Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

“INTERAKSI ANTARA GURU DENGAN SEKOLAH”

OLEH:

KELOMPOK 13 KELAS : V B

WD. NINING RATNAWATI A1G1 16 103

ASPAN A1G1 16 099

DOSEN PENGAMPU : Dr. I Ketut Suardika, S.Pd., M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) S-1


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang dinamis, baik dari segi fisiologis
maupun psikologis. Ditinjau dari segi fisiologis, dalam jangka waktu lama, manusia tidak
pernah diam. Manusia selalu mempunyai gagasan-gagasan, timbul keinginsn-keinginan.
Manusia akan merasa puas ketika cita-citanya atau keinginannya tercapai. Perasaan puas
itu sifatnya sangat sementara, berlaku untuk beberapa saat atau beberapa hari saja.
Selanjutnya mereka menyusun cita-cita atau keinginan yang lain. Oleh karena itu,
kepuasan yang bersifat permanen tidak akan pernah akan dicapai oleh manusia.

Pada bagian lain telah dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk sosial,
disamping sebagai makhluk individual. Manusia tidak mungkin mampu hidup sendiri di
dunia ini, mereka membutuhkan jasa-jasa dari orang lain. Oleh karena itu, manusia harus
menjalin hubungan dengan individu lain atau dengan kelompok, baik itu sebagai individu
atau anggota kelompok. Jaliinan hubungan antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok disebut interaksi. Ahmadi (2004)
menegaskan bahwa interaksi ini merupakan dasar proses sosial.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan letak interaksi guru dengan murid dalam sistem pendidikan?
2. Jelaskan letak interaksi guru dengan Kepala Sekolah dalam sistem pendidikan?
3. Jelaskan letak interaksi guru dengan guru-guru lainnya dalam sistem pendidikan?
4. Jelaskan letak interaksi guru dengan pegawai tata usaha dalam sistem pendidikan?

2
C. Tujuan
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan letak interaksi guru dengan murid dalam sistem pendidikan.
2. Menjelaskan letak interaksi guru dengan Kepala Sekolah dalam sistem pendidikan.
3. Menjelaskan letak interaksi guru dengan guru-guru lainnya dalam sistem pendidikan.
4. Menjelaskan letak interaksi guru dengan pegawai tata usaha dalam sistem pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interaksi Guru dengan Murid dalam Sistem Pendidikan


Guru merupakan orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik.
Sementara anak didik atau murid adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Keduanya
merupakan unsur paling vital dalam proses pembelajaran.

Aktivitas dalam proses pembelajaran selalu berhubungan dengan adanya guru


yang bertugas sebagai pendidik dan menyampaikan berbagai informasi berkaitan dengan
materi pelajaran kepada anak didik selaku penerima didikan dan informasi dari berbagai
materi yang disampaikan. Dengan demikian, guru dan murid dapat dikatakan sebagai
pilar utama dalam terselenggaranya aktivitas pendidikan. Dalam proses pembelajaran
antara guru dengan murid akan terjadi proses interaksi, khususnya interaksi yang sifatnya
edukatif.
Ciri-ciri interaksi edukatif (RavikKarsidi, 2005: 67) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan, yaitu untuk membantu anak dalam satu perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Ditandai dengan satu penggarapan materi khusus.
4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa, baik fisik maupun secara mental aktif.
5. Guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi terjadinya proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai
mediator dan sebagai desainer dalam proses pembelajaran.
6. Adanya disiplin. Disiplin yang dimaksud adalah sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak
dengan secara sadar, baik guru maupun murid.
7. Ada batas waktu. Setiap pencapaian suatu tujuan memiliki batasan waktu tertentu.

4
Proses pembelajaran, interaksi berlangsung secara edukatif antara guru dengan
murid. Guru harus selalu memberikan dan memperlihatkan prilaku yang baik kepada
muridnya dengan tujuan dapat mendidik dan membimbing murid menjadi lebih baik
sesuai dengan tujuan pendidikan.

