Anda di halaman 1dari 15

PEMERATAAN SARANA DAN PRASARANA SEBAGAI

UPAYA MENGATASI KESENJANGAN PENDIDIKAN DI


DESA DAN DI KOTA

ESSAY

Diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Pengantar
Ilmu Pendidikan

Oleh :

1. I’lman Hadi Asy’ari


NIM 200210102048
2. Rista Setiani
NIM 200210102049

MATA KULIAH PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN FISIKA-PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
BAB 1. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang besar yang terdiri dari berbagai pulau, suku,
dan budaya serta ditunjang dengan sumber daya alam yang melimpah. Dengan hal
tersebut bisa memungkinkan untuk menjadikan Bangsa Indonesia sangat
berpotensi menjadi negara maju, bermartabat bahkan bisa menjadi negara super
power. Tentunya untuk menjadi negara maju atau menjadi negara yang super
power harus didukung dengan sumber daya manusia yang baik pula dan tentunya
yang berkualitas dan berpendidikan. Secara tidak langsung, pendidikan
merupakan faktor utama agar bisa tercipta suatu tujuan untuk bisa tercipta
manusia yang berkarakter, berpendidikan yang jelas, dan tentunya memiliki visi
misi sebagai generasi penerus bangsa.

Seiring dengan berjalannya waktu, budaya pendidikan di Indonesia dari


tahun ke tahun masih menunjukkan kualitas yang kurang baik atau masih rendah.
Kenyataan yang kurang mengenakkan ini terjadi di Indonesia yang notabene
adalah negara yang sangat luas malah terjadi ketidakmerataan perluasan
pendidikan ke seluruh penjuru wilayah Indonesia. Bahkan di era saat ini dimana
teknologi sedang gentar - gentarnya dipakai dan dimanfaatkan dan dimana
sekarang disebut dengan era pembangunan, kesenjangan masih dirasakan di
berbagai wilayah di indonesia, terutama wilayah atau daerah yang jaraknya jauh
dari pemerintahan pusat.

Salah satu bentuk kesenjangan pendidikan yang terjadi di Indonesia yaitu


terjadi di pedesaan, dimana perbedaannya dengan kondisi yang ada di perkotaan
sangat kontras. Di daerah perkotaan cenderung lebih modern, baik itu dari segi
fasilitas maupun teknologi yang ada. Sedangkan di daerah pedesaan masih
terdapat keterbatasan teknologi, atau dari segi fasilitas juga kurang
memadai.Sudah banyak yang tersorot oleh media bagaimana kurangnya sarana
dan prasarana pendidikan yang ada di pelosok desa seperti pada murid dari SD
Negeri Cicaringin 3, Kecamatan Gunung, Kencana, Lebak, Banten yang mau
tidak mau harus melewati kabel baja untuk menyebrang sungai agar bisa sampai
ke sekolah dan untuk pulang kerumah.Ini membuktikan bahwa kurangnya kinerja
dari pemerintah untuk membangun infrastruktur di desa tersebut yang membuat
mereka harus dan dengan keadaan mau tidak mau untuk rela berjalan kaki sejauh
6 km untuk bisa sampai ke sekolah dan untuk perjalanan pulang kerumah
ditambah dengan resiko tinggi yaitu terjatuh ke dalam sungai. Berita ini bahkan
sampai di dengar oleh media asing dan ikut untuk meliput berita ini dengan judul
versi mereka sendiri. Hal ini telah membuat kualitas pendidikan di Indonesia
menjadi tercoreng dengan kasar di tingkat dunia yang sampai-sampai berita ini
sempat memuncaki trending di berbagai media. Selain di Lebak Banten, bahwa
nasib yang sama pun dirasakan juga oleh siswa dari kampung Sungai Tanuak
Kenagarian Barung Barung Belantai Tengah Kecamatan Koto, Padang. Disana
dijelaskan bahwa jembatan yang menghubungkan desa dengan sekolah putus yang
sampai saat ini belum diperbaiki. Dengan susahnya akses transportasi menuju
sekolah tidak mematahkan semangat para siswa disana untuk tetap bersekolah
meskipun mereka para peserta didik harus rela menempuh berbagai rintangan
dengan resiko yang besar sebelum akhirnya bisa sampai ke sekolah tujuan. Tentu
saja hal itu sangat kontras yang ada di perkotaan. Sekolah dengan bangunan besar,
memiliki gedung, fasilitas yang nyaman disertai dengan srana dan prasarana yang
memadai, sehingga hal tersebut membuat siswa menjadi betah untuk menempuh
pendidikan. Tak lupa juga di perkotaan telah disediakan berbagai angkutan dan
banyak alat transportasi yang memudahkan para siswa maupun guru untuk bisa
sampai ke sekolah tujuan dengan waktu cepat atau singkat dan tidak
membutuhkan waktu lama.

