Anda di halaman 1dari 4

Long List

Beberapa problematika kebijakan di dunia pendidikan yang ada di


Indonesia meliputi:
- Kurangnya jumlah pendidik sesuai minat dan profesi sebagai tenaga pendidk
- Jumlah guru yang kompeten dan berkualitas kurang memadai
- Profesionalitas guru kurang baik, dimana banyak guru mementingkan
keperluan pribadi pada waktu jam kerja
- Ketersediaan ruang kelas dan sarana prasarana yang kurang memadai
- Fasilitas pendidikan yang terserdia kurang berkualitas
- Dana pendidikan dinilai cukup mahal
- Ketersediaan bahan belajar masih minimum
- Ketersediaan dana pendidikan yang terbatas
- Adanya beasiswa pendidikan dengan berbagai syarat yang menyulitkan
- Motivasi belajar peserta didik yang masih rendah

Short List
Berdasarkan beberapa permasalahan yang dijabarkan pada point long list
diatas, pokok permasalahan pada pendidikan di Indonesia ialah:
Kualitas pendidikan di Indonesia belum optimal
Kualitas pendidikan di Indonesia dinilai belum optimal, hal tersebut sesuai riset
yang telah dilakukan Kemendikbudristek tahun 2022 yang menunjukkan bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia dalam sepuluh tahun bahkan dua puluh tahun
terakhir belum mengalami banyak kemajuan. Berdasarkan skor Programme for
International Student Asessment (PISA) dan statistik lain seperti indeks literasi
juga menunjukkan angka pertumbuhan kualitas pendidikan pada kategori tidak
bertumbuh. Beberapa faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia
diantaranya:
1. Faktor tenaga pendidik
Pada long list diatas, telah diuraikan bahwa permasalahan pada tenaga
pendidik meliputi kurangnya jumlah pendidik sesuai profesi, kurangnya
jumlah guru yang kompeten dan berkualitas, profesionalitas guru kurang baik
dilihat dari banyaknya guru mementingkan keperluan pribadi dibandingkan
keperluan pendidikan atau lembaga sekolah. Hal-hal tersebut sangat
berdampak pada terciptanya generasi penerus bangsa yang tidak sesuai tujuan
pendidikan. Guru menjadi peran terpenting bagi proses terjadinya belajar
mengajar. Keberhasilan seorang peserta didik dalam menyerap pelajaran yang
diterima ditentukan dengan seorang guru yang berhasil pula dalam mengajar.
Umumnya, guru-guru terampil dan berkualitas tersebar di kawasan
kota atau daerah yang notabenenya mudah di akses, sedangkan daerah-daerah
terpinggir dan terpencil, sulit sekali mendapatkan guru kompeten. Tidak
jarang ditemui guru-guru kompeten yang berasal dari pelosok pun menjadi
tenaga pendidik di kota. Banyak guru memilih bekerja di lokasi yang mudah
diakses dari segi transformasi dan akses untuk mendapatkan kebutuhan pokok
mudah didapatkan, kemudian menghiraukan pelaksanaan pendidikan di daerah
terpencil. Hal tersebut kemudian menjadi kesenjangan tenaga guru terampil di
pelosok dan di kota yang juga berdampak pada kesenjangan kualitas peserta
didik. Peran pemerintah untuk memeratakan ketersediaan tenaga pendidik
kompeten dan berkualitas di seluruh wilayah agar kualitas pendidikan di
Indonesia dapat meningkat.
2. Faktor fasilitas pendidikan
Pada long list diatas, disebutkan bahwa ketersediaan ruang kelas,
sarana prasarana dan bahan belajar yang dinilai kurang memadai. Selain itu,
kualitas fasilitas pendidikan yang ada juga dinilai kurang, terutama sekolah
yang ada di daerah pedesaan, pinggiran dan sekolah yang ada di pelosok. Di
beberapa wilayah yang sudah berkembang pun, pelaksanaan pendidikan masih
belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Meskipun fasilitas sudah disediakan
oleh pemerintah, beberapa guru masih kesulitan dalam mengoperasikan
fasilitas baru, sehingga menghambat pelaksanaan pembelajaran.
