Anda di halaman 1dari 5

PERPUSTAKAAN DESA MELALUI AUGMENTED REALITY :

MENINGKATKAN AKSES, MEMPERBAIKI KUALITAS, DAN


MENGISPIRASI KOLABORASI PEMBELAJARAN
Penulis: JOHANNES DE BRITTO

Pendidikan adalah pilar utama dalam kemajuan suatu Masyarakat, dan akses
yang merata serta kualiatas pembelajaran yang baik menjadi persyaratan paling utama
untuk memastikan hak pendidikan merata. Namun, saat ini tantangan untuk
menghadirkan pendidikan yang berkualitas yang dapat diakses oleh seluruh
masyarakat usia produktif yang tersebar di seluruh desa di Indonesia menjadi
tantangan dan perhatian khusus. Hal ini desebabkan oleh masih sulitnya anak – anak
sekolah untuk dapat mengakses Teknologi Pendidikan di desa terpencil. Pada era
digitalisasi saat ini terjadi fenomena digital yang sedang ramai di kalangan
Masyarakat.Saat ini, fasilitas Pendidikan di desa menghadapi sejumlah tantangan
yang kompleks, seperti keterbatasana sarana prasanana dalam perpustakaan untuk
menunjang kegiatan belajar anak didik di sekolah. Kehadiran berbagai macam
inovasi digital di Tengah Masyarakat mampu mengubah kehidupan bermasyarakat. Di
zaman digital saat ini telah berkembang sangat pesat di tengah kalangan Masyarakat
suatu teknologi yang berbasis multimedia yaitu Augmented Reality (AR). Augmented
Reality adalah teknolgi baru dalam bidang multimedia yang dibuat untuk
memperpadukan objek dua dimensi dan tiga dimensi di dunia maya dengan objek
nyata pada lingkungan asli. Augmented Reality dapat memproyeksikan segalam
bentuk objek virtual dengan lingkungan nyata untuk memberikan pengalaman lebih
kepara pengguna melalui perangkat lunak dan perangkat keras.
Dampak dari tantangan aksesibilitas dan kualitas pembelajaran yang dihadapi
oleh anak = anak sekolah di desa – desa Indonesia tidak dapat diabaikan. Masih ada
kesenjangan yang signifikan dalam hal sumber daya dan sarana Pendidikan antara
Masyarakat desa dan perkotaan yang dapat menghambat perkembangan potensi
generasi muda di pedesaan. Berdasarkan data terbaru, pada tahun 2022, peringkat
Pendidikan Indonesia tetap berada di posisi ke-67. Hal ini mencerminkan tantangan
yang masih dihadapi dalam peningkatan kualitas di negara ini. Rendahnya peringkat
Pendidikan negara Indonesia merupakan tantangan dan masalah serius yang sedang di
hadapai negara ini. Peran pemerintah dalam menangani masalah ini sangat diperlukan
guna menjadi solusi dari masalah ini. Keterbatasan sarana Pendidikan di Indonesia
terutama di desa – desa terpencil menajadi salah satu faktor yang mengambat
pertumbuhan laju Pendidikan di desa. Anak didik di sekolah kesulitan mendapatkan
informasi dan materi pembelajaran dikarenakan minimnya fasilitas buku da materi
ilmu pengetahuan di perpustakaan yang ada pada sekolah. Sulitnya mengakses
perpustkaan yang layak di sekolah bukan menjadi factor satu satunya yang menjadi
tantangan. Kualitas sumber daya buku, kurangnya tenaga perpustkaan yang mumpuni
serta rendahnya minat baca siswa yang sangat rendah membuat kualitas Pendidikan di
desa menjadi terganggu. Berdasarkan statistic dari The United Nation Education,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan minat baca Masyarakat
Indonesia, sangatlah rendah yaitu hanya 0,001%. Hal itu menjadikan hanya ada satu
orang Indonesia yang raji membaca dari 1.000 orang di negeri ini. Selain itu, tingkat
melek huruf orang dewasa di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik(BPS), hanya sekitar 48,41% penduduk Indonesia yang
memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai. Faktor tersebut menjadi
tantangan yang sangat kompleks untuk memecahkan masalah Pendidikan yang ada di
desa di seluruh wilayah Indonesia.
Masalah yang rumit menjadi tantangan tersendiri dalam dunia Pendidikan di
Indonesia. Kurangnya sarana perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi
dan ilmu pengetahuan di sekolah serta minimnya minat baca Masyarakat di Indonesia
menjadikan kualitas Pendidikan di desa menjadi terhambat. Dampak dari masalah ini
akan mengakibatkan sulit berkembangnya Pendidikan di desa. Keterhambatannya
