Anda di halaman 1dari 24

Pengembangan Media Literasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

“Pemilihan Teknologi Untuk Kelas Bahasa SD”

Makalah Ini Dibuat untuk Melengkapi Tugas Kelompok Pengembangan Media Literasi
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD

Oleh :
KELOMPOK 1

ADELWEISS SARALEE (22124071)


BUNGA (22124004)
INDAH FAJRI HILMI (22124024)
THREE RAHMADONA (22124060)

Dosen Pengampu :

Dr. Darnis Arief, M.Pd

Dra. Elfia Sukma, M.Pd, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyusun makalah “Pengembangan Media Literasi Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah


mempercayakan makalah ini pada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah ini baik materi yang
disampaikan maupun sistematis penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah yang penulis buat dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.


Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Padang, 26 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Integrasi Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.................................3

B. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Menyimak..................................6

C. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Berbicara....................................9

D. Teknolgi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Membaca....................................10

E. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Menulis.....................................14

F. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Apresiasi Sastra........................16

BAB III............................................................................................................................18

PENUTUP.......................................................................................................................18

A. Simpulan...............................................................................................................18

B. Saran.....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat sekarang ini, teknologi memegang peran kunci dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Integrasi teknologi diperlukan untuk menciptakan bentuk baru pengalaman belajar
dan sistem kurikulum. Integrasi teknologi lebih dari sekedar mengenalkan komputer dan bentuk
teknologi lain dalam kelas. Integrasi mengandung makna mengkombinasikan dua hal atau lebih
untuk membentuk kesatuan yang menyeluruh (Nugraha, 2016:166). Ketika kita
mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran dan pengajaran, kita harus menempatkan
teknologi sebagai bagian integral dalam proses belajar dan mengajar.
Nyambane (2014) menyatakan bahwa integrasi teknologi ke dalam kurikulum secara
sistematis sangat mempengaruhi proses belajar-mengajar dan memberikan penguatan akan
pentingnya pendidikan dalam membangun jejaring sosial, serta meningkatkan efektivitas proses
menghubungkan pendidikan itu sendiri dengan kehidupan nyata. Salah satunya integritas
teknologi ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia selain ditempatkan sebagai media penyampai pesan juga
dimasukkan dalam desain yang terencana secara sistematis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dewasa ini sudah memanfaatkan
berbagai teknologi sebagai media di dalam pembelajaran. Pengintegrasian teknologi tersebut
membawa banyak dampak positif serta mempermudah guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Teknologi diintegrasikan ke dalam pembelajaran aspek-aspek bahasa Indonesia,
seperti pada pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Selain itu, integrasi
teknologi juga diterapkan untuk mengapresiasi sastra.
Integrasi teknologi ke dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dalam bentuk
media pembelajaran harus direncanakan dan dipilih dengan baik sesuai kebutuhan dan
keefektifan penerapannya. Oleh karena itu, pemilihan teknologi untuk kelas bahasa di Sekolah
Dasar sangat penting dipelajari dan dikaji. Untuk itu penulis akan membahas makalah
tentang “Pemilihan Teknologi Untuk Kelas Bahasa SD.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut ini:
1. Bagaimana Integrasi Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Menyimak?
3. Bagaimana Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Berbicara?
4. Bagaimana Teknolgi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Membaca?
5. Bagaimana Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Menulis?
6. Bagaimana Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Apresiasi Sastra?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Integrasi Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
2. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Menyimak
3. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Berbicara
4. Teknolgi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Membaca
5. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Menulis
6. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Apresiasi Sastra
BAB II
PEMBAHASAN

A. Integrasi Teknologi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


Integrasi teknologi dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran dengan maksud untuk
meningkatkan efektifitas dalam proses kegiatan pembelajaran yang diharapkan berpengaruh
juga pada hasil peserta didik serta kompetensi dan mutu peserta didik secara individu dalam
pemanfaatan teknologi secara tepat dan bermanfaat (Kamsina, 2020: 74).

Menurut Hadisi & Muna (2015) ada 9 prinsip yang harus dipahami oleh sekolah, guru
dan siswa untuk mendukung pelaksanaan integrasi dalam pembelajaran, prinsip tersebut
adalah:

1. Aktif: memunculkan reaksi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar.

2. Konstruktif: memancing siswa untuk dapat memunculkan gagasan baru ke dalam


pengetahuan baru melalui pengalaman yang diperoleh sebelumnya untuk mendalami
rasa penasaran dalam benak siswa.

3. Kolaboratif: akan menjadi wadah untuk sebuah organisasi atau kelompok untuk saling
kerjasama, bertukar ide, pengalaman dan saran sesama anggota.

4. Antusiastik: memacu siswa untuk menjadi aktif dan antusias untuk mencapai tujuan
yang di maksud.

5. Kontekstual: memungkinkan kondisi belajar yang mengarah ke dalam proses belajar


yang bermakna (real word) dengan pendekatan problem based dan case- based learning.

6. Dialogis: memacu prose kegiatan belajar yang selaras dimana ada sebuah proses sosial
dan dialog yang mana siswa mendapatkan sebuah benefit dari komunikasi tersebut baik
di dalam ataupun di luar ruang.

7. Reflektif: memungkinkan siswa menyadari apa yang telah dia pelajari dan menganalisa
apa yang telah diperolehnya yang merupakan bagian dari proses pembelajaran itu
sendiri.
8. Multisensory: memungkinkan proses belajar di lakukan dengan berbagai modalitas
belajar (multisensory) yang berupa video, audio, visual ataupun kinestetik.

9. High order thinking skills (HOTS) training: memacu siswa menjadi terlatih dalam
kecakapan berpikir tingkat tinggi (seperti penyelesaian masalah dan memutuskan
masalah) kemudian juga secara tidak sadar mengembangkan kemampuan “ICT dan
media literasi”.

Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, pengintegrasian teknologi tampak pada


penggunaan media-media berbasis teknologi di dalam proses pembelajaran. Secara umum,
media-media berbasis teknologi yang digunakan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
antaranya (Pribadi, 2019:7-10):

1. Media Audio

Media audio merupakan jenis media yang efektif dan efisien untuk digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu melatih kemampuan penggunanya
dalam mendengar informasi dan pengetahuan secara komprehensif. Walaupun jenis media
ini dapat digunakan untuk menyampaikan hampir semua jenis informasi dan pengetahuan,
sejumlah ahli berpandangan bahwa media audio pada dasarnya sangat tepat untuk digunakan
dalam pembelajarantentang kemampuan berbahasa dan seni.

Belajar tentang cara pengucapan bahasa asing atau menyimak misalnya akan lebih
efektif dan efisien jika menggunakan jenis media audio. Demikian pula halnya dengan
pelajaran tentang seni musik dan olah suara atau vocal akan berlangsung lebih baik jika
menggunakan jenis media audio.

2. Gambar Bergerak

Gambar bergerak atau motion pictures merupakan jenis media yang mampu
menayangkan gambar bergerak yang terintegrasi dengan unsur suara. Contoh jenis media ini
adalah media film dan video. Kedua jenis media ini memiliki kemampuan yang luar biasa
sebagai sebuah media komunikasi. Media video dan film mampu menampilkan informasi
dan pengetahuan dalam sebuah tayangan informasi dan pengetahuan mendekati realistis.
Selain itu, media video dan film juga mampu memperlihatkan peristiwa dan objek
yang direkam secara nyata. Penggunaan yang bijaksana dari kedua jenis media ini akan
memberikan pengalaman belajar yang luar biasa efektif bagi penggunanya. Selain
digunakan untuk pembelajaran kognitif, media film dan video kerap dimanfaatkan dalam
pendidikan afektif dan penanaman karakter. Selain itu, medium film dan video juga kerap
digunakan sebagai sarana untuk mendemonstrasikan proses dan prosedur kerja yang
diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan.

3. Multimedia

Multimedia merupakan produk dari kemajuan teknologi digital. Media ini mampu
memberikan pengalaman belajar yang kaya bagi penggunanya. Multimedia dapat
menampilkan pesan dan pengetahuan dalam bentuk gabungan atau kombinasi antara
beberapa format penayangan, seperti teks, audio, grafis, video, dan animasi secara simultan.
Dengan kemampuan ini, program multimedia dapat menayangkan informasi dan
pengetahuan secara komprehensif yang dapat dipelajari oleh siswa.

Penggunaan program multimedia sebagai sarana pembelajaran dapat disesuaikan


dengan kebutuhan dan kemampuan belajar yang dimiliki oleh individu penggunanya. Saat
ini, program multimedia pembelajaran telah terintegrasi penggunaannya dengan perangkat
komputer. Hal ini menyebabkan program multimedia dapat digunakan sebagai media yang
bersifat interaktif. Banyak strategi dan metode yang dapat digunakan untuk merancang dan
memproduksi program multimedia yang efektif sebagai media pembelajaran interaktif. Sifat
interaktivitas yang terdapat dalam program multimedia mampu memuat proses belajar
menjadi dialogis. Artinya, pengguna dapat melakukan interaksi secara intensif dengan isi
atau konten yang terdapat dalam program multimedia.

4. Perangkat Komputer

Perangkat komputer saat ini telah berkembang sangat pesat. Perangkat ini tidak lagi
hanya berfungsi sebagai sarana untuk melakukan komputasi, tetapi telah menjadi sarana
untuk berkomunikasi. Penggunaan komputer telah membentuk suatu jaringan atau network
yang mendunia. Selain untuk melakukan komunikasi antarjaringan, komputer juga dapat
digunakan untuk mencari dan menemukan atau browsing beragam informasi dan
pengetahuan yang diperlukan dari berbagai situs jaringan atau website yang ada.

