Oleh:
Clarabelle Calamba
11 Science C4
I. Latar Belakang
Sistem pendidikan Indonesia telah menjadi usaha dengan volume tinggi dan kualitas rendah yang
jauh dari ambisi negara untuk sistem “berdaya saing internasional”. Hasil ini mencerminkan
pendanaan yang tidak memadai, defisit sumber daya manusia, struktur insentif yang buruk, dan
manajemen yang buruk, tetapi yang paling mendasar adalah masalah politik dan kekuasaan.
Penyebab politik dari kinerja pendidikan yang buruk termasuk dominasi terus elit politik, birokrasi, dan
perusahaan atas sistem pendidikan di bawah Orde Baru dan peran progresif dari orang tua, guru, dan
kelompok siswa dalam pembuatan kebijakan pendidikan sejak jatuhnya Orde Baru, mempersulit
reformasi.
Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia telah membuat langkah besar dalam meningkatkan
akses pendidikan. Anak-anak Indonesia mulai bersekolah lebih awal dan bersekolah lebih lama dari
sebelumnya. Tetapi negara ini hanya membuat sedikit kemajuan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan dan hasil pembelajaran. Penilaian sistem pendidikan negara menunjukkan bahwa hal itu
dilanda oleh biaya kuliah berkualitas rendah, hasil belajar yang buruk, fasilitas yang tidak memadai,
dan masalah disiplin.
Namun, masalah negara dengan kualitas pendidikan dan pembelajaran, pada akarnya, adalah
masalah politik dan kekuasaan. Indonesia tidak hanya kekurangan keuangan, sumber daya manusia,
dan prasyarat administrasi untuk sistem pendidikan berkualitas tinggi, tetapi yang terpenting,
prasyarat politik yang mendasarinya. Membuat sistem pendidikan Indonesia ‘bekerja’ – dalam arti
mencapai standar pendidikan yang lebih tinggi dan hasil pembelajaran yang lebih baik – oleh karena
itu memerlukan perubahan mendasar dalam hubungan politik dan sosial yang mendasari yang telah
membentuk evolusi sistem pendidikan Indonesia hingga saat ini.
Ini memberikan gambaran singkat tentang sistem pendidikan Indonesia dan pencapaiannya dalam
kaitannya dengan akses pendidikan, kualitas pendidikan, dan pembelajaran siswa. Ini mengkaji
penyebab langsung dari kurangnya keberhasilan Indonesia dalam mempromosikan kualitas
pendidikan dan hasil belajar yang lebih baik sebagaimana ditekankan dalam analisis konvensional
sistem pendidikan negara sebelum kemudian menawarkan penjelasan alternatif yang lebih terfokus
secara politis. Latar belakang ini juga mempertimbangkan implikasi analisis dan upaya masa depan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan hasil pembelajaran di Indonesia.
Proposal ini mengeksplorasi alasan di balik masalah ini dan implikasinya bagi penyelenggara
pendidikan. Proposal ini berargumen bahwa kinerja pendidikan Indonesia yang buruk bukan hanya
karena rendahnya belanja publik untuk pendidikan, defisit sumber daya manusia, struktur insentif
yang buruk, dan manajemen yang buruk. Pada akarnya, ini adalah masalah politik dan kekuasaan.
Perubahan kualitas sistem pendidikan Indonesia dengan demikian bergantung pada pergeseran
keseimbangan kekuatan antara koalisi yang bersaing yang memiliki kepentingan dalam sifat
kebijakan pendidikan dan implementasinya.
III. Jenis-jenis kegiatan
Pendidikan di Indonesia diibaratkan sebagai “saluran pipa yang bocor”– para siswa akan jatuh ke
dalam celah semakin jauh mereka memasuki pendidikan mereka. Di beberapa daerah, harapan untuk
pembelajaran skolastik sangat rendah sehingga semakin besar kemampuan seorang anak untuk
menafkahi keluarganya, semakin kecil kemungkinan mereka untuk bersekolah. Putusnya pendidikan
ini dapat meningkat melalui sebagainya:
1. Kontak yang konsisten antara guru dan siswanya
2. Mengevaluasi kemajuan siswa
3. Lebih banyak akuntabilitas antara guru dan pengawas dalam memantau pekerjaan siswa.
4. Pemerintah harus siap mengalokasikan dana lebih besar untuk pemerataan sekolah di
seluruh tanah air.
Implikasi dari proposal ini adalah bahwa peningkatan kualitas pendidikan dan hasil pembelajaran di
Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar sumber daya yang lebih baik untuk sekolah, serta
program pelatihan guru yang lebih baik. Ini juga membutuhkan perubahan mendasar dalam
hubungan politik dan sosial yang mendasari yang telah menjadi ciri ekonomi politik Indonesia dan
membentuk evolusi sistem pendidikannya. Dengan tidak adanya pergeseran seperti itu, intervensi
yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kemungkinan besar akan dihalangi oleh
kekuatan politik dan sosial yang menentang reformasi, baik karena alasan ideologis maupun material.
Konsekuensi negatif dari kurangnya pendidikan atau pengajaran yang tidak memadai sangat banyak
dan beragam dan dapat berdampak pada kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Mulai dari alasan yang berhubungan dengan kesehatan, hingga alasan sosial, dan ekonomi,
masing-masing menimbulkan konsekuensi yang serius. Semakin lama seseorang atau suatu
komunitas terputus dari pendidikan, semakin parah, jangka panjang, dan dampak yang tidak dapat
diubah. Pendidikan berkualitas buruk menyebabkan hasil belajar yang buruk di Indonesia, yang pada
akhirnya mendorong anak-anak keluar dari sistem pendidikan dan membuat mereka rentan terhadap
pekerja anak, pelecehan, dan kekerasan.
Karena keadaan hidup yang sulit, banyak orang kekurangan alat dan sarana yang memungkinkan
mereka untuk meninggalkan kemiskinan. Pendidikan adalah apa yang memberi seseorang alat dan
sarana ini, tetapi di komunitas dan negara miskin, itu tidak ada sama sekali, atau jika ada, itu tidak
memadai, dan begitulah cara orang menemukan diri mereka dalam lingkaran setan kemiskinan dari
mana mereka tidak dapat membebaskan diri mereka sendiri. Faktanya adalah semakin berpendidikan
seseorang, semakin baik peluangnya untuk mendapatkan gaji yang layak.
V. Metode
Metode yang akan digunakan dalam proposal ini adalah:
1. Penerapan metode pembelajaran berbasis proyek
Metode ini dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena siswa akan
terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode ini juga dapat
mengembangkan keterampilan kreativitas dan keterampilan sosial siswa.
2. Penerapan teknologi dalam pembelajaran
Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memberikan
pengalaman belajar yang lebih interaklif. Teknologi dapat digunakan dalam bentuk media
pembelajaran, simulasi, dan game edukasi.
3. Pelatihan guru
Kualitas guru merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh
karena itu, perlu adanya pelatihan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan
kemampuan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
4. Peningkatan dana pendidikan
Kurangnya dana pendidikan merupakan faktor utama dalam rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan dana pendidikan yang dapat digunakan
untuk pengembangan pendidikan, seperti peningkatan kualitas guru dan pembelian peralatan
pendidikan.