23960/pesagi
Received: 21 Juni 2022 Accepted: 21 Juni 2022 Online Published: 21 Juni 2022
Abstrak
Problematika Pendidikan di Pulau Legundi di Kabupaten Pesawaran Lampung.
Pendidikan dalam suatu bangsa adalah tonggak yang kemajuan atau keberlangsungan suatu
bangsa. Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat melahirkan generasi penerus bangsa
dengan pribadi yang cerdas dan berkualitas yang artinya generasi yang mampu memanfaatkan
kemajuan yang ada dengan sebaik mungkin. Dalam pendidikan tidak terlepas dari suatu
permasalahan dari segi tenaga pendidik hingga sarana dan prasarana yang digunakan. Salah satu
contohnya pendidikan di Pulau legundi yang memiliki beberapa permasalahan. Dalam artikel ini
kami menggunakan metode kualitatif dengan memilih teknik pengumpulan data berupa
wawancara dan studi pustaka. Dalam artikel ini membahas mengenai lokasi dan sejarah Pulau
legundi serta problematika pendidikan di Pulau Legundi sendiri. Pulau Legundi terdapat di
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Potensi sumber daya alam Desa Pulau Legundi
menjadi salah satu objek wisata unggulan di Pesawaran dan dapat menjadi satu kebanggaan bagi
masyarakat apabila keindahan alam tersebut sudah dikenal masyarakat luas. Adapun terdapat
permasalahan pendidikan di Pulau Legundi sendiri yakni pada kualitas Guru, Sarana dan
prasarana yang terhambat.
Kata Kunci : Pendidikan. Pulau Legundi, Problematika
Abstract
Educational Problems on Legundi Island in Pesawaran Regency, Lampung. Education in a
nation is a milestone in the progress or sustainability of a nation. With education, it is hoped
that it can give birth to the next generation of the nation with smart and quality individuals,
which means a generation that is able to make the best use of existing progress. In education, it
is inseparable from a problem in terms of educators to the facilities and infrastructure
used. One example is education on legundi island which has several problems. In this article we
use qualitative methods by choosing data collection techniques in the form of interviews and
literature studies. In this article, we discuss the location and history of Legundi Island and the
problems of education on Legundi Island itself. Legundi Island is located in Pesawaran
Regency, Lampung Province. The potential of natural resources in Legundi Island Village is
one of the leading tourist attractions in Pesawaran and can be a matter of pride for the
community if the natural beauty is well known to the wider community. There are educational
problems in Legundi Island itself, namely the quality of teachers, facilities and infrastructure
that are hampered.
Keywords : Education. Legundi Island, Problems
I. PENDAHULUAN
Perkembangan zaman selalu menampilkan persoalan baru yang kerap tidak
terpikirkan sebelumnya. Cita-cita kemerdekaan yang diusung oleh para pendiri bangsa
menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melanjutkan tonggak-tonggak perjuangan
pergerakan nasional tersebut. Proses pendidikan yang telah dijalani selama hampir 76
tahun kemerdekaan Republik Indonesia tidak serta merta membuat perubahan secara
signifikan terhadap pola pikir sumberdaya manusianya (Wardi, 2013). Mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagai salah satu ikon penting kehidupan bermasyarakat perlu terus
dilakukan pembaharuan menuju masa depan yang baik kedepannya. Indonesia dahulu
dipuji sebagai salah satu negara yang berhasil menaikkan Indeks Pembangunan Manusia
secara fantastis. Pada era 60-an banyak tenaga pendidik/pengajar yang berasal dari
Indonesia diperbantukan untuk memberikan pengajaran di Negara tetangga dan ada juga
mahasiswa dari negara tetangga menempuh studi di Indonesia (Rembagy, 2008).
Pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara
aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam
bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata
“didik” dan mendapat imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti proses
atau cara perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa adalah
perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok orang dalam usahanya
mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran (Amelia, 2019).
Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat melahirkan generasi penerus
bangsa dengan pribadi yang cerdas dan berkualitas yang artinya generasi yang mampu
memanfaatkan kemajuan yang ada dengan sebaik mungkin. Dan juga tercipta generasi
yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi. Tanpa adanya pendidikan, tidak akan ada
yang namanya kemajuan. Maka dari itu, pendidikan sangat penting dan wajib diberikan
kepada setiap warga negara sejak dini. Pendidikan juga merupakan suatu hal penting
bagi sebuah negara agar dapat berkembang pesat. Negara-negara yang maju biasanya
negara yang memprioritaskan pendidikan bagi warga negaranya. Dengan harapan
dengan adanya pendidikan, maka kesejahteraan warga negaranya akan terjamin. Tetapi,
pendidikan juga tidak akan berbuah kemajuan apabila sistem dari pendidikan tersebut
tidak tepat. Sama hal nya seperti di Indonesia (Fitri, 2021).pendidikan tidak pernah
lepas dari berbagai permasalahan. Menurut Fajri, masalah yang di hadapi pendidikan itu
terbagi menjadi 2 yakni masalah mikro dan masalah makro. Masalah mikro merupakan
masalah yang ditimbulkan dalam komponen dalam pendidikan itu sendiri sebagai suatu
sistem, seperti masalah kurikulum. Sedangkan masalah makro, merupakan masalah
yang ditimbulkan dari dalam pendidikan itu sebagai suatu sistem dengan sistem lainnya
yang lebih luas mencakup seluruh kehidupan manusia, seperti tidak meratanya
penyelenggaraan pendidikan di setiap daerah. Permasalahan itu menjadi penyebab
utama dalam rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia (Fitri, 2022).
Masih banyaknya anak-anak yang tidak bersekolah. Indonesia belum mampu
mewujudkan salah satu cita-citanya yaitu pendidikan untuk semua orang (education for
all). Selain itu, juga masih terdapat masalah ekonomi yang mendasari anak dari
kelompok yang tidak mampu atau miskin yang keluar dari sekolah ketika belum
menyelesaikan jenjang pendidikannya. Hal-hal tersebut berhubungan dengan
pemerataan atau ketimpangan kualitas dan penyedia jasa pendidikan yang ada di
Indonesia (Safarah & Wibowo, 2018). Kurangnya sarana dan prasarana pendukung
yang disediakan oleh Pemerintah masih tergolong minim untuk wilayah-wilayah
tertentu menjadikan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk ditengah-tengah
perkembangan Globalisasi yang sangat pesat saat ini. Ketiadaan dukungan sarana
belajar sering manjadi kambing hitam tidak masksimalnya kualitas pendidikan.
Faktanya memang demikianlah yang terjadi berbagai sekolah-sekolah di pelosok negeri
ini. Kurangnya kapasitas ruang belajar dan jumlah guru membuat pembagian kelas
menjadi sangat biasa terjadi di sekolah-sekolah pelosok.
Bukan hanya kekurangan ruang belajar, sekolah-sekolah di pelosok negri ini
kekurangan tenaga pengajar. Tenaga pengajar atau guru ini biasanya bukan dari
penduduk asli sekitar sekolah melainkan dari berbagai daerah di Indonesia. Tak
layaknya gaji dan tunjangan bahkan sulitnya menjangkau sekolah-sekolah menjadikan
guru-guru disana enggan mengajar karena sulitnya jalan yang akan mereka lewati
(Yuniati, 2019). Dengan kondisi kualitas pendidikan Indonesia yang terbilang sangat
kurang dibandingkan negara-negara lain di dunia, banyak yang menjadi faktor
penghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. Menurut Kurniawan, faktor yang
menjadi penentu keberhasilan suatu sistem pendidikan juga bisa dikarenakan oleh
peserta didiknya, peran seorang guru, kondisi ekonomi, sarana dan prasarana,
lingkungan, serta masih banyak faktor yang lainnya (Kurniawan: 2016). Hal demikian
dirasakan oleh masyarakat di pulau Legundi, pendidikan masyarakat di pulau Legundi
masih memprihatinkan dengan keterbatasan sarana dan prasarana maupun sumber daya
guru yang mengajar di pulau tersebut. Dengan keterbatasan yang ada di pulau Legundi
menjadikan kualitas pendidikan di desa tersebut dapat dikatakan tertinggal. Oleh karena
itu, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut problematika pendidikan yang terdapat di pulau
Legundi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
menjadi masalah penelitian yang akan diteliti, yakni: Jelaskan lokasi dan sejarah singkat
pulau Legundi? Bagaimana permasalahan pendidikan di pulau Legundi?.
II. Metode Penelitian
Penulisan artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan memilih teknik
pengumpulan data berupa wawancara dan studi pustaka. Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian untuk berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal,teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2011). Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian kualitatif,
pengumpulan data tidak dipandu oleh teori tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang
ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu analisis data yang
dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat
dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif digunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah
data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak, oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,
tapi lebih menekankan pada makna (Abdussamad, 2021).
Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan
dalam penelitian kualitatif (Rachmawati, 2007). Wawancara juga dapat didefinisakan
bahwa Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) sebaga pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu peneliti melakukan
wawancara semi struktur (Nurdiansyah, & Rugoyah, 2021). Wawancara semi struktur
lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Kamaria, 2021). Sugiyono (2011)
menjelaskan bahwa wawancara yang baik dilakukan dengan cara face to face bisa
memahami situasi dan kondisi dari responden serta bisa akurat dengan wawancara semi
terstruktur (Islamy, Yuniwati, & Abdullah, 2021). Studi kepustakaan adalah segala
usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan
topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari
buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi,
peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-
sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain (Purwono, 2005).
Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian adalah orang dalam pada latar
penelitian yang menjadi sumber informasi. Subjek penelitian juga dimaknai sebagai
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Pada pengamatan terstruktur (sistematik) objek dan aspek-aspek yang akan
menjadi sasaran pengamatan telah diketahui sejak awal. Pada pengamatan tidak
berstruktur, kondisi peneliti belum bisa menentukan objek yang akan diamati secara
pasti pada tahap awal. Karena itu, peneliti harus mengamati semua aspek atau semua
fenomena yang dianggap penting asal tetap berkaitan dengan penelitian (Rahmadi,
2011). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek dan objeknya adalah aparatur di desa
Pulau Legundi. Sedangkan objek penelitian ini adalah kondisi pendidikan di desa Pulau
Legundi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi dan Keadaan Pulau Legundi
Legundi adalah desa dan pulau dari wilayah Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten
Pesawaran Lampung, di mana letaknya terpisah dari Pulau Sumatera tepatnya berada di
perairan Teluk Lampung, lepas Selat Legundi, dan dikelilingi oleh beberapa pulau-
pulau kecil di sekitarnya (Hermawan, 2010). Berdasarkan data Monografis Desa Pulau
Legundi jarak antara Desa Pulau Legundi ke kecamatan 12 mil, ke kabupaten 25 mil,
dan ke ibukota provinsi 21 mil. Adapun batas-batas wilayah Pulau Legundi sendiri
yakni:
a. Sebelah Utara : Perairan Teluk Lampung
b. Sebelah Timur : Perairan Krakatau dan Samudera Hindia
c. Sebelah Selatan : Perairan Desa Pulau Sebesi
d. Sebelah Bara : Samudera Hindia
Desa Pulau Legundi memiliki luas wilayah berupa sebagian besar lautan sebab letaknya
berada di sekitar Kepulauan Teluk Lampung, kemudian ada tanah darat dengan bentuk
tanah pertanian maupun perkebunan dan pemukiman penduduk di sekitar pantai, serta
tanah darat berupa hutan.
IV. KESIMPULAN
Lokasi Pulau Legundi terdapat di kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung dengan jarak
tempuh Pulau ke Kabupaten sekitar 2 Jam. Pulau Legundi sendiri unggul pada sektor
Pariwisatanya. Dengan disisi lain pada bidang pendidikannya. Pulau Legundi memiliki
permasalahan yakni pada kualitas tenaga pendidik atau guru serta sarana dan prasarana
yang terbatas. Dengan kondisi dimana kekurangan guru/tenaga pendidik sehingga
menyebabkan orang-orang yang hanya sekedar lulusan SMA pun dapat mengajar dan
menjadi guru di Legundi. Di suatu sekolah yang ada di Legundi bahkan hanya ada 5
orang saja gurunya yang sudah PNS ditambah satu kepala sekolah dan sisanya masih
honorer saja, Legundi juga dibantu dengan tenaga pendidik akibat program Lampung
Mengajar 5 sehingga mengurangi tingkat kekurangan guru di Legundi. Serta pada
sarana dan prasarana yang ada di sekolah-sekolah di Pulau Legundi dengan kondisi
yang sangat kurang memadai. Dengan sarana di sana yang sangat kurang, mereka tidak
memiliki lapangan yang layak untuk berolahraga, selain itu di SMAN 2 Punduh Pidada
tidak memiliki laboratorium. Dua sarana yang sangat penting dan sangat dasar untuk
menunjang pembelajaran di sekolah mereka tidak punya. Dan media pembelajaran yang
digunakan salah satunya papan tulis yang sudah tidak layak. Tetapi untuk minat siswa
melanjutkan ke perguruan tinggi sangat baik. Mereka memiliki motivasi yang kuat
untuk melanjutkan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Jurnal :
Safarah, A.A., & Wibowo, U.B. (2018). PROGRAM ZONASI DI SEKOLAH DASAR
SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN KUALITAS PENDIDIKAN DI
INDONESIA. LENTERA PENDIDIKAN, 21(2). pp 206-213.
Kurniawan, R.Y. (2016). Identifikasi Permasalahan Pendidikan Di Indonesia Untuk
Meningkatkan Mutu Dan Profesionalisme Guru. Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia (Konaspi) (Pp. 2 - 5). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Kurniawati, F.N.A. (2022). MENINJAU PERMASALAHAN RENDAHNYA
KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN SOLUSI. AoEJ: Academy of
Education Journal, 13(1). pp 1-13.
Kamaria, A. (2021). Implementasi Kebjikan Penataan dan Mutasi Guru Pegewai Negeri
Sipil di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, 7(3), 82-96.
Nurdiansyah, F., & Rugoyah, H. S. (2021). Strategi Branding Bandung Giri Gahana
Golf Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19. JURNAL PURNAMA
BERAZAM, 2(2), 153-171.
Bangsawan, S., Mahrinasari, M. S., Ahadiat, A., Ribhan, R., Kesumah, F. S. D., &
Febrian, A. (2021). Pengembangan Desa Wisata melalui Pelatihan dan
Pembinaan. Yumary: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 2(2), 79-90.
Santoso, F. H. B., & Karbito, K. (2016). Perilaku Masyarakat dan Kejadian Malaria di
Desa Pulau Legundi Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran. Jurnal
Kesehatan, 4(2).
Hoesny, Mariana Ulfah Hoesny. Rita Darmayanti. (2021). Permasalahan dan Solusi
Untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kualitas Guru: Sebuah Kajian Pustaka.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 11(2).
Jannah, S. N., & Sontani, U. T. (2018). Sarana dan prasarana pembelajaran sebagai
faktor determinan terhadap motivasi belajar siswa. JURNAL PENDIDIKAN
MANAJEMEN PERKANTORAN, III, 63-70.
Nurhasanah, S., & Sobandi, A. (2016). Minat belajar sebagai determinan hasil belajar
siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran (JPManper), 1(1), 128-
135.
Dokumen Resmi:
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Thesis atau Disertasi:
Hermawan, A. (2010). Prosesi Arak Pengantin Sebelum Akad Nikah dalam Tinjauan
Hukum Islam (studi kasus di Desa Pulau Legundi Kecamatan Punduh
Pedada Kabupaten Pesawaran Lampung).
Proceeding
Asmaria, A., Akbar, M. F., & Kuswarak, K. (2020). Pemanfaatan Potensi Desa Dalam
Pengembangan Desa Wisata di Desa Pulau Legundi Kecamatan Punduh Pedada
Kabupaten Pesawaran. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian Pengabdian
kepada Masyarakat (Vol. 1, No. 1, pp. 413-420).