Pendidikan di desa bisa mengakibatkan terganggunya kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Hal ini juga diperparah dengan angka putus sekolah. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik angka putus sekolah di Indonesia masih cukup tinggi, pada
tahun 2022 angka putus sekolah pada anak SD 0,80%, SMP 7,77% dan pada anak
SMA 24,56%. Fakta buruk ini menjadi tantangan berat yang harus benar benar
diperhatikan. Mengingat pada tahun 2045 Indonesia akan mengalami yang Namanya
bonus demografi dimana usia produktifnya lebih banyak daripada usia tidak
produktif, tetapi jika kondisi Pendidikan kita tidak menunjukan perubahan yang
signifikan, bonus demografi yang akan kita alami di tahun 2045 akan menjadi
malapetaka pengagguran dimana anak muda di usia produktif tidak bisa menyalurkan
kemampuannya untuk bekerja dikarenakan memiliki keterbatasan latar belakang
Pendidikan.
Masalah – masalah yang compleks yang dihadapi oleh dunia Pendidikan
Indonesia terutama di desa – desa menuntut suatu solusi yang inovatif. Perlu kita
sadari Bersama bahwa Pendidikan adalah pilar utama dalam kemajuan bangsa apabila
terjadi masalah seperti kurangnya fasilias berupa perpustkaan di desa dan rendahnya
minat baca Masyarakat Indonesia dapat sangat mempengaruhi laju pertumbuhan
Pendidikan di Indonesia. Bonus demografi yang akan terjadi pada tahun 2045 tidak
boleh disia-siakan oleh sebab itu peran teknologi terbarukan berbasis multimedia
yaitu Augmented Reality sangat diperlukan dalam menunjang minimnya fasilitas
perpustkaan di desa dan meningkatkan minat baca anak sekolah di desa. Augmented
Reality dapat digunakan untuk menunjang fasilitas pengganti perpustkaan di seolah-
sekolah yang ada di desa. Dengan menghadirkan animasi maupun objek 2 dimensi
dan 3 dimensi, solusi ini akan memberikan dampak baik untuk pembelajaran dan
meningkatkan minat baca anak sekoah di desa.
Implementasi nyata Augmented Reality dalam meningkatkan akses dan
kualitas Pendidikan di desa merupakan salah satu solsusi kongkrit untuk mengatasi
tantangan Pendidikan saat ini. Penerapan teknologi ini terhadap siswa diyakini dapat
meningkatkan minat belajar dan minat baca. Teknologi Augmented Reality bisa
membantu menunjang fungsi perpustkaan sebagai tempat untuk mencari informasi
dan ilmu pengetahuan. Siswa yang menggunakan teknologi ini dapat mengakses
informasi dan ilmu pengetahuan dengan luas. Objek dan animasi yang ada di dalam
teknologi Augmented Reality mampu meningkatkan minat belajar siswa dan
meningkatkan minat baca siswa terhadapa ilmu pengetahuan. Hal ini akan sangat
menguntungkan dikarenakan meningkatnya minat baca akan meningkatkan juga
kualitas Pendidikan di desa. Meningkatnya kualitas Pendidikan didesa juga diiringi
dengan kolaborasi Masyarakat akan menghasilkan sumber daya manusia yan unggul
dari desa.
Dalam menghadapi tantangan akses dan kualitas Pendidikan di desa.
Teknologi Augmented Reality bisa menjadi solusi kongkrit untuk meyediakan layanan
pembelajaran di sekolah. Teknologi ini mampu memberikan informasi dan animasi
ilmu pengetahuan yang interaktif dan efektif guna meningkatkan minat belajar dan
minat baca anak sekolah. Dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas Pendidikan
desa mneggunakan teknologi Augmented Reality perlu adanya upaya bersama untuk
pengadaan fasilitas dan pelatihan tenaga pendidik agar siswa dapat menggunakan
teknologi ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Z. (2023, Agustus 18). Bukan Cuma Teknologi, Pendidikan RI Butuh Ini. Retrieved from
cnbcindonesia: https://www.cnbcindonesia.com

Dewi, N. A. (2022, September 22). Apa itu Augmented Reality (AR): Pengertian, Contoh,
Kelebihan, Kekurangan, & Cara Kerjanya. Retrieved from sekawanmedia:
https://www.sekawanmedia.co.id

Febrianty, I. L. (2023, September 19). Mengungkap Kenyataan: Tantangan Rendahnya Minat


Baca di Indonesia. Retrieved from kumparan: https://kumparan.com

Susenas. (2020 - 2022). Angka Anak Tidak Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis
Kelamin 2020-2022. Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai