Tugas ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Fida C, M.Pd
Oleh :
Mishbahatul Lailiyah Daeng Lala (2202101110)
1.4. Keterbatasan
Dalam proses melakukan penelitian ini, terdapat keterbatasan yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :
1. Keterbatasan waktu penelitian, tenaga, dan kemampuan peneliti sehingga
kurang maksimal.
2. Keterbatasan pengetahuan penulis dalam membuat dan munyusun artikel ilmiah
ini, sehingga perlu diuji kembali keandalannya di masa depan.
3. Keterbatasan data yang digunakan dalam penelitian ini membuat hasil kurang
maksimal.
4. Penelitian ini jauh dari sempurna, maka untuk penelitian berikutnya diharapkan
lebih baik dari sebelumnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Definisi
A. Pengertian Budaya
Budaya dapat didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, sikap, nilai, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan
ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi serta sekelompok besar dari
zaman ke zaman melalui usaha individu dan kelompok. (Deddy Mulyana dan
Jalaludin Rahmat, 2006: 18)
Djoko Widagdho (2010 : 18) mengatakan bahwa budaya merupakan dari
kata budi-daya yang memiliki arti daya dari budi. Budaya ini lebih megarah pada
cipta,rasa dan karsa. Koentjaraningrat (Djoko Widagdho, 2010 : 19-20) juga
mengatakan bahwa semua manusai dari tingkah laku dan hasil dari tingkah laku
tersebut tersusun oleh tata kelakuan yang wajib diperoleh melalui belajar karena
tidak semuanya terdapat di lingkungan masyarakat.
B. Pengertian Pembelajaran Berbasis Budaya
Belajar budaya dapat dikatakan sebagai proses kesatuan yang utuh dan
menyeluruh dari tingkah laku yang kita lakukan. Menurut Arend ( Trianto, 2011 :
51) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Gray
(1999) menyatakan bahwa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
mencerminkan pencapaian upaya manusia pada saat tertentu yang terpaku pada
budaya saat itu.
Proses pembelajaran berbasis budaya tidak hanya sebagai penyampaian
budaya atau perwujudan budaya melainkan budaya menjadikan siswa bisa
menciptakan makna dan kreativitasnya.Berbagai ragam mata pelajaran yang
terdapat di sekolah sebagian bukan dari budaya kita, Karena kita mempelajari
pelajaran tersebut di lokal budaya kita maka kita mengajak siswa untuk belajar
mata pelajaran tersebut di sekolah.
2.2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Budaya di Sekolah Dasar
Pembelajaran berbasis budaya di Sekolah Dasar diharapkan dapat memperbaiki
mutu, kinerja sekolah serta mutu kehidupan sehingga memiliki ciri yang sehat,
aktif, dan professional. (diadaptasi dari Brooks & Brooks, 1993, dan Krajcik,
Czerniak, Berger, 1999) Adapun karakteristik dalam pembelajaran
berbasis budaya yaitu:
1. Mempersiapkan materi dalam menentukan desain proses pembelajaran yang
akan dibentuk.
2. Menganalisis materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran yang
dapat memudahkan siswa untuk mengkaitkan dengan budaya atau pengalaman
awal siswa.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan berbagai rasa
keingintahuannya, terlibat dalam proses analisis dan eksplorasi yang kreatif untuk
mencari jawaban, serta terlibat dalam proses pengambilan kesimpulan yang unik.
4. Berinteraksi aktif untuk menciptakan arti dalam pembelajaran berbasis budaya
dan memberikan keleluasaan serta kebebasan bagi siswa untuk bertanya,
berdialog dengan siswa lain, guru, dan tokoh (knowledgable others) untuk
merumuskan masalah, menganalisis, dan mencari solusi permasalahan,
berdasarkan konteks komunitas budaya.
5. Memanfaatan beragam sumber mulai dari pemanfaatan bahasa sebagai alat
komunikasi ide dan pemanfaatan komunitas budaya sebagai konteks proses
pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk menggunakan bahasa secara
aktif dalam proses interaksi aktif melalui beragam kegiatan, misalnya debat,
penyajian hasil kelompok, diskusi kelompok, membuat catatan harian atau catatan
kegiatan, membuat makalh, dan lain lain
6. Menilai hasil belajar siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengekspresikan pemahamannya yang berkenaan dengan ilmu, budaya,
interaksi dengan tokoh, pengenalan lingkungan dan lain-lain, dalam tahap ini
penilaian hasil belajar menggunakan beragam teknik sesuai karakteristik siswa.
