Anda di halaman 1dari 5

SUBTEMA : PENDIDIKAN

RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN DI DESA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Bahasa Indonesia”

Yang Diampu Oleh : Ersa Alami, S.Pd., Mpd

Disusun Oleh:

Triana Olivia Tahol

210211100220 / Manajemen E

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM S1-MANAJEMEN

2021
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan, karena pendidikan
bertujuan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, kreatif dan
mampu bersaing secara sehat. Selain itu, pendidikan juga mampu membentuk kepribadian
yang berkarakter, berakhlak, memiliki visi dan misi serta bertanggung jawab. Pengertian
pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui
sebuah pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan tidak hanya diperoleh dari lingkungan
sekolah, tetapi juga dapat diperoleh dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak berdasarkan UUD 1945
pasal 31 ayat (1) yang berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan sesuai
dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam alinea keempat, yaitu pemerintah
negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan kehidupan Bangsa” (UUD 1945).
Akan tetapi, pada kenyataannya kualitas pendidikan di desa masih tergolong rendah, berbeda
dengan pendidikan di kota. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor, seperti kurangnya
sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, rendahnya pola pikir masyarakat desa
mengenai pendidikan, kurangnya tenaga pendidik (guru), serta minimnya akses internet.

Masyarakat desa juga berhak mendapatkan pendidikan tinggi seperti halnya


pendidikan di kota, tetapi kurangnya sarana dan prasarana lembaga pendidikan
mengakibatkan rendahnya minat belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari kutipan Liputan 6 Pagi
SCTV, memberitakan kondisi memprihatinkan Madrasah Ibtidaiyah (SD) Darul Ulum di
pesisir pantai Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Sekolah yang berdiri
sejak 2007 hanya memiliki fisik bangunan semi permanen. Berdinding anyaman bambu dan
berlantai tanah. Tanpa bantuan dari Pemerintah, sekolah tersebut tidak layak untuk dijadikan
tempat belajar peserta didik.

Selain sarana dan prasarana, pola pikir masyarakat desa juga menjadi salah satu
faktor rendahnya kualitas pendidikan. Kebanyakan masyarakat desa masih memandang
bahwa pendidikan tidak terlalu penting. Permasalahan ini semakin diperburuk oleh keadaan
ekonomi mereka, dimana rata-rata ekonomi masyarakat desa lebih rendah daripada
masyarakat yang tinggal di kota, sehingga beberapa anak memilih untuk putus sekolah demi
menikah di usia dini.Hal ini dikarenakan pengetahuan orang tua yang rendah
cenderungmemilih untuk menikahkan anaknya yang masih dibawah umur dan tidak
memikirkan dampak yang akan terjadi. Dikutip dari KOMPAS.com, Rita Pranawati Wakil
Ketua KPAI mengatakan bahwa angka pernikahan dini lebih tinggi terjadi di daerah atau
desa. Berdasarkan data prevalensi pernikahan anak berdasarkan provinsi pada tahun 2016,
Sulawesi Barat menduduki peringkat pertama dengan jumlah pernikahan dini perempuan
berusia di bawah 18 tahun sebanyak 34,22%. Posisi kedua diduduki oleh Kalimantan Selatan
dengan 33,68%, kemudian Kalimantan Tengah sebanyak 33,56%.

Sementara itu, jumlah tenaga pendidik di desa cenderung lebih sedikit dibandingkan
di kota karena sebagian besar penduduk di desa bekerja sebagai petani dan ada juga yang
bekerja di luar kota. Ada sebagian tenaga pendidik atau guru yang ditugaskan di desa, tetapi
mereka menolak dengan alasan fasilitas komunikasi yang buruk dan minimnya akses
transportasi. Hal ini terlihat dari contoh kasus berikut. Sejumlah mahasiswa dari berbagai
perguruan tinggi di Makassar, berunjukrasa memperingati Hari Pendidikan Nasional di Tol
Reformasi, Makassar, Sulsel, Kamis (2/5/14). Sejumlah mahasiswa yang berunjukrasa
meminta pemerintah lebih serius dalam menangani jumlah guru yang menurut mereka hampir
80% jumlah guru tersebar di kota dan 20% sisanya tersebar di desa. Jika hal ini tidak segera
ditangani maka penduduk desa akan terus terbelakang dan kualitas pendidikannya akan
semakin rendah.

Faktor yang terakhir adalah minimnya akses internet di desa. Di zaman modern
seperti saat ini pendidikan tidak hanya diperoleh melalui lembaga pendidikan seperti sekolah
dan perguruan tinggi. Akan tetapi, kita juga bisa memperoleh pendidikan melalui internet dan
semua orang bisa mengaksesnya dimanapun dan kapanpun mereka berada. Sejak adanya
pandemi Covid-19 proses kegiatan belajar mengajar antara guru dan peserta didik yang
semula tatap muka kini berganti dengan pembelajaran secara daring, sehingga baik guru
maupun peserta didik sangat membutuhkan akses internet yang stabil.

