Kelompok 10
Nama Mahasiswa
Salma Kamaliyah (1105620046)
Siti Nagina Hartati (1105620032)
Wahyu Gita Amalia (1105620002)
Vivi Fathiyaturrahmah (1105620063)
Judul Artikel:
Isi:
Pendidikan adalah suatu hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan setiap
manusia. Namun, kualitas di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan
antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat indeks pembangunan
manusia yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan
penghasilan perkepala. Tetapi faktanya, indeks pengembangan manusia Indonesia
makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke 109
(1999) dan data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000)
Indonesia menempati urutan ke 37 dari 57 negara yang di survey.
Hasil Penelitian:
Responden pertama, Ibu Iros berusia 43 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga
dan pengrajin tempat dodol. Beliau memiliki dua orang anak, dimana anak pertama
hanya lulusan SD dan anak terakhir sedang bersekolah kelas 6 SD dan ingin
melanjutkan ke SMP tetapi belum ada biaya yang cukup, karena hasil pendapatan
yang rendah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masalah
transportasi juga menjadi kendala biaya jika ingin melajutkan ke jenjang yang lebih
tinggi. Jadi, hal ini membuktikan sudah ada partisipasi yang baik dari anak tersebut
namun faktor ekonomi adalah salah satu penyebab anak tidak bisa melanjutkan
sekolah karena pendapatannya hanya bergantung pada hasil panen dan juga tidak
sebanding dengan biaya yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan. Beliau
memilih untuk memberhentikan anaknya sekolah karena juga tidak ada bantuan
apapun dari pemerintah sehingga terpaksa meminta anaknya membantu turut bekerja
untuk memnuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Responden ketiga adalah Ibu Idah seorang ibu rumah tangga dan pengrajin
dodol yang memiliki tiga orang anak. Anak pertama dan kedua hanya lulusan SD dan
sudah berkeluarga. Sedangkan anak terakhirnya sedang melanjutkan pendidikan
tingkat SMP. Ibu Idah bilang bahwa yang terpenting anaknya bisa membaca dan
menulis aja. Lalu anak yang terakhir mendapat bantuan uang sekolah sebesar Rp.
450.000/3 bulan, maka dari itu bisa melanjutkan sampai ke SMP.
Lalu yang terakhir ada Bapak Dedi, selaku wakil kepala sekolah SDN 01
Ngelasari, beliau mengatakan bahwa fasilitas sekolah yang ada saat ini belum lengkap
juga tidak memadai. Contohnya seperti hanya ada sembilan ruangan, enam
diantaranya dipakai untuk mengajar, satu ruang untuk kantor guru, satu ruang
perpustakaan, dan satu ruang untuk rapat. Selain itu juga sarana pembelajaran yang
ada selain buku terdapat satu infokus dan satu laptop yang dipakai secara bergiliran.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas dan kuantitas kondisi fisik sekolah belum bisa
dikatakan baik.
Efisiensi Pendidikan:
Pemerataan Pendidikan:
Dari respon para responden, bisa diketahui bahwa bantuan subsidi pendidikan
yang diberikan oleh pemerintah belum merata didapatkan oleh semua warga Desa
Neglasari. Contohnya seperti Ibu Idah, yang anaknya sudah mendapat biaya
pendidikan sebesar Rp. 450.000/3 bulan, jadi beliau bisa menyekolahkan anaknya
sampai sekarang berada di tingkat SMP. Namun lain halnya dengan Ibu Iros dan Ibu
Rukonah yang sama sekali belum mendapatkan bantuan subsidi pendidikan dari
pemerintah, sehingga Ibu Iros menyekolahkan anaknya hanya sampai sekolah dasar
dan Ibu Rukonah tetap menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMK meskipun tanpa
bantuan subsidi dari pemerintah.