Proses interaksi guru dengan murid bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Usman
dalam (RavikKarsidi, 2005: 69) mengklasifikasikan lima pola interaksi yang terjadi
antara guru dengan murid, yaitu:
a) Pola Guru - Anak Didik
Komunikasi sebagai aksi (satu arah)

b) Pola Guru - Anak Didik – Guru


Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa

c) Pola Guru – Anak Didik – Anak Didik


Interaksi optimal antara guru dan anak sisik dan antara anak didik.

d) Pola Guru – Anak Didik, Anak didik - Guru, Anak Didik - Anak Didik
Interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antara anak didik dengan anak didik.

e) Pola Melingkar
Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban,
tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat
giliran.

Peranan guru dalam hubungannya dengan murid bermacam-macam munurut


interaksi sosial yang di hadapinya, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar
dalam kelas dan situasi informal.

Dalam situasi formal, yakni dalam usah guru mendidik dan mengajar anak dalam
kelas, guru harus sanggup menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya, artinya ia harus
mampu mengendalikan, mengatur, dan mengontrol kelakuan anak. Kalau perlu ia dapat

5
menggunakan kekuasaannya untuk memaksa anak belajar, melakukan tugasnya atau
mematuhi peraturan dengan kewibawaan ia menegakkan disiplin demi kelancaran proses
belajar mengajar.

Frank Hart pada tahun 1934 menanyakan pada sejumlah 10.000 siswa sekolah
menengah atas, guru yang bagaimana yang mereka sukai dan apa sebab mereka
menyukainya, alasan yang paling banyak di kemukakan adalah bahwa guru di sukai bila
ia “ berperi kemanusiaan, bersikap ramah, bersahabat ” juga sering di sebut alasan
seperti” suka membantu dalam pelajaran, riang, gembira, mempunyai rasa humor,
menghargai lelucon”. Yang kurang di sukai adalah guru-guru yang sering mencela,
marah, menggunakan sindiran atau kata-kata yang tajam.

Maka dengan adanya berbagai penelitian tersebut sikap otoritarisme guru semakin
terkikis dan berganti dengan sikap demokratisasi dan pemahaman kepada murid, melaui
bimbingan yang berkesinambungan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat di bedakan menjadi dua
yaitu;

1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas


Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus di
lakukannya dalam kegiatan bimbingan, kejelasan tugas ini dapat memotivasi guru
untuk berperan secara aktif dalam kagiatan bimbingan dan mereka merasa ikut
bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu, sehubungan dengan itu rochman
natawijaya dan moh. Surya, dalam soetjipto menyatakan bahwa fungsi bimbingan
dalam proses belajar mengajar itu merupakan salah satu kompetensi guru yang
terpadu dalam keseluruhan pribadinya, perwujudan kompetensi ini tampak dalam
kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan karakteristik siswa dan suasana
belajarnya.

Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang


bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru dan siswa

6
menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan-mengemukakan kesulitan
sehubungan dengan kesulitan itu menjadi terbatas. Oleh karena itu guru harus dapat
menerapkan fungsi bimbingan dalam belajar-mengajar.

Abu ahmadi (soetjipto,2000:109) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing


dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebagai berikut;

- Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman,


dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang di capainya mendapat
penghargaan dan perhatian. Suasana yang demikian dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa, dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
- Mengusahakan agar siswa dapat memahami dirinya, kecakapan, sikap, minat, dan
pembawaannya.
- Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik. Tingkah
laku siswa yang tidak matang dalam perkembangan sosialnya ini dapat merugikan
dirinya sendiri maupun teman-temannya.
- Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Guru dapat memberikan fasilitas waktu, alat atau tempat bagi
para siswa untuk mengembangkan kemampuan.
- Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan
minatnya. Berhubung guru relatif lama bergaul dengan siswa, maka kesempatan
tersebut dapat di manfaatkannya untuk memahami potensi siswa.

2. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas.


Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-
mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas.
Tugas itu antara lain;
a) Memberikan pengajaran perbaikan.
b) Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
c) Melakukan kunjungan rumah.
d) Menyelenggarakan kelompok belajar.

7
Gambar interaksi guru dengan murid

B. Interaksi Guru dengan Kepala Sekolah dalam Sistem Pendidikan


Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah, sekolah
melaksanakan kegiatan untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah di
tetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah peranan guru sangatlah penting dalam
menentukan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan dan penilaian kegiatan kurikulum,
kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah
dengan masyarakat, Guru harus aktif memberikan sumbangan, baik pikiran maupun
tenaganya. Administrasi sekolah sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang didasarkan
atas kerjasama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu semua personel sekolah
termasuk guru harus terlibat.