Sejumlah mesin pencari atau searching machines, seperti google dan yahoo, dapat
membantu dalam menemukan informasi dan pengetahuan yang diperlukan. Kita dapat
mengembangkan isi atau materi pelajaran dari beragam situs jaringan yang tersedia.
Sehingga segala yang dibutuhkan di dalam pembelajaran bahasa, baik materi maupun media
(gambar, audio, video, film, aplikasi) bisa didapatkan dengan mudah.

B. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Menyimak


Media pembelajaran aspek menyimak berbasis teknologi terdiri dari (Arono, 2013):

1. Radio

Sebagai suatu media radio mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan media yang
lain, yaitu harga relatif murah dan variasi programnya lebih banyak daripada TV, sifatnya
mudah dipindahkan (mobile). Radio dapat dipindahkan dari satu ruang ke ruang lain dengan
mudah. Jika digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio, radio dapat
mengembangkan daya imajinasi anak dan dapat merangsang partisipasi aktif pendengar.

Radio dapat memusatkan perhatian siswa pada kata-kata yang digunakan, pada bunyi dan
artinya. Terutama pada pengajaran sastra/puisi); siaran lewat suara terbukti tepat/cocok untuk
mengajarkan musik dan bahasa; radio dapat ditampilkan di dalam kelas dalam bidang studi
tertentu sehingga dapat mengatasi masalah kekurangan guru dalam mengajar. Pembelajaran
melalui radio bisa lebih bermutu baik dari segi ilmiah maupun metode.

Radio lebih mudah diakses dari TV atau video. Menyimak melalui radio adalah bentuk yang
paling mungkin diakses dari menyimak praktik siswa bahasa. Siswa dapat menggunakan radio
kecil pribadi untuk menyimak di mana pun dan kapanpun mereka inginkan.

Menyimak berita bertujuan untuk menyimak dan mengumpulkan sebanyak mungkin


informasi tentang berita di radio. Yang kita butuhkan dalam merekam radio: (a) radio disetel ke
sebuah stasiun dengan pemakaian bahasa bahasa Indonesia yang baik; (b) kertas dan pena; (c)
salinan surat kabar hari ini. Kita perlu melakukan: 1) Mendengarkan berita di radio. (Bertujuan
untuk menyimak sesuai dengan jadwal/waktunya) 2) Sementara menyimak, kita membuat
catatan tentang cerita utama, fokus pada pokok-pokok berita. 3) Setelah menyimak berita, tinjau
catatan dan tambahkan apa pun yang mungkin telah didengar, tetapi belum tertulis. 4) Periksa
apakah cerita yang didengar di radio juga dilaporkan di surat kabar.

2. Kaset Audio

Dalam kaitannya dengan peran media sebagai alat bantu guru yang mampu menyampaikan
pesan pembelajaran selama bertugas di kelas, guru sebetulnya sangat mungkin untuk memproduk
sendiri rekaman kaset yang sederhana sesuai dengan kebutuhan bahan ajar yang akan diberikan
di kelasnya. Dengan demikian, variasi kesesuaian bahan ajar dapat ditentukan dan dikemas
sendiri oleh guru dalam pelaksanaannya di lapangan. Guru juga boleh saja meminta bantuan
siswa untuk menyediakan rekaman tersebut sesuai dengan minat dan kemampuan siswa.

Kelebihan media audio: 1) Cenderung tidak begitu mahal bila dipergunakan dalam kegiatan
belajar mengajar; 2) Peralatan audio banyak tersedia dan sangat sederhana penggunaannya; 3)
Dapat digunakan untuk pengajaran kelompok maupun individual; 4) Siswa yang tuna netra
maupun mereka yang buta aksara dapat belajar melalui media audio; 5) Media audio dapat
membawakan pesan verbal dengan lebih dramatik daripada media cetak dengan sedikit imajinasi
guru, program audio dapat bervariasi; 6) Audio cassette tape recorder sangat mudah dibawa ke
mana-mana dan dapat digunakan di lapangan dengan mempergunakan baterai; 7) Cassette tape
recorder sangat ideal untuk belajar mandiri di rumah karena pitanya mudah diperbanyak apabila
diperlukan. Kelemahan media audio: 1) Bahan yang tersaji dalam media audio cenderung tetap;
2) Pengembangan dan penyiapan materi program audio yang baik, mungkin sangat banyak
memakan waktu; 3) Penentuan kecepatan cara penyampaian informasi dapat menimbulkan
kesulitan bila para pendengar memiliki keterampilan menyimak serta latar belakang yang
berbeda; 4) Media audio hanya menyediakan satu jalur informasi saja sehingga tidak dapat
diperoleh umpan balik secara langsung (Flowerdew and Miller, 2005).

