Anda di halaman 1dari 104

Nama : Dea Febrina Irawan

NIM : 2101931
Kelas : 2B
Judul : Perspektif Islam Terhadap Budaya Pamali Dikalangan Masyarakat Cikalong
Wetan Kabupaten Bandung Barat

Pranala/
Tahun Alamat
Penulis Judul Artikel Abstrak
Terbit Doi
Artikel

Dasrun 1, Juni 2019 Nilai-Nilai Penelitian ini didasari oleh https://do


Hidayat, Budaya keingintahuan tentang budaya i.org/10.2
Hanny Soméah Pada soméah sebagai ciri khas yang 4198/jkk.
Hafiar Perilaku melekat pada masyarakat Suku v7i1.1959
Komunikasi Sunda. Penelitian bertujuan untuk 5
Masyarakat mengetahui secara spesifik tentang
Suku Sunda nilai-nilai budaya soméah termasuk
implikasi dan aplikasinya pada
perilaku komunikasi masyarakat
Suku Sunda. Untuk menjawab tujuan
tersebut, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data melalui
wawancara dan observasi.
Menggunakan pendekatan kualitatif
dengan paradigma konstruktivis dan
studi etnografi public relations, studi
yang berfokus pada kajian budaya
dengan pendekatan teori public
relations. Penelitian menemukan
bahwa budaya soméah mengandung
nilai-nilai kerendahan hati, kesopanan
dan keramahan. Nilai-nilai tersebut
merepresentasikan brand personality
masyarakat Suku Sunda. Hal ini
selaras dengan filosofi hidup mereka
yaitu Soméah Hade ka Sémah yang
artinya ramah, bersikap baik,
menjaga, menjamu dan
membahagiakan setiap orang.
Implikasi dan aplikasi nilai-nilai
filosofi hidup tersebut terdapat pada
setiap perilaku komunikasi yang
terjadi secara berulang di lingkungan
internal dan eksternal. Perilaku
komunikasi dengan menggunakan
bahasa punten dan mangga. Bahasa
punten mengandung makna
kerendahan hati. Sedangkan
penggunaan istilah mangga sebagai
wujud penawaran, ajakan,
mempersilahkan dan permohonan.
Hasil penelitian ini juga menemukan
bahwa terdapat dua aspek yang
membuktikan bahwa masyarakat
Suku Sunda merupakan pribadi yang
soméah, yakni selalu tampil menarik
dengan wajah ramah dan murah
senyum. Masyarakat Sunda juga
memiliki selera humor yang tinggi.
Kesimpulannya bahwa budaya
soméah sebagai nilai kearifan lokal
bertujuan untuk membangun dan
menjaga hubungan berbasis budaya.

Krista 10 April Pola Interaksi Interaksi sosial pada umumnya juga http://con
Insan 2021 Sosial Pada terjadi dalam lingkup Perguruan ference.u
Dermaw Mahasiswa Tinggi khususnya pada mahasiswa. m.ac.id/in
an, Suku Sunda Mahasiswa berasal dari beragam etnik dex.php/p
Afifah Dan Suku dan budaya. Perbedaan budaya si/article/
Chusna Minahasa: tersebut dapat menyebabkan view/124
Az Sebuah Studi perbedaan pola interaksi sosial yang 0
Zahra, Lintas berpotensi pada disharmonisasi dalam
Andi Budaya menjalin relasi dengan lingkungan
Chaerun sosialnya. Tujuan penelitian ini
Fajar, adalah untuk mengetahui pola
Retno interaksi sosial mahasiswa yang
Sulistiya berasal dari Suku Sunda dan Suku
ningsih Minahasa dalam konteks cross
cultural. Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian
kualitatif. Data dikumpulkan melalui
wawancara dan observasi pada tiga
mahasiswa dari Suku Sunda dan tiga
mahasiswa dari Suku Minahasa.
Kriteria subjek penelitian diantaranya
berasal dari Suku Sunda atau Suku
Minahasa, berstatus sebagai
mahasiswa di Universitas Negeri
Malang, dan bersedia menjadi subjek.
Analisis data yang digunakan yaitu
analisis data menurut Miles dan
Huberman. Uji keabsahan data
penelitian dengan menggunakan
triangulasi perspektif dan pengecekan
ulang pada tema yang menyimpang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pola interaksi mahasiswa yang berasal
dari Suku Sunda dan Suku Minahasa
mempunyai persamaan dan
perbedaan. Perbedaan dari pola
interaksi kedua suku tersebut yaitu
mahasiswa dari Suku Sunda lebih
mudah untuk berinteraksi dengan
orang lain pada awal perkuliahan
dibandingkan dengan mahasiswa dari
Suku Minahasa. Sedangkan,
persamaan dari pola interaksi
mahasiswa dari Suku Sunda dan Suku
Minahasa terletak pada penggunaan
bahasa dan mempunyai jiwa sosial
yang cukup tinggi terhadap sesama.
Hambatan yang dialami yaitu terkait
dengan penggunaan intonasi dan
pemahaman bahasa. Untuk mengatasi
hambatan tersebut, mahasiswa dari
Suku Sunda dan Suku Minahasa terus
menerus melakukan komunikasi dan
adaptasi dengan lingkungan sekitar.

Aprilian 2013 Transformasi Penelitian ini memiliki tujuan utama http://elib


ti, Identitas yaitu untuk menganalisis bagaimana .unikom.a
Annisa Mahasiswa Transformasi Identitas Mahasiswa c.id/gdl.p
Suku Sunda Suku Sunda di Unikom Bandung, hp?mod=
Di Unikom Penelitian ini dirancang untuk browse&
Bandung menjawab permasalahan di atas, op=read
(Studi maka penelitian ini mempunyai sub &id=jbpt
Deskriptif fokus pada hal berikut: Sebelum unikomp
Tentang Transformasi Identitas, Strategi p-gdl-
Transformasi Adaptasi, Setelah Transformasi annisaapr
Identitas Identitas. Pendekatan penelitian i-31420
Dalam adalah kualitatif dengan studi
Adaptasi Deskriptif, dan Mahasiswa Suku
Bahasa Sunda di Unikom Bandung sebagai
Mahasiswa subyek utama. Informan dipilih
Suku Sunda dengan teknik purposive sampling,
Di Unikom jumlah key informan dari penelitian
Bandung) ini adalah 8 (delapan) yang berasal
dari 3 Fakultas berbeda angkatan,
yang memiliki jumlah mahasiswa
suku sunda yang paling banyak.
Fakultas Teknik dari Prodi Teknik
informatika, Fakultas Ekonomi dari
Prodi Akuntansi, dan Fakultas Sospol
dari Prodi Ilmu Komunikasi. Dan 1
(satu) informan pendukung, yaitu
seorang budayawan sunda. Data
penelitian diperoleh melalui
pencarian data dengan cara observasi,
wawancara, buku, dokumentasi dan
pencarian online. Untuk menguji
keabsahan data digunakan triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat dan
member cek. Teknik analisis data
adalah reduksi data, pengumpulan
data, penyajian data, menarik
kesimpulan, dan evaluasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa,
Sebelum Transformasi identitas
adalah proses pengembangan itu
sebelum mahasiswa suku sunda
melakukan transformasi dalam
dirinya baik meliputi perilaku, sikap,
mindset maupun budaya luar yang
dihadirkan dalam mencangkup sisi
perubahan diri seseorang pada
mahasiswa Suku Sunda di Unikom
Bandung. Strategi adaptasi adalah
fase dimana seseorang akan mulai
menentukan cara untuk bisa
beradaptasi dengan mahasiswa yang
berbeda suku. Setelah Transformasi
Identitas adalah fase akhir dimana
mahasiswa Suku Sunda di Unikom
Bandung melakukan perubahan
secara signifikan, dan menemukan
hal-hal yang baru baik itu berupa
pengalaman setelah banyak
berkomunikasi dengan mahasiswa
suku lain. Kesimpulan, tanpa adanya
proses tahap-tahap fase yang
mempengaruhi dan membuat diri
seseorang berubah untuk menjadi apa
yang diinginkan, maka setiap
perubahan itu akan sulit dipahami
oleh diri sendiri maupun orang
terdekat tanpa adanya pendekatan
dengan fase-fase perubahan tersebut.

Lingga Juli 2017 Pengaruh Keragaman budaya di Indonesia https://do


Detia Hambatan memiliki dampak positif dan i.org/10.4
Ananda Komunikasi negatif. Secara umum, dampak 6937/152
dan Antarbudaya positif menjadi kekayaan bangsa 01723614
Sarwititi Suku yang bisa menjadi modal untuk
Sarwopr Sunda mempersatukan bangsa. Di sisi lain,
asodjo Dengan Non dampak negatif yang terjadi jika
- keragaman budaya ini tidak dapat
Sunda terintegrasi dan terorganisir dengan
Terhadap baik sehingga akan salah
Efektivitas menafsirkan yang akhirnya dapat
Komunikasi menimbulkan konflik dan
perselisihan bangsa. Penelitian ini
bertujuan untuk 1) menganalisis
efektivitas komunikasi, 2)
menganalisis hambatan komunikasi
antar budaya yang terjadi antara
Sunda dan non - Sunda, 3)
menganalisis pengaruh hambatan
komunikasi antarbudaya pada
efektivitas komunikasi antara Sunda
dan non - Sunda. Penelitian ini
berlokasi di Desa Tanjung Baru,
Kecamatan Cikarang Timur,
Kabupaten Bekasi mengingat
jumlah migran dengan beragam
etnis. Metodologi penelitian ini
adalah metode penelitian survei (
explanatory ), dengan kuesioner
sebagai instrumen penelitian, dan
didukung oleh data yang kualitatif
yang diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan informan. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan
adalah simple random sampling
dengan 40 pasang teman yang
memiliki budaya yang berbeda.
Analisis statistik menggunakan uji
regresi linier berganda yang hasilnya
menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dalam hambatan
komunikasi antarbudaya pada
efektivitas komunikasi. Pengaruh
paling signifikan terhadap
efektivitas komunikasi berurutan
adalah hambatan psikokultural,
hambatan budaya dan hambatan
lingkungan

Mia 2 April 2015 Mitos Dan Artikel menjelaskan peran mitos https://do
Angelin Budaya dan beberapa tema universal dari i.org/10.2
e mitos, yaitu mengenai penciptaan 1512/hu
dunia, bencana banjir besar, maniora.v
kematian, dan mitos akhir dunia. 6i2.3325
Hampir seluruh mitos di dunia
menyangkut tema universal tersebut
yang terlihat dari kemiripan
beberapa mitos yang dipercaya oleh
berbagai kebudayaan di dunia.
Mitos yang diturunkan memiliki
fungsi dan hubungan dengan
kehidupan modern karena tanpa
sadar manusia terus menurunkan
mitos secara turun temurun.
Penelitian bertujuan untuk (1)
mengetahui fungsi dari mitos-mitos
dengan tema paling terkenal dari
kebudayaan-kebudayaan di dunia
dan (2) mengetahui latar belakang
dan hubungan antara mitos dengan
budaya masyarakat modern. Hasil
penelitian menjelaskan hubungan
antara mitos dengan budaya, dengan
inti dari cerita di dalam mitos
adalah kebenaran mengenai
manusia. Mitos bertindak sebagai
template untuk mengatur kegiatan
sehari-hari serta aktivitas manusia.
Selain itu mitos juga berperan
memperkenal kan manusia kepada
kekuatan yang lebih besar di alam
semesta. Nilai- nilai yang dibawa
dalam setiap cerita akan diartikan
sebagai aturan dan kebiasaan yang
harus dipenuhi, dan hal ini berujung
pada munculnya budaya yang
diwariskan turun temurun

Tjetjep 2010 Mitos Dan Untuk mengungkapkan nilai-nilai http://dx.


Rosman Nilai Dalam luhur, sesungguhnya terdapat di doi.org/1
a Cerita Rakyat dalam cerita rakyat, antara lain nilai- 0.30959/p
Masyarakat nilai luhur yang menyangkut tentang atanjala.v
Lampung ajaran moral, harga diri, jati diri, kerja 2i2.215
keras, tegang rasa, dan sebagainya.
Nilai-nilai tersebut sangat baik
ditanamkan dalam kehidupan kita,
terutama kepada anak-anak sebagai
penerus bangsa. Dalam tulisan mitos
dan nilai dalam cerita rakyat
masyarakat Lampung ini
menggunakan pendekatan deskriptif
analisis content untuk menjelaskan
cerita rakyat yang dikumpulkan. Data
yang dikumpulkan tersebut disusun
dan dianalisis, terutama dari segi
struktur cerita dan nilainya. Selain itu
dipergunakan metode komparatif
analisis untuk membedakan jenis
cerita dengan harapan dapat
menyimak nilai-nilai luhur tersebut
sebagai sistem pengendalian sosial
yang dapat mewujudkan kehidupan
yang tentram, bersatu, dan harmonis.
Dari tulisan ini kiranya dapat
digarisbawahi betapa pentingnya
nilai-nilai luhur tersebut di dalam
kehidupan kita, terutama untuk anak
agar berbudi pekerti sebagai
pembentuk karakter bangsa.

Rezki, 2019 Nilai Tujuan dari penelitian ini adalah http://rep


Virgiaw Pendidikan untuk mendeskripsikan nilai ositori.u
an and Syair Upacara pendidikan yang terkandung di dalam mrah.ac.i
Abdul, Saweran syair upacara saweran dalam adat d/id/eprin
Malik Suku Sunda istiadat pernikahan suku Sunda. t/420
and Desa Pendeskripsian nilai pendidikan yaitu
Ahada, Batukarut nilai pendidikan religius, moral, dan
Wahyus Kecamatan sosial. Penelitian ini merupakan
ari Arjasari penelitian deskriptif kualitatif, yang
Kabupaten bertujuan untuk mengumpulkan data,
Bandung sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan data berdasarkan
sumbernya, yaitu menggunakan data
primer yaitu data yang dikumpulkan
oleh peneliti sendiri. Syair upacara
saweran tersebut banyak nilai
pendidikan yang mengajarkan kita
dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari dan dalam menjalankan
kehidupan berumah tangga. Nilai
pendidikan tersebut yaitu nilai
religius aspek keyakinan, ibadah dan
akhlak, nilai pendidikan moral yaitu
aspek sikap dan sifat, nilai pendidikan
sosial yaitu aspek interaksi, kerja
sama dan tolong menolong

Sudjana, 2011 Nukilan Begitu banyak nilai-nilai kearifan http://rep


Sudjana Kearifan lokal yang diwariskan para nenek ository.gu
and Lokal Suku moyang kita, salah satunya adalah nadarma.
Hartati, Sunda Berupa nukilan kearifan lokal suku sunda ac.id/id/e
Sri Anjuran Dan yang dapat dijadikcln s!-lmbang nilai print/384
Larangan untuk merevitalisasi karakter bangsa
ini. Nilai-nilai kearifan lokal suku
sunda amat bervarian. Dalam hal ini
penulis membaginya menjadi dua
bentuk yaitu: nukilan kearifan berupa
anjuran (the dos) dan larangan (the
don'ts). Metode yang digunakan
adalah metode kualitatif yang
berusaha memahami makna secara
ilmiah. Dari penelitian ini diperoleh
139 kearifan lokal sunda, yang terdiri
atas kearifan sunda berupa anjuran
sejumlah 92 dan kearifan lokal sunda
berupa larangan sejumlah 47. Semoga
kearifan lokal peninggalan zaman
dahulu ini dapat terangkat kembali ke
permukaan dan mampu merevitalisasi
pembentukan karakter bangsa.

