Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

“TIDAK MERATANYA PENDIDIKAN DI DAERAH TERPENCIL”

Dosen Pengampu:

Dr. Yeni Erita M. Pd

Oleh kelompok 10 :

Jesy Agustin (18058021)

Alfida Wardhani (18053002)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat,
sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas makalah "Tidak meratanya pendidikan di
daerah terpencil" yang diampu oleh Ibu Yeni Erita M. Pd ini tepat waktu sesuai dengan yang
telah ditentukan.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin, tetapi kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari penulisan ataupun rangkaian kata per kata serta
kalimat. Oleh karena itu, di perlukannya kritik dan saran di pengakhiran nanti.

Semoga, makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya, dan dapat memberikan kita
wawasan baru mengenai hakikat manusia

Padang , April 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Pendidikan adalah ilmu pengetahuan empiris dengan objek situasi pendidikan yang ada.
Pendidikan juga merupakan ilmu pengetahuan rohani karenapendidikan berdasarkan pada
tujuan hidup manusia, dan merupakan ilmu pengetahuan normatif karena berdasarkan pada
pemilahan antara yang baik dan yang tidak baik untuk menjadi manusia yang baik. Dengan itu
pendidikan sangat dibutuhkan untuk menambah pola pikir dan wawasan individu sebab itu
pendidikan harus merata didapat, karena di Indonesia anak wajib mendapatkan pendidikan 12
tahun, lain cerita dengan pendidikan di daerah terpencil bahwa kurang meratanya pendidikan
di daerah terpencil diakibatkan sulit tersalurkannya tenaga pendidik dan kurang mencukupinya
fasilitas pendidikan yang ada di daerah terpencil.

2.Rumusan Masalah

1. Apa itu pendidikan?

2. Bagaimana dampak dari tidak meratanya pendidikan?

3. Bagaimana solusi agar terciptanya pemerataan pendidikan?

3. Tujuan

1. Dapat mengetahui apa itu pendidikan

2. Dapat mengetahui dampak dari tidak meratanya pendidikan

3. Dapat mengetahui solusi agar terciptanya pemerataan pendidikan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan teknologi dan budaya masyarakat. Pendidkan dirasa
sangat penting karena pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Pendidikan
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang mengikuti
perkembangan zaman karena pandidkan merupakan bekal mas depan bagi anak-anak. Anak
merupaka penerus bangsa maka dari itu pendidikan itu penting untuk membentuk anak-anak
menjadi penerus bangsa yang siap untuk menghadapi situasi apapu. Dengan demikian
pendidikan anak-anak dapat bersaing dengan Negara lain untuk memajukan bangsa Indonesia
(Pujianti 2012:11)

Pendidikan merupakan hal pokok dalam kehidupan. Oleh karena itu pembangunan dan
pemerataan pendidikan perlu dilaksanakan secara sinergis dan berkualitas. Hal ini perlu
didukung dengan komitmen yang kuat untuk meningkatkan pembangunan sumber daya
manusia yang bermutu dan kompetitif. Oleh karena itu, potensi wilayah alam dan potensi
sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik, jelas dan terarah. Karena hal ini akan menjadi
investasi jangka panjang pembangunan manusia dan peradaban bangsa yang besar.

Dengan itu peran pemerintah dalam pemerataan pendidikan harus bijak, karena di daerah
pedesaan banyak sekolah-sekolah yang belum terperhatikannya saran dan prasarananya,
kurangnya tenaga pendidik. Ini mengakibatkan banyak anak-anak di daerah pedesaan yang
tidak mendapatkan pendidikan sedangkan di Indonesia anak wajib mendapatkan pendidikan
selama dua belas tahun. Selama ini pemerintah hanya lebih memerhatikan pendidikan di kota
disbanding dengan pendidika di desa.

Salah satu faktor tidak meratanya pendidkan di Indonesia khususnya daerah terpecil yaitu
dikarenakan letak geografis Indonesia, dimana yang kita ketahui bahwa wilayah Indonesia itu
sangat luas , karena itu pemerintah sulit dalam menyalurkan atau memberi informasi mengenai
pendidikan di daerah terpencil.
Denagan itu pemerintah tidak boleh lengah dalam menyikapi permasalah tersebut, karena
anak-anak di daerah tersebut membutuhkan yang namanya pendidikan yang layak untuk bisa
menuntut ilmu dan menambah wawasan anak.