Kesenjangan yang lain dapat dilihat dari segi tenaga pendidik yang ada di
pedesaan dan di perkotaan. Guru sekolah di kota jauh lebih tinggi pendidikannya,
bahkan dari segi jumlah pun cukup banyak daripada yang ada di pedesaan. Seperti
masalah pada sejumlah mahasiswa di Makassar menggelar aksi demo unjuk rasa
kepada pemerintah setempat untuk meminta pemerintah lebih memperhatikan lagi
dalam menangani jumlah guru dimana hampir 80% jumlah guru ada di kota dan
sisanya sebanyak 20% tersebar di berbagai desa. Hal ini bisa terjadi juga karena
beberapa faktor yang salah satunya adalah rendahnya minat guru untuk mengajar
di pedesaan dengan alasan sulitnya akses transportasi, fasilitas yang kurang
memadai dan akses komunikasi yang buruk. Dari dua permasalahan yang ada
tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan beberapa solusi yang ada dan bisa diatasi
dengan baik jika para pihak yang bersangkutan juga bisa mengatur dan
mengkondisikan dengan baik untuk memeperbaiki masalah - masalah yang ada.
Dalam mengatasai masalah masalah kesenjangan ini juga seharusnya mendapat
dukungan dari pihak masyarakat tentunya dan yang lebih penting adalah
mendapat dukungan dari pemerintahan pusat, lebih - lebih jika mendapat bantuan
dari pemerintah baik itu berupa dana bantuan ataupun bantuan yang lain.
Sehingga bisa lebih memudahkan dan bisa lebih meringankan beban pada siswa
dan guru yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar pada daerah
yang mengalami kesenjangan pendidikan tersebut.
BAB 2. PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan jalan untuk suatu bangsa dalam mencapai


kemajuan dan menjadi topik yang menarik unuk dibahas. Banyak masalah yang
terkait dengan pendidikan, baik di kota maupun di desa. Menurut Undang –
Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003, pendidikan adalah sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya
secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam
bermsyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.
Pendidikan sendiri memiliki fungsi sebagai jalan untuk merubah tingkah laku dan
sikap seseorang dalam menuju sebuah kedewasaan. Dengan pendidikan seseorang
bisa menemukan jati dirinya untuk mewujudkan masa depan yang
dimimpikannya.

Pendidikan sebagai cara pembelajaran masyarakat untuk mengembangkan


potensi dirinya secara aktif. Peluang pendidikan bukan hanya untuk masyarakat di
kota saja, tetapi juga di desa. Masyarakat desa memiliki peluang yang sama dalam
bidang pendidikan, baik mengenai fasilitas – fasilitas pendidikan seperti wilayah
atau bangunan, buku – buku, jalur transportasi menuju pendidikan, bahkan
kesempatan untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Namun pada kenyataannya masih banyak desa – desa terpelosok di Indonesia
yang masih kekurangan fasilitas – fasilitas pendidikan baik dalam segi bangunan
maupun dalam segi ekonomi masyarakatnya untuk menempuh pendidikan yang
lebih jauh lagi.

