INSTRUMEN NON-TES
(Sebagain Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Sejarah)
Dosen Pengampu : Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd.
Nur Indah Lestari, S. Pd, M.Pd
Oleh:
Kelompok 8
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Instrumen Non-Tes”. Atas dukungan moral dan
materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penyusun
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Orang tua, saudara, dan seluruh keluarga yang telah mencurahkan doa dan
semangat kepada kami
2. Bapak Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd dan Ibu Nur Indah Lestari S.Pd.,
M.Pd.yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Teman teman yang telah banyak membantu dan memberi dukungan
khususnya teman teman dari Program Studi Pendidikan Sejarah 2019.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua
pihak.Dan apabila kesalahan kata atau penulisan, penulis mohon maaf yang
sebesar besarnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
didasarkan atas relevansi dan kecocokan pendapat mereka setelah mengerjakan
suatu tugas yang diberikan (Sukardi, 2011: 169 dalam Yuyun Kusmia Dewi).
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut pernyataan Sudijono (2012) teknik tes bukan satu-satunya teknik
untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih ada teknik lainnya yang
dapat dipergunakan yaitu non-tes. Menurut Widiyoko dalam Maulia (2013) teknik
evaluasi non tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan
dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut diperoleh dari hasil pemahaman yang
mereka dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain,
instrumen ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati, dari pada
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca
indra (Intan Putri Fadarwati,2015:26).
4
seorang guru PAK dalam melaksanakan pengukuran dan penilaian ranah afektif
dan psikomotorik(Rinto Hasiholan Hutapea,2019: 158-159).
1. Bagan partisipasi
Dari pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan "bagan
Partisipasi adalah salah satu alat evaluasi yang digunakan untuk melihat tingkat
5
kemampuan atau perkembangan peserta didik melalui daftar keikutsertaan atau
keaktifan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Contoh format:
2 Bunga I II II -
3 Cinta II - I I
4 Dodo III - I II
Keterangan:
Sangat berarti : Mengemukakan gagasan baru yang penting dalam diskusi
Penting : Mengemukakan alasan-alasan penting dalam pendapatnya
Meragukan : Pendapat yang tidak didukung oleh data atau informasi lebih
lanjut
Tidak relevan : Gagasan yang diajukan tidak relevan dengan masalah yang
didiskusikan
Daftar cek alat evaluasi yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan di nilai.
Daftar cek yang memungkinkan evaluator atau seorang guru dapat menilai atau
mencatat setiap perilaku peserta didik. Setelah cek terdapat berbagai macam
perilaku atau kegiatan yang dilakukan peserta didik, kemudian guru hanya
6
memberikan tanda centang (√) pada tiap aspek sesuai dengan hasil (Ratnawulan
dan Rusdiana,2014:214).
Adapun tujuan yang dapat dicapai dengan daftar adalah sebagai berikut:
Contoh:
Daftar Cek (Check List) tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok
pada mata pelajaran Sejarah
7
1 Angga √
2 Aris √
3 Nano √
4 Nisa √
5 Vita √
Keterangan:
SB: Sangat Baik
B : Baik
C : Cukup
K : Kurang
SK: Sangat Kurang
3. Rating Scale
Rating scale adalah penilaian yang didasarkan pada suatu skala tertentu dari
rendah sampai tinggi. Faktor-faktor yang dipilih dalam metode ini biasanya
terbagi dalam dua jenis, yaitu berhubungan dengan pekerjaan (jumlah dan mutu
pekerjaan) dan yang berhubungan dengan karakteristik pribadi (inisiatif,
kemampuan menyesuaikan diri, kerja sama). Formulir penilaian biasanya diisi
dengan menandai tanggapan yang paling sesuai untuk setiap dimensi pelaksanaan
kerja. Tanggapan penilai dapat diberikan dengan nilai-nilai numerik agar
memungkinkan skor rata-rata dihitung dan diolah (M. Sigit Antoni, 2015: 16).
Pengertian yang lain adalah metode ini juga didasarkan pada suatu skala dari
sangat memuaskan, memuaskan, cukup, sampai kurang memuaskan, pada standar-
standar kerja kerja seperti inisiatif, tanggungjawab, hasil kerja secara umum, dan
lain-lain yang dilaksanakan langsung secara objektif. Macam-macam metode ini
ada tiga yaitu model grafik, model multiple step dan model behavioral. Pada
prinsipnya pelaksanaan dari ketiganya adalah sama tetapi berbeda dalam
konstruksinya saja (Ernawati,2007 : 35).
8
Contoh:
Skala Rating dalam penilaian Pidato Bahasa Indonesia
Nama Siswa :
Kelas :
Model Grafik, Pada model grafik evaluator akan memberikan tanda (V) pada
skala yang merupakan judgment dan dianggap sebagai posisi dari yang dinilai.
Beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Skala penilaian grafik mudah digunakan dan mudah dalam
pembuatannya.
2) Evaluator dapat menilai banyak individu dalam waktu singkat.
3) Biaya perancangan yang reatif rendah.
Selain mempunyai kelebihan, model grafik juga memiliki adanya kelemahan
diantaranya adalah sebagai berikut.
9
1) Mudah terjadi kesalahan hello effect atau kesalahan central tendency.
2) Sulit untuk melakukan perubahan bagaimana seharusnya berprilaku.
3) Sulit untuk pemanfaatan dalam tujuan spesifik untuk perbaikan.
4) Kesulitan dalam mengemukakan pada waktu merancang proram pelatihan
dan penembangan bagi yang memiliki niat buruk.
Model Multiple Step, pada model ini evaluator dihadapkan dengan beberapa
kategori alternatif yang harus dipilih. Sedangkan untuk model behavioral, ada
langka-langkah sebelumnya untuk membuat skala ini yaitu memformulasikan
terlebih dahulu faktor-faktor dari sifat dan karakteristik pekerjaan ke dalam
bentuk perilaku yang dapat diukur. Beberapa kelebihannya adalah sebagai berikut.
1) Skala yang dibuat berdasarkan perilaku dari para evaluator akan
menghilangkan ambiguitas seperti yang sering diketemukan pada model
yang lain, misalnya kategori “sangat baik”akan memberikan persepsi yang
berbeda-beda untuk masing-masing evaluator.
2) Dari partisipasi dalam pembuatan skala tersebut, maka evaluator akan
bertanggungjawab dalam pengembangannya.
3) Prosedur ini mempunyai nilai yang lebih besar untuk pengukuran berbagai
macam.
4) Skala-skala ini mempunyai nilai potensial bagi pengembangan personil
(Ernawati,2007 : 37).
10
4) Jika skala sudah tersusun dengan baik, perlu dilaksanakan uji coba di
lapangan dan dianalisis hasilnya sehingga dapat diketahui kelemahan-
kelemahannya.
5) Revisi dengan mengacu kepada hasil uji coba dan analisis (Sukiman,
2012: 128 dalam Yuyun Kusmia Dewi).
Namun demikian, dalam pengembangannya skala Likert ini dapat
dimodifikasi ke dalam titik skala yang berjumlah genap, misalnya 4. Hal ini
dikarenakan sering terjadi kecenderungan dari responden untuk memilih titik
skala yang berada di tengah (Ekawati dan Sumaryanta, 2011: 36 dalam Yuyun
Kusmia Dewi).
Contoh (1)
11
memberikan pekerjaan rumah.
4. Dan seterusnya
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Bagan Partisipan
Keikutsertaan secara sukarela dan disadari (partisipasi) merupakan modal
dasar bagi peserta didik agar berhasil dalam proses pembelajaran.
b. Daftar Cek
Daftar cek alat evaluasi yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan di
nilai. Daftar cek yang memungkinkan evaluator atau seorang guru dapat
menilai atau mencatat setiap perilaku peserta didik.
c. Rating Skala
Rating scale adalah penilaian yang didasarkan pada suatu skala tertentu
dari rendah sampai tinggi.
d. Skala ini bersifat mengukur jawaban responden ke dalam 5 titik atau 7 titik
skala dengan jarak antar skala yang sama.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ina Magdalena, Dias Julianti Agustin & Khairunnisa. 2020. Hambatan Dalam
Penerapan Teknik Evaluasi Non Tes Di SDN Pinang 5 Tangerang. Jurnal
Halaqah. Vol.2, No.3.
14
Rinto Hasiholan Hutapea. 2019. Instrumen Evaluasi Non-Tes dalam Penilaian
Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotorik. Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen Kontekstual, Vol. 2, No.2.
15