Makalah
Antropologi Seni
Oleh:
NIM: 207037002
2020
KATA PENGANTAR
Pemakalah
PENDAHULUAN
Kebudayaan pada masyarakat mandailing merupakan salah satu contoh kecil yang ada di
indoneisa. Masyarakat Tapanuli Selatan merupakan masyarakat yang masih menjalankan
upcara adat untuk berbagai keperluan, dalam upacara adat perkawinan misalnya, selalu
digunakan perangkat adat yang diungkapkan melaui media bahasa. Biasanya bahasa didalam
upacara adat menggunakan bahasa setempat yang konvensional bagi komunitasnya.
Menurut Sapir (1921), Bahasa adalah murni kemanusiaan (purely humane) dan merupakan
jalur non-instingtif (non instinctive network) untuk mengkomunikasi ide, emosi, kehendak,
harapan dan cita-cita dengan memanfaatkan secara sistem yang dihasilkan oleh isyarat-
isyarat bahasa dan kebahasaan. Didalam upacara adat pernikahan di masyakat mandailing ada
lagu sipaingot yang dinyanyikan khusus oleh muda-mudi setempat (naposo naulibulung)
untuk memberi pesan kepada kedua mempelai terkhususnya pesan kepada mempelai wanita.
Tradisi ini digunakan diacara adat, yang merupakan kearifan lokal karena berfungsi mengatur
nilai, sistem kepercayaan dan nasehat di dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam lagu sipaingot yang ada dalam kebudayaan masyarakat mandailing terdapat 4
unsur kebudayaan. Dan masing-masing unsur tersebut terdapat dalam lirik lagu tersebut.
1. Sistem Religi
Jika dilihat dari aspek kebudayaan masyarakat mandailing mayoritas menganut agama
islam. Hal ini terlihat pada kebudayaan atau pun syair/ lirik lagu yang ada pada setiap lagu
contoh nya lagu dalam upacara pernikahan yang berjudul sipaingot atau bisa diartikan
“pengingat”. Dalam lagu tersebut ada syair/ lirik yang mengandung unsur religi.
Contohnya :
Arti dari syair diatas merupakan bentuk nasehat untuk mempelai wanita yang akan
melangkah kerumah tangga sesuai ajaran agama islam yang di sunnahkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yaitu menikah dan unsur religi yang terdapat dalam syair
Sunnah ni rasulullah (sunnah Rasulullah).
2. Kesenian
Tradisi musik yang cukup terkenal dari Mandailing adalah seni pertunjukan gordang
sambilan dan gondang boru yang dimainkan pada berbagai upacara adat dan ritual. Di dalam
kehidupan sosial-budaya masyarakat Mandailing terdapat suatu tradisi berkencan antara
pemuda dan anak gadis yang disebut markusip.
Kesenian di masyarakat mandailing masih terjaga sampai dengan sekarang, adat turun
temurun yang biasa dilakukan masyarakat adalah memberi naseihat berupa syair dalam
onang-onang atau sipaingot dalam upacara pernikahan atau acara lainnya. Pada lagu
sipaingot hanya di nyanyikan dalam upcara pernikahan. Ritual ini merupakan simbol untuk
memberi nasihat kepada mempelai wanita yang akan menikah.
Acara pada upcara pernikahan mandailing ini biasanya dilakukan setelah selesai
acara upa-upa. Biasanya setelah acara upa-upa selesai pengantin perempuan duduk disebelah
kiri pengantin pria dan salah seorang (naposonauli bulung) muda-mudi , akan mulai memberi
nasihat yang dinyanyikan. Iringan dalam lagu sipaingot ini umumnya tidak sama dengan
onnag-onang, biasanya onang-onang dimainkan dengan alat musik sedangkan lagu sipaingot
ini hanya dinaynyikan dengan senandung-senandung.
3. Bahasa
Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah bahasa
disebut ilmu linguistik. Kebudayaan pada masyarakat mandailing masih terbilang tinggi
dikarenakan dalam komunikasi seahri-hari/ interaksi masyarakat masih memakai bahasa
daerah setempat.Contoh daalam upacara adat dan sebagainya bahasa yang dipakai bahasa
daerah tersebut.
Lirik lagu Siapingot
Penciptaan : NN
Tutur hata sipaingot sian damang dohot dainang (segala nasehat dari ayah dan ibu)
Madung cukup inang sipaingot (sudah cukup sayang nasehat)
Ima tu badan si manaremu (untuk dirimu)
Tutur hata sipaingot sian natobang natoras nihuta (segala nasehat dari orang tua –tua
sekampung)
Ima inang paingot – ingot (itulah nak kau ingat – ingat)
Baen holohon di ngolumu (jadi panduan dalam hidupmu)
4. Sistem Kemasyarakatan
Dalam mengatur sistem kehidupan, masyarakat Mandailing Natal menggunakan
sistem Dalian Na Tolu (tiga tumpuan). Artinya, mereka terdiri dari kelompok kekerabatan
Mora (kelompok kerabat pemberi anak dara), Kahanggi (kelompok kerabat yang satu marga)
dan Anak Boru (kelompok kerabat penerima anak dara). Yang menjadi pimpinan kelompok
tersebut biasanya adalah anggota keluarga dekat dari Raja yang menjadi kepala pemerintahan
di Negeri atau Huta asal mereka.
Dalam upcara pernikahan masyarakat mandailing juga sistem kemasyarakatan
sangat terjaga sampai saat ini. Terlihat pada upacara pernikahan selalu diadakannya
marpege-pege. Marpege-pege adalah suatu ritual turun temurun (tradisi mengumpulkan uang
dan bisa juga diartikan dengan kegiatan saling tolong-menolong bagi keluarga calon
mempelai pria baik secara materil maupun non-materil) merupakan suatu bahagian dari
tradisi lokal Tapanuli Selatan.
BAB III
KESIMPULAN
Pernikahan dalam adat Mandailing Natal berbeda dengan daerah atau etnis lain karena
karakterristik setiap masyarakat di indoenesia memang sangat beranekaragam, salah satunya
masyarakat pada masyarakat mandailing. Menurut Kluckhon membagi sistem kebudayaan
menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal. 7 unsur
kebudayaan tersebut adalah bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem
peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi,
serta kesenian. Dalam upacara pernikahan juga banyak menggunakan kesenian yang
dilakukan secara turun temurun. Dalam lagu yang ada didalam upcara pernikahan
masyarakat mandailing yang berjudul sipaingot ada 4 unsur kebudayaan.
1. Religi
2. Bahasa
3. Kesenian
4. Sistem kemasyarakatan
DAFTAR PUSTAKA
Krisma jayanti dkk 2018, Analisis 7 unsur kebudayaan masyarakat kecamatan cigalontang
kabupaten tasikmakaya.Jurnal Pendidikan seni Vol. 1 No.2.