Pada masyarakat di desa terpencil juga belum menikmati globalisasi


seperti halnya jaringan internet, bahkan alat komunikasi dan seperti jaringan
listrik pun tidak ada sehingga anak – anak desa mengalami kesulitan untuk
mendapatkan informasi seperti anak yang ada di kota. Hal ini dirasakan oleh
warga Desa Kolingangan Kecamatan Bilalang Kabupaten Bolaang Mongondow
(Bolmong) Sulawesi Utara. Kondisi bangunan yang sudah tak layak pakai bisa
membahayakan guru dan murid ketika melakukan kegiatan di kelas.

Selain itu, di desa Kolingangan anak – anak hanya sampai pada lulusan
SD dan tidak meneruskan ke jenjang selanjutnya. Hal itu dikarenakan jauhnya
jarak tempuh untuk masuk SMP di daerah Kota Kotamobagu yang mencapai 13
kilometer dengan kondisi jalan yang rusak. Tenaga pengajar di desa ini juga
minim hanya terdapat 5 orang guru PNS yang termasuk kepala sekolah juga, 3
guru kontrak dan 1 orang guru honor. Jumlah siswa kelas 1 sampai kelas 6 hanya
berjumlah 28 siswa. “Satu ruanngan digunakan dua kelas,” kata Kepsek SD
Kolingangan Sudirman Mokodongan. (dikutip dari laman website
https://totabuan.co/bolmong/melihat-potret-dunia-pendidikan-di-desa-terpencil-
bolmong/ )

Kesenjangan – kesenjangan di desa maupun di kota menjadi topik yang


sering di bahas. Permasalahan yang sering terjadi di desa terpelosok sering tidak
diketahui oleh pihak pemerintah terutama pada masalah pendidikan. Di desa
banyak sekali masyarakat yang berpendidikan hanya ditingkat kecil, seperti hanya
tamat SD saja kasus ini terjadi di desa Kolingangaa Hal itu terjadi karena jalur
untuk menuju ke kota terlalu jauh dan kondisi jalan yang rusak menyebabkan
masyarakat enggan untuk meneruskan pendidikan anak – anaknya.

Seharusnya pemerintah dapat memberikan fasilitas sekolah ke jenjang


berikutnya di desa tersebut seperti SMP, SMA/SMK bahkan kampus, agar anak –
anak di desa Kolingangaa bisa melanjutkan sekolah dan tidak hanya sampai pada
lulusan SD saja. Karena hak pendidikan wajib dimiliki bagi setiap warga Negara
Indonesia, baik itu laki – laki maupun perempuan, baik dari desa ataupun dari
kota, semua memiliki hak yang sama atas dasar pendidikan. Memang, di kota
banyak fasilitas pendidikan yang lengkap, baik dari segi bangunan, buku dan
akses menuju ke sekolah telah memadai bahkan sudah tidak ada kendala lagi.
Sebaiknya di desa juga di fasilitasi seperti halnya di kota terutama pada tenaga
pendidiknya, agar anak – anak juga mendapatkan pendidikan layaknya di kota
yang luas ilmu dan informasi khususnya di era globalisasi. Tenaga pendidik yang
ada di desa sangat minim, hal ini mungkin dikarenakan akses menuju ke desa
terlalu jauh dari kota, karena sebagian besar tenaga pendidik yang telah memenuhi
standarisasi pengajar berada di kota. Sebaiknya pemerintah juga memfasilitasi
tenaga pendidik seperti rumah inap jika akses dari kota ke desa terlalu jauh.. hal
ini agar tenaga pendidik juga nyaman ketika mengajar di desa yang jauh dari
rumahnya, dan juga supaya tenaga pendidik betah dalam mengajar. Hak
pendidikan merupakan hal yang paling mendasar untuk mewujudkan rakyat
Indonesia yang cerdas dan berkualitas demi mencapai tujuan pendidikan
Indonesia. Maka dari itu, pendidikan di desa maupun di kota tidak boleh dibeda –
bedakan, karena jika antara kota dan desa dibedakan tentang hal pendidikan, hal
itu sangat tidak adil dan tidak sesuai dengan dasar Pancasila dan UUD 1945.