Mutu Pendidikan:
Dari hasil wawancara oleh responden yang merupakan wakil kepala sekolah
SDN 01 Neglasari yaitu Bapak Dedi, beliau mengatakan bahwa fasilitas sekolah yang
ada saat ini belum lengkap juga tidak memadai. Contohnya seperti hanya ada
sembilan ruangan, enam diantaranya dipakai untuk mengajar, satu ruang untuk kantor
guru, satu ruang perpustakaan, dan satu ruang untuk rapat. Selain itu juga sarana
pembelajaran yang ada selain buku terdapat satu infokus dan satu laptop yang dipakai
secara bergiliran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas dan kuantitas kondisi fisik
sekolah belum bisa dikatakan baik.
Relevansi Pendidikan:
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa banyak lulusan yang hanya sampai di
sekolah dasar membuktikan bahwa sumber daya manusia dari lulusan tersebut sangat
belum memenuhi dan bisa membantu berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Namun, beberapa dari mereka karena tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat
yang lebih tinggi lagi, jadi kegiatan mereka setelahnya adalah membantu orangtua
bekerja di ladang, berkebun, beternak, dan melakukan aktivitas untuk menghasilkan
uang seperti membuat kerajinan tangan yang akan dijual ke wisatawan yang
berkunjung ke Kampung Naga.
ANALISIS ARTIKEL II
Pendahuluan :
Hal ini pasti memiliki faktor seperti sebagian besar pendidikan masih fokus pada
wilayah perkotaan, splaygroup atau taman kanak-kanak tersedia namun belum memnuhi
standar kualifikasi yang baik, bahkan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat lebih
banyak yang kurang mampu pada segi finansial sehingga menyebabkan kurangnya
kesadaran pendidikan dari warga negara dan akses yang lambat karena keterbatasan
teknologi.
Namun pemerinah sudah mengambil Langkah tentang hal ini dengan adanya
peraturan wajib belajar Sembilan tahun juga adanya bantuan berupa beasiswa, juga dana
BOS. Bahkan masyarakat yang tertinggal pendidikannya bisa mengikuti paket A dan
paket B.
b. Masalah mutu pendidikan terletak pada masalah pemprosesan pendidikan.
Laporan UNESCO November 2007, menyebutkan peringkat Indonesia di bidang pendidikan tuain
dari 58 ke 62. Daiam peringkat 130 negara itu Maiaysia berada di urutan 56 dan korsel ke-5.
Rendahnya mutu pendidikan Indonesia juga tercermin pada kesulitan perubahaan mencari
tenaga kerja. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum 2007-2008 berada di level
54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesame Negara ASEAN, seperti Maiaysia
yang berada di urutan ke-21 dan Singapura di urutan ke-7 hal ini disebabkan oleh kualitas
sumber daya manusia juga yang menjadi faktor penyebab rendahnya daya saing di samping
infrastruktur, birokrasi, lingkungan serta perangkat dan penegakan hukum. Contoh dampak
masalah mutu pendidikan
1. Masalah Buta Aksara
Sarana dan prasarana yang memadai, sekolah akan kesulitan dalam hal
mewujudkan peserta didik yang terdidik, terlatih, terbimbing, berprestasi dengan
mampu bersaing dengan siswa sekolah lain yang unggul karena didukung dengan
sarana prasarana di dalamnya. Namun, Banyak sekolah sekolah di desa plosok yang
mana bangunannya kurang mendukung untuk proses pembelajaran.
Bukti masalah relevansi pendidikan itu dapat disimak dari peringkat Human Development
Index (HDI) yang dipantau oleh UNDP yang menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia dari
tahun 1996 bearada pada eringkat 102 dari 174 negara, tahun 1999 peringkat 105 dari 174 negara,
dan tahun 2000 peringkat 109 dari 174 negara dan dalam prestasi belajar yang dipantau oleh
IAEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement) di bidang
kemampuan membaca siswa SD, Indonesia berada pada urutan ke-26 dari 27 negara; kemampuan
matematika siswa SLTP berada di urutan 34 dari 38 negara; kemampuan bidang IPA siswa SLTP
berada pada urutan ke 32 dari 38 negara (T. Raka Joni, 2005).
Sumber Referensi
https://media.neliti.com/media/publications/114279-ID-desentralisasi-dan-mahalnya-
biaya-pendid.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/72335-ID-pengendalian-mutu-pendidikan-
konsep-dan.pdf