ESSAY
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Pengantar
Ilmu Pendidikan
Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang besar yang terdiri dari berbagai pulau, suku,
dan budaya serta ditunjang dengan sumber daya alam yang melimpah. Dengan hal
tersebut bisa memungkinkan untuk menjadikan Bangsa Indonesia sangat
berpotensi menjadi negara maju, bermartabat bahkan bisa menjadi negara super
power. Tentunya untuk menjadi negara maju atau menjadi negara yang super
power harus didukung dengan sumber daya manusia yang baik pula dan tentunya
yang berkualitas dan berpendidikan. Secara tidak langsung, pendidikan
merupakan faktor utama agar bisa tercipta suatu tujuan untuk bisa tercipta
manusia yang berkarakter, berpendidikan yang jelas, dan tentunya memiliki visi
misi sebagai generasi penerus bangsa.
Kesenjangan yang lain dapat dilihat dari segi tenaga pendidik yang ada di
pedesaan dan di perkotaan. Guru sekolah di kota jauh lebih tinggi pendidikannya,
bahkan dari segi jumlah pun cukup banyak daripada yang ada di pedesaan. Seperti
masalah pada sejumlah mahasiswa di Makassar menggelar aksi demo unjuk rasa
kepada pemerintah setempat untuk meminta pemerintah lebih memperhatikan lagi
dalam menangani jumlah guru dimana hampir 80% jumlah guru ada di kota dan
sisanya sebanyak 20% tersebar di berbagai desa. Hal ini bisa terjadi juga karena
beberapa faktor yang salah satunya adalah rendahnya minat guru untuk mengajar
di pedesaan dengan alasan sulitnya akses transportasi, fasilitas yang kurang
memadai dan akses komunikasi yang buruk. Dari dua permasalahan yang ada
tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan beberapa solusi yang ada dan bisa diatasi
dengan baik jika para pihak yang bersangkutan juga bisa mengatur dan
mengkondisikan dengan baik untuk memeperbaiki masalah - masalah yang ada.
Dalam mengatasai masalah masalah kesenjangan ini juga seharusnya mendapat
dukungan dari pihak masyarakat tentunya dan yang lebih penting adalah
mendapat dukungan dari pemerintahan pusat, lebih - lebih jika mendapat bantuan
dari pemerintah baik itu berupa dana bantuan ataupun bantuan yang lain.
Sehingga bisa lebih memudahkan dan bisa lebih meringankan beban pada siswa
dan guru yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar pada daerah
yang mengalami kesenjangan pendidikan tersebut.
BAB 2. PEMBAHASAN
Selain itu, di desa Kolingangan anak – anak hanya sampai pada lulusan
SD dan tidak meneruskan ke jenjang selanjutnya. Hal itu dikarenakan jauhnya
jarak tempuh untuk masuk SMP di daerah Kota Kotamobagu yang mencapai 13
kilometer dengan kondisi jalan yang rusak. Tenaga pengajar di desa ini juga
minim hanya terdapat 5 orang guru PNS yang termasuk kepala sekolah juga, 3
guru kontrak dan 1 orang guru honor. Jumlah siswa kelas 1 sampai kelas 6 hanya
berjumlah 28 siswa. “Satu ruanngan digunakan dua kelas,” kata Kepsek SD
Kolingangan Sudirman Mokodongan. (dikutip dari laman website
https://totabuan.co/bolmong/melihat-potret-dunia-pendidikan-di-desa-terpencil-
bolmong/ )
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pendidikan di desa dan di kota
berbeda jauh. Fasilitas pendidikan di kota sangat memadai, khususnya pada
teknologi dan bangunan yang menjadi penunjang majunya suatu sekolahh
tersebut. Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa di desa sangat minim
teknologi, bahkan masyarakat di desa juga jarang yang mempunyai akses
teknologi seperti handphone android, laptop dan lain – lain. Masyarakat di desa
sangat minim informasi bahkan bisa dikatakan tertinggal informasi. Pendidikan di
kota dilengkapi dengan fasilitas yang memudahkan peserta didiknya untuk belajar
dan mengikuti pekembangan zaman. Seperti contoh pada gambar sekolah di kota
dilengkapi dengan fasilitas laptop atau komputer untuk membantu siswa belajar
dan praktik tentang teknologi informasi. Lain halnya di desa, di desa sangat sulit
menemui sekolah yang memfasilitasi teknologi informasi seperti hal nya di kota.
Belum lagi fasilitas ruang kelas sekolah di pelosok desa yang bisa dibilang kurang
layak atau bahkan mungkin bisa dikatakan tidak layak disebut ruang kelas, seperti
yang dicontohkan pada gambar berikut ini :
Bisa dilihat dari gambar diatas bahwa kondisi suatu kelas di sekolah yang
berada di pelosok desa, dengan tempat seadanya dan mungkin tempat tersebut
sudah bisa dikatakan mudah rusak jika dilihat dari penyangga tiang ruang tersebut
yang hanya ditancapkan di batu. Belum lagi dengan kondisi para siswa yang
meskipun sudah menggunakan seragam, tetapi alas kaki mereka masih
menggunakan sendal seadanya, dimana hal ini bertolak belakang dengan kondisi
siswa-siswi yang ada di daerah perkotaan. Para siswa di kota merasakan hal yang
begitu nyaman dan tenang dimana ruang kelas sekolah rata-rata sudah memadai
dengan beberapa fasilitas yang ada di dalamnya seperti layar LCD proyektor,
kipas angin dan bahkan ada yang sudah menyediakan kamar mandi dalam di
ruang kelas. Ditambah dengan kondisi para siswa sendiri yang selain
menggunakan seragam lengkap, juga menggunakan sepatu yang selayaknya
dipakai sebagai seorang siswa. Beberapa hal ini mungkin dikarenakan jauhnya
dari desa menuju kota atau bahkan pemerintah belum sempat untuk memberi
fasilitas yang memadai untuk pendidikan yang ada di desa. Tetaapi sebaiknya di
desa maupun di kota untuk masalah pendidikan harus disama ratakan, baik itu dari
segi pembangunan maupun pelengkapan fasilitas dan tenaga pendidiknya harus
disamakan agar pendidikan di desa dan dikota dapat berkembang sesuai tujuan
Negara Indonesia.
BAB 3. PENUTUP
Dila novia. 2011. Essay : Ratakan Kesenjangan Pendidikan Kota dan Desa.
https://tulisandila.wordpress.com/2011/08/18/ratakan-kesenjangan-
pendidikan-kota-dan-desa-2/. (Diakses pada 24 November 2020)
http://www.lespimous.com/tag/masalah-pendidikan-di-indonesia-yang-
paling-banyak-dihadapi/. (Diakses pada 1 Desember 2020)
Prihant, RB. Soemanto, dan B. Haryono. 2013. Keputusan Orang Tua Dalam
Menentukan Pendidikan Dasar Bagi Anak di Desa Pandeyan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Jurnal Analisa Sosiologi. 2(1): 63-80.
Vito, B., H, Krisnani. dan R, Resnawaty. 2015. Kesenjangan Pendidikan Desa dan
Kota. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. 2(2):
147-300.
LAMPIRAN