3. Laboratorium Bahasa

Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa menyimak dan berbicara dengan
bahasa yang sedang dipelajari, yaitu bahasa Indonesia dengan jalan menyajikan materi pelajaran
yang disiapkan sebelumnya. Media yang dipakai adalah alat perekam. Dalam laboratorium
bahasa murid duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa
mendengar suara guru yang duduk di ruang kontrol lewat telepon genggam/heandphone. Pada
saat siswa menirukan ucapan guru, siswa juga menyimak suaranya sendiri lewat telepon
genggam/headphonnya sehingga bisa membandingkan ucapannya dengan ucapan guru. Dengan
demikian, siswa bisa segera memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.

4. Video

Berbeda dengan televisi, bahan pembelajaran yang ditampilkan media video dapat
diprogram dan ditentukan sendiri oleh pembuat media. Hal ini tentu menguntungkan karena guru
dapat menentukan sendiri apa yang akan ditampilkan sesuai dengan kebutuhan tingkat
perkembangan siswa. Menonton video bagi siswa dapat mendorong keterampilan yang luas
dalam menyimak karena mereka akan memiliki kelompok diskusi di dalam atau di luar kelas,
setelah menonton film tertentu. Selain itu, lembar kerja generik dapat dikembangkan untuk
membantu siswa saat menonton film atau video dalam pembelajaran bahasa.

Teknologi sebagai media pembelajaran aspek menyimak misalnya, siswa


menceritakan pengalamannya saat liburan yang lain mendengarkan radio, siswa diberi tugas
mendengarkan berita, drama, dan radio. Dengan tape recorder guru dapat memperdengarkan
rekaman puisi, drama, pidato, dan lain-lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Dengan media TV, guru juga dapat menugaskan siswa untuk menyimak wawancara, dialog,
atau pun berita, kemudian mempresentasikan hasil simakannya di depan kelas (Winda,
2016: 92)

C. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Berbicara


1. Merekam percakapan/dialog siswa

Di dalam kelas guru atau tenaga pengajar dapat menggunakan media recording untuk
merekam percakapan / dialog atau monolog siswa dengan tujuan melihat kemampuan berbicara,
baik menggunakan naskah yang telah diberikan maupun tanpa naskah. Setiap siswa diberikan
waktu atau durasi dalam beberapa menit untuk tampil dan berdialog. Media rekam yang dapat
digunakan adalah seperti : Tape Recorder, MP3 Recorder, Voice recorder (HP) dan media lain
yang hanya dapat menyimpan hasil percakapan atau dialog berupa audio tanpa visual. Hasil dari
rekaman tersebut dapat disimpan dalam bentuk kaset, CD, DVD, atau file dalam format audio
(mp3, wav, ogg, AAC, WMA, dan lain-lain)

2. Merekam adegan dan dialog

Guru juga dapat melakukan record atau rekaman dari hasil adegan bermain peran siswa 
di kelas yang naskahnya telah dibuat oleh guru,  kemudian dijadikan sebagai penilaian terhadap
siswa dalam bermain seni peran dan dialog. Dalam hal ini hasil yang ingin didapatkan dalam
bentuk audio dan visual. Beberapa media atau alat yang dapat digunakan adalah  Video
Recorder, Camera Digital,  HP yang berkamera, CCTV, dan berbagai gadget yang telah banyak
dijual saat ini telah menambahkan fasilitas video recording si dalamnya. Hasil rekaman berupa
kaset, CD, VCD atau file format video ( mpeg, 3gp, avid an lain-lain.

3. Menampilkan hasil dialog atau percakapan

Para pendidik atau guru dapat dipublikasikan hasil dari rekaman-rekaman di atas melalui
media Player seperti Microsoft Media Player, Power DVD, Flashdrive atau dapat juga diupload
ke website sehingga dapat dilihat oleh guru, siswa itu sendiri atau orang lain.

Jadi jelas bahwa pemanfaatan secara maksima media TIK akan sangat membantu guru
dalam mencapai standar kopetensi dalam pengajaran berbicara. Melalui berbagai komponen
media TIK siswa akan semakin bergairah, ekspresif, kreatif, dan proses belajar mengaar akan
semakin menyenangkan. Berdasarkan kesenangan inilah segala target pembelajaran dapat
terpenuhi.

Teknologi sebagai media pembelajaran aspek berbicara misalnya, guru menyiapkan


power point yang berisi beberapa gambar dan kartu yang berisi kata-kata ungkapan yang
berbubungan dengan gambar yang ditayangkan melalui LCD. Kemudian siswa disuruh
bercerita dengan menggunakan kata ungkapan yang diperoleh dari kartu atau gambar
tersebut. Siswa juga dapat menceritakan isi gambar yang dipasang di depan kelas secara
sistematis sehingga menjadi satu cerita yang utuh (Winda, 2016: 92).

D. Teknolgi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Membaca


Teknolgi sebagai media pembelajaran aspek membaca terdiri dari (Alawiyah, 2013):

1. Teknologi Cetak

Teknologi cetak merupakan cara untuk membuat atau menyampaikan bahan, seperti:


buku, bahan visual yang statis, terutama melalui pencetakan mekanis atau   photografis.
Teknologi sebagai pijakan untuk pengembangan serta pemanfaatan dari kebanyakan bahan
pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks yang ditayangkan pada
komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Tatkala teks
tersebut dicetak berisi format “cetakan” guna keperluan pembelajaran merupakan contoh
penyampaian dalam bentuk teknologi cetak. Bahan teks verbal dan visual merupakan bagian
dari teknologi tersebut. Teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh
manusia dan teori belajar merupakan pengembangan dari pembelajaran. Teknologi
cetak/visual mempunyai ciri yakni: teks dibaca secara linier, kemudian visual direkam
menurut ruang, keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif,  keduanya
berbentuk visual yang statis; pengembangannya sangat bergantung kepada kaidah linguistik
serta persepsi visual, keduanya berpusat pada pembelajar, informasi dapat diorganisasikan
dan distrukturkan kembali oleh pemakai.

2. Teknologi Perangkat Audio-Visual

Teknologi perangkat audio-visual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan


bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio
dan visual. Pembelajaran audio-visual bisa digunakan dengan gampang karena
menggunakan perangkat keras di dalam proses pengajaran. Sarana audio-visual memguatkan
pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, serta penayangan visual yang
beukuran besar. Pembelajaran audio-visual diartikan  sebagai produksi serta pemanfaatan
bahan yang berkaitan dengan pembelajaran melalui  penglihatan dan pendengaran yang
secara eksklusif tidak selalu harus bergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-
simbol sejenis. Teknologi audio-visual mempunyai karakteristik sebagai berikut: bersifat
linier, menampilkan visual yang dinamis, secara unik digunakan menurut cara yang
sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembang,  bentuk representasi fisik dari
gagasan yang riil serta abstrak, dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah
laku kognitif,  sering berpusat pada pendidik, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si
pembelajar.

3. Teknologi Berbasis Informatika

Teknologi berbasis informatika adalah model menciptakan serta menyampaikan


bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. Pada dasarnya,
teknologi berbasis komputer menyampaikan informasi kepada pembelajar pada tayangan di
layar monitor. Beraneka ragam aplikasi komputer biasanya disebut “computer-based
instruction (CBI)”, “computer assisted instruction (CAI)”, atau “computer-managed
instruction (CMI)”.

Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku


dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori
kognitif. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat: tutorial, pembelajaran utama diberikan,
latihan dan pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam
bahan yang telah dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan
menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari, dan sumber data yang
memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara
pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.

4. Teknologi Terpadu

Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan


dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Keistimewaan yang
ditampilkan oleh teknologi ini--khususnya dengan menggunakan komputer dengan
spesifikasi tinggi--, yakni adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai
macam sumber belajar. Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks
pengalaman Pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan di bawah kendali
pembelajar. Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam
pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran. Belajar dipusatkan dan
diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat
digunakan.

Pemanfaatan merupakan aktivitas meliputi proses serta sumber untuk belajar.


Pemanfaatan sangat perlu untuk kaitan antara pembelajar dengan bahan atau sistem
pembelajaran. Stakeholder yang menggunakan  pemanfaatan mempunyai tanggung jawab
untuk mencocokkan pembelajar dengan bahan dan aktivitas yang spesifik, menyiapkan
pembelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan
bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pembelajar, serta
memasukannya ke dalam prosedur oragnisasi yang berkelanjutan.

Pemanfaatan Media; yakni penggunaan yang sistematis serta sumber belajar. Proses
pemanfaatan media bagian proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi
desain pembelajaran. Umpamanya bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti
dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Kaidah pemanfaatan juga
dikaitkan dengan karakteristik pembelajar. Pembelajar yang belajar mungkin memerlukan
bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dari praktek atau
sumber belajar.

Pengelolaan mencakup antara lain: perencanaan, pengorganisasian,


pengkoordinasian serta supervisi. Pengelolaan meliputi administrasi pusat media, program
media dan pelayanan media. Perpaduan  perpustakaan dengan program media membuahkan
pusat dan ahli media sekolah. Program media satuan pendidikan ini menggabungkan bahan
cetak dan non cetak sehingga mengakibatkan peningkatan penggunaan sumber teknologikal
dalam kurikulum. Kesuksesan sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada
pengelolaannya, karena lokasi yang menyebar. Perkembangan teknologi baru,
dimungkinkan tersedianya cara baru untuk mendapatkan informasi. Peningkatan
pengetahuan tentang pengelolaan informasi menjadi sangat potensial. Landasan teoritis
pengelolaan informasi berasal dari disiplin ilmu informasi. Hasil dari informasi membuka
banyak kemungkinan untuk desain pembelajaran, khususnya dalam pengembangan dan
implementasi kurikulum dan pembelajaran yang dirancang sendiri.

Peningkatan hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh pendidik yang menguasai
teknologi pembelajaran. Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan,   pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk
belajar. Ini merupakan suatu kesatuan yang utuh untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan. Untuk itu diperlukan pendidik yang
memiliki kemampuan akademik dan professional yang memadai, mutu kepribadian yang
mantap serta menghayati profesinya sebagai pendidik.

5. Membaca Melalui Mobile-Edukasi

Mobile-edukasi atau m-edukasi merupakan sarana yang dibuat oleh Balai


Pengembangan Multimedia Pendidikan Kemdikbud dan dapat diakses bebas melalui m
edukasi.kemdikbud.go.id. Dalam situs web ini terdiri banyak informasi edukasi yang
dapat menambah informasi dan wawasan. Mobile-edukasi ini diyakini dapat
meningkatkan minat dan kemampuan literasi (siswa/guru/umum) karena disajikan dengan
sedemikian rupa, baik dari segi tampilan maupun isi. Terlebih lagi karena situs web ini
dapat diakses melalui gawai sehingga sangat dapat membantu pembaca melakukan
kegiatan membacanya dimanapun dan kapanpun. Selain itu, informasi yang disajikan di
dalamnya diperbaharui secara berkala sehingga pembaca akan selalu mendapatkan materi
bacaan yang mengikuti perkembangan dengan tetap terarah pada konsep edukasi.

6. Situs Web Powtoon

Powtoon merupakan situs web yang didesain untuk membuat video penjelasan
dengan menarik dan menyimpan animasi yang telah disediakan. Situs web ini dapat
dijadikan salah satu media untuk mentransformasikan teks ke dalam bentuk yang lebih
menarik. Hasilnya dapat dilihat dalam bentuk video. Beberapa contoh video powtoon
untuk media membaca dapat diunduh melalui situs youtube.com (Fauziya, 2016: 890).
Teknologi sebagai media pembelajaran aspek membaca misalnya, sebuah wacana
dipotong menjadi penggalan-penggalan, yang kemudian paragrafnya diacak ditayangkan
melalui LCD. Setelah itu siswa disuruh menyusun kembali menjadi wacana utuh kemudian
siswa membaca wacana tersebut sesuai dengan butir pembelajaran yang diajarkan (Winda,
2016: 92).

E. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Menulis


1. MindMaple

MindMaple adalah salah satu perangkat lunak (software) yang dikembangkan untuk
memetakan ide/gagasan. Konsep kerjanya sama dengan apa yang kita kenal dengan istilah
mind mapping atau peta konsep. Secara manual, penulisan peta konsep dilakukan di atas
kertas dengan pena. Namun, dengan teknoligi informasi dan komunikasi, penyusunan peta
konsep dapat dilakukan secara otomatis melalui pemanfaatan MindMaple.

MindMaple ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan membaca dan menulis.


Tujuannya adalah untuk mengorganisasikan ide agar lebih terstruktur. Selain itu,
berdasarkan teori mind mapping sendiri, peta konsep dapat lebih mempertajam daya pikir
dan memberikan ingatan serta pemahaman yang lebih mendalam. Selain MindMaple,
terdapat perangkat lunak lainnya yang sejenis yang juga berfungsi untuk memetakan ide dan
gagasan secara tertulis, di antaranya adalah iMindMap. Konsep pemanfaatannya sama
namun dalam bentuk tampilan yang berbeda. Siswa bisa menulis peta konsep sesuai dengan
yang ditampilkan oleh guru lewat layar infokus dengan menggunakan aplikasi tersebut yang
tampilannya lebih menarik.

2. Jejaring Sosial dan Blog

Pada era teknologi modern ini, jejaring sosial menjadi sarana yang begitu populer.
Semua orang bisa berkomunikasi tanpa terbatas ruang dan waktu. Jejaring sosial yang
banyak digunakan saat ini seperti Facebook, Tiktok, Instagram, dapat digunakan sebagai
media menulis di dalam pembelajaran. Begitu juga dengan situs blog yang mudah diakses
oleh siapa saja.

3. Media Visual
Media visual merupakan media yang paling banyak digunakan dalam
pembelajaran. Media visual dapat berwujud gambar mati, gambar seri, kartun, poster,
bagan, grafiks, peta. Berkaitan dengan hal tersebut, media ini berfungsi:

a) memperjelas ide yang bersifat abstrak;

b) menarik perhatian siswa;

c) memberi gambaran sehingga lebih mudah diingat.

Media ini dapat digunakan secara efektif bila memenuhi syarat berikut ini.

a. Autentik, mendekati keadaan yang sebenarnya;

b. Sederhana, artinya komposisinya jelas dan menunjukkan ide utama dalam gambar;

c. Mengandung gerak atau aktivitas;

d. Pengambilan gambar harus benar-benar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, bukan


hanya daeri segi kwalitas gambar;

e. Indah, gambar dapat menarik perhatian siswa.

Kelebihan media visual ialah:

a) lebih kongkret daripada media verbal;

b) mengatasi keterbatasan ruang;

c) mngatasi keterbatasan pengamatan (ukuran);

d) memperjelas suatu masalah untuk bidang apa saja dan usia berapa saja;

e) murah ;

f) mudah dibuat; dan mudah digunakan.

Sedangkan kelemahan media ini adalah sebagai berikut.

a. Media yang dibuat terkadang masih terlalu umum (abstrak) daripada benda sebenarnya;
b. Visual yang digunakan terkadang kurang tepat untuk tujuan pembelajaran tertentu; dan

c. Tidak semua guru dapat membuatnya.

4. Media Proyeksi

Media proyeksi adalah media yang menggunakan alat bantu proyektor untuk
memantulkan visual yang ingin ditampilkan. Media yang tergolong media ini seperti film.

Teknologi sebagai media pembelajaran aspek menulis misalnya, guru


memperlihatkan gambar seri melalui LCD, kemudian siswa ditugasi menceritakan rangkaian
gambar tersebut secara tertulis. Sebuah film dapat dijadikan bahan oleh siswa untuk menulis
sebuah cerita (Winda, 2016: 93).

F. Teknologi Sebagai Media Pembelajaran Aspek Apresiasi Sastra


Sastra berkembang mengikuti teknologi. Mulanya sastra dimulai dari sastra lisan
yang kemudian berkembang mengikuti perkembangan zaman sehingga muncul sastra tulis.
Sastra tulis ini kemudian dituangkan dalam bentuk cetak menggunakan kertas sebagai
medianya. Seiring dengan perkembangan zaman muncullah sastra elektronik yang
memanfaatkan teknologi sebagai medianya (komputer, handphone, internet). Hal ini sejalan
dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Merawati (2017:727) yang menyatakan bahwa
tingkat estafet dari sastra lisan ke sastra siber juga menunjukkan bahwa keduanya memiliki
hubungan dengan sastra tulis. Hal tersebut dapat dilihat bahwa estafet tersebut terjadi, yaitu
mulai dari sastra lisan kemudian ke sastra tulis (pada masa modern mulai dikenal alat-alat
tulis dan mesin cetak sehingga terbit buku, majalah, jurnal, koran) dan sampailah pada sastra
siber (perkembangan teknologi) (Merawati, 2017:727).

Jadi, sastra digital (sastra siber) sastra yang ada di media sosial dengan
memanfaatkan teknologi seperti komputer, handphone, maupun internet dapat disebut
dengan sastra digital. Sastra siber atau sastra digital memungkinkan para sastrawan untuk
mengolah kreativitasnya secara lebih maksimal, bahkan dengan secara auditif dan visual.
Meskipun ada ada kalangan yang pro dan kontra terhadap hasil karya sastra digital ini. Ada
pendapat yang menyatakan bahwa karya sastra digital tidak berkualitas dibanding karya
sastra cetak (koran, majalah maupun buku). Namun ada pula yang berpendapat bahwa karya
sastra digital harus diperlakukan dengan adil, karena ini adalah dunia baru sebagai
alternative bagi para sastrawan untuk mengungkapkan ide-ide, perasaan-perasaan,
pemikiran-pemikiran, dan tanggapan-tanggapan mereka. 

Tentunya hal tersebut akan membantu meningkatkan kemampuan kepenulisan


mereka dan hasil karya mereka pun akan cepat tersebar ke pembaca sastra. Generasi
milenial semakin terbuka kesempatan untuk menerbitkan tulisan fiksinya, baik puisi, cerpen,
maupun novel di dunia digital. Berbeda dengan jaman dulu, sekarang ini seorang penulis
bisa langsung memajang cerpen atau novelnya di situs tersebut tanpa melalui penyuntingan
ketat dewan redaksi. Corak baru ini juga mengesankan adanya inklusifitas dalam dunia
kesastraan yang biasanya didominasi oleh kelompok tertentu.

Sastra digital berfungsi sebagai proses pembelajaran, dan perluasan apresiasi sastra
dari lebih banyak kalangan. Sastra digital bisa saja lebih bermutu dari pada sastra
konvensional, atau sebaliknya. Ketika sastra diterapkan secara digital, ada sisi positif dan
negatif dari budaya literasi, khususnya di Indonesia. Kini masyarakat dapat lebih mudah
mengakses karya sastra untuk konsumsi atau untuk menghasilkan karya sastra. Minat baca
dan menulis generasi milenial pun semakin meningkat, hanya perlu diperhatikan adalah
apakah mereka membaca dan menulis karya sastra atau tidak? Hal ini tentu dapat kita lihat
dalam berbagai media akses karya sastra baik itu mailing list atau milis, blog, laman,
ataupun media sosial facebook dan twitter, serta group-group kepenulisan, yang ada di
internet.

