Anda di halaman 1dari 10

517

SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

AKTUALISASI PIIL PESENGGIRI SEBAGAI FALSAFAH HIDUP


MAHASISWA LAMPUNG DI TANAH RANTAU
Camelia Arni Minandar
SMA Negeri 7 Bandung
Email: cameliawr@gmail.com

Abstrak Piil pesenggiri adalah salah satu kearifan lokal yang berasal dari daerah Lampung. Piil pesenggiri ini
merupakan falsafah hidup bagi orang Lampung. Dengan kata lain, piil pesenggiri merupakan nilai dan
norma yang mengatur tata hidup masyarakat Lampung sebagai makhluk sosial. Piil pesenggiri ini
dijadikan sebagai landasan dalam berpikir, bertindak dan juga berperilaku oleh masyarakat Lampung
dimana pun mereka berada. Terdapat 4 aspek dalam piil pesenggiri, tetapi dalam penelitian ini hanya
difokuskan pada 3 aspek saja, yaitu nemui nyimah (ramah tamah dalam menyambut tamu), nengah
nyappur (mudah berbaur dalam masyarakat), dan sakai sambayan (tolong menolong dan bergotong
royong). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mahasiswa Lampung dalam menerapkan
piil pesenggiri sebagai falsafah hidup selama ia berada di tanah rantau. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif, karena penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan kemudian
akan mengambil suatu generalisasi tentang penerapan piil pesenggiri sebagai falsafah hidup mahasiswa
Lampung yang sedang menempuh pendidikan di Kota Bandung. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa penerapan piil pesenggiri selama mahasiswa Lampung berada di tanah rantau mengalami
hambatan. Hambatan ini dirasakan ketika mahasiswa Lampung menerapkan piil pesenggiri ini di
lingkungan sekitar tempat tinggal di tanah rantau. Hal tersebut terjadi karena adanya faktor internal
yang berasal dari dalam diri mahasiswa Lampung itu sendiri, serta faktor eksternal yang berasal dari
luar diri mahasiswa Lampung tersebut. Dari adanya hambatan tersebut, terdapat beberapa upaya yang
dilakukan oleh mahasiswa Lampung untuk mengatasi hambatan dalam menerapkan piil pesenggiri di
lingkungan sekitar tempat tinggal selama berada di tanah rantau.
Kata kunci: Falsafah Hidup, Kearifan Lokal, Piil Pesenggiri

1 PENDAHULUAN yang dianut oleh masyarakat di Indonesia,


biasanya akan berbeda pada tiap kelompok
Indonesia dikenal dengan budayanya yang masyarakatnya. Hal tersebut dikarenakan falsafah
beragam. Keberagaman budaya yang di Indonesia hidup yang dianut dan dijalani oleh masyarakat,
terlihat dari banyaknya terdapat suku-suku harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan
masyarakat yang ada di Indonesia. Suku yang masyarakat atau kondisi sosial yang berbeda-beda
beragam tersebut masing-masing memiliki pada tiap kelompoknya.
bahasa, tarian atau juga kesenian yang berbeda- Salah satu falsafah hidup yang ada di dalam
beda pula. Keberagaman inilah yang membuat kelompok masyarakat di Indonesia adalah
Indonesia menjadi salah satu negara yang banyak falsafah hidup yang berada di daerah Lampung.
diminati oleh wisatawan asing dari berbagai Lampung yang merupakan salah satu Provinsi
negara karena sangat jarang dengan budayanya yang memiliki banyak sekali pendatang dari
yang sangat beragam, tetapi masyarakatnya dapat berbagai daerah di Indonesia memiliki falsafah
hidup tentram dan saling berdampingan. hidup yang dianut atau dijalani oleh
Setiap suku yang ada di Indonesia biasanya masyarakatnya hingga saat ini. Falsafah hidup
memiliki falsafah hidup yang disepakati dan tersebut dikenal dengan sebutan “Piil Pesenggiri”.
dilaksanakan oleh masyarakatnya. Falsafah Dan setiap unsur dari piil pesenggiri ini terus
tersebut digunakan sebagai pedoman, pandangan diperkenalkan dan juga disosialisasikan kepada
hidup dan dijadikan sebagai tuntunan masyarakat Lampung untuk dipraktekkan dalam
masyarakatnya dalam menjalani kehidupan kehidupan sehari-harinya (Lintje Anna Marpaung,
bemasyarakat. Agar suatu kelompok masyarakat 2013, hlm. 124). Piil Pesenggiri ini sendiri
memiliki batasan-batasan atau arahan-arahan merupakan kumpulan yang falsafah yang
supaya terciptanya keselarasan dalam menjalani bersumber dari kitab-kitab yang dianut oleh
kehidupan dalam masyarakat. Falsafah hidup


518
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

masyarakat Lampung. Seperti yang dikatakan menggambarkan bahwa masyarakat Lampung


oleh Fachruddin dan Haryadi (1996) bahwa memiliki sifat yang mudah bergaul, toleransi, dan
Piil Pesenggiriadalah butir-butir falsafah mufakat atau senang bermusyawarah dalam
yangbersumber dari kitab-kitab adat yang dianut mengambil keputusan, dan terakhir adalah sakai
dalam ulun lampung, antara lain yaitu kitab sambayan merupakan gambaran masyarakat
Kuntara Rajaniti,Cempala dan Keterem. Ajaran lampung yang memiliki sifat gotong-royong atau
kitab-kitab tersebut diajarkan dari mulut ke mulut tolong menolong.
melalui penuturan para pemangku adat dari Sebagai falsafah hidup masyarakat Lampung,
generasi ke generasi (hlm. 3) Piil Pesenggiri ini harus diterapkan dalam
Di dalam Piil Pesenggiri ini terdapat nilai dan kehidupan bermasyarakat oleh masyarakat
norma yang mengatur tata hidup masyarakat Lampung dimana pun ia berada. Masyarakat
Lampung sebagai makhluk sosial. Piil pesenggiri Lampung harus menerapkan nilai-nilai yang
ini meliputi nilai-nilai luhur dan hakiki yang terdapat dalam 4 aspek Piil Pesenggiri. Sebagai
menunjukkan kepribadian serta jati diri dari masyarakat Lampung yang memiliki “Piil”,
masyarakat Lampung itu sendiri, karena nilai- masyarakat Lampung harus bisa menjaga nama
nilai luhur yang ada di dalam falsafah hidup baiknya dengan tidak melakukan hal-hal yang
tersebut sesuai dengan kenyataan hidup dilarang oleh nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat Lampung. Sebagaimana yang masyarakat, masyarakat Lampung harus mudah
dijelaskan oleh Iskandar Syah (1999) bahwa berbaur dengan lingkungan sekitarnya, harus
Piil pesenggiri secara harfiah berarti perbuatan menyambut tamu yang berkunjung dengan baik,
atau perangai manusia yang agung dan luhur dan ia harus memiliki sifat gotong-royong dan
didalam nilai dan maknanya, oleh karena itu patut saling tolong menolong.
dipatuhi dan pantang untuk diingkari. Sedangkan Tetapi pada kenyataannya, berdasarkan
dalam dokumen literature resmi, piil pesenggiri pengamatan yang dilakukan pada beberapa
diartikan segala sesuatu yang menyangkut harga mahasiswa Lampung, ditemukan bahwa
diri, prilaku dan sikap hidup yangharus menjaga penerapan piil pesenggiri pada saat masyarakat
dan menegakkan nama baik, martabat pribadi Lampung merantau ke kota Bandung mengalami
maupun kelompok. Secara totalitas piil pesenggiri beberapa perubahan karena mereka mengalami
mengandung makna berjiwa besar, mempunyai hambatan. Penerapan piil pesenggiri menjadi
perasaan malu, rasa harga diri, ramah, suka tidak sempurna pada saat masyarakat Lampung
bergaul, tolong-menolong dan bernama besar berada di tanah rantau. Hal tersebut disebabkan
(hlm. 24-25) karena kondisi masyarakatnya berbeda. Maka dari
Jadi Piil Pesenggiri ini merupakan wujud dari itulah, hal ini menjadi menarik untuk diteliti lebih
harga diri yang dimiliki oleh masyarakat lanjut.
Lampung. Masyarakat Lampung akan dikatakan
memiliki harga diri apabila masyarakatnya sudah
dapat melaksakan beberapa unsur yang ada 2 METODE PENELITIAN
didalamnya. Piil Pesenggiri sendiri terdiri dari
beberapa unsur yaitu dari bejuluk adek yang
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
merupakan pemberian gelar kehormatan apabila
pendekatan kualitatif. Peneliti memilih
seseorang telah mencapai suatu pencapaian yang
menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam
besar dalam hidupnya. Hal inilah yang
meneliti tentang penerapan Piil Pesenggiri yang
mewajibkan masyarakat Lampung untuk tekun
dilakukan oleh mahasiswa Lampung di tanah
dan giat bekerja hingga berprestasi dan dapat
rantau tidak dapat diukur menggunakan alat-alat
berprestisedalam masyarakat. Selanjutnya ada
ukur yang dilakukan pada pendekatan kuantitatif.
Nemui nyimah yang berarti sopan santun dan
Apabila menggunakan pendekatan kualitatif,
keramahan masyarakat Lampung dalam
maka peneliti dapat mengamati kondisi yang
menyambut tamu yang berkunjung kerumahnya.
terjadi dilapangan secara lebih mendalam dengan
Termasuk pula rasa menghargai masyarakat
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
pendatang yang banyak terdapat di daerah
yang akan membantu seperti misalnya wawancara
Lampung. Hal ini sejalan dengan apa yang
pada informan yang akan dilakukan secara
dikatakan oleh Tubagus Ali Rachman (2017, hlm.
mendalam agar data yang didapatkan akan
201) dalam jurnal ilmiahnya bahwa orang
semakin akurat. Sedangkan untuk metode yang
Lampung memiliki budaya yang sangat baik
digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dalam menerima pendatang, karena pada
deskriptif. Dimana hasil dari penelitian yang telah
hakekatnya masyarakat Lampung sangat cinta
akan disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil dari
damai, toleran dan juga senang bergaul. Karena
penelitian akan dijabarkan atau diuraikan dalam
hal inilah jarang terjadi konflik seperti yang sudah
bentuk tulisan berdasarkan dari jawaban masalah
disebutkan di atas. Lalu Nengah nyappur
yang akan angkat oleh peneliti. Agar didapatkan


519
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

data yang akurat, maka dari itu peneliti memilih mereka gunakan waktu mereka untuk beristirahat
informan yang tepat yaitu mahasiswa asli yang di rumah atau lebih memilih untuk menghabiskan
berasal dari Lampung yang merupakan keturunan waktunya dengan pergi bersama keluarganya.
asli Suku Lampung dan juga dibesarkan oleh Karena waktu yang banyak dihabiskan di luar
keluarganya di daerah Lampung. Peneliti memilih rumah inilah yang menyebabkan masyarakat di
mahasiswa Lampung yang sedang menempuh sekitar lingkungan tempat tinggal mahasiswa
pendidikan di 3 universitas Kota Bandung yang Lampung jarang untuk melakukan interaksi
didalmnya terdapat paguyuban mahasiswa dengan masyarakat atau tetangga lainnya. Karena
Lampung yang masih aktif yaitu UPI, ITB dan bagaimana bisa mereka melakukan interaksi
Universitas Telkom. apabila mereka jarang memiliki waktu dirumah.
Peneliti menggunakan beberapa teknik Seperti yang dikatakan oleh Siregar (2014, hlm.
pengumpulan data diantaranya dengan metode 36) bahwa interaksi sosial baru dapat terjadi
wawancara mendalam, observasi, dan apabila 2 orang bertemu, kemudian bertegur sapa,
dokumentasi. Selanjutnya peneliti menguji berjabat tangan dan juga saling menatap satu
keabsahan data dengan cara triangulasi sumber sama lain.
data dan juga teknik pengumpulan data. Dan Interaksi sosial yang jarang terjadi ini
dalam penelitian ini aka menggunakan analisis juga menyebabkan banyak dari masyarakat di
data. Dimana data yang telah diperoleh dari sekitar lingkungan tempat tinggal mahasiswa
lapangan akan dianalisis dan kemudian akan Lampung ini banyak yang saling tidak mengenal
dilaporkan dalam bentuk tulisan. Tahap-tahap satu sama lain. Hal ini sejalan dengan yang
dalam analisis data tersebut adalah data reduction, dikatakan oleh Elly M. Setiadi & Usman Kolip
data display, dan conclusion drawing/verification. (2011, hlm. 862) bahwa dalam masyarakat
perkotaan hubungan yang terjalin sangat kurang,
3 HASIL DAN PEMBAHASAN bahkan banyak yang saling tidak mengenal antar
anggota masyarakatnya. Dan biasanya pun,
3.1. Cara Mahasiswa Lampung hubungan yang terjadi hanya sebatas apabila ada
Menerapkan Piil Pesenggiri keperluan saja.
sebagai Falsafah Hidup di Waktu untuk berinteraksi pun sangat
terbatas, hal ini dikarenakan kesibukan yang
Tanah Rantau. dimiliki oleh masing-masing masyarakatnya.
Mahasiswa Lampung dapat menerapkan aspek-
Tidak hanya itu, interaksi yang jarang terjadi di
aspek dalam piil pesenggiri dengan baik di
antara masyarakat ini pun terjadi karena beberapa
lingkungan kampusnya. Tetapi, mahasiswa
dari masyarakatnya cenderung bersifat
Lampung mengalami beberapa hambatan dalam
individualis dan juga tertutup dengan lingkungan
menerapkan aspek-aspek dalam piil pesenggiri ini
sekitarnya. Hal ini wajar apabila mengingat
di lingkungan tempat tinggalnya selama berada di
bahwa Bandung merupakan kota besar yang
tanah rantau. Hal itu terjadi karena perbedaan
dimana masyarakatnya memiliki gaya hidup yang
kondisi sosial antara lingkungan tempat
cenderung bersifat individualistik. Hal ini
tinggalnya di tanah rantau dengan kondisi sosial
berkaitan dengan salah satu tipe masyarakat kota
di lingkungan kampusnya. Yang dimana hal
menurut Talcott Parsons, yaitu orientasi diri.
tersebut berkaitan langsung dengan interaksi dan
Dimana masyarakat kota pada umumnya
juga hubungan yang terjalin antara mahasiswa
menjadikan tetangga bukan sebagai orang yang
Lampung dengan masyarakat sekitar lingkungan
memiliki hubungan sosial bersifat kekeluargaan,
tempat tinggalnya serta teman-teman di
karena masyarakat kota sudah terbiasa hidup
lingkungan kampusnya.
tanpa menggantungkan diri dengan orang lain.
Kondisi sosial di lingkungan tempat
Maka dari itulah masyarakat kota khususnya di
tinggal mahasiswa Lampung selama berada di
tempat tinggal mahasiswa Lampung yang masih
tanah rantau dapat tergambarkan dari beberapa
bagian dari kota, cenderung bersifat
hal berikut, diantaranya adalah tetangga yang ada
individualistik.
disekitar tempat tinggal mahasiswa Lampung
Interaksi sosial yang jarang terjadi ini
berasal dari berbagai macam suku dan didominasi
berdampak langsung pada hubungan yang terjadi
oleh masyarakat dari Suku Sunda. Untuk tingkat
antara mahasiswa Lampung dengan masyarakat
ekonomi masyarakatnya berasal dari berbagai
sekitar tempat tinggalnya tersebut, karena seperti
tingkat ekonomi, mulai dari yang menengah ke
apa yang dikatakan oleh Yogi Setiawan (2015,
bawah sampai menengah ke atas. Masyarakatnya
hlm.15) bahwa interaksi sosial yang terjadi akan
memiliki profesi yang beragam, mulai dari
menghasilkan pola hubungan yang baik pula.
pedagang, pegawai, hingga pensiunan tentara.
Karena, jarang terjadinya interaksi sosial antara
Tetapi masyarakat di lingkungan tempat tinggal
mahasiswa Lampung dengan masyarakat sekitar
mahasiswa Lampung ini, kebanyakan bekerja dari
tempat tinggalnya ini, menjadikan hubungan
pagi hingga sore hari. Sedangkan di akhir pekan,


520
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

sosial antara mahasiswa Lampung dengan kampus ini, menjadikan hubungan yang terjalin
masyarakat sekitar tempat tinggalnya berjalan antara mahasiswa Lampung dengan teman-
tidak begitu baik. Mereka hanya berjumpa temannya menjadi cukup dekat. Mahasiswa
sesekali saat mahasiswa Lampung akan pergi ke Lampung pun dapat mudah berbaur dengan
kampus atau pulang dari kampus, berbelanja di teman-teman kampusnya tersebut. Hal ini
warung, ataupun ketika akan berangkat sholat ke berkaitan dengan sifat atau perilaku yang dimiliki
masjid saat Sholat Jum’at. oleh orang atau masyarakat Lampung, seperti
Hal ini pula ditambahkan dengan jarang yang dikatakan oleh Hadikusuma (1989, hlm. 15)
adanya kegiatan atau aktivitas sosial yang terjadi bahwa masyarakat Lampung mewarisi sifat atau
di lingkungan tempat tinggal mahasiswa pandangan hidup yang terdapat dalam piil
Lampung selama berada di tanah rantau. Padahal piesenggiri yaitu salah satunya adalah aspek
apabila sering diadakan kegiatan bersama antara “nengah nyappur”. Yang dimana aspek ini
masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa menggambarkan sifat dari masyarakat Lampung
Lampung tersebut akan menyebabkan seringnya yang suka bergaul dan mudah untuk berbaur di
masyarakat sekitar berinteraksi satu dengan yang lingkungannya dimana pun ia berada.
lain. Dan dapat membuat hubungan yang ada Karena masyarakat Lampung mudah
menjadi semakin dekat terbangunnya rasa bergaul dan terbuka terhadap siapa saja bahkan
kekeluargaan. Seperti yang dikatakan oleh dengan teman yang berbeda suku sekali pun,
Soekanto (2008, hlm. 55) bahwa interaksi sosial selama berada di tanah rantau mereka memiliki
merupakan salah satu syarat utama dari terjadinya sahabat yang kebanyakan berasal dari Suku Sunda
sebuah aktivitas sosial. Yang dimana hal ini pula ataupun Suku Jawa. Hal ini membuktikan bahwa
mengartikan bahwa apabila adanya sebuah masyarakat Lampung tidak hanya berteman
aktivitas sosial atau kegiatan bersama yang dengan sesama masyarakat Lampung saja, tetapi
dilaksakan rutin oleh masyarakat sekitar, maka juga dapat mudah berbaur dan menerima
hal tersebut akan menjadikan terciptanya sebuah perbedaan dari suku lain selain Suku Lampung.
hubungan masyarakat yang baik pula. Karena Jadi, dari penggambaran antara kondisi sosial di
masyarakat akan sering menjalin interaksi dalam lingkungan tempat tinggal mahasiswa selama
aktivitas atau kegiatan yang dilaksakan bersama berada di tanah rantau dengan kondisi sosial di
tersebut. lingkungan kampus mahasiswa Lampung diatas
Sementara, untuk kondisi sosial di memang terasa menjadi sedikit sulit bagi
lingkungam kampus mahasiswa Lampung selama mahasiswa Lampung dalam menerapkan aspek-
berada di tanah rantau adalah teman-teman di aspek dalam piil pesenggiri ini. Khususnya untuk
lingkungan kampus mahasiswa Lampung berasal aspek nemui nyimah, nengah nyappur, dan juga
dari berbagai suku, yang didominasi oleh Suku sakai sambayan. Karena bagaimana bisa
Sunda dan juga Suku Jawa. Teman-teman di mahasiswa Lampung menyambut tamu dengan
lingkungan kampus mahasiswa Lampung ini baik di tempat tinggalnya apabila jarang ada yang
berasal dari berbagai latar belakang tingkat berkunjung, lalu berusaha berbaur apabila waktu
ekonomi, yang didominasi oleh teman-teman dari untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar
tingkat ekonomi menengah. Teman-teman sangat jarang dan juga saling tolong-menolong
mahasiswa Lampung selama berada di tanah apabila hubungan yang terjalin saja tidak terlalu
rantau ini secara keseluruhan merupakan orang- dekat.
orang yang ramah dan terbuka, khususnya dengan Penggambaran hubungan yang terjalin
mahasiswa Lampung yang merupakan mahasiswa antara mahasiswa Lampung dengan masyarakat di
rantauan. Perbedaan budaya yang ada justru Lingkungan tempat tinggalnya selama berada di
membuat mahasiswa rantauan seperti mahasiswa tanah rantau dan teman-temannya di lingkungan
Lampung ini menarik untuk dijadikan teman. kampusnya ini berkaitan langsung dengan proses
Karena ketertarikan yang berasal dari perbedaan adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa
budaya atau suku inilah yang justru semakin Lampung dengan lingkungannya selama ia berada
membuat hubungan mahasiswa Lampung dengan di tanah rantau. Mahasiswa Lampung harus bisa
teman-temannya semakin dekat. Hal ini dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya saat di
terjadi karena intensitas interaksi yang terjadi tanah rantau dengan berbagi hambatan yang ada.
antara mahasiswa Lampung dengan teman- Agar mahasiswa Lampung dapat terus
temannya di kampus terjadi sangat sering. Bahkan mempertahankan nilai-nilai piil pesenggiri
di luar perkuliahan pun mereka sering berinteraksi sebagai falsafah hidupnya selama berada di tanah
dalam kegiatan organisasi jurusan bahkan hanya rantau. Hal ini berkaitan dengan sebagaimana
untuk sekedar berkumpul bersama untuk main yang dikatakan oleh Talcot Parsons (Ritzer, 2012,
atau untuk mengerjakan tugas. hlm. 408) yang dikenal dengan sistem AGIL yang
Seringnya interaksi yang terjadi antara mengatakan bahwa bagian pertamanya yaitu
mahasiswa Lampung dengan teman-temannya di Adaptation, dimana dalam tahap ini sebuah sitem


521
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

harus bisa menyesuaikan diri dengan berbagai hambatan yang dihadapinya selama
lingkungannya dengan segala hambatan atau berada di tanah rantau.
keadaan yang ada. Sebuah sistem harus dapat Maka dari itu, untuk mencapai tujuan utamanya
bertahan pada situasi-situasi yang tidak tersebut, mahasiswa Lampung melakukan cara-
mendukung sekalipun. cara sebagai berikut dalam kehidupannya selama
Maka dari itu, agar mahasiswa Lampung ia berada di tanah rantau Kota Bandung. Untuk
dapat bertahan selama tinggal di tanah rantau, ia menerapkan aspek nemui nyimah di lingkungan
harus dapat beradaptasi dengan berbagai keadaan sekitar tempat tinggal mahasiswa Lampung
yang dihadapinya selama berada di tanah rantau. merasa sedikit sulit untuk dilakukan, karena
Untuk adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa memang tetangga di lingkungan sekitar mereka
Lampung dengan lingkungannya selama ia berada jarang untuk bertamu atau berkunjung ke rumah
di tanah rantau adalah melakukan adaptasi awal di atau kosan mereka. Sedangkan untuk penerapan
daerah lingkungan tempat tinggal mahasiswa dengan teman di lingkungan kampus, biasanya
Lampung dan juga lingkungan kampus selama ia mahasiswa Lampung ini menyambut atau
berada di tanah rantau adalah dengan cara menjamu teman-temannya yang main ke tempat
memperkenalkan diri kepada Ketua RT setempat. tinggal mereka dengan bersikap ramah dan santun
Lalu untuk proses adaptasi yang selanjutnya serta memberikan atau membelikan teman-
seluruh informan ini berusaha untuk bertegur sapa temannya makanan. Baik itu makanan kecil
dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. ataupun makanan berat. Apabila mereka tidak
Mereka juga berusaha untuk berkenalan dengan memiliki makanan di tempat tinggalnya, biasanya
teman-teman di lingkungan kosan, bagi mereka mahasiswa Lampung membelikan terlebih dahulu
yang tinggal dikosan. Lalu hal lain yang makanan untuk dijadikan cemilan ketika
dilakukan untuk beradaptasi dan menyesuaikan mengobrol. Untuk artian suka memberi dalam
diri dengan lingkungannya adalah dengan cara aspek nemui nyimah ini sendiri, mahasiswa
belajar memahami perbedaan kebudayaan dan Lampung sering membawakan teman-temannya
juga kebiasaan yang ada pada masyarakat ataupun oleh-oleh apabila mereka habis pulang ke
teman-temannya di tanah rantau. Hal ini Lampung. Mahasiswa Lampung juga merupakan
dilakukan agar ia bisa lebih menghargai teman yang suka memberi terutama memberi
perbedaan yang ada dan dapat menyesuaikan makanan.. Sikap sopan santun dan ramah tamah
sikap yang harus ia lakukan selama berada di dalam menyambut tamu yang berkunjung serta
tanah rantau. Karena mahasiswa Lampung kebiasaan memberi yang dilakukan oleh
merupakan masyarakat rantauan yang harus dapat mahasiswa Lampung ini sejalan dengan yang
menyesuaikan diri di tempat ia merantau. Seperti dikatakan oleh Himyari Yusuf (2013, hlm. 129)
ada peribahasa yang mengatakan bahwa “Dimana bahwa masyarakat Lampung sangat membuka diri
bumi dipijak di sana langit dijunjung”. Jadi untuk menerima tamu yang berkunjung ke
sebagai masyarakat pendatang, mahasiswa rumahnya, selain itu masyarakat Lampung juga
Lampung sudah seharusnya harus menghargai suka memberi sesuatu dengan ikhlas sekaligus
kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Sunda merupakan sebuah simbol ungkapan hati nurani
ataupun juga masyarakat yang bersuku lain dan ungkap keakraban.
selama ia berada di tanah rantau. Cara untuk Aspek yang selanjutnya dari piil
beradaptasi lainnya yang dilakukan oleh pesenggiri ini adalah nengah-nyappur. Dalam
mahasiswa Lampung adalah dengan cara memilih menerapkan aspek ini di lingkungan tempat
untuk bertanya dan juga belajar mengenai tipe tinggalnya di tanah rantau, mahasiswa Lampung
masyarakat di Kota Bandung dan bagaimana merasa sedikit kesulitan karena intensitas
sikap yang harus mereka ambil ketika interaksi yang terjadi antara mahasiswa Lampung
menemukan kebiasaan yang berbeda dengan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya
masyarakat yang ada di Kota Bandung yang selama berada di tanah rantau tidak terlalu sering
terdiri dari berbagai tipe masyarakat. terjadi. Tetapi walaupun begitu, mahasiswa
Sementara untuk tahap kedua dari AGIL Lampung tetap berupaya untuk berbaur dengan
yaitu Goal Attainment yang dimana menurut masyarakat disekitarnya dengan melakukan
Talcot Parsons (Ritzer, 2012, hlm. 408) bahwa beberapa cara seperti mengajak masyarakat untuk
tahap selanjutnya setelah menyesuaikan diri mengobrol apabila ada waktu-waktu tertentu
dengan lingkungannya, maka sistem harus mereka dipertemukan, seperti saat akan berangkat
memiliki sebuah tujuan yang jelas dan terarah shalat jum’at ke masjid. Karena di saat akan
agar dapat mencapai tujuan utamanya. Berkaitan berangkat Sholat Jum’at, mahasiswa Lampung
dengan tujuannya disini adalah bagaimana cara merasa memiliki waktu yang sedikit lebih lama
agar mahasiswa Lampung dapat menerapkan untuk berbincang dan mengobrol dengan
falsafah hidup piil pesenggiri ini dengan baik masyarakat sekitar. Lalu untuk menerapkan aspek
selama ia merantau di Kota Bandung dengan nengah nyappur ini di lingkungan teman kampus,


522
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

mahasiswa Lampung selalu berusaha untuk pada hal materi saja, tetapi moril dan juga
berbaur dengan seluruh temannya baik di termasuk sumbangan saran serta pikiran.
lingkungan akademik maupun organisasi tanpa
membeda-bedakan suku, agama maupun
golongan dari temannya tersebut.
3.2. Faktor yang Menjadi
Dan aspek terakhir adalah sakai Penghambat Mahasiswa
sambayan. Untuk menerapkan aspek sakai Lampung dalam Menerapkan
sambayan di lingkungan masyarakat sekitar Pill Pesenggiri di Tanah Rantau
tempat tinggalnya di tanah rantau Kota
Bandung,mahasiswa Lampung merasa cukup
kesulitan karena hubungan yang terjalin antara Dalam menerapkan piil pesenggiri sebagai
mahasiswa Lampung dengan tetangganya atau falsafah hidup masyarakat Lampung selama ia
masyarakat di sekitar lingkungan tempat berada di tanah rantau, mahasiswa Lampung
tinggalnya tersebut terjalin tidak begitu erat. Jadi merasa mengalami hambatan. Hambatan tersebut
memang terbiasa untuk menyelesaikan urusannya berasal dari beberapa perbedaan yang dirasakan
masing-masing. Sedangkan untuk menerapkan oleh mahasiswa Lampung mengenai perbedaan
aspek ini di lingkungan teman kampusnya, kondisi sosial masyarakat di Bandung dengan
mahasiswa Lampung sering melakukan beberapa masyarakat yang ada di Lampung. Perbedaan
cara seperti membantu teman-temannya dalam hal yang paling terasa adalah perbedaan tipe
akademik. Informan yang merupakan salah satu masyarakat di Bandung dengan masyarkat yang
mahasiswa yang cukup cerdas dan unggul di ada di Lampung. Dimana masyarakat di kota-kota
perkuliahan, tidak segan dan ragu untuk besar seperti Kota Bandun cenderung memiliki
membantu teman-temannya yang merasa sifat individualistik. Sejalan dengan pemikiran
kesulitan dalam masalah perkuliahan mereka. Talcott Parsons dalam salah satu teorinya
Mahasiswa Lampung bahkan tidak ragu untuk mengenai ciri-ciri masyarakat perkotaan yang
mengajari teman-temannya apabila ada materi dimana masyarakat kota memiliki sifat
mata kuliah yang temannya tidak paham. individualistik. Perbedaan dirasakan karena
Tidak hanya masalah kesulitan materi daerah tempat tinggal mahasiswa Lampung
perkuliahan, mahasiswa Lampung juga sering selama di Lampung bukan termasuk kota besar
membantu teman-temannya ketika kesulitan di Yang dimana pada masyarakat di daerah
akhir bulan melanda. Mahasiswa Lampung ini Lampung di sore harinya masih terdapat ibu-ibu
juga sering membantu teman-temannya yang dan juga anak-anak yang masih sering berkumpul
tergabung dalam satu organisasi yang sama. untuk mengobrol dan bermain di depan rumah
Biasanya mahasiswa Lampung sering membantu mereka. Berbeda dengan masyarakat di Kota
temannya dengan mengurangin beban kerja Bandung, masyarakatnya lebih banyak
temannya atau dengan kata lain membantu menghabiskan waktu di tempat kerja dan di dalam
jobdesk temannya dalam organisasi yang mereka rumah mereka masing-masing. Sehingga jarang
ikuti. Mahasiswa Lampung pun sering membantu ada waktu untuk berkumpul dan menjalin
temannya dalam hal jasa, seperti mengantar atau hubungan silaturahmi dengan tetangga sekitar.
menjemput temannya yang membutuhkan Perbedaan selanjutnya adalah mengenai
bantuan. Dan yang terakhir, mahasiswa Lampung perbedaan budaya yang ada pada masyarakat
tidak sungkan untuk meminjamkan barang-barang Lampung dan masyarakat di Kota Bandung
yang sebenernya ia pun butuh dan Menurut mahasiswa Lampung, salah satu
memerlukannya, seperti misalnya alat transportasi kebiasaan atau kebudayaan yang terasa berbeda
yang setiap hari digunakan yaitu sepeda motor. dengan kebudayaannya di Lampung adalah adab
Kebiasaan tolong menolong ini tidak terlepas dari dalam bertamu. Apabila di Lampung, sebagai
aktivitas gotong-royong yang telah menjadi tuan rumah masyarakat di Lampung dilarang dan
kebiasaan selama mahasiswa Lampung berada di tidak dianjurkan terlebih dahulu untuk memakan
daerahnya, hal ini sejalan dengan apa yang makanan yang disajikan, lain hal dengan
diungkapkan oleh Ayu Ariskha Mutiya (2015, kebiasaan pada masyarakat di daerah Bandung
hlm. 6) dalam skripsinya yang berjudul “Peranan yang didominasi oleh Suku Sunda yang dimana
Lembaga Adat dalam Melestarikan Nilai-Nilai kita sebagai tuan rumah harus terlebih dahulu
Piil Pesenggiri di Desa Gunung Batin Udik mengambil makanan yang disajikan. Setelah tuan
Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung rumah mengambil makanan tersebut, barulah
Tengah”bahwa masyarakat Lampung diharuskan kemudian sang tamu akan ikut mengambil
suka untuk tolong menolong, bergotong royong makanan yang telah disajikan oleh tuan rumah.
dan juga saling memberi sesuatu yang diperlukan Beberapa perbedaan budaya inilah yang
oleh sesama masyarakat. Tidak hanya terbatas mengharuskan mahasiswa Lampung untuk
melakukan penyesuaian diri. Seperti yang
dijelaskan oleh Siregar (2014, hlm. 53) bahwa


523
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

“Penyesuaian diri merupakan faktor penting Faktor internal selanjutnya adalah


dalam kehidupan manusia”. Hal ini pula terbatasnya waktu yang dimiliki oleh mahasiswa
dipertegas oleh Yogi Setiawan (2015, hlm.14) Lampung untuk berhubungan atau melakukan
yang menyatakan bahwa perlu adanya adaptasi interaksi dengan masyarakat di sekitar lingkungan
sosial dimana seorang individu harus melakukan tempat tinggalnya. Karena di hari-hari biasa,
penyesuaian kondisi dan perilaku dirinya sesuai mahasiswa terlalu disibukkan dengan kegiatan
dengan kondisi sosial dan juga budaya yang perkuliahan yang kadang menghabiskana waktu
terdapat di lingkungannya, agar dapat hingga sore hari. Sementara di malam hari,
menyesuaikan diri dengan baik dan mencapai biasanya mahasiswa Lampung sibuk dengan
tujuan utamanya. berbagai kegiatan organisasinya di kampus.
Sedangkan untuk hambatan dalam Sementara waktu di akhir pekan mereka gunakan
menerapkan aspek-aspek yang ada di dalam piil untuk mengerjakan tugas, ataupun digunakan
pesenggiri ini sendiri, seperti yang sudah untuk beristirahat dari padatnya kegiatan pada
dipaparkan di pembahasan sebelumnya bahwa saat weekday. Dan terkadang, waktu yang
mahasiswa Lampung merasakan lebih sulit untuk bertabrakan dengan jadwal kegiatan yang
menerapkannya di lingkungan tempat tinggal diadakan oleh masyarakat seperti acara hal-
mereka dibandingkan dengan teman-teman di bihalal saat hari raya pun menjadikan mahasiswa
lingkungan kampusnya. Hal ini disebabkan Lampung tidak dapat mengikuti acara-acara
karena interaksi yang sangat jarang terjadi antara tersebut. Karena biasanya acara-acara tersebut
mahasiswa Lampung dengan masyarakat sekitar diadakan di hari libur dan hari raya. Dimana pada
lingkungan tempat tinggalnya. Inilah yang saat hari raya ataupun hari libur lainnya,
menjadikan mahasiswa Lampung kesulitan untuk mahasiswa Lampung lebih memilih untuk pulang
membangun hubungan yang lebih erat dengan ke kampung halamannya masing-masing.
masyarakat sekitarnya. Maka dari itulah, terasa Sedangkan untuk faktor eksternal yang
sulit untuk menerapkan aspek-aspek piil menjadi penghambat berasal dari kondisi
pesenggiri ini terutama pada aspek nemui nyimah, masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa
nengah nyappur dan juga sakai sambayan. Lampung selama ia berada di tanah rantau. Faktor
Terdapat beberapa faktor yang menjadi eksternal pertama yang menjadi penghambat bagi
penghambat bagi mahasiswa Lampung dalam mahasiswa Lampung adalah jarang terjadinya
menerapkan piil pesenggiri selama berada di interaksi yang terjadi antara mahasiswa Lampung
tanah rantau Kota Bandung. Faktor yang menjadi dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya
penghambat bagi mahasiswa Lampung dalam dikarenakan kesibukan masing-masing yang
menerapkan piil pesenggiri terbagi menjadi 2, dimiliki oleh mahasiswa Lampung dan juga
yaitu yang pertama adalah faktor internal yang masyarakat di sekitar tinggalnya selama berada di
berasal dari dalam diri mahasiswa Lampung itu tanah rantau. Kesibukan yang menyita waktu di
sendiri. Faktor internal pertama yang menjadi hari-hari kerja, menjadikan masyarakat di sekitar
penghambat adalah kurangnya rasa percaya diri lingkungannya memilih untuk menghabiskan
yang dimiliki oleh mahasiswa Lampung saat waktu akhir pekannya di dalam rumah unutk
harus berbaur dengan lingkungan barunya di berisistirahat atau menghabiskan waktunya
tanah rantau. Kebudayaan dan kebiasaan yang dengan berjalan-jalan keluar rumah bersama
berbeda menjadikan mahasiswa Lampung takut keluarganya. Hal inilah yang menjadikan
salah dalam bersikap dan berperilaku dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya menjadi
lingkungan baru yang tentu saja memiliki standar jarang untuk berbaur dan berinteraksi dengan
perilaku yang terkadang berbeda dengan masyarakat di sekitarnya. Tetapi di lain sisi, tidak
kebiasaan atau kebudayaan aslinya. Hal tersebut sedikit pula masyarakatnya yang menutup diri
sejalan dengan yang dikatakan oleh Elly M. mereka dan enggan untuk bersosialisasi terhadap
Setiadi & Usman Kolip (2011, hlm. 567) bahwa tetangga di sekitarnya. Hal ini sejalan dengan apa
terdapat salah satu prasangka tentang hubungan yang diungkapkan oleh Elly M. Setiadi & Usman
masyarakat dominan dan masyarakat minoritas Kolip (2011, hlm. 857) bahwa kehidupan
yaitu adanya seuah perasaan dari dalam diri masyarakat perkotaan sering pula dinilai sebagai
masyarakat minoritas bahwa adanya perasaan masyarakat yang individual, bersifat heterogen
berbeda dari masyarakat dominan dan juga dan memiliki kehidupan yang heterogen.
merasa sebagai orang yang asing. Jadi perasaan Menurut masyarakat asli yang sudah lama
berbeda dengan masyarakat mayoritas yang ada di tinggal di daerah tempat tinggal mahasiswa
daerah tempat tinggalnya selama di tanah rantau Lampung tersebut pun mengatakan bahwa banyak
ini yang terkadang menjadikan mahasiswa masyarakat baru dan tinggal di daerah tersebut,
Lampung merasa bingung untuk memulai suatu yang enggan untuk menjalin silaturahmi dan juga
pembahasan dalam obrolan. berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Keadaan
seperti inilah yang menjadikan kesulitan bagi


524
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

mahasiswa Lampung untuk membangun melaksakan acara seperti ini pastilah tetangga
hubungan yang baik antara mahasiswa Lampung atau saudara dan teman-temannya datang untuk
dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. membantu. Seperti yang dijelaskan oleh
Hal lain yang menjadi faktor eksternal dalam Tadjuddin Noer Effendi (2013, hlm. 5) bahwa
menerapkan aspek-aspek piil pesenggiri ini gotong royong merupakan sebuah landasan
adalah berbedanya budaya atau kebiasaan. Seperti falsafah Bangsa Indonesia, begitu juga yang
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa berlaku dalam masyarakat Lampung ini. Sama
perbedaan kebiasaan atau budaya yang ada pada halnya dengan yang diungkapkan oleh Dasrun
masyarakat di tanah rantau adalah adab dalam Hidayat (2014, hlm. 93) bahwa masyarakat
bertamu. Adab bertamu dalam masyarakat Lampung memiliki sifat yang suka tolong
Lampung, sebagai tuan rumah masyarakat menolong atau bergotong-royong.
Lampung dilarang dan tidak diperbolehkan untuk Berhubungan dengan adanya hambatan
terlebih dahulu mengambil atau memakan yang dirasakan oleh mahasiswa Lampung dalam
makanan yang disajikan, lain hal dengan menerapkan piil pesenggiri selama berada di
kebiasaan pada masyarakat di daerah Bandung tanah rantau, hal ini harus adanya integrasi dari
yang didominasi oleh Suku Sunda, dimana peran eksternal selain mahasiswa Lampung
sebagai tuan rumah mereka harus terlebih dahulu sendiri yang turut berperan dalam membantu
mengambil makanan yang disajikan. Setelah tuan mahasiswa Lampung dalam mengimlementasikan
rumah mengambil makanan tersebut, barulah aspek-aspek yang ada di dalam piil pesenggiri dan
kemudian sang tamu akan ikut mengambil membantu mahasiswa Lampung dalam
makanan yang telah disajikan oleh tuan rumah. menghadapi serta mengatasi hambatan dalam
Hal inilah yang harus disesuaikan terlebih dahulu menerapkan piil pesenggiri selama berada di
oleh mahasiswa Lampung terhadap perbedaan tanah rantau. Seperti yang dijelaskan oleh Talcot
yang ada di kota rantau ketika ia menyambut Parsons (Ritzer, 2012, hlm. 408) bahwa dalam
tamu yang datang ke rumah atau kosan dan salah satu skema AGIL yaitu integration, yang
memiliki suku atau budaya yang berbeda. menjelaskan bahwa harus adanya sebuah sistem
Dan faktor terakhir yang menjadi yang mengatur hubungan antara bagian-bagian
penghambat bagi mahasiswa Lampung dalam yang menjadi komponen. Hubungan tersebut pula
menerapkan aspek-aspek piil pesenggiri adalah berguna agar ketiga fungsi lainnya yaitu (A,G dan
jarang adanya kegiatan yang dilaksanakan oleh L) dapat terlaksana dengan baik. Komponen-
masyarakat di lingkungan sekitarnya yang dapat komponen berikut ini adalah yang berperan
menyatukan dan membuat hubungan antar membantu mahasiswa dalam menerapkan piil
masyarakatnya menjadi semakin erat. Kegiatan- pesenggiri di tanah rantau yaitu terdiri dari teman,
kegiatan seperti gotong royong ataupun kumpul- keluarga dan juga paguyuban mahasiswa
kumpul sudah mulai menghilang karena Lampung yang terdapat pada masing-masing
masyarakatnya yang sibuk dengan urusannya kampus mahasiswa Lampung tersebut.
masing-masing. Ditambah pula dengan sering Teman-teman mahasiswa Lampung
bergantinya tetangga sekitar karena perpindahan selama berada di tanah rantau, berperan sebagai
penduduk, menjadikan masyarakatnya saling tempat bagi mahasiswa Lampung untuk belajar
tidak mengenal karena masyarakat baru yang mengenai bagaimana cara beradaptasi kepada
tidak bersilaturahmi dengan masyarakat asli di lingkungannya di tanah rantau, dan juga menjadi
daerah tersebut. Adapun kegiatan yang tempat bercerita serta tempat untuk meminta
dilaksanakan pun hanya satu tahun sekali seperti masukan atau solusi ketika mahasiswa Lampung
misalnya halal-bihalal ataupun acara potong mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan
kurban. Yang dimana acara tersebut diadakan lingkungannya di tanah rantau dan juga dalam
pada saat mahasiswa-mahasiswa Lampung sedang menerapkan piil pesenggiri di tanah rantau. Tidak
pulang ke kampung halamannya. Berbeda dengan berbeda jauh dengan peran dari lingkungan
masyarakat Lampung, seperti yang diungkapkan teman, keluarga pula memiliki peran sangat
oleh Ayu Ariskha Mutiya (2015, hlm. 7) bahwa penting. Tidak berbeda jauh dengan peran dari
masyarakat Lampung sering mengadakan dan teman mahasiswa Lampung, keluarga menjadi
mengikuti kegiatan atau acara-acara yang tempat bercerita dan juga tempat untuk meminta
diadakan oleh masyarakat sekitarnya, seperti solusi bagi mahasiswa Lampung ketika ia harus
acara-acara pernikahan yang dimana sebagai beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan
saudara atau pun tetangga masyarakat Lampung menerapkan harus dapat menerapkan aspek-aspek
selalu ikut terlibat dalam acara tersebut untuk piil pesenggiri ini di tengah-tengah
membantu sang tuan rumah yang mengadakan lingkungannya yang baru.
acara. Kontribusi dalam kegiatan seperti inilah Dan yang terakhir adalah peran dari
yang menjadikan masyarakat Lampung menjadi paguyuban mahasiswa Lampung yang berada di
solid, ketika ada tetangga atapun saudaranya yang masing-masing universitas tempat mahasiswa


525
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

Lampung menempuh pendidikan di tanah rantau 2.) Penerapan aspek nengah nyappur
Kota Bandung. Peran dari paguyuban mahasiswa dilakukan dengan cara mahasiswa Lampung
Lampung adalah paguyuban Lampung berperan berupaya untuk berbaur dengan masyarakat di
sebagai media yang membantu mahasiswa sekitar tempat tinggalnya dengan cara mengajak
Lampung agar dapat terus mampu menerapkan ngobrol masyarakat apabila adawaktu-waktu
aspek-aspek yang ada di dalam piil pesenggiri ini tertentu mereka dipertemukan, seperti saat akan
selama ia berada di tanah rantau. Agar kebiasan berangkat shalat jum’at ke masjid, mengajak
menerapkan piil pesenggiri ini tidak begitu saja anak-anak di sekitar tempat tinggalnya untuk
ditinggalkan dan dilupakan oleh mahasiswa main bersama ketika mereka ada waktu senggang,
Lampung meskipun ia sedang berada di tanah Lalu mahasiswa Lampung selalu berusaha untuk
rantau. Proses penerapan aspek-aspek piil berbaur dengan seluruh temannya baik di
pesenggiri tersebut berada di dalam kegiatan- lingkungan akademik maupun organisasi tanpa
kegiatan yang diadakan oleh paguyuban tersebut. membeda-bedakan suku, agama maupun ras
Mengapa acara-acara diadakan oleh paguyuban temannya.
tersebut disebut sebagai media penerapan dari
aspek-aspek piil pesenggiri, karena dalam proses 3.) Penerapan aspek sakai sambayan
pembuatan sampai dengan pelaksanaan acaranya dilakukan dengan cara membantu teman-
mengandung aspek-aspek yang terdapat dalam temannya dalam hal akademik, membantu teman-
piil pesenggiri seperti menjaga nama baik sebagai temannya dalam kinerja di organisasi, membantu
masyarakat Lampung dengan mengadakan temannya yang kadang mengalami kesulitan
kegiatan-kegiatan positif yang dapat membuat ekonomi, membantu dalam hal jasa, seperti
citra baik bagi masyarakat Lampung, lalu mereka mengantar atau menjemput temannya yang
berbaur dengan banyak teman baik teman baru membutuhkan bantuan, meminjamkan barang
maupun yang sudah dikenal sebelumnya, yang dibutuhkan oleh temannya seperti misalnya
mengajarkan untuk saling memberi antar sesama sepeda motor.
dan juga kegiatan yang dilaksanakan tersebut
dapat mengajarkan kita sebagai masyarakat untuk Sedangkan untuk yang menjadi
saling tolong-menolong sesama masyarakat dan penghambat bagi mahasiswa Lampung dalam
membiasakan diri untuk bergotong-royong dalam menerapkan piil pesenggiri tersebut terbagi
menyelesaikan suatu hal. menjadi 2 macam yaitu faktor internal (kurangnya
kepercayaan diri dari mahasiswa Lampung,
terbatasnya waktu yang dimiliki oleh mahasiswa
Lampung untuk berinteraksi dengan masyarakat
4 KESIMPULAN sekitar) serta faktor eksternal (kondisi masyarakat
yang cenderung individualis dan tertutup,
Mahasiswa Lampung dapat menerapkan
perbedaan kebudayaan atau kebiasaan, jarang
aspek-aspek dalam piil pesenggiri dengan baik di
diadakannya kegiatan bersama di lingkungan
lingkungan kampusnya. Tetapi, mahasiswa
tempat tinggal mahasiswa Lampung selama di
Lampung mengalami beberapa hambatan dalam
tanah rantau).
menerapkan aspek-aspek dalam piil pesenggiri ini
di lingkungan tempat tinggalnya selama berada di
Dan upaya yang dilakukan oleh
tanah rantau. Untuk cara mahasiswa Lampung
mahasiswa Lampung untuk mengatasi hambatan
dalam menerapkan piil pesenggiri selama mereka
yang dirasakan oleh mahasiswa Lampung dalam
berada di tanah rantau adalah dengan cara berikut:
menerapkan piil pesenggiri selama berada di
tanah rantau adalah dengan cara tetap menjaga
1.) Penerapan aspek nemui nyimah dilakukan
sopan santun dengan masyarakat di lingkungan
dengan cara mahasiswa Lampung biasanya
sekitar tempat tinggal mahasiswa Lampung
menyambut atau menjamu teman-temannya yang
selama berada di tanah rantau, dan juga berusaha
main ketempat tinggal mereka dengan bersikap
untuk terus berbaur dengan masyarakat di
ramah dan santun serta memberikan atau
lingkungan tempat tinggalnya selama ia berada di
membelikan teman-temannya makanan. Baik itu
tanah rantau Kota Bandung.
makanan kecil ataupun makanan berat. Selain itu
pula mahasiswa Lampung sering memberikan
oleh-oleh kepada temannya apabila mereka REFERENSI
pulang ke Lampung. Mahasiswa Lampung juga Buku
sering memberikan makanan apabila mereka Facruddin, dan Haryadi. (1996). Falsafah Piil
memiliki makanan yang dibawa dari rumahnya. Pesenggiri Sebagai Norma
Tatakrama Kehidupan Sosial Masyarakat


526
SOSIETAS, VOL. 8, NO. 2, 2018

Lampung. Bandar Lampung: CV. Arian Nurdiansyah, A. (2016). Nilai-Nilai Pendidikan


Jaya. Islam Berbasis Budaya Lokal Piil
Hadikusama, H. (1989). Masyarakat dan Adat- Pesenggiri di Masyarakat Desa Tanjung
Budaya Lampung. Bandung: Mandar Maju. Agung Lampung Selatan. (Tesis).
Ritzer, G dan Gouglas J. Goodman. (2007). Teori Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga
Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Yogyakarta, Yogyakata.
Group.
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Siregar, Anijar Hapni. (2014). Pola Asuh
Pustaka Pelajar. Keluarga Migran Asal Sumatera
Setiadi, Elly M & Kolip Usman. Pengantar Utara. (Skripsi). Universitas
Sosiologi. (2011). Jakarta: Kencana. Pendidikan Indonesia, Bandung.
Soekanto, Soerjono. (2008). Sosiologi Suatu Jurnal
Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Basri, Hasan. (2016). Kearifan Lokal Bisa
Syah, Iskandar. (1999). Sejarah Kebudayaan Menyejukkan Lampung (Persprektif
Lampung. Lampung:Universitas Lampung. Komunikasi Lintas Budaya), 7 (1), 63-70.
Yusuf, H. (2013). Filsafat Kebudayaan, Strategi Hidayat, D. (2014). Representasi Nemui-nyimah
Pengembangan Kebudayaan Berbasis Sebagai Nilai-nilai Kearifan Lokal:
Kearifan Lokal. Bandar Lampung: Perspektif Public Relation Multikultur, 5
Harakindo Publishing. (1), 1-118.
Marpaung, L. Urgensi Kearifan Lokal
Skripsi dan Tesis Membentuk Karakter Bangsa dalam
Ariskha, A. (2016). Peranan Lembaga Adat Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah, 2
Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Piil (2), 120-131.
Pesenggiri di Desa Gunung Batin Udik Noer, T. (2013). Budaya Gotong-Royong
Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Masyarakat dalam Perubahan Sosial Saat
Lampung Tengah. (Skripsi). Program Studi Ini, 2 (1), 1-18.
PPK FKIP, Universitas Lampung, Rachman, T. (2017). Pola Integrasi dalam
Bandung. Masyarakat Majemuk (Studi Ketahanan
Febriansyah, Yogi Setiawan. (2015). Pola Sosial di Kecamatan Kotagajah, Lampung,
Adaptasi Sosial Budaya Kehidupan 4 (2), 184-212.
Santri Pondok Pesantren Nurul Yusuf, H. (2016). Nilai-nilai dalam Falsafah
Barokah). (Skripsi). Universitas Hidup Masyarakat Lampung, 10 (1), 167-
Pendidikan Indonesia, Bandung. 192.

Anda mungkin juga menyukai