Banyak permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran daring, salah satunya
terkendala jaringan yang banyak dikeluhkan oleh guru maupun peserta didik. Hal ini dialami
oleh hampir semua orang terutama di daerah pedesaan yang tidak terjangkau akses internet,
sehingga proses pembelajaran daring menjadi terkendala dan banyak peserta didik yang
akhirnya tidak mengikuti pembelajaran. Kestabilan akses internet memiliki peran penting
dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan baik. Dikutip dari Media Center
Temanggung, Ismiyati Kepala Sekolah SDN 1 Tuksongo yang berlokasi di Desa Nglorog,
Kecamatan Pringasurat, Kabupaten Temanggung mengungkapkan bahwa lokasi tempat ia
mengajar terpencil dan jauh dari jalan raya. Mereka mengalami kesulitan dalam
melaksanakan KBM dikarenakan belum adanya jaringan internet yang memadai, sehingga
mereka masih memanfaatkan jaringan internet dari sekolah lain yang jaraknya kurang lebih 1
km dari sekolah tempat mereka mengajar.

Permasalahan di atas bisa diatasi dengan memperbaiki bangunan yang sudah tidak
layak untuk ditempati ataupun membangun ruangan-ruangan, seperti perpustakaan,
laboratorium, kantin dan ruang kesehatan yang terdapat di desa, sehingga minat belajar
peserta didik akan semakin meningkat. Pemerintah juga harus memberikan sosialisasi
mengenai pendidikan kepada penduduk desa agar mereka memahami betapa pentingnya
pendidikan dan tidak membiarkan anak mereka menikah di usia dini.Karena seseorang yang
memiliki pendidikan tinggi akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu, seseorang
yang berprofesi sebagai guru harus memiliki pemikiran serta kesadaran bahwa mereka bisa
membangun pendidikan yang layak di desanya sehingga desa mereka tidak terbelakang
dalam hal pendidikan. Pemerintah dan Penyelenggara Jasa Internet (ISP), seharusnya
membangun infrastruktur telekomunikasi, seperti satelit, dengan menggunakan VSAT dan
perangkat wifi di daerah terpencil.

Pendidikan berperan dalam kemajuan bangsa karena dengan pendidikan kualitas


sumber daya manusia dapat dikembangkan. Dimana sumber daya manusia merupakan salah
satu aset utama dalam memajukan suatu bangsa. Sehingga generasi penerus bangsa harus
mendapatkan pendidikan yang layak. Akan tetapi, kualitas pendidikan di desa cenderung
lebih rendah dibandingkan dengan pendidikan yang ada di kota.Rendahnya kualitas
pendidikan merupakan permasalah yang cukup serius karena hal ini yang akanmenentukan
kualitas sumber daya nanusia suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah juga harus
memperhatikan pendidikan yang ada di desa karena ada beberapa faktor yang membuat
kualitas pendidikan di desa menjadi rendah sehingga pemerintah harus lebih sigap dalam
menyelesaikan permasalahan pendidikan yang ada di desa. Dengan begitu, kualitas
pendidikan di desa akan semakin meningkat dan tidak akan ada kesenjangan pendidikan yang
terdapat di pedesaan dan perkotaan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. “Minimnya Akses Internet Jadi Kendala Pembelajaran Daring di Daerah
Terpencil”, https://mediacenter.temanggungkab.go.id/berita/detail/minimnya-akses-internet-
jadi-kendala-pembelajaran-daring-di-daerah-terpencildiakses pada tanggal 9 Juni 2022 pukul
06.13

Kompas.com. 2019. “KPAI : Angka Pernikahan Dini Lebih Tinggi di Desa”,


https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2019/03/12/15270731/kpai-angka-pernikahan-
dini-lebih-tinggi-di-desadiakses pada tanggal 8 Juni 2022 pukul 07.24

Liputan 6. 2014. “Potret Pendidikan Daerah


Terpencil”,http://news.liputan6.com/read/2044900/potret-pendidikan-daerah-terpencil
diakses pada tanggal 8 Juni 2022 pukul 07.13

Syukro, Ridho. “Kesenjangan Guru di Kota dan Desa Masih Tinggi”,


http://www.beritasatu.com/pendidikan/123153-kesenjangan-gutu-di-kota-dan-desa-masih-
tinggi.htmldiakses pada tanggal 8 Juni 2022 pukul 07.31

Vito, Benediktus, dkk. Kesenjangan Pendidikan Desa dan Kota, 2 (2), 249-250

Anda mungkin juga menyukai