Jadi, kemunculan sastra siber dalam perkembangan sastra di era digital menunjukkan
bahwa teknologi dan kebudayaan berjalan beriringan. Karya sastra kemudian dapat diakses
dari berbagai tempat, hanya bermodalkan handphone dan internet. Adanya sastra digital atau
sastra siber diharapkan menjadi media untuk menyalurkan ide atau hobi dalam kepenulisan
serta menjadi media untuk meningkatkan minat membaca dan pembelajaran sastra pada
generasi milenial.
Teknologi sebagai media pembelajaran aspek apresiasi sastra misalnya, rekaman
drama, puisi, dan cerpen dapat diperdengarkan kepada siswa. Sehingga siswa diharapkan
dapat memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra tersebut. Video
pembacaan puisi juga bisa diperdengarkan kepada siswa, sehingga siswa diharapkan mampu
mengapresiasi puisi tersebut (Winda, 2016: 93).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Integrasi teknologi dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran dengan maksud untuk
meningkatkan efektifitas dalam proses kegiatan pembelajaran yang diharapkan berpengaruh juga
pada hasil peserta didik serta kompetensi dan mutu peserta didik secara individu dalam
pemanfaatan teknologi secara tepat dan bermanfaat. Teknologi sebagai media pembelajaran
aspek menyimak misalnya, siswa menceritakan pengalamannya saat liburan yang lain
mendengarkan radio, siswa diberi tugas mendengarkan berita, drama, dan radio. Teknologi
sebagai media pembelajaran aspek berbicara misalnya, guru menyiapkan power point yang berisi
beberapa gambar dan kartu yang berisi kata-kata ungkapan yang berbubungan dengan gambar
yang ditayangkan melalui LCD. Kemudian siswa disuruh bercerita dengan menggunakan kata
ungkapan yang diperoleh dari kartu atau gambar tersebut.
Teknologi sebagai media pembelajaran aspek membaca misalnya, sebuah wacana
dipotong menjadi penggalan-penggalan, yang kemudian paragrafnya diacak ditayangkan melalui
LCD. Setelah itu siswa disuruh menyusun kembali menjadi wacana utuh kemudian siswa
membaca wacana tersebut sesuai dengan butir pembelajaran yang diajarkan (Winda, 2016: 92).
Teknologi sebagai media pembelajaran aspek menulis misalnya, guru memperlihatkan gambar
seri melalui LCD, kemudian siswa ditugasi menceritakan rangkaian gambar tersebut secara
tertulis. Teknologi sebagai media pembelajaran aspek apresiasi sastra misalnya, rekaman drama,
puisi, dan cerpen dapat diperdengarkan kepada siswa. Sehingga siswa diharapkan dapat
memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra tersebut. Video pembacaan puisi
juga bisa diperdengarkan kepada siswa, sehingga siswa diharapkan mampu mengapresiasi puisi
tersebut (Winda, 2016: 93).

B. Saran
Dari pemaparan tersebut tampak jika integrasi teknologi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia sangat penting dalam kehidupan, sehingga diharapkan kita semua mampu mempelajari
dan menguasai hal tersebut dengan baik. Selain itu, penulis menyadari jika makalah di atas masih
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, Tuti. (2013). Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Media TIK.


https://toetial.wordpress.com/2013/09/01/meningkatkan-keterampilan-berbicara-melalui-
media-tik/ diakses pada 26 September 2022.

Arono, A. (2013). Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Menyimak Melalui Teknologi


Informasi. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 13(2).
Barbara B. Seels dan Rita C. Richey. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, hasil
terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk.(1995) dari judul aslinya Instructional
Technology: Definition and Domain of Field yang diterbitkan pada tahun 1994.

Fauziya, Diena San. (2016). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam
Pembelajaran Literasi. Bandung: Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Hadisi, Muna. (2015). Pengelolaan Teknologi Informasi dalam Menciptakan Inovasi Model
Pembelajaran E-Learning. Jurnal Al-Ta’dib, 8 (1).

Kamsina, K. (2020). Integrasi Teknologi Dalam Pembelajaran Implementasi Pembelajaran Ilmu


Teknologi dan Masyarakat. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 9(2).

Karwono dan Henni Mularsih. (2018). Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Depok: Rajawali Pers.

Merawati, Fitri. 2017. Sastra Cyber Sebagai Estafet dari Sastra Lisan dan Sastra Tulis.
Semarang.

Nugraha, S. T. (2016). Pembelajaran Berbasis E-Learning Sebagai Bentuk Integrasi Teknologi


Informasi dan Komunikasi dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia. Bahasa dan
Sastra Indonesia, 3(2).

Nyambane, Cyprian O., Nzuki, David. (2014). Factor Influencing ICT Integration in Teaching-
A Literature Review. International Journal of Education and Research, 2(3).

Pribadi, Benny Agus. (2019). Konsep Media dan Teknologi. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Punaji Setyosari. (2020). Desain Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Ak.

Ridwan Abdullah Sani. (2015). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Winda, N. (2016). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan
Pengajarannya, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai