tentang
Di Susun Oleh :
Kayla Neyza
M. Fitra Wijaya
Restu Hermawan
Restu Safitra
Riski Fitrah Romadon
Syilvia Agustia
Kelas : X IPA 2
PERBEDAAN
Pada masa penjajahan Belanda sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan
sebagai berikut: Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah seperti (ELS, HCS, HIS) dengan
menggunakan pengantar Bahasa Belanda. Pendidikan lanjutan terdiri dari (MULO, HBS,
AMS) dan pendidikan kejuruan. Pendidikan tinggi. Mereka yang hanya sekolah sampai di
Volkschool atau Sekolah Rakyat juga cukup beruntung. Pada saat itu sekolah hanya dapat
dinikmati 10 persen penduduk saja. Pendidikan masa sekarang sudah bersifat wajib dan
semua orang diizinkan untuk mendapatkan pendidikan tanpa melihat status golongannya.
Tentunya sistem pendidikannya juga sama tidak ada pembedanya.
Praktek pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai tahun 1965 bisa dikatakan
banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda. Pada zaman kolonial Belanda
pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan penduduk pribumi secepat-
cepatnya melalui pendidikan Barat. Praktek pendidikan Barat ini diharapkan bisa
mempersiapkan kaum pribumi menjadi kelas menengah baru yang mampu menjabat sebagai
“pangreh praja”. Tetapi praktek pendidikan kolonial tersebut masih menunjukkan
diskriminasi antara anak pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan luas tetap saja diperoleh
anak-anak dari lapisan atas.
Politik pendidikan colonial erat hubungannya dengan politik mereka pada umumnya.
Suatu politik yang didominasi oleh golongan yang berkuasa dan tidak didorong oleh nilai-
nilai etis dengan maksud untuk membina kematangan politik dan kemerdekaan tanah
jajahannya. Berhubungan dengan sikap itu dapat kita lihat sejumlah ciri politik dan prakti
pendidikan tertentu.
Menurut Tilaar (1995) dalam pandangannya menyebutkan ada 5 ciri yang dapat
ditemukan pendidikan kita dimasa colonial belanda yaitu: Pertama Sistem Dualisme. Dalam
Sistem dualisme diadakan garis pemisahan antara Sistem pendidikan untuk golongan Eropa
dan Sistem pendidikan untuk golongan bumi putra. Ke dua Sistem Korkondasi, sistem
pendidikan ini disesuaikan dengan pendidikan yang terdapat di Belanda. Maka mutu
pendidikan tersebut diasumsikan setingkat pendidikan di Negara Belanda. Ke tiga
Sentralisasi, Kebijakan pendidikan di zaman colonial diurus oleh departemen pengajaran.
Departemen tersebut yang mengatur segala sesuatu mengenai pendidikan dengan
perwakilannya yang terdapat dipropinsi-propinsi Besar. Ke empat Menghambat gerakan
Nasional. Di dalam kurikulum pendidikan kolonial pada waktu itu, diutamakan penguasaan
bahasa belanda dan hal-hal mengenai negeri belanda. Misalnya dalam pengajaran ilmu bumi,
anak-anak bumi putra harus menghapal kota-kota kecil yang ada di negeri Belanda, dan ke
lima tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis
KESIMPULAN
Pendidikan zaman Penjajahan Belanda bisa dikatakan adalah salah satu pondasi
berbagai sistem yang berlaku di Indonesia. Dari sekian banyak sistem yang ditinggalkan
Belanda di Indonesia, salah satu adalah pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan
pendidikan bisa dikatakan salah satu poin penting dalam pembangunan negara dan
peningkatan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Sistem pendidikan yang baik sedikit
banyak akan dapat meningkatkan, apalagi jika dijalankan dengan semestinya.
Tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan harus diarahkan pada peningkatan
kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral manusia
Indonesia pada umumnya. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian
diharapkan dapat mendudukkan diri secara bermartabat di masyarakat dunia di era globalisasi
ini.
Praktek pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai tahun 1965 bisa dikatakan
banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda. Pada zaman kolonial Belanda
pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan penduduk pribumi secepat-
cepatnya melalui pendidikan Barat. Praktek pendidikan Barat ini diharapkan bisa
mempersiapkan kaum pribumi menjadi kelas menengah baru yang mampu menjabat sebagai
“pangreh praja”. Tetapi praktek pendidikan kolonial tersebut masih menunjukkan
diskriminasi antara anak pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan luas tetap saja diperoleh
anak-anak dari lapisan atas.