masih belum berakhir. Tidak hanya gedung sekolah yang reyot, anak-anak Indonesia di pelosok daerah FAKTA
pun harus bertaruh nyawa menjangkau sekolah.Letak sekolah yang jauh dari tempat tinggal juga
masih menjadi salah satu kendala di daerah yang tergolong tinggi tingkat anak putus sekolah, menurut
UNICEF Indonesia juga menemukan persepsi orang tua terhadap pendidikan menyebabkan anak tidak
bersekolah, mereka tidak memahami bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang bagi
anak. Tidak hanya itu, jumlah guru yang mengajar di perbatasan dan daerah terpencil juga sedikit.
Kondisi itu semakin mempersulit pendirian sekolah baru di perbatasan dan daerah
terpencil.Tantangan lainnya, untuk mengembalikan anak putus sekolah kembali mendapatkan OPINI
pendidikan mereka melihat anak-anak yang sudah lama tidak bersekolah kekurangan motivasi.
Sebagai contoh, sejumlah pelajar harus bertaruh nyawa mengikuti proses pembelajaran tatap
muka (PTM) di sekolah mereka di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Para pelajar terpaksa
ISI/ARGUMENTASI
menyeberangi sungai dengan meniti jembatan rusak yang terbuat dari tali tambang. Jembatan
gantung rusak tak layak pakai tersebut merupakan akses utama untuk menuju ke sekolah. Selain itu,
jembatan ini juga menghubungkan tiga desa setempat di Kecamatan Suli, Luwu. Tepatnya berada di
Desa Malela.
"Jembatan gantung sepanjang 30 meter tersebut dibangun dengan menggunakan tali FAKTA
tambang dan papan kayu sebagai alasnya. Jembatan ini sebagai akses utama menghubungkan
beberapa desa," ungkap Kepala Desa Malela, Muharram, Sabtu (11/9).
Tak ada pilihan, karena jembatan tersebut merupakan akses utama dan satu-satunya bagi
para siswa untuk bisa sampai ke sekolah.Tapi, belakangan jembatan gantung hancur setelah diterjang
banjir pada 2020. Alas dan penyanggah kayu jembatan hanyut terbawa arus. Hanya menyisakan tali
tambang. Tali inilah yang digunakan melintas atau menyeberangi sungai saat ini.
Sungguh sangat miris, pada zaman modern ini masih banyak sekolah yang ada di desa
terpencil belum bisa mendapat bantuan dan uluran tangan dari pemerintah desa bahkan pusat. Seolah
olah pemerintah pusat hanya memfokuskan pendidikan yang ada dikota saja, sedangkan pendidikan OPINI
didesa terpencil sangat memprihatinkan lalu yang menjadi sorotan utama yaitu sulitnya masyarakat
didesa terpencil sulit untuk mendapat pendidikan yang layak selama 12 tahun, walaupun faktanya
tidak semua salah mereka, kesulitan mereka menjakangkau lokasi sekolah menjadi masalah karena
mereka harus menempuh jarak yang jauh mengarungi sungai, bahkan menyebrangi jembatan hanya
dengan seutas tali.
ISI/ARGUMENTASI
Kita sebagai tiang tiang negara mestinya harus mendapatkan pendidikan dan fasilitas yang
mumpuni dan sama rata di setiap daerah. Semoga semoga dengan artikel ini pemerintah daerah
maupun kota mendengar dan membaca bahwa di negara kita masih banyak yang tidak mendapatkan OPINI
pendidikan yang layak dan fasilitas yang layak. Kita juga pemuda yang memiliki semangat dan niat
membantu adik-adik yang berpendidikan kurang diharapkan mampu membantu dan menjadi
sukarelawan di bidang mengajar. Diera yang seperti ini kita tak luput dari kecanggihan teknologi.Salah
satunya adalah teknologi untuk akses pendidikan,dengan adanya transportasi yang canggih saat ini
kita bisa berangkat kemanapun yang kita mau tanpa dengan waktu perjalanan yang lebih lama.
karna gedung sekolah yang tidak layak pakai dapat membahayakan para siswa dan juga guru.
OPINI
Akses ke sekolah yang harus dicapai dengan baik seperti anak-anak harus melewati sungai
yang membahayakan tanpa adanya jembatan, infrastruktur di daerah pedalaman yang kurang lengkap
seperti di kota-kota besar juga menjadi salah satu faktor mengapa pendidikan di daerah masih sangat
tertinggal seperti terbatasnya akses listrik bahkan ada beberapa daerah yang tidak memiliki akses
listrik akan memudahkan anak-anak untuk belajar, apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini
penggunaan gadget sangat diperlukan bagi siswa karna media belajar tidak hanya bersumber dari
buku saja namun banyak sekali di internet.