Realitas pendidikan di daerah pedesaan

Berbeda dengan pendidikan di kota yang begitu mudah mengakses pendidikan, di


daerah terpencil banyak memiliki persoalan, diantaranya menimnya sarana dan prasarana,
kurangnya tenaga pengajar, tidak adanya teknologi informasi dan komunikasi, serta sulitnya
akses trasportasi.

Minimnya akses pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap pola hidup masyarakat,
seperti kurang bersih, petani yang tidak berkembang, mudah dibodohi dan tidak kreatif (Made
Sulastri 2016:5). Hal ini menunjukkan bahwa pemerataan pendidikan sangat sulit untuk
diujudkan.

Menurut Widyaningsih bahwa “ mahasiswa yang sudah tamatan perguruan tinggi


kebanyakan tidak mau untuk menc jadi tenaga pendidik di daerah terpencil karena sulitnya
trnsportasi untuk menjangkau daerah tersebut.”

Menurut Idrus (2012:4) bahwa ada empat hal yang menjadi titik focus kajian pendidikan,
yaitu:

1. Pemerataan pendidikan
2. Mutu pendidikan
3. Relevansi pendidikan
4. Efesiensi pengelolaan pendidikan.

Pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan
terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan
pelaksanaan pendidikan. Mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan
pelatihan. Relevansi pendidikan adalah kesesuaian antara kemampuan / skill yang diperoleh
melalui jenjang pendidikan dengan kebutuhan pekerjaan. Dan pelaksanaan proses pendidikan
yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat
sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal.
Keempat titik fokus pemasalahan pendidikan tersebut, pada akhirnya juga menjadi sebuah
kebijakan untuk menangani pendidikan, sehingga pada akhirnya banyak upaya yang dilakukan
oleh pemerintah untuk mengatasi keempat persoalan tersebut.

Masyarakat yang umumnya berada didaerah terpencildengan ekonomi lemah dan kurang
terdidk akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Aspirasi pendidikan
pada masyarakat sangat berpegaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
terutama pada daerah terpencil, yang menunjukka bahwa sebenarnay daerah terpencil juga
memiliki kesadan dan kepedulian terhadap pendidikan. Hal ini yang membuat asyarakat daerah
terpencil berniat untuk bersekolah dengan keterbatasan yang ada. Begitu juga sebaliknya
apabila aspirasi pendidikan pada masyarakat terpencil masih kurang, partisipasi pendidikan di
daerah terpencil juga akan berkurang ( Kalismaya 2017:4)

Menurut Widyaningsih bahwa “ mahasiswa yang sudah tamatan perguruan tinggi


kebanyakan tidak mau untuk menc jadi tenaga pendidik di daerah terpencil karena sulitnya
trnsportasi untuk menjangkau daerah tersebut.”

B. Dampak dari tidak meratanya pendidikan

Ketersediaan manusia bermutu yang menguasai IPTEK sangat menentukan


kemampuan bangsa dalam memasuki kompetensi global dan ekonomi pasar bebas, yang
menuntut daya saing tinggi. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat mengantarkan
Bangsa Indonesia meraih keunggulan dalam persaingan global. (Ace Suryani:1999:17).
Pemerataan pendidikan juga telah lama menjadi masalah yang mendapat banyak perhatian,
terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Oleh karena itu pemerataan
pendidikan perlu diterapkan di Indonesia.

Berikut merupakan beberapa dampak dari tidak meratanya pendidikan

 Kecemburuan sosisal masyarakat antar daerah


Contohnya tenaga pengajar yang menumpuk di daerah perkotaan sedangkan di daerah
terpencil minim akan tenaga pengajar. Setiap tenaga pengajar memiliki hak untuk
menolak pemindahan tugas mengajar namun seharusnya tenaga pengajar tidak lupa
akan tugas yang paling utama yaitu mencerdaskan anak-anak bangsa di manapun
berada entah itu didaerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.
 Buta aksra
Salah satu indikator penting dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia
Indonesia ternyata masih menjadi agenda yang perlu perhatian semua pihak, baik
masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah dan uluran dunia internasional.
 Kurangnya efesiensi dalam pengelolaannya
Pembangunan pendidikan selama lima tahun terakhir (2000-2004), sudah mendapat
prioritas tertinggi dalam pembangunan nasional yang ditunjukkanoleh penyediaan
anggaran pembangunan dengan porsi terbesar di bandingkan dengan bidang-bidang
pembangunan lainnya. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga belum mampu
menyediakan pelayanan pendidikan dasar secara Cuma-Cuma.
 Kesenjangan kualitas antar sekolah semakin kecil.
Pakar pendidikan Universitas Paramadina Totok Amin Soefijanto, bantuan pemerintah
dalam bidang pendidikan lebih efektif meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Intervensi ke sektor Pendidikan dan Kesehatan terbukti lebih efektif di banding
intervensi sembako, lapangan kerja, dan pinjaman bunga ringan”.
 Banyak siswa yang telah lulus sekolah tidak lanjut kejenjang berikutnya.
Banyaknya lulusan SMP/MTs atau sederajat di daerah-daerah pedesaan yang tidak
melanjutkan kejenjang sekolah menengah, di karenakan sekolah menengah yag ada di
pedesaan belum mampu menampung semua lulusan SMP/MTs atau sederajat.
 Meningkatkan kinerja pemerintah
Melalui proses memprioritaskan anggaran pendidikan hanya untuk rakyat miskin
dengan perekonomian rendah yang berada di daerah terpencil agar nantinya di harapkan
bisa untuk meringankan biaya pendidikan bagi putra/putri mereka. Selain itu
pemerintah juga memfokuskan dalam perealisasi anggaran pendidikan dari anggaran
pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan anggaran pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), dengan dana tersebut harus direalisasikan secara nyata dan konsisten untuk
pendidikan.
 Semua pihak di arahkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di segala aspek.
Pemerataan pendidikan,mutu pendidikan, relevansi pendidikan, dan efesiensi
pengelolaan pendidikan. Peningkatan yang dilakukan harusnya dilakukan secara
menyeluruh, tidak secara satu persatu, dan aspek lain diabaikan. Namun, mutu
pendidikan dan pemerataan pendidikan di Indonesia masih tertinggal di bandingkan
negara-negara lain. Salah satu peningkatan mutu pendidikan yang di lakukan oleh
Indonesia adalah dengan menetapkan Standar Ujian Nasional, namun masih
bermasalah. Kemudian pemerataan pendidikan yang dilakukan juga masih bermasalah
dengan tidak meratanya kualitas pendidikan di setiap daerah. Perlu di upayakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan di Indonesia.
 Akan meningkatkan angka putus sekolah
komnas Perlindungan Anak (KPA) melaporkan bahwa jumlah anak putus sekolah pada
tahun 2007 mencapai 11,7 juta jiwa. Angka tersebut bertambah cukup fantastik,
mengingat satu tahun sebelumnya, tahun 2006 jumlahnya masih sekitar 9,7 juta anak.
Pada sisi ini, sepintas dapat dipahami bahwa selama ini belum semua masyarakat
bangsa Indonesia dapat merasakan manisnya pendidikan. Jika hendak dicermati, maka
persoalan pemerataan pendidikan setidaknya disebabkan oleh (1) perbedaan tingkat
sosial, (2) perbedaan fasilitas pendidikan, (3) sebaran sekolah tidak merata, (4) nilai
masuk sebuah sekolah dengan standar tinggi, (5) rayonitas.
 Terjadi kesenjangan dalam menerapkan pendidikan Relevansi, efektivitas dan efesiensi
Pendidikan hendaknya di arahkan pada upaya untuk menaikkan mutu pendidikan.
Dengan begitu, tidak lagi terjadi model kebijakan yang hanya dimaksudkan mengatasi
satu masalah saja, dan berdampak negatif untuk kebijakan yang lain.
Jadi pemerataan pendidikan sangat berhubungan dengan perencanaan
pendidikan yang di lakukan oleh pemerintah. Perencanaan tergantung pemerataan dan
perluasan akses pendidikan pendanaan biaya operasional wajar Dikdas 9 tahun
pendidikan kecakapan hidup perluasan akses SMK,SMA terpadu perluasan akses
perguruan tinggi. Peanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana
pembelajaran jarak jauh peningkatan peran serta masyarakat dalam perluasan SMA,
SMK terpadu SLB dan PT rekruitmen pendidik dan tenaga kependidikan penyediaan
sarana dan prasarana pendidikan wajar perluasan akses pada jalur non formal, perluasan
akses pendidikan keaksaraan bagi penduduk usia >15 tahun perluasan akses di sekolah
luar biasa dan sekolah inklusi pengembangan pendidikan layanan khusus bagi anak usia
wajar di didik di daerah bermasalah, perluasan akses pendidikan anak usia dini (PAUD)
dari banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor dari dalam maupun dari luar diri
dan lembaga pendidikan. Faktor sarana prasarana, guru, kurikulum, lingkungan. Tujuan
dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan. Perencanaan
pendidikan berhubungan dengan masalah pembangunan, karena dengan pembangunan
yang baik akan menghasilkan pendidikan yang baik pula. Menurut Sutiman (2000:13).
Dapat di bayangkan satu kebijakan di maksudkan untuk mengatasi persoalan
pemerataan pendidikan dngan memberikan kesempatan kepada semua warga, akan
tetapi mengingat di keluarga miskin terkadang pencapaian nilai tidaklah sebagaimana
yang di harapkan, maka di buatlah kebijakan yang berbeda dengan menurunkan standar
khusus untuk peserta didik dari keluarga miskin. Pada akhirnya, dapat diduga kebijakan
peningkatan mutu (dengan menerapkan standar yang tinggi) ternyata berhadapan
dengan kebijakan pemerataan pendidikan. Situasi inilah yang seharusnya tidak terjadi.
Untuk itu, hendaknya di buat sebuah kebijakan utama, yaitu pwningkatn mutu
pendidikan.
Dalam rangka melakukan pemerataan pendidikan, juga harus dilakukan secara
menyeluruh dan seimbang, dilihat dari kebutuhan dan kemampuan dari masing-masing
daerah, dan pemerintah daerah juga turut serta untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan pemerataan pendidikan di daerahnya, dengan tidak mendorong kepada hal yang
tidak meracuni pendidikan dengan nuansa politik, sebagaimana yang kerap terjadi
menjelang pelaksanaan ujian nasional.