Sebagaimana dijelaskan berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila, salah satu


tujuan Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti pendidikan
merupakan hak yang wajib dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia demi
mencapai Indonesia yang maju akan pendidikan dan di bidang – bidang lainnnya.
Jalan yang rusak untuk menuju kota sebaiknya segera diperbaiki agar pengguna
jalan khususnya masyarakat di desa Kolingangaa lebih mudah untuk menuju ke
kota, tidak hanya untuk keperluan pendidikan, tapi keperluan lainnya yang
memang diharuskan pergi ke kota. Selain itu juga untuk mempermudah tenaga
pendidik menuju desa yang akan diajarnya, karena jika akses menuju desa sulit
dan mungkin membahayakan tenaga pendidik, hal ini ditakutkan tenaga pendidik
yang sudah ditugaskan enggan untuk menuju ke desa tersebut karena khawatir
membahayakan dirinya. Bangunan SD di desa tersebut juga perlu adanya
perbaikan agar kegiatan belajar mengajar lebih aman tanpa disertai rasa was –
was. Karena jika bangunan sudah mulai rapuh bahkan seperti ingin roboh, hal ini
ditakutkan akan membahayakan tenaga pendidik bahkan peserta didik yang
sedang melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Serta perlu adanya tenaga
pendidik yang lengkap agar siswa dapat belajar sesuai dengan materi yang
disampaikannya.
Pendidkan di kota dan di desa sangat berbeda terutama pada fasilitas –
fisilitasnya, dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

( sumber gambar : https://tulisandila.wordpress.com/2011/08/18/ratakan-


kesenjangan-pendidikan-kota-dan-desa-2/ )

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pendidikan di desa dan di kota
berbeda jauh. Fasilitas pendidikan di kota sangat memadai, khususnya pada
teknologi dan bangunan yang menjadi penunjang majunya suatu sekolahh
tersebut. Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa di desa sangat minim
teknologi, bahkan masyarakat di desa juga jarang yang mempunyai akses
teknologi seperti handphone android, laptop dan lain – lain. Masyarakat di desa
sangat minim informasi bahkan bisa dikatakan tertinggal informasi. Pendidikan di
kota dilengkapi dengan fasilitas yang memudahkan peserta didiknya untuk belajar
dan mengikuti pekembangan zaman. Seperti contoh pada gambar sekolah di kota
dilengkapi dengan fasilitas laptop atau komputer untuk membantu siswa belajar
dan praktik tentang teknologi informasi. Lain halnya di desa, di desa sangat sulit
menemui sekolah yang memfasilitasi teknologi informasi seperti hal nya di kota.
Belum lagi fasilitas ruang kelas sekolah di pelosok desa yang bisa dibilang kurang
layak atau bahkan mungkin bisa dikatakan tidak layak disebut ruang kelas, seperti
yang dicontohkan pada gambar berikut ini :

( sumber gambar : http://www.lespimous.com/tag/masalah-pendidikan-di-indonesia-


yang-paling-banyak-dihadapi/ )

Bisa dilihat dari gambar diatas bahwa kondisi suatu kelas di sekolah yang
berada di pelosok desa, dengan tempat seadanya dan mungkin tempat tersebut
sudah bisa dikatakan mudah rusak jika dilihat dari penyangga tiang ruang tersebut
yang hanya ditancapkan di batu. Belum lagi dengan kondisi para siswa yang
meskipun sudah menggunakan seragam, tetapi alas kaki mereka masih
menggunakan sendal seadanya, dimana hal ini bertolak belakang dengan kondisi
siswa-siswi yang ada di daerah perkotaan. Para siswa di kota merasakan hal yang
begitu nyaman dan tenang dimana ruang kelas sekolah rata-rata sudah memadai
dengan beberapa fasilitas yang ada di dalamnya seperti layar LCD proyektor,
kipas angin dan bahkan ada yang sudah menyediakan kamar mandi dalam di
ruang kelas. Ditambah dengan kondisi para siswa sendiri yang selain
menggunakan seragam lengkap, juga menggunakan sepatu yang selayaknya
dipakai sebagai seorang siswa. Beberapa hal ini mungkin dikarenakan jauhnya
dari desa menuju kota atau bahkan pemerintah belum sempat untuk memberi
fasilitas yang memadai untuk pendidikan yang ada di desa. Tetaapi sebaiknya di
desa maupun di kota untuk masalah pendidikan harus disama ratakan, baik itu dari
segi pembangunan maupun pelengkapan fasilitas dan tenaga pendidiknya harus
disamakan agar pendidikan di desa dan dikota dapat berkembang sesuai tujuan
Negara Indonesia.
BAB 3. PENUTUP

Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah ditambah dengan


luasnya wilayah dengan berbagai ragam suku dan budaya sangat berpotensi untuk
menjadi negara maju. Namun demikian, budaya pendidikan di Indonesia dari
tahun ke tahun masih menunjukkan kualitas yang kurang baik atau masih rendah
dan masih terjadi ketidakmerataan perluasan pendidikan ke seluruh penjuru
wilayah Indonesia. Kesenjangan masih dirasakan di berbagai wilayah di
indonesia, terutama wilayah atau daerah yang jaraknya jauh dari pemerintahan
pusat.

Kesenjangan – kesenjangan di desa maupun di kota menjadi topik yang


sering di bahas. Di desa banyak sekali masyarakat yang berpendidikan hanya
ditingkat kecil, seperti hanya tamat SD saja. Hal itu terjadi karena jalur untuk
menuju ke kota terlalu jauh dan kondisi jalan yang rusak menyebabkan
masyarakat enggan untuk meneruskan pendidikan anak – anaknya. Sedangkan di
kota banyak fasilitas pendidikan yang lengkap, baik dari segi bangunan, buku dan
akses menuju ke sekolah telah memadai bahkan sudah tidak ada kendala lagi. Dari
permasalahan yang ada tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan beberapa solusi
yang ada dan bisa diatasi dengan baik jika para pihak yang bersangkutan juga bisa
mengatur dan mengkondisikan dengan baik untuk memeperbaiki masalah-
masalah yang ada. Dan sebaiknya di desa maupun di kota untuk masalah
pendidikan harus disama ratakan agar pendidikan di desa dan di kota dapat
berkembang sesuai tujuan Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, A. N. 2019. Persepsi Guru SD dan Mahasiswa Calon Guru SD Tentang


Kualitas Pendidikan di Indonesia. Metodik didaktik. 15(1): 21-31.

Dila novia. 2011. Essay : Ratakan Kesenjangan Pendidikan Kota dan Desa.
https://tulisandila.wordpress.com/2011/08/18/ratakan-kesenjangan-
pendidikan-kota-dan-desa-2/. (Diakses pada 24 November 2020)

Miles, J. 2020. Masalah Pendidikan di Indonesia yang Paling Banyak Dihadapi.

http://www.lespimous.com/tag/masalah-pendidikan-di-indonesia-yang-
paling-banyak-dihadapi/. (Diakses pada 1 Desember 2020)

Oktalina, E. 2019. Pengaruh Jumlah Desa yang Memiliki Fasilitas Sekolah


Terhadap Penduduk Buta Huruf di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Jurnal Pendidikan. 11(1): 71-81.

Prihant, RB. Soemanto, dan B. Haryono. 2013. Keputusan Orang Tua Dalam
Menentukan Pendidikan Dasar Bagi Anak di Desa Pandeyan, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Jurnal Analisa Sosiologi. 2(1): 63-80.

Redaksi. 2020. Melihat Potret Dunia Pendidikan di Desa Terpencil Bolmong.


https://totabuan.co/bolmong/melihat-potret-dunia-pendidikan-di-desa-
terpencil-bolmong/. (Diakses pada 25 November 2020)

Sujana, I. W. C. 2019. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal


Pendidikan Dasar. 4(1): 29-39.

Vito, B., H, Krisnani. dan R, Resnawaty. 2015. Kesenjangan Pendidikan Desa dan
Kota. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. 2(2):
147-300.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai