NIM : 2101931
Kelas : 2B
Judul : Perspektif Islam Terhadap Budaya Pamali Dikalangan Masyarakat Cikalong
Wetan Kabupaten Bandung Barat
Pranala/
Tahun Alamat
Penulis Judul Artikel Abstrak
Terbit Doi
Artikel
Krista 10 April Pola Interaksi Interaksi sosial pada umumnya juga http://con
Insan 2021 Sosial Pada terjadi dalam lingkup Perguruan ference.u
Dermaw Mahasiswa Tinggi khususnya pada mahasiswa. m.ac.id/in
an, Suku Sunda Mahasiswa berasal dari beragam etnik dex.php/p
Afifah Dan Suku dan budaya. Perbedaan budaya si/article/
Chusna Minahasa: tersebut dapat menyebabkan view/124
Az Sebuah Studi perbedaan pola interaksi sosial yang 0
Zahra, Lintas berpotensi pada disharmonisasi dalam
Andi Budaya menjalin relasi dengan lingkungan
Chaerun sosialnya. Tujuan penelitian ini
Fajar, adalah untuk mengetahui pola
Retno interaksi sosial mahasiswa yang
Sulistiya berasal dari Suku Sunda dan Suku
ningsih Minahasa dalam konteks cross
cultural. Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian
kualitatif. Data dikumpulkan melalui
wawancara dan observasi pada tiga
mahasiswa dari Suku Sunda dan tiga
mahasiswa dari Suku Minahasa.
Kriteria subjek penelitian diantaranya
berasal dari Suku Sunda atau Suku
Minahasa, berstatus sebagai
mahasiswa di Universitas Negeri
Malang, dan bersedia menjadi subjek.
Analisis data yang digunakan yaitu
analisis data menurut Miles dan
Huberman. Uji keabsahan data
penelitian dengan menggunakan
triangulasi perspektif dan pengecekan
ulang pada tema yang menyimpang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pola interaksi mahasiswa yang berasal
dari Suku Sunda dan Suku Minahasa
mempunyai persamaan dan
perbedaan. Perbedaan dari pola
interaksi kedua suku tersebut yaitu
mahasiswa dari Suku Sunda lebih
mudah untuk berinteraksi dengan
orang lain pada awal perkuliahan
dibandingkan dengan mahasiswa dari
Suku Minahasa. Sedangkan,
persamaan dari pola interaksi
mahasiswa dari Suku Sunda dan Suku
Minahasa terletak pada penggunaan
bahasa dan mempunyai jiwa sosial
yang cukup tinggi terhadap sesama.
Hambatan yang dialami yaitu terkait
dengan penggunaan intonasi dan
pemahaman bahasa. Untuk mengatasi
hambatan tersebut, mahasiswa dari
Suku Sunda dan Suku Minahasa terus
menerus melakukan komunikasi dan
adaptasi dengan lingkungan sekitar.
Mia 2 April 2015 Mitos Dan Artikel menjelaskan peran mitos https://do
Angelin Budaya dan beberapa tema universal dari i.org/10.2
e mitos, yaitu mengenai penciptaan 1512/hu
dunia, bencana banjir besar, maniora.v
kematian, dan mitos akhir dunia. 6i2.3325
Hampir seluruh mitos di dunia
menyangkut tema universal tersebut
yang terlihat dari kemiripan
beberapa mitos yang dipercaya oleh
berbagai kebudayaan di dunia.
Mitos yang diturunkan memiliki
fungsi dan hubungan dengan
kehidupan modern karena tanpa
sadar manusia terus menurunkan
mitos secara turun temurun.
Penelitian bertujuan untuk (1)
mengetahui fungsi dari mitos-mitos
dengan tema paling terkenal dari
kebudayaan-kebudayaan di dunia
dan (2) mengetahui latar belakang
dan hubungan antara mitos dengan
budaya masyarakat modern. Hasil
penelitian menjelaskan hubungan
antara mitos dengan budaya, dengan
inti dari cerita di dalam mitos
adalah kebenaran mengenai
manusia. Mitos bertindak sebagai
template untuk mengatur kegiatan
sehari-hari serta aktivitas manusia.
Selain itu mitos juga berperan
memperkenal kan manusia kepada
kekuatan yang lebih besar di alam
semesta. Nilai- nilai yang dibawa
dalam setiap cerita akan diartikan
sebagai aturan dan kebiasaan yang
harus dipenuhi, dan hal ini berujung
pada munculnya budaya yang
diwariskan turun temurun
Logika, 2018 Etika Pamali Sikap dan perilaku individu atau http://digi
Gilang Dalam Tradisi kelompok masyarakat, diatur oleh lib.uinsgd
Kreasi Sunda: Studi sebuah Norma. Hampir tak dapat .ac.id/id/e
Galang Deskriptif Di dipastikan, ada manusia yang tak print/107
Kasepuhan mengenal Etika. Baik manusia 31
Kampung Modern maupun kelompok manusia
Adat Urug primitif sekalipun. Berbagai
Desa Urug kecenderungan tindakan baik dan
Kecamatan buruk dalam perjalanan hidup
Sukajaya manusia ditentukan oleh sebuah
Kabupaten konsep yang disebut dengan Norma.
Bogor Untuk seterusnya, dari Norma inilah,
nanti timbul konsep tentang Moral
dan Etika yang kerap dijadikan
pedoman individu dalam
kesehariannya.
Setiap suku Bangsa di Indonesia
memiliki tata perilaku tersendiri.
Dalam penelitian ini, studi
dikhususkan pada suku Sunda.
Pamali, sebagai salah satu ekspresi
dari kekayaan Budaya Sunda,
dijadikan oleh orang Sunda sebagai
pengetahuan menentukan baik
tidaknya sebuah perbuatan.
Merupakan sebuah keniscayaan
bahwa sistem nilai yang terkandung
dalam Pamali pada akhirnya menjadi
bagian dari Etika orang Sunda.
Penulis menggunakan penelitian
kualitatif. Dengan pendekatan
Filsafat, Psikologi dan Fenomenologi
Agama, penulis mengumpulkan fakta
data di lapangan, untuk kemudian
diuraikan dan, dengan sedikit
mereduksi bagian yang kurang
relevan dalam pembahasan. Dalam
mengumpulkan data, penulis
memakai teknik observasi, studi
kepustakaan dan wawancara
mendalam dengan dokumentasi
selama tiga bulan. Selanjutnya,
penulis mendeskripsikan data hasil
temuan yang disusun secara tematik.
Penelitian ini bukan bertujuan
menguraikan macam-macam Pamali
yang terdapat dalam kehidupan orang
Sunda. Akan tetapi, mencoba
memberi penjelasan mengenai Etika
Pamali dalam pandangan masyarakat
Adat Sunda, yang dalam hal ini
dikhususkan pada masyarakat di
Kasepuhan Kampung Adat Urug
Bogor. Fokus penelitian meliputi,
konsep Etika Pamali sebagai sistem
nilai, ungkapan penerapannya, dan
hubungannya dengan Etika beragama
dalam tradisi masyarakat tersebut.
Hasil penelitian mengungkapkan,
bahwa telah terjadi dikotomi
pengetahuan terhadap sistem nilai
yang dipakai. Etika Pamali dalam
Tradisi Sunda terpisah menjadi
tatanan nilai bagi orang Adat sebagai
nilai warisan leluhur yang berbeda
dengan Etika beragama. Kendati
demikian, tak dapat dipungkiri hasil
penelitian juga menunjukkan telah
terjadi akulturasi yang sinergis dalam
Etika beragama di masyarakat. Hal ini
tercermin dalam bentuk sikap toleran
terhadap penerapan Adat Istiadat
setempat.
Silvia, 2021 Makna Pamali adalah salah satu produk dari http://digi
Yeni Pamali pada kebudayaan masyarakat Sunda. lib.uinsgd
masyarakat Aturan-aturan yang termasuk ke .ac.id/id/e
Sunda : Studi dalam pamali biasanya memiliki print/472
deskriptif unsur kesakralan di dalamnya dan 94
pada menjadikannya tabu. Penulis
masyarakat melaksanakan penelitian ini dengan
kampung maksud untuk mengetahui bagaimana
Cijolang Kota makna pamali bagi masyarakat Sunda
Tasikmalaya terkhususnya di Kampung Cijolang
Jawa Barat ini. Untuk mendapatkan hasil yang
tahun 2021 penyusun inginkan, penulis
mengkonsepnya dalam dua bagian
yaitu pamali dalam masyarakat
kampung Cijolang, dan makna pamali
pada masyarakat Kampung Cijolang.
Metode yang digunakan adalah
Deskriptif-Analisis, dengan teori
yang digunakan adalah teori The
Sacred and The Propane (Yang Sakral
dan Yang Profan) dari Mircea Eliade,
dengan wawancara langsung dan
observasi sebagai metode
pengumpulan data. Sedangkan hasil
dari penelitian ini perihal pemaknaan
aturan pamali pada masyarakat Sunda
terkhususnya di kampung Cijolang
bahwasannya makna pamali bagi tiap
masyarakat Kampung Cijolang
berbeda-beda dengan cara
pemahaman tersendiri di setiap
anggota masyarakat Kampung
Cijolang baik berdasarkan makna
sakralnya atau makna profannya.
Masyarakat Kampung Cijolang masih
mengenal beberapa aturan yang
termasuk ke dalam aturan pamali.
Aturan pamali yang masih dikenal
oleh masyarakat biasanya berupa
aturan-aturan pamali yang erat
kaitannya dengan kegiatan sehari-hari
seperti misalnya larangan memotong
kuku di malam hari dan sebagainya.
Aturan-aturan pamali yang mereka
ketahui dimaknai dengan beragam
baik sesuai makna dari pamali sendiri
yaitu larangan dengan sifat tabunya
ataupun pemaknaan lainnya seperti
makna asosiatif tergantung pemikiran
masing-masing.
Agung 2012 Budaya Lokal Islam adalah agama yang berciri https://do
Setiyaw dalam universal, berwawasan dunia i.org/10.1
an Perspektif (Weltanschauung) persamaan, 4421/ese
Agama: keadilan, takaful, kebebasan dan nsia.v13i
Legitimasi martabat serta memiliki konsep 2.738
Hukum Adat humanistik teosentrisme sebagai nilai
(‘Urf) Dalam inti dari semua ajaran Islam. Dari segi
Islam budaya dalam masyarakat, Islam
membiarkan kearifan lokal dan
produk budaya lokal yang produktif
dan tidak mencemari akidah untuk
eksis, bahkan menempatkan Islam
tradisional sebagai salah satu dasar
penetapan hukum. Sebagaimana
disebutkan dalam salah satu kaidah
fiqih bahwa
mengatakan "al-'adah al-
muhakkamah" (hukum adat dapat
dijadikan patokan). Dengan demikian
Islam adalah agama yang penuh
toleransi dan penuh nilai-nilai moral.
Mohd 29 Juli 2013 Kedudukan Pendalilan akal merupakan salah satu https://do
Faizul Akal dalam sumber terpenting dalam i.org/10.1
Azmi Pendalilan membahaskan persoalan akidah, 1113/jt.v
dan selain daripada sumber utama al- 63.1563
Akidah
dan Quran dan hadis. Kedudukan dalil
Muham akal tersebut diiktiraf oleh Ahl al-
mad Sunnah wa al-Jama’ah kerana ia
Rashidi berkemampuan untuk menghasilkan
Wahab keyakinan sehingga terbentuk
keimanan kepada Allah S.W.T.
Walau bagaimanapun, sebilangan
aliran pemikiran seperti Hasyawiyyah
di dapat menolak peranan akal dalam
pembahasan aqidah, lantas mendakwa
Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
khususnya Asha’irah dan
Maturidiyyah terpengaruh dengan
metodologi aliran sesat
Mu’tazilah yang terlebih
mengutamakan dalil ‘aqli
berbanding dalil naqli. Implikasi
daripada tohmahan tersebut
menyebabkan segelintir umat Islam
memandang serong terhadap
kedudukan dalil akal dalam akidah,
malah pengikut Asha’irah dan
Maturidiyyah turut disamakan dengan
Mu’tazilah. Menerusi kaedah
analisis kandungan dokumen, artikel
ini akan meneliti kedudukan akal
dalam pendalilan akidah menurut
kerangka Ahl al-Sunnah wa al-
Jama’ah untuk membuktikan
bahwa Ahl al-Sunnah wa allah
mempunyai metodologi tersendiri
dalam berinteraksi dengan akal.
Makalah artikel turut
mengetengahkan pendirian
Hasyawiyyah dan Mu’tazilah
berkaitan isu yang dibincangkan
sebagai lontaran pemikiran sehingga
tercetusnya polemik tersebut. Hasil
kajian mendapati bahawa pendekatan
Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
dalam menerima pendalilan akal
adalah didasari oleh sumber dan
hujjah meyakinkan bagi
membedakannya dengan
Mu’tazilah dan Hasyawiyyah.
Hal ini bertepatan dengan al-Quran
dan hadis yang turut mempengaruhi
kelebihan akal kepada manusia
sehingga ia dapat dijadikan panduan
dalam kehidupan mereka. Selain itu,
kajian merumuskan bahawa akal juga
mempunyai batasan kemampuan
dalam memperkatakan sesuatu
terutamanya tentang hakikat zat Allah
S.W.T. dan perkara hukum-hakam
Islam.Â
Ai Juju 2013 Pamali Dalam Pamali sebagai salah satu sistem http://dx.
Rohaeni Kebudayaan pengetahuan masyarakat adat Sunda. doi.org/1
, Wanda Masyarakat Pamali masih dipertahankan dalam 0.26742/a
Listiani kebudayaan masyarakat adat Sunda. trat.v1i2.
Adat Sunda
Masyarakat adat adalah masyarakat 407
yang masih menyandarkan tatanan
kehidupannya pada tradisi atau adat-
istiadat yang telah berlangsung turun
temurun atau diwariskan dari generasi
ke generasi selanjutnya. Penelitian ini
menggunakan metode studi pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat 9 kampung adat
Sunda yang masih mempertahankan
pamali secara turun temurun.
Ismail 2013 Islam Dan Kajian Islam dan adat (tradisi) https://do
Suardi Adat: cenderung memperkuat wacana untuk i.org/10.2
Wekke Tinjauan melihat bagaimana agama bertemu 4042/ajsk
dengan budaya lokal. Belakangan ini .v13i1.64
Akulturasi
terlihat adanya keharmonisan dan 1
Budaya Dan interaksi di antara mereka. Selain itu,
Agama terjadi akulturasi dalam menjalankan
Dalam praktik keagamaan dalam kehidupan
Masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu,
Bugis penelitian ini akan mengeksplorasi
interaksi antara Islam dan adat dalam
masyarakat Bugis dalam istilah
akulturasi budaya. Pendekatan
kualitatif dilakukan selama penelitian
berlangsung. Observasi non-
partisipan dan wawancara mendalam
digunakan dalam pengumpulan data.
Penelitian ini menunjukkan adanya
sinergi antara pemahaman adat
dengan ekspresi keagamaan. Adeq
(adat) dan saraq (hukum Islam)
keduanya ditempatkan sebagai bagian
dari panngaderreng (hukum sosial).
Akibatnya, kombinasi ini berkumpul
untuk mengatur kehidupan
masyarakat. Apalagi banyak kegiatan
adat yang menyesuaikan dengan
prinsip-prinsip Islam. Islam
diterjemahkan ke dalam kehidupan
lokal dalam melestarikan keberadaan
etnis kemudian berubah menjadi
semangat keyakinan. Menggunakan
potensi lokal ini mengubah strategi
untuk mengembangkan spiritualitas
tanpa karakteristik Arab. Islam dalam
konteks adat Bugis memaknai norma
dan tradisi dalam memperluas
identitas masyarakat Bugis. Terakhir,
perjumpaan adat dan agama dalam
budaya masyarakat Bugis
menunjukkan adanya dialog di antara
mereka dan membangun tradisi baru
di lingkungan lokal.
Aulia April 2017 Relasi Agama Menganalisis agama dan budaya http://dx.
Aziza dan Budaya dalam konstruksi sosiologis memang doi.org/1
merupakan hal yang menarik untuk 0.18592/a
dilakukan, terutama jika dikaitkan lhadharah
dengan dinamika struktural dan .v15i30.1
budaya masyarakat transisi menuju 204
masyarakat informatif modern. Oleh
karena itu artikel ini mencoba
memberikan gambaran tentang
bagaimana sosiologi memaknai
hubungan keagamaan dalam realitas
subjektif dan objektif dalam
kehidupan manusia. Menganalisis
agama dan budaya dalam konstruksi
sosiologis memang merupakan
sesuatu yang menarik dilakukan,
apalagi jika itu terkait dengan
dinamika struktural dan kultural pada
masyarakat yang sedang mengalami
transisi budaya menuju masyarakat
modern informatif. Untuk itu tulisan
ini mencoba untuk memberikan
sedikit gambaran bagaimana
sosiologi menafsir hubungan agama
dalam realitas objektif dan
subjektifitas kehidupan manusia.
Abidin 25 Juli 2015 INTEGRASI Islam dan adat dalam masyarakat https://do
Nurdin AGAMA Aceh bagaikan zat dan sifat yang i.org/10.1
DAN tidak dapat dipisahkan satu sama lain. 8860/el.v
Agama dan budaya terintegrasi dalam 18i1.3415
BUDAYA:
pandangan hidup, sistem sosial,
Kajian budaya, dan nilai-nilai Islam. Dari
Tentang konteks budaya, tradisi maulud
Tradisi menjadi praktek keagamaan yang
Maulid dalam kental dengan integrasi nilai-nilai
Masyarakat agama dan adat yang saling berkelit
Aceh kelindan. Kajian ini menggunakan
pendekatan sosiologi dan antropologi
agama dengan teknik pengumpulan
data melalui observasi, wawancara
dan studi kepustakaan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam tradisi maulid di Aceh terjadi
integrasi antara agama dan budaya.
Islam mewarnai budaya secara begitu
kental, sebagaimana juga ditemukan
dalam hampir seluruh aspek
kehidupan bagi masyarakat Aceh. Hal
ini dapat dilihat dalam proses uroe
maulid, idang meulapeh, dzikir
maulid, dakwah Islamiyah. Bahkan
perayaan maulid tidak hanya sebatas
satu bulan saja, namun dilaksanakan
dalam tiga bulan yaitu, Rabi’ul
Awwal (mulod awai), Rabi’ul Akhir
(mulod teungoh) dan pada bulan
Jumadil Awwal (mulod akhe).
To the point jangan membicarakan topik yang lain sebelum ini selesai. Saat pembicara
harus Didukung oleh beberapa penjelasan yang mendukung pernyataan pertama.
menunjukkan kekonsistenan dia, artinya dia tidak berbohong.
2. circular (Indonesia)
Berputar, sebelum ke inti berbicara ke hal yang lainnya dulu titik contohnya ketika ditawari
makanan ada yang jawab “Terima kasih Bu, silahkan”Walaupun strukturnya menunjukkan
penerimaan atau menyetujui tapi hal ini berbeda arti, hal ini adalah cara menolak secara
sopan, ke sirkuler an ini menunjukkan kesantunan yang ia miliki.
3. Agresif (Jerman)
Menyebar. berbeda dengan orang Indonesia, bagi orang Indonesia bertanya adalah bentuk
perhatian dan kadang jawaban tidak terlalu diperhatikan titik tetapi jika orang Jerman Yang
bertanya kita harus jawab tuntas dan lengkap titik kedisgresipan orang Jerman dalam
berbicara menunjukkan intelektual yang ia miliki Dan akan semakin dihargai
Saling berkesinambungan titik jika ada salah satu huruf yang salah maka berpengaruh
terhadap teks secara menyeluruh
HAKIKAT BAHASA INDONESIA
● Kelebihan ragam bahasa lisan
1. Ketika seseorang berbicara karena disampaikan secara langsung ketika ada yang
tidak dimengerti atau kesalahan bisa dikoreksi pada saat itu juga.
2. Diikuti oleh intonasi dan gestur tubuh dan mimik muka sehingga orang yang
mendengar akan mampu menyimpulkan dengan mudah maksud dari pembicaraan
yang disampaikan.
3. Ragam bahasa lisan ini terjadinya miskomunikasi lebih sedikit ketimbang ragam
bahasa tulisan.
● Kekurangan ragam bahasa lisan
1. Karena disampaikan secara langsung kita memiliki terikat oleh ruang dan waktu
yang sangat terbatas. Sehingga orang ketika menyampaikan ragam bahasa lisan
kepada audiens seringkali gugup karena takut salah berbicara jadi diperlukan
keterampilan khusus. Contoh ada sengketa tanah karena tidak ditulis wasiatnya
tidak ada bukti atau dokumennya.
● Kelebihan ragam bahasa tulisan
1. Memiliki keleluasaan ruang dan waktu sehingga dia akan berpikir kira-kira
menggunakan istilah apa saja yang tepat untuk disampaikan. Contohnya mengirim
pesan ke dosen atau orang yang penting.
2. Memiliki Dokumen, Seperti hukum mengenai ujaran pencemaran nama baik
● Kekurangan ragam bahasa tulisan
1. Tidak diikuti oleh intonasi dan gestur tubuh, mimik dan muka. hanya menggunakan
tanda baca saja untuk menguatkan makna yang disampaikan.
2. Disampaikan secara tidak langsung Sehingga orang membutuhkan ruang dan waktu
orang membutuhkan waktu yang lama untuk refleksi Maksudnya apa ya ini. Tidak
bisa dikonfirmasi saat itu juga.
● Dalam tulisan, Ragam bahasa baku contohnya : Surat-menyurat, karya ilmiah, dll. Ragam
bahasa tidak baku dalam bentuk tulisan yaitu puisi, karya sastra, novel dan drama
● Dalam Lisan, Ragam bahasa baku contohnya: Pidato, Mc dll. Ragam bahasa tidak baku
seperti membaca puisi, mengobrol dll.
APA ITU BAHASA
Merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh manusia untuk komunikasi yang
bersifat nya arbitrer dan konvensional.
● Bahasa bersifat arbitrer (Manasuka tidak usah sesuai teori) Penamaan ikan mujair
dikarenakan penemunya adalah Pak moedjair atau penamaan hewan cicak karena berasal
dari bunyi suaranya
● Bahasa bersifat konvensional. Sejumlah istilah tidak jadi dipakai, karena pemakai bahasa
Indonesia tidak menyepakatinya (Ciri disepakati sebuah bahasa ketika masyarakat banyak
menggunakan nya) seperti kata tetikus untuk mengganti Mouse
Bahasa itu:
● Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu bahasa Melayu tersebut digunakan sebagai
bahasa perantara atau lingua franca
● bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa kebudayaan, bahasa perdagangan dan bahasa
resmi kerajaan di nusantara.
● bahasa Indonesia bahasa Indonesia diresmikan Sumpah tanggal 1928 (pada peristiwa ini
peresmian nama bahasa Indonesia politis karena nama bahasa Indonesia digunakan sebagai
alat perjuangan )
● Bahasa Melayu merupakan bahasa perantara antar etnis di Indonesia atau lingua franca
● Bahasa Melayu memiliki penyebaran yang luas dan melewati batas batas penyebaran
bangsa lain
● Masih memiliki kekerabatan dengan bahasa lain di nusantara, bukan sebagai bahasa asing
● Mudah dipelajari atau sistem yang sederhana dan tidak mengenal tingkatan bahasa
● Faktor psikologis penutur bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang rela ketika bahasa Melayu
dijadikan sebagai bahasa kebangsaan
● Bahasa Indonesia dari bahasa Melayu dikurangi Melayu lama ditambah serapan
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
1. Cikal bakal ejaan bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang ditetapkan pada tahun
1901. Pada tahun inilah Ch. A. van Ophuijsen membuat ejaan resmi bahasa Melayu yang
dimuat dalam Kitab Logat Melajoe. Ejaan van Ophuijsen: boekoe, ma’lum, tjukup, tida’ ,
dsb.
2. Sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de
Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat) didirikan pemerintah pada tahun 1908. Badan
penerbit ini berubah menjadi Balai Pustaka pada tahun 1917. Balai Pustaka menerbitkan
buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok
tanam, penuntun memelihara kesehatan, dll.
3. Pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari beberapa daerah, seperti Sumatra, Jawa,
Sulawesi, dll., berkumpul. Peristiwa ini dikenal dengan Sumpah Pemuda. Salah satu butir
dalam Sumpah Pemuda sangat penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Pada saat
inilah bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa persatuan.
4. Sebuah angkatan sastrawan muda yang dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Sanusi
Pane, Armijn Pane, dll., berusaha melawan kebijakan yang dibuat oleh badan penerbit yang
sudah ada, yaitu Balai Pustaka. Kelompok sastrawan ini dikenal dengan nama Pujangga
Baru. Nama Pujangga Baru berasal dari nama sebuah majalah yang terbit pada tahun 1933.
Perkembangan Bahasa Indonesia
5. Kongres Bahasa Indonesia I dilakukan di Solo pada 25-27 Juni 1938. Hasil kongres ini
secara umum menyimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
6. Kemerdekaan Indonesia juga menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal ini
sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 36. Undang-Undang
Dasar 1945 ini ditandatangani sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya tanggal
18 Agustus 1945 .
7. Ejaan bahasa Melayu buatan van Ophuijsen pada tahun 1901 sudah tidak dipakai dalam
kaidah bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan pada tanggal 19 Maret 1947 telah diresmikan
penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen.
Jadi, ejaan van Ophuijsen sudah berlaku selama 46 tahun sebelum diganti Ejaan Republik.
Ejaan Republik: buku, maklum, cukup, tidak, dsb.
8. Pada tahun 1953 Kamus Bahasa Indonesia yang pertama diterbitkan. Kamus ini dibuat oleh
Poerwadarminta. Dalam kamus itu tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia
mencapai 23.000. Perkembangan Bahasa Indonesia
9. Kongres Bahasa Indonesia II dilaksanakan pada 28 Oktober s.d. 2 November 1954 di
Medan. Hasil kongres mengamanatkan untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
10. Melalui pidato kenegaraan H. M. Soeharto selaku Presiden Republik Indonesia di hadapan
sidang DPR pada tanggal 16 Agustus 1972, Ejaan Republik yang dikenal juga sebagai
Ejaan Soewandi diganti dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Selain itu, peresmian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dikuatkan pula dengan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Perkembangan Bahasa Indonesia
11. Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
12. Pada tahun 1976 Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia dan terdapat 1.000
kata baru. Artinya, dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan kata baru.
13. Kongres Bahasa Indonesia III diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3
November 1978. Kongres ini bersamaan dengan 50 tahun Sumpah Pemuda. Selain
memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia, hasil
kongres ini juga memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Perkembangan
Bahasa Indonesia
14. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Kongres Bahasa Indonesia IV dilaksanakan di Jakarta pada 21—26
November 1983. Hasil kongres menyebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan. Semua warga negara Indonesia agar menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
15. Kongres Bahasa Indonesia V dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari
seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam,
Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini dilakukan di Jakarta
pada 28 Oktober s.d. 3 November 1988. Kongres ini juga mempersembahkan karya besar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Perkembangan Bahasa Indonesia
16. Kongres Bahasa Indonesia VI dilaksanakan pada 28 Oktober s.d. 2 November 1993.
Kongres ini pun tetap dilaksanakan di ibu kota, Jakarta dan belum pernah dilaksanakan di
daerah-daerah yang lain. Hasil kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa statusnya ditingkatkan menjadi Lembaga Bahasa Indonesia. Selain
itu, juga mengusulkan agar Undang- Undang Bahasa Indonesia disusun.
17. Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan 26-30 Oktober 1998 masih di Jakarta. Hasil
kongres mengusulkan agar dibentuk Badan Pertimbangan Bahasa. Badan ini memiliki
anggota dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan
sastra. Perkembangan Bahasa Indonesia.
18. Kongres Bahasa Indonesia VIII dilaksanakan 14—17 Oktober 2003 di Jakarta. Banyaknya
negara yang membuka studi mengenai Indonesia mendorong panitia mengagendakan
pembuatan bahan ajar pelajaran Bahasa Indonesia untuk para penutur asing. Hal ini
dibuktikan dengan adanya 35 negara yang telah memiliki pusat studi tentang Indonesia di
perguruan tinggi. Agar para penutur asing itu bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar dibutuhkan pedoman buku ajar. Selian itu, akan dikembangkan Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia (UKBI). UKBI tidak hanya ditujukan bagi para warga asing yang
akan bekerja di Indonesia, tetapi juga warga Indonesia sendiri. Perkembangan Bahasa
Indonesia
19. Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada 28— 31 Okober 2008 di Jakarta. Hasil
kongres ini menyatakan bahwa bentuk- bentuk pemakaian bahasa Indonesia yang diajarkan
di sekolah adalah bentuk-bentuk pemakaian bahasa dari variasi bahasa baku. Bentukan
bahasa dari berbagai variasi, misalnya berdasarkan dialek geografi, dialek sosial, register
(digunakan oleh profesi tertentu, misalnya dokter, pengacara, dsb.) dapat diperoleh siswa
dalam berbagai pemakaian bahasa di masyarakat.
1. Ejaan van Ophuijsen Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. van
Ophuijsen merupakan tokoh yang telah merancang ejaan ini. van Ophuijsen tidak sendirian,
ia dibantu oleh Engku Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Usaha ini tidaklah sia-sia karena ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901. Ciri- ciri dari ejaan
ini, yaitu
a. huruf j, misalnya jang, pajah, sajang, dsb.
b. huruf oe, misalkan goeroe, itoe, oemoer, dsb.
c. tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, misalkan ma’moer, ’akal, ta’, pa’,
dinamai’, dsb. USAHA PENYEMPURNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA
2. Ejaan Soewandi Ejaan Republik (Soewandi) dipilih pemerintah Indonesia di masa-masa
awal kemerdekaan untuk menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi resmi
menggantikan ejaan van Ophuijsen pada tanggal 19 Maret 1947. Sistem ejaan Suwandi
merupakan sistem ejaan latin untuk bahasa Indonesia yang merupakaan bentuk
penyederhanaan (satu fonem satu huruf) Ejaan van Ophuijsen. Ciri-ciri ejaan ini, yaitu
a. huruf oe diganti dengan u, misalkan guru, itu, umur, dsb. bunyi hamzah dan bunyi
sentak ditulis dengan k, misalkan tak, pak, rakjat, dsb.
b. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, misalkan kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an
c. awalan di- dan kata depan di ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya,
misalkan dipasar, dipukul, dibaca
3. Ejaan Melindo Melindo merupakan kepanjangan dari Melayu-Indonesia. Ejaan Melindo
ini dikenal pada akhir tahun 1959. Peresmian ejaan ini batal karena faktor perkembangan
politik pada tahun-tahun berikutnya. Ejaan dengan nama Melayu-Indonesia ini tentu tidak
hanya berkaitan dengan Republik Indonesia, melainkan juga dengan negeri tetangga
kawasan Melayu, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan yang
paling lama penggunaannya. Lebih dari 40 tahun ejaan ini dipertahankan. Ejaan ini
diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia
saat itu, yaitu almarhum Presiden Soeharto. Peresmian ini dikuatkan dengan Putusan
Presiden No. 57 Tahun 1972
5. EYD berdasarkan Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009. 6. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Permendikbud N0. 50 Tahun 2015
Bahasa Indonesia dewasa ini makin diminati oleh masyarakat internasional. Bukti perkembangan
bahasa Indonesia di masyarakat internasional sebagai berikut.
Ragam Bahasa
BERDASARKAN ETIKA
● Ragam Formal
● Nonformal
1. Kemantapan Dinamis
● Kemantapan berarti, bahasa baku seuai dengan pola dan sistem bahasa
yang baku
● Misalnya:
● imbuhan pe- + tulis penulis, bukan petulis
● imbuhan me- + suruh menyuruh, bukan mesuruh
● imbuhan me- + cuci mencuci, bukan mencuci
2. Cendekia
● Ragam baku cendekia adalah ragam baku yang dipakai di tempat resmi.
● Biasanya diperoleh dari jalur formal
● Cendekia itu, bahasa yang digunakan dalam komunikasi harus logis dan
masuk akal.
3. Seragam Pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman bahasa.
● Keseragaman didasarkan kesepakatan.
● Bahasa baku tidak lepas dari kesepakatan untuk keseragaman.
● Benar Bahasa yang struktur kalimatnya teratur, kosakata dan ejaannya tepat.
● Baik Bahasa yang maknanya logis dan dapat dipahami dengan baik dan masuk
akal, juga tepat penggunaannya.
PARAGRAF ATAU ALINEA
PENGERTIAN PARAGRAF
Paragraf adalah susunan dari beberapa kalimat yang terjalin utuh mengandung sebuah makna dan
didalamnya terdapat gagasan utama (atau ide pokok)
STRUKTUR KALIMAT
Kalimat topik : Kalimat topik atau kalimat utama adalah kalimat yang berisi gagasan utama atau
inti dari paragraf. Ciri-ciri kalimat topik :
1. Mengandung permasalahan
2. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
3. Mempunyai arti yang cukup jelas
4. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi
Kalimat penjelas: kalimat penjelas adalah Kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau
detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf. Ciri-ciri kalimat penjelas :
PERSYARATAN PARAGRAF
Seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok satu topik atau
satu masalah saja.
Kesatuan bentuk paragraf atau kohesi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus lancar,
dan logis. itu dapat dibentuk dengan cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata
sambung atau frasa penghubung antarkalimat.
Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok. jika
dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama paragraf tersebut tidak efektif.
JENIS PARAGRAF
1. Berdasarkan posisi kalimat utama
a. Paragraf Deduktif
Paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal paragraf dan dilengkapi dengan
kalimat penjelas sebagai perangkatnya nya. pernyataan ditambah penjelasan sama
dengan deduktif
b. Paragraf Induktif
Paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir kalimat dan kalimat penjelasnya
terletak diawal paragraf. Penjelasan ditambah pernyataan sama dengan induktif
PENGEMBANGAN PARAGRAF
1. Cara pertentangan
2. Cara perbandingan
3. Cara analogi
4. Cara contoh
5. Cara sebab akibat
6. Cara definisi
7. Cara klasifikasi
MAKALAH
PERKEMBANGAN DAN RAGAM BAHASA INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa
Indonesia dengan dosen pengampu Nuri Novianti Afidah, S.s., M.Hum. dan Dra.
Nurhasanah, M.Ed.
Disusun Oleh:
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan……………………………………………………………………...v
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….14
3.2 Saran……………………………………………………………………...15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I PENDAHULUAN
iv
memecahkan masalah yang terjadi mengenai Perkembangan Bahasa Indonesia
dan Ragam Bahasa Indonesia.
1.3 Tujuan
v
BAB 2 PEMBAHASAN
1
● Kongres Bahasa Indonesia I dilaksanakan pada tanggal 25-27 Juni tahun
1938 di kota Solo, Jawa Tengah. Kongres pertama ini menghasilkan
beberapa kesepakatan dan kesepahaman yakni urgensi dari usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara
sadar oleh para cendekiawan dan budayawan Indonesia pada waktu itu.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar
1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan
ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berjalan
sebelumnya.
● Kongres Bahasa Indonesia II diadakan pada tanggal 28 Oktober-2
November 1954 di Kota Medan, Sumatera Utara. Kongres Bahasa
Indonesia ini merupakan tindakan rasionalisasi dari kuatnya keinginan
rakyat Indonesia untuk selalu menyempurnakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional. Pada tanggal 16 Agustus 1972, diresmikan penggunaan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diperkuat dengan Keputusan
Presiden no. 57 tahun 1972. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan
dan Norma budaya istiadat menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
resmi berjalan di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
● Kongres Bahasa Indonesia III diadakan pada tanggal 28 Oktober-3
November 1978 di Jakarta. Hasil yang diperoleh dari kongres bahasa
Indonesia ketiga ini menunjukkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928.
● Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan pada tanggal 21-26
November 1983 di Jakarta. Pelaksanaan kongres bahasa Indonesia
keempat diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55 yang menghasilkan kesepakatan bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan dan
2
mewajibkan kepada seluruh warga negara Indonesia untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
● Kongres Bahasa Indonesia yang V dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober-3 November 1988 di Jakarta. Pada kongres bahasa Indonesia
kelima ini, dilahirkan karya monumental yaitu sebuah Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
● Kongres Bahasa Indonesia yang VI dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober-2 November 1993 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia
kelima yaitu pengusulan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, di
samping mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
● Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober
1998 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia ke tujuh yaitu
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa Indonesia
● Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan pada tanggal 14-17
Oktober 2003 di Jakarta. Pada kongres bahasa Indonesia ke delapan
menghasilkan kesepakatan pengusulan bulan Oktober dijadikan bulan
bahasa. Agenda pada bulan bahasa adalah berlangsungnya seminar bahasa
Indonesia di berbagai lembaga yang memperhatikan bahasa Indonesia.
● Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-1
November 2008 di Jakarta. Hasil dari kongres ini menyatakan bahwa
bentuk-bentuk pemakaian bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah
adalah bentuk-bentuk pemakaian bahasa dari variasi bahasa baku.
● Kongres bahasa Indonesia X dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober
2013 di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia X telah melahirkan 33
rekomendasi di bidang pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra.
● Kongres Bahasa Indonesia XI diselenggarakan pada 28-31 Oktober 2018,
di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia XI bertujuan untuk memajukan
negara-bangsa Indonesia melalui bahasa dan sastra Indonesia. Secara
3
khusus, Kongres Bahasa Indonesia XI membahas peluang dan tantangan
dalam mengembangkan, membina, melindungi, memanfaatkan, dan
menegakkan kebijakan bahasa dan sastra Indonesia untuk membawa
negara-bangsa Indonesia berjaya di era global.
4
2.3 Pengertian dan Penyebab Ragam Bahasa
5
efisien, dalam bahasa timbul suatu mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang
cocok untuk tujuan tertentu, dalam hal ini disebut ragam standar (Subarianto,
2000).
1. Faktor Budaya Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda atau tempat
tinggal yang berbeda. seperti di Jawa dan Papua serta beberapa wilayah
lain di Indonesia.
2. Faktor Sejarah Setiap daerah memiliki kebiasaan (adat) dan bahasa leluhur
terpisah dan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
3. Faktor Perbedaan Demografis Setiap daerah memiliki dataran yang
berbeda-beda, seperti daerah pesisir, pegunungan yang biasanya cenderung
menggunakan bahasa yang singkat, jelas dan dengan intonasi volume
suara yang besar dan volume tinggi. Berbeda dengan daerah pemukiman
padat penduduk yang menggunakan bahasa lisan yang panjang karena
kedekatannya satu sama lain dengan intonasi volume suara yang kecil.
1. Ragam Lisan
Ragam Lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat
ucap. Contoh ragam bahasa lisan ada ragam bahasa cakapan, ragam bahasa
pidato, ragam bahasa kuliah, dan ragam bahasa panggung. Ciri-ciri dari
ragam bahasa lisan yakni, Pertama, ragam lisan menghendaki adanya
orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara. Kedua, di
dalam ragam lisan unsur kalimat, seperti subjek, predikat, dan objek tidak
selalu hadir. Unsur-unsur tersebut kadang-kadang dapat dihilangkan. Hal
ini terjadi karena dalam berkomunikasi secara lisan dapat dibantu oleh
gerak, mimik, intonasi, dsb. Ketiga, ragam lisan sangat terikat pada
6
kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Keempat, ragam lisan dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.
2. Ragam Tulis
a. Ragam Lisan
1. Penggunaan bentuk kata
● (1a) Anak itu nyuri mainan di toko.
● (2a) Dia bisa ngoordinir acara itu.
2. Penggunaan kata
● (3a) Sepatu yang dibikin pabrik itu kualitasnya
bagus.
● (4a) Setiap hari saya selalu ngasih dia uang.
3. Penggunaan struktur kalimat
● (5a) Tugas itu sudah dikedosenkan.
7
● (6a) Pengumuman itu sudah ditulis oleh saya.
b. Ragam Tulis
2. Penggunaan kata
8
bahasa. Jika kata rasa diawali dengan Pe-, kata rasa akan
terbentuk perasa. Oleh karena itu, sesuai dengan stabilitas
bahasa, kata rajin ditempelkan dengan awalan Pe- akan
menjadi perajin, bukan pengrajin.
2. Kecendikiaannya, perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan
unit bahasa lainnya yang lebih besar mengekspresikan
alasan atau pemikiran yang masuk akal dan tidak
menghasilkan kesan ganda dan memberikan informasi yang
jelas.
3. Seragam, pada dasarnya proses berbasis pembakuan adalah
proses yang menyeragamkan bahasa. Dengan kata lain,
standardisasi bahasa adalah pencarian untuk keseragaman.
Misalnya, pramugari didorong untuk menggunakan istilah
pelayan dan pramugari. Dengan analogi dengan bentuk
yang ada, kata-kata yang berisi konsep pelayan digunakan
oleh para pelayan, seperti pelayan (pelayan restoran),
asisten penjualan (pelayan toko), dan pramuwisma (pelayan
rumah).
● Contoh Bahasa Baku
1. Rita pergi ke apotek untuk membeli obat flu
2. Atlet renang kelas 6A bernama Farhan
9
salah, dan susunan kalimat yang tidak sesuai. Bahasa ini sering digunakan
dalam percakapan sehari-hari karena terkesan lebih santai dan tidak kaku.
1. Bahasa Sosial
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial
yang lebih kecil dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa yang
digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang dekat dapat
menjadi ragam sosial. Selain itu, keragaman sosial juga berkaitan dengan
tinggi rendahnya status sosial dari lingkungan sosial yang bersangkutan.
2. Bahasa Fungsional
Ragam Fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu
lainnya. Variasi fungsional juga dikaitkan dengan status penggunaan resmi.
Ragam fungsional dapat berupa bahasa negara dan bahasa teknis profesi,
seperti bahasa dalam lingkungan ilmiah/teknologi, kedokteran, dan
keagamaan.
10
2.7 Bahasa yang Baik dan Benar
Selain bahasa yang baik, Perpres Nomor 63 Tahun 2019 juga menyebutkan
penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Pemahaman yang benar tentang suatu
kata atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang menaati aturan atau kaidah. Dalam
menulis, misalnya, kita perlu memperhatikan ejaan standar: telanjur atau
terlanjur? Selain itu, kalimat “Ibu saya makan, ya” tentu tidak sama dengan “Ibu,
saya makan, ya”. Tanpa koma, sebuah kalimat bisa memiliki arti yang berbeda.
Suatu kalimat atau susunan kata dianggap benar jika bentuknya sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Dalam suatu situasi kita dapat menggunakan kata-kata yang
11
sesuai dengan situasi sehingga kata-kata yang digunakan tidak menimbulkan rasa
nilai yang tidak sesuai.
Pemakaian bahasa dikatakan dengan baik dan benar, apabila tuturan sudah
sesuai dengan kriteria. Kriteria yang dimaksud adalah tuturan baik lisan maupun
tulis, telah sesuai dengan kaidah yang berlaku dan sesuai dengan situasi
kebahasaan yang dihadapi. Kriteria pemakaian BI dikatakan dengan benar jika
telah sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kaidah bahasa yang harus diperhatikan
oleh para pemakai mencakupi lima aspek, yaitu (1) tata bunyi (fonologi), (2) tata
12
bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (termasuk istilah), (4) ejaan, dan (5)
makna. Kriteria sesuai dengan situasi kebahasaan memiliki pengertian bahwa
bahasa yang baik harus cocok dengan situasi pemakaiannya. Ada dua macam
situasi kebahasaan yang dimaksud, yaitu situasi resmi dan situasi tidak resmi atau
situasi santai.
Bentuk tuturan tulis lainnya yang juga termasuk dalam situasi resmi, yaitu
tuturan di kain rentang (spanduk), papan nama, papan pengumuman. Suatu
informasi tertulis yang disampaikan pada khalayak (umum), dipasang di tempat
umum, termasuk bentuk resmi. Kain rentang, papan nama (papan nama usaha,
praktek dokter, pengacara) adalah sarana informasi untuk umum, sehingga
diseyogyakan bahasa yang digunakan bahasa yang baik dan benar.
13
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
diungkapkan daripada menggunakan tulisan. Dilihat dari cara penuturan, ragam
bahasa dibedakan menjadi ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tidak resmi. Dilihat
dari topik pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam sosial. ragam
fungsional, ragam jurnalistik. ragam sastra, ragam politik dan hukum.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga
Jakarta: Balai Bahasa.
Arifin, Zaenal & S. Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta:Aka- Demika Presindo.
Waridah. (2002, Desember). RAGAM BAHASA BAKU DAN NON BAKU BAHASA
INDONESIA. Diambil kembali dari
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/13337/1/KI%20-%20Warid
ah%20-%20Ragam%20Bahasa%20Baku%20dan%20Non%20Baku.pdf
Yudhistira. (2020, Desember 8). Bahasa Yang Baik dan Benar. Diambil kembali
dari Narabahasa:
https://narabahasa.id/linguistik-umum/pragmatik/bahasa-yang-baik-dan-ben
ar
16