SOSIOLOGI PENDIDIKAN
OLEH:
KELOMPOK 13 KELAS : V B
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang dinamis, baik dari segi fisiologis
maupun psikologis. Ditinjau dari segi fisiologis, dalam jangka waktu lama, manusia tidak
pernah diam. Manusia selalu mempunyai gagasan-gagasan, timbul keinginsn-keinginan.
Manusia akan merasa puas ketika cita-citanya atau keinginannya tercapai. Perasaan puas
itu sifatnya sangat sementara, berlaku untuk beberapa saat atau beberapa hari saja.
Selanjutnya mereka menyusun cita-cita atau keinginan yang lain. Oleh karena itu,
kepuasan yang bersifat permanen tidak akan pernah akan dicapai oleh manusia.
Pada bagian lain telah dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk sosial,
disamping sebagai makhluk individual. Manusia tidak mungkin mampu hidup sendiri di
dunia ini, mereka membutuhkan jasa-jasa dari orang lain. Oleh karena itu, manusia harus
menjalin hubungan dengan individu lain atau dengan kelompok, baik itu sebagai individu
atau anggota kelompok. Jaliinan hubungan antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok disebut interaksi. Ahmadi (2004)
menegaskan bahwa interaksi ini merupakan dasar proses sosial.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan letak interaksi guru dengan murid dalam sistem pendidikan?
2. Jelaskan letak interaksi guru dengan Kepala Sekolah dalam sistem pendidikan?
3. Jelaskan letak interaksi guru dengan guru-guru lainnya dalam sistem pendidikan?
4. Jelaskan letak interaksi guru dengan pegawai tata usaha dalam sistem pendidikan?
2
C. Tujuan
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan letak interaksi guru dengan murid dalam sistem pendidikan.
2. Menjelaskan letak interaksi guru dengan Kepala Sekolah dalam sistem pendidikan.
3. Menjelaskan letak interaksi guru dengan guru-guru lainnya dalam sistem pendidikan.
4. Menjelaskan letak interaksi guru dengan pegawai tata usaha dalam sistem pendidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Proses pembelajaran, interaksi berlangsung secara edukatif antara guru dengan
murid. Guru harus selalu memberikan dan memperlihatkan prilaku yang baik kepada
muridnya dengan tujuan dapat mendidik dan membimbing murid menjadi lebih baik
sesuai dengan tujuan pendidikan.
Proses interaksi guru dengan murid bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Usman
dalam (RavikKarsidi, 2005: 69) mengklasifikasikan lima pola interaksi yang terjadi
antara guru dengan murid, yaitu:
a) Pola Guru - Anak Didik
Komunikasi sebagai aksi (satu arah)
d) Pola Guru – Anak Didik, Anak didik - Guru, Anak Didik - Anak Didik
Interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antara anak didik dengan anak didik.
e) Pola Melingkar
Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban,
tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat
giliran.
Dalam situasi formal, yakni dalam usah guru mendidik dan mengajar anak dalam
kelas, guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus
mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Kalau perlu ia dapat
5
menggunakan kekuasaannya untuk memaksa anak belajar, melakukan tugasnya atau
mematuhi peraturan dengan kewibawaan ia menegakkan disiplin demi kelancaran proses
belajar mengajar.
Frank Hart pada tahun 1934 menanyakan pada sejumlah 10.000 siswa sekolah
menengah atas, guru yang bagaimana yang mereka sukai dan apa sebab mereka
menyukainya, alasan yang paling banyak di kemukakan adalah bahwa guru di sukai bila
ia “ berperi kemanusiaan, bersikap ramah, bersahabat ” juga sering di sebut alasan
seperti” suka membantu dalam pelajaran, riang, gembira, mempunyai rasa humor,
menghargai lelucon”. Yang kurang di sukai adalah guru-guru yang sering mencela,
marah, menggunakan sindiran atau kata-kata yang tajam.
Maka dengan adanya berbagai penelitian tersebut sikap otoritarisme guru semakin
terkikis dan berganti dengan sikap demokratisasi dan pemahaman kepada murid, melaui
bimbingan yang berkesinambungan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat di bedakan menjadi dua
yaitu;
6
menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan-mengemukakan kesulitan
sehubungan dengan kesulitan itu menjadi terbatas. Oleh karena itu guru harus dapat
menerapkan fungsi bimbingan dalam belajar-mengajar.
7
Gambar interaksi guru dengan murid
8
tersebut, atau memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
peningkatan mutu, baik melalui penyegaran, penataran atau pendidikan lanjut.
Perkumpulan guru juga menggambarkan peranan guru seperti fungsinya bagi guru
itu sendiri dan masa depan lembaga yang di tempatinya.
1. Fungsi Organisasi Profesional Keguruan
Sebagai jabatan profesi, guru harus mempunyai wadah untuk menyatukan gerak
langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Di
Indonesia wadah ini telah ada yakni; persatuan guru republik indonesia (PGRI). PGRI
9
di dirikan di surakarta pada tanggal 25 november 1945, sebagai perwujudan aspirasi
guru indonesia dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa.
Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi keguruan serta meningkatkan kesejahteraan mereka. Soetjipto
menguraikan empat misi utama PGRI, yaitu;
a) Misi politis/ideologi
b) Misi persatuan organisatoris
c) Misi profesi
d) Misi kesejahteraan
10
Gambar interaksi guru dengan guru
11
administrasi sekolah, jika karier yang ditempuhnya nanti adalah menjadi pengawas
kepala sekolah atau pengelola satuan pendidikan.
2) Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat corps dan meningkatkan
rasa kekeluargaan dengan pegawai tata usaha dan mencegah hal-hal yang dapat
mengganggu martabat masing-masing.
3) Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam hubungannya dengan
pegawai tata usaha dan sanggup menempatkan diri sesuai dengan hirarki jabatan.
4) Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelesaikan setiap persoalan yang
timbul atas dasar musyawarah dan mufakat demi kepentingan bersama.
5) Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hendaknya merupakan ikatan moral
dan bersifat koperatif edukatif.
6) Guru juga harus memiliki kejujuran terhadap pegawai tata usaha.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru merupakan orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik.
Sementara anak didik atau murid adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Keduanya
merupakan unsur paling vital dalam proses pembelajaran.
Ciri-ciri interaksi edukatif (RavikKarsidi, 2005: 67) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan, yaitu untuk membantu anak dalam satu perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Ditandai dengan satu penggarapan materi khusus.
4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa, baik fisik maupun secara mental aktif.
5. Guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi terjadinya proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai
mediator dan sebagai desainer dalam proses pembelajaran.
6. Adanya disiplin. Disiplin yang dimaksud adalah sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak
dengan secara sadar, baik guru maupun murid.
7. Ada batas waktu. Setiap pencapaian suatu tujuan memiliki batasan waktu tertentu.
Proses interaksi guru dengan murid bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Usman
dalam (RavikKarsidi, 2005: 69) mengklasifikasikan lima pola interaksi yang terjadi
antara guru dengan murid, yaitu:
- Pola Guru - Anak Didik
- Pola Guru - Anak Didik – Guru
- Pola Guru – Anak Didik – Anak Didik
- Pola Guru – Anak Didik, Anak didik - Guru, Anak Didik - Anak Didik
- Pola Melingkar
13
Sehubungan dengan itu maka guru tenaga profesional memerlukan pedoman-
pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala penyimpangan. Adapun kode etik
guru terhadap pegawai administrasi adalah sebagai berikut :
1) Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hanya terjamin oleh kedudukan
kepala sekolah di dalam sistem kelembagaan sekolah.
2) Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat corps dan meningkatkan
rasa kekeluargaan dengan pegawai tata usaha dan mencegah hal-hal yang dapat
mengganggu martabat masing-masing.
3) Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam hubungannya dengan
pegawai tata usaha dan sanggup menempatkan diri sesuai dengan hirarki jabatan.
4) Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelesaikan setiap persoalan yang
timbul atas dasar musyawarah dan mufakat demi kepentingan bersama.
5) Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hendaknya merupakan ikatan moral
dan bersifat koperatif edukatif.
6) Guru juga harus memiliki kejujuran terhadap pegawai tata usaha.
B. Saran
Dengan mengetahui Interaksi Antara Guru dan Sekolah diharapkan calon
pendidik dapat mengetahui interaksi guru dengan murid, interaksi guru dengan kepala
sekolah, interaksi guru dengan guru, interaksi dengan pegawai tata usaha dalam sistem
pendidikan sehingga tujuan untuk menumbuhkembangkan potensi kemanusiaan dapat
dilakukan dengan tepat dan benar.
14