Anda di halaman 1dari 169

LAPORAN HASIL WAWANCARA DAN OBSERVASI

MASALAH-MASALAH AKTUAL PENDIDIKAN DI INDONESIA

KELOMPOK 6

1. LISENSIA LORENZA (A1C321001)


2. REMA MELA SARI (A1C321009)
3. ROIMAN ALEXANDER SILITONGA (A1C321016)
4. CHAIRATUNISA (A1C321025)

DOSEN PENGAMPU:
DWI AGUS KURNIAWAN S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan


Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di
Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan
untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara
berkembang.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena


lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali
memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan
bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak
pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya
memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang
membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang
baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus
dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.

Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan


yang harus dihadapi, seperti halnya pada bidang pendidikan. Pendidikan
merupakan komponen terpenting dalam upaya mencerdaskan anak bangsa dan
memajukan bangsa ke arah yang lebih baik guna mengatasi berbagai
permasalahan di Indonesia.

Generasi muda adalah pemegang kendali untuk bangsa ini di masa yang akan
datang. Namun, permasalahan pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya
dapat diatasi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya sistem
pendidikan di Indonesia, seperti kurang optimalnya pelaksanaan sistem

1
pendidikan, kurangnya kepedulian terhadap pendidikan, serta keterbatasan dana
pendidikan yang membuat pendidikan di Indonesia semakin terpuruk.

Berdasarkan data Indeks Pembangunan Pendidikan pada tahun 2008,


Indonesia memperoleh nilai 0,934. Nilai tersebut membuat Indonesia berada
pada posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. Jika kepedulian terhadap pendidikan
terus dibiarkan, lama kelamaan akan membuat pendidikan di Indonesia
terhanyut dalam arus keterbelakangan.

Sebenarnya kurikulum di Indonesia tidak kalah dengan negara maju


lainnya, hanya saja pelaksanaannya yang kurang optimal seperti kurangnya
tenaga pendidik untuk daerah pedalaman yang membuat anak-anak di sana
mengalami ketertinggalan dalam pendidikannya. Tidak hanya itu, kurangnya
kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya pendidikan membuat
para pendidik kurang dihargai. Padahal dalam membentuk generasi muda yang
lebih maju dan modern membutuhkan peran seorang pendidik. Keterbatasannya
dana dan fasilitas di sekolah yang disediakan pemerintah juga menjadi faktor
terpuruknya sistem pendidikan di Indonesia. Banyak generasi muda yang tidak
memiliki kesempatan dalam mengenyam pendidikan sehingga harus berhenti
bersekolah.

Megawati (2018) Permasalahan demi permasalahan pendidikan di


Indonesia dituai tiap tahunnya. Permasalahan pun muncul mulai dari aras input,
proses, sampai output. Ketiga aras ini sejatinya saling terkait satu sama lain.
Input mempengaruhi keberlanjutan dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran pun turut mempengaruhi hasil output. Seterusnya, output akan
kembali berlanjut ke input dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi atau
masuk ke dalam dunia kerja, dimana teori mulai dipraktekkan.

Agustang, dkk Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat


rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain.
Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan
standardisasi pendidikan yang masih

2
kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya
yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas


Pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World
Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah,
yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan
masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat
sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh.
Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan
nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya
keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena
beberapa hal yang mendasar.
Permasalahan Pendidikan di indonesia ini sangatlah rumit, baik itu dari segi
fasilitas Pendidikan yang memadai, kesejahteraan guru yang belum mencukupi,
dan terakhir sistem Pendidikan yang masih di rasa belum maksimal. Sehingga
perlu banyak evaluasi dari permasalahanpermasalahan yang ada minimal dari
apa yang kita telah rasakan, baik itu dari jenjang SD maupun sampai perguruan
tinggi.

3
1. 2 Rumusan Masalah

1. 2. 1 Bagaimana identifikasi masalah aktual Pendidikan di Indonesia?


1. 2. 2 Bagaimana analisis kritis masalah aktual Pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan penulisan

1.3. 1 Untuk mengetahui identifikasi masalah aktual Pendidikan di Indonesia


1.3. 2 Untuk mengetahui analisis kritis masalah aktual Pendidikan di Indonesia

1.4 Manfaat
1.4.1agar tenaga pendidik dapat menerapkan cara mengajar yang berkualitas
dan bermutu untuk disampaikan kepada para siswa
1.4.2a gar mahasiswa mengetahui cara penerapan belajar mengajar yang
berkualitas dalam sekolah menengah atas (SMA)

4
BAB II
ISI

2.1 Kajian Teoritis

2.1. 1 Identifikasi masalah aktual Pendidikan di Indonesia

1. KUALITAS GURU
Salah satu fenomena abad ini adalah munculnya pendidikan sebagai daya utama
(major force) dalam perkembangan manusia. Pendidikan yang membedakan orang
yang berpartisipasi aktif dalam ekonomi nasional, memiliki kehidupan menarik dan
kaya nuansa keterlibatan intelektual dan sosial, membedakan yang cakap dengan
yang kurang cakap (Umbu Tagela Ibi Leba & Sumardjono Padmomartono, 2014:
1).

Sebagai bagian dari yang utama dalam kehidupan, dalam dunia pendidikan
dikenal pendidik dan yang dididik, pendidik adalah orang yang mengajarkan
pendidikan kepada orang yang dididik dan orang yang dididik adalah orang yang
menerima didikan dari pendidik, sehingga pendidik dan orang yang dididik
memiliki hubungan yang saling timbal balik. Pendidik bukanlah orang yang hanya
berasal dari latar belakang sarjana pendidikan ataupun sekolah tinggi pendidikan,
tapi seorang pendidik dapat juga dari orang-orang dekat yang ada disekitar kita,
contohnya adalah orang tua kita, dimana kita mendapatkan pendidikan yang
pertama adalah dari orangtua kita sendiri.

Tenaga pendidik banyak kita ketahui di negara kita Indonesia, dan tenaga
pendidik yang sudah melekat dipikiran kita adalah sosok seorang guru. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 377) guru adalah orang yang pekerjaannya
(mata pencahariannya) mengajar. Dengan demikian, orang-orang yang profesinya
mengajar disebut sebagai guru. Seorang guru adalah guru yang harus memiliki
kualitas dalam pengajaran dan pendidikan didalam ruang kelas, seorang guru harus

5
memiliki kualitas yang dapat membuat dirinya menjadi sosok pendidik yang
profesional.

Kualitas seorang guru merupakan suatu masalah yang pada saat ini menjadi viral
dikarenakan banyak masyarakat, oknum pendidikan, mahasiswa, dan lain
sebagainya yang memberi kritikan positif dan negatif terhadap kualitas seorang
guru yang mengajar di sekolah yang ada di Indonesia. Kritikan yang ditujukan
adalah kritik terhadap kompetensi guru, profesionalitas, kepribadiannya, serta
peningkatan kualitas pendidikan.

Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya


tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak
berdiri sendiri, tapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti latar belakang
pendidikan, pengalaman mengajar dan lama mengajar. Pengembangan kompetensi
merupakan suatu proses konsolidasi dalam memahirkan seperangkat keterampilan
yang dibutuhkan untuk mencapai domain kehidupan. Kompetensi guru dinilai
penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, yang dapat dijadikan
pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru. Kompetensi
guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti.
Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme guru. Guru yang profesional
adalah guru yang kompeten (berkemampuan) (Muh. Ilyas Ismail , 2010: 54).

Kompetensi guru pada dasarnya sangat sulit untuk dipilah-pilah sebab banyak
sekali kompetensi guru yang ada, tetapi semuanya bukanlah secara umum. Menurut
(Muh. Ilyas Ismail, 2010: 54) dikatakan bahwai kompetensi guru secara teoritis
dikaji secara terpisah berdasarkan UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen.
Adapun standar kompentensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar mendapat
sertifikasi untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagai tenaga kependidikan
yaitu meliputi:1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi
sosial, dan (4) kompetensi profesional.

Kompetensi Pedagogik

Pedagogik mempunyai arti ilmu mendidik. Kompetensi pedagogik merupakan


suatu performansi (kemampuan) seseorang dalam bidang ilmu pendidikan. Untuk

6
menjadi guru yang profesional harus memiliki kompetensi pedagogik. Seorang
guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan dan
keterampilan pada bidang profesi kependidikan. Menurut Depdiknas pengetahuan
dan pemahaman yang harus dimiliki seorang guru sebagai profesi kependidikan
meliputi: a) peserta didik, b) teori belajar dan pembelajaran, c) kurikulum dan
perencanaan pengajaran, d) budaya dan masyarakat sekitar sekolah, e) filsafat dan
teori pendidikan, f) evaluasi, g) teknik dasar dalam mengembangkan proses belajar,
h) teknologi dan pemanfaatannya dalam pendidikan, i) penelitian, j) moral, etika
dan kaidah profesi. Jika ditinjau dari wawancara yang kami lakukan terhadap guru
fisika di SMA masing-masing, kami menemukan bahwa kompetensi pedagogik
guru fisika di setiap SMA berbeda, bahkan sangat jauh berbeda. Ada guru fisika
tersebut mengajar materi fisika hanya dengan memberi tugas, ada yang menjelaskan
materi secara konsep menyeluruh, ada memberikan kuis dalam pengajaran materi,
dan lain sebagainya. Melalui hal-hal tersebutlah dapat diambil kesimpulan bahwa
kompetensi pedagogik mempengaruhi profesionalitas seorang guru dalam
mendidik.

Menurut Ratna Wahyu Wulandari & Mundilarto (2016: 92) Kompetensi seorang
guru yang profesional memilki kaitan erat dengan rumusan dari Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 4. Rumusan tersebut menjelaskan tentang
ukuran penting yang menjadikan guru dianggap sebagai sebuah profesi, yaitu (1)
menjadi sumber penghasilan kehidupan; (2) memerlukan keahlian; (3) memerlukan
kemahiran; (4) memerlukan kecakapan; (5) adanya standar mutu atau norma
tertentu; dan (6) memerlukan pendidikan profesi. Jadi seorang guru yang memiliki
kemampuan pedagogik yang bagus dan berkualitas harus memiliki sifat profesional
dalam mendidik, karena zaman sekarang ini hanya guru yang memiliki kualitas
yang bagus yang dicari oleh banyak instansi pendidikan.

Mengapa kompetensi pedagogik ini sangat penting? Valente dikutip dalam


(Muh. Ilyas Ismail, 2010: 57-58) menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik
merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting. Kemudian dikemukakan
bahwa: This kind of competency is the main problem related to the didacted and
methodology used in classroom teaching. Kompetensi pedagogik meliputi

7
pemahaman tentang: (a) sifat, ciri, dan perkembangan anak didik, (b) konsep-
konsep pendidikan yang berguna membantu anak didik, (c)metodologi
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak didik, dan (d) sistem evaluasi
yang baik dan tepat. Pada bidang pedagogik, seorang guru harus memiliki
kompetensi: a) mampu mengidentifikasi dan memahami karakteristik peserta didik
dari aspek sosial, moral, kultural, emosional dan intelektual, b) mampu
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya, c) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, d) mampu merancang pembelajaran yang mendidik,
e) mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik, f) mampu merancang
penilaian proses dan hasil belajar, g) mampu melaksanakan penilaian proses dan
hasil belajar, dan h) mampu menggunakan hasil penilaian untuk berbagai
kepentingan pembelajaran dan pendidikan.

Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian guru menurut undang- undang guru dan dosen adalah
kompetensi yang berkaitan dengan pribadi seseorang guru yang yang mantap,
berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan
berahlak mulia. (Mualimul Huda, 2017: 245)

Menurut Mualimul Huda (2017: 246), dalam proses belajar-mengajar, guru


memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah terletak
keberhasilan proses belajar-mengajar, untuk itu guru merupakan faktor yang sangat
dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di samping
faktor-faktor lainnya. Dengan demikian, untuk mencapai hal tersebut, guru harus
memiliki kemampuan dasar dalam melaksanakan tugasnya. Salah satu kemampuan
tersebut adalah kemampuan pribadi guru itu sendiri. Menurut Cece Wijaya dalam
Mualimul Huda (2017: 246), kemampuan pribadi guru dalam proses belajar-
mengajar, ditandai dengan beberapa indikator sebagai berikut:

a. Kemantapan dan Integritas Pribadi

Seorang guru dituntut untuk bekerja teratur dan konsisten, serta kreatif dalam
menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Menurut Oemar Hamalik, yang dikutip

8
oleh Cece Wijaya dan dikutip oleh Mualimul Huda:“Kemantapannya dalam
bekerja, hendaknya merupakan karakteristik pribadinya, sehingga pola hidup
seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai pendidik. Kemantapan dan integritas
pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu proses
belajar yang sengaja diciptakan.”Kemantapan pribadi berpengaruh terhadap tugas
yang dijalankannya, demikian juga kemantapan pribadi guru dalam melaksanakan
proses belajar-mengajar akan berpengaruh terhadap situasi belajar-mengajar yang
diselenggarakannya.

b. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan

Guru harus peka baik terhadap apa yang sedang berlangsung di sekolah maupun
yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan
di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Untuk
itu kemampuan penelitian merupakan karakteristik yang mutlak harus dikuasai oleh
guru walaupun dalam bentuk dan sifat yang sederhana,sebab dewasa ini
penggunaan teknologi seperti komputer, TV dan video sudah sering kita lihat dan
alami, terutama oleh warga kota besar.22 Pembaruan (sering dalam bentuk
eksperimen) dalam pengertian kependidikan merupakan suatu upaya lembaga
pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan
jalan memperkenalkan program kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru
sebagai jawaban atas perkembanagan internal dan eksternal dalam dunia
pendidikan yang cenderung mengejar efisiensi dan keefektifan. Pembaruan
mengiringi perputaran zaman yang tak henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun
waktu yang telah ditentukan.

c. Berpikir Alternatif

Sebelum menyajikan bahan pelajaran, guru harus sudah menyiapkan berbagai


kemungkinan permasalahan yang akan dihadapinya beserta alternatif
pemecahannya. Ini dimaksud untuk menghindari verbalisme dan absolutisme.
Untuk itu, Panduan Belajar untuk setiap pelajaran harus dibuat setiap awal
caturwulan atau awal semester. Guru harus mampu berpikir dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar. Minimal guru

9
harus mampu memberikan berbagai alternatif jawaban dan memilih salah satu
alternatif untuk kelancaran proses belajar-mengajar dan peningkatan mutu
pendidikan, atau guru harusmampu memilih jalan tertentu untuk memecahakan
persoalan yang dihadapinya demi ketenangan dan aktivitas proses belajar-mengajar
yang berkadar tinggi sehingga proses belajar-mengajar tersebut berhasil dengan
baik.

d. Jujur, adil, dan Objektif

Adil, jujur, dan objektif dalam melakukan pembelajaran dan juga penilaian
terhadap siswa merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru. Sifat-sifat ini
harus ditunjang oleh penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral dan nilai-nilai
sosial budaya yang diperolehnya dari kehidupan masyarakat dan bernegara serta
pengalaman belajar yang diperolehnya. Adil artinya menempatkan sesuatu pada
tempatnya, sedangkan jujur adalah tulus ikhlas dan menjalakan fungsinya sebagi
guru, sesuai dengan peraturan yang berlaku, tidak pamrih, dan sesuai pula dengan
norma-norma yang berlaku. Objektif artinya benar-benar menjalankan aturan dan
kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih, tidak memandang bahwa siswa itu
familinya, atau anak si A, si B,dan seterusnya. Sifat-sifat tersebut di atas harus
dimiliki oleh guru guna mencapai hasil belajar-mengajar yang sesuai dengan cita-
cita, harapan, dan tujuan pendidikan sehingga mutu pendidikan yang diharapkan
benar-benar tercapai.

e. Berdisiplin dalam Melaksanakan Tugas

Beberapa indikator yang dapat dikemukakan agar disiplin dapat dibina dan
dilaksanakan dalam proses pendidikan sehingga mutu pendidikan dapat
ditingkatkan adalah dengan melaksanakan tata tertib dengan baik, baik bagi guru
maupun siswa, karena tata tertib yang berlaku merupakan aturan dan ketentuan
yang harus ditaati oleh siapapun demi kelancaran proses, taat terhadap kebijakan
dan kebijakan yang berlaku, menguasai diri dan intropeksi.

f. Ulet dan tekun bekerja

10
Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih
merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Siswa akan memperoleh imbalan dari
guru yang menampilkan pribadi utuh yang bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa
pamrih. Guru tidak akan berputus asa apabila menghadapi kegagalan, dan akan
terus berusaha mengatasinya. Guru harus ulet dan tekun dalam bekerja sehingga
program pendidikan yang telah digariskan dalam kurikulum yang telah ditetapkan
berjalan sebagaimana mestinya. Keuletan dan ketekunan bekerja merupakan faktor
pendorong keberhasilan. Demikian juga dalam proses belajar-mengajar, ketekunan
dan keuletan yang dimiliki guru merupakan salah satu pendorong keberhasilan
proses belajar-mengajar.

g. Berusaha memperoleh hasil kerja yang baik

Dalam mencapai hasil kerja, guru diharapkan selalu meningkatkan diri, mencari
cara-cara baru, agar mutu pembelajaran selalu meningkat, pengetahuan umum yang
dimilikinya selalu bertambah dengan menambah bacaan berupa majalah, harian,
dan sebagainya. Dengan adanya usaha untuk menambah pengetahuan, pemahaman,
dan ketrampilan, sudah barang tentu kemampuan guru akan bertambah pula
sehingga dalam mengelola proses belajar-mengajar tidak akan mendapat kesulitan
yang berarti.

h. Simpatik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak

Sifat-sifat itu memerlukan pematangan pribadi, kedewasaan sosial dan


emosional, pengalaman hidup bermasyarakat, dan pengalaman belajar yang
memadai, khususnya pengalaman dalam prakter mengajar. Oleh karena itu, guru
harus menguasai benar hal yang berhubungan dengan sifat tersebut di atas.
Keluwesan merupakan faktor pendukung untuk disenangi para siswa dalam proses
belajar-mengajar karena dengan sifat ini guru akan mampu bergaul dan
berkomunikasi dengan baik dengan sesama teman sejawat. Kebijaksanaan dan
kesederhanaan akan menjalin keterkaitan batin guru dengan siswa. Dengan adanya
keterkaitan tersebut, guru akan mampu mengendalikan proses belajar-mengajar
yang di selenggarakannya.

11
i. Bersifat Terbuka, Kreatif dan berwibawa
Kesiapan mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja, baik
dengan murid, orang tua, teman sekerja, ataupundengan masyarakat sekitar sekolah,
merupakan salah satu tuntutan terhadap guru. Ia diharapkan mampu menampung
aspirasi berbagai pihak sehingga skolah menjadi agen pembangunan daerah dan
guru bersedia menjadi pendukungnya. Ia akan terus berusaha meningkatkan serta
memperbaiki suasana kehidupan sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan
berbagai pihak. Adapun sebagian dari cirri guru yang terbuka adalah guru yang
memberikan kesempatan bertanya pada peserta didk, serta menyalurkan keinginan
belajar siswanya.Kewibawaan disini adalah pengakuan dan penerimaan secara
sukarela terhadap pengaruh atau anjuran yang datang dari orang lain. Kewibawaan
harus dimiliki oleh guru, sebab, dengan kewibawaan, proses belajar-mengajar akan
terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib. Dengan demikian kewibawaan
bukan berarti siswa harus takut kepada guru,melainkan siswa akan taat dan patuh
pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru.Selain
beberapa kerekteristik diatas, yang juga termasuk karakteristik kompetensi
kepribadian guru ialah memberikan bimbingan dan penyuluhan. Dalam mencapai
tujuan pembelajaran diperlukan dukungan dari berbagai komponen
pembelajaran,salah satunya adalah siswa sebagai obyek pembelajaran. Kenyataan
dilapangan banyak dijumpai kendala-kendala yang dihadapi guru untuk
mengantarkan murid-muridnya menguasai pelajaran, atau yang sering disebut
sebagai kesulitan belajar. Hal ini sangatlah wajar terjadi karena memang siswa atau
peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu sama lain. Mulai dari
latar belakang keluarga, ekonomi, orang tua ,kecerdasan siswa, lingkungan dan
sebagainya Maka dari sinilah diperlukan peran seorang guru untuk memberikan
bimbingan terhadap muridnya.

Kompetensi Sosial

Menurut Suharsimi dikutip dalam M. Hasbi Ashsiddiqi (2012: 62) kompetensi


sosial berarti bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial dengan
siswa, sesama guru, kepala sekolah dan masyarakatnya. Kemampuan komunikasi

12
guru tersebut sangat menentukan sikap siswa terhadap guru, karena dari komunikasi
dapat membuat suasana kelas menjadi bersahaja.

Suharsimi Arikunto dalam M.Hasbi Ashsiddiqi (2012: 63) mengemukakan,


kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi dengan
siswa. Beberapa pendapat mengenai karakteristik guru yang memiliki kompetensi
sosial. Menurut Musaheri, karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial
adalah berkomunikasi secara santun dan bergaul secara efektif.Berkomunikasi
secara santun. Made Pidarta dalam bukunya Landasan Kependidikan, menuliskan
pengertian komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang
kepada orang lain atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai
untuk mengadakan komunikasi. Alat dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Melalui pembicaraan dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik, halus,
kasar dan keras bergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat orang yang
berbicara.

2) Melalui mimik, seperti raut muka, pandangan dan sikap.

3) Dengan lambang, contohnya bicara isyarat untuk orang tuna rungu,


menempelkan telunjuk di depan mulut, menggelengkan kepala, menganggukkan
kepala, membentuk huruf “O” dengan tujuan dengan tangan dan sebagainya.

4) Dengan alat-alat, yaitu alat-alat eletronik, seperti radio, televisi, telepon dan
sejumlah media cetak seperti; buku, majalah, surat kabar, brosur, dan sebagainya.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut Gordon sebagaimana dikutip oleh Suwardi


menulis bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru yaitu:

1) Baik guru maupun siswa memiliki keterbukaan, sehingga masing-masing pihak


bebas bertindak dan saling menjaga kejujuran, membutuhkan, dan saling berguna.

2) Baik guru maupun siswa merasa saling berguna

3) Baik guru maupun siswa menghargai perbedaan, sehingga berkembang


keunikannya, kreativitasnya, dan individualisasinya

13
4) Baik guru maupun siswa merasa saling membutuhkan dalam pemenuhan
kebutuhannya.

Kompetensi Profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c


dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional guru merupakan
kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik yang
meliputi penguasaan pedagogic, pengetahuan, metodologi, manajemen, dan
sebagainya yang tercermin dalam kinerja di lingkungan pendidikan.

Menurut Agus Dudung dalam jurnalnya, Jurnal Kesejahteraan dan Keluarga


Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan
berhasil (Uno, 2008). Maka Kompetensi profesional guru adalah sejumlah
kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian di
bidang pendidikan atau keguruan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan
dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang
studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan dan mempunyai
ketrampilan dalam teknik mengajar.

2. MEDIA BELAJAR

Menurut Heinrich dalam Cepy Riana (1993) media merupakan alat saluran
komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
"medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a
source) dengan penerima pesan (a receiver). Media sangat berguna bagi pendidik
dan anak didik karena dengan adanya media belajar, maka pembelajaran yang
dilakukan dapat berlangsung dengan baik dan logis.

14
Media-media belajar dapat berupa media visual, media audio, dan media audio
visual. Media-media belajar menurut Susanti dan Affrida Zulfiana (2017) yaitu
sebagai berikut:

1. Media visual

Media Visual adalah suatu alat atau sumber belajar yang di dalamnya berisikan
pesan, informasi khususnya materi pelajaran yang di sajikan secara menarik dan
kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera pengelihatan. Jadi media visual
ini tidak dapat di gunakan untuk umum lebih tepetnya media ini tidak dapat di
gunakan oleh para tunanetra. Karena media ini hanya dapat di gunakan dengan
indera pengelihatan saja.

Media belajar visual ini memiliki banyak jenis, misalnya gambar atau foto, peta
konsep, diagram, grafik, poster dan globe.

Kelebihan :

1) Dapat di analisis lebih mudah, selain itu media visual juga dapat mempermudah
ppeserta didik dalam memahami materi dan juga membuat peserta didik untuk
berfikir lebih kritis, dan juga materi yang disajikan dengan menggunakan media
visual akan lebih mudah diingat oleh peserta didik.

2) Dapat megatasi keterbatasan pengetahuan yang di miliki oleh peserta didik.


3) Dapat membagkitkan keinginan dan minat baru untuk belajar.
4) Menigkatkan daya tarik peserta didik terhadap materi yang di sajikan dengan
mengunakan media visual.
5) Mudah untuk diaplikasikan.
6) Tahan lama sehingga peserta didik dapat membaca atu melihatnya berkali kali.
Kekurangan :
1) Kurang praktis dalam penggunaanya.
2) Hanya berupa gambar dan tulisan saja sehingga media ini tidak dapat di terapkan
untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus, salah satunya adalah tunanetra.
Media ini tidak di lengkapi dengan suara jadi kurang menarik.

15
3) Biaya produks cukup mahal karena sebelum menggunakn media ini harus
menyetak atu membuat dan megirimkannya sebelum dapat dinikmati oleh
masyarakat.

2. Media Audio

Media Audio adalah atau media dengar adalah jenis media pembelajaran atau
sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yangdisajikan secara
menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera pendegaran saja.
Karena media ini hanya berupa suara. Jenis-jenis media audio antara lain ialah
laboratorium bahasa, radio, alat perekam, dan lain-lain.

Kelebihan :
1) Biaya yang harus dikeluarkan hanya sedikit (harganya murah)

2) Media mudah dibawa dan di pindahkan, sehingga mudah dalam penggunaanya.

3) Materi dapat diputar kembali


4) Dapat merangsan keaktifan pendegaran peserta didik, dan juga dapat
mengembangkan daya imajinasi seperti menulis, menggambar dan sebagainya.
Kekurangan:
1) Media ini bersifat abstrak karena hanya berupa suara saja sehingga pada hal hal
tertentu juga memerlukan bantuan visual.
2) Karena media audio ini bersifat abstrak pemahaman pengertiannya hanya bisa di
kontrol melalui kata-kata atau bahasa, serta susunan kalimat.
3) Media ini akan berhasil jika diterapkan bagi mereka yang sudah mempunyai
kemampuan dalam berfikir abstrak.
4) Media ini tidak dapat diterapkan oleh peserta didik yang berkebutuhan khusus
lebuh tepatnya bagi mereka yang tidak bisa mendengar ( tuna rungu).

3. Media Audio Visual

Media audio visual adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar yang
berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dan kreatif dengan
menggunakan indra pendengaran dan penglihatan. Media ini berupa suara dan
gambar.Macam – macam media audio visual

16
Menurut Djamarah dikutip dalam Susanti dan Affrida Zulfiana (2017), media audio
visual dibagi menjadi 2 :
1. Audio visual murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari
satu sumber seperti televisi, video kaset, film bersuara.
2. Audio visual tidak murni, yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari
sumber yang berbeda seperti film bingkai suara.

3. METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran adalah sebuah proses sistematis dan teratur yang dilakukan
oleh guru atau pendidik dalam menyampaikan materi kepada siswanya. Hasil
belajar siswa merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran di sekolah,
untuk itu seorang guru perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar,
serta dipraktekkan pada saat mengajar. Untuk menghasilkan prestasi (hasil) belajar
siswa yang tinggi, guru dituntut untuk mendidik dan mengajar siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran
di kelas. Mardiah Kalsum Nasution (2017: 9)

Metode pembelajaran sangat diperlukan dalam kegiatan belajar dikelas. Dengan


adanya metode belajar yang berbeda, maka kondisi pembelajaran dikelas akan
semakin seru dan bermakna. Metode pembelajaran sangat dibutuhkan dalam
sekolah, khususnya bagi pembelajaran di dalam kelas. Trianto dalam Mardiah
Kalsum Nasution (2010: 9) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Pupuh dan Sobry S, dalam
Mardiah Kalsum Nasution (2010: 9) berpendapat makin tepat metode yang
digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian
tujuan pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat ditentukan secara umum,
karena metode belajar dan mengajar setiap guru dan peserta didik adalah berbeda.
Berikut ini beberapa metode belajar yang sering diterapkan oleh seorang pendidik
atau guru:

17
1. Metode Ceramah, yaitu metode pembelajaran yang mana fokus utama guru
dalam mengajar adalah memberi materi pelajaran secara lisan. Metode ini adalah
metode yang biasa dipakai guru dari dulu hingga sekarang.

2. Metode Diskusi, yaitu metode pembelajaran yang diterapkan seorang guru


kepada anak didiknya dengan cara melakukan diskusi kelompok. Metode ini
memiliki tujuan salah satunya adalah agar siswa dapat menjalin kerja sama antar
kelompok dalam menyelesaikan suatu masalah.

3. Metode Eksperimen, yaitu metode pembelajaran yang melakukan kegiatan


praktikum pada suatu laboratorium, yang mana agar siswa dapat secara langsung
memperhatikan materi yang dijelaskan secara teori dapat dijelaskan secara
eksperimen.

4. Metode Mind Mapping, yaitu metode pembelajaran cara berpikir runtut dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan metodenini maka daya berpikir siswa
diuji untuk lebih berpikir kritis.

4. EVALUASI PEMBELAJARAN

1) Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation; dalam bahasa
Arab; al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti; penilaian. Akar katanya adalah
value; dalam bahasa Arab; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai. (Elis
Ratna Wulan dan H.A. Rusdiana, 2013)

Beberapa pengertian tentang evaluasi sering dikemukakan oleh beberapa ahli


seperti: Lessinger (Gibson, 1981: 374), mendefinisikan evaluasi adalah proses
penilaian dengan jalan membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan
kemajuan/prestasi nyata yang dicapai. Wysong (1974), mengemukakan bahwa
evaluasi adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh atau menghasilkan
informasi yang berguna untuk mempertimbangkan suatu keputusan. Uman, (2007:
91), mengemukakan bahwa proses evaluasi adalah untuk mencoba menyesuaikan
data objektif dari awal hingga akhir pelaksanaan program sebagai dasar penilaian
terhadap tujuan program.Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): evaluation

18
refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi
ini, istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu
tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. (Elis Ratna Wulan
dan H.A. Rusdiana, 2013).

Evaluasi pembelajaran sangat diperlukan bagi seorang pengajar. Evaluasi


pembelajaran adalah sesuatu yang menunjukkan keterampilan belajar seorang
siswa jika hasil evaluasinya terlihat bagus. Evaluasi pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh para pengajar di Indonesia adalah evaluasi yang berupa ujian (UTS
dan UAS) dan ujian akhir persekolahan yang biasa disebut Ujian Nasional (UN).

2) Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi
itu sendiri. Tujuan dari evaluasi pendidikan itu sendiri adalahuntuk mendapatkan
data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat keberhasilan peserta didik untuk
mencapai tujuan kurikuler. selain itu,evaluasi juga dapat digunakan oleh pendidik
dan pengawas pendidikan dalam mengukur atau menilai keefektifan mengajar,
kegiatan belajar, maupun metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian,
evaluasi itu dapat dikatakan sangat penting dalam proses belajar mengajar. Secara
rinci, fungsi evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat
fungsi berikut.

A. Untuk mengetahui seberapa maju dan berkembangnya peserta didiksetelah


melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang
didapatkan itu selanjutnya digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik
atau mengisi rapor. Hal itu berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau
kelulusan seorang peserta didik di sekolah atau lembaga pendidikan.

B. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. pengajaran sebagai


suatu sistem terdiri dari beberapa komponen yang memiliki keterkaitan. Komponen
tersebut adalah tujuan, ntateri, bahan pengajaran, metode belajar, alat dan sumber
pelaiaran, serta alat evaluasi.

19
C. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Berbagai hasil evaluasi yang
telah dilaksanakan pendidik terhadap peserta didik dapat digunakan sebagai sumber
informasi atau data bagi pelayanan BK, oleh para konselor sekolah atau
pembimbing lainnya untuk:
a) membuat berbagai diagnosis kelemahan, kekuatan, atau kemampuan peserta
didik,
b) mengetahui dalam hal apa yang harus diperbaiki atau remedial dari peserta
didik,
c) sebagai dasar untuk menangani berbagai kasus yang terjadi pada peserta didik,
d) sebagai acuan dalam melayani berbagai kebutuhan peserta didik untuk
membimbing kariernya di masa depan.
D. Untuk mengetahui berbagai keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum
sekolah. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa hampir setiap saat pendidik
melakukan kegiatan evaluasi, untuk menilai berbagai keberhasilan belajar peserta
didik dan menilai program pembelajaran. Dengan demikian, pendidik juga menilai
isi dan juga materi pelaiaran yang ada di dalam kurikulum. Seorang pendidik yang
dinamis tentunya tidak begitu saja mengikuti apa yang ada di dalam kurikulum,
namun mereka juga menyesuaikan materi tersebut dengan berbagai materi yang
dibutuhkan peserta didik, lingkungannya, dan juga perkembangan masyarakat.
Materi kurikulum yang sudah tidak sesuai maka tidak digunakan. Benar adanya
bahwa terdapat anggapan mengenai hakikat kurikulumbsekolah yang sebenarnya
ditemukan oleh para pendidik. (Rina Febriani, 2019)

3) Prinsip-prinsip Dalam Evaluasi Pembelajaran

1. Prinsip Keseluruhan

Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh dikenal dengan prinsip


komperehensif. Dengan prinsip ini maka evaluasi hasil belajar dapat terlaksana
dengan baik, apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara utuh atau menyeluruh.
Perlu diingat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak boleh dilakukan sepotong-
potong, melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh.

20
2. Prinsip Kesinambungan

Prinsip ini dikenal dengan prinsip kontinuitas, yakni evaluasi hasil belajar yang
baik adatah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-
menyambung dari waktu ke waktu.

3. Prinsip Objektivitas
Prinsip obiektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belaiar dapat
dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang
sifatnya subjektif. (Rina Febriani, 2019)

5. SARANA DAN PRASARANA

Pada beberapa sekolah sarana dan prasarana dalam pembelajaran fisika


masih sangat minim,hal ini menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran fisika di
sekolah, seperti minimnya alat- alat untuk praktikum bahkan masih ada sekolah
yang tidakmenyediakan laboratorium khusus untuk pelajaran fisika. Hal ini
berdampak pada sistem pembelajar siswa yang sulit untuk dimengerti, karna
kurangnya sarana dan prasarana tersebut siswa maupun guru mengalami kesulitan,
siswa yang sulit memahami teori-teori pembelajaran fisika dan guru yang sulit
untuk menjelaskan maksud dari teori-teori pembelajaran yang harus di sampaikan
dengan baik.

Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 40) “Sarana pendidikan mencakup


semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung menunjang proses
pendidikan. Sedangkan prasarana pendidikan mencakup semua peralatan dan
perlengkapan yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan.

Menurut Aqib (2011: 101) “Sekolah merupakan sebuah sistem di dalamnya


terdapat input, proses, dan output”.

Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995), laboratorium


adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan, tempat ini dapat merupakan
suatu ruang tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun. Dalam

21
pengertian terbatas laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan
percobaan dan penyelidikan.

Selain itu Widyarti (2005) menyatakan bahwa: laboratorium adalah suatu


ruangan tempat melakukan kegiatan praktik atau penelitian yang ditunjang oleh
adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium
yang lengkap.

Kemudian menurut Wirjosoemarto dkk (2004), pada konteks belajar


mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan dalam
pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat
dan bahan praktikum.

Agar fungsi utama itu dapat berjalan dengan baik, maka laboratorium fisika
sekolah sebaiknya memiliki fasilitas-fasilitas ruangan untuk kegiatan proses
pembelajaran fisika, kegiatan administrasi dan pengelolaan laboratorium, kegiatan
pemeliharaan dan persiapan (setting) alat-alat laboratorium, dan penyimpanan alat-
alat laboratorium. Fasilitas ruangan laboratorium fisika sekolah biasanya terdiri dari
ruang praktikum, ruang guru, ruang persiapan, dan ruang penyimpanan. Bentuk,
ukuran, denah atau tata letak dan fasilitas dari setiap ruangan itu dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap kegiatan yang dilaksanakan di
dalamnya dapat berjalan dengan baik dan nyaman, memudahkan akses dari ruangan
yang satu ke ruangan yang lainnya, memudahkan pengontrolan, menjaga keamaan
alat-alatdan memelihara keselamatan kerja.

Dengan adanya laboratorium fisika peserta didik dapat menggunakan alat


laboratorium, mengolah pola pikir yang sistematis, memberikan pengalaman, dan
ilmu yang mudah diingat, serta menjembatani konsep-konsep fisika dengan alat
praktikum tersebut (Imastuti, 2016).

Menurut Arifin, (2017) pemanfaatan laboratorium atau kegiatan praktikum


adalah sebuah bagian dari proses belajar mengajar yang tidak dapat dipisahkan.
Dengan praktikum, peserta didik mampu membuktikan konsep ataupun teori yang
telah ada dan peserta didik dapat mengalami proses atau percobaan itu sendiri, serta
peserta didik dapat membuat kesimpulan, dan menunjang pemahaman peserta didik

22
terhadap materi pelajaran. Sehingga peserta didik menjadi lebih paham terhadap
materi pelajaran dan hasil belajar pun dapat meningkat.

Zikrika (2015) menjelaskan berdasarkan tingkat pemanfaatan laboratorium


sebagai sumber belajar maka indikator-indikator yang harus ada, antara lain sebagai
berikut:

1) Frekuensi penggunaan laboratorium.

2) Kelengkapan alat-alat dan bahan yang ada di laboratorium.

3) Kesesuaian materi dengan alat yang tersedia di laboratorium.

4) Alokasi waktu yang cukup untuk kegiatan praktikum

Menurut Wahyunidar (2017) terdapat beberapa indikator pemanfaatan yang


digunakan sebagai tolak ukur, antara lain sebagai berikut:

1) Saran prasarana, meliputi peralatan pendidikan berupa alat-alat kegiatan


praktikum, prabot, media pendidikan, sumber belajar lain, bahan habis dipakai yang
terdapat di laboratorium dan ruang laboratorium itu sendiri.

2) Pemanfaatan laboratorium dalam hal ini seperti penggunaan laboratorium yang


efektif, frekuensi pemanfaatan laboratorium khususnya pelajaran fisika,
pemanfaatan laboratorium sudah maksimal dalam menunjang pembelajaran fisika.

3) Kelengkapan dan kesesuaian alat berupa kelengkapan alat-alat yang ada di


laboratorium, dan kesesuaian materi dengan alat yang tersedia di laboratorium.

4) Kegiatan praktikum seperti pelaksanaan praktikum di sekolah, apakah sudah


sesuai dengan jadwal yang berlaku.

5) Kondisi ruang, bagaimana kondisi ruang laboratorium. Apakah sudah memenuhi


kriteria laboratorium yang seharusnya.

6) Upaya, bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk memajukan pemanfaatan


laboratorium fisika di sekolah.

23
Menurut PP No. 19 tahun 2005 ”Menyebutkan bahwa standar sarana dan
prasaranan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Kriteria pemanfaatan laboratorium fisika yang digunakan sebagai pedoman untuk


menjustifikasi hasil penelitian terdiri dari:

1. Sangat baik, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika sarana dan prasarana seperti ketersedian alat dan bahan di laboratorium
sudah sangat lengkap, sarana dan prasarana sangat mudah digunakan guru maupun
peserta didik, dan mekanisme penggunaan sarana prasarana di laboratorium sangat
mudah dipahami guru dan peserta didik.

b. Jika laboratorium sangat sering digunakan guru sebagai tempat kegiatan


praktikum, dan laboratorium telah dimanfaatkan secara maksimal untuk menunjang
pembelajaran fisika.

c. Jika kelengkapan alat di laboratorium sangat lengkap dan telah sesuai dengan
materi yang diajarkan atau di praktikumkan.

d. Jika kegiatan praktikum telah berjalan dengan sangat baik sesuai jadwal.

e. Jika kondisi ruangan sudah sangat memenuhi kriteria laboratorium fisika yang
seharusnya.

f. Jika pihak sekolah telah melakukan upaya agar laboratorium sekolah bisa lebih
maju lagi seperti melengkapi sarana prasarana, alat dan bahan praktikum, dan lain
sebagainya.

2. Baik, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika sarana dan prasarana seperti ketersedian alat dan bahan di laboratorium
sudah cukup lengkap, sarana dan prasarana cukup mudah digunakan guru maupun

24
peserta didik, dan mekasnisme penggunaan sarana prasarana di laboratorium cukup
mudah dipahami guru dan peserta didik.

b. Jika laboratorium lumayan sering digunakan guru sebagai tempat kegiatan


praktikum, dan laboratorium telah dimanfaatkan cukup maksimal untuk menunjang
pembelajaran fisika

c. Jika kelengkapan alat di laboratorium sudah cukup lengkap dan telah cukup
sesuai dengan materi yang diajarkan atau di praktikumkan.

d. Jika kegiatan praktikum telah berjalan dengan baik sesuai jadwal.

e. Jika kondisi ruangan sudah mendekati kriteria laboratorium fisika yang


seharusnya.

f. Jika pihak sekolah telah melakukan upaya agar laboratorium sekolah bisa lebih
maju lagi seperti melengkapi sarana prasarana, alat dan bahan praktikum, dan lain
sebagainya.

3. Cukup baik, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika sarana dan prasarana seperti ketersedian alat dan bahan di laboratorium
lumayan lengkap, sarana dan prasarana lumayan mudah digunakan guru maupun
peserta didik, dan mekasnisme penggunaan sarana prasarana di laboratorium
lumayan mudah dipahami guru dan peserta didik.

b. Jika laboratorium kurang sering digunakan guru sebagai tempat kegiatan


praktikum, dan laboratorium kurang dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran
fisika.

c. Jika kelengkapan alat di laboratorium lumayan lengkap dan sebagian telah sesuai
dengan materi yang diajarkan atau di praktikumkan.

d. Jika kegiatan praktikum belum berjalan dengan baik sesuai jadwal .

e. Jika kondisi ruangan belum mendekati kriteria laboratorium fisika yang


seharusnya.

25
f. Jika pihak sekolah telah melakukan upaya agar laboratorium sekolah bisa lebih
maju lagi seperti melengkapi sarana prasarana, alat dan bahan praktikum, dan lain
sebagainya.

4. Kurang baik, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika sarana dan prasarana seperti ketersedian alat dan bahan di laboratorium
masih sangat terbatas, sarana dan prasarana sebagian mudah digunakan dan
sebagian lagi tidak mudah digunakan guru maupun peserta didik, dan mekasnisme
penggunaan sarana prasarana di laboratorium sebagian mudah dipahami dan
sebagian lagi tidak mudah dipahami guru dan peserta didik.

b. Jika laboratorium jarang sekali digunakan guru sebagai tempat kegiatan


praktikum, dan laboratorium kurang dimanfaatkan untuk menunjang pembelajaran
fisika.

c. Jika kelengkapan alat di laboratorium masih sangat terbatas dan belum sesuai
dengan materi yang diajarkan atau di praktikumkan.

d. Jika kegiatan praktikum tidak terjadwal dengan baik.

e. Jika kondisi ruangan masih jauh dari kriteria laboratorium fisika yang
seharusnya.

f. Jika pihak sekolah kurang melakukan upaya agar laboratorium sekolah bisa lebih
maju lagi seperti melengkapi sarana prasarana, alat dan bahan praktikum, dan lain
sebagainya

Amien (dalam Tarmizi, 2005) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium


adalah sebagai tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan
(informasi), menentukan hubungan sebab-akibat (causalitas), membuktikan benar
tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena tertentu, membuat hukum atau
dalil dari suatu fenomena apabila sudah dibuktikan kebenarannya, mempraktekkan
sesuatu yang diketahui, mengembangkan keterampilan, memberikan latihan,
menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan problem dan untuk melaksanakan
penelitian perorangan (individual research).

26
Dapat disimpulkan pengertian kelengkapan sarana prasarana sekolah adalah
kelengkapan peralatan dan fasilitas sekolah yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran khususnya
proses belajar mengajar. Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki standar
sarana prasarana yang baik.

6. KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kometensinadalah


menggunakanacuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan
peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan kriteria ketuntasan minimal .

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal


pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang
menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan
pendidikan menetapkan KKM dengan analisis dan memperhatikan mekanisme,
yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan.Berdasakan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor: 20 Tahun 2007, berisikan tentang Kriteria Ketuntasan
Minimal adalah ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
pendidikan. Maksudnya, menetapkan KKM harus mempertimbangkan kemampuan
rata-rata siswa, kompleksitas, dan daya dukung yang ada sehingga secara bertahap
dapat mencapai ketuntasan secara ideal yang telah ditetapkan pusat

Indikator bahwa siswa telah menguasai kurikulum yakni kemampuan hasil


belajar yang diukur telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan, bahkan sebaiknya melampaui KKM. Dengan KKM ini, siswa yang telah
berhasil dapat melanjutkan belajar untuk dapat menguasai kompetensi selanjutnya,
dan yang belum menguasai dapat memperdalam yang belum dikuasai melalui
remidi. Hal ini menunjukkan pentingnya KKM dalam menentukan keberlanjutan
belajar peserta didik (Mardapi, Hadi & Retnawati, 2014a, Mardapi, Hadi &
Retnawati, 2014b).

27
Penetapan kriteria ketuntasan minimal (KKM) belajar merupakan tahapan awal
pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan
Kurikulum.

Hal ini didukung oleh pendapat Sudrajat (2008: 2) Kurikulum berbasis


kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan
pendidik dan satuan pendidikan menetapkan kriteria minimal yang menjadi tolak
ukur pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan panduan yang dapat
memberikan informasi tentang penetapan kriteria ketuntasan minimal yang
dilakukan di satuan pendidikan.

Namun, madrasah atau sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang


masuk dalam sistem satuan pendidikan nasional terkadang menetapkan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) berdasarkan tingkat akreditasi sekolah, bukan
berdasarkan pada panduan yang berlaku. Sehingga KKM yang ditetapkan oleh
sekolah tidak mampu dicapai oleh peserta didik. Dalam kata lain sekolah
menetapkan KKM tidak didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan serta potensi
peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya.

Menurut Musiyati (2019: 194) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah


batas nilai minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap mata
pelajaran, baik sebagian (pokok bahasan) maupun keseluruhan dalam rentang
semester.

Khaeruddin (2007: 3)Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) belajar adalah


tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran oleh
siswa per mata pelajaran. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat
pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan anggka maksimal 100
(seratus). Angka maksimal 100merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target
ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan
dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian
ditingkatkan secara bertahap.

Menurut Ardil, Mashadi, dan Sumardi(2017) prosedur penetapan KKM


yang dibuat dan diikuti oleh sekolah dengan baik, benar dan sesuai dengan aturan

28
prosedur penetapan KKM, maka akan meningkatkan mutu sekolah. Agar dapat
meningkatkan mutu sekolah maka perlu perhatian khusus dalam hal-hal penetapan
KKM.

Menurut Amirono dan Daryanto (2016: 240) hal-hal yang harus


diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah kompleksitas,
daya dukung dan intake. Sejalan dengan pendapat tersebut, Anonimus dalam
Wahyuni dkk (2015: 108), bahwa penetapan KKM berpedoman pada kriteria yang
telah ditetapkan, criteria tersebut adalah sebagi berikut: 1) Tingkat kompleksitas,
kesulitan atau kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar
kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, 2) Kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing- masing sekolah, 3)
Tingkat kemampuan (Intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan.

Dalam implementasinya sangat sulit untuk mempertimbangkan ketiga


aspek di atas. Menurut Widodo (2009), dalam kenyataannya tidak jarang ditemui
nilai KKM yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi karena penyusunan dan
penetapannya kurang tepat. Memang cukup rumit, guru harus menentukan setiap
kriteria dengan nilai tinggi, sedang, atau rendah (Halian, 2011). Sebagian besar guru
menetapkan nilai KKM hanya berdasarkan alasan agar mudah dicapai siswa dan
terkesan semaunya, ada juga secara spontan menyebut suatu angka aman.
Sementara itu ada juga guru yang beranggapan bahwa penetapan nilai KKM
merepotkan dan menambah pekerjaan guru (Widodo, 2009).

Berdasarkan laporan dari Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan


Nasional (2007), guru masih banyak yang belum tahu cara menentukan KKM.
Sedangkan dari hasil penelitian Siswono (2008), Penentuan KKM pada hampir
semua sekolah yang diamati ditetapkan tanpa analisis sesuai metode yang
digunakan dalam KTSP. Sebanyak 3 sekolah dari 40 sekolah yang sudah
menggunakan cara penetapan dari KTSP dengan mempertimbangkan faktor
kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas indikator, dan daya dukung sarana dan
prasarana.

29
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari metode baru sebagai alternatif
untuk menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Salah satu metode yang
dapat diterapkan adalah Teknik Delphi yaitu sebuah metode yang secara sistematis
mencari, mengumpulkan, mengevaluasi dan mentabulasi opini para ahli dalam hal
ini guru mata pelajaran sejenis yang independen tanpa diskusi kelompok.

Patokan Ketuntasan Minimun yang berikutnya diucap KKM merupakan


patokan ketuntasan berlatih yang didetetapkan oleh dasar pembelajaran dengan
merujuk pada standar kompetensi alumnus, memikirkan karakter pelajar, karakter
mata pelajaran, serta situasi dasar pembelajaran. Dalam memutuskan KKM, dasar
pembelajaran wajib merumuskannya dengan cara bersama antara Kepala Sekolah,
pengajar, serta daya kependidikan yang lain. KKM diformulasikan paling tidak
dengan mencermati 3 (tiga) pandangan: ialah karakter (intake), karakter mata
pelajaran( kerumitan modul atau kompetensi), serta situasi dasar pembelajaran
(daya dukung) pada cara pendapatan kompetensi.

Penentuan Patokan Ketuntasan Minimun (KKM) ialah jenjang dini


penerapan evaluasi hasil berlatih bagaikan bagian dari tahap pengembangan
Kurikulum Tingkatan Dasar Pembelajaran. Kurikulum berplatform kompetensi
yang memakai referensi patokan dalam evaluasi, mewajibkan pengajar serta dasar
pembelajaran memutuskan KKM dengan analisa serta mencermati metode, ialah
prinsip serta tahap-tahap penetapan.KKM wajib diresmikan saat sebelum awal
tahun ajaran diawali. Seberapa juga besarnya jumlah siswa yang melewati batasan
ketuntasan minimun, tidak mengganti ketetapan pengajar dalam melaporkan lolos
serta tidak lolos pembelajaran. Referensi Patokan tidak diganti dengan cara dan
merta sebab hasil empirik evaluasi.

Dari perubahan yang dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan hanya


perubahan konseptual saja, namun secarapraktis kebiasaan lama masih terwujud
dalam kurikulum baru sehingga pelaksanaan kurikulum baru belum berjalan baik
sepenuhnya. Munculnya kurikulum 2013 yang dilandasi kemajuan teknologi dan
informasi maka masyarakat menganggap pendidikan Indonesia terlalu
memfokuskan/menitikberatkan aspek kognitif.Artinya siswa terlalu dibebani
banyak tugas mata pelajaran sehingga tidak membentik siswa untuk memiliki

30
pendidikan karakter, sehingga inilah yang menyebabkan munculnya kurikulum
2013.

Jika kita amati kurikulum 2013 memiliki banyak kekurangan, perubahan


kurikulum 2006 KTSP juga belum kontektual sehingga muncul paradoks antara
masyarakat dengan dunia pendidikan. Atau secara realitias sosialisasi kurikulum
sebelumnya membuat sebagian praktisi belum mencapai hasilyang
diharapkan/maksimal namun kurikulum baru telah telah terbentuk. Maka
kadangkala pemangku pendidikan hanya sibuk mengatur dokumen tertulis dan
tidak mewujudkan aspek terpenting bagi guru dan siswa sehingga terjadi
kerancauan penggunaan kurikulum terutama bagi siswa.

Maka dari itu untuk menerapkan kurikulum baru perlu adanya sinergi
antara pemerintah, pihak pendidikan, guru, dan siswa. Dalam arti kurikulum harus
disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan keadaan zaman atau
kurikulum tidak boleh bias dengan fenomena dimasyarakat. Untuk itu pemerintah
seharusnya membuat timelate kurikulum agar pelaksanaa kurikulum tertata secara
baik dalam perubahannya

7. KURIKULUM

Kurikulum berperan penting dalam mewujudkan generasi masa depan yang


berguna bagi bangsa dan negara yang memiliki sifat tanggung jawab, kreatif,
inovatif, dan menjadi seseorang yang ahli. Kurikulum adalah jantungnya sebuah
sekolah dan sekolah itu adalah jantungnya masyarakat juga masyarakat itu adalah
sebagai jantungnya negara atau bangsa, sehingga bangsa akan maju apabila
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu tinggi. Namun
demikian perkembangan kurikulum sering menemukan banyak masalah yang
memerlukan pertimbangan dan solusinya.

Menurut Supardi (2013: 141) kurikulum diartikan merupakan aktivitas apa


saja yang dilakukan madrasah dalam rangka memengaruhi peserta didik dalam
belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya kegiatan pembelajaran,
mengatur strategi dalam pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan
pembelajaran dan sebagainya. Demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan maka

31
pemerintah berupayah untuk memperbaiki mutu kurikulum. Hal tersebut
dibuktikan dengan dilakukannya pergantian kurikulum, dimulai dari KBK, KTSP
hingga Kurikulum 2013 (K13) yang dipakai diseluruh instansi pendidikan di
Indonesia saat ini.

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari


kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan internal maupun
eksternal. Salah satu alasan pentingnya Kurikulum 2013 adalah bahwa generasi
muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Digunakannyapendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 adalah
satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pelaksanaan Kurikulum 2013
dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. Oleh karenanya kurikulum tersebut
sudah dilaksanakan secara terbatas mulai tahun pelajaran 2013-2014 pada sekolah-
sekolah yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan secara selektif. Tetapi pada
tahun pelajaran 2014-2015 Kurikulum 2013 tersebut direncanakan dilaksanakan
pada semua sekolah. Menurut Mendikbud (dikutip Marsigit, 2013), jika
pelaksanaan Kurikulum 2013 ditunda maka taruhannya adalah masa depan generasi
bangsa.

Untuk menghasilkan insan yang kreatif tersebut, sistem penilaian


pembelajaran dalam Kurikulum 2013 mendukungpendapat Sharp, C., (2004), yaitu
Guru dapat membuat peserta didik berani berperilaku kreatif melalui (Kemdikbud,
2012):

1. Tugas yang tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar
(banyak/semua jawaban benar),

2. Mentolerir jawaban yang nyeleneh,

3. Menekankan pada proses bukan hanya hasil saja, memberanikan peserta didik
untuk mencoba, untuk menentukan sendiri yang kurang jelas/lengkap informasinya,
untuk memiliki interpretasi sendiri terkait dengan pengetahuan atau kejadian yang
diamatinya

32
4. Memberikan keseimbangan antara yang terstruktur dan yang spontan/ekspresif
Oleh karena itu, Kurikulum 2013menggunakan standar penilaian yang mencakup
pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal, memberi nilai bagi jawaban
nyeleneh, menilai proses pengerjaannya bukan hanya hasilnya, penilaian
spontanitas/ekspresif, dll.

Saat ini pengembangan Kurikulum 2013, sudah memasuki tahap


pelaksanaan bertahap dan terbatas. Untuk jenjang SMK, pelaksanaan dilaksanakan
pada kelas X pada sebagian kecil SMK/MAK di seluruh wilayah Indonesia.
Pentahapan pelaksanaanini, dimaksudkan untuk memperoleh informasi tingkat
keterlaksanaan kurikulum dan memberi peluang bagi penyempurnaan kurikulum
secara bertahap. Langkah awal yang telah dilakukan dalam rangka persiapan
pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah melakukan Pendidikan dan Pelatihan dalam
rangka Pelaksanaan Kurikulum 2013 kepada seluruh unsur pendidikan, dalam hal
ini pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah serta unsur-unsur lain yang terlibat
langsung dalam proses pendidikan. Salah satu strategi untuk memahami dan
memantapkan pelaksanaan Kurikulum 2013, yaitu melalui Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diperuntukkan bagi guru,
Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah.

Menurut Mendikbud Mohammad Nuh (Mulyoto, 2013) implementasi


Kurikulum 2013 akan menekankan pada pengembangan kreativitas siswa dan
penguatan karakter. Kurikulum ini akan memenuhi tiga kompenen utama dalam
pendidikan secara berimbang yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Terkait
dengan penjelasan di atas maka dalam hal ini implementasi Kurikulum 2013
diharapkan dapat menghasilkan insan berkualitas dan berkarakter yaitu insan
Indonesia cerdas yang produktif, kreatif, dan inovatif yang memiliki budi pekerti
dan akhlak mulia secara utuh, terpadu, dan seimbang.

Hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini berbasis karakter dan


kompetensi yang juga akan mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan
lain seperti kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
pengembangan aspek-aspek kepribadian yang dapat dilakukan secara optimal

33
berdasarkan kompetensi tertentu dengan harapan akan membuat siswa mencapai
kebermaknaan pembelajaran yang tinggi.

Menurut Mendikbud Mohammad Nuh (Mulyoto, 2013) implementasi


Kurikulum 2013 akan menekankan pada pengembangan kreativitas siswa dan
penguatan karakter. Kurikulum ini akan memenuhi tiga kompenen utama dalam
pendidikan secara berimbang yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Terkait
dengan penjelasan di atas maka dalam hal ini implementasi Kurikulum 2013
diharapkan dapat menghasilkan insan berkualitas dan berkarakter yaitu insan
Indonesia cerdas yang produktif, kreatif, dan inovatif yang memiliki budi pekerti
dan akhlak mulia secara utuh, terpadu, dan seimbang. Hal ini dimungkinkan karena
kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi yang juga akan mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain seperti kemampuan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari dan pengembangan aspek-aspek kepribadian
yang dapat dilakukan secara optimal berdasarkan kompetensi tertentu dengan
harapan akan membuat siswa mencapai kebermaknaan pembelajaran yang tinggi.

Berdasarkan permasalahan di atas diperlukan suatu solusi untuk mencapai


pembelajaran yang berkarakter yang diharapkan akan mampu mendukung
implementasi Kurikulum 2013. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik
salah satunya jika dengan adanya bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan, dalam
hal ini diperlukan bahan ajar berbasis karakter. Selaras dengan pemaparan Amri
(2013) bahwa dengan tuntutan kompetensi yang harus dimiliki guru (kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesi),
pengembangan bahan ajar merupakan salah satu kewajiban yang diemban guru
untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki hingga pada gilirannya dapat
meningkatkan eksistensinya sebagai guru yang professional. Bahan ajar yang sesuai
dengan Kurikulum 2013 adalah bahan ajar yang berbasis pendidikan karakter
karena salah satu landasan konseptual dari Kurikulum 2013 adalah berbasis
kompetensi dan karakter.

Dewasa ini perubahan kurikulum sangat mengutamakanpembentukan


karakter, mengingat pada kenyataan menurunnya kualitas hidup masyarakat baik
dari segi moral, mental, terutama generasi muda.Untuk itu saat ini kurikulum

34
pendidikam yang berkarakter diorientasikan untuk pembentukan karakter peserta
didik. Perubahan kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa kurikulum yang berlaku harus dilakukan
peningkatan dengan mengutamakan kebutuhan peserta didik.

Guru sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut


menjadi guru yangmampu meramu kurikulum 2013 secara tepat yaitu proses
penilaian dan kompetensi mampu meningkatkan kompetensi siswa untuk
menghasilkan lulusan mampu menghadapi tantangan global. Guru harus menyadari
bahwa pendidikan sangat penting untuk menjawab tantangan global, dan siswa
harus bertanggungjawab dalam menuntut ilmu untuk membentuk pendidikan
karakter yang menjadi tujuan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 membentuk siswa
melakukan pengamatan/observasi, bertanya dan bernalar terhadap ilmu yang
diajarkan. Siswa diberi mata pelajaran berdasarkan tema yang terintegrasi agar
memiliki pengetahuan untuk tentang lingkungan, kehidupan, dan memiliki pondasi
pribadi tangguh dalam kehidupan sosial serta kreativitas yang lebih baik.

Pendidikan karakter mengatur tata kelakuan manusia pada aturan khusus,


hukum,norma, adat kebiasaan dalam bidang kehidupan sosial manusia yang
memiliki pengaruh sangat kuat pada sikap mental (mental attitude) manusia secara
individu dalam aktivitas hidup. Sikap mental sebagai unsur penggerak untuk
kelakuan manusia, memberikan reaksi terhadap lingkungan alam, dan sosial.
Perilaku manusia dapat dipengaruhi langsung oleh alam pikiran/jiwa manusia
dalam menghadapi lingkungan.

Mentalitas manusia merupakan suatu nilai karakter yang berkembangkan


dalam diri manusia secara perorangan dan dipedomani oleh struktur nilai yang
mengakar dan melembaga dalam masyarakat. Misalnya satuan pendidikan, dalam
satuan pendidikan terbentuk sistem nilai sebagai pedoman perilaku seluruh
komunitas satuan pendidikan yang merupakan orientasi nilai (value orientation)
komunitas satuan pendidikan dalam kehidupan satuan pendidikan dan diluar satuan
pendidikan

35
Perubahan kurikulum saat ini merupakan salah satu agenda atau rutinitas
dalam rangka peningkatan kwalitas pendidikan di negeri ini. Dimasa saat ini bangsa
kita perlu membangun karakter bangsa yang kenyataannya dan persepsi masyarakat
tentang menurunnya kwalitas perilaku atau sikap dan moral anak-anak atau
generasi muda. Maka kurikulum pendidikan yang berkarakter sangat diperlukan
dalam arti kurikulum harus memiliki karakter dan sekaligus diorientasikan bagi
pembentukan karakter peserta didik. Jika dianalisis dari segi sejarah dari dekade
sebelumnya para generasi tua secara subjektif memberi tanggapan atau penilaian
antara situasi pada saat mereka dimasa pendidikan dibandingkan dengan generasi
muda saat ini. Generasi muda saat ini telah mengalami degradasi moral, mental,
nilai-nilai budaya bangsa. Tidak lagi memiliki sikap yang lebih berkarakter
kejujuran, memiliki integritas, cerminan budaya bangsa, bertindak bersopan santun,
ramah tamah, dan sebagainya dalam pergaulan keseharian

8. KUALITAS SISWA

Pendidikan merupakan instrumen yang sangat penting bagi setiap bangsa


untuk meningkatkan daya saingnya dalam peraturan politik, ekonomi, hukum,
budaya dan pertahanan pada tata kehidupan masyarakat dunia global dan hak itu,
negara maju sekalipun selalu membangun dunia pendidikannya tanpa henti-
hentinya. Bahkan ada kecenderungan yang amat jelas bahwa negara maju semakin
intensif melakukan investasi dalam dunia pendidikan, semakin meningkat daya
saing mereka. Hal ini terjadi karena peningkatan daya saing bangsa memerlukan
kualitas sumber daya manusia yang prima.

Kualitas pendidikan sering menjadi isu sentral dan yang sering menjadi
sorotan adalah guru atau pendidik, walaupun disadari bahwa berbagai komponen
turut mempengaruhi, seperti: kurikulum, Siswa dan media pembelajaran. Hal ini
sangat dimungkinkan mengingat guru merupakan perencana sekaligus pelaksana
pembelajaran, sehingga guru selalu dituntut meningkatkan kinerjanya demi
terciptanya proses pembelajaran yang efektif demi pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama

36
Dalam hal ini, guru menempati posisi yang sangat strategis dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Sebagai pengajar guru membantu
perkembangan siswa untuk dapat menerima dan memahami serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk itu guru harus memotivasi siswa agar senantiasa
belajar dalam berbagai kesempatan. Pada akhirnya, seorang guru dapat memainkan
perannya sebagai motivator dalam proses belajar mengajar bila guru itu menguasai
dan mampu melakukan keterampilanketerampilan didaktik dan metodik yang
relevan dengan situasi dan kondisi para siswa.

Kata motif sering diartikan sebagai daya dalam diri seseorang untuk
melakuklan sesuatu. Motif adalah sebab yang menjadi dorongan tindakan
seseorang. Motif diartikan sebagai daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat

Dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan
aktivits -aktivitas tertentu demi mecapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan
sebagai kondisi intern. (kesiapsiagaan), berawal dari kata motif itu, makaka
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
dapat dirasakan/mendesak (sardiman, 2004).

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan


mengarahkan prilaku manusia termasuk prilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan, harapan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan inilah
yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan
prilaku individu belajar (dimyati dan Mudjono, 1994).

Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu


dalam mencapai tujuan. Hal tersebut, terlaksana karena dirangsang dari berbagai
macam kebutuhan atau keinginan yang hendak dipenuhi. Komponen utama
motivasi, yaitu: a) kebutuhan, b) perilaku/dorongan, dan c) tujuan. Untuk
mewujudkan terjadinya belajar, motivasi mempunyai kedudukan yang Sangat
penting artinya bagi peserta didik, diantaranya adalah memperbesar semangat
belajar.

37
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang
terkandung dalam belajar. Karena belajarkah maka manusia dapat Belajar adalah
sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan
belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di
sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak, disengaja atau tidak.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar.

Sintesis

➢ kualitas guru
Tenaga pendidik banyak kita ketahui di negara kita Indonesia, dan tenaga pendidik
yang sudah melekat dipikiran kita adalah sosok seorang guru. Kualitas seorang guru
merupakan suatu masalah yang pada saat ini menjadi viral dikarenakan banyak
masyarakat, Guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan),
dalam proses belajar-mengajar, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus
aktor.
kemampuan pribadi guru dalam proses belajar-mengajar
➢ media belajar
media merupakan alat saluran komunikasi.
Media-media belajar dapat berupa media visual, media audio, dan media audio
➢ medote pembelajaran
guru dituntut untuk mendidik dan mengajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas.
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.
➢ Evaluasi
guru dituntut untuk mendidik dan mengajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas.

38
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.
mendefinisikan evaluasi adalah proses penilaian dengan jalan membandingkan
antara tujuan yang diharapkan dengan kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.
evaluasi adalah untuk mencoba menyesuaikan data objektif dari awal hingga akhir
pelaksanaan program sebagai dasar penilaian

➢ Sarana prasaran

Sarana pendidikan mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara


langsung menunjang proses pendidikan. Sedangkan prasarana pendidikan
mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara tidak langsung
menunjang proses pendidikan.fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk
menguatkan/memberi kepastian keterangan (informasi), menentukan hubungan
sebab-akibat (causalitas), membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau
fenomena-fenomena tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena
apabila sudah dibuktikan kebenarannya, mempraktekkan sesuatu yang diketahui,
mengembangkan keterampilan, memberikan latihan, menggunakan metode ilmiah
dalam memecahkan problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan

Dapat disimpulkan pengertian kelengkapan sarana prasarana sekolah adalah


kelengkapan peralatan dan fasilitas sekolah yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran khususnya
proses belajar mengajar. Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki standar
sarana prasarana yang baik.

➢ KKM

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan tahapan awal


pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang
menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan
pendidikan menetapkan KKM dengan analisis dan memperhatikan mekanisme,
yaitu prinsip dan langkah-langkah penetapan.

39
Berdasakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 20 Tahun 2007,
berisikan tentang Kriteria Ketuntasan Minimal adalah ketuntasan belajar minimal
yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Maksudnya, menetapkan KKM harus
mempertimbangkan kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas, dan daya dukung
yang ada sehingga secara bertahap dapat mencapai ketuntasan secara ideal yang
telah ditetapkan pusat

➢ Kurikulum

Kurikulum berperan penting dalam mewujudkan generasi masa depan yang


berguna bagi bangsa dan negara yang memiliki sifat tanggung jawab, kreatif,
inovatif, dan menjadi seseorang yang ahli. Kurikulum adalah jantungnya sebuah
sekolah dan sekolah itu adalah jantungnya masyarakat juga masyarakat itu adalah
sebagai jantungnya negara atau bangsa, sehingga bangsa akan maju apabila
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dan bermutu tinggi. Namun
demikian perkembangan kurikulum sering menemukan banyak masalah yang
memerlukan pertimbangan dan solusinya.

➢ Kualitas Siswa

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif
efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
atau sasarannya Etzioni, 1964. Efektivitas merupakan suatu konsep yang lebih luas
mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan
demikian kualitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga
dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya.

40
2.1.2 Analisis kritis masalah Pendidikan di Indonesia

1. KUALITAS GURU

Guru dapat dikatakan sebagai tokoh sentral dalam pendidikan, karena


perannya dalam menggerakkan dan memfasilitasi pembelajaran.

Darmawaty(2020) menjelaskan bahwa guru sebaiknya juga memilikiperan


sebagai akademis, peneliti dan pembelajar sepanjang hayat. Hal ini berkaitan
dengan perananan guru yang erat dengan bidang pedagogis, sehingga
membutuhkan keterampilan pedagogis dan pengetahuan lain yang mendukung
perannya untuk mengawal proses belajar mengajar secara efektif.Saat ini guru tidak
lagi berperan sebagai ‘sage on the stage’ seperti pemahaman pada pembelajaran
yang berpusat guru.

Darnawanty (2020) Guru merupakan fasilitator yang merancang bagaimana


sebuah proses pembelajaran menerapkan strategi yang fleksibel, metode asesmen
yang transparan serta kegiatan yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara
aktif.

Selain itu, guru penggerak juga menerima umpanbalik peserta didik tentang
proses pembelajaran yang terjadi. Sehingga memungkinkan berkembangnya
atmosfer berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi dan berkreasi sesuai dengan
karakter yang dibutuhkan era RI 4.0.

Global Education Monitoring Report (2016 )menunjukkan bahwa pendidikan


di Indonesia menempati peringkat ke 10 dari 14 negara berkembang, sedangkan
kualitas guru diIndonesia berada di peringkat ke 14 dari 14 negara berkembang atau
peringkat terakhir

Kadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum


memiliki profesionalisme yang memadaiuntuk menjalankan tugasnya sebagaimana
disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran,melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan

41
pengabdian masyarakat.Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan
dinyatakan tidak layak mengajar.

Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di


berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07%
(negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta),
untuk SMA 65,29% (negeri)dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak
mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).Kelayakan mengajar itu jelas
berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas
(1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang
berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas.Selain itu, dari sekitar 680.000
guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke
atas. Ditingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki
pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru
18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3)

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan


pendidikan tetapi, pengajaran merupakantitik sentral pendidikan dan kualifikasi,
sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada
kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar
yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

Untuk mengatasi masalah kuqlitas atas, secara garis besar ada dua solusi yaitu

Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan.Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan diIndonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung
jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Maka, solusi
untuk masalah-masalah cabang yang ada, khususnya yang menyangkut perihal
pembiayaan –sepertirendahnya sarana fisik, kesejahteraan gutu, dan mahalnya
biaya pendidikan-- berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada.

42
Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam
atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini
wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan
bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan
negar

Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi inimisalnya untuk menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi siswa.Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis
dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitassistem
pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi
peningkatan kesejahteraan, juga diberisolusi dengan membiayai guru melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihanuntuk
meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas guru

Helterban, 2008); tentang pentingnya melibatkan guru dalam perencanaan


program pengembangan yang memperhatikan latar belakang, tahap perkembangan,
dan juga kebutuhan guru dan selalu melibatkan guru dalam pembelajaran
profesional sehari-hari di sekolah melalui kelompok-kelompok

Indra Charisniadji(2010), beliau menegaskan bahwa kualitas guru atau tenaga


pengajar di Indonesia masih sangat rendah, dan Indonesia masih diurutan terendah
di dunia dalam bidang pendidikan.

Mandaru (2005 : 119), “ mengatakan kualitas seorang harus menjadi prioritas


dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif ”.

Charisniadjid (2019: 12) bahwa kualitas guru atau tenaga pendidik di Indonesia
masih sangat rendah .

Guru mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam
keseluruhan upaya pencapaian mutu pendidikan. Guru merupakan ujung tombak
yang sangat menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus
mendapatkan perhatian sentral, pertama, dan utama. Oleh karena itu, upaya

43
perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak
akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang
professional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus
dimulai dari guru. Sebagai tenaga profesional kedudukan guru adalah agen
pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, dalam
hal ini guru dituntut memiliki kompetensi yang bagus, apabila kompetensi guru
bagus maka diharapkan kinerja guru dalam pembelajaran juga bagus sehingga pada
akhirnya membuahkan

pendidikan yang bermutu.Berkenaan dengan keberhasilan pembelajaran Sanjaya


mengemukakan bahwa “keberhasilan suatu proses pembelajaran terletak di pundak
guru. Oleh karenanya, keberjasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan
oleh kualitas atau kemampuan guru” (Sanjaya, 2009:198).

Uman (2007:80) berpendapat bahwa: Kompetensi adalah kemampuan yang


menggambarkan

kelayakan setiap individu dalam menjalankan tugas. Kompetensi merupakan suatu


faktor penting bagi individu, karena individu yang memiliki kompetensi akan
mampu menampilakan kualitas dan produktifitas kerja dalam menjalankan suatu
kegiatan”. Peningkatan kinerja guru mempunyai kedudukan yang terpenting dalam
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang nantinya akan berefek kepada
mutu lulusan dan akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Oleh karena itu pemerintah terus mengupayakan berbagai hal untuk
mendongkrak dan meningkatkan kompetensi guru agar guru memiliki kinerja yang
baik. Diantaranya adalah dengan memberikan peluang untuk menempuh
pendidikan yang lebih tinggi, mewajibkan kepada guru menempuh pendidikan
minimal strata satu, memberikan pelatihan dan seminar dan memberikan tunjangan
serfikasi.

Mulyasa (2009:6) yang mengemukakan bahwa: “Upaya peningkatan


kompetensi dan kinerja guru juga tidak dapat dilepas dari amanat desentralisasi dan
otonomi dalam pendidikan. Sekolah telah diberikan otonomi yang luas dan
diharapkan mampu melihat dan mengembangkan potensinya masing-masing”.

44
Upaya peningkatan kualitas guru tersebut didasarkan pada terdapatnya
kelemahan-kelemahan yang dialami oleh guru. Faktor utama yang menunjukkan
lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mulyasa (2008:9) sehubungan dengan: Tujuh indikator yang
menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utama mengajar
(teaching), yaitu: (a) rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, (b)
kurang kemahiran dalam mengelola kelas, (c) rendahnya kemampuan melakukan
dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, (d) rendahnya motivasi berprestasi,
(e) kurang disiplin, (f) rendahnya komitmen profesi, (g) serta rendahnya
kemampuan manajemen waktu.

Guru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan


melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat terutama bagi dosen di perguruan
tinggi. Dan hal ini tidak dapat disangkal karena dunia lembaga pendidikan formal
adalah kehidupan guru. Sebagian besar waktunya disekolah, sedangkan sisanya
dirumah dan masyarakat (Djamarah, 2006:22).

Selanjutnya Mulyasa (2009:11) mengemukakan bahwa: “Profesionalisme


guru adalah salah satu usaha peningkatan mutu pendidikan, dengan guru yang
professional tentunya akan menghasilkan peserta didik yang baik pula”. Lebih
lanjut Mulyasa (2008:11) menjelaskan untuk menjadi guru yang professional
setidaknya dituntut harus memiliki minimal lima hal sebagai berikut:

a. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya.

b. Menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkan serta cara

mengajarnya kepada peserta didik.

c. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai


berbagai

cara evaluasi.

d. Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari

45
pengalamannya.

e. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan


profesinya.

Sehubungan dengan peningkatan profesionalisme guru, pemerintah terus berupaya


mencari alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kinerja profesi guru. Salah satu
terobosan yang sedang dilakukan adalah melakukan standar kompetensi dan
sertifikasi guru. Dalam hal ini, pengembangan profesionalisme guru merupakan
sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alma (2009:124) mengenai: Usaha


lainnya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional adalah melakukan pengembangan kurikulum nasional dan
lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat
pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan
mutu manajemen sekolah dan sertifikasi guru.

Sertifikasi dilaksanakan melalui uji kompetensi yang dilakukan dalam


bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman
professional guru dalam bentuk penilaian terhadap dokumen-dokumen yang
mencerminkan kompetensi guru (Muslich, 2007:21).

Depdiknas (2002:6) merumuskan tujuan dari sertifikasi guru untuk: “(1)


menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) meningkatkan proses dan mutu
hasil pendidikan, (3) meningkatkan martabat guru, (4) meningkatkan
profesionalitas guru, (5) meningkatkan kesejahteraan guru”.

Keberhasilan kinerja guru juga ditentukan dengan pekerjaan serta


kemampuan seseorang dalam bidang tersebut. Keberhasilan kerja juga berkaitan
dengan kepuasan kerja seseorang (Mangkunegara, 2007:67).

2.MEDIA BELAJAR

46
Berdasarkan kedudukan media yang sangat penting dalam berkomunikasi
antara si pemberi pesan ke penerima pesan, maka kedudukan tersebut juga berlaku
dalam pembelajaran. Mengapa? Karena dengan adanya bantuan media secara
langsung sebenarnya guru membantu siswa/inya untuk memahami pesan
pembelajaran yang akan disampaikan oleh si pebelajar.Sebelum membahas lebih
jauh mengenai media pembelajaran maka kita pahami dulu apa itu pembelajaran.

Degeng,1989 (Asyhar,2011) mengatakan bahwa pembelajaran pada


dasarnya merupakan upaya membelajarakan pembelajar. Sedangkan Setyosari &
Sulton (Asyhar,2011) memberikan pengertian yang hampir mirip dengan
pengertian sebelumnya dimana pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan
pebelajar dengan tujuan untuk membantu siswa agar bisa belajar dengan mudah.
Jadi, dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
upaya yang dilakukan oleh guru

untuk membuat dan membantu siswa/i untuk belajar.Jika sebelumnya kita


telah membarikan batasan mengenai pengertian media dan pembelajaran maka kita
akan menggabungkan konsep media dan pembelajaran sehingga mendapatkan satu
kesimpulan mengenai media pembelajaran.

Degeng 2001 (Asyhar, 2011) mengatakan media pembelajaran mencakup


semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran,
sehingga bentuknya bisa berupa perangkat keras (komputer, televisi, proyektor).
Maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana,
sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.

pembelajaran yang tepat dan mendukung guru tersebut dalam


menyampaikan pesan pembelajaran. Hasil yang muncul dalam pembelajaran adalah
para siswa/i memiliki kesamaan konsep mengenai pesan pembelajaran baik yang
disampaikan oleh guru maupun media sehingga terciptalah kondisi pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan (joyfull learning).Terciptanya kondisi
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan disebabkan karena penggunaan

47
media pembelajaran sehingga tidak mengeherankan apabila penggunaannya
menjadi salah satu faktor yang menentukkan keberhasilan siswa/i.Lalu, mengapa
media pembelajaran mampu menciptkan kondisi pembelajaran yang efektif? Hal
ini dikarenakan media pembelajaran memiliki manfaat besar yang secara langsung
dapat mempengaruhi motivasi, minat, ketertarikan, serta mampu
memvisualisasikan sesuatu yang sbstrak sehingga membantu siswa/i dalam
belajar.Dari penjelasan di atas maka manfaat yang didapat dari penggunaan media
pembelajaran antara lain seperti yang dikatakan.

oleh Midun, 2009 (Asyhar, 2011) antara lain: (1) media pembelajaran
yangbervariasi dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang
diberikan di kelas, (2) media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar
yang konkret dan langsung kepada peserta didik, (3) dapat menyajikan sesuatu yang
sulit diadakan, dikunjungi, atau dilihat oleh peserta didik, (4) media pembelajaran
dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru, (5) dapat menambah
kemenarikan tampilan materi sehingga meningktakan motibvasi dan minat serta
mengambil perhatian peserta didik, (6) dapat merangsang peserta didik untuk dapat
berpikir kritis, menggunakan imajinasinya, (7) media pembelajaran dapat
memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran. Jadi, banyak sekali manfaat
yang akan kita dapatkan apabila menerapkan media pembelajaran yang sesuai di
kelas.

Selanjutnya, guru akan mendesain Rencana pelaksanaan pembelajaran yang


tepat agar tujuan yang ia rumuskan dapat tercapai dan dalam RPP tersebut akan ada
satu indikator penting yaitu “media pembelajaran”. Pada saat mengisi indikator
tersebut maka guru akan dihadapkan dengan dua pilihan.

Pertama, menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi


siklus air, dan yang kedua, mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran.
Selanjutnya, pilihan yang dipilih oleh gurutersebut akan menentukan keberhasilan
selama pembelajaran. Mengapa? Karena bila seorang guru hanya menjelaskan
mengenai evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, infiltrasi, kondensasi, dan
sebagainya maka bisa memunculkan kesalahan konsep antar siswa/i serta mereka
akan kesulitan untuk memvisualisasikan konsep tersebut karena tetap bersifat

48
abstrak. Sedangkan, bila konsep yang bersifat abstrak dapat divisualisasikan maka
mereka akan memiliki kesamaan konsep dan akan lebih mudah menyerap apa yang
disampaikan oleh guru dan mediapembelajaran tersebut.

Jadi, dari contoh di atas maka dapat kita simpulkan bahwa penggunaan
media pembelajaran yang terencana dan tepat dapat membantu siswa/i memahami
pesan pembelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu, penggunaan media
pembelajaran oleh si pebelajar dianjurkan guna membantu si pebelajar sendiri dan
pembelajar demi menciptkan atmosferpembelajaran yang joyfull learning, efektif,
aktif dan kreatif serta menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa/i. Di
samping itu, perlu kita ingat bahwa gurulah yang berperan sebagai “director of
learning” yang mana guru diharapkan pandai mengarahkan dan mengatur kegiatan
pembelajaran agar tercipta keberhasilan belajar.

pembelajaran menurut Latuheru (1988: 14) media pembelajaran adalah


semua alat (bantu) atau benda yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar,
dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru
maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga
belajar).

Schramm (1977) dikutip dalam Rudi dan Cepi (2008: 6) menjelaskan bahwa
media pembelajaran adalah “teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran”.

Menurut Briggs (1977) dalam Rudi dan Cepi (2008: 6) mengemukakan


bahwa media pembelajaran adalah “sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya”.

Romiszowski dalam Basuki dan Farida (2001: 12) media pembelajaran


adalah media yang efektif untuk melaksanakan proses pengajaran yang
direncanakan dengan baik.

Azhar (2011) media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar baik
di dalam maupun diluar kelas, lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran

49
adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Menurut Arief Sadiman (2008: 7) Media pembelajaran adalah segala


sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
pesan.

Rayanda Asyar (2012 : 8) mengemukakan bahwa “ media pembelajaran


dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan
belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efisien dan efektif.

Syaful Bahri Djamarah dan Azwan Zain (2010:121) mengungkapkan bahwa


media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan agar tercapai tujuan pembelajaran.

Oemar Hamalik (1980): Mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan


media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka
lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

3. MEDOTE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan


pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran,
baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan
memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan
lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi.
Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan


metode pembelajaran adalah sebagai berikut :

50
a. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau
gairah belajar siswa.

b. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih
lanjut.

c. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa


untuk mewujudkan hasil karya.

d. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan


kepribadian siswa.

e. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

f. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-


nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur


manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak
didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru
mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian
bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian
bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang benar-benar dipikirkan oleh
seorang guru.

Dari hasil analisis analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang


kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Berikut adalah penjelasannya.

1. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik

51
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang
tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar.
Tidak ada satu pun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode
pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat
motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut
Sardiman (1988: 90) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena
adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang
dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.

Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan


kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode.
Tujuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam
perumusan tujuan, guru perlu merumuskannya dengan jelas dapat diukur. Dengan
begitu mudah bagi guru menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna
menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan tersebut.

Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena


mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya.
Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar
yang membosankan bagi anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak
menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam
penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Ini berarti metode
tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar.

Akhirnya, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan bervariasi
akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah.

2. Metode Sebagai Strategi Pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu


berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap
bahan yang diberikan juga bermacam-macam ada yang cepat, ada yang sedang, dan
ada yang lambat. Faktor inteligensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap

52
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang
bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.

Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut diatas,


memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya.
Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pelajaran
bila guru menggunakan metode tanta jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik
yang lain, mereka lebih mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan
metode demonstrasi atau metode eksperimen

Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra. Roestiyah N.K.
(1989: 1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif
dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya
disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi
pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar
menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Itu
sama artinya perbuatan yang sia-sia. Kegiatan belajar mengajar yang tidak memiliki
tujuan sama halnya ke pasar tanpa tujuan, sehingga sukur untuk menyeleksi mana
kegiatan yang harus dilakukan dan mana yang harus diabaikan dalam upaya untuk
mencapai keinginan yang dicita-citakan.

Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama
komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen
metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan
memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan
pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan
dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang
digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan

53
bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan
pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sialah perumusan tujuan tersebut. Apabila
artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa mengindahkan tujuan.

Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan


belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk
mencapai tujuan pengajaran.

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan


metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak
dididk disekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan
metode mengajar. Ketiadaan laboratorium untuk praktek ipa, misalnya kurang
demontrasi.

Demikian juga halnya ketiadaan mempunyai fasilitas olahraga, tentu sukar


bagi guru menetapkan metode latihan. Justru itu, keampuhan suatu metode
mengajar akan terlihat jika faktor lain mendukungnya.berikut adalah beberapa
solusi metode pembelajaran

1. Guru harus lebih memahami karakteristik masing-masing anak didik.

Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan


psikologis, mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya
guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang
relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara
operasional.

2. Guru harus mampu menyelaraskan antara tujuan yang hendak dicapai


dengan metode apa yang harus digunakan.

Perumusan tujuan instruksional khusus, misalnya akan mempengaruhi


kemampuan yang bagaimana yang terjadi pada diri anak didik. Proses
pengajaranpun dipengaruhinya. Demikan juga penyelesaian metode yang harus
guru gunakan dikelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dan taraf kemampuan

54
yang hendak diisi kedalam diri setiapa anak didik. Artinya, metodelah yang harus
tunduk kepada kehendak tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu, kemampuan
yang bagaimana dikehendaki oleh tujuan,maka metode harus mendukung
sepenuhnya.

3. Guru harus tanggap dengan situasi yang darurat dan segera mengganti
metode pembelajaran

Tentunya mood anak didik bisa berubah-ubah setiap saat. Terkadang anak
berangkat ke sekolah dengan mood yang baik namun terkadang ia berangkat ke
sekolah dengan mood yang berantakan. Sebelum memulai proses pembelajaran,
guru harus mampu melihat situasi dan kondisi anak anak didik. Selanjutnya guru
harus dengan sigap mengganti metode awal yang telah direncanakan. Misalnya :
Awalnya guru menggunakan metode ceramah, namun setelah mengetahui kondisi
mood anak didik yang kurang baik, anak didik dibagi kedalam beberapa kelompok
belajar dibawah pengawasan dan bimbingan guru. Disana semua anak didik dalam
kelompok masing-masing diserahi tugas oleh guru untuk memecahkan suatu
masalah, dalam hal ini tentu saja guru telah memilih metode mengajar untuk
pembelajaran anak didiknya, yaitu metode problem sloving.

4. Guru harus menguasai berbagai jenis metode pembelajaran

Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kopetensi.


Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam
memilih dan menentukan metode. Itulah yang biasanya dirasakan oleh mereka yang
bukan berlatar belakang pendidikan guru. Apalagi belum memiliki pengalaman
mengajar yang memadai. Sungguhpun begitu, baik dia berlatar belakang
pendidikan guru maupun dia yang berlatar belakang bukan pendidikan guru, dan
sama-sama minim pengalaman mengajar dikelas, cenderung sukar memilih metode
yang tepat. Tetapi ada juga yang tepat memilihnya, namun dalam pelaksanaannya
menemui kendala, disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan
atas metode yang digunakan, dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa
kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah

55
permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar.

Metode mengajar yang duru gunakan dalam setiap kali pertemuan di kelas
bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan
perumusan tujuan instruksional khusus. Jarang sekali terlihat guru merumuskan
tujuan hanya dengan satu rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu
tujuan. Karenanya, guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari satu.
Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu,
sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk mencapai tujuan
yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.

S. Winarno (1980), selanjutnya menyatakan bahwa semakin baik metode


itu, makin efektif pula pencapaian tujuan, karena itu diperlukan patokan yang
bersumber dari beberapa faktor untuk penentuan tujuan yang dimaksud.

Menurut Mulyasa, (2005) metode pemberian tugas merupakan cara


penyajian bahan pelajaran. Pada metode ini guru memberikan seperangkat tugas
yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara
kelompok.

Hasil survei dari Mortimore, 1999 (dalam “Differentiation in Teaching and


Learning” oleh Tim O'Brien and Dennis Guiney, 2001), menurut Beliau kegiatan
mengajar dikategorikan sebagai berikut: 1) menyatukan informasi (imparting
information), 2) menyampaikan ilmu pengetahuan (transmitting knowledge), 3)
mempermudah pemahaman (facilitating understanding), 4) mengubah konsepsi
peserta (changing learner's conceptions), dan 5) mendorong pembelajaran bagi
peserta (supporting students learning).

Pendekatan pembelajaran menurut Sanjaya (2007) adalah sudut pandang


terhadap proses pembelajaran yang masih sangat umum.

Buckley dan Jim Caple (2004: 189) menyebutkan secara umum ada 2 (dua)
kategori strategi dalam pembelajaran yaitu: centralized (yang berpusat pada

56
Widyaiswara dan decentralized yang berpusat pada peserta. Pendekatan
pembelajaran berpusat pada Widyaiswara akan menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), seperti strategi deduktif/ekspositori.

Menurut Wina Senjaya (2008) ,strategi pembelajaran sifatnya masih


konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan suatu rencana kerja
untuk mencapai sesuatu (strategi is a plan of operation in achieving something)
sedangkan metode suatu cara dalam mencapai sesuatu (method is a way in
achieving something).

Menurut Goad (1997) ada 4 (empat) kategori yang perlu diperhatikan ketika
kita ingin menggunakan strategi pembelajaran yakni 1) pertimbangan kelas, 2)
individualisasi peserta (selfpaced), 3) dukungan media, dan 4) biaya.

berbagai bentuk pengajaran dan metode, dan mereka membutuhkan


pelibatan dalam setiap kegiatan proses pembelajaran. Cara terbaik untuk
melibatkan peserta adalah dengan memberi keragaman dalam metode pembelajaran
(Diaz, Pelletier & Provenzo, 2006).

Kroehnrert (1995) mengklasifikasikan diskusi sebagai metode kelompok


dimana dalam metode kelompok ini yang menjadi diferensiasi dari metode lain
adalah adanya sebuah ide atau konsep yang akan dibahas dan peran yang akan
dimainkan dalam kelompok.

Studi kasus merupakan suatu metode pembelajaran dalam bentuk simulasi


untuk mempelajari kasus nyata atau kasus yang dikarang (Suparman, 1997

4. EVALUASI

Penting nya evaluasi dalam pembelajaran, mengakibatkan seorang guru


harus memiliki persiapan dan kompetensi yang baik, baik dari segi perencanaan
pembelajaran, dan kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta
penguasaannya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru

57
dalam menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi
terhadap perencanaan kompetensi anak yang sangat menentukan dalam konteks
perencanaan Dalam hal ini yang memiliki peran penting adalah guru. Dimana
seorang guru tidak sebatas menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik, tetapi
juga harus mengevaluasinya untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan
pembelalajaran yang diharapkan, serta untuk mengetahui perkembangan yang
dialami peserta didiknya. Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan dan untuk memperoleh
informasi-informasi perkembangan yang dialami peserta didiknya, kemudian
dianalisis dan dijadikan sebagai dasar dalam mengambil keputusan

Menurut McMilan dalam buku Introduction to Teaching, be Coming a


Profesional, evaluasi adalah proses yang digunakan guru untuk mengumpulkan
informasi dan membuat keputusan tentang hasil belajar anak. Juga menurut DR.
Nana Sudjana, evaluasi adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.Dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan proses menafsirkan berbagai informasi secara sistematis,
berkala, berkelanjutan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan
serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak mellaui kegiatan pembelajaran
dan menginterpretasikan informasi tersebut untuk membuat keputusan.

Evaluasi penting bagi guru untuk memberikan umpan balik apa yang
diperlukan untuk menyempurnakan proses pembelajaran (Uyu Wahyudin : 2010).

Selain itu, evaluasi berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan


proses dan hasil belajar anak (Nana S: 2009).

Evaluasi yaitu usaha guru untuk mengetahui tingkat keterlaksanan program


dan keberhasilan anak mencapai kemampuan yang di harapkan. Evaluasi
keterlaksanan program terutama di gunakan guru untuk memperbaiki perencanaan
kegiatan pembelajaran sehingga pelaksanan program berikutnya menjadi lebih
baik.

58
Evaluasi proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar
secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang mampu
menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) pada aspek pengetahuan
dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap.

Hasil evaluasi otentik digunakan guru untuk merencanakan program


perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan
menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman, catatan anekdot,
dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan
di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan,
dan tes tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan
evaluasi hasil pembelajaran.

Pembelajaran Bahasa Indonesia memanfaatkan berbagai sumber belajar


seperti buku teks yang tersedia dalam bentuk buku guru dan buku peserta didik.
Sesuai dengan Karakteristik Kurikulum 2013, buku teks bukan satu-satunya sumber
belajar. Guru dapat menggunakan buku pengayaan atau referensi lainnya dan
mengembangkan bahan ajar sendiri seperti LKS (Lembar Kerja Peserta didik).
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, LKS bukan hanya kumpulan soal.

Teknik Evaluasi /Penilaian Sikap

Evaluasi atau Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik


observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam
pelajaran), guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama peserta didik di
luar jam pelajaran) yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal).

59
Jurnal berisi catatan anekdot (anecdotal record), catatan kejadian tertentu
(incidental record), dan informasi lain yang valid dan relevan. Jurnal tidak hanya
didasarkan pada apa yang dilihat langsung oleh guru, wali kelas, dan guru BK,
tetapi juga informasi lain yang relevan dan valid yang diterima dari berbagai
sumber. Selain itu, penilaian diri dan penilaian antarteman dapat dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat
dijadikan sebagai salah satu data konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh
pendidik.

Teknik Evaluasi /Penilaian Pengetahuan

Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan


karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan antara lain tes
tertulis, tes lisan, penugasan, dan portofolio.

Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban disajikan secara tertulis berupa
pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

2. Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan


dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Selain bertujuan
mengecek penguasaan pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, tes lisan dapat
menumbuhkan sikap berani berpendapat, percaya diri, dan kemampuan
berkomunikasi secara efektif. Dengan demikian, tes lisan dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Tes lisan juga dapat digunakan untuk melihat
ketertarikan peserta didik terhadap pengetahuan yang diajarkan dan motivasi
peserta didik dalam belajar.

a. Penugasan

60
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur
dan/atau memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.
Penugasan untuk mengukur pengetahuan dapat dilakukan setelah proses
pembelajaran (assessment of learning). Sedangkan penugasan untuk meningkatkan
pengetahuan diberikan sebelum dan/atau selama proses pembelajaran (assessment
for learning). Tugas dapat dikerjakan baik secara individu maupun kelompok sesuai
karakteristik tugas yang diberikan.

b. Portofolio

Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada


kumpulan informasi yang bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Ada beberapa
tipe portofolio antara lain portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio
pameran. Guru dapat memilih tipe portofolio yang sesuai dengan tujuannya. Untuk
SMP, tipe portofolio yang utama untuk penilaian pengetahuan adalah portofolio
pameran, yaitu merupakan kumpulan sampel pekerjaan terbaik dari KD pada KI-3,
terutama pekerjaan-pekerjaan dari tugas-tugas dan ulangan harian tertulis yang
diberikan kepada peserta didik.

Teknik Penilaian Keterampilan

a. Penilaian Kinerja

Evaluasi kinerja adalah penilaian untuk mengukur capaian pembelajaran


yang berupa keterampilan proses dan/atau hasil (produk). Dengan demikian, aspek
yang dinilai dalam penilaian kinerja adalah kualitas proses mengerjakan/melakukan
suatu tugas atau kualitas produknya atau kedua-duanya. Contoh keterampilan
proses adalah keterampilan melakukan tugas/tindakan dengan menggunakan alat
dan/atau bahan dengan prosedur kerja kerja tertentu, sementara produk adalah
sesuatu (bisanya barang) yang dihasilkan dari penyelesaian sebuah tugas.

b. Penilaian Proyek

61
Penilaian proyek adalah suatu kegiatan untuk mengetahui kemampuan
peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuannya melalui penyelesaian suatu
tugas dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dapat dilakukan untuk
mengukur satu atau beberapa KD dalam satu atau beberapa mata pelajaran.Tugas
tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta pelaporan.

c. Penilaian Portofolio

Seperti pada penilaian pengetahuan, portofolio untuk penilaian


keterampilan merupakan kumpulan sampel karya terbaik dari KD pada KI-4.
Portofolio setiap peserta didik disimpan dalam suatu folder (map) dan diberi tanggal
pengumpulan oleh guru. Portofolio dapat disimpan dalam bentuk cetakan dan/atau
elektronik. Pada akhir suatu semester kumpulan sampel karya tersebut digunakan
sebagai seunit bahan untuk mendeskripsikan pencapaian keterampilan secara
deskriptif. Portofolio keterampilan tidak diskor lagi dengan angka.

pengalaman yang diperoleh siswa adalah pengalaman sebagai hasil belajar


siswa di sekolah. Dalam hal ini, penilaian adalah suatu upaya untuk memeriksa
sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan
belajar dan pembelajaran (Schwartz dalam Hamalik 2007:157)

Djiwandono (2005), yakni secara umum evaluasi dalam penyelenggaraan


pembelajaran dipahami sebagai suatu upaya pengumpulan informasi tentang
penyelenggaraan pembelajaran sebagai dasar untuk pembuatan berbagai keputusan.

Djiwandono (2005) menjelaskan pada hakikatnya kedudukan evaluasi


dalam desain pembelajaran adalah ”sebagai bagian akhir dari rangkaian tiga
komponen pokok penyelenggaraan pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.”

Gronlund (1976) merumuskan pengertian evaluasi sebagai suatu proses


sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan tentang ketercapaian tujuan
pengajaran. Wrighstone (dalam Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa evaluasi

62
ialah penafsiran terhadap pertum-buhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan
atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

kemampuan pembelajar dalam menyampaikan materi kepada pembelajar


dan bagi pembelajar sebagai penjajagan seberapa banyak materi yang mampu
mereka serap selama proses pembelajaran. Dari hasil tes, pembelajar/penyusun
silabus dapatmengubah/memperbaiki silabus, metode, dan media. Tes merupakan
pengumpul informasi (Zuhud,1995:10).

Secara umum, jenis pelaksanaan tes mencakup: tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan/performansi. Dalam tes tertulis dapat digunakan soal-soal berbentuk esai,
objektif, atau gabungan dari keduanya. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar dalam bentuk kemampuan mengemukakan ide-ide dan pendapat-
pendapat secara lisan. Sebagai alat evaluasi belajar, soal-soal tes lisan pada
dasarnya berbentuk esai (Subino, 1989:1-7).

Pengetesan tidak langsung dimaksudkan untuk mengukur kemampuan yang


mendasari keterampilan yang hendak diperhatikan. Pengetesan dengan butir
terpisah merujuk kepada pengetesaN salah satu unsur pada suatu waktu, butir demi
butir. Pengetesan terpadu, sebaliknya menuntut calon untuk menggabungkan
beberapa unsur bahasa dalam menyelesaikan suatu tugas (Hughes,1989:14-19).

5. Sarana Prasarana

Nurhattati Fuad dalam Sinta (2019) Sarana dan prasarana pendidikan


merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam menunjang proses
pembelajaran di sekolah. Keberhasilan program pendidikan di sekolah sangat
dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah
dan oleh optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatannya (Nurhattati Fuad, 2016:1).

Menurut KBBI sarana dan prasarana diartikan sebagai sesuatu yang


dipergunakan untuk mencapai tujuan, media dan alat. Sedangkan prasarana sebagai
sesuatu yang berperan sebagai penunjang utama terselenggaranya sebuah proses
atau kegiatan.

63
Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara
nasional pada Bab VII Pasal 42 disebutkan bahwa :

a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,


peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,


ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.

Megasari (2014) Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan


suatu kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses pembelajaran. Dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi maka dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan usaha
pengelolaan dalam sarana dan prasarana pendidikan. Sebagai indikator berhasil
atau tidaknya proses pencapaian suatu tujuan pendidikan. Antara lain dipengaruhi
oleh pengelolaan sarana dan prasarana sekolah oleh pihak sekolah.

Drs.Daryanto dkk dalam Megasari (2014). Sarana pendidikan adalah semua


perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam
proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua
perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan
proses pendidikan sekolah. Contoh dari sarana pendidikan adalah spidol, kertas,
kursi, meja, komputer dan lain-lain. Sedangkan contoh dari prasarana pendidikan
seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang labor, WC, kantin sekolah, ruang
UKS, lapangan sekolah dan lain sebagainya.

64
Saroni (2006: 85) Untuk kelancaran suatu proses, sudah barang tentu aspek
sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan harus ada. Demikian juga
dalam upaya untuk menciptakan kondisi proses pembelajaran yang kondusif. Agar
proses pembelajaran dapat terlaksanakan sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan,
maka perlu didukung oleh sarana prasana yang sesuai dengan kebutuhan. Tanpa hal
tersebut, proses yang dilakukan pasti akan mengalami hambatan yang besar.

Nurhattati Fuad dalam Sinta (2019) Agar sarana dan prasarana pendidikan
yang dibutuhkan sekolah berfungsi optimal dalam mendukung pembelajaran
disekolah, maka diperlukan warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan tenaga
administrasi) yang memahami dan mampu mengelola sarana dan prasarana
pendidikan secara profesional.Hal ini sejalan dengan kebijakan yang telah
digariskan oleh Kemdikbud tentang standar kompetensi yang harus dimiliki oleh
warga sekolah.Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh warga sekolah
adalah kompetensi manajerial sekolah yaitu kepala sekolah harus memiliki
kemampuan mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaannya secara optimal.

E. Mulyasa dalam Sinta (2019) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan


bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.
Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan,
penyimpanan inventarisasi dan penghapusan serta penataan. Manajemen sarana dan
prasarana yang baik diterapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah
sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid
untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau
fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitas relevan dengan
kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses
pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid
sebagai pelajar.

Parid dkk (2020)

• Tujuan dan manfaat pengelolaan sarana dan prasarana Pendidikan

65
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan tujuannya secara umum
yaitu memberikan fasilitas dan pelayanan secara professional di bidang
sarana dan prasarana di sekolah dalam rangka terealisasinya proses
pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien. Secara terperinci tujuan
dari pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu sebagai berikut:
a. Agarmengusahakan pengadaan sarana dan prasarana Pendidikan dengan
sistem perencanaan dan pengadaan yang terstruktrur dan seksama.
b. Mengusahakan penggunaan sarana dan prasarana atau kelengkapan
sekolah/madarasah secara tepat dan efisien.
c. Agarmemberi jaminan kesiapan operasional peralatan supaya mendukung
lancarnya pekerjaan sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
d. Untuk mengusahakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan,
sehingga keadaanya selalu dalam kondisi siap pakai ketika dibutuhkan oleh
semua personil sekolah.
Adapun manfaatnya dari pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu
sebagai berikut:
a. Menyiapkan data dan informasi dalam upaya penentuan dan penyusuanan
rencana barang yang di perlukan
b. Menyajikan data dan informasi supaya dijadikan bahan atau pedoman
dalam pengarahan pengadaan barang
c. Menyajikan data dan informasi untuk dijadikan bahan atau pedoman
dalam penyaluran barang
d. Menyajikan data dan informasi dalam penentuan keadaan barang (sudah
lama, rusak) sebagai dasar penambahan atau penghapusan barang
e. Menyajikan data dan informasi dalam rangka membantu pengawasan dan
pengendalian barang
f. Menyajikan data dan imformasi dalam mengontrol dan mengevaluasi
saran prasarana dalam sebuah lembaga tersebut.

Megasari (2014) Dengan sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat
menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang
menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di dalam lingkungan sekolah.
Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan

66
layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar
proses pembelajaran bisa berlangsung efektif. Jadi secara umum, tujuan
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan adalah memberikan pelayanan secara
professional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka
terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci,
tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan


melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama.
Dengan perkataan ini, melalui manajemen sarana dan prasarana
pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan oleh
sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, sesuai
dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.

2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan


efisien.

3.Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,


sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap
diperlukan oleh semua personel sekolah.

Sarana dan Prasarana pendidikan, khususnya lahan, bangunan dan


perlengkapan sekolah seyogyanya menggambarkan program pendidikan atau
kurikulum sekolah itu. Karena bangunan dan perlengkapan sekolah tersebut
diadakan dengan berlandaskan pada kurikulum atau program pendidikan yang
berlaku, sehingga dengan adanya kesesuaian itu memungkinkan fasilitas yang ada
benar-benar menunjang jalannya proses pendidikan. Pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan adalah proses untuk menyelenggarakan dan pengawasan
dalam sarana prasarana pendidikan serta dalam pengadaan sarana-sarana
pendidikan yang ada di lembaga-lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan
tertentu.

Sinta (2019) Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang akan
menentukan apakah sebuah proses pembelajaran bisa berjalan efektif atau justru
sebaliknya. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang baik dibutuhkan alat dan

67
media yang digunakan sebagai penunjang. Sebagai contoh, proses pendidikan tidak
bisa berjalan dengan efektif jika ruang kelas yang digunakan sebagai tempat belajar
tidak terawat atau bahkan sudah tidak layak pakai.Oleh karena itu, pengelolaan
terhadap sarana dan prasarana dalam sebuah lembaga pendidikan harus dilakukan
secara profesional dan proporsional

6. Kurikulum

Puskurbuk dalam Setiada (2016) Karakteristik dasar Kurikulum 2013 adalah


terletak pada pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum
tersebut. Kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik pada jenjang
pendidikan dasar hingga menengah. Implementasi memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan daya saing bangsa
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Penerapan
Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
produktif, kreatif inovatif dan afektif, melalui penguatan kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

Setiada (2016) Hal yang memberikan perbedaan mencolok antara Kurikulum


2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah penekanan ranah pembelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada proses pendidikan yang holistik sehingga
menyentuh pada cakupan yang lebih luas yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Kurikulum 2013 mengklasifikasikannya dalam empat kompetensi inti
yaitu kompetensi sikap sosial, sikap spiritual, pengetahuan, dan keterampilan.
Dengan demikian, maka potensi siswa selain dari domain kognitif juga dapat
terpantau dan dikembangkan.

Lebeaume dalam Julaeha (2019) Kurikulum memiliki enam fungsi yang


harus diperhatikan di antaranya sebagai berikut: (1) meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber daya kurikulum; (2) meningkatkan keadilan (equity) dan
kesempatan pada peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal; (3)
meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
siswa maupun lingkungan sekitar; (4) meningkatkan efektivitas kinerja guru
maupun aktivitas peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran; (5)
meningkatkan efIsiensi dan efektivitas proses belajar mengajar; dan (6)

68
meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum.

Pada Kurikulum 2013, penilaian diatur dalam Permendikbud Nomor 66


Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan meliputi penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan harian, ulangan tengah
semester,bandingkan dengan sistem penilaian pada kurikulum sebelumnya.
Walaupun pemerintah telah mempersiapkan guru melalui berbagai pelatihan,
namun masih banyak keluhan yang muncul di lapangan berkaitan dengan penilaian.

Domain penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi domain spiritual, sikap


sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat dikategorikan
menjadi tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial dan
spiritual), dan psikomotor (keterampilan). Doman kognitif mencakup hasil yang
berhubungan dengan aspek pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir
Bloom dalam Setiada (2016). Sikap menurut (Fernandes, 1984, p. 57) merupakan
kecenderungan seseorang terhadap objek yang berupa orang, konsep, ide, dan
kelompok. Dengan demikian maka domain afektif meliputi perasaan, dan minat
seseorang.

Chung dalam Setiada (2016) Kemampuan kognitif adalah penampilan-


penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Ranah kognitif merupakan
domain yang mencakup kegiatan mental. Dalam taksonomi Bloom ranah kognitif
merupakan salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan
pendidikan, penyusunan tes dan kurikulum di seluruh dunia.

Zakaria dalam Setiada (2016) Domain sikap merupakan domain yang banyak
dikeluhkan dalam proses penilaian Kurikulum 2013. Penilaian sikap (afektif) dalam
berbagai mata pelajaran secara umum dapat dilakukan dalam kaitannya dengan
berbagai objek sikap sebagai berikut.demikian, hal itu dapat untuk mengetahui hasil
dari proses pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai tersebut dalam diri siswa.

Sudjana dalam Setiada (2016) Domain psikomotor tampak dalam bentuk


keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan

69
keterampilan yaitu: (1) gerakan refleks atau gerakan yang tidak sadar, (2)
keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual untuk membedakan auditif
dan motoris, (4) kemampuan dibidang fisik (kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan), (5) gerakan skill mulai sederhana sampai kompleks dan (6) kemampuan
yang berkenaan dengan komunikasi gerakan ekspresif dan interprestatif.

Setiada (2016) Teknik penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran


yaitu (1) penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
teman sejawat dan jurnal;(2) penilaian kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis,
tes lisan dan penguasan; (3) penilaian kompetensi keterampilan melalui tes praktik,
projek dan portofolio. Penggunaan teknik penilaian disesuaikan dengan kebutuhan-
kebutuhan yang dapat menunjang program pengajaran seperti kompetensi dasar
yang akan dicapai. Perencanaan yang matang seperti pembuatan kisi-kisi
instrumen, diharapkan dapat memberi informasi yang akurat tentang kompetensi-
kompetensi siswa yang perlu diukur, mendorong peserta didik belajar untuk lebih
giat meningkatkan kompetesinya, memotivasi tenaga pendidik mengajar untuk
meningkatkan kompetensi siswa, meningkatkan kinerja lembaga dan meningkatkan
kualitas pendidikan. Dengan kata lain, penilaian dapat digunakan untuk mendorong
peningkatan kualitas pembelajaran, sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh
karena itu, evaluasi pelaksanaan penilaian pendidikan merupakan satu bagian yang
tidak terpisahkan dari Standar Penilaian Pendidikan agar standar minimal ini selalu
dapat ditingkatkan dari dari waktu ke waktu agar dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Nasbi dalam Julaeha (2019) Kelebihan dan kekurangan jenis manajemen


pengembangan kurikulum sentralistik memang sangat tergantung pada keragaman
kondisi sosial, politik, budaya dan ekonomi suatu negara atau daerah. Keragaman
tersebut dapat juga menjadi kekuatan dan sekaligus kelemahan yang seharusnya
dapat dikelola demi terlaksananya kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan.

Amirudding dalam Juleha (2019) Manajemen kurikulum desentralistik untuk


penyusunan, pelaksanaan, pengelolaan dan pengendalian dilakukan secara lokal
oleh satuan pendidikan. Melibatkan guru-guru, ahli, komite sekolah, dan pihak

70
lainnya dari masyarakat yang memiliki perhatian terhadap kurikulum sekolah.
Kurikulum ini biasa disebut dengan School Based Curriculum Development
(SBCD) atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan
kurikulum oleh satuan pendidikan akan menghasilkan desain kurikulum yang
berbeda-beda, akan tetapi lebih mudah dipahami, dikuasai, dan dilaksanakan oleh
guru karena mereka ikut serta dalam pengembangannya.

Juleha (2019) Jenis kurikulum ini memiliki beberapa kelebihan dan


kelemahan. Diantara kelebihannya yaitu kurikulum ini sesuai dengan kebutuhan,
kondisi, karakteristik, dan perkembangan satuan pendidikan dan masyarakat
setempat sehingga satuan pendidikan secara langsung atau tidak langsung dapat
membantu perkembangan masyarakat. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh
jenis manajemen kurikulum ini di antaranya desain kurikulum sangat beragam,
dapat menimbulkan kesulitan dalam pengawasan dan evaluasi kurikulum dan
evaluasi hasil belajar secara nasional, tidak semua guru memiliki keahlian atau
kecakapan dalam pengembangan kurikulum, atau tidak semua satuan
pendidikan/daerah memiliki guru atau orang yang ahli atau cakap dalam
pengembangan kurikulum.

Barrett & Rata dalam Juleha (2019) Kurikulum dalam sebuah lembaga atau
sebuah negara mempunyai peran sangat penting, dan kurikulum itu senantiasa terus
berkembang menyesuaikan diri dari zaman ke zaman, sedangkan problematika,
berasal dari akar kata bahasa inggris “problem” artinya, soal, masalah atau teka-
teki. Juga berarti problematik, yaitu ketidak tentuan agar peserta output dan siswa
atau peserta didik bisa dengan mudah mengikuti perkembangan yang ada. Ada
empat masalah yang harus diperhatikan meliputi bidang cakupan, artikulasi
relevansi dan kemampuan transfer. Para ahli pendidikan seperti Thorndike, Daniel
dan L. N. Tanner serta Taba menyepakati bahwa jika guru hendak mentransfer nilai-
nilai maka terlebih dahulu harus diperhatikan prinsip-prinsip umum dari proses
transfer yaitu: (a) transfer merupakan hati nurani dan pendidikan; (b)proses transfer
memungkinkan untuk dilakukan; (c) proses transfer dimulai dari situasi yang lebih
dekat, ke situasi luar kelas yang lebih jauh dan luas; (d) hasil transfer akan lebih
bermakna (meaningful) jika guru membantu siswa dalam menderivasi, generalisasi,
serta menetapkan generalisasi tersebut; (e) secara umum, bisa dikatakan bahwa

71
ketika siswa memperoleh pengetahuan bagi dirinya, proses transfer tersebut telah
berhasil.

Al- Jawi (2006) Kurikulum harus terstruktur dan terprogram mulai dari
tingkat TK hingga Perguruan Tinggi. Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat
menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada
setiapjenjangnya. Selain muatan penunjang proses pembentukan kepribadian yang
beragama secara terus-menerus diberikan mulai dari tingkat TK hingga Perguruan
Tinggi.

Juleha (2019) urikulum harus bisa mengikuti alur yang ada pada masyarakat.
Kurikulum harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam setiap
persoalan yang dihadapi. Sehingga sudah selayaknya kurikulum terus dan terus
diperbaharui dan dikembangkan. Sejalan dengan zaman, tantangan di dunia
pendidikan dalam rangka membekali siswa siswi menjadi pribadi lurus dan siap
hidup dalam keadaan apapun. Kurikulum harus responsif dan komprehensif dalam
kehidupan sosial tidak overload, relevan, dan mampu menyeimbangkan
keberagaman dan keperluan dalam setiap masa. Dalam menghadapi kondisi
Indonesia yang mengalami krisis moral yang disebabkan merosotnya nilai-nilai
karakter bangsa, dan lahirnya para generasi yang tidak sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Maka perlu adanya penekanan pembelajaran pendidikan
karakter.

Juleha (2019) Pendidikan karakter dijadikan sebagai alat reformasi


pendidikan supaya terwujudnya apa yang diharapkan dari pendidikan karakter itu
perlu kerjasama yang kuat mulai dari pemerintah pusat sebagai pemegang
kebijakan. Sekolah sebagai tempat dan pelaksana pendidikan di lapangan, orang tua
sebagai pembentuk karakter pertama anak dan lingkungan sebagai lapangan
pengaplikasian pendidikan karakter sehingga semua unsur menjalankan fungsinya
masing-masing.

7.Kualitas Siswa

Kualitas siswa dittinjau dari 3 aspek yaitu kemampuan kognitif, kemampuan


psikomotorik, dan kemampuan afektif.

72
• Kemampuan Kognitif
Darouich dalam Basri (2019) Aspek kognitif merupakan salah satu aspek
psikologis yang sangat perlu dipahami dan dihayati oleh seorang pendidik
karena hakikat pembelajaran yang diselenggarakan pendidik harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Sistem kognitif itu
sendiri adalah perangkat pengolah yang kompleks pada manusia yang
mampu memperoleh, melestarikan, memproses dan mentransmisikan
informasi.
Darouich dalam Basri (2019) Perkembangan kognitif berfokus pada
keterampilan berpikir, termasuk belajar, pemecahan masalah, rasional, dan
mengingat. Perkembangan keterampilan kognitif berhubungan secara
langsung dengan perkembangan keterampilan lainnya, termasuk
komunikasi, motorik, sosial, emosi, dan keterampilan adaptif. Dengan kata
lain kemampuan kognisi individu akan meningkat secara bertahap sejak
lahir melalui interaksi anak dengan lingkungannya.
Basri (2019) Pada masa anak, peningkatan perkembangan kognitif
sangatlah cepat, dimana anak lebih cepat menangkap dan mengingat sesuatu
yang terlihat jelas baginya. Struktur kognitif umum yang memengaruhi
semua pemikiran anak merupakan tahap perwakilan pemahaman anak
tentang realitas pada masa itu. Anak biasanya berperan aktif dalam
perkembangan diri mereka sendiri, dimana mereka mencari pengalaman
baru dan
mencoba untuk memahami apa yang mereka lihat dan dengar, dan bekerja
secara aktif
untuk memahami perbedaan antara informasi baru dan apa yang
sebelumnya mereka yakini benar.
Kemampuan kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual (Haryati 2009). Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang menurut Lorin W.
Anderson dan David R. Karthwohl terdiri dari enam aspek, yakni mengingat
(C1, remember), mengerti (C2, understand), memakai (C3, apply),
menganalisis (C4, analyze), menilai (C5, evaluate) dan mencipta (C6,

73
create). Keenam aspek di atas disusun berdasarkan struktur piramidal dari
aspek yang paling sederhana hingga aspek yang paling kompleks. Adapun
kemampuan kognitif seseorang dibagi menjadi dua bagian, yaitu
kemampuan kognitif tingkat rendah dan kemampuan kogntiif tingkat tinggi.
Kemampuan kognitif tingkat rendah merupakan tiga level terendah dalam
taksonomi Anderson, yaitu mengingat, memahami dan memakai (Purwanti,
49). Menurut Anderson dan Krathwohl (Nofiana 2014) indikator untuk
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis,
mengevaluasi, dan menciptakan.
Sumarni, dkk (2019) Kemampuan kognitif ditunjukkan oleh
keberhasilan siswa di dalam kelas setelah menerima pembelajaran dan
menjalani evaluasi. Kemampuan kognitif siswa dianalisis berdasarkan hasil
tes secara keseluruhan ditinjau dari persentase siswa yang mencapai KKM.
Sejalan dengan kemampuan kognitif siswa dalam menganalisis dan
mengevaluasi, maka siswa juga akan memiliki kemampuan menghasilkan
ide-ide yang kreatif untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Ejiwale dalam Surami, dkk (2019) Integrasi dalam pembelajaran dapat
berpengaruh terhadap kemampuan kognitif, baik pada aspek pengetahuan
dan pengaplikasian pengetahuan untuk memecahkan masalah, serta dapat
mengaktualisasi kompetensi literasi sains (Permanasari, 2016).
Surami, dkk (2019) Pemahaman konseptual merupakan komponen
penting dari pengetahuan yang diperlukan untuk mengatasi suatu masalah.
Pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam
pembelajaran kimia, berarti dalam mempelajari kimia siswa harus
memahami konsep kimia terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-
soal dan mampu mengaplikasikan pemahamannya di dunia nyata. Konsep-
konsep dalam kimia terorganisasi secara sistematis, logis dan hirarkis dari
yang paling sederhana ke yang paling kompleks. Kenyataan ini juga
didukung hasil wawancara yang telah dilakukan terkait pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang telah dipelajari sebagai dasar untuk belajar
kimia secara bermakna.

74
Mullis dalam Surami (2019) Tingkat ketercapaian kemampuan berpikir
kreatif siswa yang baik, masih terdapat siswa yang ketercapaian
kemampuan berpikir kreatifnya pada kategori cukup. Hal ini dapat
dikarenakan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang berpusat pada
mereka, soal-soal yang berbeda dari biasanya, pemahaman, keaktifan dan
keterlibatan yang kurang sehingga pemahaman terhadap materi yang telah
dijelaskan sebelumnya masih lemah. Hal tersebut diperkuat berdasarkan
hasil Trend International Mathematics and Science Study (TIMMS)
menyebutkan bahwa tingkat kemampuan kreativitas siswa di Indonesia
tergolong rendah, karena siswa tidak terbiasa mengerjakan soal-soal
kategori high and advance yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi dalam menyelesaikannya.

• Kemampuan Psikomotor

Megawati, dkk (2019) Adapun psikomotorik berasal dari istilah


Psychomotor, yang memiliki keterkaitan dengan kata motor, sensory-motor,
atau perceptual-motor. Penilaian dalam ranah psikomotor dilakukan terhadap
hasil-hasil belajar yang berupa keterampilan/performance. Pada
pengaplikasiannya, penilaian ranah ini seringkali dipadukan dan berangkat dari
penilaian ranah kognitif sekaligus.

Menurut Stephen P.Robin (1998) “kemampuan adalah kapasitas seorang


individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan seseorang pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor
yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik Kemampuan intelektual
yaitu kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental. Enam
dimensi yang menyusun kemampuan intelektual adalah : 1) Kemampuan
numeris, 2) Pemahaman verbal, 3) Kecepatan perseptual, 4) Penalaran induktif,
5) Penalaran deduktif, 6) visualisasi ruang, 7) Ingatan.”

Bali dalam Megawati, dkk (2019) Dalam pembelajaran, penilaian


psikomotorik siswa biasanya dilakukan dengan menggunakan observasi

75
(pengamatan). Lembar observasi merupakan instrumen penilaian yang relevan
dalam mengukur capaian pembelajaran pada aspek keterampilan. Dengan
artian, metode observasi dapat menjadi alat untuk menilai hasil dan proses
belajar psikomotorik siswa. Misalnya untuk menilai tingkah laku siswa ketika
praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi siswa dalam simulasi dan hal
serupa lainnya.

Megawati, dkk (2019) Dalam penelitian ini aspek penilaian psikomotorik


dilakukan pada (1) 1. Persiapan Praktikum (2) Cara merangkai alat, (3) Cara
membaca alat, (4) Ketepatan melakukan prosedur, (5) Menyimpulkan
datapercobaan/hasil praktikum, (6) Keselamatan kerja.

Peningkatan potensi perkembangan psikomotorik merupakan salah satu


faktor yang sangat penting dalam kesuksesan pengajaran. Dengan peningkatan
kemampuan motorik, anak akan mampu menerima pengajaran sesuai dengan
batasan jenjang pendidikanya. Beberapa konstelasi perkembangan motorik
individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut :

a). Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan


memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang memiliki
ketrampilan memainkan boneka, melempar bola dan memainkan alat alat
mainan.
b). Dengan keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak
berdaya pada bulan bulan pertama dalam kehidupanya kepada kondisi yang
independen. Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lain, dan
dapat berbuat sendiri untuk dirinya sendiri. Kondisi ini akan menunjang
perkembangan rasa percaya diri.
c). Melalui peningkatan potensi perkembangan psikomotorik anak dapat
menyesuaikan dangan lingkungan sekolah. Pada masa pra sekolah atau pada
masa awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis menggambar
melukis dan baris berbaris.
d). Melalui peningkatan potensi prkembangan psikomotorik yang normal
memungkinkan anak dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya,

76
sedangkan yang tidak normal akan menghambat dalam bergaul dengan teman
sebayanya, bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang terpinggirkan
e). Peningkatan potensi perkembangan psikomotorik sangat penting bagi
perkembangan self concept (kepribadian anak)

Tahapan-tahapan pengembangan psikomotorik:

1. Tahap Kognitif

Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan gerakan yang kaku dan
lambat. Hal tersebut terjadi karena anak ataupun siswa masih dalam taraf
belajar untuk mengendalikan gerakan gerakanya. Dia harus berfikir sebelum
melakukan suatu gerakan, pada tahap tersebut siswa sering membuat
kesalahan dan kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.

2. Tahap Asosiatif
Pada tahap ini seorang anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang
lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat
mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang
sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam
perkembangan psikomotorik oleh karena itu gerakan gerakan dalam tahap ini
belum menjadi gerakan yang bersifat otomatis. Pada tahap ini siswa ataupun
anak masih menggunakan pikiranya untuk melakukan suatu gerakan, tetapi
waktu yang diperlukan untuk berfikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia
berada pada tahap kognitif. Gerakannya sudah tidak kaku kerena waktu yang
dipergunakan untuk berfikir lebih pendek.

3. Tahap otonomi
Pada tahap ini seorang siswa telah mencapai tingkat otonomi yang
tinggi, proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih dapat
memperbaiki gerakan garakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap
otonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk
melakukan gerakan gerakan. Pada tahap ini gerakan yang dilakukan secara

77
spontan oleh karenanya gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan
pembelajaran untuk memikirkan tentang gerakanya.
Tumbuh kembang potensi psikomotorik anak memerlukan stimulasi
stimulasi guna tercapai pengoptimalannya. Pada anak anak dapat dilakukan
stimulasi diantaranya dengan :
a. Diberikan dasar dasar ketrampilan untuk menulis dan menggambar;
b. Ketrampilan berolah raga atau menggunakan alat olah raga;
c. Gerakan geraka permainan, seperti melompat memanjat dan berlari; dan
d. Baris berbaris secara sederhana.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara menggambar,
menari, memainkan alat musik (piano, guitar), anak menggali pasir dan tanah,
menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu batu, dedaunan atau
benda kecil lainya, dan bermain permainan luar ruangan seperti bermain
kelereng. Peningkatan potensi psikomotorik halus ini merupakan modal dasar
untuk menulis.

• Kemampuan Afektif
Mardapi dalam Riscaputanri, dkk (2018) menjelaskan bahwa instrumen
yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan afektif adalah bentuk
kuesioner dengan disajikan kasus yang selanjutnya siswa diminta untuk
memberi respon. Kuesioner yang baik tentu dalam pembuatanya telah
melalui prosedur.
Riscaputanri, dkk (2018) Definisi tersebut dapat diartikan bahwa dalam
memilih karakteristik pada pengembangan instrumen ranah afektif
perluberhati-hati dalam mempertimbangkan pemilihan teori secara
konstruk. Dengan pemahaman yang baik dapat menghasilkan definisi
operasional yang valid untuk masing-masing karakter pada ranah afektif.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan penilaian afektif tidak boleh
sembarangan dalam membuat definisi operasional yang kemudian
dikembangkan menjadi indikator-indikator sikap yang akan dinilai. Guru
tentu perlu memahami hal ini sebagai upaya membantu mengenali sikap
yang tercermin dari diri siswa. Selain itu, pada penyusunan butir-butir perlu

78
dilakukan pengujian validitas dan mengestimasi reliabilitas. Validitas
dilakukan untuk memastikan layak digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur, dan estimasi reliabilitas dimaksudkan instrumen tersebut
memiliki keajegan atau konsisten dalam mengukur kemampuan afektif
siswa, dalam hal ini adalah sikap siswa.
▪ Penerimaan ( Receiving/Attending)
Mengacu kepada kemampuan untuk memperhatikan dan merespon
stimulasi yang tepat, juga kemampuan untuk menunjukkan atensi atau
penghargaan terhadap orang lain. Dalam domain atau ranah afektif,
penerimaan merupakan hasil belajar yang paling rendah. Contohnya,
mendengarkan pendapat orang lain.

▪ Responsif (Responsive)
Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan, dan ini akan terlihat
ketika siswa menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu materi. Anak
memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam suatu pembelajaran dan
selalu memiliki motivasi untuk bereaksi dan mengambil tindakan. Contoh,
ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas mengenai suatu pelajaran.

▪ Penilaian (Value)
Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau keterikatan diri terhadap
sesuatu, seperti penerimaan, penolakan atau tidak menyatakan pendapat.
Juga kemampuan untuk menyatakan mana hal yang baik dan yang kurang
baik dari suatu kegiatan atau kejadian dan mengekspresikannya ke dalam
perilaku. Contoh, mengusulkan kegiatan kelompok untuk suatu materi
pelajaran.

▪ Organisasi (Organization)
Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan nilai, sikap yang berbeda
yang membuat anak lebih konsisten dan membentuk sistem nilai
internalnya sendiri, dan menyelesaikan konflik yang timbul diantaranya.
Juga mengharmonisasikan berbagai perbedaan nilai yang ada dan
menyelaraskan berbagai perbedaan.

79
▪ Karakterisasi (Characterization)
Acuan domain ini adalah karakter seseorang dan daya hidupnya. Kesemua
hal ini akan tercermin dalam sebuah tingkah laku yang ada hubungannya
dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi. Nilai – nilai telah
berkembang sehingga tingkah laku lebih mudah untuk diperkirakan.

8. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Musiyati dalam Hidayat, dkk (2020) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


adalah batas nilai minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap mata
pelajaran, baik sebagian (pokok bahasan) maupun keseluruhan dalam rentang
semester.

Khaeruddin dalam Hidayat (2020) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


belajar adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran oleh siswa per mata pelajaran. Kriteria ketuntasan menunjukkan
persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan anggka
maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal.
Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan
pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional
kemudian ditingkatkan secara bertahap.

Ardil dalam Hidayat (2020) prosedur penetapan KKM yang dibuat dan
diikuti oleh sekolah dengan baik, benar dan sesuai dengan aturan prosedur
penetapan KKM, maka akan meningkatkan mutu sekolah. Agar dapat
meningkatkan mutu sekolah maka perlu perhatian khusus dalam hal-hal penetapan
KKM.

Anonimus dalam Wahyuni dkk (2015: 108), bahwa penetapan KKM


berpedoman pada kriteria yang telah ditetapkan, criteria tersebut adalah sebagi
berikut:

1) Tingkat kompleksitas, kesulitan atau kerumitan setiap indikator, kompetensi


dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik,

80
2) Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran
pada masing- masing sekolah,

3) Tingkat kemampuan (Intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang


bersangkutan.

Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat


ditindaklanjuti sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindaklanjut diperlukan untuk
melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran
maupun penilaian. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal bertujuan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan.

1. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis rata-rata hasil pencapaian


pesrta didik terhadap Kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan pada setiap
mata pelajaran.

2. Melalui analisis dimaksud, diharapkan akan diperoleh data antara lain tentang:

a) KD, yang dapat dicapai oleh 75% -100% dari jumlah peserta didik.

b) KD, yang dapat dicapai oleh 50% -74% dari jumlah peserta didik.

c) KD, yang hanya dapat dicapai oleh ≤ 49% dari jumlah peserta didik.

3. Manfaat hasil analisis sebagai dasar untuk meningkatkan Kriteria Ketuntasan


Minimal (KKM) pada setiap semester atau tahun berikutnya dalam rangka
mencapai KKM

(Khaeruddin, 2007: 239).

Depdiknas dalam Nasirullah (2013) Adanya nilai Kriteria Ketuntasan


Minimal (KKM) setiap mata pelajaran merupakan salah satu muatan penting
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kriteria Ketuntasan Minimal menjadi
acuan Bersama antara pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Sehingga
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk
mengetahuinya. (Depdiknas, 2008). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

81
ditetapkan pada setiap awal tahun pelajaran. Guru menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria,
yaitu kompleksitas, daya dukung dan kemampuan (intake) peserta didik.

Nasirullah (2013) Langkah pertama untuk menetapkan nilai Kriteria


Ketuntasan Minimal (KKM) dengan Teknik Delphi di Sekolah Menengah Atas
Negeri se Kabupaten Pamekasan adalah menentukan kriteria guru yang diinginkan.
Penentuan kriteria ini didasarkan atas : 1) Mata pelajaran apa yang akan ditentukan
nilai Kriteria Ketuntasan Minimalnya; 2) Latar belakang pendidikan guru harus
sesuai mata pelajaran yang diampunya; 3) Jumlah guru mata pelajaran yang
mengampu mata pelajaran tersebut. Jika guru mata pelajaran yang mengampu mata
pelajaran tersebut hanya satu orang, maka harus bekerjasama dengan satuan
pendidikan atau sekolah lain yang mempunyai kategori atau kondisi yang hampir
sama dengan sekolah tersebut. Kriteria guru dalam penelitian ini adalah guru Mata
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) anggota Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP), termasuk dalam kategori Sekolah Standar Nasional
(SSN) dan mempunyai latar belakang pendidikan S1 Komputer atau Teknik
Informatika. Setelah kriteria guru ditentukan, langkah selanjutnya adalah memilih
para guru yang termasuk dalam kriteria tersebut. Adapun jumlah guru yang terpilih
dalam penelitian ini sebanyak 7 orang guru yang diperoleh dengan menggunakan
purposive sampling.

Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila


dalam mencapai kompetensi yang diperlukan sebagai berikut:

1. Guru yang memahami kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik;

2. Guru yang kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran;

3. Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki
tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajaranya
memerlukan pengulangan atau latihan;

4. Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi.

82
Sintesis

Menurut kutipan -kutipan di atas dapat di simpulkan

1. Peran guru sangat lah penting,guru menjadi fasilitator yang merancang


bagaimana pembelajaran bisa berjalan lancar,tentu ketika ingin suasan efektif dan
efisien kulitas guru itu sangat lah perlu,tetapi kualitas guru di Indonesia menempati
peringkat ke 14 jadi kualitas guru harus menjadi prioritas dalam upaya
Mengembangkan sebuah pola pendidikan efektif. Keberhasilan kinerja guru juga di
tentukan perkerjaan nya sebagai guru sesuai dalam bidang nya.

2. Media adalah mencakup semua sumber yang di perlukan untuk proses


pembelajaran ,maka dapat di katakan media pembelajaran adalah suatu sumber
yang terencana ,media yang bervariasi dapat memperluas cakrawala sajian materi
nya.

3. Semakin baik metode itu maka semakin efektif Pula pencapaian tujuan
pembelajaran ,banyak sekali jenis-jenis pembelajaran,metode juga bisa kita bilang
strategi , strategi adalah Rancangan kerja ada 4 hal yang harus di perhatikan
sebelumnya memilih metode pembelajaran yaitu 1.materi pembelajaran,
2.pertimbangan kelas 3.inividual, 3.dukungan media

4. Evaluasi penting bagi guru untuk memberikan Umpan balik untuk


menyempurnakan proses pembelajaran, evaluasi juga berfungsi untuk mengetahui
proses dan hasil belajar peserta didik, evaluasi juga bisa dikatakan bagian akhir dari
rangkaian 3 komponen belajar yaitu ,tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran
dan evaluasi hasil pembelajaran,jenis jenis evaluasi juga banyak tergantung materi
dan guru ingin menggunakan evaluasi yang bagaimanapun.

5. sarana prasarana merupakan komponen penting dalam keberlangsungan


proses pembelajaran. Sarana prasarana merupakan suatu kegiatan untuk
mengoptimalkan terjadinya proses pembelajaran. Jika sarana prasarana disuatu
instansi tersebut tidak memadai maka keberlangsungan proses pembelajaran akan

83
kurang efektif. Setelah terpenuhi sarana prasarana disuatu instansi maka perlu
dijaga dan dikelola dengan baik oleh seluruh warga sekolah baik itu guru, kepala
sekolah, tenaga administrasi bahkan juga siswa. Untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang baik dibutuhkan alat dan media yang digunakan sebagai
penunjang. Sebagai contoh, proses pendidikan tidak bisa berjalan dengan efektif
jika ruang kelas yang digunakan sebagai tempat belajar tidak terawat atau bahkan
sudah tidak layak pakai.Oleh karena itu, pengelolaan terhadap sarana dan prasarana
dalam sebuah lembaga pendidikan harus dilakukan secara profesional dan
proporsional.Perlu adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas
mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan
kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.

6. Kurikulum

Kurikulum di Indonesia sering berganti seiring dengan waktu. Banyak dari pro
dan kontra masalah saat pergantian kurikulum. Saat ini sistem pendidikan di
Indonesia masih memakai Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan
pendekatan saintifik pada jenjang pendidikan dasar hingga menengah.
Implementasi memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dan meningkatkan daya saing bangsa seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Penerapan Kurikulum 2013 diharapkan dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif inovatif dan afektif,
melalui penguatan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Banyaknya
Pro dan kontra sehingga banyak yang mengatakan pergantian kurikulum hanya
sebatas namanya saja. Kurikulum seharusnya bisa mengikut alur yang ada pada
masyarakat. Kurikulum dapat menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan di
Indonesia. Maka sudah sepantasnya pendidikan di Indonesia disusun berdasarkan
kebutuhan yang dibutuhkan saat itu.

84
7. Kualitas Siswa

Kualitas siswa dilihat dari 3 kemampuan yaitu kemampuan kognitif,


kemampuan psikomotor dan kemampuan afektif. Ketiga kemampuan ini sangat
menjadi penunjang siswa untuk melihat kualitas siswa itu sendiri. Dizaman
sekarang banyak siswa yang pintar namun memiliki etika yang sangat minim. Oleh
sebab itu, pemerintah menciptakan kurikulum yang dimana kualitas siswa dilihat
dari 3 kemampuan tersebut.

8. KKM

KKM belajar adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi


dasar mata pelajaran yang menunjukkan presentase tingkat pencapaian hingga
dinyatakan dalam bentuk angka. KKM menjadi acuan untuk melihat pencapaian
peserta didik. KKM inilah yang akan menentukan pencapaian peserta didik.

2.2 Temuan

1. Nama sekolah : SMAN 1 DOLOK PARDAMEAN


Nama guru : Pransiska Sitorus. S.pd

No Pertanyaan jawaban

1. Bagaimana media Oke baik, kalau masalah media itu


pembelajaran yang bapak/ibu kita buat sesuai dengan eee....materi
gunakan saat pembelajaran atau judul daripada setiap materi.
dikelas,terutama di
Misalnya pada pembelajaran dikelas
pembelajaran fisika?
12, listrik statis. Nah...disana media

85
yang perlu dibawa kekelas itu adalah
sederhana saja, yaitu eee...bola
lampu senter, kemudian baterai,
kemudian eee...kawat penghantar.
Artinya, media yang digunakan
adalah media yang sangat
sederhana.

2. Bagaimana pandangan Oke baik, kalau masalah suka atau


bapak/ibu terhadapsiswa tidak suka itu eee...secara
yang memiliki rasa suka atau gamblangnya, yang pertama ketika
tidak suka terhadap
kita menjelaskannya, jika dia suka
pembelajaran fisika?
pembelajaran fisika maka dia akan
merespon , yang pertama. Yang
kedua, jika ada penugasan, dia akan
tetap merespon dan
eee...menyiapkan tugas tersebut.
Dan jika misalnya tidak suka dengan
materi fisika atau pembelajaran
fisika, siswanya dia biasanya acuh
tak acuh.

3. Bagaimana cara evaluasi yang Oke baik, untuk menilai hasil


bapak/ibu gunakan dalam prestasi anak didik biasanya kita
menilai hasil prestasi anak gunakan ada empat. Ada empat
didik?
evaluasi yang mau kita buat. Yang
pertama kuis, yang kedua kita buat
nilainya itu diambil dari evaluasi
dengan membuat ulangan harian,
yang berikutnya Ujian Tengah
Semester dan Ujian Semesternya.

86
Jika anak didik memang
mengikutinya dengan seksama atau
dengan serius, mereka pasti
mendapatkan nilai yang diatas rata-
rata.

4. Bapak/ibu adakah medote Oke baik, untuk eee... anak didik


khusus yang ibu gunakan supaya didalam pembelajaran
dalam mengajar agar para merasa enjoy atau merasa senang,
murid dapat mamahami
itu yang pertama dilakukan
materi pembelajaran dan tidak
pendekatan, kemudian yang kedua
merasa tertekan untuk
diberikan berbentuk misalnya kuis-
memahami materi-materi yang
kuis atau permainan. Biasanya si
di berikan?
siswa kalau misalnya metode
tersebut dilakukan, mungkin diajak
secara menyeluruh artinya tidak
secara pribadi. Arti secara pribadi ini
mungkin eee...ada yang pintar, fokus
langsung ke yang pintar. Tapi itu
harus kita tiadakan supaya
menyenangkan semua kena secara
menyeluruh harus dibawa secara
umum.

5. Dari dulu hingga sekarang Oke baik, kalau kesulitan itu tidak
kurikulum sering berubah-ubah ada. Tapi untuk siswa pasti ada
apakah ada kesulitan yang kesulitan yaitu pendidikan sekarang
terdapat di kurikulum baru?
yang diutamakan adalah karakter.
Karakter atau afektifnya, kemudian
psikomotornya, kemudian
kognitifnya. Jadi karena yang

87
terakhir kognitif, maka kebanyakan
siswa sekarang kalau saya bedakan,
kebanyakan yang malas. Karena
yang diutamakan disitu adalah
pendidikan yang mengacu kepada
afektif yang diutamakan.

6. Bagaimana penilaian bapak/ibu Untuk pembelajaran fisika,


mengenai penilaian psikomotorik pada umumnya itu
psikomotorik peserta didik adalah psikomotorik atau
dalam pembelajaran fisika
keahliannya itu diambil dari
sesuai penilaian bapak/ibu?
keaktifannya dikelas. Karena
keterbatasann juga kita dalam
eee...praktikum, maka diambil
eee...psikomotoriknya dari
keaktifan, keaktifan untuk
mengerjakan dan mengerjakan
evaluasi maksudnya. Dan
keaktifannya ketika terjadi
pembelajaran. Artinya ada respon
begi

7. Apakah ibu/bapak mempunyai untuk mengoptimalkan


cara untuk mengopmtimalkan pembelajaran siswa, terutama untuk
hasil belajar siswa pada mata saat ini sangat-sangat ada, yaitu
pelajaran fisika?
ketika PTM yang hanya berlaku satu
jam, maka untuk evaluasi dan
mencatat atau memindahkan
kebukunya, itu kita gunakan dengan
menggunakan google classroom.
Sebagian dari GCR dan sebagian lagi

88
penjelasan di PTM. Nah, begitu dia
supaya optimal

8. Bagaimanakah daya tangkap daya tangkap siswa yang pertama


peserta didik terhadap materi dilihat dari latar belakang siswa yang
pelajaran fisika yang bapak/ ibu masuk SMA Negeri 1 Dolok
jelaskan?
Pardamean. Input dan output,
inputnya adalah siswa yang tidak
memiliki arah dan memiliki evaluasi
dari SMP yang rendah. Maka, sampai
di SMA ya yang terjadi begitu-begitu
saja. Namun, pembelajaran yang kita
berikan sudah optimal.

9. Mengapa dalam pembelajaran kalau memang seperti pertanyaan


terhadap nilai KKM ,menurut yang ke 8, kalau memang inputnya
ibu apakah nilai KKM tersebut bagus, atau dia punya cita-cita atau
efektif untuk menunjang
punya tujuan, maka siswanya pasti.
Pendidikan di sekolah?
Tanpa juga dibimbing secara
intensif, pasti dia juga mengarah
kepada cita-citanya. Tetapi, karena
inputnya memang dilingkungan kita,
memang termasuk bukan yang
memiliki rata-rata eee ...cita-citanya
melanjut, tetapi kemungkinan 45%
berasal dari eee...bertani, maka dia
tidak ada melanjut ke PTN atau PTS.
Nah, jadi tergantung siswanya
memang, kalau disini siswanya
memang yang tidak memiliki cita-
cita tinggi.

89
Kalau yang itu perlu. Justru itu bisa
jadi lebih dari yang ditetapkan.
Misalnya KKM 70, kalau orang yang
sudah mempunyai cita-cita, kalau
dibuat juag 80 atau bahkan 90,
mereka pasti bisa melaluinya. Atau
mereka pasti bisa eee, mencapainya.
Kenapa dibuat KKM? Supaya anak-
anak atau siswa/i itu bisa berlomba
untuk mencapai KKM itu.

Dalam pembelajaran fisika apa sarana yang pertama sarananya


10. saja sarana dan prasarana yang eee...buku paket. Kalau itu lengkap.
menurut bapak /ibu penting Yang kedua alat-alat di laboratorium
untuk ada di sekolah?
sebagai penunjang untuk PBM nya.
Alat-alat di laboratorium , tapi ya
seperti yang ada, alat-alat di
laboratorium sangatlah tinggi,
bahkan itu cocok digunakan untuk
perguruan tinggi. Namun, untuk
SMA kadang-kadang tidak bisa
dipakai karena kalau itu kita berikan,
tidak masuk akal oleh siswa/i.

Bagaimana cara bapak /ibu Oke baik , kalau afektif ini saran
11. membentuk Pendidikan afektifnya sesuai dengan biasanya
efekti(sikap) peserta didik tidak menyimpang itu dengan
dalam proses pembelajaran?
psikomotorik dan kognitifnya. Jadi
sikapnya itu adalah dipetakan atau
dikelompokkan bahwa yang benar-
benar masuk IPA harus dimasukkan

90
kedalam IPA, yang benar-benar ke
IPS maka harus dibuat ke IPS. Jangan
dibuat yang tidak masuk diakal ya di
IPA, masuk ke IPA. Jadi salah jurusan
namanya itu.

Bagaimna starategi bapak /ibu Yang pertama selalu kita ingatkan


12. untuk mengubah pola pikir bahwa fisika itu adalah temannya.
siswa yang sudah tertanam Artinya, kenapa ibu bilang begitu?
bahwa fisika itu sulit ?
Karena fisika itu adalah dirinya
sendiri dengan lingkungan, interaktif
atau hubungan antara dirinya
dengan lingkungannya, bukan
masalah berhitung. Di fisika tidak ada
berhitung, tetapi yang ada adalah
aplikasi saja.

91
Bagaimana cara bapak /ibu itu mirip dengan pertanyaan yang ke
13. agar hati,pikiran dari peserta 2. Tadi saya bilang diupayakan kalau
didik bisa sejalan aga bisa bisa. Sebenarnya fisika itu ada 3, yang
memahami materi fisika yang
pertama itu adalah harus terjadi dulu
ibu jelaskan
pemahaman, harus mengerti dulu
siswanya. Yang kedua, siswa harus
paham interaktifnya kemana.
Misalnya usaha dan energi, siswa
harus paham apa itu usaha dan
energi. Yang berikutnya, bagaimana
hubungannya?. Yang ketiga, kalau
sudah paham maka harus
diaplikasikan. Contohnya, jika kita
ambil barang orang tapi tidak ada
perpindahan , maka usaha kita akan
sia-sia.

Bagaimana solusi jika media


14. pembelajaran di sekolah
kurang memadai terutama di
pembelajaran fisika?

Bagaimana kemampuan efektif


15. peserta didik dalam
pembelajaran fisika sesuai
penilaian ibu?

Menurut ibu ,bagaimana supaya efektif dan efisien yang


16. menciptakan interaksi belajar pertama kita buat tukar informasi
mengajar yang efektif dan artinya perkelompok. Kita letakkan
didalam kelompok itu misalnya ada 2

92
efesien khususnya dalam mata atau 3 orang mampu, maka harus
pelajaran fisika? kita tempatkan ke kelompok yang
kurang mampu dengan alasan
biasanya kalau dia misalnya tahu, dia
semakin giat apalagi dia sampai
mendapatkan hasil dan merasa puas,
dia akan mencari lagi. Jadi kita
tempatkan dia, kita buat mereka
untuk tukar informasi antara siswa
dan siswa. Jadi, dengan demikian
pasti yang tidak mampu akan
bertanya kepada yang mampu. Nah
demikianlah pertukaran informasi
tiap anggota kelompok.

Bagaimana seorang guru Biasanya jika guru tidak memahami


17. melakukan proses atau tidak menguasai, gurunya sering
pembelajaran jika guru marah. Berikutnya gurunya pasti
tersebut tidak menguasai teori
menggunakan waktu tidak efisien.
tentang materi dalamproses
Yang ketiga, guru ketika tidak
pembelajaran itu sendiri ?
menguasai, maka siswanya dibuat
salah tingkah. Yang terakhir, jika
misalnya tidak menguasai, biasanya
sang guru sering meninggalkan
kelasnya.

18. Jika ada siswa yang tidak biasanya jika ada siswa seperti itu
menyukai fisika ,apa tanggapan maka dia malas masuk ruangan,
ibu mengenai hal tersebut dan malas bergabung dengan temannya.
hal apa yang harus ibu
Biasanya tampak dari kehadiran dan
lakukan?
sering mencari alasan-alasan, maka

93
kita harus memberikan perhatian
yang ekstra, diadakan pendekatan
kepada siswa tersebut.

Menurut ibu/ bapak jaman ini semakin berkembang,


19. bagaimana pandangan kemudian yang kedua jika kita lihat
mengenai pergantian orang-ogang yang pintar tidak
kurikulum yang di lakukan oleh
pernah berhasil jika sikap nya tidak
pemerinta?
bagus. Jadi menurut saya kurikulum
yang kita gunakan saat ini adalah
kurikulum yang tepat. Dimana
mengutamakan afektif kemudian
psikomotornya,kepribadiannya,
kemudaian kognitifnya. Karena orang
yang afektifnya bagus, jika
ditempatkan di manapun, walau
kognitifnya pas-pasan, dia akan
berhasil. Demikian.

Apa ada acara evaluasi hasil Yang paling besar sebenarnya adalah
20. pembelajaran selain ujian bu/ nilai siswa itu diambil dari ketika
pak? PTM atau pembelajaran tatap muka.
Atau ketika PTM berlangsung,
sebenarnya nilai sudah dapat disana,
apalagi sepert Roiman. Kan begitu?
Nah kalau misalnya kita buat 5 kali
atau 6 kali kuis, biasanya sebelum
kita buat ulangan harian,atau UTS,
atau ujian semester, biasanya sudah
dapat disana siapa yang minat
belajarnya ada atau tidak.

94
2. Nama sekolah : SMAN 1 MERANGIN
Nama guru :Drs.partono

No pertanyaan jawaban
1. Bagaimana media pembelajaran Ya kadang-kadang ada yang pakai
yang bapak/ibu gunakan saat HP,kadang-kadang manual,
pembelajaran dikelas,terutama kadang-kadang ke laboratorium,
di pembelajaran fisika? haya itu lah. Kalau misalnya pas
daring pakai Google Classroom
itulah yang sekarang kita pakai
2. Bagaimana pandangan Karna pada dasarrnya untuk
bapak/ibu terhadap siswa yang pelajaran fisika, rata-rata anak
memiliki rasa suka atau tidak itu memang kurang. Karena
suka terhadap pembelajaran fisika itukan dasarnya dari
fisika? matematik, kerena kebanyakan
kesulitan di matematika, tahu
rumus tapikan penyelesaiannya
ada, jadi yang
minat itu mungkin ya anak-anak
yang memang kemauan ada, bagi
anak-anak yang kemauannya
kurang, ya otomatis dia kurang
suka lah atau mungkin karena
pembelajarannya sedikit agak
sulit jadi anak-anak malas untuk
belajar

95
3. Bagaimana cara evaluasi yang Penilaian secara keseluruhan
bapak/ibu gunakan dalam pertama dengan pengamatan,
menilai hasil prestasi anak karena didalam pembelajaran kita
didik? melihat anak itu mampu atau
tidak diberi tahu, anak ini
bisa,anak itu tidak itu sudah
kelihatan. Kemudian di dukung
dengaan ujian semester,mit
semester,dan itu nanti kita
simpulkan maka akan dapatlah
nilai dari anak tersebut

4. Bapak/ibu adakah medote Kalau metode khusus ga ada


khusus yang ibu gunakan dalam metode yang biasa bapak
mengajar agar para murid dapat sampaikan kalau pakai slide
mamahami materi justru kadang-kadang anak
pembelajaran dan tidak merasa merasa capek, karna kalau
tertekan untuk memahami misalnya pakai slide kan anak
materi-materi yang di berikan? nyatat. Nah kita nerangkan dia
protes,katanya malah ga paham.
Kalau fisika malah
justru enak secara manual, nah
anak kan lebih cepat menagkap
dibandingkan dia menggunakan
slide

5. Dari dulu hingga sekarang Saya rasa ga ada,sama saja.


kurikulum sering berubah-ubah Walaupun dirubah-rubah seperti
apakah ada kesulitan yang itulah pendidikan kita ke anak
terdapat di kurikulum baru?
6. Bagaimana penilaian bapak/ibu Yaa seperti sudah saya katakan,
mengenai penilaian kalau anal kemampuan rata-

96
psikomotorik peserta didik ratanya diatas memang semangat
dalam pembelajaran fisika begitu, psikomotoriknya bagus,
sesuai penilaian bapak/ibu? tapikan kalau anak-anak yang
kemampuannya dibawah
kadang-kadang sekedar saja
datang, sekedar duduk, sekedar
saja mendengar,itu mah tingkah
lakunya kurang

7. Apakah ibu/bapak mempunyai paling kadang cuma memberikan


cara untuk mengopmtimalkan motivasi saja bahwa
hasil belajar siswa pada mata pembelajaran itu
pelajaran fisika? penting untuk masa depan.
Karna semuanya perlu ada
ikhtiar,ada usaha,kemauan doa
paling itu motivasinya
.
8. Bagaimanakah daya tangkap Ya kalau untuk fisika, rata-rata
peserta didik terhadap materi yang memang ya bapak katakan
pelajaran fisika yang bapak/ ibu tdi kalau yang kemampuannya
jelaskan? diatas rata-rata cepat dia untuk
menangkap, dan menyelesaikan
soalnya juga cepat,tapi bagi anka
yang kemampuannya dibawah,
dia akan tertinggal karena
penggunaan untuk tumus saja
kadang masih tidak bisa
menyelesaikan cara matimatika
nya,kendala, sehingga perlu
memangya kesabaran kadang-
kadang pembinaan, dan
pengarahan lah.

97
9. Mengapa dalam pembelajaran Penting juga, KKM itu kan
terhadap nilai KKM ,menurut standar ketuntasan belajar, jadi
ibu apakah nilai KKM tersebut kalau tidak ada standarnya, kan
efektif untuk menunjang tidak ada target. Jadi KKM itu
Pendidikan di sekolah? sangat dibutuhkan karena untuk
mengejar target, kalau ga ada
target, hidup seenaknya saja,
bebaskan? Tapi kalau ada
standar itu kan minimal dia
berusaha untuk mencapai target
tersebut

10. Dalam pembelajaran fisika apa Sarana yang pertama sebenarnya


saja sarana dan prasarana yang laboratorium,laboratorium itu
menurut bapak /ibu penting ada kaitannya dengan aplikasi
untuk ada di sekolah? pembelajaran. Yang kedua
media-media proyektor. Kadang-
kadang diperlukan untuk melihat
secara visualnya

11. Bagaimana cara bapak /ibu Untuk efektif ya kadng-kadang


membentuk Pendidikan dibuat kelompok untuk
efekti(sikap) peserta didik menyelesaikan masalah untuk
dalam proses pembelajaran? menyelesaikan soal kelompok
satu, kelompok dua nantikan
mana yang lebih cepat
itu berarti yang lebih
paham,sehingga tahu
kemampuan anak untuk
kelompok ini kurang, kelompok
ini bisa

98
.
12. Bagaimna starategi bapak /ibu Untuk merubahnya saya rasa
untuk mengubah pola pikir susah juga, memang fisika itu
siswa yang sudah tertanam bukan masalah sulit atau tidaknya,
bahwa fisika itu sulit ? kemauan anak itu kurang untuk
mempelajarinya, kalau misalnya
dimotivasi apapun tapi kalau
kemauan anak juga kurang sulit
juga,pada dasarnya memang
kuncinya adalah semangat anak
untuk belajar itu, bagaimana
motivasi bahwa pembelajaran itu
penting untuk masa depan,
pelajaran itu penting tidak hanya
fisika saja tapi keseluruhan
penting sehingga kalau yang
lainnya semangat otomatis fisika
juga semangat
13. Bagaimana cara bapak /ibu agar Dalam memberikan materi kita
hati,pikiran dari peserta didik otomatis santai tidak istilahnya
bisa sejalan aga bisa memahami mengejar target harus tercapai
materi fisika yang ibu jelaskan kalo bagi bapak semester satu
tidak mau kurikulum yang penting
anak itu paham dulu, menguasai
materi dulu, baru
belajar.kemudian dibuat ya
istilahnya tidak terlalu terburu-
buru.
14. Bagaimana solusi jika media Kalau saya rasa kalo di SMAN 1
pembelajaran di sekolah kurang cukup banyak kalau untuk
memadai terutama di media-medianya
pembelajaran fisika? kalau bisa juga digunakan untuk

99
alam, misalnya kalo ingin belajar
yang masuk di alam. Ya Cuma
itu teori kadang-kadangkan
prakteknya kan ada sebagian
anak yang keberatan berkarya di
alam untuk belajar, tapikan
merasa penting dan sebagainya.
Memang perlu pengawasan yang
ketat.

15. Bagaimana kemampuan avektif Mungkin kalau di kalkulasikan


peserta didik dalam Cuma 40% lah itu yang
pembelajaran fisika sesuai mengalami ketuntasan
penilaian? dalam belajar kalau secara murni
Cuma kadang-kadang nilai itu
bukan sekedar nilai saja tapi kita
dalam memberikan nilai ada
prilaku, kemudian semangat dia
belajar

16. Menurut ibu ,bagaimana Ya tadi bapak katakan bahwa


menciptakan interaksi belajar fisika ya tidak terlalu tegang, agak
mengajar yang efektif dan santai dan kemudian dibuat
efesien khususnya dalam mata nyaman teratur dan tidak merasa
pelajaran fisika? terbebani dengan pembelajaran
fisika

17. Bagaimana seorang guru Ya kalau guu tidak menguasai


melakukan proses materi itu bagaimana bisa
pembelajaran jika guru tersebut menyampaikan ke anaknya ya
tidak menguasai teori tentang kan otomatis gagal dalam
pembelajaran memang guru itu

100
materi dalamproses dibutuhkan pertama teori
pembelajaran itu sendiri ? materinya harus dikuasai,media
pembelajaran juga
harus dikuasai

18. Jika ada siswa yang tidak Gapapa kalau anaknya ga suka
menyukai fisika ,apa tanggapan sama fisika berarti memang
ibu mengenai hal tersebut dan belum suka pada saat itu kan
hal apa yang harus ibu lakukan? yang penting ikut dalam
pembelajaran, suka ga suka anak
harus mengikutikan
.
19. Menurut ibu/ bapak bagaimana Ya kalau bagi guru yang penting
pandangan mengenai juga ketulusan atas kita juga ga
pergantian kurikulum yang di bisa untuk mengubah
lakukan oleh pemerinta? alasan ya yang penting kita jalani
saja, kurikulum berubah berulang-
ulang yang penting kita ikuti
proses pembelajaran sesuai
dengan keputusan pemerintah

20. Apa ada acara evaluasi hasil ya tadi itu di saat pembelajaran
pembelajaran selain ujian bu/ kalau kita semantkan pertanyaan
pak? berarti anak itu paham oh berarti
anak itu berhasil menguasai
masalah materi kita tidak
evaluasi dalam bentuk tes tapi
juga pengamatan di daklam
pembelajaran

101
3. Nama sekolah: SMAN 13 KERINCI
Nama guru : FIRYATI S.Pd

No Pertanyaan jawaban

1. Bagaimana media pembelajaran Media yang ibu gunakan ada kita


yang bapak/ibu gunakan saat menyebutnya multimedia iya kita
pembelajaran dikelas,terutama sesuaikan dengan kebutuhan
di pembelajaran fisika? karna kita baru saja memasuki era
pandemi dan baru tatap muka
kembalikebetulan tadi kita
menggunakan media LKS,kalua
di hari biasa sebelum nya kita
menggunakan proyektor untuk
video dan animasi -animasi
pembelajaran.

2. Bagaimana pandangan Kebanyakan memang begitu


bapak/ibu terhadapsiswa yang menset anak terhadap fisika itu
memiliki rasa suka atau tidak sulit karena selama ini orang
suka terhadap pembelajaran berpikir bisakah itu lebih
fisika? cenderung kembaran matematika
padahal tidak,maka penting bagi
guru-guru Fisika untuk membuat
anak-anak didiknya suka dan
dengan fisika sebelum sesuka
tentunya harus cinta dulu kalau
kita ingin dicintai maka kita tidak
bisa langsung masuk ke materi ini
loh aku fisika,fisika seperti ini
loh ,apa jadinya nanti kalau fisika
itu, produknya berupa ini loh

102
fisika seperti ini loh jadi bukan
rumus ,emang iya sama ini orang
berfikir fisika itu rumus ,saya saja
guru yang dulunya juga berpikir
fisika itu sulit karena sudah turun-
temurun orang berpikir fisika itu
rumus, turunan rumus pemecahan
rumus padahal hakikatnya nya
bukan seperti itu, setelah kita
mempelajari fisika nah kita tahu
bahwa jika misalnya didalam
spritual kebesaran Tuhan itu
ternyata tiada duanya, atau
mungkin secara sosial oh ternyata
Kenapa sih itu terus bergerak
ternyata ada yang mengatur kita
juga menerima adanya hal-hal
yang tidak nampak seperti arus
listrik tetapi ada itu akan kembali
ke kita oh ternyata banyak hal-hal
yang tidak terlihat tetapi ada jadi
menambah keyakinan kita bahwa
tidak semua tidak semua yang
tidak terlihat itu tidak ada tapi
kemampuan kita lah yang
kemudian kita sadari sebagai
hamba itu sangatlah terbatas
pandangan kita sangat saja suara
dari 20 - 2000 hz selebihnya itu
kita tak mampu jika jika kita
wajib menyadari bahwa kita tidak
ada apanya apanya itu

103
membuktikan bahwa fisika bukan
hanya sekedar rumus turunan
rumus tapi banyak hal-hal yang
menarik di dalam fisika dengan
adanya hal menarik tentunya akan
membuat siswa siswi akan lebih
menyukai fisika.

3. Bagaimana cara evaluasi yang Kita menggunakan beberapa


bapak/ibu gunakan dalam macam evaluasi, evaluasinya itu
menilai hasil prestasi anak bisa berupa tugas PR kemudian
didik? nanti ada ulangan harian
hariannya kita lakukan perkade,
dari setiap kade ada ulangan
hariannya kemudian nanti ada
UTS kalau kemarin kita baru saja
UTS dan nanti di ujungnya ada
ujian semester dan ada beberapa
kali evaluasi.

4. Bapak/ibu adakah medote Tidak ada, tapi semua materi bisa


khusus yang ibu gunakan dalam diterapkan asal sesuai dengan
mengajar agar para murid dapat materinya, kan tidak semua
mamahami materi misalnya untuk materi yang cocok
pembelajaran dan tidak merasa nih kita terapkan metode
tertekan untuk memahami praktikum, hari ini lebih cocok
materi-materi yang di berikan? kita pakai metode seperti ini, jadi
bukan khusus fisikanya tapi lebih
kepada keperluan sesuai materi
yang akan kita ajarkan

5. Dari dulu hingga sekarang Kalau fisika di tingkat SMA tidak


kurikulum sering berubah-ubah banyak perubahan untuk k13 nya

104
apakah ada kesulitan yang karena materinya tetap itu juga
terdapat di kurikulum baru? hanya beberapa saja kemudian
dipindahkan atau digantikan
posisi dan itu tidak bersalah

6. Bagaimana penilaian bapak/ibu Kita memang mengadakan paling


mengenai penilaian tidak dalam satu semester itu saya
psikomotorik peserta didik selalu berusaha melakukan dua
dalam pembelajaran fisika kali pratikum itu minimal kita
sesuai penilaian bapak/ibu? chat lagi kesetiaan alat kemudian
juga dengan materinya jika itu
tersedia kita bisa melaksanakan
penilaian psikomotorik, praktikum
bisa kita lakukan di laboratorium.

7. Apakah ibu/bapak mempunyai setelah kita berusaha memberikan


cara untuk mengopmtimalkan materi dengan sebaik mungkin
hasil belajar siswa pada mata kemudian memberikan latihan
pelajaran fisika? bagi siswa bagaimana umpan
baliknya kemudian jika masih ada
yang belum paham kita adakan
remedial supaya maksimal atau
optimal, emang harus ada dari
lainnya tidak mungkin saya
sendiri dong harus ada dari
sisanya juga jadi saya mencoba
membuat ifa siswa untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan
dalam memahami materi dan
dalam mengerjakan soal karena
untuk memaksimalkan hasil,
hasilnya dan itu kan berupa angka
yang didapat dari tugas tugas

105
tugas ulangan ulangan ulangan
nah itu akan mengoptimalkan jika
semua itu berjalan dengan
kesinambungan cenderung
konstan tugas kita adalah untuk
memotivasi siswa agar siswa
punya motivasi dalam dirinya
untuk bisa mencapai hasil yang
baik.

8. Bagaimanakah daya tangkap Dari tahun ketahun menurun terus


peserta didik terhadap materi menurun ya benar menurut saya
pelajaran fisika yang bapak/ ibu sempat ketemu dengan
jelaskan? rombongan angkatan 2017 itu itu
memang bagus daya tangkapnya
memang bagus tapi semakin ke
sini agak semakin menurun
apalagi setelah pandemi waduh
hancur, tapi itu tetap kita maklumi
dan tetap berusaha dengan baik
tetapi secara garis besar saya
pribadi mengalami mi mengalami
bahwa daya tangkap siswa itu jadi
menurun, entah itu karena
pengaruh Saman mungkin,
pengaruh HP yang semakin
canggih semuanya semuanya ada
mungkin, kembali lagi sebenarnya
dalam hal ini ada peran keluarga
dan peran sahabat.

9. Mengapa dalam pembelajaran Sebenarnya kita perlu KKM


terhadap nilai KKM ,menurut karena apa karena semua itu butuh

106
ibu apakah nilai KKM tersebut tolak ukur kita mau bekerja tolak
efektif untuk menunjang ukur kita apa, nah KKM itu
Pendidikan di sekolah? diambil dan ditentukan tidak
sembarang karena Kkm itu
diambil dengan menganalisis
indikator maka tentu kkm itu
sangat penting bagi kita Kenapa
kok tumbuh angka 60 timbul
angka 70 karena antarkelas itu
berbeda KkM maka kkm itu
penting kalau efektifitasnya ya
untuk pembelajaran kalau untuk
proses ia tidak begitu tapi
mempengaruhi dan itu penting
kkm itu memang harus ada setiap
sebagai tolak ukur atau titik
pijakan guru untuk melangkah
apalagi dalam proses penilaian
nanti.

10. Dalam pembelajaran fisika apa Yang pertama tentunya alat-alat


saja sarana dan prasarana yang praktikum yang harus
menurut bapak /ibu penting lengkap ,paling tidak bisa untuk
untuk ada di sekolah? demostrasi, kemudian yang kedua
harus ada proyektor harus ada
setiap kelas kalau bisa tidak usah
diangkat pindah atau setiap kelas
udah stay satu
proyektor ,kemudian mungkin wi-
fi pada zaman sekarang sekolah
harus menyediakan wifi gratis
untuk siswa karena ketika

107
pembelajaran kita dilakukan untuk
mengakses internet maka barang
itu sudah tersedia.

11. Bagaimana cara bapak /ibu Kepada karena penilaian yang kita
membentuk Pendidikan lakukan tidak hanya penilaian
efekti(sikap) peserta didik kognitif saja tapi ada juga
dalam proses pembelajaran? penilaian sikap maka saya
mempunyai indikator sendiri
untuk membentuk sikap karena
sikap itu penting sikap spiritual
sikap sosial itu paling duluan
dalam rapat karena itu memang
lebih penting orang boleh pintar
setinggi langit tapi tanpa akhlak
dan sikap tetap tidak ada gunanya
maka untuk membentuk sikap
afektif itu tidak bisa semudah
membalikan telapak tangan tapi
perlu ketekunan perlu kedisiplinan
maka saya terapkan siswa tidak
boleh terlambat jika mereka
terlambat saya suruh duduk di
lantai jadi siswa jarang terlambat
titik saya memberikan sedikit
hukuman tapi tidak menyakitkan
itu memang sudah saya dan
peserta didik sepakati dari awal
semester, tadi mereka jadi mereka
tidak sok mereka sudah tahu sama
tahu, dan banyak lagi kesepakatan
yang sudah saya buat misal tidak-

108
tidak buat tugas yang Alfa semua
sudah saya sudah mati hukuman
kecilnya jadi poin-poin yang
sudah kami sepakati di awal jika
mereka melakukan pelanggaran
mereka udah tahu diri misalnya
Bu maaf terlambat dan mereka
langsung duduk dilantai yang
seperti itu dengan demikian tentu
mereka lama-lama segan dan
malu lah jadi mereka disiplin jadi
sikap afektif yaitu dimulai dari
hal-hal kecil hingga menjadi
kebiasaan.

12. Bagaimna starategi bapak /ibu Di sela-sela pembelajaran ibu


untuk mengubah pola pikir selalu memotivasi siswa siswa ibu
siswa yang sudah tertanam tentang unik nya fisika,ibu selalu
bahwa fisika itu sulit ? menyelaskan dengan kata-kata
yang sederhana agar mudah di
pahami,seperti yang ibu bilang
tadi kita sebagai guru harus bias
menyelaskan ke peserta didik
tentang fisika yang sesungguh
nya,bahwa fisika bukan hanya
rumus tapi juga tentang semua
yang ada di semesta ini.

13. Bagaimana cara bapak /ibu agar Seseorang banyak kita temui
hati,pikiran dari peserta didik siswa badan yang di kelas
bisa sejalan aga bisa memahami matanya menatap kedepan tapi
materi fisika yang ibu jelaskan kosong, kita tahu karena seorang
guru juga dipenuhi dengan ilmu

109
psikologi yang mempunyai hanya
saja seperti ini siswa-siswi yang
seperti itu kalau dalam
pembelajaran tolong perhatikan
cuman ini permasalahan anak ini
kadang tidak butuh kita butuh
kerjasama dari semua pihak dan
komponen sekolah wali kelas saya
sebagai guru pelajar dan guru
daerah ini adalah hal yang
bermasalah badannya ada ada
bukunya ada catatannya nggak
ada apalagi ilmu yang didapat
juga tidak ada maka perlu
kerjasama perlu pemanggilan
perlu tidak lanjut dengan
pemindahan pindahan yang
bertahap

14. Bagaimana solusi jika media Iya kalau media kurang memadai
pembelajaran di sekolah saya membuatnya dia sendiri
kurang memadai terutama di apalagi sekarang sekarang
pembelajaran fisika? aplikasi-aplikasi sangat banyak
untuk belajar bisa membuat
sendiri seperti kemarin pandemi
dan dipakai buat praktikum
sendiri buatan sendiri bisa karena
memang kalau kita berharap dari
sekolah sama agak susah mungkin
sekolah tidak semua pikiran
dengan kita.

110
15. Bagaimana kemampuan efektif
peserta didik dalam
pembelajaran fisika sesuai
penilaian ibu?

16. Menurut ibu ,bagaimana Karena itu ditetapkan untuk


menciptakan interaksi belajar menciptakan komunikasi yang
mengajar yang efektif dan baik dengan tanya jawab sama
efesien khususnya dalam mata komunikasi yang kita bangun
pelajaran fisika? tidak hanya satu arah tapi dua
arah antara guru ke siswa siswa ke
guru maka setiap pembelajaran
menyelipkan materi tanya jawab
diskusi

17. Bagaimana seorang guru Kalau tidak tahu materi tentu


melakukan proses tidak bisa mengajar siswa ya ya
pembelajaran jika guru tersebut gak bisa ngajar guru harus paham
tidak menguasai teori tentang dulu paling tidak tentang ini
materi dalamproses tentang itu tapi tetap gak bisa
pembelajaran itu sendiri ? ngajar lah paling guru yang ndak
paham masih tugas dan masuk

18. Jika ada siswa yang tidak Sekarang banyak aplikasi tu


menyukai fisika ,apa tanggapan sering, menggunakan hp, bawa hp
ibu mengenai hal tersebut dan ya sekolah kita kan enggak boleh
hal apa yang harus ibu lakukan? bawa HP kecuali perintah guru
bersangkutan jadi ibu sering minta
besok bawa HP kita mengadakan
kuis itu seru aplikasi visi jadi ada
evaluasi yang saya adakan setiap
pembelajaran.

111
19. Menurut ibu/ bapak bagaimana Kalau bicara kurikulum itu agak
pandangan mengenai ngeri karena kurikulum ranah
pergantian kurikulum yang di orang atas mau di rumah mau
lakukan oleh pemerinta? tidak dirubah kita dibawa tidak
bisa apa-apa karena secara secara
guru sebenarnya lelah dengan
kurikulum yang berubah-rubah
tukar-tukar tapi ya gimana lagi
kalau memang itu yang terbaik
dan menemukan yang cocok
cocok kita harus terus belajar
untuk bisa menerima, tapi kalau
bisa jangan sering tapi seandainya
seandainya tidak berubah berarti
kita tidak mengikuti zaman
sekarang boleh berubah se
disesuaikan dengan zaman mau
tidak mau semua harus berubah
hanya saja jangan terlalu sering

20. Apa ada acara evaluasi hasil Seperti yang saya bilang tadi tidak
pembelajaran selain ujian bu/ banyak perbedaan hanya saja
pak? perubahan posisi misal materi
GLBB pada KTSP di kelas 10 tapi
di kelas k13 kelas 11 misalnya
gitu kalau materinya tetap itu

112
4. Nama sekolah :SMAN 4 SUNGAI PENUH
Nama guru :Hj. Dra. ETIKA NAFRIDA

No Pertanyaan Jawabaan
1. Bagaimana media pembelajaran Kalau sebenarnya difisika kita
yang bapak/ibu gunakan saat menggunakan karena yang
pembelajaran dikelas,terutama sekarang ini teknologi bisa
di pembelajaran fisika? menggunakan animasi cuman
keterbatasan yang kadang-kadang
sinyal yang membuat kita tidak
bisa membuat hal itu dan
persiapan dari gurunya sendiri,
kebanyakan kalo dari ibuk
sekarang mengingat waktunya
yang sedikit ibuk lebih banyak
memakaikan cara lama dengan
penjelasan manual.Namun, siswa
sudah merangkumnya terlebih
dahulu dirumah.
2. Bagaimana pandangan Kalau masalah rasa itu tergantung
bapak/ibu terhadapsiswa yang kepada siswa itu sendiri, ada
memiliki rasa suka atau tidak siswa yang suka adapun tidak.
suka terhadap pembelajaran kita sebagai guru harus dapat
fisika? membedakan karena mereka
sudah mengambil jurusan ipa, ya
mau tidak mau merrka harus suka
menyukainya karena dia salah
satu mata pelajaran pokok tetapi
berbeda dengan jurusan IPS.

113
3. Bagaimana cara evaluasi yang Kalau ibuk masalah evaluasi, ibuk
bapak/ibu gunakan dalam merangkum kesemuanya.
menilai hasil prestasi anak Pertama, dulu ada menggunakan
didik? daring, itu ibuk mengambil sistem
diskusi karena jarang zoom. itu
dikarenakan keterbatasan sinyal
dan siswa banyak yang susah
diatur. Maka saya ambil hasil
daring mereka yang menjawab
hasil diskusi kita, kemudian
kedua, yaitu tugas yang diberikan
di classroom. Ketiga, soal-soal
yang dibahas dalam bentuk
latihan di sekolah dengan
keterbatasan waktu itu sudah ada
poin-poinnya mereka dan
berikutnya ditambah dengan nilai
yang mungkin ujian tengah
semester dan ujian semester itu
semua di rangkum.
4. Bapak/ibu adakah medote Metode ya, nah, kadang sekarang
khusus yang ibu gunakan dalam ini kita dituntut untuk bebas
mengajar agar para murid dapat merdeka belajar sebenarnya, tidak
mamahami materi mengejar kurikulum. Namun, itu
pembelajaran dan tidak merasa belum diterapkan pada
tertekan untuk memahami kenyataannya kita masih tetap
materi-materi yang di berikan? mengejar kurikulum yaa untuk
memikirkan hal-hal seperti itu tadi
dengan metode yang berbeda-
beda. kadang munculkan animasi,
powerpoint dengan menggunakan

114
teknologi tadi atau dengan cara
manual jadi tidak monoton gitu.

5. Dari dulu hingga sekarang Sebenarnya hanya nama untuk


kurikulum sering berubah-ubah kurikulum lama dengan
apakah ada kesulitan yang kurikulum baru. namun
terdapat di kurikulum baru? dipenerapannya tetap saja sama.
Hanya salah satu dalam bentuk
kata, perubahan kata, namun
perubahan cara lebih sedikit.
6. Bagaimana penilaian bapak/ibu Untuk Psikomotor, saya mohon
mengenai penilaian maaf karena psikomotor itu
psikomotorik peserta didik sebenarnya diambil dari nilai
dalam pembelajaran fisika praktik. Ini jawaban yang jujur
sesuai penilaian bapak/ibu? karena kita di SMA 4 kebetulan
laboratoriumnya dipakai. waktu,
tempat dan alat jadi sebenarnya
untuk psikomotor itu harus nilai
praktik. Namun yang namanya
fisika laboratorium kita adalah
alam semesta. Kita kadang-
kadang bisa yang sederhana itu
bisa mereka mengerjakan di
rumah berkelompok. Kebetulan
lagi saat ini masa pandemi maka
saya secara jujur mengatakan
tidak ada tugas praktik. Namun,
dimintak pun tugas perinduvidu
kadang siswa kurang memahami
maka itu tidak akan berjalan
lancar. Namun tetap kita ambil

115
nilai tersebut dari kognitifnya
saja.
7. Apakah ibu/bapak mempunyai Itu tergantung sekolah dan
cara untuk mengopmtimalkan atasannya kalau pendidikan kita di
hasil belajar siswa pada mata Jambi ini. Kalau katanya daring
pelajaran fisika? saya tetap mengusahakan untuk
yang optimal. Optimalnya tadi
bagaimana selama jam pelajaran
itu kami menggunakan dalam
bentuk diskusi walaupun dalam
bentuk wa.

8. Bagaimanakah daya tangkap Ketika belajar di kelas, daya


peserta didik terhadap materi tangkap peserta didik sangat
pelajaran fisika yang bapak/ ibu bagus meski tidak semuanya
jelaskan? memahami tetapi Sebagian
besarnya sudah mengetahui materi
tersebut saya melakukan Latihan
harian.

9. Mengapa dalam pembelajaran Kalau bagi saya KKM itu kan


terhadap nilai KKM ,menurut ditetapkan dari hasil. sebenarnya
ibu apakah nilai KKM tersebut dari hasil nilai sebelumnya lalu
efektif untuk menunjang saat itu maka dihitung secara
Pendidikan di sekolah? keseluruhan oleh guru bidang
studi, bidang kurikulum,
perangkat-perangkat pendidikan
untuk menentukan kkm. Namun,
sekarang ini, yang dipakai masih
kkm yang sebelumnya.

10. Dalam pembelajaran fisika apa Laboratorium. Kita memang


saja sarana dan prasarana yang memerlukan labor. kemarin ibu

116
menurut bapak /ibu penting bereskan alat ukur namun itu
untuk ada di sekolah? sudah tidak bisa dipakai lagi.
Misalnya alat ukut kalua udah
karatan maka tidak bisa dipakai
lagi.

11. Bagaimana cara bapak /ibu Tadikan udah dari sekolah juga,
membentuk Pendidikan tujuan visi misi sekolah kita
efekti(sikap) peserta didik membentuk siswa yang
dalam proses pembelajaran? berakhlakul karimah paling tidak
pada saat mulai belajar membaca
yasin, membaca ayat pendek dulu
itu yang memang harus sikap
yang betul-betul. Jangan hanya
sekedar, kemudian yang Namanya
guru ya mendidik dan hanya
sekedar mengajar. Mengajar
mudah tetapi mendidik itu yang
sulit. Apa beda mendidik dengan
mengajar? Kalo mendidik kita
mengisi hati sedangkan mengajar
itu kita mengisi otak ya. Antara
dua ini seharusnya sejalan namun
bagi ibu penekanannya isi hati
dulu kalua hati sudah terisi otak
akan ngikut ya.

12. Bagaimna starategi bapak /ibu Kita selalu memberikan arahan


untuk mengubah pola pikir bahwa fisika itu menyenangkan
siswa yang sudah tertanam dan sebagai kita guru jangan
bahwa fisika itu sulit ? marah-marah terus. Pertama
sifatnya hitungan, ternyata fisika
ini menyenangkan tidak hanya

117
tentang hitungan tambah lagi alam
dan keaadan yang ada disekitarmu
selalu ada fisikanya. Jika kita mau
memikirkannya, jadi sebenarnya
fisika itu tidaklah sulit ya. Tetapi
sangat menyenangkan.
13. Bagaimana cara bapak /ibu agar tetapi kalau untuk sejalan
hati,pikiran dari peserta didik sebanyak siswa itu agak sulit,
bisa sejalan aga bisa memahami namun bagi siswa yang menyadari
materi fisika yang ibu jelaskan fisika itu penting kita akan sejalan
dan kita sebagai. Ibu lah ya, ibu
terus memberikan awal kesiapan
siswa itu dan motivasi kepada
mereka agar belajar dan belajar.
Tapi ya kalua ada yang
melakukan kesalahan disana
mungkin ibu menyadari
kekurangan ibu.

14. Bagaimana solusi jika media Kalau ibuk tidak terlalu


pembelajaran di sekolah berpatokan pada satu buku.
kurang memadai terutama di Namun buku yang wajib dibawa
pembelajaran fisika? adalah buku paket dan juga LKS.

15. Bagaimana kemampuan efektif iya, 50% yadari peserta didik itu
peserta didik dalam yang memang punya kemampuan
pembelajaran fisika sesuai selebihnya kadang-kadang kita
penilaian ibu? memikirkan KKM tadi daripada
tidak naik-naik.

16. Menurut ibu ,bagaimana Tadi yang untuk efektif guru


menciptakan interaksi belajar harus kreatif untuk guru-guru
mengajar yang efektif dan muda yang sekarang kalua saya

118
efesien khususnya dalam mata kan udah guru colonial nih. Kalau
pelajaran fisika? untuk kalian, kalian harus berpacu
pada teknologi ini dan banyaklah
muncul kreasi ini muncuk untuk
mencari yang menarik. Salah
satunya dengan menggunakan
power point namun power point
juga tidak menarik sekarang ini.
Mungkin sebelum pandemi yang
ibu pernah pakai ya animasi.
Kalau animasi ya menarik karena
mereka bisa liat geraknya
langsung. Mungkin yang akan
datang kalian bisa memunculkan
hal-hal yang baru yang sifatnya
teknologi dan fisika itu adalah
induknya teknologi. Senangilah
fisika apa yang kita dapatkan
sekarang sebenarnya berawal dari
fisika.

17. Bagaimana seorang guru Jadi kacau, hehe. Sebagai guru


melakukan proses materilah yang utama. Kuasai
pembelajaran jika guru tersebut materi maka yang lainnya akan
tidak menguasai teori tentang lancer itu hal wajib. Cumin jangan
materi dalamproses sifatnya menghapal tetapi pahami
pembelajaran itu sendiri ?
18. Jika ada siswa yang tidak Kalau mereka sudah memilih
menyukai fisika ,apa tanggapan jurusan IPA mau tidak mau harus
ibu mengenai hal tersebut dan menyukai. Tapi kalau mereka
hal apa yang harus ibu lakukan? memang tidak suka saya beri

119
pilihan kamu mau belajar atau
tidak. Kalau tidak ya keluar.

19. Menurut ibu/ bapak bagaimana Saya juga merasa bangga


pandangan mengenai walaupun saya guru kolonial
pergantian kurikulum yang di karena teknologi yang digunakan
lakukan oleh pemerinta? saya juga pernah mengalami masa
itu. Maka kurikulum sekarang
inikan kami malah menambah
kurikulumnya satu semester.
Tetapi alhamdulillah saat pandemi
teknologi muncul. Bisa dalam
keadaan daring zoom, luring dan
lain-lain. Banyak yang
mengatakan siswa tidak mau
belajar namun itu tergantung pada
mereka sendiri. Kalau menurut
saya, belajar secara internet ini
malah memupuk rasa kejujuran,
apakah betul betul belajar atau
tidak itu Nampak saat daring ini.

20. Apa ada acara evaluasi hasil Sebenarnya tidak ada ujian juga
pembelajaran selain ujian bu/ boleh, namun untuk menilai
pak? sesuatu itu harus ada evaluasi jadi
kalau kita tidak melakukan
evaluasi bagaimana kita tau bisa
atau tidaknya. Berhasil atau tidak
suatu tujuan pada evaluasi. Dalam
agama kita juga ada evaluasi diri
kita sendiri. Harus ada evaluasi
tidak ad acara lain selain ujian.
Namun ujiannya dalam bentuk

120
apapun tergantung gurunya.
Contohnya Latihan-latihan itu
tadi, tugas-tugas yang minta guru
kepada siswa agar siswa
merasakan adanya rasa tanggung
jawab.

2.3 Pembahasan

Dari hasil wawancara cara yang kami lakukan bersama narasumber


dari sekolah masing-masing yaitu bersama dengan Bapak/Ibu guru mata pelajaran
fisika, kami mendapatkan banyak informasi mengenai masalah pendidikan aktual
pendidikan di Indonesia terutama di sekolah kami masing-masing. Ternyata
masalah aktual pendidikan di Indonesia bukan hanya terjadi di pelosok negeri
namun juga rata-rata sekolah memang mempunyai bagian dari masalah tersebut.
Dari hasil wawancara tersebut masalah aktual pendidikan di Indonesia
yang menonjol adalah media, sarana prasana, penerapan pergantian kurikulum,
dan kualitas siswa.

• Pertama yaitu media yang digunakan oleh guru, sebagian guru masih
banyak menggunakan media manual yaitu menjelaskan dipapan tulis, dari
hasil observasi hal itu banyak dilakukan oleh guru-guru yang sudah tua
atau senior. Sangat disayangkan anak-anak kurang tertarik dengan hal itu
karena sudah sering dilakukan dan hal itu mengurangi kekreativitas siswa.
• Kedua yaitu sarana prasarana, dari hasi wawancara rata-rata sekolah
fasilitasnya banyak yang kurang memadai ditambah lagi dipelajaran fisika
seharusnya sangat memerlukan laboratorium untuk melakukan praktikum.
Karena pada dasarnya pelajaran fisika pengambilan nilai psikomotor harus
menggunakan nilai praktikum.
• Ketiga penerapan pergantian kurikulum, dari hasil wawancara penerapan
yang diterapkan saat pergantian kurikulum sangat minim bakal hampir

121
sama, sehingga ada seorang guru mengatakan bahwa pergantian kurikulum
hanya sekedar namanya saja.
• Keempat yaitu kualitas siswa, disini banyak siswa yang mengambil
jurusan IPA tetapi sangat takut terhadap fisika, sebanarnya fisika adalah
ilmu yang menyenangkan karena belajar mengenai alam. Kita berjalan,
kita menjatuhkan barang itu termasuk kedalam sifat fisika. Itulah mengapa
kita penting belajar fisika.

BAB III

PENUTUP

122
3.1 Kesimpulan

3.1.1 Identifikasi Masalah- Masalah Aktual Pendidikan di Indonesia

Masalah- masalah actual Pendidikan di Indonesia memiliki banyak


kajian. Pada makalah kali ini kami mengambil 8 masalah-masalah actual
Pendidikan yang ada di Indonesia, yaitu kualitas guru, media belajar, metode
pembelajaran, evaluasi, KKM, sarana dan prasarana Pendidikan, dan kurikulum.

• Kualitas Guru
Pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari pendidik yaitu guru. Menurut
KBBI guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.
Seorang guru berkualitas dapat dilihat melalui 4 aspek kompetensi yang
dimilikinya. Kompetensi yang dimiliki guru antara lain yaitu:
1) Kompetensi Pedagogik
Yaitu kompetensi guru dalam mendidik. Seorang guru harus memiliki
kemampuan mendidik, karena kompetensi
pedagogik ini adalah salah satu kompetensi guru dalam menghasilkan hasil
didikan yang baik atau tidak.

2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan pribadi
seorang guru yang mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawa serta menjadi teladan
bagi peserta didik. Menurut Cece Wijaya kemampuan pribadi guru dalam proses
belajar-mengajar memiliki indikator sebagai beriku:
a. Kemantapan dan Integritas Pribadi
b. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan
c. Berpikir Alternatif
d. Jujur, Adil, dan Objektif
e. Berdisiplin dalam Melaksanakan Tugas
f. Ulet dan Tekun Bekerja
g. Berusaha Memperoleh hasil Kerja yang baik
h. Simpatik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak

123
i. Bersifat Terbuka, Kreatif dan Berwibawa

3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kompetensi guru yang mana guru harus memiliki
kemampuan berkomunikasi sosial ke siswa, sesama guru, kepala sekolah, dan
masyarakat. Kemampuan guru berkomunikasi menentukan keprofesionalan guru
tersebut.

4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional
pendidikan. Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dia dapat melaksanakan tugasnya
mengajar dan mendidik dengan baik

• Media Belajar
Media adalah alat saluran komunikasi. Media belajar adalah alat saluran
komunikasi dalam mengajar yang perlu dimiliki oleh seorang pendidik. Media-
media belajar dapat dibagi menjadi 3, yaitu media visual, media audio, dan media
audio visual. Salah satu permasalahan dalam pendidikan adalah keminiman media
belajar.

Beberapa metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru.


a. Metode Ceramah
b. Metode Diskusi
c. Metode Eksperimen
d. Metode Mind Mapping

• Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah suatu bentuk kegiatan untuk menilai hasil yang dilakukan.
Evaluasi belajar bagi siswa sangat penting dilakukan, sebab evaluasi belajar

124
menilai seberapa paham siswa tersebut dengan materi yg ang dijelaskan oleh
gurunya. Biasanya di Indonesia sistem evaluasi belajara yang digunakan di
sekolah adalah berupa ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian semester.
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan tingkat keberhasilan peserta didik untuk mencapai tujuan kurikuler,
sedangkan fungsi evaluasi belajar itu tidak terlepas dari tujuan evaluasi itu sendiri.
Beberapa prinsip dalam evaluasi pembelajaran, yaitu:
a. Prinsip Keseluruhan
b. Prinsip Kesinambungan
c. Prinsip Objektivitas

• Sarana dan Prasarana


Sarana pendidikan mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung menunjang proses pendidikan. Sedangkan prasarana pendidikan
mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara tidak langsung
menunjang proses pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan tersebut dapat
berupa buku perpustakaan, laboratorium, komputer, dan lain-lain. Dengan sarana
dan prasarana yang memadai, maka hasil belajar siswa dan keterampilan guru
akan meningkat.

• Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


Penetapan KKM merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar
sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidika.
Indikator seorang siswa telah menguasai kurikulum yakni kemampuan hasil
belajar yang diukur telah mencapai KKM.

• Kurikulum
Kurikulum berperan penting dalam mewujudkan generasi masa depan yang
berguna bagi bangsa dan negara yang memiliki sifat tanggung jawab, kreatif,
inovatof, dan menjadi seseorang yang ahli. Menurut Supardi (2013: 141)
kurikulum dapat diartikan merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan madrasah
dalam rangka memengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu

125
tujuan, termasuk didalamnya kegiatan pembelajaran mengatur strategi dalam
pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan pembelajaran dan
sebagainya.
Kurikulum pembelajaran yang digunakan pada saat ini adalah kurikulum 2013
atau biasa disebut kurikulum pendidikan karakter.

• Kualitas Siswa
Kualitas siswa adalah salah satu topik permasalahan yang perlu untuk dibahas.
Dengan kualitas siswa yang berbeda maka pembelajaran dikelas akan semakin
bervariasi.
Kualitas seorang siswa dilihat dari kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya.

3.1.2 Analisis kritis masalah actual Pendidikan di Indonesia

• Kualitas Guru
Kualitas guru menjadi salah satu kunci kesuksesan suatu pendidikan di lembaga-
lembaga pendidikan. Seorang guru yang professional dalam menerapkan ke empat
kemampuannya, yaitu kemampuan pedagogik, kemampuan kepribadian,
kemampuan sosial, dan kemampuan professional akan mampu menciptakan suatu
bentuk pendidikan yang baik dan berkualitas.
• Media Belajar
Media pembelajaran adalah suatu media yang digunakan oleh para pengajar untuk
memberikan kesan pembelajaran yang baik bagi para peserta didik. Penggunaan
media pembelajaran yang terencana dan tepat dapat membantu siswa memahami
pesan pembelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu, penggunaan media
pembelajaran oleh si pembelajar dianjurkan untuk digunakan demi menciptakan
performa pembelajaran yang joyfull, efektif, aktif, dan kreatif.
• Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang
akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan prlajaran, baik secara
individual atau secara kelompok.

126
• Evaluasi
Evaluasi yaitu usaha guru untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program dan
keberhasilan anak mencapai kemampuan yang diharapkan.
• Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mencapai
tujuan, media, dan alat. Sedangkan prasarana adalah sebagai sesuatu yang
berperan sebagai penunjang utama terselenggaranya sebuah proses atau kegiatan.
• Kurikulum
Kurikulum yang digunakan saat ini pada sistemp pendidikan di Indonesia yaitu
kurikulum 2013, yang mana kurikulum ini adalah suatu bentuk kurikulum yang
mengajarkan pendidikan karakter.
Kurikulum sangat penting disetiap instansi pendidikan, karena dengan adanya
kurikulum maka kegiatan pendidikan dapat disesuaikan sesuai dengan kurikulum
yang diterapkan.
Yaitu kemampuan yang berhubungan dengan sikap peserta didik
• Kualitas Siswa
Kualitas siswa ditinjau dari 3 aspek, yaitu kemampuan kognitif, kemampuan
psikomotorik, dan kemampuan afektif.
a. Kemampuan Kognitif
Yaitu kemampuan yang berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual.
b. Kemampuan Psikomotorik
Yaitu kemampuan yang berkaitan dengan daya aktif siswa dalam proses
pembelajaran.
c. Kemampuan afektif
Yaitu kemampuan yang berhubungan dengan sikap peserta didik
• KKM
KKM adalah batas nilai minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap
mata pelajaran, baik sebagian (pokok bahasan) maupun keseluruhan dalam
rentang semester.

127
3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini ,diharapkan tenanga pendidik mampu


memahami terkait masalah masalah aktual di Indonesia dan juga di harapkan
pendidik masa depan mampu memecahkan masalah masalah aktual Pendidikan.di
harapkan pula kepada tenanga pendidik dapat memahami pentingnya kualitas
guru,kualitas siswa,media,metode, kurikulum , evaluasi ,kkm, sarana dan
prasaranan. Kepada mahasiswa dan masyarakat luas agar memahami pentingnya
Pendidikan dan kualitas Pendidikan Indonesia, bagi mahasiswa kita lah yang akan
melanjutkan maju atau tidak nya Pendidikan di masa depan.

128
DAFTAR PUSTAKA

Akbar. (2013). Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa Berbasis Android. Jurnal


Informatika, 9.

Amir. (2003). Sistem Motoring Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Siswa


Berbasis Android. teknik Informatika.

Arifin. (2014). identifikasi penerapaan nilai karakter kemandirian pada peserta


didik dalam pembelajaran fisika. jurnal ilmiah pendidikan, 20-21.

Ashiddiqi dkk. (2012). kompentensi sosial guru fisika dalam pembelajaran dan
pengembangan nya . ta'dib.

Asyhar R. (2011). kreatifitas mengembangkan media pembelajaran . jakarta:


gaoung persada press.

basri, h. (2019). kemampuan kognitif dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran ilu


sosial bagi siswa sekolah dasar. madrasah aliyah negri purwakarta.

dudung. (n.d.). kompesenti profesional guru. JKKP.

Hamik. (2007). proses belajar mengajar. jakarta: bumi aksara.

hidayat, M. y. (2020). analisis penentuan standar nilai kriteria penuntasan minimal


(KKM) mata pelajaran fisika Kelas IX SMAN 17 MAKASAR .

huda, M. (2017). kompentensi kepribadian guru . jurnal penelitian , 237-266.

Imastuti. (2016). pemaafaatan laboratorium fisika dalam pembelajaran fisika.


literasi pendidikan fisika, 23-33.

jawi, M. a. (2006). pendidikan di indonesia ,masalah dan solusinya. FUSI Universitas


negeri malang.

juleha, S. (2019). problem kurikulum dan pembelajaran pendidikan karakter. sekolah


tinggi agama islam.

129
laras widianingtiyas, &. f. (2015). pengaruh pendidikan multi reprsiatasi dalam
pembelajaran fisika terhadap kemampuan kognitif siswa SMA.

leslie, b. (19977). instruaction design,education technologi publications inc. new


jersey, 129.

Megasari, R. (2014). Peningkattan pengelolahan sarana dan prasaranan pendidikan


untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SMPN 5 Muaro jambi . jurusaan
adminitrasi pendidikan FIP UNP.

Miptah parid, l. s. (2020). pengelolahan saranan dan prasaranan pendidikan . UIN Sunan
kalijaga, 266-275.

Mullyasah, i. (2009). kinerja dan kompetensi guru dalam pembelajaran. sebuah


kajian pustaka, 6.

Nana, s. (2019). penilaian hasil proses belajar mengajar . bandung: PT.remaja


reisdakarya.

Nasirullah, M. (2013). penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dengan tekuik delphi
di SMAN Kupaten pamkasaa.

Renawati. (2014). Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal Berbasis Peserta


Didik. Jurnal Penelitian dan Evaluasi pendidikan, 38-45.

Riscaputauri, A. (2018). pengembangan instrumea penilaian afektif siswa kelas IVsekolah


dasar di kabupaten klastia. UNY.

Rochman, M. c. (2019). stategi meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa pada


mata pelajaran pendidikan agama islam . UNUJA.

Roestiyah NK S. (2001). strategi belajar mengajar . jakarta : rineka apta.

Sakti, I. (2015). kolerasi peningkatan alat pratikum fisika dengan kemmapuan


psisikomotorik siswa di SMA Nergi 2 kota bengkulu . prodi pendidikan fisika
PMIPA FKIP UNIB.

Sanjaya, w. (2006). strategi pembelajaran. jakarta: kehcang perhada media group.

Setiadi, H. (2016). pelaksaaan penilaian pada kurikulum 2013. Sekolah pascasarjana


UHAMKA Jakrta.

130
Sinta, I. m. (2019). manejemen saranan dan prasaranan . mandrasah tsanawiyah ar-
rosyidiyah.

Sudrajat. (2008). Analisis Penentuan Standar Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal


Mata Pelajaran Fisika Kelas XI. Pendidikan Fisika, 8.

Sudrajat. (2008). Analisis Penentuan Standar Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal


Mata Pelajaran Fisika Kelas XI. Pendidikan Fisika, 8.

Tanang, K. T. (2014). minat dan motivasi dalam meningktkan hasil belajar siswa.

Ulfa, R. d. (2021). permasalahan dan solusi mengingkatkan kompesenti dan


kualitas guru. sebuah kajian pustaka, 25.

Uman. (2007). pelatihan dan pendampingan penulisan karya ilmiah bagi guru.
pengabdian masyarakat, 90.

Wahyunidar. (2017). pemaafaatan laboratorium fisika dalam pembelajaran fisika.


literasi pendidikan fisika, 23-33.

Widodo. (2009). Penetapan Nilai Kriteria Ketuntasan Dengan Teknik Delhi.


Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 35-41.

Widyarti. (2005). analisis saran dan intensitas laboratorium fisika. jurnal program
pscasarjana universitas pendidkan ganesha, 2-3.

wijayatike, w. s. (2019). kemampuan kognitif dan bepikir kreatif siswa melalui


pembelajaran berbasis pyoyek indekatan STEN.

wulandari. (2016). kompetensi pedagogik dan profesional guru dalm melaksanakan


pendekatan sainitifikasi di SMAN sleman JPFEK. 92-104.

Wuryanti, d. s. (2015). psikologi belajar. jakarta: gramedia widiajarana.

131
LAMPIRAN WAWANCARA

Nama guru : Pransiska Sitorus. S.pd


Pewawancara : ROIMAN ALEXANDER SILITONGA
Tempat : SMAN 1 DOLOK PARDAMEAN

Roiman: Baik Bu, selamat pagi Bu.

P.Sitorus: Pagi...pagi.

Roiman: Baik Bu, disini saya Roiman Silitonga, dengan NIM A1C321016 dari
Universitas Jambi prodi Pendidikan Fisika.

Roiman: Pada saat ini Bu saya ingin mewawancarai ibu yaitu sebagai guru fisika
saya sendiri mengenai materi saya yang berjudul "masalah-masalah aktual
pendidikan di Indonesia'. Masih kejelasan suaranya kan Bu?

P. Sitorus: masih....masih.

Roiman: Oke, baik Bu kita mulai langsung. Pertanyaan yang pertama yaitu,
Bagaimana media pembelajaran yang ibu atau bapak gunakan saat pembelajaran
dikelas, terutama pada pelajaran fisika?

P. Sitorus: Oke baik, kalau masalah media itu kita buat sesuai dengan eee....materi
atau judul daripada setiap materi. Misalnya pada pembelajaran dikelas 12, listrik
statis. Nah...disana media yang perlu dibawa kekelas itu adalah sederhana saja,
yaitu eee...bola lampu senter, kemudian baterai, kemudian eee...kawat penghantar.
Artinya, media yang digunakan adalah media yang sangat sederhana. Silahkan
Man.

132
Roiman: Baik Bu, pertanyaan yang kedua ya Bu? Bagaimanakah pandangan ibu
terhadap siswa yang memiliki rasa suka atau tidak suka terhadap pelajaran fisika?

P. Sitorus: Oke baik, kalau masalah suka atau tidak suka itu eee...secara
gamblangnya, yang pertama ketika kita menjelaskannya, jika dia suka pembelajaran
fisika maka dia akan merespon , yang pertama. Yang kedua, jika ada penugasan,
dia akan tetap merespon dan eee...menyiapkan tugas tersebut. Dan jika misalnya
tidak suka dengan materi fisika atau pembelajaran fisika, siswanya dia biasanya
acuh tak acuh. Sekian Man.

Roiman: Oke Bu, baik pertanyaan ketiga Bu, bagaimana cara evaluasi yang ibu
gunakan dalam menilai hasil prestasi peserta didik?

P. Sitorus: Oke baik.

Roiman: Pertanyaan yang ketiga bagaimana cara evaluasi yang ibu gunakan

P. Sitorus: Oke baik, untuk menilai hasil prestasi anak didik biasanya kita gunakan
dalam menilai hasil prestasi anak didik?ada empat. Ada empat evaluasi yang mau
kita buat. Yang pertama kuis, yang kedua kita buat nilainya itu diambil dari evaluasi
dengan membuat ulangan harian, yang berikutnya Ujian Tengah Semester dan
Ujian Semesternya. Jika anak didik memang mengikutinya dengan seksama atau
dengan serius, mereka pasti mendapatkan nilai yang diatas rata-rata. Demikian
Man.

Roiman: Baik Bu.

P. Sitorus: Jelas?

Roiman: Jelas Bu. Pertanyaan yang ke empat ya Bu?

P. Sitorus: iya.

Roiman: Nah, menurut ibu adakah metode khusus dalam mengajar agar para murid
dapat memahami pembelajaran dan tidak merasa tertekan untuk memahami materi
yang diberikan?

133
P. Sitorus: Oke baik, untuk eee... anak didik supaya didalam pembelajaran merasa
enjoy atau merasa senang, itu yang pertama dilakukan pendekatan, kemudian yang
kedua diberikan berbentuk misalnya kuis-kuis atau permainan. Biasanya si siswa
kalau misalnya metode tersebut dilakukan, mungkin diajak secara menyeluruh
artinya tidak secara pribadi. Arti secara pribadi ini mungkin eee...ada yang pintar,
fokus langsung ke yang pintar. Tapi itu harus kita tiadakan supaya menyenangkan
semua kena secara menyeluruh harus dibawa secara umum. Demikian Man.

Roiman: Pertanyaan yang ke lima ya Bu.

P. Sitorus: Oke.

Roiman: Dari dulu hingga sekarang, kurikulum pendidikan sering berubah-ubah,


apakah ada kesulitan yang terdapat ketika ibu mengajar kurikulum baru?

P. Sitorus: Oke baik, kalau kesulitan itu tidak ada. Tapi untuk siswa pasti ada
kesulitan yaitu pendidikan sekarang yang diutamakan adalah karakter. Karakter
atau afektifnya, kemudian psikomotornya, kemudian kognitifnya. Jadi karena yang
terakhir kognitif, maka kebanyakan siswa sekarang kalau saya bedakan,
kebanyakan yang malas. Karena yang diutamakan disitu adalah pendidikan yang
mengacu kepada afektif yang diutamakan. Demikian Man.

Roiman: Pertanyaan yang ke enam, bagaimanakah penilaian bapak ibu


eee...mengenai psikomotorik peserta didik dalam pembelajaran fisika?

P. Sitorus: Baik, ya eee..., Untuk pembelajaran fisika, psikomotorik pada umumnya


itu adalah psikomotorik atau keahliannya itu diambil dari keaktifannya dikelas.
Karena keterbatasann juga kita dalam eee...praktikum, maka diambil
eee...psikomotoriknya dari keaktifan, keaktifan untuk mengerjakan dan
mengerjakan evaluasi maksudnya. Dan keaktifannya ketika terjadi pembelajaran.
Artinya ada respon begitu. Demikian Man.

Roiman: Baik Bu, pertanyaan yang ke tujuh. Apakah ibu mempunyai cara untuk
mengoptimalkan hasil belajar siswa?

134
P. Sitorus: Baik, untuk mengoptimalkan pembelajaran siswa, terutama untuk saat
ini sangat-sangat ada, yaitu ketika PTM yang hanya berlaku satu jam, maka untuk
evaluasi dan mencatat atau memindahkan kebukunya, itu kita gunakan dengan
menggunakan google classroom. Sebagian dari GCR dan sebagian lagi penjelasan
di PTM. Nah, begitu dia supaya optimal. Demikian Man.

Roiman: Baik Bu, pertanyaan yang ke delapan. Ini mengenai bagaimana daya
tangkap peserta didik terhadap materi fisika yang ibu berikan?

P. Sitorus: Oke baik, daya tangkap siswa yang pertama dilihat dari latar belakang
siswa yang masuk SMA Negeri 1 Dolok Pardamean. Input dan output, inputnya
adalah siswa yang tidak memiliki arah dan memiliki evaluasi dari SMP yang
rendah. Maka, sampai di SMA ya yang terjadi begitu-begitu saja. Namun,
pembelajaran yang kita berikan sudah optimal. Demikian.

Roiman: Berarti itu tergantung dari siswa nya juga kan Bu?

P. Sitorus: Iya benar. Itu tergantung kepada siswa/i nya. Biasanya kalau inputnya
bagus maka output nya pasti lebih bagus.

Roiman: Pertanyaan yang ke 9, Mengapa dalam pembelajaran terdapat nilai KKM?


Menurut ibu apakah KKM tersebut efektif untuk menunjang pendidikan di sekolah?
Terutama dalam pelajaran fisika?

P. Sitorus: Oke baik, kalau memang seperti pertanyaan yang ke 8, kalau memang
inputnya bagus, atau dia punya cita-cita atau punya tujuan, maka siswanya pasti.
Tanpa juga dibimbing secara intensif, pasti dia juga mengarah kepada cita-citanya.
Tetapi, karena inputnya memang dilingkungan kita, memang termasuk bukan yang
memiliki rata-rata eee ...cita-citanya melanjut, tetapi kemungkinan 45% berasal dari
eee...bertani, maka dia tidak ada melanjut ke PTN atau PTS. Nah, jadi tergantung
siswanya memang, kalau disini siswanya memang yang tidak memiliki cita-cita
tinggi. Demikian.

Roiman: Berarti itu eee...KKM kalau untuk siswa yang cita-citanya memang tidak
ada mau melanjut, ya tidak perlu berarti ya Bu?

135
P. Sitorus: Kalau yang itu perlu. Justru itu bisa jadi lebih dari yang ditetapkan.
Misalnya KKM 70, kalau orang yang sudah mempunyai cita-cita, kalau dibuat juag
80 atau bahkan 90, mereka pasti bisa melaluinya. Atau mereka pasti bisa eee,
mencapainya. Kenapa dibuat KKM? Supaya anak-anak atau siswa/i itu bisa
berlomba untuk mencapai KKM itu. Demikian.

Roiman: Baik Bu, sekarang pertanyaan yang ke 10 . Didalam pembelajaran fisika,


apa saja sarana dan prasarana yang menurut ibu itu penting harus ada disekolah?

P. Sitorus: Oke, sarana yang pertama sarananya eee...buku paket. Kalau itu lengkap.
Yang kedua alat-alat di laboratorium sebagai penunjang untuk PBM nya. Alat-alat
di laboratorium , tapi ya seperti yang ada, alat-alat di laboratorium sangatlah tinggi,
bahkan itu cocok digunakan untuk perguruan tinggi. Namun, untuk SMA kadang-
kadang tidak bisa dipakai karena kalau itu kita berikan, tidak masuk akal oleh
siswa/i. Demikian

Roiman: Baik Bu, saya mengerti Bu.

Roiman: Selanjutnya Bu, yaitu eee...untuk pertanyaan pertama ini bagian


analisisnya ya Bu atau solusinya. Yang pertama yaitu, bagaimana cara ibu
membentuk pendidikan afektif atau pendidikan sikap peserta didik didalam proses
pembelajaran fisika?

P. Sitorus: Ulangi Man, sikap saya atau sikap siswa?

Roiman: ini Bu, bagaimana cara membentuk sikap siswa atau kemampuan
afektifnya dalam proses pembelajaran fisika?

P. Sitorus: Oke baik , kalau afektif ini saran afektifnya sesuai dengan biasanya tidak
menyimpang itu dengan psikomotorik dan kognitifnya. Jadi sikapnya itu adalah
dipetakan atau dikelompokkan bahwa yang benar-benar masuk IPA harus
dimasukkan kedalam IPA, yang benar-benar ke IPS maka harus dibuat ke IPS.
Jangan dibuat yang tidak masuk diakal ya di IPA, masuk ke IPA. Jadi salah jurusan
namanya itu.

Roiman: Berarti Selama ini sudah kebanyakan begitu ya Bu?

136
P. Sitorus: Iya, kebanyakan. Kebanyakan yang dimatangkan, artinya tidak matang
tapi dimatangkan begitu.

Roiman: Baik Bu, pertanyaan yang kedua Bagaimana strategi ibu untuk merubah
pola pikir siswa tersebut yang dalam pikirannya , bahwa pelajaran fisika itu sulit?

P. Sitorus: Oke baik. Yang pertama selalu kita ingatkan bahwa fisika itu adalah
temannya. Artinya, kenapa ibu bilang begitu? Karena fisika itu adalah dirinya
sendiri dengan lingkungan, interaktif atau hubungan antara dirinya dengan
lingkungannya, bukan masalah berhitung. Di fisika tidak ada berhitung, tetapi yang
ada adalah aplikasi saja.

Roiman: Baik Bu, sudah pernah saya dengar ibu bilang begitu ketika di kelas, fisika
itu tidak perlu berhitung yang perlu itu aplikasinya saja.

Roiman: Berarti siswa itu kita ajak seperti, misalnya sudah mempelajari satu konsep
fisika, misalnya hukum Newton. Berarti harus diaplikasikan dengan kehidupan
begitu ya Bu?

P. Sitorus: iya...iya

Roiman: Kalau rumus itu urusan belakang ya Bu?

P. Sitorus: Itu adalah aplikasinya, misalnya dibhukum Newton. Hukum Newton ada
3 yang pertama, benda diam maka dia akan diam selamanya kalau bergerak akan
bergerak selamanya jika tidak ada gaya luar/gaya pengganggu. Yang ke 2,
bagaimana yang diam tersebut kita buat menjadi berubah kecepatannya. Yang ke 3
itu adalah hubungan. Kalau misalnya kamu pukul temanmu, maka temanmu pasti
memukul kamu dengan kekuatan yang sama. Nah itu kan bagaimana aplikasinya?
Aplikasinya masuk kita ke rumus, demikian.

Roiman: Sudah jelas Bu. Sekarang pertanyaan ke 3 Bu, pertanyaannya Bagaimana


cara ibu agar hati, pikiran, dari peserta didik bisa sejalan agar dapat memahami
materi fisika yang ibu jelaskan? Ini mungkin sama seperti pertanyaan yang ke 2 Bu,
tapi coba ibu jelaskan lebih dalam lagi Bu.

137
P. Sitorus: Oke, itu mirip dengan pertanyaan yang ke 2. Tadi saya bilang
diupayakan kalau bisa. Sebenarnya fisika itu ada 3, yang pertama itu adalah harus
terjadi dulu pemahaman, harus mengerti dulu siswanya. Yang kedua, siswa harus
paham interaktifnya kemana. Misalnya usaha dan energi, siswa harus paham apa
itu usaha dan energi. Yang berikutnya, bagaimana hubungannya?. Yang ketiga,
kalau sudah paham maka harus diaplikasikan. Contohnya, jika kita ambil barang
orang tapi tidak ada perpindahan , maka usaha kita akan sia-sia.

Roiman: Baik Bu, sekarang pertanyaan yang ke 5, bagaimanakah kemampuan


afektif peserta didik dalam pembelajaran fisika sesuai penilaian ibu?

P. Sitorus: Iya, pertanyaan ini sesuai pertanyaan nomor satu diatas.

Roiman: Baik Bu, menurut ibu bagaimana menciptakan interaksi belajar mengajar
yang efektif dan efisien khususnya pelajaran fisika?

P. Sitorus: Oke baik, supaya efektif dan efisien yang pertama kita buat tukar
informasi artinya perkelompok. Kita letakkan didalam kelompok itu misalnya ada
2 atau 3 orang mampu, maka harus kita tempatkan ke kelompok yang kurang
mampu dengan alasan biasanya kalau dia misalnya tahu, dia semakin giat apalagi
dia sampai mendapatkan hasil dan merasa puas, dia akan mencari lagi. Jadi kita
tempatkan dia, kita buat mereka untuk tukar informasi antara siswa dan siswa. Jadi,
dengan demikian pasti yang tidak mampu akan bertanya kepada yang mampu. Nah
demikianlah pertukaran informasi tiap anggota kelompok.

Roiman: Baik Bu, sekarang pertanyaan ke 7, Bagaimana seorang guru melakukan


proses pembelajaran jika dia tidak menguasai materi dalam proses pembelajaran
tsb?

P. Sitorus: Oke, baik. Biasanya jika guru tidak memahami atau tidak menguasai,
gurunya sering marah. Berikutnya gurunya pasti menggunakan waktu tidak efisien.
Yang ketiga, guru ketika tidak menguasai, maka siswanya dibuat salah tingkah.
Yang terakhir, jika misalnya tidak menguasai, biasanya sang guru sering
meninggalkan kelasnya.

138
Roiman: Baik Bu, sekarang pertanyaan ke 8, jika ada siswa yang menyukai
pelajaran fisika, menurut ibu apa cara ibu agar siswa tersebut menyukai pelajaran
tersebut?

P. Sitorus: Oke baik, biasanya jika guru tidak memahami atau tidak menguasai,
gurunya sering marah. Berikutnya gurunya pasti menggunakan waktu tidak efisien.
Yang ketiga , guru ketika tidak menguasai, maka siswanya dibuat salah tingkah.
Yang terakhir, jika misalnya tidak menguasai, biasanya sang guru sering
meninggalkan kelasnya.

Roiman: Baik Bu sekarang pertanyaan ke 8, jika ada siswa yang tidak menyukai
pelajaran fisika, menurut ibu apa cara ibu agar siswa tersebut menyukai pelajaran
tersebut?

P. Sitorus: Oke, biasanya jika ada siswa seperti itu maka dia malas masuk ruangan,
malas bergabung dengan temannya. Biasanya tampak dari kehadiran dan sering
mencari alasan-alasan, maka kita harus memberikan perhatian yang ekstra,
diadakan pendekatan kepada siswa tersebut.

Roiman: Pertanyaan yang ke 9, menurut ibu bagaimana pergantian kurikulum yang


dilakukan oleh pemerintah? Bagaimana pandangan ibu?

P. Sitorus: Oke baik, jaman ini semakin berkembang, kemudian yang kedua jika
kita lihat orang-ogang yang pintar tidak pernah berhasil jika sikap nya tidak bagus.
Jadi menurut saya kurikulum yang kita gunakan saat ini adalah kurikulum yang
tepat. Dimana mengutamakan afektif kemudian psikomotornya,kepribadiannya,
kemudaian kognitifnya. Karena orang yang afektifnya bagus, jika ditempatkan di
manapun, walau kognitifnya pas-pasan, dia akan berhasil. Demikian.

Roiman: Baik Bu, pertanyaan yang terakhir. Apakah ada cara evaluasi terhadap
siswa selain ujian Bu? Misalnya selain UTS ,UAS, dan sebagainya?

P. Sitorus: Oke, jelas ada . Yang paling besar sebenarnya adalah nilai siswa itu
diambil dari ketika PTM atau pembelajaran tatap muka. Atau ketika PTM
berlangsung, sebenarnya nilai sudah dapat disana, apalagi sepert Roiman. Kan
begitu? Nah kalau misalnya kita buat 5 kali atau 6 kali kuis, biasanya sebelum kita

139
buat ulangan harian,atau UTS, atau ujian semester, biasanya sudah dapat disana
siapa yang minat belajarnya ada atau tidak. Demikian Man. Mungkin Roiman juga
sudah merasakan itu.

Roiman: Sudah Bu, seru belajar dengan ibu. Saya sudah dapat Rp 300.000 dari kuis
Bu.

P. Sitorus: oke

Roiman: Baik Bu, demikianlah wawancara pada hari ini, terima kasih pada ibu
Pransiska Sitorus, yang telah meluangkan waktunya untuk saya wawancarai.
Terima kasih Bu.

Nama guru : Drs.Patono


Pewawancara : Chairatunisa
Tempat : SMAN 1 MERANGIN

Chairatunisa : Assalamualaikum wr.wb

Pak Partono : Waalaikumsalam wr.wb

Chairatunisa : Perkenalkan pak, nama saya Chairatunisa dengan NIM A1C321025


saya berasal dari Universitas Jambi, ingin mewawancarai bapak mengenai
identifikasi masalah-masalah aktual dalam pembelajaran Fisika

Pak Partono: Hmmm

Chairatunisa : Baik pak pertaanyaan pertama, bagaimana media pembelajaran


yang bapak gunakan saat pembelajaran dikelas,terutama dipelajaran Fisika?

Pak Partono : Ya kadang-kadang ada yang pakai HP,kadang-kadang manual,


kadang-kadanke laboratorium, haya itu lah. Kalau misalnya pas daring pakai
Google Classroom itulah yang sekarang kita pakai

140
Chairatunisa : Baik pak pertanyaan nomor 2, bagaimana pandangan bapak
terhadap siswa yang memiliki rasa suka maupun tdak suka terhadap pembelajaran
Fisika?

Pak Partono : Karna pada dasarrnya untuk pelajaran fisika, rata-rata anak itu
memang kurang. Karena fisika itukan dasarnya dari matematik, kerena
kebanyakan kesulitan di matematika, tahu rumus tapikan penyelesaiannya ada,
jadi yang minat itu mungkin ya anak-anak yang memang kemauan ada, bagi anak-
ana yang kemauannya kurang, ya otomatis dia kurang suka lah atau mungkin
karena pembelajarannya sedikit agak sulit jadi anak-anak malas untuk belajar

Chairatunisa : Eeee bagaimana cara evaluasi yang bapak gunakan dalam menilai
hasil prestasi anak didik?

Pak Partono : Penilaian secara keseluruhan pertama dengan pengamatan, karena


didalam pembelajaran kita melihat anak itu mampu atau tidak diberi tahu, anak
bisa,anak itu tidak itu sudah kelihatan. Kemudian di dukung dengaan ujian
semester,mit semester,dan itu nanti kita simpulkan maka akan dapatlah nila dari
anak tersebut

Chairatunisa : Adahkah metode khusus dalam mengajar agar para siswa


memahami materi pembelajaran dan tidak merasa tertekan untuk memahami
materi-materi yang bapak berikan?

Pak Partono : Kalau metode khusus ga ada metode yang biasa bapak sampaikan
kalau pakai slide justru kadang-kadang anak merasa capek, karna kalau
misalnya pakai slide kan anak nyatat. Nah kita nerangkan dia protes,katanya malah
ga paham Kalau fisika malah justru enak secara manual, nah anak kan lebih cepat
menagkap dibandingkan dia menggunakan slide

Chairatunisa: Dari dulu hingga sekarang, kurikulum pendidikan sering berubah-


ubah, apakah ada kesulitan yang terjadi ketika bapak mengajar kurikulum
tersebut?

Pak Partono : Saya rasa ga ada,sama saja. Walaupun dirubah-rubah seperti itulah
pendidika kita ke anak

141
Chairatunisa : Eee bagaimanakah penilaian bapak mengenai penilaian
pisikomotorik peserta didik dalam pembelajaran fisika?

Pak Partono: Yaa seperti sudah saya katakan, kalau anal kemampuan rata-ratanya
diatas memang semangat begitu, psikomotoriknya bagus, tapikan kalau anak-anak
yang kemampuannya dibawah kadang-kadang sekedar saja datang, sekedar
duduk, sekedar saja mendengar,itu mah tingkah lakunya kurang

Chairatunisa : Apakah bapak mempunyai cara untuk mengoptimalkan hasil


belajar siswa pada mata pelajaran fisika?

Pak Partono: paling kadang Cuma memberikan motivasi saja bahwa pembelajaran
itu penting untuk masa depan. Karna semuanya perlu ada ikhtiar, usaha,kemauan
doa paling itu motivasinya

Chairatunisa : Bagaimanakah daya tangkap peserta didik terhadap materi pelajaran


fisika yang bapak berikan?

Pak Partono : Ya kalau untuk fisika, rata-rata yang memang ya bapak katakan tdi
kalau yang kemampuannya diatas rata-rata cepat dia untuk menangk
menyelesaikan soalnya juga cepat,tapi bagi anka yang kemampuannya dibawah,
dia akan tertinggal karena penggunaan untuk tumus saja kadang masih tidak bisa
menyelesaikan cara matimatika nya,kendala, sehingga perlu memangya kesabaran
kadang-kadang pembinaan, dan pengarahan lah.

Chairatunisa : Mengapa dalam pembelajaran terdapat nilai KKM, menurut bapak


apa nilai KKM tersebut efektif untuk menunjang pendidikan di sekolah?

Pak Partono : Penting juga, KKM itu kan standar ketuntasan belajar, jadi kalau
tidak ada standarnya, kan tidak ada target. Jadi KKM itu sangat dibutuhkan karena
untuk mengejar target, kalau ga ada target, hidup seenaknya saja, bebaskan? Tapi
kalau ada standar itu kan minimal dia berusaha untuk mencapai target
tersebut

Chairatunisa : Didalam pembelajaran fisika, apa saja sarana dan prasarana yang
menurutbapak itu mpenting untuk ada di sekolah ini?

142
Pak Partono : Sarana yang pertama sebenarnya laboratorium,laboratorium itu ada
kaitannya dengan aplikasi pembelajaran. Yang kedua media-media proyektor.
Kadang-kadang diperlukan untuk melihat secara visualnya

Chairatunisa : Bagaimana cara bapak membentuk pendidikan efektik peserta didik


dalam proses pembelajaran fisika?

Pak Parton : Untuk efektif ya kadng-kadang dibuat kelompok untuk


menyelesaikan masalahuntuk menyelesaikan soal kelompok satu, kelompok dua
nantikan mana yang lebih cepat itu berarti yang lebih paham,sehingga tahu
kemampuan anak untukkelomok ini kurang, kelompok ini bisa

Chairatunisa : Bagaimana strategi bapak untuk mengubah pola fikir siswa yang
sudah tertanam bahwasannya pelajaran fisika itu sulit?

Pak Partono: Untuk merubahnya saya rasa susah juga, memang fisika itu bukan
masalah sulit atau tidaknya, kemauan anak itu kurang untuk
mempelajarinya, kalau misalnya dimotivasi apapun tapi
kalau kemauan anak juga kurang sulit juga, pada dasarnya memang
kuncinya adalah semangat anak untuk belajar itu, bagaimana
motivasi bahwa pembelajaran itu penting untuk masa depan,
pelajaran itu penting tidak hanya fisika saja tapi keseluruhan penting sehingga
kalau yang lainnya semangat otomatis fisika juga semangat.

Chairatunisa : Bagaimana cara bapak agar hati dan pikiran dari peserta didik bisa
sejalanagar bisa memahami materi fisika yang bapak jelaskan?

Pak Partono : Dalam memberikan materi kita otomatis santai tidak istilahnya
mengejartarget harus tercapai kalo bagi bapak semester satu tidak mau kurikulum
yang penting anak itu paham dulu, menguasai materi dulu, baru belajar.kemudian
dibuat ya istilahnya tidak terlalu terburu-buru.

Chairatunisa : Eeee bagaimananya pak solusi jika media pembeajaran disekolah


kurang memadai terutama dipelajaraan fisika ?

143
Pak Partono : Kalau saya rasa kalo di SMAN 1 cukup banyak kalau untuk media-
medianyakalau bisa juga digunakan untuk alam, misalnya kalo ingin belajar yang
masukdi alam. Ya Cuma itu teori kadang-kadangkan prakteknya kan ada
sebagiananak yang keberatan berkarya di alam untuk belajar, tapikan merasa
pentingdan sebagainya. Memang perlu pengawasan yang ketat

Chairatunisa : Bagaimanakah kemampuan avektif peserta didik dalam


pembelajaran fisika sesuai penilaian bapak?

Pak Partono : Mungkin kalau di kalkulasikan Cuma 40% lah itu yang mengalami
ketuntasandalam belajar kalau secara murni Cuma kadang-kadang nilai itu bukan
sekedarnilai saja tapi kita dalam memberikan nilai ada prilaku, kemudian
semangat dia belajar

Chairatunisa : Menurut bapak bagaimana menciptakan interaksi belajar mengajar


yangefektif dan efisien khususnya dalam mata pelajaran fisika?

Pak Partono : Ya tadi bapak katakan bahwa fisika ya tidak terlalu tegang, agak
santai dankemudian dibuat nyaman teratur dan tidak merasa terbebani
denganpembelajaran fisika

Chairatunisa : Bagaimana seorang guru melakukan proses pembelajaran jika dia


tidak menguasai teori tentang materi dalam proses pembelajaran itu sendiri?

Pak Partono : Ya kalau guu tidak menguasai materi itu bagaimana bisa
menyampaikan keanaknya ya kan otomatis gagal dalam pembelajaran . memang
guru itudibutuhkan pertama teori materinya harus dikuasai,media pembelajaran
jugaharus dikuasai

Chairatunisa : jika ada siswa yang tidak menyukai pelajaran fisika apa tanggapan
bapak mengenai hal tersebut dan hal apa yang harus bapak lakukan?

Pak Partono : Gapapa kalau anaknya ga suka sama fisika berarti memang belum
suka padasaat itu kan yang penting ikut dalam pembelajaran, suka ga suka anak
harus mengikutikan

144
Chairatunisa : Menurut bapak bagaimana pandangan mengenai pergantian
kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah?

Pak Partono : Ya kalau bagi guru yang penting juga ketulusan atas kita juga ga
bisa untukmengubah alasan ya yang penting kita jalani saja, kurikulum berubah
berulang- ulang yang penting kita ikuti proses pembelajaran sesuai
dengankeputusan pemerintah

Chairatunisa : Apakah ada cara evaluasi hasil belajar sisawa selain ujian?

Pak Partono : ya tadi itu di saat pembelajarankalau kita semantkan pertanyaan


anak itu paham oh berarti anak itu berhasil menguasai masalah materi kita tidak
evaluasi dalam bentuk tes tapi juga pengamatan di daklam pembelajaran

Chairatunisa : Baik terimakasih bapak sudah meluangkan waktunya untuk


menjawab pertanyaan dari saya, terimakasih banyak saya akhiri wabillahitaufik
walhidayah wassalamualaikum wr wb

Nama guru : Firyati spd.


Pewawancara : Rema Mela Sari
Tempat : SMAN 13 KERINCI

Rema mela : Assalamualaikum bu Perkenalkan nama saya Rema Mela sari nim
A1C321009 dari prodi pendidikan fisika Disini saya mendapat tugas
dari dosen bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd. dengan mata kuliah
filsafat Pendidikan Disini saya akan mewawancarai satu satu nya guru
fisika yng ada di SMA 13 kerinci Yang bernama ibu firyati spd., Apa
ibu bersedia di wawancarai bu?

Buk firyati : iya bersedia rema

145
Rema mela : langsung aja kita masuk pertanyaan pertama iya buk,bagaimana media
pembelajaran yang ibu gunakan saat pembelajaran dikelas terutama di
pelajaran fisika?

Buk firyati :

Rema mela : baik bu pertanyaan kedua, Bagaimanakah pandangan Bapak/Ibu


terhadap siswa yang memiliki rasa suka atau tidak suka terhadap
pembelajaran fisika?

Buk firyati : Kebanyakan memang begitu menset anak terhadap fisika itu sulit
karena selama ini orang berpikir bisakah itu lebih cenderung kembaran
matematika padahal tidak,maka penting bagi guru-guru Fisika untuk
membuat anak-anak didiknya suka dan dengan fisika sebelum sesuka
tentunya harus cinta dulu kalau kita ingin dicintai maka kita tidak bisa
langsung masuk ke materi ini loh aku fisika,fisika seperti ini loh ,apa
jadinya nanti kalau fisika itu, produknya berupa ini loh fisika seperti ini
loh jadi bukan rumus ,emang iya sama ini orang berfikir fisika itu
rumus ,saya saja guru yang dulunya juga berpikir fisika itu sulit karena
sudah turun-temurun orang berpikir fisika itu rumus, turunan rumus
pemecahan rumus padahal hakikatnya nya bukan seperti itu, setelah kita
mempelajari fisika nah kita tahu bahwa jika misalnya didalam spritual
kebesaran Tuhan itu ternyata tiada duanya, atau mungkin secara sosial
oh ternyata Kenapa sih itu terus bergerak ternyata ada yang mengatur kita
juga menerima adanya hal-hal yang tidak nampak seperti arus listrik
tetapi ada itu akan kembali ke kita oh ternyata banyak hal-hal yang tidak
terlihat tetapi ada jadi menambah keyakinan kita bahwa tidak semua
tidak semua yang tidak terlihat itu tidak ada tapi kemampuan kita lah
yang kemudian kita sadari sebagai hamba itu sangatlah terbatas
pandangan kita sangat saja suara dari 20 - 2000 hz selebihnya itu kita tak
mampu jika jika kita wajib menyadari bahwa kita tidak ada apanya

146
apanya itu membuktikan bahwa fisika bukan hanya sekedar rumus
turunan rumus tapi banyak hal-hal yang menarik di dalam fisika dengan
adanya hal menarik tentunya akan membuat siswa siswi akan lebih
menyukai fisika.

Rema mela : selanjutnya bu, bagaimana cara evaluasi yang ibu gunakan dalam
menilai hasil prestasi anak didik?

Buk firyati : Kita menggunakan beberapa macam evaluasi, evaluasinya itu bisa
berupa tugas PR kemudian nanti ada ulangan harian hariannya kita
lakukan perkade, dari setiap kade ada ulangan hariannya kemudian nanti
ada UTS kalau kemarin kita baru saja UTS dan nanti di ujungnya ada
ujian semester dan ada beberapa kali evaluasi.

Rema mela : pertanyaan selanjutnya bu adakah metode khusus dalam mengajar


agar para murid dapat memahami materi pembelajaran dan tidak merasa
tertekan untuk memahami materi-materi yang di yang diberikan?

Buk firyati : Tidak ada, tapi semua materi bisa diterapkan asal sesuai dengan
materinya, kan tidak semua misalnya untuk materi yang cocok nih kita
terapkan metode praktikum, hari ini lebih cocok kita pakai metode
seperti ini, jadi bukan khusus fisikanya tapi lebih kepada keperluan
sesuai materi yang akan kita ajarkan

Rema mela : kemudia bu, Dari dulu hingga sekarang kurikulum pendidikan sering
berubah-rubah apakah ada kesulitan yang terdapat ketika ibu mengajar
kurikulum baru?

Buk firyati : Kalau fisika di tingkat SMA tidak banyak perubahan untuk k13 nya
karena materinya tetap itu juga hanya beberapa saja kemudian
dipindahkan atau digantikan posisi dan itu tidak bersalah.

Rema mela : baik bu pertanyaan selanjutnya Bagiamanakah penilaian bapak/ibu


mengenai penilaian pisikomotorik peserta didik dalam pembelajaran
fisika sesuai penilaian ibu?

147
Buk firyati : Kita memang mengadakan paling tidak dalam satu semester itu saya
selalu berusaha melakukan dua kali pratikum itu minimal kita chat lagi
kesetiaan alat kemudian juga dengan materinya jika itu tersedia kita bisa
melaksanakan penilaian psikomotorik, praktikum bisa kita lakukan di
laboratorium.

Rema mela :iya bu kemaren kita juga mengadakan pratikum, selanjutnya bu,
Apakah ibu mempunyai cara untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fisika?

Buk firyati : Setelah kita berusaha memberikan materi dengan sebaik mungkin
kemudian memberikan latihan bagi siswa bagaimana umpan baliknya
kemudian jika masih ada yang belum paham kita adakan remedial supaya
maksimal atau optimal, emang harus ada dari lainnya tidak mungkin saya
sendiri dong harus ada dari sisanya juga jadi saya mencoba membuat ifa
siswa untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dalam memahami materi
dan dalam mengerjakan soal karena untuk memaksimalkan hasil,
hasilnya dan itu kan berupa angka yang didapat dari tugas tugas tugas
ulangan ulangan ulangan nah itu akan mengoptimalkan jika semua itu
berjalan dengan kesinambungan cenderung konstan tugas kita adalah
untuk memotivasi siswa agar siswa punya motivasi dalam dirinya untuk
bisa mencapai hasil yang baik.

Rema mela :pertanyaan selanjutnya bu, Bagaimanakah daya tangkap peserta didik
terhadap materi pelajaran fisika yang ibu berikan?

Buk firyati : Dari tahun ketahun terus menurun ya benar menurut saya sempat
ketemu dengan rombongan angkatan 2017 itu itu memang bagus daya
tangkapnya memang bagus tapi semakin ke sini agak semakin menurun
apalagi setelah pandemi waduh hancur, tapi itu tetap kita maklumi dan
tetap berusaha dengan baik tetapi secara garis besar saya pribadi
mengalami mi mengalami bahwa daya tangkap siswa itu jadi menurun,
entah itu karena pengaruh Saman mungkin, pengaruh HP yang semakin

148
canggih semuanya semuanya ada mungkin, kembali lagi sebenarnya
dalam hal ini ada peran keluarga dan peran sahabat.

Rema mela :iya bu selanjut nya, .Mengapa dalam pembelajaran terdapat nilai
KKM, menurut ibu, apakah nilai KKM tersebut efektif untuk menunjang
pendidikan di sekolah?

Buk firyati : Sebenarnya kita perlu KKM karena apa karena semua itu butuh tolak
ukur kita mau bekerja tolak ukur kita apa, nah KKM itu diambil dan
ditentukan tidak sembarang karena Kkm itu diambil dengan
menganalisis indikator maka tentu kkm itu sangat penting bagi kita
Kenapa kok tumbuh angka 60 timbul angka 70 karena antarkelas itu
berbeda KkM maka kkm itu penting kalau efektifitasnya ya untuk
pembelajaran kalau untuk proses ia tidak begitu tapi mempengaruhi dan
itu penting kkm itu memang harus ada setiap sebagai tolak ukur atau titik
pijakan guru untuk melangkah apalagi dalam proses penilaian nanti.

Rema mela :pertanya selanjut nya bu, .Didalam pembelajaran fisika ,apa saja sarana
dan prasarana yg menurut ibu itu penting untuk ada di sekolah ini?

Buk firyati : Yang pertama tentunya alat-alat praktikum yang harus lengkap ,paling
tidak bisa untuk demostrasi, kemudian yang kedua harus ada proyektor
harus ada setiap kelas kalau bisa tidak usah diangkat pindah atau setiap
kelas udah stay satu proyektor ,kemudian mungkin wi-fi pada zaman
sekarang sekolah harus menyediakan wifi gratis untuk siswa karena
ketika pembelajaran kita dilakukan untuk mengakses internet maka
barang itu sudah tersedia.

Rema mela :pertanyaan selanjutnya, .bagaimana cara ibu membentuk pendidikan


efektif (sikap) peserta didik dalam proses pembelajaran fisika?

Buk firyati : Kepada karena penilaian yang kita lakukan tidak hanya penilaian
kognitif saja tapi ada juga penilaian sikap maka saya mempunyai
indikator sendiri untuk membentuk sikap karena sikap itu penting sikap
spiritual sikap sosial itu paling duluan dalam rapat karena itu memang

149
lebih penting orang boleh pintar setinggi langit tapi tanpa akhlak dan
sikap tetap tidak ada gunanya maka untuk membentuk sikap afektif itu
tidak bisa semudah membalikan telapak tangan tapi perlu ketekunan
perlu kedisiplinan maka saya terapkan siswa tidak boleh terlambat jika
mereka terlambat saya suruh duduk di lantai jadi siswa jarang terlambat
titik saya memberikan sedikit hukuman tapi tidak menyakitkan itu
memang sudah saya dan peserta didik sepakati dari awal semester, tadi
mereka jadi mereka tidak sok mereka sudah tahu sama tahu, dan banyak
lagi kesepakatan yang sudah saya buat misal tidak-tidak buat tugas yang
Alfa semua sudah saya sudah mati hukuman kecilnya jadi poin-poin yang
sudah kami sepakati di awal jika mereka melakukan pelanggaran mereka
udah tahu diri misalnya Bu maaf terlambat dan mereka langsung duduk
dilantai yang seperti itu dengan demikian tentu mereka lama-lama segan
dan malu lah jadi mereka disiplin jadi sikap afektif yaitu dimulai dari hal-
hal kecil hingga menjadi kebiasaan.

Rema mela : berikutnya bu, .Bagaimana strategi ibu untuk merubah pola pikir siswa
yang sudah tertanam bahwasannya pelajaran fisika itu sulit

Buk firyati :

Rema mela :selanjutnya, Bagaimana cara ibu Agar hati, pikiran dari peserta didik
bisa sejalan agar bisa memahami materi fisika yang ibu jelaskan?

Buk firyati : Seseorang banyak kita temui siswa badan yang di kelas matanya
menatap kedepan tapi kosong, kita tahu karena seorang guru juga
dipenuhi dengan ilmu psikologi yang mempunyai hanya saja seperti ini
siswa-siswi yang seperti itu kalau dalam pembelajaran tolong perhatikan
cuman ini permasalahan anak ini kadang tidak butuh kita butuh
kerjasama dari semua pihak dan komponen sekolah wali kelas saya
sebagai guru pelajar dan guru daerah ini adalah hal yang bermasalah
badannya ada ada bukunya ada catatannya nggak ada apalagi ilmu yang
didapat juga tidak ada maka perlu kerjasama perlu pemanggilan perlu
tidak lanjut dengan pemindahan pindahan yang bertahap

150
Rema mela :pertanyaan berikutnya bu, .modul seperti apa yang bapak/ibu serahkan
kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya?

Buk firyati : . Iya kalau modul kurang memadai saya membuatnya dia sendiri
apalagi sekarang sekarang aplikasi-aplikasi sangat banyak untuk belajar
bisa membuat sendiri seperti kemarin pandemi dan dipakai buat
praktikum sendiri buatan sendiri bisa karena memang kalau kita berharap
dari sekolah sama agak susah mungkin sekolah tidak semua pikiran
dengan kita.

Rema mela : berikutnya bu, .bagaimankah kemampuan avektif peserta didik dalam
pembelajaran fisika sesuai penilaian bapak/ibu?

Rema mela : selanjutnya, Menurut ibu, bagaimana menciptakan interaksi belajar


mengajar yang efektif dan efisien khususnya dalam mata pelajaran
fisika?

Buk firyati : Karena itu ditetapkan untuk menciptakan komunikasi yang baik
dengan tanya jawab sama komunikasi yang kita bangun tidak hanya satu
arah tapi dua arah antara guru ke siswa siswa ke guru maka setiap
pembelajaran menyelipkan materi tanya jawab diskusi

Rema mela :berikutnya Bagaimana seorang guru melakukan proses pembelajaran


jika dia tidak menguasai teori tentang materi dalam proses pembelajaran
itu sendiri?

Buk firyati : Kalau tidak tahu materi tentu tidak bisa mengajar siswa ya ya gak
bisa ngajar guru harus paham dulu paling tidak tentang ini tentang itu tapi
tetap gak bisa ngajar lah paling guru yang ndak paham masih tugas dan
masuk

151
Rema mela :selanjut Menurut ibu ,Mengapa pentingnya seorang guru mempunyai
kreativitas sendiri untuk menyampaikan pembelajaran?

Buk firyati : Sekarang banyak aplikasi tu sering, menggunakan hp, bawa hp ya


sekolah kita kan enggak boleh bawa HP kecuali perintah guru
bersangkutan jadi ibu sering minta besok bawa HP kita mengadakan kuis
itu seru aplikasi visi jadi ada evaluasi yang saya adakan setiap
pembelajaran.

Rema mela : menurut ibu, bagaimana pandangan mengenai pergantian kurikulum


yang dilakukan oleh pemerintah?

Buk firyati : Kalau bicara kurikulum itu agak ngeri karena kurikulum ranah orang
atas mau di rumah mau tidak dirubah kita dibawa tidak bisa apa-apa
karena secara secara guru sebenarnya lelah dengan kurikulum yang
berubah-rubah tukar-tukar tapi ya gimana lagi kalau memang itu yang
terbaik dan menemukan yang cocok cocok kita harus terus belajar untuk
bisa menerima, tapi kalau bisa jangan sering tapi seandainya seandainya
tidak berubah berarti kita tidak mengikuti zaman sekarang boleh berubah
se disesuaikan dengan zaman mau tidak mau semua harus berubah hanya
saja jangan terlalu sering

Rema mela : pertanyaan terakhir Dimana letak perbedaan kurikulum KTSP 2006
dan kurikulum 2013, terutama dalam pelajaran fisika?

Buk firyati : Seperti yang saya bilang tadi tidak banyak perbedaan hanya saja
perubahan posisi misal materi GLBB pada KTSP di kelas 10 tapi di kelas
k13 kelas 11 misalnya gitu kalau materinya tetap it

Nama guru : Hj. Dra. ETIKA NAFRIDA


Pewawancara : Lisensia lorenza
Tempat : SMAN 4 SUNGAI PENUH

152
Lisensia : Baik buk, disini tujuan saya menemui ibuk untuk mewawancarai
mengenai masalah-masalah aktual Pendidikan di Indonesia selama ibuk
mengajar di SMAN 4 Kota Sungai Penuh. Baik pertanyaan pertamanya
yaitu Bagaimana media pembelajaran yang ibu/bapak gunakan saat
pembelajaran di kelas, terutama di pelajaran fisika?

Buk Etika: Kalau sebenarnya difisika kita menggunakan karena yang sekarang ini
teknologi bisa menggunakan animasi cuman keterbatasan yang kadang-
kadang sinyal yang membuat kita tidak bisa membuat hal itu dan
persiapan dari gurunya sendiri, kebanyakan kalo dari ibuk sekarang
mengingat waktunya yang sedikit ibuk lebih banyak memakaikan cara
lama dengan penjelasan manual.Namun, siswa sudah merangkumnya
terlebih dahulu dirumah.

Lisensia : Baik buk, dipertanyaan kedua, Bagaimanakah pandangan Ibu terhadap


siswa yang memiliki rasa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran
fisika?

Buk Etika: Kalau masalah rasa itu tergantung kepada siswa itu sendiri, ada siswa
yang suka adapun tidak. kita sebagai guru harus dapat membedakan
karena mereka sudah mengambil jurusan ipa, ya mau tidak mau merrka
harus suka menyukainya karena dia salah satu mata pelajaran pokok
tetapi berbeda dengan jurusan IPS.

Lisensia : Baik buk, dipertanyaan ketiga bagaimana cara evaluasi yang Ibu gunakan
dalam menilai hasil prestasi anak didik?

Buk Eika: Kalau ibuk masalah evaluasi, ibuk merangkum kesemuanya. Pertama,
dulu ada menggunakan daring, itu ibuk mengambil sistem diskusi karena
jarang zoom. itu dikarenakan keterbatasan sinyal dan siswa banyak yang
susah diatur. Maka saya ambil hasil daring mereka yang menjawab hasil
diskusi kita, kemudian kedua, yaitu tugas yang diberikan di classroom.
Ketiga, soal-soal yang dibahas dalam bentuk latihan di sekolah dengan
keterbatasan waktu itu sudah ada poin-poinnya mereka dan berikutnya

153
ditambah dengan nilai yang mungkin ujian tengah semester dan ujian
semester itu semua di rangkum.

Lisensia : Terus, Menurut Ibu adakah metode khusus dalam dalam mengajar agar
para murid dapat memahami materi pembelajaran dan tidak merasa
tertekan untuk memahami materi-materi yang di yang diberikan?

Buk Etika: Metode ya, nah, kadang sekarang ini kita dituntut untuk bebas merdeka
belajar sebenarnya, tidak mengejar kurikulum. Namun, itu belum
diterapkan pada kenyataannya kita masih tetap mengejar kurikulum yaa
untuk memikirkan hal-hal seperti itu tadi dengan metode yang berbeda-
beda. kadang munculkan animasi, powerpoint dengan menggunakan
teknologi tadi atau dengan cara manual jadi tidak monoton gitu.

Lisensia : Selanjutnya, dari dulu hingga sekarang kurikulum pendidikan sering


berubah-rubah apakah ada kesulitan yang terdapat ketika bapak ibu
mengajar kurikulum baru?

Buk Etika: Sebenarnya hanya nama untuk kurikulum lama dengan kurikulum baru.
namun dipenerapannya tetap saja sama. Hanya salah satu dalam bentuk
kata, perubahan kata, namun perubahan cara lebih sedikit.

Lisensia : Selanjutnya Bagiamanakah penilaian Ibu mengenai penilaian


pisikomotorik peserta didik dalam pembelajaran fisika sesuai penilaian
bpk/ibu

Buk Etika: Untuk Psikomotor, saya mohon maaf karena psikomotor itu sebenarnya
diambil dari nilai praktik. Ini jawaban yang jujur karena kita di SMA 4
kebetulan laboratoriumnya dipakai. waktu, tempat dan alat jadi
sebenarnya untuk psikomotor itu harus nilai praktik. Namun yang
namanya fisika laboratorium kita adalah alam semesta. Kita kadang-
kadang bisa yang sederhana itu bisa mereka mengerjakan di rumah
berkelompok. Kebetulan lagi saat ini masa pandemi maka saya secara
jujur mengatakan tidak ada tugas praktik. Namun, dimintak pun tugas
perinduvidu kadang siswa kurang memahami maka itu tidak akan

154
berjalan lancar. Namun tetap kita ambil nilai tersebut dari kognitifnya
saja.

Lisensia: Selanjutnya, Apakah ibu mempunyai cara untuk mengoptimalkan hasil


belajar siswa pada mata pelajaran fisika?

Buk Etika: Itu tergantung sekolah dan atasannya kalau pendidikan kita di Jambi ini.
Kalau katanya daring saya tetap mengusahakan untuk yang optimal.
Optimalnya tadi bagaimana selama jam pelajaran itu kami
menggunakan dalam bentuk diskusi walaupun dalam bentuk wa.

Lisensia: Bagaimanakah daya tangkap peserta didik terhadap materi pelajaran fisika
yang ibu/bpk berikan?

Buk Etika: Ketika belajar di kelas, daya tangkap peserta didik sangat bagus meski
tidak semuanya memahami tetapi Sebagian besarnya sudah mengetahui
materi tersebut saya melakukan Latihan harian.

Lisensia : Mengapa dalam pembelajaran terdapat nilai KKM, menurut bpk/ibu,


apakah nilai KKM tersebut efektif untuk menunjang pendidikan di
sekolah?

Buk Etika: Kalau bagi saya KKM itu kan ditetapkan dari hasil. sebenarnya dari
hasil nilai sebelumnya lalu saat itu maka dihitung secara keseluruhan
oleh guru bidang studi, bidang kurikulum, perangkat-perangkat
pendidikan untuk menentukan kkm. Namun, sekarang ini, yang dipakai
masih kkm yang sebelumnya.

Lisensia : Didalam pembelajaran fisika ,apa saja sarana dan prasarana yg menurut
bapak/ ibu itu penting untuk ada di sekolah ini?

Buk Etika: Laboratorium. Kita memang memerlukan labor. kemarin ibu bereskan
alat ukur namun itu sudah tidak bisa dipakai lagi. Misalnya alat ukut
kalua udah karatan maka tidak bisa dipakai lagi.

Lisensia : Baiklah disub topik kedua, Bagaimana cara ibu membentuk pendidikan
efektif (sikap) peserta didik dalam proses pembelajaran fisika?

155
Buk Etika: Tadikan udah dari sekolah juga, tujuan visi misi sekolah kita membentuk
siswa yang berakhlakul karimah paling tidak pada saat mulai belajar
membaca yasin, membaca ayat pendek dulu itu yang memang harus
sikap yang betul-betul. Jangan hanya sekedar, kemudian yang Namanya
guru ya mendidik dan hanya sekedar mengajar. Mengajar mudah tetapi
mendidik itu yang sulit. Apa beda mendidik dengan mengajar? Kalo
mendidik kita mengisi hati sedangkan mengajar itu kita mengisi otak ya.
Antara dua ini seharusnya sejalan namun bagi ibu penekanannya isi hati
dulu kalua hati sudah terisi otak akan ngikut ya.

Lisensia : Baik dipertanyaan kedua. Bagaimana strategi ibu/bapak untuk merubah


pola pikir siswa yang sudah tertanam bahwasannya pelajaran fisika itu
sulit?

Buk Etika: Kita selalu memberikan arahan bahwa fisika itu menyenangkan dan
sebagai kita guru jangan marah-marah terus. Pertama sifatnya hitungan,
ternyata fisika ini menyenangkan tidak hanya tentang hitungan tambah
lagi alam dan keaadan yang ada disekitarmu selalu ada fisikanya. Jika
kita mau memikirkannya, jadi sebenarnya fisika itu tidaklah sulit ya.
Tetapi sangat menyenangkan.

Lisensia : Baiklah, selanjutnya bagaimana cara ibu/bapak Agar hati, pikiran dari
peserta didik bisa sejalan agar bisa memahami materi fisika yang ibu
jelaskan?

Buk Etika: tetapi kalau untuk sejalan sebanyak siswa itu agak sulit, namun bagi
siswa yang menyadari fisika itu penting kita akan sejalan dan kita
sebagai. Ibu lah ya, ibu terus memberikan awal kesiapan siswa itu dan
motivasi kepada mereka agar belajar dan belajar. Tapi ya kalua ada yang
melakukan kesalahan disana mungkin ibu menyadari kekurangan ibu.

Lisensia : Modul seperti apa yang Ibu serahkan kepada siswa untuk meningkatkan
hasil belajarnya?

156
Buk Etika: Kalau ibuk tidak terlalu berpatokan pada satu buku. Namun buku yang
wajib dibawa adalah buku paket dan juga LKS.

Lisensia : Bagaimanakah kemampuan avektif peserta didik dalam pembelajaran


fisika sesuai penilaian bapak/ibu?

Buk Etika: iya, 50% yadari peserta didik itu yang memang punya kemampuan
selebihnya kadang-kadang kita memikirkan KKM tadi daripada tidak
naik-naik.

Lisensia : Menurut ibu, bagaimana menciptakan interaksi belajar mengajar yang


efektif dan efisien khususnya dalam mata pelajaran fisika?

Buk Etika: Tadi yang untuk efektif guru harus kreatif untuk guru-guru muda yang
sekarang kalua saya kan udah guru colonial nih. Kalau untuk kalian,
kalian harus berpacu pada teknologi ini dan banyaklah muncul kreasi
ini muncuk untuk mencari yang menarik. Salah satunya dengan
menggunakan power point namun power point juga tidak menarik
sekarang ini. Mungkin sebelum pandemi yang ibu pernah pakai ya
animasi. Kalau animasi ya menarik karena mereka bisa liat geraknya
langsung. Mungkin yang akan datang kalian bisa memunculkan hal-hal
yang baru yang sifatnya teknologi dan fisika itu adalah induknya
teknologi. Senangilah fisika apa yang kita dapatkan sekarang
sebenarnya berawal dari fisika.

Lisensia : Bagaimana seorang guru melakukan proses pembelajaran jika dia tidak
menguasai teori tentang materi dalam proses pembelajaran itu sendiri?

Buk Etika: Jadi kacau, hehe. Sebagai guru materilah yang utama. Kuasai materi
maka yang lainnya akan lancer itu hal wajib. Cumin jangan sifatnya
menghapal tetapi pahami

Lisensia : Jika ada siswa yang tidak menyukai pembelajaran fisika apa tanggapan
ibu mengenai hal tersebut dan apa yang harus ibu lakukan?

157
Buk Etika: Kalau mereka sudah memilih jurusan IPA mau tidak mau harus
menyukai. Tapi kalau mereka memang tidak suka saya beri pilihan
kamu mau belajar atau tidak. Kalau tidak ya keluar.

Lisensia : Menurut ibu, bagaimana pandangan mengenai pergantian kurikulum


yang dilakukan oleh pemerintah?

Buk Etika: Saya juga merasa bangga walaupun saya guru kolonial karena teknologi
yang digunakan saya juga pernah mengalami masa itu. Maka kurikulum
sekarang inikan kami malah menambah kurikulumnya satu semester.
Tetapi alhamdulillah saat pandemi teknologi muncul. Bisa dalam
keadaan daring zoom, luring dan lain-lain. Banyak yang mengatakan
siswa tidak mau belajar namun itu tergantung pada mereka sendiri.
Kalau menurut saya, belajar secara internet ini malah memupuk rasa
kejujuran, apakah betul betul belajar atau tidak itu Nampak saat daring
ini.

Lisensia : baiklah dipertanyaan terakhir buk, Apakah ada cara evaluasi hasil
pembelajaran selain ujian buk?

Buk Etika: Sebenarnya tidak ada ujian juga boleh, namun untuk menilai sesuatu itu
harus ada evaluasi jadi kalau kita tidak melakukan evaluasi bagaimana
kita tau bisa atau tidaknya. Berhasil atau tidak suatu tujuan pada
evaluasi. Dalam agama kita juga ada evaluasi diri kita sendiri. Harus
ada evaluasi tidak ad acara lain selain ujian. Namun ujiannya dalam
bentuk apapun tergantung gurunya. Contohnya Latihan-latihan itu tadi,
tugas-tugas yang minta guru kepada siswa agar siswa merasakan
adanya rasa tanggung jawab.

Lisensia : Baiklah, mungkin ini saja wawancara pada pagi hari ini buk. Terimakasih
banyak buk.

Buk Etika: Semoga ada yang bermanfaat ya

158
LAMPIRAN OBSERVASI

TEMPAT : SMAN 1 DOLOK


HARI/TANGGAL :

No. Kegiatan Pertanyaan Observasi Iya Tidak

1 Kegiatan a. Membuka pembelajaran ✓


Awal dengan berdoa

b. Menggali pengetahuan awal ✓


siswa

c. Memberi motivasi yang dapat ✓


membangkitkan minat siswa

d. Menyampaikan tujuan ✓
pembelajaran

2 Kegiatan a. Menjelaskan sub konsep ✓


Inti

b. Menggunakan media ✓
pembelajaran yang bervariasi

159
c. Mengoptimalkan interaksi ✓
antar siswa dengan guru

d. Menjadi fasilitator dalam ✓


pembelajaran

e. Menciptakan suasana ✓
pembelajaran yang
mengaktifkan siswa

f. Memberi kesempatan kepada ✓


siswa untuk bertanya tentang
materi pembelajaran yang
belum dipahami

3 Kegiatan a. Membimbing siswa untuk ✓


Akhir menyimpulkan

b. Melaksanakan evaluasi ✓
pembelajaran

c. Memberi tugas kepada siswa ✓

d. Memberi ✓
penghargaan/penguatan
kepada siswa

e. Mampu mengelola waktu ✓


selama proses pembelajaran

f. Memberitahu kepada peserta ✓


didik untuk materi yang akan
datang

g. Menutup pelajaran ✓

160
TEMPAT : SMAN 1 MERANGIN
HARI/TANGGAL :

No. Kegiatan Pertanyaan Observasi Iya Tidak

1 Kegiatan a. Membuka pembelajaran ✓


Awal dengan berdoa

b. Menggali pengetahuan awal ✓


siswa

c. Memberi motivasi yang dapat ✓


membangkitkan minat siswa

d. Menyampaikan tujuan ✓
pembelajaran

2 Kegiatan a. Menjelaskan sub konsep ✓


Inti

b. Menggunakan media ✓
pembelajaran yang bervariasi

c. Mengoptimalkan interaksi ✓
antar siswa dengan guru

d. Menjadi fasilitator dalam ✓


pembelajaran

e. Menciptakan suasana ✓
pembelajaran yang
mengaktifkan siswa

f. Memberi kesempatan kepada ✓


siswa untuk bertanya tentang
materi pembelajaran yang
belum dipahami

161
3 Kegiatan a. Membimbing siswa untuk ✓
Akhir menyimpulkan

b. Melaksanakan evaluasi ✓
pembelajaran

c. Memberi tugas kepada siswa ✓

d. Memberi ✓
penghargaan/penguatan
kepada siswa

e. Mampu mengelola waktu ✓


selama proses pembelajaran

f. Memberitahu kepada peserta ✓


didik untuk materi yang akan
datang

g. Menutup pelajaran ✓

TEMPAT : SMAN 13 KERINCI


HARI/TANGGAL :

No. Kegiatan Pertanyaan Observasi Iya Tidak

1 Kegiatan a. Membuka pembelajaran ✓


Awal dengan berdoa

b. Menggali pengetahuan awal ✓


siswa

162
c. Memberi motivasi yang dapat ✓
membangkitkan minat siswa

d. Menyampaikan tujuan ✓
pembelajaran

2 Kegiatan a. Menjelaskan sub konsep ✓


Inti

b. Menggunakan media ✓
pembelajaran yang bervariasi

c. Mengoptimalkan interaksi ✓
antar siswa dengan guru

d. Menjadi fasilitator dalam ✓


pembelajaran

e. Menciptakan suasana ✓
pembelajaran yang
mengaktifkan siswa

f. Memberi kesempatan kepada ✓


siswa untuk bertanya tentang
materi pembelajaran yang
belum dipahami

3 Kegiatan a. Membimbing siswa untuk ✓


Akhir menyimpulkan

b. Melaksanakan evaluasi ✓
pembelajaran

c. Memberi tugas kepada siswa ✓

d. Memberi ✓
penghargaan/penguatan
kepada siswa

163
e. Mampu mengelola waktu ✓
selama proses pembelajaran

f. Memberitahu kepada peserta ✓


didik untuk materi yang akan
datang

g. Menutup pelajaran ✓

TEMPAT : SMAN 4 SUNGAI PENUH


HARI/TANGGAL :

No. Kegiatan Pertanyaan Observasi Iya Tidak

1 Kegiatan a. Membuka pembelajaran ✓


Awal dengan berdoa

b. Menggali pengetahuan awal ✓


siswa

c. Memberi motivasi yang dapat ✓


membangkitkan minat siswa

d. Menyampaikan tujuan ✓
pembelajaran

2 Kegiatan a. Menjelaskan sub konsep ✓


Inti

b. Menggunakan media ✓
pembelajaran yang bervariasi

c. Mengoptimalkan interaksi ✓
antar siswa dengan guru

164
d. Menjadi fasilitator dalam ✓
pembelajaran

e. Menciptakan suasana ✓
pembelajaran yang
mengaktifkan siswa

f. Memberi kesempatan kepada ✓


siswa untuk bertanya tentang
materi pembelajaran yang
belum dipahami

3 Kegiatan a. Membimbing siswa untuk ✓


Akhir menyimpulkan

b. Melaksanakan evaluasi ✓
pembelajaran

c. Memberi tugas kepada siswa ✓

d. Memberi ✓
penghargaan/penguatan
kepada siswa

e. Mampu mengelola waktu ✓


selama proses pembelajaran

f. Memberitahu kepada peserta ✓


didik untuk materi yang akan
datang

g. Menutup pelajaran ✓

165
LAMPIRAN GAMBAR

➢ SMAN 1 DOLOK PARDAMEAN

➢ SMAN 1 MERANGIN

➢ SMAN 13 KERINCI

166
➢ SMAN 4 SUNGAI PENUH

167

Anda mungkin juga menyukai