Seburuk-buruknya sarana dan prasarana yang ada di pinggiran kota
dan desa, masih ada masalah pendidikan yang lebih parah, yaitu daerah bagian
yang tidak terakses dan tidak mendapat perhatian cukup layak dari
pemerintah. Banyak generasi penerus yang tidak hanya memiliki keterbatasan
pada sarana dan prasarana saja, tetapi terbatas dari banyak hal, seperti akses
jalan dimana mereka harus melintasi pulau seberang setiap hari agar bisa
masuk sekolah. Hidup dengan keterbatasan koleksi buku karena tidak terakses
dan tidak terjamah. Belum lagi masalah tidak adanya jaringan listrik, sehingga
harus hidup dan belajar menggunakan penerang tradisional yang ada. Hal
inilah yang kemudian menjadi PR besar bagi pemerintah untuk mampu
menjangkau seluruh wilayah, khususnya wilayah pelosok untuk memberikan
fasilitas pendidikan yang layak sesuai kebutuhan masing-masing kondisi agar
tidak ada lagi lembaga sekolah yang tertinggal baik dari segi kualitas
pendidikan maupun kualitas pengajarannya.
3. Faktor biaya pendidikan
Biaya pendidikan di Indonesia tergolong mahal, walaupun pemerintah
sudah memberikan bantuan tetapi para peserta didik masih diwajibkan untuk
membayar biaya keperluan sekolah seperti seragam, peralatan sekolah, iuran
dan lain sebagainya. Pada long list diatas, disebutkan bahwa permasalahan
biaya pendidikan di Indonesia meliputi: dana pendidikan dinilai cukup mahal,
ketersediaan dana pendidikan dari pemerintah yang terbatas dan adanya
beasiswa pendidikan dengan berbagai syarat yang menyulitkan, sehingga
menyulitkan para peserta didik untuk mengajukan beasiswa.
Menurut Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) menegaskan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang artinya negara
mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak atas pendidikan warga negaranya
tanpa terkecuali. Nyatanya, masih banyak warga yang belum mendapat hak
untuk merasakan pendidikan sebagaimana mestinya. Mahalnya biaya
pendidikan tidak hanya pada sekolah dasar tetapi juga sampai perguruan
tinggi. Banyak anak yang telah lulus SMA lebih memilih bekerja
dibandingkan melanjutkan ke perguruan tinggi, sehingga pendidikan di
Indonesia tidak merata dan hanya berkonsentrasi pada yang mampu.
sedangkan bagi orang yang kurang mampu pendidikan tinggi hanya sebuah
impian belaka. Beberapa penyebab tingginya biaya pendidikan diantaranya
karena kurangnya dukungan dan subsidi dari pemerintah, anggaran
pembiayaan sekolah tidak efektif dan efisien, kurangnya demokratisasi dan
transparansi pengelolaan sekolah, serta lemahnya pengawasan dan
pengontrolan pungutan biaya sekolah dari pemerintah. Mahalnya biaya
pendidikan tentu berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia, sehingga pemerintah harus lebih aktif dalam menggerakkan
penurunan biaya pendidikan agar dapat dijangkau seluruh masyarakat.
4. Faktor peserta didik
Salah satu permasalahan dari peserta didik ialah rendahnya motivasi
belajar siswa. Selain itu, kurangnya minat baca siswa dalam belajar juga
menjadi penghambat tercapainya prestasi belajar. Motivasi diri untuk terus
belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap siswa, karena motivasi
tersebut akan menggugah siswa untuk tetap bersemangat dalam belajar.
Sebaliknya, tanpa motivasi tersebut siswa akan merasa sulit untuk memahami
materi yang telah dijelaskan oleh guru. Tentu saja hal ini akan berdampak
buruk bagi kualitas diri dan masa depan peserta didik. Upaya peningkatan
motivasi belajar menjadi perhatian utama bagi guru dan orangtua untuk terus
mendampingi siswa dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai