Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DICKY SAPUTRA

NIM : E10018030
KELAS :C

Pedoman hidup masyarakat lampung

Falsafah Hidup

Falsafah Hidup Ulun Lampung terdapat dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu:

• Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri)

• Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)

• Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)

• Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)

• Sakai-Sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya)

Perlu diketahui, bahwa Provinsi Lampung sebagian penduduknya saat ini merupakan
masyarakat berdarah Jawa dan Lampung sendiri dikenal memiliki dua adat berbeda
masyarakat internalnya; Adat Pesisir dan Adat Pepadun.

Dalam selogan masyarkatnya, Sai Bumi Ruwa Jurai ( Satu Bumi Dua Adat ),
maksudnya dalam satu wilayah Provinsi Lampung, terdapat dua adat yang berbeda. Dua
masyarakat yang berbeda. Terbagi menjadi masyarakat pribumi dan masyarakat pendatang.

Masyarakat Lampung secara umum memiliki kesamaan pandangan hidup yang


disebut dengan Piil pesenggiri. Piil Pesenggiri merupakan tatanan moral atau pedoman
bersikap dan berperilaku masyarakat adat Lampung dalam segala aktivitas kehidupan
sosialnya. Piil berasal dari bahasa Arab ( Fiil : perilaku) dan pesenggiri memiliki makna
bernilai moral tinggi, beradab, berjiwa besar, tahu diri, serta paham akan hak dan kewajiban.

Pedoman moral masyarakat Lampung ini merupakan salah satu aset sosial budaya
yang berpotensi. Nilai-nilai moral ini mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi
masyarakat luas untuk senantiasa menebar kebaikan dan perilaku-perilaku positif lainnya,
hidup berdampingan dengan yang lainnya dengan damai dan tentram serta saling menghargai
dengan mengetahui mana hak dan mana kewajiban.
Piil Pesenggiri bagi masyarakat Lampung memiliki makna sebagai cara hidup (Way of
Life). Ini bermakna, setiap gerak dan langkah kehidupan orang Lampung dalam kehidupan
sehari-hari dilandasi dengan kebersihan jiwa. Dari tindakan ini tercermin hubungan vertical
dan horizontal dalam masyarakat Lampung berupa keimanan pada Tuhan dan pergaulan
sosial pada sesama. Etos dan spirit kelampungan inilah yang harus ditumbuhkembangkan
untuk membangun eksistensi orang Lampung dan penanda kearifan lokal di era keragaman
global saat ini.
Suku Lampung dalam jejak rekam sejarah tercatat sebagai salah satu suku bangsa
yang memiliki peradaban tinggi. Bukti nyatanya suku Lampung memiliki aksara baca tulis
yang bernama Ka Ga Nga, bahasa dalam dua dialek Nyow dan Api, tatanan acuan
pemerintahan dalam kitab kuntara raja niti (kitab hukum tata negara), tradisi, arsitektur, sastra
dan adat istiadat yang tumbuh dan berkembang turun temurun.
Selain itu, salah satu penanda atau cirri suatu masyarakat memikiki peradaban juga
ditandai dengan adanya filsafat dan falsafah hidup sebagai refleksi atas kesemestaan. Artinya,
setiap titi gemati atau budaya pasti memiliki dasar filosofi yang mengandung hikmah bagi
masyarakatnya. Adat Lampung pun mempunyai Piil Pesenggiri sebagai dasar filosofiinya.
Orang Lampung Pesisir menyebutnya : Ghepot Dalom Mufakat (prinsip
persatuan); Teranggah Tetanggah (prinsip persamaan); Bupudak Waya (prinsip
penghormatan); Ghopghama Delom Bekeghja(prinsip kerja keras); Bupil
Bupesenggiri (prinsip bercita-cita dan keberhasilan). Kemudian Lampung Pepadun menyebut
; Piil Pesenggiri (prinsip kehormatan); Juluk Adek (prinsip keberhasilan) Nemui
Nyimah (prinsip penghargaan); Nengah Nyapur (prinsip persamaan); Sakai
Sambayan (prinsip kerjasama).
Kearifan lokal masyarakat Lampung yang terkandung dalam Piil Pesenggiri ini biasa
dijadikan modal dalam menggiatkan pembangunan bumi Lampung. Falsafah ini pula yang
meng-inspirasi dan menjadikan spirit lahirnya motto ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’ = Satu Bumi Dua
Jurai (Suku) – yakni suku Lampung Asli (Pepadun dan Saibatin) dan suku pendatang
(beragam suku yang datang dari luar provinsi Lampung). Motto Sai Bumi Ruwa Jurai itulah
yang menggambarkan masyarakat etnis Lampung memiliki keterbukaan untuk menerima dan
melindungi eksistensi jurai atau suku pendatang untuk bersama sama tinggal berdampingan
dan membangun bumi Lampung.
Oleh sebab itu, masyarakat Lampung bertanggung jawab menjaga nama baik
masyarakatnya dan menghindari segara perbuatan merusak dan tercela. Secara ringkas unsur-
unsur Piil Pesenggiri itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Bejuluk Beadek (Bejuluk Beadok) : Berakhlak terpuji, berjiwa besar, bertanggung
jawab, berkepribadian mantap, melaksanakan kewajiban.
2. Nengah Nyimah : Bermasyarakat dan terbuka tangan.
3. Sakai Sambayan : Berjiwa sosal, tolong menolong, bergotong royong.
4. Carem Ragem (Caghom Ghagom) : Mempertahankan persatuan dan kesatuan.
5. Mufakat : Bermusyawarah untuk mencapai satu tujuan terbaik untuk banyak orang.

Dengan adanya piil pesenggiri sebagai pedoman masyarakat Lampung dalam


menjalankam kebidupan sosial, mereka dapat hidup berdampingan dengan sesama
masyarakat Lampung maupun pendatang secara damai dan terhormat.

Bahasa
Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun Lampung di
Provinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.Bahasa ini termasuk cabang
Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat
dengan bahasa Melayu , dan sebagainya.
Pakaian Adat Sehari-Hari Masyarakat Lampung
Baju adat sehari-hari merupakan jenis baju yang dipakai masyarakat Lampung dalam
aktifitasnya sehari-hari. Dalam kehidupan adat sehari-hari, Pria Lampung memakai pakaian
adat berupa tutup kepala, baju jas dengan leher tertutup, celana panjang dan berkain songket
yang melingkar di pinggang.Sebilah belati terselip didepan perut. Wanitanya memakai tutup
kepala melebar dengan bentuk yang khas. Bajunya disebut kawai sadariah dan berkain
songket.

Makanan Khas Lampung


Seruit adalah makanan yang bisa dinikmati bersama-sama, saat masyarakat Lampung
berkumpul dalam acara pernikahan, acara adat, atau acara keagamaan. Bagi Lampung
Pepadun, seruit adalah makanan pokok. Namun, kebiasaan makan seruit tidak dimiliki oleh
semua masyarakat adat. Hanya dilakukan secara turun termurun bagi beberapa masyarakat.
Seruit merupakan masakan ikan yang digoreng atau dibakar dan dicampur sambal terasi,
tempoyak, atau mangga. Jenis ikan adalah ikan sungai besar, seperti belide, baung, layis, dan
lain-lain, serta ditambah lalapan.

Anda mungkin juga menyukai