalam memahami konsep-konsep
26

abstrak matematika diperlukan media baik gambar yang tersedia di ruangan,


benda-benda konkrit lidi, kelereng, bola, gelas plastik , mainan dan lain-lain.
3) Pengaturan ruang, ruang perlu diatur sesuai dengan tema yang sedang
dilaksanakan agar suasana menyenangkan, pengaturan bangku bisa berubah-
ubah, peserta didik bisa duduk di tikar/karpet, kegiatan tidak harus di dalam
kelas bisa di luar kelas, dinding kelas bisa digunakan untuk memasang hasil
karya anak. Perlu diberikan tempat untuk menyimpan alat-lat sehingga
memudahkan anak untuk menyimpan dan mengambilnya.
4) Pembelajaran seni budaya tematik juga memerlukan metode yang bervariasi
misalnya percobaan, bermain peran, eklsperimen, demonstrasi, bercakap-
cakap, kerja kelompok dan lainnya.

5.2.1.2 Seni Budaya Berbasis Kemipaan


Buku ini dikembangkan sebagai suplemen untuk melengkapi buku guru dan -
buku siswa kelas 1 yang sudah ada. Seni budaya berbasis kemipaan artinya
pembelajaran seni budaya sebagai pokok utama memperkenalkan hasil budaya lokal
termasuk kesenian dengan mengintegrasikan matematika, bahasa Indonesia, dan
bahasa daerah. Dikarenakan kelas I belum ada mata pelajaran IPA maka IPA sebatas
hanya disinggung tidak terlalu dalam. Tema yang diangat dalam buku ini adalah
kegemaranku yang dibagi dalam sub – sub tema kegemaranku bermusik, kegemaranku
menari, kegemaranku bermain drama, dan kegemaranku menggambar.
Pembeda buku ini dengan buku yang sudah ada adalah dalam pembelajaran seni
budaya siswa diajak untuk berpraktek menyanyi, bermain alat musik, menari,
menggambar dengan berbagai kegiatan berkesenian materi kemipaan sekaligus
dipelajari dalam kegiatan tersebut. Guru diberikan petunjuk supaya mudah melakukan.
Seni dan ilmu pengetahuan (sains) sangat berdekatan, karena masing- masing berkaitan
dengan proses penemuan sebagai hasil dari kegiatan eksperimen. Menurut Kimberely
Tolley dalam Winataputra (2010: 8.21) perbedaan keduanya adalah bila ilmuwan
mempertanyakan atau mempermasalahkan tentang bekerjanya alam semesta,
sedangkan seniman mempertanyakan cara-cara bagaimana alam dapat
diinterpretasikan dan di”re –created”. Demikian pula hubungan seniman dengan ahli
matematika muncul dalam konstruksi berpikir. Dalam karya seni musik
27

dikembangkan iktisar-iktisar, improvisasi. Tidak cukup dengan timbre (warna bunyi)


namun untuk menciptakan melodi yang indah komposer menambahkan irama, harmoni
agar karya tersebut “hidup dan indah”. Pada Aritmatika ditemukan formula,
sifat-sifat, dan pembuktian-pembuktian yang ketiganya itu menjadi konsep yang hidup
ketika dihubungkan dan saling keterkaitan.

Dengan seni rupa, lukisan menyediakan sumber materi yang kaya bagi
matematika. Seni dapat digunakan mempresentasikan konsep geometri termasuk
gagasan yang tidak terbatas. Dengan tarian, seorang penari bisa bergerak membuat
garis-garis sejajar, lingkaran, simetri pola-pola sekuens baik dalam kelompok
maupun individual. Dari bentuk tubuh penari dapat dimanfaatkan dalam pelajaran
anatomi dan fisika. Misalnya dengan meminta anak untuk bergerak, manakah otot yang
bekerja, manakah yang mengeluarkan energi besar. Dengan bergerak diperkenalkan
pada anak tentang substansi dari tari yaitu adanya ruang, waktu dan tenaga . Dengan
musik seorang guru bisa mengeksplor pecahan, bunyi not pecahan atau rasio bunyi.
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar
dengan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya dalam proses
pembelajaran. Budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan, ekspresi,
komunikasi suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan (Winataputra, 2011: 4.12).

5.2.1.3 Pembelajaran Seni Budaya Kurikulum 2013 untuk SD, Kelas 1 dan 2
Kurikulum merupakan rencana pembelajaran yang bersifat makro karena berperan
sebagai pedoman atau acuan untuk mengembangkan silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang akan disusun oleh tim pengembang kurikulum dan guru.
Kurikulum 2013 mapel Seni Budaya mengacu pada kurikulum yang mengedepankan
pengembangan sikap spiritual dan sosio emosional, mengutatamakan pengetahuan
sebagai landasan pengembangan keterampilan. Kedalaman konsep kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan berbeda dengan kompetensi afektif, kognitif dan
psikomotorik.
Kompetensi sikap dimaknai sebagai kemampuan sikap yang dilandasi oleh
pengetahuan yang diwujudkan dalam perbuatan bukan sekedar simpati atau empati
28

tetapi melakukan tindakan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Sebagai


contoh kalau ada temannya yang sakit maka tidak hanya sekedar berempati tetapi
menjenguk dan memberi pertolongan. Dalam mengapresiasi karya tidak hanya sekedar
kagum tetapi mengamati secara mendalam, mengkritisi, mendalami konsep dan proses
pembuatannya, menemukan hal-hal baru dan mengembangkan dan mempresentasikan
hasil kerjanya dengan percaya diri kepada guru dan temannya. Serta dapat menunjukan
rasa syukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan kemampuan kepada nya.
Kompetensi pengetahuan dapat dimaknai sebagai kemampuan berpikir yang
dilandasi oleh keterampilan. Kemampuan berpikir sampai pada tataran anak tahu
dan anak paham tentang berbagai bahan, teknik dan proses penciptaan karya seni, anak
dapat mendeskripsikan bagaimana kesenian itu hadir, dan pada akhirnya anak bisa
menilai dan menghargai suatu karya seni. Konsep-konsep seni dipahami anak dengan
pengalaman melakukan seni, merasakannya, mengalaminya sehingga kemampuan
bernalar mereka lebih lama ada dalam pikiranya.
Kompetensi keterampilan dimaknai sebagai kemampuan berkreasi yang
dilandasi pengetahuan dan penghayatan yang baik dalam bekerja atau keterampilan
yang dilandasi sikap terpuji, ketekunan, keuletan, kemampuan bekerjasama dalam
menghadirkan pergelaran.

Prinsip pembelajaran menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaa RI


no: 65 tahun 2013 tentang standar Poroses

Sikap : diperoleh melalui aktivitas berkesenian ( menerima, menjalankan,


menghargai, mengamalkan)

Pengetahuan: diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan,


menganalisis, mengevaluasi

Keterampilan; diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya, mencoba,


menalar, menyaji, mencipta

Pendekatan: sceientific, terpadu antar mata pelajaran dan dalam pelajaran,


berbasis penemuan discovery/inquiry , mendukung kreativitas kontekstual
disarankan pembelajaran pemecahan masalah
29

Dalam Permendikbud no 58 mata pelajaran Seni Budaya merupakan seluruh


aktivitas mengenal karya estetik, artistik dan kreatif berakar dari norma, nilai,
perilaku dan produk seni budaya bangsa. Lebih lanjut pendidikan Seni Budaya
secara konseptual bersifat:
1) Multilingual
Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengekspresikan diri
secara kreatif dengan pemanfaatan berbagai media bahasa rupa, bahasa kata,
bahasa bunyi, bahasa gerak, bahasa peran, kemungkinan perpaduan di
antaranya.
2) Multidemensional
Pengembangan beragam kompetensi peserta didik tentang konsep seni,
termasuk pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan kreasi.
3) Multi kultural
Menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan peserta didik
mengapresiasi beragam budaya nusantara dan mancanegara.
4) Multi kecerdasan
Membentuk pribadi yang harmonis sesuai dengan psikologi peserta didik
termasuk kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual-spasial, verbal-
linguistik, musikal, matematika-logik, jasmanai-kinestetik dan sebagainya.
Tujuan umum pembelajaran Seni Budaya untuk menumbuhkembangkan
kepekaan rasa estetis dan artistik, sikap kritis, apresiatif, dan kreatif pada diri peserta
didik secara menyeluruh. Sedangkan tujuan khusus pelajaran Seni Budaya: 1)
menumbuh kembangkan sikap toleransi, 2) menciptakan demokrasi beradab, 3)
menumbuhkan hidup rukun dalam masyarakat majemuk, 4) mengembangkan
kepekaan rasa dan keterampilan, 5) menerapkan teknologi dan kreasi, 6) membuat
pergelaran dan pameran kaya seni.
Seni dan Budaya adalah istilah untuk menamai salah satu pelajaran di tingkat
dasar dan menengah. Dalam istilah seni budaya terdapat pengertian yang sangat luas.
Seni memiliki cabang yang sangat banyak (rupa, tari, musik, drama), jika materi
diajarkan semua di tingkat dasar maupun menengah seluruh materi seni yang diberikan
tidak akan tertampung dengan jam pelajaran yang tersedia. Jika ditambah
30

dengan budaya maka materi yang harus disampaikan menjadi sangat luas lagi,
waktu yang tersedia untuk pelajaran tersebut terasa sangat sempit.
Banyaknya definisi budaya yang kemudian dikristalkan oleh Koentjaraningrat
budaya adalah wujud pertama kompleksitas gagasan, nilai, norma, peraturan dan
semacamnya. Wujud yang kedua adalah kompleksitas aktivitas serta tindakan yang
berpola dari manusia dalam menjalani hidup dalam masyarakat. Wujud ketiga adalah
benda-benda karya manusia seperti beragam peralatan hidup hinggasegala ciptaan
yang bernilai atau kesenian.
Dari uraian di atas jelas bahwa budaya sangat abstrak, kompleks dan luas. Budaya
dalam pelajaran seni budaya di SD tentunya disesuaikan dengan taraf perkembangan
anak. Untuk SD kelas 1 dan 2(kelas rendah) budaya bisadikaitkan dengan peradaban
manusia seperti budi pekerti, etika, moralitas dan hal-hal yang terkait.
Dengan uraian di atas guru mempunyai wawasan tentang prototipe yang
dikembangkan sehingga membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Selanjutnya masih dalam buku guru diuraikan tentang pemetaan KI, KD
pelajaran yang dipadukan hal ini membantu guru untuk menemukan keterhubungan
antara KI dan KD mata pelajaran-mata pelajaran yang dipadukan.
Adapun keterpaduann antar mata pelajaran dari sub tema kegemaranku bermusik
sebagai berikut:
31

PEMETAAN KOMPETENSI KI 1 DAN KI 2


Bahasa Indonesia

1.1 Menerima anugerah Tuhan


Yang Maha Esa berupa bahasa
Indonesia yang dikenal sebagai
bahasa persatuan dan sarana Kegemaranku
belajar di tengah keberagaman Bermusik
bahasa daerah
2.2 Memiliki rasa percaya diri
terhadap keberadaan tubuh Matematika
melalui pemanfaatan bahasa
Indonesia dan/atau bahasa
daerah 1.1 Menerima, menjalankan, dan
2.3 Memiliki perilaku santun dan menghargai ajaran agama yang
sikap kasih sayang melalui dianutnya
Subtem 2.1 Menunjukkan perilaku patuh pada
pemanfaatan bahasa Indonesia aturan dalam melakukan
a penjumlahan dan pengurangan
sesuai prosedur/aturan dengan
memperhatikan nilai tempat puluhan
SBDP dan satuan
SBDP
1.1 Menerima keindahan alam
sebagai salah satu tanda-tanda
kekuasaan Tuhan
2.1 Menunjukkan rasa percaya diri
untuk berlatih
mengekspresikan diri dalam
mengolah karya seni
32

PEMETAAN KOMPETENSI KI 3 DAN KI 4

Bahasa Indonesia
3.1 Mengenal teks deskriptif tentang
anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta Matematika
peristiwa siang dan malam
dengan bantuan guru atau teman
dalam bahasa Indonesia lisan dan
3.1 Mengenal lambang bilangan dan
mendeskripsikan kemunculan
tulis yang dapat diisi dengan
bilangan dengan bahasa yang
kosakata bahasa daerah untuk sederhana
membantu pemahaman 3.12 Menentukan urutan berdasarkan
3.2 Mengenal teks petunjuk/arahan panjang pendeknya benda, tinggi
tentang perawatan tubuh serta rendahnya tinggi benda, dan
pemeliharaan kesehatan dan urutan kelompok berdasarkan
kebugaran tubuh dengan bantuan jumlah anggotanya
guru atau teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan kosakata Kegemar anku
bahasa daerah untuk membantu Bermusik
pemahaman
3.4 Mengenal teks cerita diri/personal
tentang keberadaan keluarga
dengan bantuan guru atau teman
dalam bahasa Indonesia lisan dan Subtem
tulis yang dapat diisi dengan SBDP
kosakata bahasa daerah untuk a
membantu pemahaman
3.2 Mengenal pola irama lagu
4.2 Mempraktikkan teks arahan
bervariasi menggunakan alat
/petunjuk tentang merawat
musik ritmis
tubuh serta kesehatan dan
3.3 Mengenal alat-alat musik daerah
kebugaran tubuh secara mandiri
4.5 Menyanyikan lagu anak-anak dan
dalam bahasa Indonesia lisan dan
memperagakan tepuk birama
tulis yang dapat diisi dengan
dengan gerak
kosakata bahasa daerah untuk
4.6 Memainkan pola irama lagu
membantu penyajian
bertanda birama dua dengan
4.4 Menyampaikan teks cerita
tepuk dan gerak
diri/personal tentang keluarga
4.7 Menyanyikan lagu anak-anak dan
secara mandiri dalam bahasa
berlatih memahami isi lagu
Indonesia lisan dan tulis yang
4.8 Memainkan pola irama lagu
dapat diisi dengan kosakata
bertanda birama dua dan tiga
bahasa daerah untuk membantu
dengan alat musik ritmis
penyajian

Subtema 1 : Kegemaranku Bermain Musik


33

Ruang Lingkup
KEGIATAN KEMAMPUAN YANG DIKEMBANGKAN
PEMBELAJARAN
Pembelajaran 1. Sikap:
1. Mari Membiasakan - Tertib, disiplin,semangat, percaya diri,
santun.
Berbaris sambil
Pengetahuan:
Bernyanyi - Mengenal lagu-lagu semangat untuk
2. Bernyanyi dengan jelas memulai pembelajaran.
Keterampilan:
3. Bernyanyi penuh
- Bernyanyi, berekspresi, mambaca.
semangat
Pembelajaran 2. Sikap:
1. Mengamati alat musik - Disiplin, tanggungjawab, percaya diri,
santun, cermat.
dari Indonesia
Pengetahuan:
2. Mengenal alat musik dari - Mengenal bentuk alat musik.
barat. - Mengenal nama-nama alat musik Indonesia
dan Barat.
3. Membaca alat musik
Keterampilan:
dengan lantang. - Membaca dengan baik, menghafal nama alat
musik Indonesia dan barat.
Pembelajaran 3. Sikap:
1. Berhitung Jumlah Bagian - Mandiri, tanggung jawab, santun, percaya
diri, semangat, cermat.
Alat Musik
Pengetahuan:
2. Mengenali bidang bangun - Mengenal bagian-bagian alat musik.
ruang - Mengenal bidang bangun ruang.
- Mengetahui Jumlah bagian alat musik.
Keterampilan:
- Berhitung.
- Mengemukakan pendapat.
- Menulis.
- Membaca.
Pembelajaran 4. Sikap:
1. Membedakan alat musik - Disiplin, tekun, percaya diri, semangat,
tanggungjawab, cermat.
besar dan kecil
Pengetahuan:
2. Membedakan alat musik - Mengetahui ukuran alat musik.
panjang dan pendek - Mengetahui besar dan kecil setiap alat musik.
- Mengetahui panjang dan pendek setiap alat
musik.
Keterampilan:
- Membandingkan, membaca, megemukakan
pendapat, menulis.
34

Pembelajaran 5. Sikap:
1. Mengenal cara - Disiplin, tekun, tanggungjawab, semangat,
percaya diri, tertib.
memainkan alat musik
Pengetahuan:
- Mengetahui cara bermain alat musik.
- Mengenal jenis alat musik.
- Mengetahui sumber bunyi alat musik.
Keterampilan:
- Membaca, mengolah informasi, komunikasi,
menulis.
Pembelajaran 6. Sikap:
1. Bermain musik tanpa alat - Disiplin, tekun, percaya diri, tertib, cermat,
tanggungjawab.
musik
Pengetahuan:
2. Mengikuti pola tepuk - Mengenal bermain musik tanpa alat musik.
tangan - Dapat membaca pola ritmis tepuk tangan.
3. Membaca ritmis pola - Dapat membaca pola suara dan mengucap.
tepuk tangan Keterampilan:
- Melakukan pola ritmis tepuk tangan,
4. Mengikuti pola suara dan mengucap pola suara, mengucap dengan
mengucap jelas dan lantang, kreatif, komunikasi.
5. Membaca pola suara dan
mengucap
Pembelajaran 7. Sikap:
1. Bersuara dengan - Disiplin, percaya diri, tekun, semangat,
tanggungjawab.
solmisasi
Pengetahuan:
2. Bersuara sesuai dengan - Mengetahui nama-nama nada.
tinggi rendahnya nada - Mengetahui tinggi rendahnya suara.
- Mengetahui bernyanyi yang baik dan benar.
Keterampilan:
- Bernyanyi, kerjasama, kreatif, komunikatif,
bersuara dengan lantang.
Pembelajaran 8. Sikap:
1. Menemukan alat musik - Tanggungjawab,jujur, percaya diri, tekun,
semangat.
ritmis di sekitar kita
Pengetahuan:
2. Memainkan ritmis - mengetahui alat musik di sekitarnya.
sederhana - mengetahui cara membunyikan alat musik.
3. Membunyikan alat musik - mengetahui ritmis sederhana pada alat
ritmis secara jelas dan musik.
lantang - Mengetahui ritmis ketika mengiringi lagu.
Keterampilan:
4. Bernyanyi diiringi alat - Bermusik, membunyikan alat musik, kreatif
35

musik ritmis. dalam membuat ritmis, bernyanyi sambil


bermusik.
Bagan 1. Keterpaduan dalam Sub Tema kegemaranku Bermusik

Selanjutnya masih dalam Buku Guru setelah pemetaan, dan ruang lingkup
kemudian merinci dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berisi aktivitas seni
musik untuk pencapaian tujuan sesuai matapelajaran yang dipadukan. Seperti sudah
diuraikan dalam ruang lingkup pengembangan di atas. Dilengkapi dengan KI, KD,
Indikator, serta langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam satu kali
pembelajaran. Untuk sub tema kegemaranku bermusik misalnya terdiri dari 8
pembelajaran, maka langkah –langkah kegiatan pembelajaran juga dibuat 8 kegiatan.
Demikian seterusnya untuk Sub Tema Kegemaranku Menari, Kegemaranku
Menggambar dan Kegemaranku bermain Drama.

5.2.1.4 Implementasi Pembelajaran Seni Budaya Berbasis Ke MIPAAN


Berikut adalah salah satu contoh pembelajaran 1 bermusik yang ada dalam buku
guru

(Kegemaranku Bermusik)
1
A. Kompetensi Inti :

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

B. Kompetensi Dasar :
4.7 Menyanyikan lagu anak-anak dan berlatih memahami isi lagu

C. Indikator
1. Membiasakan berbaris rapi sambil bernyanyi
36

2. Membaca lirik lagu bahasa Jawa


3. Menyanyikan lagu-lagu tangga nada diatonis dan pentatonis
4. Menyanyikan lagu berbahasa Jawa
5. Membedakan suara nyaring, sedang dan pelan
D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan memperhatikan penjelasan guru siswa dapat disiplin dan semangat
membiasakan berbaris sambil bernyanyi sebelum memasuki kelas
2. Dengan mengamati gambar “Siswa Berbaris”, anak dapat mempraktikkan
berbaris dengan tertib.
3. Dengan menyanyikan lirik lagu bahasa Jawa anak dapat mencintai budaya
daerah dan nusantara.
4. Dengan memperhatikan guru menyanyi, siswa dapat menirukan dan
bernyanyi lagu persiapan masuk kelas dengan baik dan percaya diri.
5. Dengan contoh guru siswa dapat berdoa ketika awal pembelajaran untuk
menumbuhkan rasa iman dan taqwa.
6. Dengan gambar tangga nada diatonis dan pentatonis anak dapat
menyanyikan solmisasi.
7. Dengan mengamati lagu menggunakan notasi angka anak dapat
mempraktikkan tinggi rendahnya suara pada lagu.
8. Dengan mengamati teks lagu, siswa dapat menuliskan teks kembali dengan
tertib.
9. Dengan bernyanyi lagu “Selamat Pagi”, siswa dapat bersemangat dan
memberikan rasa hormat kepada bapak/ibu guru.
10. Dengan melakukan pengamatan, siswa mampu mengidentifikasi perbedaan
suara keras, suara sedang, dan suara lembut dengan percaya diri.

E. Media dan Alat Pembelajaran


1. Teks dan not lagu persiapan masuk kelas, selamat pagi.
2. Gambar-gambar siswa berbaris, berdoa, dan siap memulai pembelajaran.
3. Buku siswa.

F. Skenario/ Langkah-langkah Pembelajaran


37

Kegiatan sebelum masuk kelas


1. Guru mengajak siswa untuk berbaris yang rapi di depan kelas dengan tertib.
2. Saat berbaris guru memberikan contoh menyanyikan lagu persiapan masuk
kelas, kemudian mengajak siswa untuk ikut bernyanyi.
3. Guru mengajak siswa masuk kelas dengan tertib dan disiplin sambil
bernyanyi dengan penuh semangat.
KEGIATAN MASUK KELAS
4. Siswa duduk di bangku masing-masing dengan posisi duduk yang baik dan
benar.
5. Siswa berdoa sambil bersuara dengan keras.
6. Guru memberikan salam dan menanyakan kabar siswa dengan mengajak
komunikasi antar individu.
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiantan inti
8. Guru memberikan contoh lagu “Selamat Pagi” di depan kelas.
9. Siswa diajak untuk menirukan guru bernyanyi sambil bertepuk tangan.
10. Guru menanyakan kepada siswa mengenai kegemaran bernyanyi.
11. Guru menyampaikan bahwa setiap anak memiliki kelebihan yang berbeda-
beda. Ada yang pandai bernyanyi, ada juga yang pandai dalam hal lain.
12. Guru membacakan lagu yang telah dinyanyikan ketika masuk kelas dan
diikuti siswa dengan suara nyaring.
13. Guru memberi tahukan arti/makna lagu dalam bahasa Indonesia.
14. Guru menuliskan notasi angka beserta syairnya di papan tulis dan
memberitahukan kepada siswa bahwa lagu tersebut menggunakan notasi angka.
15. Guru memberikan kemenjelaskan bahwa semakin banyak nilai angka, maka
suara semakin tinggi
16. Siswa mengidentifikasi isi sempatan pada siswa untuk bertanya seputar lagu
yang dinanyikan, notasinya, syairnya dan lainnya.
17. Guru menanyakan kepada siswa apakah senang dengan lagu tersebut.
38

18. Guru meminta siswa membuat kelompok masing-masing kelompok terdiri


dari 4 orang untuk belajar menyanyikan lagu persiapan masuk kelas dan lagu
“Selamat Pagi”.
19. Guru membimbing masing-masing kelompok untuk bernyanyi
20. Setelah kelompok selesai berlatih, guru menyuruh setiap kelompok untuk
bernyanyi di depan kelas, kelompok yang lainnya tenang sambil mengamati
kelompok yang sedang tampil.
21. Kelompok yang tampil diminta untuk menyanyikan dalam 3 versi, yaitu versi
keras, sedang, dan lembut.
22. Selama kelompok tampil di depan kelas, guru menilai sikap yang ditunjukkan
oleh masing-masing anggota kelompok dengan tabel penilaian sikap.
23. Setelah presentasi masing-masing kelompok selesai, guru memberikan
evaluasi dan menyebutkan kelompok mana yang sudah baik, dan yang belum
maksimal.
24. Guru menjelaskan bahwa bersuara harus disesuaikan dengan keadaan
sekeliling kita.
25. Guru memberitahukan bahwa bersuara keras baik digunakan saat bernyanyi
pada kegiatan persiapan masuk kelas.
26. Guru memberitahukan bahwa bersuara sedang baik digunakan saat berdoa
ketika akan dimulainya pembelajaran.
27. Guru memberitahukan bahwa bersuara lembut baik digunakan saat berbicara
dengan orang lain yang jaraknya tidak jauh dengan kita.

Kegiatan Penutup
28. Kegiatan ditutup dengan mengajak siswa untuk senantiasa semangat dalam
belajar dan berperilaku santun kepada semua orang.
G. Penilaian
1. Penilaian Sikap
40

Kelompok: ......
Disiplin Percaya Diri Santun
No Nama K
SB B CB KB SB B CB KB SB B CB
B
1
2
3
4

Keterangan:
SB : Sangat Baik
B : Baik
CB : Cukup Baik
KB : Kurang Baik

2. Penilaian Pengetahuan
Tes lisan bahasa Jawa dan isian LKS yang ada pada buku guru.
3. Penilaian Keterampilan
Belum Terlihat
No Kriteria Terlihat ()
()
1 Siswa berbaris sebelum masuk kelas
2 Siswa mampu bernyanyi dengan nada
benar

3 Siswa mampu berekspresi sesuai dengan


makna lagu

4 Siswa mampu membaca dengan nyaring

5.2.2 Protipe Buku Siswa


Buku siswa dikembangkan berdasarkan KI, KD kelas 1 SD yang ada dalam
kurikulum 2013 dan sudah dipetakan dalam buku guru. Sesuai dengan kurikulum
2013 yang berbasis kompetensi maka buku siswa yang dikembangkan berisi
aktivitas-aktivitas berkesenian dan kegiatan menghitung serta memaknai lingkungan
yang mengandung ke IPA an. Demikian juga langkah-langkah yang digambarkan
dalam buku adalah mengacu pada standar proses kurikulum 2013 yaitu
menggunakan pendekatan saintifik.
41

Buku siswa berisi tentang pembelajaran Seni Budaya tematik berbasis Ke Mipaan
dengan tema kegemaranku, dengan sub tema satu (1) kegemaranku bermusik, sub tema
dua (2) kegemaranku menari, sub tema tiga (3) kegemaranku menggambar, sub tema
empat (4) kegemaranku bermain drama. Masing sub tema tetrdiri dari pembelajaran-
pembelajaran.
Berikut salah satu sub tema kegemaranku bermusik yang ada dalam Buku siswa
terdiri dari 8 pembelajaran. Berikut salah satu pembelajaran satu kegemarnku bermusik
dapat diuraikan sebagai berikut: Pembelajaran sub tema kegemaranku bermusik,
diawali dengan kegiatan di luar kelas sebelum masuk kelas anak diajak berbaris, sambil
menyanyikan lagu berbahasa daerah, dicontohkan di daerah Jawa misalnya, yaitu
lagu” yo konco pada baris”, lagu siji loro telu, dan lagu yang berjudul “Bel Wis
Muni “ lagu masuk kelas intinya berisi ajakan untuk berbaris rapi, mendengarkan ibu
guru dan bersiap menimba ilmu.
Bahasa daerah diperkenalkan sejak dini agar mereka tidak asing dan bisa
berkomunikasi karena biasanya saat di rumah menggunakan bahasa daerah. Selain
itu juga juga dalam rangka melestarikan bahasa daerah. Dilanjutkan dengan berdoa
sebelum belajar sesuai KI satu tentang bagaimana mengajak siswa untuk mengingat
bahwa dirinya manusias sebagai makluk Tuhan, selanjutnya menyapa ibu guru dan
teman-teman dengan lagu selamat pagi sebagai implementasi KI dua keterampilan
sosial.
Masuk pelajaran satu yaitu tahap mengamati dengan mengenal aneka instrumen
yang ada di Indonesia, mulai dari Banyuwangi, Bali, gamelan Jawa, Anklung,
Rebana, Kolintang hingga Gondang sembilan. Dalam pengenalan ini siswa diajak
membaca nama-nama instrumen hal ini penting untuk memberikan apresiasi pada
siswa tentang kekayaan musik bangsa Indonesia, serta mengajak anak untuk tidak
verbalistik. Guru memberi kesempatan pada anak untuk bertanya seputar
instrumen, berkenaan dengan bentuk, bahan, cara membunyikan dan lainnya. Secara
tidak langsung siswa akan mengenal macam-macam bentuk benda (bulat, tabung,
persegi), tentang sumber bunyi dari macam-macam bahan (kulit, kayu, besi) melalui
instrumen. Tahap eksplorasi selanjutnya siswa diajak untuk mengenal lebih dekat
bentuk masing-masing instrumen dan mengenal bidang bangun ruang melalui Saron
(salah satu instrumen gamelan jawa), gendang, suling, tifa, besar-kecil rebana.
42

Besar kecil gong dan mencocokan pada gambar cara memukulnya. Masih dalam tahap
eksplorasi anak diajak untuk bermain musik dalam pembelajaran seni budaya dikenal
dengan ekpresi atau kreasi. Bermain musik diawali dengan menggunakan instrumen
internal yang ada di tubuh yaitu dengan bertepuk, bersuara.Dalam buku siswa cara
bermain musik diberikan notasinya sehingga guru dan siswa dapat melakukannya.
Siswa juga diperkenalkan dengan alat-alat musik dari barat yaitu piano, gitar, violin,
drum, trumpet. Hal ini akan menambah wawasan pada mereka tentang
keanekaragaman instrumen barat. . Dikebanalkan pula solmisasi notasi barat do, re, mi,
fa, so, la, si, do. Dalam tahap eksplorasi siswa juga diajak untuk membandingkan
panjang-pendek, besar-kecil suatu benda memalui instrumen. Pembelajaranuntuk kelas
satu disarankan mengoptimalkan lingkungan sekitar anak, maka dalam konteks
pembelajaran seni budaya tematik siswa diajak untuk menggunakan macam-macam
benda yang ada di sekitar anak untuk sumber bunyi misalnya botol, galon, ember,
piring, sendok dan timba. Dengan menggunakan notasi yang disediakan dan
dipimpin guru maka akan tercipta musik ritmis yang indah. Selanjutnya siswa diajak
untuk mengiringai lagu-lagu daerah yang dinyanyikan temanya dengan musik
ritmis yang dipelajari. Dengan demikianpada akhir pelajaran tahap presentasi siswa
akan menampilkan musik-musik ritmis dan nyanyian daerah yang indah dan
menyenangkan.
Pola sub tema bermusik dengan tahapan saintifik ini juga diterapkan untuk sub tema
menggambar, sub tema menari dan sub tema bermain drama. Pada akhir pelajaran guru
bisa melakukan penilaian berdasarkan aspek yang telah disiapkan dalam buku guru
baik tentang sikap, keterampilan maupun pengetahuan.
Berikut salah satu kegiatan pembelajaran yang ada dalam buku siswa
43

Tema Kegemaranku
Sub Tema: Mari Bermusik

Mari Membiasakan

Berbaris sebelum masuk kelas


Sumbergambar:
https://sdnegeri2kedungrejo.files.wordpress.co
m

Sambil bernyanyi.
44

Lagu Persiapan Masuk Kelas.

_ 1 3 5 5 6 6 5
Yo Kanca Pa da Ba ris

- 1 3 5 5 4 3 2
Pra tan dha ne wis mu ni

- 2 3 4 4 5 4 3
Teng Teng Teng Su wa ra
ne

5 5 6 5 4 3 2 1
Pa dha ba ris Ro kan ca ne

Syair ke-2 Syair ke-3

Jejer ji loroTelu Atursalam bu guru


Ayo sregep sinau Sugeng enjang
Tangan menthang Sadarum
mangiwo Sekolah dimen pinter
Barisan dimen padha Suk bisa dadi dokter
45

5.3 Pembahasan
5.3.1 Buku Guru
Buku guru dikembangkan mengacu pada buku guru kurikulum 2013 yang
sudah beredar dari pusat saat menteri pendidikan dijabat oleh Mohammad Nuh.
Dengan demikian para guru sudah tidak asing lagi terhadap fungsi dan tujuan buku
guru yaitu sebagai pedoman melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
buku siswa yang ada. Buku Guru berisi tentang konsep-konsep pokok yang harus
diperhatikan oleh guru kelas 1 yaitu konsep tentang Pembelajaran Seni Budaya
Tematik kelas awal, Seni Budaya Berbasis kemipaan, dan Pembelajaran Seni Budaya
Kurikulum 2013. Konsep ini penting disampaikan di awal sebagai pendahuluan agar
suplemen ini sesuai yang diharapkan.
Konsep Pembelajaran Seni Budaya Tematik kelas awal membahas tentang
karaktik siswa kelas 1 yang berpikirnya holistik, diusia 7-12 tahun pada perkembangan
operasional konkret sehingga pembelajaran harus dimulai dari hal-hal konkret yang
dapat didengar, dilihat, dibau, dirasa, diotak atik dengan penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagi sumber belajar , Piaget dalam Tridjata, 2005:
9.9). Demikian juga pengaturan ruang harus disesuaikan dengan tema agar suasana
menyenangkan. Guru perlu menggunakan metode bervariasi untuk pembelajaran
seni budaya tematik misalnya percobaan, bermain peran, eksperimen, cakap-cakap,
kerja kelompok agar anak mendapat pengalaman yang estetik maupun artistik dalam
mengeksplorasi materi. Dengan demikian anak dapat melaksanakan kegiatan dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan (Muslich: 166).
Konsep Seni Budaya Berbasis kemipaan, Seni budaya berbasis kemipaan artinya
pembelajaran seni budaya sebagai pokok utama memperkenalkan hasil budaya lokal
termasuk kesenian dengan mengintegrasikan matematika, bahasa Indonesia, dan
bahasa daerah. Dikarenakan kelas I belum ada mata pelajaran IPA maka IPA sebatas
hanya disinggung tidak terlalu dalam. Seni dan ilmu pengetahuan (sains) sangat
berdekatan, karena masing-masing berkaitan dengan proses penemuan sebagai hasil
dari kegiatan eksperimen. Menurut Kimberely Tolley dalam Winataputra (2010:
8.21)
Konsep Pembelajaran Seni Budaya Kurikulum 2013. Seni dan Budaya adalah
istilah untuk menamai salah satu pelajaran di tingkat dasar dan menengah. Dalam
46

istilah seni budaya terdapat pengertian yang sangat luas. Seni memiliki cabang yang
sangat banyak (rupa, tari, musik, drama), jika materi diajarkan semua di tingkat dasar
maupun menengah seluruh materi seni yang diberikan tidak akan tertampung dengan
jam pelajaran yang tersedia. Jika ditambah dengan budaya maka materi yang harus
disampaikan menjadi sangat luas lagi, waktu yang tersedia untuk pelajaran tersebut
terasa sangat sempit. Banyaknya definisi budaya yang kemudian dikristalkan oleh
Koentjaraningrat budaya adalah wujud pertama kompleksitas gagasan, nilai, norma,
peraturan dan semacamnya. Wujud yang kedua adalah kompleksitas aktivitas serta
tindakan yang berpola dari manusia dalam menjalani hidup dalam masyarakat.
Wujud ketiga adalah benda-benda karya manusia seperti beragam peralatan hidup
hinggasegala ciptaan yang bernilai atau kesenian.
Dari uraian di atas jelas bahwa budaya sangat abstrak, kompleks dan luas. Budaya
dalam pelajaran seni budaya di SD tentunya disesuaikan dengan taraf perkembangan
anak. Untuk SD kelas 1 dan 2(kelas rendah) budaya bisa dikaitkan dengan peradaban
manusia seperti budi pekerti, etika, moralitas dan hal-hal yang terkait.

5.3.2 Buku Siswa

Pembelajaran Seni Budaya di SD terdiri dari seni rupa, seni musik, seni tari
dan keterampilan. Pembelajaran seni budaya di SD kelas rendah diwajibkan tematik
sesuai dengan karakteristik siswa yang berpikirnya masih holistik. Masing-masing
bidang seni dibuat tematik dengan memadukan matematika, Ipa dan Bahasa
Indonesi serta Bahasa Daerah diikat dalam tema kegemaranku dalam pengembangan
prototipe ini tidak mengalami kesulitan. Hal ini relevan dengan aliran pembelajaran
terpadu progresivisme beranggapan bahwa pembelajaran pada hakekatnya perlu
ditekankan pada: (1) pembentukan kreativitas, (2) pemberian sejumlah kegiatan, (3)
suasana yang alamiah atau natural, (4) memperhatikan pengalaman siswa (Ellis
dalam Hernawan dkk, 2007). Salah satu tujuan penddikan seni budaya adalah
pembentukan kreativitas. Pemberian kreativias telah ada dalam pembelajaran di
semua sub tema bermusik, menari, menggambar dan bermain drama. Misalnya di
halaman 35 sub tema menari, ada beberapa gambar properti yaitu jaranan, keris,
sampur, topeng. Anak diminta memilih salah satu atau dua properti kemudian
47

dengan properti anak diminta bergerak. Hal ini akan memunculkan daya kreativitas
walaupun kreativitas di level rendah yaitu ekspresif yang mengandalkan spontanitas,
emosi, tanpa desain. Dalam sub tema menggambar hal 71 dalam gambar disediakan
macam-macam bahan alam misalnya blimbing, pelepah pisang, lemon, pewarna
makanan. Peran guru menghadirkan bahan-bahan alam dalam gambar kemudian
anak diminta untuk membuat cetak dengan bahan tersebut ( Taylor dalam Prambudi,
20015: 20).
Pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengeksplorasi dan
mempresentasikan, digunakan dalam buku siswa sebagai pendekatan kurikulum
2013 yang dianjurkan. Kegiatan mengamati menjauhkan anak dari verbalistik dan
memberikan pengalaman estetik, karena lewat gambar dikenalkan macam-macam
musik yang ada di Indonesia, tarian, bahan-bahan kegiatan menggambar serta
bentuk-bentuk drama yang ada di Indonesia. Setelah itu anak diberi kesempatan
menanya tentang materi yang diamati. Kekayaan kesenian Indonesia yang melimpah
akan dikenal oleh mereka sejak anak-anak. Apalagi jika guru kreatif bisa
menghadirkan suara-suara musik dan gerakan tarian serta permainan drama lewat
tayangan VCD betapa anak akan mempunyai apresiasi yang luas. Dengan begitu di
benak mereka akan muncul keinginan dan dorongan untuk mengenal lebih jauh ,
anak banyak pertanyaan tentang kesenian Indonesia. Hal ini adalah kegiatan
memberikan pengalam estetik pada anak yang begitu penting, sesuai dengan
pendapat Pamadhi (2011: 12.24) bahwa arah pembelajaran pendidikan seni sebagai
berikut:
a. Pada prinsipnya pembelajaran seni adalah pemberian pengalaman estetik
sesuai tingkat dan kemampuan kejiwaan. Pengalaman bisa dicapai melalui
praktek berkaryaseni/berproduksi sesuai medium
b. Dalam praktek berkarya seni siswa didekatkan dengan lingkungan sekitar
sebagai pusat inspirasi dan obyek berkarya
c. Materi pembelajaran seni dapat mengangkat bahasan cabang-cabang seni
(rupa, tari, musik, drama) sebagai medium
Pembelajaran berlanjut dengan kegiatan mengeksplorasi dan menghubungkan mata
pelajaran lain yaitu matematika, bahasa Indonesia dan IPA, yang terinci dalam
pelajaran-pelajaran.
48

BAB VI
SIMPULAN

6.1 Bahan ajar berupa buku siswa yang berisi materi Pembelajaran Seni Budaya
Kurikulum 2013 (seni musik, seni tari, seni gambar dan seni drama ) berbasis Ke
MIPA-AN (Matematika dan Ilmu Pengatuhan) untuk anak SD telah dibuat
berupa prototipe. Pembuatan prototipe berdasarkan teori dan pustaka yang
dirujuk dalam penelitian ini. Seni budaya sebagai pokok kegiatan pembelajaran
yang mengeksplorasi matematika, bahasa Indonesia, bahasa Daerah dan IPA.
Dengan kata lain melalui pembelajaran Seni Budaya mata pelajaran lain bisa
dipelajari, sehingga pembelajaran tematik bisa dilaksanakan.
6.2 Buku panduan untuk guru SD dan mahasiswa PGSD pembelajaran seni budaya
tematik kurikulum 2013 di SD kelas rendah kelas 1 juga telah dibuat
prototipenya. Sistematika sebagian mengacu pada buku guru yang telah ada, hal
ini untuk memudahkan guru melaksanakan buku siswa yang telah dibuat
prototipenya. Guru diharapkan menemukan ide-ide kreatif untuk kegiatan
alternatif jika kondisi yang terjadi kurang sesuai dengan perencanaan. Misalnya
jika instrumen yang ada di gambar tidak bisa dihadirkan bisa menggunakan
instrumen yang ada di lingkungan sekitar siswa.
49

DAFTAR PUSTAKA

Borg, R.W. 1983. Educational Research an Introduction, London: Longman.

Dick & Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. United States: Addison-
Wesley Educational Publisher Inc.

Handayaningrum, Warih, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Ekspresi Estetika


di SD. Hasil Penelitian Kebijakan

Handayaningrum, Warih, dkk. 2007.”Pengembangan Model Pembelajaran Seni TAri


untuk Mengingkatkan Kreativitas Anak TK. Hasil Penelitian Hibah Bersaing.

Handayani, Eni Wahyuning. 2003 “ Kumpulan Permainan Anak sebagai Media


Pembelajaran seni tari di TK. Hasil Penelitian DIK

Hajar, Pamadhi dkk. 2011. Pendidikan Seni di SD. Jakarta: Universitas terbuka

Hernawan, A. H dan Novi Resmanai, Andayani, 2007 .Pembelajaran Terpadu di SD.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Kresnadi, Elang dan Benny. 2010. Modul pendampingan Bahan Ajar Non Cetak.
Bermutu. Jakarta Direktorat Ketenagaan Dikti

Munandar, U. 1995. Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.


Jakarta: Dep Pend dan Kebudayaan DIKTI. Proyek Pendidikan Tenaga
Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013
Pramudi, Jati Juli, 2015. Seni (Rupa) Kontemporer Problem teoritis dan Praktis
dalam Pendidikan Seni, Makalah dalam seminar Kebangkitan Pendidikan Seni
di Indonesia Berbasis Budaya Lokal menjelang Era MEA. ISBN.978-
602-72614-0-2,

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, N.S 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sutjipto,Katjik & Suseno Kartomihardjo (Penyadur), 1973, Seni Rupa Sebagai Alat
Pendidikan, Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran, IKIP Malang
Tim Penyusun. 2006. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Winataputra, Udin.S. 2010. Pembaharuan dalam pembelajaran di SD, Jakarta:
Universitas terbuka
50

Yeti, Elindra. 2011. Pembelajaran tari Pendidikan sebagai Upaya pembentukan


karakter Anak Usia Dini melalui pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: UNY
(Proseding Seminar Nasional)
Yumiati dan Uen Rahayu, 2006. Pembelajaran Dengan dan melalui Budaya dalam
mata pelajaran Matematika dan IPA di sekolah

Anda mungkin juga menyukai