2.3. Jenis-jenis atau Macam Pembelajaran Berbasis Budaya di SD
Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya.
a. Belajar tentang Budaya
Selama ini kita sudah mempelajari budaya, contohnya kerajinan tangan,
melukis dan menggambar. Budaya dipelajari dalam satu mata pelajaran yang tidak
berhubungan satu sama lain. Dalam mempelajari budaya, ada sekolah yang
mempunyai fasilitas lengkap seperti alat musik dan peralatan drama sehingga
mata pelajaran budaya di sekolah tersebut berkembang baik. Tetapi, ada banyak
sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang memadai sehingga hanya bisa
menggunakan buku yang nantinya siswa akan menghafalnya dan membacanya
tanpa mempraktikannya. Akibat dari kondisi tersebut, pembelajaran berbasis
budaya menjadi tidak bermakna bagi siswa.
b. Belajar dengan Budaya
Belajar dengan budaya memuat pemanfaatan dan pengimplementasian
budaya. Dalam mempelajari budaya akan menjadi media pembelajaran dalam
proses belajar menjadi konteks seperti contoh tentang konsep dalam suatu mata
pelajaran.
c.Belajar melalui Budaya
Belajar melalui budaya adalah metode yang diberikan kepada siswa untuk
menunjukkan pemahaman yang sudah dipelajari dalam mata pelajaran melalui
ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya memungkinkan siswa untuk
memperhatikan kedalam pemikirannya, penjiwaanya terhadap konsep atau prinsip
yang dipelajari dalam suatu mata pelajaran, serta imajinasi kreatifnya dalam
mengekspresikan pemahamannya (Daryanto dan Muljo Rahardjo, 2012:
163)
2.4. Kekurangan Pembelajaran Berbasis Budaya di SD
a. Karakteristik peserta didik yang beragam sehingga sulit untuk dalam
mengetahui minat dan bakatnya.
b. Keterbatasan dana yang dialokasikan dalam manajemen pembelajaran berbasis
budaya.
c. Sarana dan Prasarana sekolah yang masih kurang dalam rangka memfasilitasi
keterlaksanaannya program-program di sekolah tersebut.
A. Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa, Budaya dapat didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, sikap, nilai, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan
ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi serta sekelompok besar dari
zaman ke zaman melalui usaha individu dan kelompok. (Deddy Mulyana dan
Jalaludin Rahmat, 2006: 18).
Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya.
Kekurangan pembelajaran berbasis budaya di SD yaitu : a) Karakteristik peserta
didik yang beragam sehingga sulit untuk dalam mengetahui minat dan bakatnya.
b) Keterbatasan dana yang dialokasikan dalam manajemen pembelajaran berbasis
budaya. c) Sarana dan Prasarana sekolah yang masih kurang dalam rangka
memfasilitasi keterlaksanaannya program-program di sekolah tersebut. Kelebihan
pembelajaran berbasis budaya di SD yaitu : a) Melatih peserta didik dalam
memecahkan suatu permasalahan secara lebih mandiri sehingga secara tidak
langsung hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang semakin
meningkat.
b) Adanya pembelajaran berbasis budaya mendorong peserta didik lebih aktif di
kelas. c) Meningkatkan motivasi belajar pada peserta didik. d) Memperoleh
pengalaman baru dalam mengelola pembelajaran dan pemahaman di kelas.
Menurut Mahananingtyas (2019 : 16 ) mengemukakan bahwa self efficacy
merupakan keyakinan seseorang untuk menyelesaikan segala hal. Menurut
Bandura (1997 : 384 ) mengemukakan bahwa orang lebih mungkin terlibat dalam
perilaku disiplin ketika mereka memiliki self efficacy yang tinggi. Untuk
menciptakan budaya sekolah yang kuat dan posited (Daryanto : 2015 : 12) perlu
dibarengi dengan rasa saling percaya dan saling memiliki yang tinggi terhadap
sekolah, memerlukan perasaan bersama dan intensitas nilai yang memungkinkan
adanya control perilaku. Aliran pendidikan dari pelaksanaan di BAB IV ini masuk
ke aliran Constructivism. Constructivism merupakan suatu aliran pembelajaran
yang menjelaskan bagaimana peserta didik belajar. Ausubel (1967) menyatakan
bahwa, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar adalah apa
yang telah di ketahui oleh peserta didik. Selama pembelajaran dimulai peserta
didik dapat menggunakan berbagai keterampilan seperti psikomotorik, proses,
kognitif, dan sikap untuk melakukan penemuan.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang artikel ilmiah ini
dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi yang tentu nya dapat di
pertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan
juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan artikel ilmiah yang
telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt/article/view/1110/548
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/mmp/article/view/5071/3867
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tarbawi/article/download/65/66
http://journal.upy.ac.id/index.php/PLB/article/view/857
https://www.jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1701/pdf