C. UPAYA PEMERINTAH MENANGGULANGI KETIDAKMERATAAN


PENDIDIKAN
Merujuk UUD 1945 pasal 31 ayat 4, negara memiliki kewajiban untuk mengatasi rendahnya
kemampuan sebagian masyarakat dalam membiayai pendidikan. Akan tetapi sayang, Namun
UUD ’45 ternyata bukanlah landasan konstitusi yang dapat memaksa pemerintah untuk
melaksanakan amanatnya. Pada kenyataannya, alokasi APBN pada bidang pendidikan masih
saja pada bilangan yang sangat jauh dari ketentuan. Ironisnya biaya pendidikan semakin
melambung tinggi tanpa mampu dikendalikan bahkan oleh pemerintah sekalipun. Tentu saja
hal ini semakin memupuskan harapan rakyat miskin untuk mampu menjamah pendidikan yang
layak dan berkualitas. Padahal pendidikan adalah hak mendasar dari setiap warganegara dalam
rangka memperbaiki masa depan hidup generasi bangsa..
Dengan seiring berjalannya waktu, mengingat bahwa pendidikan itu sangat penting karena
merupakan faktor yang menunjang kemajuan suatu negara, maka dewasa ini pemerintah telah
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan tingkat pendidikan masyarakatnya, hal itu dapat
dilihat sejak tahun 1984, Indonesia telah berupaya untuk memeratakan pendidikan formal
Sekolah Dasar, kemudian dilanjutkan dengan Wajib Belajar Sembilan Tahun pada tahun 1994.
Selain itu, pemerintah semakin intensif untuk memberikan bantuan berupa beasiswa, seperti
Gerakan Orang Tua Asuh, Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Pengalihan alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah yang sebagian
diperuntukkan bagi sektor pendidikan dan kesehatan mungkin bisa menjadi penghibur meski
pada dasarnya, pendanaan sektor pendidikan seharusnya tidak mempersyaratkan naiknya harga
BBM. Dari dana kompensasi bidang pendidikan direncanakan terdistribusi dalam bentuk
beasiswa. Sekitar 9,6 juta anak kurang mampu usia sekolah menjadi sasaran dari program
alokasi ini. Pada tahun 2003, setidaknya 1 dari 4 penduduk Indonesia termasuk miskin. Jika
total penduduk Indonesia adalah sekitar 220 juta jiwa, maka berarti ada sekitar 60 juta jiwa
saudara kita yang dalam kategori miskin. Artinya, apa yang sekarang sedang direncanakan
pemerintah sangat mungkin belum dapat menjangkau semua rakyat miskin. Memang
dibutuhkan cukup waktu untuk sampai ke situ. Yang jelas awal menuju ke arah itu telah
dimulai. Dalam konteks ini sebaiknya dibuat suatu kriteria siapa-siapa saja yang urgen untuk
mendapatkan bantuan, dan siapa saja yang bisa menunggu giliran berikutnya. Kriteria itu
penting agar keputusan seleksi tidak sampai menimbulkan gejolak di masyarakat paling bawah.
Oleh karena itu, proses seleksi seharusnya benar-benar dilakukan terbuka yang didasarkan oleh
data lapangan yang seakurat mungkin. Terlebih, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
praktik distribusi anggaran yang dilakukan pemerintah sering berada di titik rendah
.Upaya Pemerintah dalam menangani Rendahnya Pemerataan Pendidikan diIndonesiaUntuk
mengatasi ketidakmerataan pendidikan pemerintah melakukanberbagai langkah yang diambil
seperti menerapkan program wajib belajar 12Tahun. Dengan diadakannya wajib belajar 12 ta
hun maka diharapkan dapatmenekan angka putus sekolah khususnya pada daerah-
daerah yang memilikisumber daya manusia yang rendah. Upaya yang dilakukan pemerintahs
elanjutnya adalah dengan menganggarkan 20% dari ABPN untuk alokasiPendidikan. Hal ini
dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan danpemerataan pendidikan melalui pemba
ngunan infrastruktur,sarana danprasarana penunjang pembelajaran dan perbaikan sistem pend
idikan.
Pemerintah juga telah memberikan beasiswa bagi yang kurangmampu. Pemberian beasiswa k
epada siswa yang kurang mampu dapatmencegah angka putus sekolah di indonesi yang masih
tergolong tinggi. Datadari UNICEF pada tahun 2016 terdapat 2,5 juta siswa di Indonesia tida
k dapatmenikmati penidikan lanjutan. Upaya pemerintah selanjutnya adalah pemberiandana
BOS(Bantuan Operasional Sekolah) untuk menanggulangiketidakmerataan pendidikan. Dana
BOS dimaksudkan untuk digunakan dalamproses pembelajaran siswa
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat diambil kesimpulan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum tercapai, selain
sarana dan prasarana yang belum memadai diberbagai daerah-daerah juga kesadaran
masyarakat Indonesia tentang pendidikan masih kurang. Padahal, pemerataan pendidikan di
Indonesia itu sangatlah penting. Padahal telah banyak cara yang ditempuh agar pendidikan
merata di setiap daerah. Tentunya, kita semua berharap bahwa Indonesia menjadi negara yang
memiliki SDM berkualitas, berpendidikan serta berpotensi. Karena bangsa yang kuat adalah
bangsa yang memiliki generasi yang cerdas dan berpotensi.Berdasarkan hasil pemaparan dari
makalah ”di atas” dapat disimpulkan bahwa misi pendidikan ialah menyiapkan sumber daya
manusia untuk pembangunan, karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Penyebabnya
adalah pembangunan sendiri selalu mengikuti perkembangan zaman yang selalu berubah.
Pertama karena sifat sasarannya adalah manusia yang merupakan makhluk yang kompleks.
Kedua, karena pendidikan harus mengantisipasi hari depan dan banyak mengundang
pertanyaan. Oleh karena itu agar masalah-masalah pendidikan dapat dipecahkan, maka
diperlukan rumusan tentang masalah-masalah pendidikan yang bersifat pokok yang dapat
dijadikan acuan bagi pemecahan-pemecahan masalah praktis yang timbul dalam praktek
pendidikan di lapangan.
Pemerataan Pendidikan merupakan sebuah tantangan sekaligusmasalah serius bagi pemerinta
h. Hal ini tidak terlepas dari kesadaranakan pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa. Ke
butuhanpemerataan pendidikan menjadi suatu pokok permasalahan pendidikandi Indonesia.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi ketidakmerataanpendidikan di Indonesia,mulai dari m
ayoritas masyarakat hidup padatingkat ekonomi rendah sampai ketidakmerataan pembanguna
ninfrastruktur yang menjadi penunjang terciptanya pemerataanpendidikan. Dalam menangani
kondisi atau permasalahantersebut,pemerintah selaku pihak yang bertanggung jawab tentu te
lahmemberikan sebuah solusi seperti pemberian beasiswa bagi siswa yangkurang mampu,Da
na BOS dan perbaikan sitem pendidikan
B. SARAN