Di dalam pelaksanaan kurikulum tugas guru adalah mengkaji kurikulum tersebut


melalui kegiatan perseorangan atau kelompok (dapat dengan sesama guru di sekolah,
sekolah lain, atau kepala sekolah). Dengan demikian guru dan kepala sekolah memahami
kurikulum tersebut sebelum di laksanakan.

Dalam hal pengembangan pembelajaran kepala sekolah dapat memberi dorongan


dan kemudahan kepada guru sesuai mata pelajaran yang di ajarkannya, misalnya;
melengkapi perpustakaan, mendorong guru untuk melakukan penelitian, memberikan
kesempatan guru untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan mata pelajaran

8
tersebut, atau memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
peningkatan mutu, baik melalui penyegaran, penataran atau pendidikan lanjut.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kerjasama dan konsultasi guru


dengan kepala sekolah merupakan syarat yang harus di lakukan, hal ini dapat di pakai
sebagai wahana untuk menghindari kesalahan perencanaan, di samping untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru itu sendiri.

Gambar interaksi guru dengan kepala sekolah

C. Interaksi Guru dengan Guru-Guru Lainnya dalam Sistem Pendidikan


Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama guru. Guru terikat oleh norma-
norma masyarakat yang dapat menjadi hambatan untuk mencari pergaulan dengan
golongan lain yang tidak di bebani oleh tuntutan-tuntutan tentang kelakuan tertentu, guru
dan sesama guru mudah saling memahami dan dalam pergaulan antara sesama rekan
dapat memelihara kedudukan dan peranannya sebagai guru, itu sebabnya guru-guru akan
membantu cliquenya sendiri.

Perkumpulan guru juga menggambarkan peranan guru seperti fungsinya bagi guru
itu sendiri dan masa depan lembaga yang di tempatinya.
1. Fungsi Organisasi Profesional Keguruan
Sebagai jabatan profesi, guru harus mempunyai wadah untuk menyatukan gerak
langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Di
Indonesia wadah ini telah ada yakni; persatuan guru republik indonesia (PGRI). PGRI

9
di dirikan di surakarta pada tanggal 25 november 1945, sebagai perwujudan aspirasi
guru indonesia dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa.

Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi keguruan serta meningkatkan kesejahteraan mereka. Soetjipto
menguraikan empat misi utama PGRI, yaitu;
a) Misi politis/ideologi
b) Misi persatuan organisatoris
c) Misi profesi
d) Misi kesejahteraan

2. Jenis-Jenis Organisasi Keguruan


Di samping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang di akui
pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang di sebut musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat departemen pendidikan
dan kebudayaan. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing.

Selain PGRI, adalagi organisasi profesional resmi di bidang pendidikan yaitu;


Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini telah mempunyai divisi-
divisi antara lain; Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Serjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan Sarjana Pendidikan
Bahasa Indonesia (HSPBI), dll. Hubungan formal antara organisasi-organisasi ini
dngan PGRI masih belum tampak secara nyata, sehingga belum di dapatkan kerja
sama yang saling menunjang dan menguntungkan dalam peningkatan mutu
anggotanya. Sebagian anggota PGRI yang sarjana mungkin juga menjadi anggota
salah satu divisi dari ISPI, tetapi tidak banyak anggota ISPI staf pengajar di LPTK
yang yang juga menjadi anggota PGRI.

10
Gambar interaksi guru dengan guru

D. Interaksi Guru dengan Pegawai Tata Usaha dalam Sistem Pendidikan


Peranan guru dalam administrasi adalah mengelola proses belajar-mengajar dalam
suatu lingkungan tertentu yaitu sekolah, karena sekolah merupakan subsistem pendidikan
nasional dan disamping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai
komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami apa yang terjadi dilingkungan
kerjanya.

Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah. Sekolah


melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah
ditetapkan. Dalam lingkup admninistrasi sekolah itu peranan guru amat penting. Dalam
menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan dan penilaian kegiatan kurikulum,
kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah
masyarakat, guru harus aktif memberikan sumbangan, baik pikiran maupun tenaganya.
Administrasi sekolah adalah pekerjaan yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang
dilakukan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel
sekolah termasuk guru harus terlibat.

Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai pengelola


satuan pendidikan dan pengawasan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipilih
dari kalangan guru. Ini berarti, bahwa selain peranannya untuk menyukseskan kegiatan
administrasi di sekolah, guru perlu secara sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam

11
administrasi sekolah, jika karier yang ditempuhnya nanti adalah menjadi pengawas
kepala sekolah atau pengelola satuan pendidikan.

Sehubungan dengan itu maka guru tenaga profesional memerlukan pedoman-


pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala penyimpangan. Adapun kode etik
guru terhadap pegawai administrasi adalah sebagai berikut :
1) Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hanya terjamin oleh kedudukan
kepala sekolah di dalam sistem kelembagaan sekolah.

2) Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat corps dan meningkatkan
rasa kekeluargaan dengan pegawai tata usaha dan mencegah hal-hal yang dapat
mengganggu martabat  masing-masing.
3) Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam hubungannya dengan
pegawai tata usaha dan sanggup menempatkan diri sesuai dengan hirarki jabatan.
4) Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelesaikan setiap persoalan yang
timbul atas dasar musyawarah dan mufakat demi kepentingan bersama.
5) Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hendaknya merupakan ikatan moral
dan bersifat koperatif edukatif.
6) Guru juga harus memiliki kejujuran terhadap pegawai tata usaha.

Gambar interaksi guru dengan pegawai tata usaha

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru merupakan orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik.
Sementara anak didik atau murid adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Keduanya
merupakan unsur paling vital dalam proses pembelajaran.
Ciri-ciri interaksi edukatif (RavikKarsidi, 2005: 67) adalah sebagai berikut:
1. Memiliki tujuan, yaitu untuk membantu anak dalam satu perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
3. Ditandai dengan satu penggarapan materi khusus.
4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa, baik fisik maupun secara mental aktif.
5. Guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi terjadinya proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai
mediator dan sebagai desainer dalam proses pembelajaran.
6. Adanya disiplin. Disiplin yang dimaksud adalah sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak
dengan secara sadar, baik guru maupun murid.
7. Ada batas waktu. Setiap pencapaian suatu tujuan memiliki batasan waktu tertentu.

Proses interaksi guru dengan murid bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Usman
dalam (RavikKarsidi, 2005: 69) mengklasifikasikan lima pola interaksi yang terjadi
antara guru dengan murid, yaitu:
- Pola Guru - Anak Didik
- Pola Guru - Anak Didik – Guru
- Pola Guru – Anak Didik – Anak Didik
- Pola Guru – Anak Didik, Anak didik - Guru, Anak Didik - Anak Didik
- Pola Melingkar

13
Sehubungan dengan itu maka guru tenaga profesional memerlukan pedoman-
pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala penyimpangan. Adapun kode etik
guru terhadap pegawai administrasi adalah sebagai berikut :
1) Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hanya terjamin oleh kedudukan
kepala sekolah di dalam sistem kelembagaan sekolah.
2) Setiap guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat corps dan meningkatkan
rasa kekeluargaan dengan pegawai tata usaha dan mencegah hal-hal yang dapat
mengganggu martabat  masing-masing.
3) Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam hubungannya dengan
pegawai tata usaha dan sanggup menempatkan diri sesuai dengan hirarki jabatan.
4) Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelesaikan setiap persoalan yang
timbul atas dasar musyawarah dan mufakat demi kepentingan bersama.
5) Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hendaknya merupakan ikatan moral
dan bersifat koperatif edukatif.
6) Guru juga harus memiliki kejujuran terhadap pegawai tata usaha.

B. Saran
Dengan mengetahui Interaksi Antara Guru dan Sekolah diharapkan calon
pendidik dapat mengetahui interaksi guru dengan murid, interaksi guru dengan kepala
sekolah, interaksi guru dengan guru, interaksi dengan pegawai tata usaha dalam sistem
pendidikan sehingga tujuan untuk menumbuhkembangkan potensi kemanusiaan dapat
dilakukan dengan tepat dan benar.

14

Anda mungkin juga menyukai