Nabila 2014 Perancangan Pamali merupakan kata bahasa Sunda 1. ht


Amanda Buku Ilustrasi yang artinya pantangan, hal yang tabu tps://ww
Subroto, Mengenai untuk dilakukan. Masa kehamilan w.neliti.c
Pindi Pamali Sunda merupakan salah satu masa yang om/publi
Setiawa Seputar banyak pamalinya, tetapi seiring cations/1
n Kehamilan dengan perkembangan zaman, 80441/pe
kepercayaan orang terhadap pamali rancanga
berkurang, padahal pamali n-buku-
mengandung alasan logis di Baliknya ilustrasi-
yang patut untuk dituruti. Oleh karena mengenai
itu, perlu ada sebuah media yang -pamali-
memfasilitasi ibu hamil dalam sunda-
memperoleh informasi mengenai seputar-
pamali dan alasan logis di Baliknya, kehamila
dan media yang dipilih adalah buku n
ilustrasi. Buku ilustrasi mengenai
pamali seputar kehamilan ini
menggunakan metode analisis teks,
dengan teori desain karakter Tom
Bancroft dan teori warna terapi dr.
Poornima Ramakrishna. Eksekusi
buku (ukuran, format, cover, ukuran
teks, dan warna ilustrasi) dibuat
berdasarkan hasil eksperimen kepada
target, yaitu ibu hamil berusia 19-32
tahun di kota-kota besar Indonesia.

Logika, 2018 Etika Pamali Sikap dan perilaku individu atau http://digi
Gilang Dalam Tradisi kelompok masyarakat, diatur oleh lib.uinsgd
Kreasi Sunda: Studi sebuah Norma. Hampir tak dapat .ac.id/id/e
Galang Deskriptif Di dipastikan, ada manusia yang tak print/107
Kasepuhan mengenal Etika. Baik manusia 31
Kampung Modern maupun kelompok manusia
Adat Urug primitif sekalipun. Berbagai
Desa Urug kecenderungan tindakan baik dan
Kecamatan buruk dalam perjalanan hidup
Sukajaya manusia ditentukan oleh sebuah
Kabupaten konsep yang disebut dengan Norma.
Bogor Untuk seterusnya, dari Norma inilah,
nanti timbul konsep tentang Moral
dan Etika yang kerap dijadikan
pedoman individu dalam
kesehariannya.
Setiap suku Bangsa di Indonesia
memiliki tata perilaku tersendiri.
Dalam penelitian ini, studi
dikhususkan pada suku Sunda.
Pamali, sebagai salah satu ekspresi
dari kekayaan Budaya Sunda,
dijadikan oleh orang Sunda sebagai
pengetahuan menentukan baik
tidaknya sebuah perbuatan.
Merupakan sebuah keniscayaan
bahwa sistem nilai yang terkandung
dalam Pamali pada akhirnya menjadi
bagian dari Etika orang Sunda.
Penulis menggunakan penelitian
kualitatif. Dengan pendekatan
Filsafat, Psikologi dan Fenomenologi
Agama, penulis mengumpulkan fakta
data di lapangan, untuk kemudian
diuraikan dan, dengan sedikit
mereduksi bagian yang kurang
relevan dalam pembahasan. Dalam
mengumpulkan data, penulis
memakai teknik observasi, studi
kepustakaan dan wawancara
mendalam dengan dokumentasi
selama tiga bulan. Selanjutnya,
penulis mendeskripsikan data hasil
temuan yang disusun secara tematik.
Penelitian ini bukan bertujuan
menguraikan macam-macam Pamali
yang terdapat dalam kehidupan orang
Sunda. Akan tetapi, mencoba
memberi penjelasan mengenai Etika
Pamali dalam pandangan masyarakat
Adat Sunda, yang dalam hal ini
dikhususkan pada masyarakat di
Kasepuhan Kampung Adat Urug
Bogor. Fokus penelitian meliputi,
konsep Etika Pamali sebagai sistem
nilai, ungkapan penerapannya, dan
hubungannya dengan Etika beragama
dalam tradisi masyarakat tersebut.
Hasil penelitian mengungkapkan,
bahwa telah terjadi dikotomi
pengetahuan terhadap sistem nilai
yang dipakai. Etika Pamali dalam
Tradisi Sunda terpisah menjadi
tatanan nilai bagi orang Adat sebagai
nilai warisan leluhur yang berbeda
dengan Etika beragama. Kendati
demikian, tak dapat dipungkiri hasil
penelitian juga menunjukkan telah
terjadi akulturasi yang sinergis dalam
Etika beragama di masyarakat. Hal ini
tercermin dalam bentuk sikap toleran
terhadap penerapan Adat Istiadat
setempat.

Jamil, 2015 Representasi Penelitian ini dilatarbelakangi oleh http://rep


Eneng Perempuan karakter masyarakat Sunda yang ository.up
Reni Dalam sangat menjunjung tinggi nilai i.edu/id/e
Nuraisy Konsep pandangan hidup sebagai alat kontrol print/181
ah Pamali dalam berpikir dan berperilaku. Salah 32
Bahasa Sunda satunya, upaya penempatan
Sebagai representasi peran dan posisi
Pembentukan seseorang tersebut terjadi di
Kultur lingkungan masyarakat Soreang,
Penutur Kabupaten Bandung. Penelitian ini
Bahasa bertujuan mengklasifikasikan dan
Indonesia mendeskripsikan konsep pamali
(Kajian bahasa Sunda, mendeskripsikan
Etnosemantik fungsi dan nilai kearifan dari konsep
) pamali bahasa Sunda, dan
mendeskripsikan pembentukan kultur
representasi perempuan dalam konsep
pamali bahasa Sunda pada penutur
bahasa Indonesia yang memiliki latar
belakang bahasa pertamanya bahasa
Sunda. Penelitian ini menggunakan
pendekatan etnosemantik serta
metode etnografi komunikasi dalam
penjaringan data sebagai bagian dari
kajian etnolinguistik. Hasil penelitian
ini menemukan enam hal, yaitu (1)
konsep pamali masyarakat Soreang
memang mewakili dua belas kategori,
yaitu kehamilan, kelahiran, masa
anak-anak, pekerjaan rumah,
pekerjaan/profesi, hubungan sosial,
perjodohan, kematian, perilaku,
kehidupan rumah tangga, alam gaib,
dan religi/agama, (2) semua ungkapan
konsep pamali termasuk ungkapan
imperatif yang ditunjukkan dengan
keberadaan leksikon ulah dan entong,
(3) konsep pamali memiliki fungsi
sosial, individu, pendidikan, dan
keagamaan, (4) konsep pamali
mengandung nilai kearifan lokal
harmonisasi antar masyarakat, Tuhan,
dan alam, (5) masyarakat Soreang,
Kabupaten Bandung sangat memiliki
pengalaman, pengetahuan, perasaan,
dan menaruh harapan terhadap
konsep pamali bahasa Sunda, dan (6)
berdasarkan konsep representasi,
perempuan mengungguli representasi
laki-laki dalam konsep pamali.
Dibandingkan laki-laki, perempuan
memiliki peranan dan posisi khusus di
dalam pandangan masyarakat Sunda.
Hal tersebut ditunjukkan dengan
keberadaan ungkapan pamali khusus
perempuan. Oleh sebab itu, penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
kesadaran bahwa keberadaan bahasa
sebagai produk budaya dapat menjadi
cerminan sebuah perbendaharaan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan
suatu masyarakat

Annisa 2015 Peran Budaya Sunda saat ini mengalami https://do


Fitriyani Keluarga beberapa pergeseran akibat i.org/10.1
, Karim Dalam globalisasi budaya. Penelitian ini 7509/sosi
Suryadi, Mengembang bertujuan untuk memperoleh etas.v5i2.
Syaifull kan Nilai gambaran bagaimana keluarga Sunda 1521\
ah Syam Budaya di Komp. Perum Riung Bandung
Sunda dapat melaksanakan perannya sebagai
sarana utama pewarisan Budaya
Sunda kepada anggota keluarga,
khususnya generasi muda di tengah-
tengah perkembangan globalisasi
budaya. Penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Temuan penelitian yaitu
nilai-nilai budaya Sunda yang saat ini
masih ditanamkan dan dikembangkan
pada keluarga sunda di Komp. Perum
Riung Bandung, proses pewarisan
budaya yang meliputi internalisasi,
sosialisasi, dan enkulturasi budaya
sunda dalam keluarga terwujud dalam
penggunaan bahasa Sunda sebagai
alat komunikasi dan juga tercermin
dalam perilaku sehari-hari anggota
keluarga, serta model sosiologis yang
dapat diterapkan dalam upaya
pengembangan nilai budaya sunda di
tengah globalisasi budaya.

Silvia, 2021 Makna Pamali adalah salah satu produk dari http://digi
Yeni Pamali pada kebudayaan masyarakat Sunda. lib.uinsgd
masyarakat Aturan-aturan yang termasuk ke .ac.id/id/e
Sunda : Studi dalam pamali biasanya memiliki print/472
deskriptif unsur kesakralan di dalamnya dan 94
pada menjadikannya tabu. Penulis
masyarakat melaksanakan penelitian ini dengan
kampung maksud untuk mengetahui bagaimana
Cijolang Kota makna pamali bagi masyarakat Sunda
Tasikmalaya terkhususnya di Kampung Cijolang
Jawa Barat ini. Untuk mendapatkan hasil yang
tahun 2021 penyusun inginkan, penulis
mengkonsepnya dalam dua bagian
yaitu pamali dalam masyarakat
kampung Cijolang, dan makna pamali
pada masyarakat Kampung Cijolang.
Metode yang digunakan adalah
Deskriptif-Analisis, dengan teori
yang digunakan adalah teori The
Sacred and The Propane (Yang Sakral
dan Yang Profan) dari Mircea Eliade,
dengan wawancara langsung dan
observasi sebagai metode
pengumpulan data. Sedangkan hasil
dari penelitian ini perihal pemaknaan
aturan pamali pada masyarakat Sunda
terkhususnya di kampung Cijolang
bahwasannya makna pamali bagi tiap
masyarakat Kampung Cijolang
berbeda-beda dengan cara
pemahaman tersendiri di setiap
anggota masyarakat Kampung
Cijolang baik berdasarkan makna
sakralnya atau makna profannya.
Masyarakat Kampung Cijolang masih
mengenal beberapa aturan yang
termasuk ke dalam aturan pamali.
Aturan pamali yang masih dikenal
oleh masyarakat biasanya berupa
aturan-aturan pamali yang erat
kaitannya dengan kegiatan sehari-hari
seperti misalnya larangan memotong
kuku di malam hari dan sebagainya.
Aturan-aturan pamali yang mereka
ketahui dimaknai dengan beragam
baik sesuai makna dari pamali sendiri
yaitu larangan dengan sifat tabunya
ataupun pemaknaan lainnya seperti
makna asosiatif tergantung pemikiran
masing-masing.

Nurdin 4 Agustus Dialektika Tujuan penelitian ini adalah untuk https://jur


Qusyaer 2019 Budaya mengetahui dialektika budaya Sunda nal.synta
i dan Sunda Dan dan nilai-nilai islam, untuk x-
Fauzan Nilai-Nilai mengetahui makna pamali dan untuk idea.co.id
Azhari Islam (Studi menginformasikan bahwa dalam /index.ph
Atas Nilai- pamali memiliki nilai-nilai yang p/syntax-
Nilai Dakwah berkaitan dengan dakwah idea/articl
Dalam (keagamaan) untuk menjadi salah satu e/downlo
Budaya metode dakwah. Analisis isi dapat ad/35/59
Pamali Di didefinisikan sebagai suatu teknik
Tatar Sunda) penelitian ilmiah yang ditujukan
untuk mengetahui gambaran
karakteristik isi dan menarik inferensi
dari isi. Analisis isi ditujukan untuk
untuk mengidentifikasi secara
sistematis isi komunikasi yang
tampak, dan dilakukan secara
objektif, valid, reliabel, dan dapat
direplikasi (Eriyanto, 2015). Di sini
peneliti bermaksud untuk
mengidentifikasi isi pesan dari
budaya pamali di tatar Sunda, yang
kemudian isi pesan pamali itu ditinjau
dari segi nilai-nilai dakwah. Dari hasil
penelitian penulis, ada tiga nilai yang
terkandung dibalik makna pamali,
yaitu akidah, akhlak, dan syariah.
Namun, dari ketiga nilai-nilai dakwah
itu, ternyata pamali lebih dominan
memiliki nilai-nilai akhlak, karena
seperti makna lahirnya pamali itu
sendiri untuk mengatur kehidupan
manusia dengan sesama manusia, dan
alam dalam hal adab, etika, dan tata
krama. Dan hal ini sejalan dengan
ajaran Islam yang mana Rasulullah
SAW diutus untuk menyempurnakan
akhlak.

Khabibi 2016 Islam Artikel ini bertujuan untuk menggali http://dx.


Muham Nusantara: konsep Islam Nusantara (IN) ditinjau doi.org/1
mad Relasi Islam dari teori struktural Islam dan relasi 0.22515/s
Luthfi(1 budaya lokal, serta alasan mengapa hahih.v1i
dan Budaya
*) IN dikembangkan menjadi konsep 1.53
Lokal Dakwah Rahmatan lil alamin oleh
intelektual Nahdlatul Ulama. (NU).
Muncul dari klaim Cendekiawan NU
bahwa INI adalah penengah dalam
kontroversi hubungan Islam dan
budaya lokal, apalagi dalam skala
global akan disosialisasikan di
Internasional, sedangkan IN masih
dianggap sebagai isu dan belum
memenuhi standar pengetahuan
belum. Melalui pendekatan filosofis,
sosio-antropolinguistik berdasarkan
data di www.nu.or.id dan analisis
topik sebagai analisis datanya,
ditemukan bahwa intelektual NU
menggunakan delapan pendekatan
untuk konsep IN. IN mengatur bahwa
Islam mempengaruhi budaya
Indonesia dan keberhasilan IN serta
kemampuan berdialog dengan budaya
Indonesia memicu intelektual NU
untuk mempromosikannya ke
Internasional.

Agung 2012 Budaya Lokal Islam adalah agama yang berciri https://do
Setiyaw dalam universal, berwawasan dunia i.org/10.1
an Perspektif (Weltanschauung) persamaan, 4421/ese
Agama: keadilan, takaful, kebebasan dan nsia.v13i
Legitimasi martabat serta memiliki konsep 2.738
Hukum Adat humanistik teosentrisme sebagai nilai
(‘Urf) Dalam inti dari semua ajaran Islam. Dari segi
Islam budaya dalam masyarakat, Islam
membiarkan kearifan lokal dan
produk budaya lokal yang produktif
dan tidak mencemari akidah untuk
eksis, bahkan menempatkan Islam
tradisional sebagai salah satu dasar
penetapan hukum. Sebagaimana
disebutkan dalam salah satu kaidah
fiqih bahwa
mengatakan "al-'adah al-
muhakkamah" (hukum adat dapat
dijadikan patokan). Dengan demikian
Islam adalah agama yang penuh
toleransi dan penuh nilai-nilai moral.

Imam 2012 Orientasi Proses transformasi di lembaga http://dx.


Hanafi Fikih Dalam pendidikan Islam formal lebih doi.org/1
Pendidikan berorientasi pada Fiqh Minded yang 0.24014/a
menekankan pada salah benar, dosa f.v11i1.3
Islam Imam
pahala. Selain itu, juga terjadi dalam 850
Hanafi proses pengajaran pendidikan Islam
informal. Beberapa pendidik atau
penyebar menggunakan metode
'penghargaan dosa' di depan
audiensnya. Pendidikan Islam lebih
berorientasi pada dramatisasi pahala
ritual; puasa ramadhan, haji
ramadhan, dan sedekah. Akibatnya,
siswa dipengaruhi oleh paradigma
'penghargaan dosa'. Pola pengajaran
ini berdampak pada pola pelaksanaan
ritual Islam yang menekankan pada
bentuk fiqh an sich. Padahal, perilaku
terbentuk dari pemahaman nilai-nilai
teologis, keyakinan kepada Yang
Maha Kuasa. Sikap siswa ini
didukung oleh fakta atau fenomena
yang bisa disebut sebagai krisis moral
di kalangan siswa; adanya tawuran
pelajar, free sex, dan masih banyak
lagi lainnya. Hal ini disebabkan pola
pendidikan Islam tidak menekankan
pada pentingnya cinta kasih, kasih
sayang, toleransi, rasa hormat dan
sebagainya. Implikasi dari model
tersebut adalah munculnya paradigma
fikih (yaitu kebenaran tunggal,
mazhab tunggal, dan ketakwaan
diukur dari ketaatan pada fikih),
fanatisme kelompok atau agama,
diskriminasi dan konflik agama.

M. Nov 4, 2021 Upaya Penelitian Tindakan Kelas bertujuan https://u


Choirud Peningkatan untuk meningkatkan hasil belajar mmaspul.
din siswa mengenai materi mata pelajaran e-
Hasil Belajar Fiqih dengan menggunakan metode journal.id
Fiqih melalui pembelajaran Cooperative Learning /Edupsyc
Metode di kelas XI IIK-1 MAN 1 Medan. ouns/artic
Subjek penelitian adalah siswa kelas le/view/2
Cooperative
XI IIK-1 dengan jumlah 36 orang 369
Learning siswa. Penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari II siklus, siklus I dan siklus
II. Sebelum dilakukan tindakan pada
siklus I peneliti melakukan pra siklus
untuk mengetahui hasil belajar Fiqih
siswa. Penelitian ini menggunakan
desain PTK dengan penggunaan
metode pembelajaran Cooperative
Learning. Data dikumpulkan dengan
menggunakan tes dan observasi.
Untuk mengetahui perubahan hasil
belajar Fiqih siswa. Data dianalisis
dengan menggunakan persentase
analisis kualitatif. Berdasarkan
analisis data diperoleh bahwa pada
saat pra siklus terdapat sebanyak 6
orang siswa (16,6 %) mendapat nilai
tuntas belajar dan 30 orang siswa
(83,4 %) mendapatkan nilai tidak
tuntas belajar dengan nilai rata-rata
66,4. Pada siklus I diperoleh 15 orang
siswa (41,6 %) mendapatkan nilai
tuntas belajar dan 21 orang siswa
(58,4 %) mendapatkan nilai tidak
tuntas belajar dengan nilai rata-rata
72,2. Dan Pada siklus II diperoleh 31
orang siswa (86,1 %) mendapatkan
nilai tuntas belajar dan sebanyak 5
orang siswa (13,9 %) mendapatkan
nilai tidak tuntas belajar dengan nilai
rata-rata 81,8. Dengan demikian,
maka dapat disimpulkan bahwa
dengan penggunaan metode
pembelajaran Cooperative Learning
dapat meningkatkan hasil belajar
Fiqih siswa pada di kelas XI IIK-1
MAN 1 Medan Tahun Pelajaran
2017/2018.

Maimun 2017 Pendidikan Secara alamiah, alam menyediakan https://do


Maimun Alamiah sumber pengetahuan yang bisa i.org/10.3
Fiqih diserap oleh manusia untuk 5127/kbl.
mempertahankan hidup dan v2i2.3140
Pendidikan
Ala mengembangkan diri guna mencapai
Rasulullah taraf hidup yang lebih baik. Nabi
Muhammad sebagai manusia yang
diutus untuk manusia lahir dalam
konteks pendidikan yang tidak
terlembaga seperti sekarang ini.
Walaupun demikian kepribadiannya
menjadi rujukan semua manusia baik
dalam dimensi keilmuan,
kebijaksanaan dan akhlakul
karimahnya, sehingga penting untuk
dieksplor rahasia dibalik
kesuksesannya itu. Kajian ini
merupakan telaah literatur dengan
fokus; pertama apa itu pendidikan
alamiah? kedua, bagaimana pola
pendidikan nabi Muhammad sebagai
referensi manusia? Hasil eksplorasi
menunjukkan bahwa pendidikan
alamiah merupakan pendidikan yang
identik dalam hidup manusia karena
menjadikan alam sebagai sumber
pengetahuan baik sebagai objek ilmu
maupun sebagai pengalaman hidup
yang memungkinkan kematangan
hidup sebagai hasilnya. Pendidikan
nabi Muhammad melalui proses yang
sama, dimana beliau berkembang
melalui alam dan pengalamannya;
menjadi yatim, tinggal di lingkungan
bani Saad, menggembala kambing,
dan melakukan perniagaan.

Achmad 2018 Moderasi Islam tidak terlepas dari al-Qur’an https://jur


Yusuf Islam Dalam dan al-Hadits sebagai pijakan sumber nal.yudha
Dimensi hukum. Namun disisi lain, Islam rta.ac.id/v
distigmakan sebagai agama yang 2/index.p
Trilogi Islam
ekstrim, dengan mengatasnamakan hp/pai/art
(Akidah, agama yang bersumber dari al-Qur’an icle/view/
Syariah, Dan dan as-Sunnah. Kajian ini bertujuan 1093
Tasawuf) untuk mendeskripsikan dan melacak
moderasi Islam dalam perspektif
trilogi Islam (Aqidah, Syariah, dan
Tasawuf). Pendekatan dalam
penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan. Berdasarkan pada hasil
kajian bahwa Islam adalah agama
yang wasathan. Wasathan dalam
trilogi Islam yaitu moderasi Islam (1)
dimensi aqidah meliputi (a)
ketuhanan antara Atheisme dan
Polytheisme, (b) alam antara
kenyataan dan khayalan, (c) Sifat
Allah antara Ta’thîl dan Tasybîh, (d)
Kenabian antara Kultus dan Ketus, (e)
Sumber Kebenaran antara Akal dan
Wahyu, (f) Manusia di antara al-Jabr
dan al-Ikhtiyar. (2) dimensi syari’ah,
meliputi (a) Ketuhanan dan
Kemanusiaan (b) Idealitas dan
Realitas (c) Tahlil dan Tahrim, (d)
Kemaslahatan Individu dan Kolektif,
(e) Ketegasan dan Kelenturan dan (3)
di bidang Tasawuf meliputi Syariat
dan Hakikat, (b) Khauf dan Raja`, (c)
Jasmaniyah dan Ruhaniyah, (d)
Zhahir dan Bathin.

Dewi 6 Desember Implementasi Penelitian ini bertujuan untuk http://ejo


Prasari 2016 Pembelajaran mendeskripsikan pelaksanaan urnal.uin-
Suryawa Akidah pembelajaran teologi moral dalam suka.ac.id
ti pembentukan karakter. Penelitian ini /tarbiyah/
Akhlak
bertujuan untuk mengungkap JPM/artic
Terhadap permasalahan pelaksanaan le/view/1
Pembentukan pembelajaran teologi moral terhadap 218
Karakter pembentukan karakter siswa yang
Siswa di MTs dihadapi guru, serta deskripsi
Negeri deskripsi perencanaan, pelaksanaan
Semanu dan evaluasi permasalahan yang
dihadapi guru teologi moral.
Gunungkidul
Pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Pengolahan data
menggunakan teknik kualitatif.
Teknik ini digunakan untuk dari
proses observasi data, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) pelaksanaan
pendidikan karakter pada mata
pelajaran perencanaan masih
mencirikan RPP teologi moral dan
RPP belum menunjukkan karakter. 2)
Pelaksanaan pelaksanaannya masih
konvensional. Pembelajaran
pendidikan karakter dalam setiap
pembelajaran masih menunjuk pada
pola yang sama antara pembelajaran
pertama dan berikutnya bahkan
penanaman kode eksekusi saja tidak
relevan dengan materi yang diajarkan
oleh seorang guru teologi moral.
Pelaksanaan pendidikan karakter
pada tahap evaluasi sudah dilakukan,
namun hanya menggunakan satu
teknik yaitu observasi.

Mohd 29 Juli 2013 Kedudukan Pendalilan akal merupakan salah satu https://do
Faizul Akal dalam sumber terpenting dalam i.org/10.1
Azmi Pendalilan membahaskan persoalan akidah, 1113/jt.v
dan selain daripada sumber utama al- 63.1563
Akidah
dan Quran dan hadis. Kedudukan dalil
Muham akal tersebut diiktiraf oleh Ahl al-
mad Sunnah wa al-Jama’ah kerana ia
Rashidi berkemampuan untuk menghasilkan
Wahab keyakinan sehingga terbentuk
keimanan kepada Allah S.W.T.
Walau bagaimanapun, sebilangan
aliran pemikiran seperti Hasyawiyyah
di dapat menolak peranan akal dalam
pembahasan aqidah, lantas mendakwa
Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
khususnya Asha’irah dan
Maturidiyyah terpengaruh dengan
metodologi aliran sesat
Mu’tazilah yang terlebih
mengutamakan dalil ‘aqli
berbanding dalil naqli. Implikasi
daripada tohmahan tersebut
menyebabkan segelintir umat Islam
memandang serong terhadap
kedudukan dalil akal dalam akidah,
malah pengikut Asha’irah dan
Maturidiyyah turut disamakan dengan
Mu’tazilah. Menerusi kaedah
analisis kandungan dokumen, artikel
ini akan meneliti kedudukan akal
dalam pendalilan akidah menurut
kerangka Ahl al-Sunnah wa al-
Jama’ah untuk membuktikan
bahwa Ahl al-Sunnah wa allah
mempunyai metodologi tersendiri
dalam berinteraksi dengan akal.
Makalah artikel turut
mengetengahkan pendirian
Hasyawiyyah dan Mu’tazilah
berkaitan isu yang dibincangkan
sebagai lontaran pemikiran sehingga
tercetusnya polemik tersebut. Hasil
kajian mendapati bahawa pendekatan
Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
dalam menerima pendalilan akal
adalah didasari oleh sumber dan
hujjah meyakinkan bagi
membedakannya dengan
Mu’tazilah dan Hasyawiyyah.
Hal ini bertepatan dengan al-Quran
dan hadis yang turut mempengaruhi
kelebihan akal kepada manusia
sehingga ia dapat dijadikan panduan
dalam kehidupan mereka. Selain itu,
kajian merumuskan bahawa akal juga
mempunyai batasan kemampuan
dalam memperkatakan sesuatu
terutamanya tentang hakikat zat Allah
S.W.T. dan perkara hukum-hakam
Islam.Â

Ai Juju 2013 Pamali Dalam Pamali sebagai salah satu sistem http://dx.
Rohaeni Kebudayaan pengetahuan masyarakat adat Sunda. doi.org/1
, Wanda Masyarakat Pamali masih dipertahankan dalam 0.26742/a
Listiani kebudayaan masyarakat adat Sunda. trat.v1i2.
Adat Sunda
Masyarakat adat adalah masyarakat 407
yang masih menyandarkan tatanan
kehidupannya pada tradisi atau adat-
istiadat yang telah berlangsung turun
temurun atau diwariskan dari generasi
ke generasi selanjutnya. Penelitian ini
menggunakan metode studi pustaka.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat 9 kampung adat
Sunda yang masih mempertahankan
pamali secara turun temurun.

Ismail 2013 Islam Dan Kajian Islam dan adat (tradisi) https://do
Suardi Adat: cenderung memperkuat wacana untuk i.org/10.2
Wekke Tinjauan melihat bagaimana agama bertemu 4042/ajsk
dengan budaya lokal. Belakangan ini .v13i1.64
Akulturasi
terlihat adanya keharmonisan dan 1
Budaya Dan interaksi di antara mereka. Selain itu,
Agama terjadi akulturasi dalam menjalankan
Dalam praktik keagamaan dalam kehidupan
Masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu,
Bugis penelitian ini akan mengeksplorasi
interaksi antara Islam dan adat dalam
masyarakat Bugis dalam istilah
akulturasi budaya. Pendekatan
kualitatif dilakukan selama penelitian
berlangsung. Observasi non-
partisipan dan wawancara mendalam
digunakan dalam pengumpulan data.
Penelitian ini menunjukkan adanya
sinergi antara pemahaman adat
dengan ekspresi keagamaan. Adeq
(adat) dan saraq (hukum Islam)
keduanya ditempatkan sebagai bagian
dari panngaderreng (hukum sosial).
Akibatnya, kombinasi ini berkumpul
untuk mengatur kehidupan
masyarakat. Apalagi banyak kegiatan
adat yang menyesuaikan dengan
prinsip-prinsip Islam. Islam
diterjemahkan ke dalam kehidupan
lokal dalam melestarikan keberadaan
etnis kemudian berubah menjadi
semangat keyakinan. Menggunakan
potensi lokal ini mengubah strategi
untuk mengembangkan spiritualitas
tanpa karakteristik Arab. Islam dalam
konteks adat Bugis memaknai norma
dan tradisi dalam memperluas
identitas masyarakat Bugis. Terakhir,
perjumpaan adat dan agama dalam
budaya masyarakat Bugis
menunjukkan adanya dialog di antara
mereka dan membangun tradisi baru
di lingkungan lokal.

Kristiya 2015 Implementasi Sistem pendidikan Agama Islam di https://dx.


Septian Pendidikan sekolah merupakan penjabaran dari doi.org/1
Putra Agama Islam amanat Undang-Undang Nomor 20 0.24090/j
Tahun 2003 tentang Sistem k.v3i2.20
Melalui
Pendidikan Nasional, dalam rangka 15.pp14-
Budaya mempersiapkan peserta didik menjadi 32
Religius manusia yang beriman dan bertaqwa,
(Religious namun dalam pelaksanaannya mereka
Culture) Di telah ditarik kritik dari masyarakat
Sekolah bahwa PAI di sekolah selama ini
dinilai hanya membekali peserta
didiknya saja dengan ilmu agama
(kognitif) kurang menekankan pada
aspek praktik (afektif dan
psikomotor). Dimana perlu
pengembangan PAI itu sendiri,
sehingga PAI tidak hanya sebatas
pengetahuan tetapi juga dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-
hari baik di sekolah maupun di
lingkungan sehari-hari. Baik oleh
guru, maupun siswa. Oleh karena itu,
perlu dibangun budaya keagamaan
(religious culture) dalam kegiatan
keagamaan di sekolah untuk
meningkatkan pengamalan afektif
agar selaras dengan tujuan pendidikan
kita.

Aulia April 2017 Relasi Agama Menganalisis agama dan budaya http://dx.
Aziza dan Budaya dalam konstruksi sosiologis memang doi.org/1
merupakan hal yang menarik untuk 0.18592/a
dilakukan, terutama jika dikaitkan lhadharah
dengan dinamika struktural dan .v15i30.1
budaya masyarakat transisi menuju 204
masyarakat informatif modern. Oleh
karena itu artikel ini mencoba
memberikan gambaran tentang
bagaimana sosiologi memaknai
hubungan keagamaan dalam realitas
subjektif dan objektif dalam
kehidupan manusia. Menganalisis
agama dan budaya dalam konstruksi
sosiologis memang merupakan
sesuatu yang menarik dilakukan,
apalagi jika itu terkait dengan
dinamika struktural dan kultural pada
masyarakat yang sedang mengalami
transisi budaya menuju masyarakat
modern informatif. Untuk itu tulisan
ini mencoba untuk memberikan
sedikit gambaran bagaimana
sosiologi menafsir hubungan agama
dalam realitas objektif dan
subjektifitas kehidupan manusia.

Muham 2016 Pengembanga Tulisan ini menggambarkan https://do


mad n Pendidikan pentingnya pengembangan i.org/10.3
Munif Agama Islam Pendidikan Agama Islam (PAI) ke 3650/pjp.
dalam budaya sekolah. Strategi untuk v3i2.124
Sebagai
mewujudkannya dapat dilakukan
Budaya dengan beberapa cara; (1) Strategi
Sekolah kekuasaan, (2) strategi persuasif, dan
(3) reedukatif normatif. Pembiasaan
menjadi penting untuk mendukung
upaya pengembangan PAI menjadi
budaya religius di sekolah, karena
pembiasaan merupakan hasil dari
proses latihan terus menerus untuk
menjadi budaya religius di sekolah
yang akan berimplikasi positif
terhadap terwujudnya Tujuan PAI,
yaitu mewujudkan manusia yang
agamis dan berakhlak mulia, manusia
yang berilmu, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, beretika,
disiplin, toleran (tasamuh),
memelihara kerukunan dalam
pengembangan pribadi dan sosial
serta mengembangkan budaya
keagamaan di lingkungan sekolah.
Implementasi budaya keagamaan di
sekolah serta solusi permasalahan
PAI terkait minimnya jam pelajaran
dan praktik pembelajaran yang hanya
memperhatikan aspek kognitif saja
dan mengabaikan aspek
pengembangan afektif dan konatif-
volitif, kemauan dan tekad untuk
mengamalkan nilai-nilai ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari.

Abidin 25 Juli 2015 INTEGRASI Islam dan adat dalam masyarakat https://do
Nurdin AGAMA Aceh bagaikan zat dan sifat yang i.org/10.1
DAN tidak dapat dipisahkan satu sama lain. 8860/el.v
Agama dan budaya terintegrasi dalam 18i1.3415
BUDAYA:
pandangan hidup, sistem sosial,
Kajian budaya, dan nilai-nilai Islam. Dari
Tentang konteks budaya, tradisi maulud
Tradisi menjadi praktek keagamaan yang
Maulid dalam kental dengan integrasi nilai-nilai
Masyarakat agama dan adat yang saling berkelit
Aceh kelindan. Kajian ini menggunakan
pendekatan sosiologi dan antropologi
agama dengan teknik pengumpulan
data melalui observasi, wawancara
dan studi kepustakaan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam tradisi maulid di Aceh terjadi
integrasi antara agama dan budaya.
Islam mewarnai budaya secara begitu
kental, sebagaimana juga ditemukan
dalam hampir seluruh aspek
kehidupan bagi masyarakat Aceh. Hal
ini dapat dilihat dalam proses uroe
maulid, idang meulapeh, dzikir
maulid, dakwah Islamiyah. Bahkan
perayaan maulid tidak hanya sebatas
satu bulan saja, namun dilaksanakan
dalam tiga bulan yaitu, Rabi’ul
Awwal (mulod awai), Rabi’ul Akhir
(mulod teungoh) dan pada bulan
Jumadil Awwal (mulod akhe).

AMIRU 2016 Pemikiran Tujuan pendidikan secara esensial https://do


DIN Pendidikan adalah terwujudnya peserta didik i.org/10.2
AMIRU Islam yang memahami ilmu-ilmu keislaman 4042/alid
DIN dan mengamalkannya dalam arah.v6i2.
Menurut Prof.
kehidupan sehari-hari. Dengan kata 797
Dr. Azumardi lain, terwujudnya insan kamil, yakni
Azra, Ma manusia yang kembali kepada
fitrahnya dan kepada tujuan
kehidupan-nya sebagaimana ia
berikrar sebagai manusia yang datang
dari Allah dan kembali kepada Allah.
Pemikiran Azyumardi Azra mengenai
pendidikan Islam merupakan hasil
pemikiran terhadap pengembagan
mutu pendidikan Islam. Pemikiran
yang dimaksud adalah tujuan dan
kurikulum pendidikan Islam.Adapun
mengenai pemikiran Azyumardi Azra
terhadap pendidikan Islam yakni
perhatiannya terhadap demokratisasi
dan modernisasi pendidikan Islam
dengan tujuan agar mampu
mengangkat martabat lembaga
pendidikan islam yang menghasilkan
kualitas tinggi. Dalam hal
pembaharuan, Azyumardi Azra
menitikberatkan pada input dan
output pendidikan Islam bagi
masyarakat. Dengan memadukan
nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai
yang berorientasi ke masa depan.

Muham 2017 Pembelajaran Tulisan ini membahas tentang http://dx.


mad Akidah pembelajaran akidah akhlak dan doi.org/1
Hidayat Akhlak dan korelasinya dengan peningkatan 0.30868/e
Ginanjar akhlak karimah peserta didik. i.v6i12.1
Korelasinya
Dan Nia Penelitian ini dilakukan di Madrasah 81
Kurniaw Dengan Aliyah Shoutul Mimbar Al-Islami,
ati Peningkatan yang berlokasi di Kecamatan
Akhlak al- Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa
Karimah Barat. Peneliti mengidentifikasi
Peserta Didik masalah penelitian terkait
pembelajaran akidah akhlak dan
korelasinya dengan peningkatan
akhlak mulia peserta didik.
Pendekatan yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen dan survey, melalui
teknik pengumpulan data melalui
angket terhadap 70 peserta didik
sebagai populasi objek penelitian.
Unit analisis adalah peserta didik
Kelas X dan XI Tahun Pelajaran
2016/2017. Skor yang diambil adalah
nilai rata-rata pembelajaran akidah
akhlak dan nilai rata-rata peningkatan
akhlak karimah peserta didik.Teknik
analisis yang digunakan adalah
analisis jalur (path analysis) yaitu
analisis statistik deskriptif dan
inferensial. Dari hasil penelitian
teridentifikasi bahwa pembelajaran
akidah akhlak berkorelasi secara
positif dengan peningkatan akhlak
mulia (al-karimah) peserta didik.
Korelasi antara variabel X
(pembelajaran akidah akhlak) dengan
variabel Y (peningkatan akhlak
karimah) kategori cukup atau sedang
yang berada pada rentang 0,90 sampai
1.00 setelah dikonsultasikan antara
nilai “r” product moment pada taraf
signifikansi 5% dan 1% dari nilai XY
lebih besar dari nilai t tabel, sehingga
hipotesis alternatif diterima dan
hipotesis nihil ditolak. Ini berarti
korelasi antara pembelajaran aqidah
akhlak dengan peningkatan akhlak
karimah peserta didik di Madrasah
Aliyah Shautul Mimbar Al-Islami
Tenjolaya Bogor berkorelasi positif
dan meyakinkan. Berdasarkan hasil
penelitian ini, maka
direkomendasikan kepada pengelola
sekolah untuk mengoptimalkan
pembelajaran akidah akhlak agar
peserta didiknya dapat mencapai
tujuan pembelajaran secara lebih
efektif dan menghasilkan output yang
berkualitas salah satunya terwujud
pada peningkatan akhlak karimah,
baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah.

Ayatulla 2012 Makna Artikel ini membahas berbagai mitos https://do


h Kultural yang tersebar di beberapa daerah di i.org/10.7
Humaen Mitos dalam Banten. Bagaimana masyarakat 454/ai.v3
i Banten memahami dan mempercayai 3i3.2461
Budaya
mitos yang telah menyebar dan masih
Masyarakat dipertahankan secara turun-temurun
Banten serta bagaimana peran dan fungsi
mitos bagi masyarakat Banten
menjadi fokus utama artikel ini.
Artikel ini merupakan penelitian
lapangan dengan menggunakan
metode etnografi berdasarkan
perspektif antropologi. Untuk
menganalisis data, peneliti
menggunakan pendekatan struktural-
fungsional. Penelitian kepustakaan,
observasi partisipan, dan wawancara
mendalam adalah metode yang
digunakan untuk mengumpulkan
data. Mitos adalah bagian dari cerita
rakyat yang muncul di hampir setiap
budaya dunia, terutama dalam budaya
tradisional atau pra-melek huruf.
Berbagai penelitian, terutama yang
dilakukan oleh para sarjana Barat,
menunjukkan bagaimana mitos
muncul dalam berbagai aktivitas
sosial keagamaan masyarakat. Mitos
juga dianggap memiliki nilai moral
bagi masyarakat yang
mempercayainya. Keberadaan mitos
dalam masyarakat Banten sedikit
banyak telah mempengaruhi
kehidupan sosial keagamaan
masyarakat Banten. Mitos dalam
beberapa hal juga memainkan peran
dan fungsi penting bagi masyarakat
Banten seperti memperkuat sesuatu,
mempertahankan identitas budaya
dan solidaritas masyarakat, dan
menjaga prestise dan status sosial.

Sri 2007 Fungsi Mitos Kebudayaan sebagai abstraksi https://do


Iswiday Dalam pengalaman manusia bersifat dinamis i.org/10.1
anti dan cenderung untuk berkembang 5294/har
Kehidupan sejalan dengan perkembangan monia.v8i
Sosial Budaya masyarakat pendukungnya, di sisi lain 2.790
Masyarakat mitos juga mencerminkan
kebudayaan dan cenderung
Pendukungny
menyampaikan pesan pesan yang
a (The bersifat transformatif, yang terpadu
Function Of dalam satu mitos, ataupun bisa
Myth In terwujud dalam versi baru dalam
Social mitos yang sama. Fungsi mitos dalam
Cultural Life kehidupan sosial budaya masyarakat
Of Its pendukungnya adalah: (1) untuk
mengembangkan simbol simbol yang
Supporting
penuh makna serta menjelaskan
Community) fenomena lingkungan yang mereka
hadapi; (2) sebagai pegangan bagi
masyarakat pendukungnya untuk
membina kesetiakawanan sosial
diantara para anggota agar ia dapat
saling membedakan antara komunitas
yang satu dan yang lain ; dan (3)
sebagai sarana pendidikan yang
paling efektif terutama untuk
mengukuhkan dan menanamkan
nilai-nilai budaya,norma-norma
sosial dan keyakinan tertentu. Pada
umumnya mitos-mitosdikembangkan
untuk menanamkan dan
mengukuhkan nilai-nilai budaya,
pemikiran maupun pengetahuan
tertentu, yang berfungsi untuk
merangsang perkembangan
kreativitas dalam berpikir.

Eggy 2017 Dampak Dan Penelitian ini bertujuan untuk http://dx.


Fajar Fungsi Sosial mendeskripsikan dampak sosial dan doi.org/1
Andalas Mitos Mbah fungsi Mitos Mbah Bajing terhadap 0.25077/p
pembacanya (masyarakat Desa uitika.13.
Bajing Bagi
Kecopokan). Penelitian ini 1.20--
Kehidupan merupakan penelitian deskriptif- 31.2017
Spiritual kualitatif dengan pendekatan
Masyarakat Sosiologi Sastra. Sumber data
Dusun penelitian ini adalah observasi,
Kecopokan, wawancara dan kuesioner kepada
Kabupaten informan yang menunjukkan dampak
sosial dan fungsi mitos terhadap
Malang, Jawa
masyarakat Desa Kecopokan.
Timur Prosedur pengumpulan data
dilakukan dengan beberapa teknik
yaitu 1) perekaman, 2) fotografi, 3)
observasi, 4) kutipan, 5) wawancara,
6) penyebaran kuesioner. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
dampak sosial Mitos Mbah Bajing
dalam kehidupan sosial masyarakat
Desa Kecopokan tercermin dari cara
masyarakat berpikir, bertindak, dan
berperilaku terhadap arwah dan nisan
Mbah Bajing. Selain itu, ada
perlakuan khusus terhadap tokoh
mitologi ini sebagai bagian dari
kehidupan spiritual masyarakat Desa
Kecopokan. Mitos ini juga memiliki
fungsi sosial terhadap masyarakat
Desa Kecopokan sebagai 1) sarana
pendidikan khususnya bagi generasi
muda, 2) penguat solidaritas antar
masyarakat dan 3) pengatur norma
dalam kehidupan sosialnya. Kata
kunci: fungsi, dampak, mitos,
sosiologi sastra

Sariama 2012 Syirik Dalam Sendi-sendi Islam tercantum lengkap http://rep


h Islam di dalam al-Quran dan demikian juga ository.ra
ajaran tentang iman kepada Allah denfatah.
yang bertumpu kepada iman dan ac.id/id/e
kepada keEsaan Allah (tauhid). print/122
Keesaan Allah itu telah diungkapkan 74
dalam kalimat “la ilaha illallah”, yang
berarti tidak ada Tuhan selain Allah.
Kalimat ini adalah kelahiran dari
pengakuan dan pendirian bahwa tidak
ada yang dijadikan objek dari
pengabdian dalam hidup ini dan di
seluruh alam semesta ini melainkan
hanya Allah saja. Kata syirik berarti
perkawinan dan syirik berarti teman.
Di dalam al-Quran, syirik
dipergunakan untuk menunjukkan
dan mempertemankan Allah SWT.,
dengan tuhan-tuhanan,
mempersetarakan Allah dengan
sesuatu yang diperlakukan sebagai
tuhan atau mengadakan tuhan
tandingan bagi Allah. Sikap dan
perbuatan yang dinamakan syirik itu
bukan hanya mengenai
memperlakukan sesuatu perbuatan
seperti perbuatan Allah dan mematuhi
sesuatu bagaikan mematuhi Allah.
Syirik merupakan kesalahan dan dosa
yang paling besar. Jenis penelitian ini
adalah library research, (Penelitian
Kepustakaan). Penulis
mengumpulkan karya-karya yang
berdasarkan kepustakaan dengan
jalan meneliti terhadap sejumlah buku
maupun karya ilmiah lainnya yang
berhubungan dan relevan dengan
masalah yang dibahas. Jenis data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah data yang bersifat kualitatif,
yaitu semua hal yang berhubungan
dengan syirik. Sumber data dalam
penelitian ini adalah bersumber dari
buku-buku yang dibaca dan
dipelajari. Buku-buku yang sudah
terkumpul dianalisis secara deskriptif
kualitatif yakni menguraikan,
menyajikan atau menjelaskan secara
tegas dan sejelas-jelasnya terhadap
seluruh permasalahan yang
dirumuskan dalam pokok masalah.
Syirik adalah menyekutukan Allah
dalam Rububiyyah-Nya, Uluhiyyah-
Nya, Asma’ (nama-nama) dan sifat-
Nya, atau salah satunya. Jika seorang
hamba meyakini bahwa ada sang
Pencipta atau sang Penolong selain
Allah, maka termasuk musyrik. Jika
berkeyakinan bahwa ada Tuhan selain
Allah yang berhak untuk disembah,
maka termasuk musyrik. Dan jika ia
berkeyakinan bahwa ada yang
menyerupai Allah dalam asma’
(nama) dan sifat-Nya, maka ia telah
musyrik Kesimpulan dalam
pembahasan ini Makna syirik adalah
tindakan mempersekutukan Allah
SWT. Pelakunya disebut musyrik.
Menurut etimologi, syirik berasal dari
kata syaraka yang berarti sekutu atau
serikat. Syirik dalam terminologi
adalah menjadikan sekutu bagi Allah
dalam Rububiyah dan Uluhiyah.
Syirik adalah menyekutukan Allah
dalam Rububiyyah-Nya, Uluhiyyah-
Nya, Asma’ (nama-nama) dan sifat-
Nya, atau salah satunya. Jika seorang
hamba meyakini bahwa ada sang
Pencipta atau sang Penolong selain
Allah, maka termasuk musyrik. Jika
berkeyakinan bahwa ada Tuhan selain
Allah yang berhak untuk disembah,
maka termasuk musyrik. Dan jika ia
berkeyakinan bahwa ada yang
menyerupai Allah dalam Asma’
(nama) dan sifat-Nya, maka ia telah
musyrik

Kurniaw 2016 Aplikasi Penelitian ini berjudul Aplikasi http://rep


an, Model Model Pembelajaran Kontekstual ository.ra
Rizki Pembelajaran guru terhadap materi pelajaran denfatah.
Akidah Akhlak Tentang Syirik Dalam ac.id/id/e
Kontekstual
Islam Di kelas X Madrasah Aliyah print/677
Guru Negeri (MAN) 2 Palembang. Tujuan
Terhadap penelitian ini adalah untuk
Materi mengetahui aplikasi dan hasil dari
Pelajaran model pembelajaran kontekstual guru
Akidah terhadap materi pelajaran akidah
Akhlak Akhlak tentang Syirik dalam Islam di
kelas X MAN 2 Palembang. Masalah
Tentang
yang diteliti dalam skripsi ini adalah
Syirik Dalam apakah pembelajaran kontekstual
Islam Di dalam Aqidah Akhlak tentang syirik
Kelas X dalam Islam diterapkan oleh guru dan
Madrasah bagaimanakah hasil pembelajaran
Aliyah Negeri kontekstual guru terhadap materi
(Man) 2 pelajaran Akidah Akhlak tentang
syirik dalam Islam di kelas X MAN 2
Palembang
Palembang. Metodologi yang
(Skripsi) digunakan dalam penelitian ini adalah
tinjauan lapangan (field research)
dengan teknik observasi untuk
mengumpulkan data pengamatan
terhadap aplikasi pendekatan
kontekstual, wawancara digunakan
untuk mengetahui bentuk pendekatan
kontekstual dan dokumentasi untuk
memperoleh data tentang keadaan
sarana dan prasarana, keadaan guru
dan administrasi, dan keadaan siswa.
Data yang terhimpun kemudian
dianalisis dengan mereduksi yakni
proses memilih, menyederhanakan
dan lain sebagainya, kemudian
menyajikan data dan memverifikasi
data. Hasil penelitian didapatkan guru
menerapkan pembelajaran
kontekstual dalam mengajar di kelas
X MIA 4 MAN 2 Palembang.
Aplikasi pembelajaran kontekstual
dilihat dari (1) kegiatan umum
pembelajaran, yakni guru
menghubungkan materi dengan
kehidupan nyata seperti guru meminta
siswa menuliskan sejumlah aktivitas
yang berhubungan dengan syirik di
masyarakat, kemudian guru
menanyakan penyebab orang
melakukan kegiatan tersebut, dan
bagaimana solusi untuk mengatasi
atau menjauhkan diri dari perbuatan
syirik, (2) media pembelajaran guru
yakni buku dan papan tulis, (3) teknik
pembelajaran dengan membuat
diskusi di kelas, dan (4) hasil
pembelajaran siswa dapat membuat
contohnya, penyebabnya dan
solusinya terhadap syirik. Kemudian
hasil ceklist lembar observasi
didapatkan guru membuat
pembelajaran mandiri, suasana
bekerja sama, dan siswa berpikir kritis
dan kreatif. Hasil pembelajaran
kontekstual didapatkan dua
kompetensi yang dicapai dari materi
syirik yakni; 1) terbentuknya
pemahaman yang utuh mengenai
perbuatan syirik dalam Islam kepada
siswa, 2) terbiasanya diri menghindari
perbuatan syirik dalam kehidupan
sehari-hari.
GAYA PENULISAN BERDASARKAN KARAKTER MASYARAKAT
1. Linear (Bahasa Inggris)

To the point jangan membicarakan topik yang lain sebelum ini selesai. Saat pembicara
harus Didukung oleh beberapa penjelasan yang mendukung pernyataan pertama.
menunjukkan kekonsistenan dia, artinya dia tidak berbohong.

2. circular (Indonesia)

Berputar, sebelum ke inti berbicara ke hal yang lainnya dulu titik contohnya ketika ditawari
makanan ada yang jawab “Terima kasih Bu, silahkan”Walaupun strukturnya menunjukkan
penerimaan atau menyetujui tapi hal ini berbeda arti, hal ini adalah cara menolak secara
sopan, ke sirkuler an ini menunjukkan kesantunan yang ia miliki.

3. Agresif (Jerman)

Menyebar. berbeda dengan orang Indonesia, bagi orang Indonesia bertanya adalah bentuk
perhatian dan kadang jawaban tidak terlalu diperhatikan titik tetapi jika orang Jerman Yang
bertanya kita harus jawab tuntas dan lengkap titik kedisgresipan orang Jerman dalam
berbicara menunjukkan intelektual yang ia miliki Dan akan semakin dihargai

4. Paralel (Kitab Suci Alquran)

Saling berkesinambungan titik jika ada salah satu huruf yang salah maka berpengaruh
terhadap teks secara menyeluruh
HAKIKAT BAHASA INDONESIA
● Kelebihan ragam bahasa lisan
1. Ketika seseorang berbicara karena disampaikan secara langsung ketika ada yang
tidak dimengerti atau kesalahan bisa dikoreksi pada saat itu juga.
2. Diikuti oleh intonasi dan gestur tubuh dan mimik muka sehingga orang yang
mendengar akan mampu menyimpulkan dengan mudah maksud dari pembicaraan
yang disampaikan.
3. Ragam bahasa lisan ini terjadinya miskomunikasi lebih sedikit ketimbang ragam
bahasa tulisan.
● Kekurangan ragam bahasa lisan
1. Karena disampaikan secara langsung kita memiliki terikat oleh ruang dan waktu
yang sangat terbatas. Sehingga orang ketika menyampaikan ragam bahasa lisan
kepada audiens seringkali gugup karena takut salah berbicara jadi diperlukan
keterampilan khusus. Contoh ada sengketa tanah karena tidak ditulis wasiatnya
tidak ada bukti atau dokumennya.
● Kelebihan ragam bahasa tulisan
1. Memiliki keleluasaan ruang dan waktu sehingga dia akan berpikir kira-kira
menggunakan istilah apa saja yang tepat untuk disampaikan. Contohnya mengirim
pesan ke dosen atau orang yang penting.
2. Memiliki Dokumen, Seperti hukum mengenai ujaran pencemaran nama baik
● Kekurangan ragam bahasa tulisan
1. Tidak diikuti oleh intonasi dan gestur tubuh, mimik dan muka. hanya menggunakan
tanda baca saja untuk menguatkan makna yang disampaikan.
2. Disampaikan secara tidak langsung Sehingga orang membutuhkan ruang dan waktu
orang membutuhkan waktu yang lama untuk refleksi Maksudnya apa ya ini. Tidak
bisa dikonfirmasi saat itu juga.
● Dalam tulisan, Ragam bahasa baku contohnya : Surat-menyurat, karya ilmiah, dll. Ragam
bahasa tidak baku dalam bentuk tulisan yaitu puisi, karya sastra, novel dan drama
● Dalam Lisan, Ragam bahasa baku contohnya: Pidato, Mc dll. Ragam bahasa tidak baku
seperti membaca puisi, mengobrol dll.
APA ITU BAHASA

Merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh manusia untuk komunikasi yang
bersifat nya arbitrer dan konvensional.

● Bahasa bersifat arbitrer (Manasuka tidak usah sesuai teori) Penamaan ikan mujair
dikarenakan penemunya adalah Pak moedjair atau penamaan hewan cicak karena berasal
dari bunyi suaranya
● Bahasa bersifat konvensional. Sejumlah istilah tidak jadi dipakai, karena pemakai bahasa
Indonesia tidak menyepakatinya (Ciri disepakati sebuah bahasa ketika masyarakat banyak
menggunakan nya) seperti kata tetikus untuk mengganti Mouse

Bahasa itu:

1. Bahasa merupakan alat komunikasi


2. Bahasa bersifat kemestaan
3. Bahasa bersifat kemanusiaan
4. Bahasa berkaitan dengan masyarakat dan budaya
5. Bahasa memiliki makna konvensional
6. Bahasa bersifat vokal
7. Bahasa bersih
8. Bahasa merupakan sebuah sistem

● Bahasa Indonesia diresmikan pada Sumpah Pemuda


● Kandidat terkuat saat itu adalah bahasa Jawa dan Melayu. Kenapa bahasa Jawa karena
bahasa Jawa ini lahir dari jati diri bangsa nya. Seperti ketika bertemu dengan sesama orang
Jawa di daerah lain pasti mereka tetap menggunakan bahasa mereka yaitu bahasa Jawa.
Dan juga masyarakat Jawa itu sudah menyebar ke seluruh Indonesia jadi memungkinkan
menggunakan bahasa Jawa.
SEJARAH BAHASA INDONESIA

● Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu bahasa Melayu tersebut digunakan sebagai
bahasa perantara atau lingua franca
● bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa kebudayaan, bahasa perdagangan dan bahasa
resmi kerajaan di nusantara.
● bahasa Indonesia bahasa Indonesia diresmikan Sumpah tanggal 1928 (pada peristiwa ini
peresmian nama bahasa Indonesia politis karena nama bahasa Indonesia digunakan sebagai
alat perjuangan )

BUKTI SEJARAH ADANYA BAHASA MELAYU DI INDONESIA

● Prasasti kedukan Bukit, berangka 683 Masehi ( Palembang)


● Prasasti Talang Tuwo berangka 684 Masehi ( Palembang)
● Prasasti kota kapur yang berangka 688 Masehi ( Jambi )
● prasasti tertua bahasa Melayu dengan huruf Pallawa pada abad ke-7 masa kerajaan
Sriwijaya
● informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Buddha di Sriwijaya,
antara lain menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama koen-luen yang
berdampingan Sansekerta titik yang dimaksud kongruen adalah bahasa Perhubungan atau
lingua franca di Kepulauan Nusantara yaitu Melayu.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG BAHASA MELAYU MENJADI


BAHASA INDONESIA

● Bahasa Melayu merupakan bahasa perantara antar etnis di Indonesia atau lingua franca
● Bahasa Melayu memiliki penyebaran yang luas dan melewati batas batas penyebaran
bangsa lain
● Masih memiliki kekerabatan dengan bahasa lain di nusantara, bukan sebagai bahasa asing
● Mudah dipelajari atau sistem yang sederhana dan tidak mengenal tingkatan bahasa
● Faktor psikologis penutur bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang rela ketika bahasa Melayu
dijadikan sebagai bahasa kebangsaan

SUMBER BAHASA INDONESIA

● Bahasa Indonesia dari bahasa Melayu dikurangi Melayu lama ditambah serapan
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

● Berdasarkan bab 15, pasal 36 “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”


1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (Sumpah Pemuda)
a. Lambang kebanggaan nasional
b. Lambang nasional
c. Alat pemersatu (Perbedaan latar belakang sosial dan budaya)
d. Sarana Perhubungan antar budaya dan antar daerah
2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (UUD 1945)
a. Bahasa resmi kenegaraan
b. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
c. Bahasa resmi di dalam Perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan
d. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi
PPT
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DEWASA INI

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

1. Cikal bakal ejaan bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang ditetapkan pada tahun
1901. Pada tahun inilah Ch. A. van Ophuijsen membuat ejaan resmi bahasa Melayu yang
dimuat dalam Kitab Logat Melajoe. Ejaan van Ophuijsen: boekoe, ma’lum, tjukup, tida’ ,
dsb.
2. Sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de
Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat) didirikan pemerintah pada tahun 1908. Badan
penerbit ini berubah menjadi Balai Pustaka pada tahun 1917. Balai Pustaka menerbitkan
buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok
tanam, penuntun memelihara kesehatan, dll.
3. Pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari beberapa daerah, seperti Sumatra, Jawa,
Sulawesi, dll., berkumpul. Peristiwa ini dikenal dengan Sumpah Pemuda. Salah satu butir
dalam Sumpah Pemuda sangat penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Pada saat
inilah bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa persatuan.
4. Sebuah angkatan sastrawan muda yang dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Sanusi
Pane, Armijn Pane, dll., berusaha melawan kebijakan yang dibuat oleh badan penerbit yang
sudah ada, yaitu Balai Pustaka. Kelompok sastrawan ini dikenal dengan nama Pujangga
Baru. Nama Pujangga Baru berasal dari nama sebuah majalah yang terbit pada tahun 1933.
Perkembangan Bahasa Indonesia
5. Kongres Bahasa Indonesia I dilakukan di Solo pada 25-27 Juni 1938. Hasil kongres ini
secara umum menyimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
6. Kemerdekaan Indonesia juga menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal ini
sebagaimana dituangkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 36. Undang-Undang
Dasar 1945 ini ditandatangani sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya tanggal
18 Agustus 1945 .
7. Ejaan bahasa Melayu buatan van Ophuijsen pada tahun 1901 sudah tidak dipakai dalam
kaidah bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan pada tanggal 19 Maret 1947 telah diresmikan
penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen.
Jadi, ejaan van Ophuijsen sudah berlaku selama 46 tahun sebelum diganti Ejaan Republik.
Ejaan Republik: buku, maklum, cukup, tidak, dsb.
8. Pada tahun 1953 Kamus Bahasa Indonesia yang pertama diterbitkan. Kamus ini dibuat oleh
Poerwadarminta. Dalam kamus itu tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia
mencapai 23.000. Perkembangan Bahasa Indonesia
9. Kongres Bahasa Indonesia II dilaksanakan pada 28 Oktober s.d. 2 November 1954 di
Medan. Hasil kongres mengamanatkan untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
10. Melalui pidato kenegaraan H. M. Soeharto selaku Presiden Republik Indonesia di hadapan
sidang DPR pada tanggal 16 Agustus 1972, Ejaan Republik yang dikenal juga sebagai
Ejaan Soewandi diganti dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Selain itu, peresmian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dikuatkan pula dengan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Perkembangan Bahasa Indonesia
11. Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
12. Pada tahun 1976 Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia dan terdapat 1.000
kata baru. Artinya, dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan kata baru.
13. Kongres Bahasa Indonesia III diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3
November 1978. Kongres ini bersamaan dengan 50 tahun Sumpah Pemuda. Selain
memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia, hasil
kongres ini juga memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Perkembangan
Bahasa Indonesia
14. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55. Kongres Bahasa Indonesia IV dilaksanakan di Jakarta pada 21—26
November 1983. Hasil kongres menyebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan. Semua warga negara Indonesia agar menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
15. Kongres Bahasa Indonesia V dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari
seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam,
Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ini dilakukan di Jakarta
pada 28 Oktober s.d. 3 November 1988. Kongres ini juga mempersembahkan karya besar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Perkembangan Bahasa Indonesia
16. Kongres Bahasa Indonesia VI dilaksanakan pada 28 Oktober s.d. 2 November 1993.
Kongres ini pun tetap dilaksanakan di ibu kota, Jakarta dan belum pernah dilaksanakan di
daerah-daerah yang lain. Hasil kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa statusnya ditingkatkan menjadi Lembaga Bahasa Indonesia. Selain
itu, juga mengusulkan agar Undang- Undang Bahasa Indonesia disusun.
17. Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan 26-30 Oktober 1998 masih di Jakarta. Hasil
kongres mengusulkan agar dibentuk Badan Pertimbangan Bahasa. Badan ini memiliki
anggota dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan
sastra. Perkembangan Bahasa Indonesia.
18. Kongres Bahasa Indonesia VIII dilaksanakan 14—17 Oktober 2003 di Jakarta. Banyaknya
negara yang membuka studi mengenai Indonesia mendorong panitia mengagendakan
pembuatan bahan ajar pelajaran Bahasa Indonesia untuk para penutur asing. Hal ini
dibuktikan dengan adanya 35 negara yang telah memiliki pusat studi tentang Indonesia di
perguruan tinggi. Agar para penutur asing itu bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar dibutuhkan pedoman buku ajar. Selian itu, akan dikembangkan Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia (UKBI). UKBI tidak hanya ditujukan bagi para warga asing yang
akan bekerja di Indonesia, tetapi juga warga Indonesia sendiri. Perkembangan Bahasa
Indonesia
19. Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada 28— 31 Okober 2008 di Jakarta. Hasil
kongres ini menyatakan bahwa bentuk- bentuk pemakaian bahasa Indonesia yang diajarkan
di sekolah adalah bentuk-bentuk pemakaian bahasa dari variasi bahasa baku. Bentukan
bahasa dari berbagai variasi, misalnya berdasarkan dialek geografi, dialek sosial, register
(digunakan oleh profesi tertentu, misalnya dokter, pengacara, dsb.) dapat diperoleh siswa
dalam berbagai pemakaian bahasa di masyarakat.

USAHA PENYEMPURNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan-ejaan ini bahasa Indonesia mengalami beberapa usaha untuk penyempurnaan.


Perkembangan ejaan ini diawali dari cikal bakal ejaan bahasa Indonesia yang berasal dari Kitab
Logat Melayu, yaitu ejaan van Ophuijsen hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

1. Ejaan van Ophuijsen Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. van
Ophuijsen merupakan tokoh yang telah merancang ejaan ini. van Ophuijsen tidak sendirian,
ia dibantu oleh Engku Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Usaha ini tidaklah sia-sia karena ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901. Ciri- ciri dari ejaan
ini, yaitu
a. huruf j, misalnya jang, pajah, sajang, dsb.
b. huruf oe, misalkan goeroe, itoe, oemoer, dsb.
c. tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, misalkan ma’moer, ’akal, ta’, pa’,
dinamai’, dsb. USAHA PENYEMPURNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA
2. Ejaan Soewandi Ejaan Republik (Soewandi) dipilih pemerintah Indonesia di masa-masa
awal kemerdekaan untuk menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan Soewandi resmi
menggantikan ejaan van Ophuijsen pada tanggal 19 Maret 1947. Sistem ejaan Suwandi
merupakan sistem ejaan latin untuk bahasa Indonesia yang merupakaan bentuk
penyederhanaan (satu fonem satu huruf) Ejaan van Ophuijsen. Ciri-ciri ejaan ini, yaitu
a. huruf oe diganti dengan u, misalkan guru, itu, umur, dsb. bunyi hamzah dan bunyi
sentak ditulis dengan k, misalkan tak, pak, rakjat, dsb.
b. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, misalkan kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an
c. awalan di- dan kata depan di ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya,
misalkan dipasar, dipukul, dibaca
3. Ejaan Melindo Melindo merupakan kepanjangan dari Melayu-Indonesia. Ejaan Melindo
ini dikenal pada akhir tahun 1959. Peresmian ejaan ini batal karena faktor perkembangan
politik pada tahun-tahun berikutnya. Ejaan dengan nama Melayu-Indonesia ini tentu tidak
hanya berkaitan dengan Republik Indonesia, melainkan juga dengan negeri tetangga
kawasan Melayu, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan yang
paling lama penggunaannya. Lebih dari 40 tahun ejaan ini dipertahankan. Ejaan ini
diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia
saat itu, yaitu almarhum Presiden Soeharto. Peresmian ini dikuatkan dengan Putusan
Presiden No. 57 Tahun 1972
5. EYD berdasarkan Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009. 6. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Permendikbud N0. 50 Tahun 2015

BAHASA INDONESIA DEWASA INI

Bahasa Indonesia dewasa ini makin diminati oleh masyarakat internasional. Bukti perkembangan
bahasa Indonesia di masyarakat internasional sebagai berikut.

1. Termasuk ke dalam 10 besar bahasa yang paling banyak penuturnya.


2. Pusat-pusat kajian bahasa Indonesia tersebar di seluruh dunia.
3. Digunakan sebagai bahasa resmi di beberapa negara Asia Tenggara.
4. Banyak diminati oleh masyarakat internasional.
5. Merupakan mata pelajaran pilihan di berbagai negara eropa

LANDASAN HUKUM PENGGUNAAN, PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN


PELINDUNGAN BAHASA INDONESIA

● Pasal 25 – 40 aturan mengenai penggunaan Bahasa Indonesia


● Pasal 41 – 43 aturan mengenai Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa
Indonesia

RAGAM BAHASA INDONESIA


Variasi bahasa Indonesia yang digunakan berdasarkan situasi, kondisi, tempat, waktu, dan
partisipan komunikasi.

Ragam Bahasa

1. Ragam Bahasa Berdasarkan Luas Penyebarannya.


a. Bahasa Ibu atau Bahasa Daerah
b. Bahasa Negara atau Bahasa Nasional
c. Bahasa Internasional
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Media
a. Lisan contoh: berpidato, bertelepon, berbincang, dll.
1. Ragam bahasa yang ditandai dengan penggunaan lafal atau intonasi,
kosakata khusus.
2. Terdiri atas ragam lisan baku dan nonbaku (bahasa pergaulan)
b. Tulisan contoh: menulis surat, laporan, karya ilmiah, sms, dll.
i. ditandai dengan kecermatan menggunakan ejaan, tanda baca, kosakata,
penggunaan tata bahasa, penyusunan kalimat, paragraf dan wacana.
ii. Terdiri atas ragam tulisan baku dan ragam tulisan non baku
3. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasi
a. Ragam Bahasa Ilmiah

Ciri ragam bahasa ilmiah

● struktur jelas dan bermakna lugas


● struktur bersifat normal
● singkat, berisi analisis dan pembuktian
● ejaan baku
● penggunaan istilah teknis.
b. Ragam Sastra
● Mengutamakan unsur-unsur keindahan seni, penulisn cenderung
menekankan gaya pengungkapan simbolik dengan memadukan unsur
ekstrinsik dan instrinsik
● Contohnya, novel, cerpen, roman, cerita pendek, iklan, dan lain-lain
c. Ragam jurnalistik
● Ragam bahasa yang lazim digunakan dalam pemberitaan.
● Ragam jurnalistik harus memperhatikan hal berikut:
a. tidak menambah dan mengurangi fakta
b. tidak mengubah fakta berdasarkan pendapat pribadi
c. tidak memihak kepada siapa pun
d. tidak menggunakan perasaan suka dan tidak suka

BERDASARKAN ETIKA

● Ragam Formal
● Nonformal

SYARAT RAGAM BAKU

1. Kemantapan Dinamis
● Kemantapan berarti, bahasa baku seuai dengan pola dan sistem bahasa
yang baku
● Misalnya:
● imbuhan pe- + tulis penulis, bukan petulis
● imbuhan me- + suruh menyuruh, bukan mesuruh
● imbuhan me- + cuci mencuci, bukan mencuci
2. Cendekia
● Ragam baku cendekia adalah ragam baku yang dipakai di tempat resmi.
● Biasanya diperoleh dari jalur formal
● Cendekia itu, bahasa yang digunakan dalam komunikasi harus logis dan
masuk akal.
3. Seragam Pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman bahasa.
● Keseragaman didasarkan kesepakatan.
● Bahasa baku tidak lepas dari kesepakatan untuk keseragaman.

BAHASA YANG BAIK DAN BENAR

● Benar Bahasa yang struktur kalimatnya teratur, kosakata dan ejaannya tepat.
● Baik Bahasa yang maknanya logis dan dapat dipahami dengan baik dan masuk
akal, juga tepat penggunaannya.
PARAGRAF ATAU ALINEA

PENGERTIAN PARAGRAF
Paragraf adalah susunan dari beberapa kalimat yang terjalin utuh mengandung sebuah makna dan
didalamnya terdapat gagasan utama (atau ide pokok)

STRUKTUR KALIMAT
Kalimat topik : Kalimat topik atau kalimat utama adalah kalimat yang berisi gagasan utama atau
inti dari paragraf. Ciri-ciri kalimat topik :

1. Mengandung permasalahan
2. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
3. Mempunyai arti yang cukup jelas
4. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi

Kalimat penjelas: kalimat penjelas adalah Kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau
detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf. Ciri-ciri kalimat penjelas :

1. Merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri


2. Arti kalimat baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam paragraf
3. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi
4. Isinya berupa rincian keterangan contoh dan data lain yang mendukung kalimat topik

PERSYARATAN PARAGRAF

1. Kesatuan makna buka ( koherensi)

Seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok satu topik atau
satu masalah saja.

2. Kesatuan bentuk ( kohesi)

Kesatuan bentuk paragraf atau kohesi terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus lancar,
dan logis. itu dapat dibentuk dengan cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata
sambung atau frasa penghubung antarkalimat.

3. Hanya memiliki satu pikiran utama

Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan pokok. jika
dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama paragraf tersebut tidak efektif.
JENIS PARAGRAF
1. Berdasarkan posisi kalimat utama
a. Paragraf Deduktif

Paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal paragraf dan dilengkapi dengan
kalimat penjelas sebagai perangkatnya nya. pernyataan ditambah penjelasan sama
dengan deduktif

b. Paragraf Induktif

Paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir kalimat dan kalimat penjelasnya
terletak diawal paragraf. Penjelasan ditambah pernyataan sama dengan induktif

c. Paragraf Deduktif- Induktif


i. Kalimat utama berada di awal dan ditegaskan kembali pada akhir paragraf.
ii. Menyatakan dari hal yang umum atau luas ke hal yang khusus dan
ditegaskan kembali pada hal yang umum atau luas.
2. Berdasarkan isi paragraf
a. Narasi
● Narasi adalah jenis karangan yang isinya mengisahkan kehidupan seseorang
● Ciri utama paragraf narasi adalah adanya peristiwa atau kejadian baik yang
benar-benar terjadi atau berusaha imajinasi maupun gabungan keduanya,
yang dirangkai dalam urutan waktu.
b. Deskripsi
● Paragraf yang isinya menggambarkan keadaan sesuatu atau suasana
tertentu, atau yang isinya membeberkan hal orang, benda, keadaan, sifat
atau keadaan tertentu.
● Untuk memberikan gambaran tentang sesuatu, biasanya penulis merinci
sesuatu itu secara lengkap dan cermat. dengan membaca rincian yang
lengkap dan cermat, pembaca memperoleh gambaran tentang keadaan atau
sosok sesuatu.
c. Eksposisi
● Bahasa Latin: exponere: Membentangkan, memaparkan. Adalah paragraf
yang berisi pemaparan sesuatu sehingga pembaca memperoleh wawasan
atau pengetahuan yang disampaikan oleh penulis.
● Untuk mengonkretkan pemaparannya, penulis mengemukakan contoh-
contoh, bukti-bukti, atau proses sesuatu yang dikemukakannya
● Contohnya buku-buku pelajaran
d. Argumentasi
● Bahasa Latin aguero: membuktikan, meyakinkan seseorang;
argumentation: pembuktian. Adalah paragraf yang isinya meyakinkan
pembaca dengan mengemukakan bukti-bukti konkret atau fakta-fakta yang
Konkret
● Dengan menyampaikan bukti-bukti atau fakta sesuatu yang dikemukakan,
diharapkan pembaca meyakini pernyataan penulis.
● Contoh nya Karya Ilmiah
e. Persuasi
● Bahasa Latin: persuadere: meyakinkan seseorang; membujuk; persuatio:
peyakinan; bujukan) Adalah paragraf yang isinya mempengaruhi atau
membujuk pembacanya untuk mengikuti apa yang disarankan oleh
penulisnya.
● Perlu didukung oleh argumen
● Ada yang di disampaikan secara langsung dan ada yang tidak disampaikan
secara langsung.
3. Berdasarkan Fungsi
a. Pembuka
b. Penghubung
c. Penutup

PENGEMBANGAN PARAGRAF

1. Cara pertentangan
2. Cara perbandingan
3. Cara analogi
4. Cara contoh
5. Cara sebab akibat
6. Cara definisi
7. Cara klasifikasi
MAKALAH
PERKEMBANGAN DAN RAGAM BAHASA INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa
Indonesia dengan dosen pengampu Nuri Novianti Afidah, S.s., M.Hum. dan Dra.
Nurhasanah, M.Ed.

Disusun Oleh:

Annisa Haniifah 2102371

Dea Febrina Irawan 2101931

Faizal Danuarta 2102181

Trinanda Suvy Kresanie 2102214

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN INDONESIA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas
segala rahmat-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Perkembangan dan Ragam
Bahasa Indonesia” ini dapat tersusun dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Ibu Nuri Novianti Afidah, S.s.,
M.Hum. dan Ibu Dra. Nurhasanah, M.Ed. pada mata kuliah Pendidikan Bahasa
Indonesia. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
perkembangan dan ragam bahasa Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nuri Novianti Afidah, S.s.,
M.Hum. dan Ibu Dra. Nurhasanah, M.Ed selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan
Bahasa Indonesia. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami mengucapkan
terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………... iv

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………… v

1.3 Tujuan……………………………………………………………………...v

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Bahasa Indonesia………………………………………… 1

2.2 Bahasa Indonesia Dewasa Ini……………………………………………...4

2.3 Pengertian dan Penyebab Ragam Bahasa………………………………….5

2.4 Ragam Bahasa Lisan dan Tulisan………………………………………….6

2.5 Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku…………………………………….. 8

2.6 Ragam Bahasa Sosial dan Fungsional……………………………………10

2.7 Bahasa yang Baik dan Benar……………………………………………..11

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….14

3.2 Saran……………………………………………………………………...15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi ujaran arbitrer yang digunakan


sebagai alat untuk membantu seseorang untuk menyampaikan keinginan,
menyampaikan ide, bahkan untuk memahami keinginan orang lain. Dengan kata
lain bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan oleh masyarakat
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bahasa dan manusia merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan juga menjadi bahasa persatuan
Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional
pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat
Indonesia sejak dahulu kala. Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa
melayu, yang merupakan bahasa penghubung atau perantara antar etnis yang
mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa perantara antar suku-suku,
bahasa melayu juga menjadi bahasa untuk melakukan transaksi perdagangan
internasional di kawasan kepulauan nusantara. Bahasa Indonesia semakin
berkembang dari waktu ke waktu, dan banyak faktor atau peristiwa yang
mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia.
Bangsa Indonesia terdiri dari banyak sekali suku dan budaya, setiap suku
mempunyai bahasa tersendiri, oleh karena itu terdapat banyak sekali ragam bahasa
di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, perkembangan bahasa semakin
bervariasi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya ragam bahasa,
yaitu: faktor budaya, faktor sejarah, dan faktor perbedaan demografi.
Pada makalah ini, akan membahas mengenai bagaimana perkembangan
bahasa Indonesia dari waktu ke waktu, pengertian dan berbagai macam ragam
bahasa Indonesia, dan juga bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu para pembaca dalam

iv
memecahkan masalah yang terjadi mengenai Perkembangan Bahasa Indonesia
dan Ragam Bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia dari waktu ke waktu ?


2. Bagaimana bahasa Indonesia dewasa ini ?
3. Apa itu ragam bahasa ?
4. Bagaimana penjelasan tentang macam ragam bahasa lisan dan tulis, baku
dan tidak baku, dan sosial dan fungsional ?
5. Bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar

1.3 Tujuan

1. Untuk menjelaskan perkembangan Bahasa Indonesia dari waktu ke waktu.


2. Memahami bahasa Indonesia saat ini.
3. Mengetahui penjelasan tentang ragam bahasa.
4. Mengetahui penjelasan tentang macam ragam bahasa lisan dan tulis, baku
dan tidak baku, dan sosial dan fungsional.
5. Mengidentifikasi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar

v
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Bahasa Indonesia

Pada mulanya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu (lingua


franca) digunakan sebagai bahasa perantara. Bahasa Melayu kuno sudah
dipergunakan pada masa Kerajaan Sriwijaya. Pada zaman Sriwijaya, bahasa
Melayu digunakan sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa kitab-kitab Buddha.
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa komunikasi antar suku di Nusantara.
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa yang
digunakan bagi para pedagang yang berasal dari luar nusantara. Bahasa Melayu
tidak hanya dituturkan di Nusantara, tetapi juga digunakan di hampir seluruh Asia
Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti kuno buatan Indonesia
yang ditulis dalam bahasa Melayu.

Perkembangan bahasa Melayu di Nusantara secara pesat mempengaruhi


dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa
Indonesia, oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu ke dalam
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Beberapa faktor
yang mendasari bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia: 1) Bahasa Melayu
merupakan bahasa perantara antar etnis Indonesia, 2) Bahasa Melayu memiliki
penyebaran yang luas, 3) Bahasa Melayu mudah untuk dipelajari, 4) Faktor
psikologis, penutur bahasa sunda dan jawa yang rela ketika bahasa melayu
dijadikan sebagai bahasa kebangsaan. Bahasa Indonesia diresmikan pada
peristiwa sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan bermakna politis,
sebagai alat perjuangan bangsa.

Untuk tetap menjaga eksistensi bahasa Indonesia, telah diadakan beberapa


kali kongres Bahasa Indonesia yang bertujuan untuk memelihara dan menjaga
eksistensi Bahasa Indonesia di dalam perkembangan modernisasi dan globalisasi.

1
● Kongres Bahasa Indonesia I dilaksanakan pada tanggal 25-27 Juni tahun
1938 di kota Solo, Jawa Tengah. Kongres pertama ini menghasilkan
beberapa kesepakatan dan kesepahaman yakni urgensi dari usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara
sadar oleh para cendekiawan dan budayawan Indonesia pada waktu itu.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar
1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan
ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berjalan
sebelumnya.
● Kongres Bahasa Indonesia II diadakan pada tanggal 28 Oktober-2
November 1954 di Kota Medan, Sumatera Utara. Kongres Bahasa
Indonesia ini merupakan tindakan rasionalisasi dari kuatnya keinginan
rakyat Indonesia untuk selalu menyempurnakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional. Pada tanggal 16 Agustus 1972, diresmikan penggunaan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diperkuat dengan Keputusan
Presiden no. 57 tahun 1972. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan
dan Norma budaya istiadat menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
resmi berjalan di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
● Kongres Bahasa Indonesia III diadakan pada tanggal 28 Oktober-3
November 1978 di Jakarta. Hasil yang diperoleh dari kongres bahasa
Indonesia ketiga ini menunjukkan kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928.
● Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan pada tanggal 21-26
November 1983 di Jakarta. Pelaksanaan kongres bahasa Indonesia
keempat diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah
Pemuda yang ke-55 yang menghasilkan kesepakatan bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan dan

2
mewajibkan kepada seluruh warga negara Indonesia untuk menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
● Kongres Bahasa Indonesia yang V dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober-3 November 1988 di Jakarta. Pada kongres bahasa Indonesia
kelima ini, dilahirkan karya monumental yaitu sebuah Kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
● Kongres Bahasa Indonesia yang VI dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober-2 November 1993 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia
kelima yaitu pengusulan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, di
samping mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
● Kongres Bahasa Indonesia VII dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober
1998 di Jakarta. Hasil dari kongres bahasa Indonesia ke tujuh yaitu
mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa Indonesia
● Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan pada tanggal 14-17
Oktober 2003 di Jakarta. Pada kongres bahasa Indonesia ke delapan
menghasilkan kesepakatan pengusulan bulan Oktober dijadikan bulan
bahasa. Agenda pada bulan bahasa adalah berlangsungnya seminar bahasa
Indonesia di berbagai lembaga yang memperhatikan bahasa Indonesia.
● Kongres Bahasa Indonesia IX dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober-1
November 2008 di Jakarta. Hasil dari kongres ini menyatakan bahwa
bentuk-bentuk pemakaian bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah
adalah bentuk-bentuk pemakaian bahasa dari variasi bahasa baku.
● Kongres bahasa Indonesia X dilaksanakan pada tanggal 28-31 Oktober
2013 di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia X telah melahirkan 33
rekomendasi di bidang pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra.
● Kongres Bahasa Indonesia XI diselenggarakan pada 28-31 Oktober 2018,
di Jakarta. Kongres Bahasa Indonesia XI bertujuan untuk memajukan
negara-bangsa Indonesia melalui bahasa dan sastra Indonesia. Secara

3
khusus, Kongres Bahasa Indonesia XI membahas peluang dan tantangan
dalam mengembangkan, membina, melindungi, memanfaatkan, dan
menegakkan kebijakan bahasa dan sastra Indonesia untuk membawa
negara-bangsa Indonesia berjaya di era global.

2.2 Bahasa Indonesia Dewasa Ini

Perkembangan bahasa Indonesia saat ini semakin baik, apalagi dengan


meningkatnya minat terhadap bahasa Indonesia oleh dunia internasional. Bahkan
bahasa Indonesia saat ini menjadi bahan pembelajaran di beberapa negara asingi.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan
penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah persoalan
identitas bangsa yang ditunjukkan melalui identitas bahasa. Perkembangan bahasa
Indonesia dewasa ini semakin diminati oleh dunia internasional. Berikut beberapa
bukti perkembangan bahasa Indonesia di dunia internasional:

● Bahasa Indonesia digunakan sebagai mata pelajaran pilihan di beberapa


negara.
● Bahasa Indonesia sangat diminati oleh dunia internasional.
● Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi di beberapa negara Asia
Tenggara.
● Pusat studi bahasa Indonesia tersebar di seluruh dunia.
● Bahasa Indonesia termasuk dalam 10 besar bahasa dengan penutur
terbanyak.

Namun, seiring berkembangnya zaman, saat ini masyarakat Indonesia


sudah banyak mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa asing yang dirasa lebih
keren dan dapat diterima dalam pergaulannya. Sebagai warga negara Indonesia
yang baik, sebaiknya kita menjaga dan mencintai bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia harus dikembangkan dengan baik, karena bahasa Indonesia merupakan
salah satu identitas bangsa.

4
2.3 Pengertian dan Penyebab Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah ragam bahasa menurut pemakaiannya, yang


berbeda-beda sesuai topik yang dibahas, menurut hubungan pembicara, teman
bicara. orang yang dibicarakan. serta menurut medium penutur (Bachman, 1990).
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat kini mengalami perubahan
sehingga bahasanya juga berubah. Perubahan tersebut berupa variasi bahasa yang
digunakan sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hal ini banyak variasi tidak
mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien sehingga dalam
bahasa terdapat mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu, yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000).

1. Ragam bahasa menurut Bachman (1999)

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang


berbeda-beda sesuai dengan topik yang dibahas, menurut hubungan
pembicara, kawan berbicara. orang yang dibicarakan, dan menurut
medium pembicara.

2. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999)

Berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia, muncul dua


masalah utama, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tidak baku.
Dalam situasi resmi. seperti di sekolah, di kantor, atau di pertemuan resmi
bahasa baku digunakan. Sebaliknya, dalam situasi informal, seperti di
rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak diharuskan menggunakan bahasa
baku.

Penyebab Ragam Bahasa

Ragam bahasa muncul seiring dengan perubahan bahasa Publik. Perubahan


tersebut berupa variasi bahasa yang digunakan menurut kebutuhan. Karena banyak
variasinya, agar tidak mengurangi fungsinya bahasa sebagai alat komunikasi yang

5
efisien, dalam bahasa timbul suatu mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang
cocok untuk tujuan tertentu, dalam hal ini disebut ragam standar (Subarianto,
2000).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ragam bahasa itu ada di


Indonesia, yaitu seperti di bawah ini,

1. Faktor Budaya Setiap daerah memiliki budaya yang berbeda atau tempat
tinggal yang berbeda. seperti di Jawa dan Papua serta beberapa wilayah
lain di Indonesia.
2. Faktor Sejarah Setiap daerah memiliki kebiasaan (adat) dan bahasa leluhur
terpisah dan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
3. Faktor Perbedaan Demografis Setiap daerah memiliki dataran yang
berbeda-beda, seperti daerah pesisir, pegunungan yang biasanya cenderung
menggunakan bahasa yang singkat, jelas dan dengan intonasi volume
suara yang besar dan volume tinggi. Berbeda dengan daerah pemukiman
padat penduduk yang menggunakan bahasa lisan yang panjang karena
kedekatannya satu sama lain dengan intonasi volume suara yang kecil.

2.4 Ragam Bahasa Lisan dan Tulisan

1. Ragam Lisan

Ragam Lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat
ucap. Contoh ragam bahasa lisan ada ragam bahasa cakapan, ragam bahasa
pidato, ragam bahasa kuliah, dan ragam bahasa panggung. Ciri-ciri dari
ragam bahasa lisan yakni, Pertama, ragam lisan menghendaki adanya
orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara. Kedua, di
dalam ragam lisan unsur kalimat, seperti subjek, predikat, dan objek tidak
selalu hadir. Unsur-unsur tersebut kadang-kadang dapat dihilangkan. Hal
ini terjadi karena dalam berkomunikasi secara lisan dapat dibantu oleh
gerak, mimik, intonasi, dsb. Ketiga, ragam lisan sangat terikat pada

6
kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Keempat, ragam lisan dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.

2. Ragam Tulis

Ragam tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan


tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam bahasa tulis
kita memperhatikan beberapa hal seperti, tata cara penulisan, gramatikal,
aspek bahasa dan kosa kata. Dalam hal ini kita dituntut tepat dalam
pemilihan unsur bahasa seperti bentuk kata, susunan kalimat, pilihan kata,
kebenaran penggunaan ejaan, dan juga penggunaan tanda baca dalam
pengungkapan ide kita. Contoh ragam bahasa tulis ragam bahasa teknis,
ragam bahasa undang undang, ragam bahasa catatan dan ragam bahasa
surat. Ciri ragam bahasa tulis yaitu, satu tidak memerlukan kehadiran
orang lain, adanya unsur gramatikal (unsur subjek predikat objek), tidak
terikat oleh ruang dan waktu, dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Di samping perbedaan di atas, berikut ini dapat bandingkan bahasa


Indonesia ragam lisan dan ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas
perbedaan penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.

a. Ragam Lisan
1. Penggunaan bentuk kata
● (1a) Anak itu nyuri mainan di toko.
● (2a) Dia bisa ngoordinir acara itu.
2. Penggunaan kata
● (3a) Sepatu yang dibikin pabrik itu kualitasnya
bagus.
● (4a) Setiap hari saya selalu ngasih dia uang.
3. Penggunaan struktur kalimat
● (5a) Tugas itu sudah dikedosenkan.

7
● (6a) Pengumuman itu sudah ditulis oleh saya.
b. Ragam Tulis

1. Penggunaan bentuk kata

● (1b) Anak itu mencuri mainan di toko.


● (2b) Dia bisa mengkoordinasikan acara itu.

2. Penggunaan kata

● (3b) Sepatu yang dibuat pabrik itu kualitasnya bagus.


● (4b) Setiap hari yang selalu memberi dia uang.
3. Penggunaan struktur kalimat

● (5b) Tugas itu sudah diserahkan kepada dosen.


● (6b) Pengumuman itu sudah saya tulis.

2.5 Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku

a. Ragam bahasa baku


● definisi bahasa baku

Bahasa baku dapat didefinisikan sebagai bentuk bahasa yang telah


dikodifikasikan, diterima oleh dan berfungsi sebagai model untuk
masyarakat pada umumnya. Menurut J.S. Badudu yang mengatakan
bahwa bahasa baku adalah bahasa utama, bahasa pokok, bahasa standar,
yaitu bahasa yang tunduk pada ketentuan yang telah dibuat dan disepakati
bersama tentang mengenai ejaan, tata bahasa, kosa kata, dan ketentuan.

● Karakteristik bahasa baku


1. stabilitas dinamis, yang dalam bentuk kaidah dan peraturan
tetap. Baku tidak dapat diubah kapan saja/setiap saat.
Bahasa baku itu mantap yang berarti sesuai dengan aturan

8
bahasa. Jika kata rasa diawali dengan Pe-, kata rasa akan
terbentuk perasa. Oleh karena itu, sesuai dengan stabilitas
bahasa, kata rajin ditempelkan dengan awalan Pe- akan
menjadi perajin, bukan pengrajin.
2. Kecendikiaannya, perwujudan dalam kalimat, paragraf, dan
unit bahasa lainnya yang lebih besar mengekspresikan
alasan atau pemikiran yang masuk akal dan tidak
menghasilkan kesan ganda dan memberikan informasi yang
jelas.
3. Seragam, pada dasarnya proses berbasis pembakuan adalah
proses yang menyeragamkan bahasa. Dengan kata lain,
standardisasi bahasa adalah pencarian untuk keseragaman.
Misalnya, pramugari didorong untuk menggunakan istilah
pelayan dan pramugari. Dengan analogi dengan bentuk
yang ada, kata-kata yang berisi konsep pelayan digunakan
oleh para pelayan, seperti pelayan (pelayan restoran),
asisten penjualan (pelayan toko), dan pramuwisma (pelayan
rumah).
● Contoh Bahasa Baku
1. Rita pergi ke apotek untuk membeli obat flu
2. Atlet renang kelas 6A bernama Farhan

b. Ragam Bahasa Tidak Baku

● Pengertian Bahasa Tidak Baku

Ragam bahasa tidak baku adalah salah satu ragam bahasa


Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak dijadikan
model masyarakat luas. Kata tidak baku penggunaannya tidak sesuai
aturan dan kaidah bahasa indonesia yang telah ditentukan sebelumnya.
Kata tidak baku juga bisa terjadi karena salah penulisan, pengucapan yang

9
salah, dan susunan kalimat yang tidak sesuai. Bahasa ini sering digunakan
dalam percakapan sehari-hari karena terkesan lebih santai dan tidak kaku.

● Ciri-Ciri Bahasa Tidak Baku


1. Umumnya digunakan dalam bahasa sehari-hari.
2. Dipengaruhi bahasa daerah dan bahasa asing tertentu.
3. Dipengaruhi dengan perkembangan zaman. Bentuknya
dapat berubah-ubah.
● Contoh Bahasa Tidak Baku
1. Rita pergi ke apotik untuk membeli obat flu
2. Atlit renang kelas 6A bernama Farhan

2.6 Ragam Bahasa Sosial dan Fungsional

1. Bahasa Sosial
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial
yang lebih kecil dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa yang
digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua orang dekat dapat
menjadi ragam sosial. Selain itu, keragaman sosial juga berkaitan dengan
tinggi rendahnya status sosial dari lingkungan sosial yang bersangkutan.
2. Bahasa Fungsional
Ragam Fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu
lainnya. Variasi fungsional juga dikaitkan dengan status penggunaan resmi.
Ragam fungsional dapat berupa bahasa negara dan bahasa teknis profesi,
seperti bahasa dalam lingkungan ilmiah/teknologi, kedokteran, dan
keagamaan.

10
2.7 Bahasa yang Baik dan Benar

Pada tahun 2019, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 63


Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia. Dalam Pasal 2 ayat (1)
Perpres tersebut tertulis bahwa “Penggunaan Bahasa Indonesia harus memenuhi
kriteria Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Utorodewo (2020) menjelaskan
bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik tidak lepas dari konteks
kebahasaan yang selaras dengan kesepakatan masyarakat, yaitu nilai dan norma.

Pemahaman yang baik tentang suatu kata atau kalimat melibatkan


pemilihan kata (diksi). Bahasa yang baik erat kaitannya dengan ragam.
Berdasarkan situasi komunikasi secara umum, ada dua jenis bahasa: formal dan
informal. Selain itu, ada juga ragam beku yang dapat ditemukan dalam teks-teks
hukum dan upacara, serta ragam konsultatif dalam kegiatan transaksional. Pada
kenyataannya, ragam informal dapat diklasifikasikan ke dalam situasi santai dan
situasi intim. Tentu terasa aneh ketika pembawa bendera berkata,“Nih,
benderanya. Kibarin, gih!” kepada petugas pengibar bendera merah putih. Ragam
nonformal tidak cocok untuk digunakan dalam suasana yang takzim. Sebaliknya,
saat sedang bercengkrama bersama teman dekat di sebuah kedai kopi, sepertinya
tidak mungkin kita berkata, “Hai, apakah Anda sudah memesan secangkir kopi
hitam dengan sedikit gula?”.

Selain bahasa yang baik, Perpres Nomor 63 Tahun 2019 juga menyebutkan
penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Pemahaman yang benar tentang suatu
kata atau kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi kaidah bahasa.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang menaati aturan atau kaidah. Dalam
menulis, misalnya, kita perlu memperhatikan ejaan standar: telanjur atau
terlanjur? Selain itu, kalimat “Ibu saya makan, ya” tentu tidak sama dengan “Ibu,
saya makan, ya”. Tanpa koma, sebuah kalimat bisa memiliki arti yang berbeda.
Suatu kalimat atau susunan kata dianggap benar jika bentuknya sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Dalam suatu situasi kita dapat menggunakan kata-kata yang

11
sesuai dengan situasi sehingga kata-kata yang digunakan tidak menimbulkan rasa
nilai yang tidak sesuai.

Ciri bahasa yang baik dan benar, yaitu:

● Penggunaan kaidah tata bahasa normatif, yakni dengan penerapan pola


kalimat yang baku. Contoh kalimat: acara itu sedang kami ikuti dan bukan
acara itu kami sedang ikuti.
● Penggunaan kata-kata baku. Contoh: "cantik sekali" bukan "cantik
banget"; "uang" bukan "duit"; serta "tidak semudah itu" bukan "nggak
segampang itu".
● Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku
harus mengikuti aturan ini.
● Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum
ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa
lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau
bahasa daerah. Contoh: "kamu" bukan "kamyu"; /habis/ bukan /abis/; /kali/
bukan /keles/; /kalau/ bukan /kalo/; /tidak/ bukan /gak/.
● Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku
sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud
aslinya.

Pemakaian bahasa dikatakan dengan baik dan benar, apabila tuturan sudah
sesuai dengan kriteria. Kriteria yang dimaksud adalah tuturan baik lisan maupun
tulis, telah sesuai dengan kaidah yang berlaku dan sesuai dengan situasi
kebahasaan yang dihadapi. Kriteria pemakaian BI dikatakan dengan benar jika
telah sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kaidah bahasa yang harus diperhatikan
oleh para pemakai mencakupi lima aspek, yaitu (1) tata bunyi (fonologi), (2) tata

12
bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (termasuk istilah), (4) ejaan, dan (5)
makna. Kriteria sesuai dengan situasi kebahasaan memiliki pengertian bahwa
bahasa yang baik harus cocok dengan situasi pemakaiannya. Ada dua macam
situasi kebahasaan yang dimaksud, yaitu situasi resmi dan situasi tidak resmi atau
situasi santai.

Situasi kebahasaan resmi adalah situasi yang berkaitan dengan


masalah-masalah kedinasan atau keilmuan. Mengajar, ceramah, khotbah, pidato
kenegaraan merupakan beberapa contoh komunikasi lisan yang termasuk dalam
situasi resmi. Bentuk tuturan tulis yang termasuk dalam situasi resmi, diantaranya
surat menyurat resmi, skripsi, tesis, disertasi , laporan resmi.

Bentuk tuturan tulis lainnya yang juga termasuk dalam situasi resmi, yaitu
tuturan di kain rentang (spanduk), papan nama, papan pengumuman. Suatu
informasi tertulis yang disampaikan pada khalayak (umum), dipasang di tempat
umum, termasuk bentuk resmi. Kain rentang, papan nama (papan nama usaha,
praktek dokter, pengacara) adalah sarana informasi untuk umum, sehingga
diseyogyakan bahasa yang digunakan bahasa yang baik dan benar.

13
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia mengalami berbagai kongres


bahasa selama 70 tahun (1938-2008), yang pertama yaitu Kongres Bahasa
Indonesia I (1938) di kota Solo, Jawa Tengah menetapkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara. Dan yang terbaru Kongres bahasa Indonesia IX
dilaksanakan pada (2008) di Jakarta. Hasil dari kongres ini menyatakan bahwa
bentuk-bentuk pemakaian bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah adalah
bentuk-bentuk pemakaian bahasa dari variasi bahasa baku. Perkembangan bahasa
Indonesia saat ini semakin baik, apalagi dengan meningkatnya minat terhadap
bahasa Indonesia oleh dunia internasional. Bahkan bahasa Indonesia saat ini
menjadi bahan pembelajaran di beberapa negara di luar negeri. Oleh karena itu,
bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah persoalan identitas bangsa yang
ditunjukkan melalui identitas bahasa.
Ragam bahasa adalah ragam bahasa menurut pemakaiannya, yang
berbeda-beda sesuai topik yang dibahas, menurut hubungan pembicara, teman
bicara. orang yang dibicarakan. serta menurut medium penutur (Bachman, 1990).
Ragam bahasa muncul seiring dengan perubahan bahasa Publik. Perubahan
tersebut berupa variasi bahasa yang digunakan menurut kebutuhan.Ada beberapa
faktor yang menyebabkan ragam bahasa itu ada di Indonesia, yaitu seperti Faktor
Budaya, Faktor Sejarah, Faktor Perbedaan Demografis. Selain faktor tersebut,
ragam bahasa juga terjadi karena perkembangan bahasa zaman, selain perbedaan
cara penyampaiannya atau dialek bahasanya. Ragam bahasa ini memiliki berbagai
macam jenis yang dibedakan berdasarkan tiga hal, yaitu cara berkomunikasi, cara
penuturan, dan topik pembicaraan. Dilihat dari cara berkomunikasi, ragam bahasa
dibedakan menjadi dua yaitu lisan dan tulis. Dalam hal ini penggunaan ragam
lisan lebih baik karena seseorang dapat langsung mengekspresikan apa yang ingin

14
diungkapkan daripada menggunakan tulisan. Dilihat dari cara penuturan, ragam
bahasa dibedakan menjadi ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tidak resmi. Dilihat
dari topik pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi ragam sosial. ragam
fungsional, ragam jurnalistik. ragam sastra, ragam politik dan hukum.

3.2 Saran

Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan di depan. Besar harapan


penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
agar tulisan ini dapat disusun menjadi lebih baik dan sempurna.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga
Jakarta: Balai Bahasa.
Arifin, Zaenal & S. Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta:Aka- Demika Presindo.

Kongres Bahasa Indonesia. (t.thn.). Diambil kembali dari eduNitas.com:


https://p2k.um-surabaya.ac.id/ind/2-3053-2942/Kongres-Bahasa-Indonesia_
37912_um-surabaya_p2k-um-surabaya.html

Putrayasa, I. G. (2018, Januari). Ragam Bahasa Indonesia. Diambil kembali dari


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d54a798dd7ad3011f
11487712ec9573f.pdf

Waridah. (2002, Desember). RAGAM BAHASA BAKU DAN NON BAKU BAHASA
INDONESIA. Diambil kembali dari
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/13337/1/KI%20-%20Warid
ah%20-%20Ragam%20Bahasa%20Baku%20dan%20Non%20Baku.pdf

Welianto, A. (2019, Desember 25). Bahasa Indonesia: Sejarah dan


Perkembanganya. Diambil kembali dari Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/25/150000269/bahasa-indones
ia-sejarah-dan-perkembangannya?page=all

Yudhistira. (2020, Desember 8). Bahasa Yang Baik dan Benar. Diambil kembali
dari Narabahasa:
https://narabahasa.id/linguistik-umum/pragmatik/bahasa-yang-baik-dan-ben
ar

16

Anda mungkin juga menyukai