DAFTAR RUJUKAN

Refi Pujianti. 2012. Upaya pemerataan pendidikan tingkat sekolah menengah. skripsi.
Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Idrus Muhammad. 2012. Mutu Pendidikan dan Pemerataan Pendidikan di Daerah
Terpencil. Psikopedagogi. 1 (2): 5.

Sulastri made. 2016. Program ipteks bagi masyarakat pendidikan di desa terpencil.
Jurnal widya laksana. 5(2): 6-7.

Kalismaya irvandra. 2017. Aspirasi pendidikan masyarakat di daerah terpencil. Jurnal.


12(7): 10-12

Widyaningsih octaviany. 2017. Suervei minat mahasiswi mengajar didareh terpencil.


Jurnal edukasi gemilang. 3(2): 12

Dirjen Dikti. 2003. “Peran Fungsi dan Kebijakan Pemerintah Pusat pada Pembanguna
Pendidikan Tinggi 2003-2010” Consolidated Report. 11 November 2003. ( ARTIKEL)

PERMASALAHAN MUTU PENDIDIKAN DALAM PERSPEPEKTIF


PEMBANGUNAN PENDIDIKAN Oleh: S. Suryana Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang (JURNAL)

http://imaaulia.blogs.uny.ac.id/2017/10/10/penyebab-dan-solusi-permasalahan-
kurangnya-pemerataan-pendidikan-di-indonesia/ (BLOG)

https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/05/09/opoqav384-pendidikan-
berkualitas-belum-merata ( SURAT KABAR ONLINE)

UPAYA PEMERATAAN PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH MENENGAH DI


KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO. Oleh: Dyah Refti Pujianti.
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JULI 2012( JURNAL)

PSIKOPEDAGOGIA, Vol. 1, No. 2, Desember 2012 ISSN: 2301-6167 MUTU


PENDIDIKAN DAN PEMERATAAN PENDIDIKAN DI DAERAH QUALITY OF
EDUCATIONANDREGIONALEDUCATIONAL EQUITY Muhammad Idrus
(http://journal.uad.ac.id/index.php/PSIKOPEDAGOGIA/article/viewFile/4603/2809) (
JURNAL)

P. Todaro, Michael, Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan.


Erlangga: United Kingdom.
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan
Lautan. Pradnya Paramita. Jakarta.
Mc Rae, Hamish, 1994, “The World in 2020″, Harper Collins Publisher,
London.
Peter F. Drucker . 1993. Post – Capitalist Society Butterworth – . Heinemann, London.

Sastrosoenarto, Hartanto, 2006, Menuju Visi Indonesia 2030. PT Gramedia Pustaka


Utama:Jakarta

Tim Visi Yustia.2014.UUD Negara Republik Indonesia 1945.Jakarta.Visimedia


Eka R.2007.Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia.http://edi-
articles.com. Diakses 10 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai