SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
SYARIFAH AINI
NIM: 090707017
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan,
untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam
bidang ilmu Etnomusikologi.
PENGESAHAN
DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi
salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan
Pada Tanggal :
Hari
Panitia Ujian:
Tanda Tangan
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Tari
Inai dalam konteks upacara adat Perkawinan Melayu di Batang Kuis:
Deskripsi Gerak, Musik Iringan, dan Fungsi.
Tugas Akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana Seni (S.Sn) dari jurusan Etnomusikologi Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tugas akhir
ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak
terbatas.
Dalam hal ini, Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. selaku ketua Jurusan Etnomusikologi
sekaligus dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Fadlin M.A selaku dosen
pembimbing II. Kedua dosen pembimbing yang baik dan luar biasa ini telah
memberikan saya saran serta semangat untuk menyelesaikan proses skripsi ini.
Kemudian, Segenap
para
turut
membantu lancar nya proses penyelesaian skripsi ini, tidak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada informan penulis yaitu: Ibu Linda Asmita, Bapak Bahriun
Syam, dan Ibu Syafdinar.
Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada orang-orang terdekat saya
yaitu orangtua saya Ayahanda Syahrial Nasution,ST dan Ibunda Zulaikha yang
selalu memberikan semangat serta doa. Selanjutnya penulis mengucapkan
terima kasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan yang sudah penulis
anggap keluarga selama proses perkuliahan yaitu Kosong Sembilan: Reny Yulyati
iv
Br. Lumbantoruan, Nesya Vania Sinaga, Teti Elena Siburian, Fitri Suci Hati
Saragih, Verawati Simbolon, Anita P.R Purba, H.A Martin Tambunan, Maruli
Purba, Sugiardi, Wahyu Boang Manalu, Dicky Arloy Silalahi, Krisrendy Masdeo
Siregar, Herman Simanjuntak, Septianta Bangun, Giat Raja Hizkia Sihotang, dan
Ranto Samuel Manik. Terima kasih telah menjadi saudara dan keluarga buat
penulis. Tidak terasa sudah hampir 4 tahun kita merasakan susah senang selama
duduk dibangku perkuliahan, dan semua pihak yang telah membantu yang
tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu.
Penulis menyadari skripsi ini belum dapat dikatakan sempurna, oleh sebab
itu penulis mengaharapkan sekali masukan-masukan dan saran-saran yang sifatnya
membangun dan memotivasi, sehingga mengarah kepada kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang ilmu etnomusikologi.
Medan,
Syarifah Aini
NIM: 090707017
2013
ABSTRAKSI
Melalui skripsi ini, penulis akan mengkaji tentang tiga aspek dalam
pertunjukan tari dan musik inai dalam konteks upacara perkawinan adat Melayu di
Batang Kuis. Adapun ketiga aspek tersebut adalah: (a) deskripsi gerak tari inai; (b)
struktur musik iringan (baik ensambel maupun melodi dan ritmenya); dan (c) fungsi
tari inai dalam budaya masyarakat Melayu di Batang Kuis.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian lapangan, dengan
pendekatan metode kualitatif, dan pengamatan terlibat. Teori yang digunakan
adalah teori koreografi untuk gerak tari, disertai teori weighted scale untuk melodi
musik iringan, dan teori fungsionalisme di bidang etnokoreologi untuk
menguraikan fungsi tari inai dalam masyarakat Melayu.
Hasil yang diperoleh adalah, gerak tari inai adalah gerakan berpola, yang
diambil dari gerak-gerak silat, yaitu salah satu seni bela diri dalam kebudayaan
Melayu. Terdiri dari gerak pembuka, isi, dan penutup. Pola lantainya bebas dan
variatif. Musik iringan yang digunakan adalah ensambel yang terdiri dari: biola dan
akordion yang membawa melodi secara heterofoni, ditambah satu gendang
ronggeng yang membawa rentak musik. Lagu dan rentak yang digunakan disebut
patam-patam. Fungsi tari inai yang utama adalah sebagai eksprtesi ritual yaitu
menjaga calon mepelai wanita dari gangguan-gangguan supernatural yang berasal
dari manusia atau makhluk halus. Selain itu fungsinya adalah sebagai ungkapan
estetik, hiburan, dan juga ekonomis.
Kata kunci: inai, tari, fungsi, musik iringan
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
yang
memberikan
dampak
terhadap
penduduk
yang
menempatinya.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, masyarakat yang terdapat di daerah
Batang Kuis terdiri dari bermacam-macam suku, seperti: Melayu, Mandailing,
Jawa, Batak Toba, Simalungun, Karo, Tamil, Hokkian, dan lain-lainnya. Mereka
hidup dalam suasana budaya yang heterogen, sesuai dengan filsafat hidup bangsa
Indonesia yaitu bhinneka tunggal ika, artinya biar berbeda-beda tetapi tetap satu
juga. Namun dilihat dari sisi sejarah, kawasan Batang Kuis berada di dalam
wilayah kebudayaan Melayu Serdang, yang di masa pemerintahan kesultanan,
berada di wilayah Kesultanan Melayu Serdang. Dengan demikian, tuan rumah
Batang Kuis adalah etnik Melayu, yang sangat terbuka menerima etnik-etnik lain
untuk berdampingan hidup bersama secara sosial dengan mereka.
Dalam konteks Sumatera Utara, orang Melayu di Batang Kuis memiliki
berbagai genre kesenian, yang difungsikan di dalam kehidupan mereka. Di antara
genre seni-seni Melayu adalah: marhaban, barzanji, syair, gurindam, pantun,
seloka, tari serampang dua belas, tari inang, tari zapin, tari inai, dan lain-lain.
yang saling
Inai adalah tumbuhan yang hidup di dataran tinggi yang memiliki daun
yang lebat dan berukuran relatif kecil. Daun yang telah tua ditandai dengan
adanya bintik-bintik hitam yang terdapat di daun tersebut, daun yang tua itulah
yang digiling halus dicampur dengan gambir dan kapur dan dibubuhkan pada
kuku atau kulit sehingga menghasilkan warna kemerah-merahan.
2
kedua orangtuanya, keluarga, dan teman-teman dekatnya. Setelah semua acara selesai,
selanjutnya pengantin wanita dipasangkan inai yang sebenarnya yang disebut berinai besar.
Tetapi kini malam berinai hanya dilakukan satu malam saja karena faktor dan waktu yang
kurang mendukung. Sehingga, malam berinai yang dilakukan hanya malam berinai besar
saja. Kegiatan upacara berinai ini biasanya disertai dengan tari inai dan musik iringannya.
Tari inai merupakan salah satu upacara adat masyarakat Melayu di Batang Kuis
yang bisa dikatakan sebagai pelengkap upacara adat, yang dilakukan oleh golongan
masyarakat yang tingkat perekonomiannya relatif baik. Jika tari inai atau upacara malam
berinai tidak diadakan, upacara pernikahan keesokan harinya tetap berlangsung. Namun
demikian, seiring berjalannya waktu, malam berinai sekarang dilakukan satu malam saja
karena faktor waktu dan dana yang terkadang menjadi kendala, sehingga malam berinai
hanya dilakukan satu malam sebelum keesokan harinya melakukan akad nikah. Kesenian
inai adalah merupakan seni pertunjukan yang melibatkan tari dan musik. Tarian ini biasanya
hanya dilakukan di rumah pengantin wanita saja, sedangkan di rumah pengantin pria tidak
dilakukan upacara malam berinai. Hanya saja inai dihantar dari rumah pengantin wanita
kerumah si calon pengantin pria dan menurut adat diadakan tepung tawar kemudian
dilanjutkan pemasangan inai ke kuku jari-jari tangan dan kakinya oleh keluarga dan temanteman dekatnya.
Dalam penelitian ini, penulis mengkaji tiga aspek dari tari inai, yaitu deskripsi gerak,
deskripsi musik iringan baik ensambel maupun struktur musiknya dalam melodi dan ritme,
serta kajian terhadap fungsi tari inai dan musik pengiringnya dalam kebudayaan Melayu di
Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Deskripsi gerak akan
difokuskan terhadap gerak tari yang meliputi motif gerak, hitungan dan siklus, pola lantai,
busana, properti tari, dan hal-hal sejenis. Kemudian untuk musik iringan meliputi alat-alat
musik yang digunakan di dalam ensambel, ritme, melodi, dan hal-hal sejenis. Untuk fungsi
3
akan difokuskan kepada bagaimana tari inai dna musik iringan menyumbangkan perannya di
dalam kehidupan masyarakat Melayu di batang Kuis.
Gerakan tari inai yang dilakukan merupakan kombinasi dari gerak-gerak hewan atau
kejadian-kejadian alam, sehingga gerakannya hampir menyerupai gerakan silat. Pada
dasarnya alat-alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi Tari inai ini
adalah sebuah serunai Melayu yang berfungsi sebagai pembawa melodi, satu atau
dua buah gendang Melayu satu muka (gendang ronggeng), dan sebuah gong.
Rentak musik yang disajikan berdasarkan irama musik silat seperti yang telah
diketahui bahwa musik dari Melayu Batang Kuis yang selalu digunakan adalah
musik Melayu yang berirama dan bertajuk patam-patam. Namun dari hasil
pengamatan di lapangan, alat-alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi
tari hiburan Melayu adalah sebuah biola,sebuah gendang ronggeng dan keyboard,
sedangkan alat musik untuk mengiringi tari Inai adalah sebuah gendang ronggeng
sebagai rentak atau tempo dan satu buah biola sebagai pembawa melodi. Hal itu
dipengaruhi karena adanya perubahan dalam penggunaan alat musik, akan tetapi
musik yang digunakan dalam penyajian tari inai tetap patam-patam.
Fungsi tari inai yang dilakukan pada saat upacara malam berinai yang merupakan
salah satu upacara adat Melayu. Tari inai adalah tari yang difungsikan pada malam berinai
yang mempunyai makna simbolis dan pengintegrasian masyarakat terhadap keluarga yang
menggunakan acara malam berinai.
Penari inai memakai busana adat Melayu. Kepala ditutup dengan memakai peci dan
mengenakan baju baju Gunting Cina atau baju Kecak Musang dan celana panjang longgar
kemudian, memakai. Sesamping yaitu kain sarung atau songket yang dibentuk segitiga atau
sejajar dan diikatkan ke pinggang tepatnya di atas lutut. Properti yang digunakan pada tarian
berfungsi sebagai pelengkap saja atau juga sebagai alat pendukung gerak tari tersebut,
4
properti juga sering dipakai sebagai nama, judul dari sebuah tarian, misalnya properti payung
untuk tari payung, properti piring untuk tari piring, keris untuk tari keris, dan lain-lainnya.
Properti yang digunakan pada tari inai etnik Melayu di Batang Kuis, penari menggunakan
piring dan lilin yang sudah dinyalakan, serta inai yang sudah ditumbuk
mengelilingi lilin. Masing-masing penari memegang dua buah piring untuk tangan kanan
dan tangan kiri.
Penelitian ini juga akan memperhatikan pertunjukan tari inai dalam konteks upacara
perkawinan masyarakat Melayu di Batang Kuis. Adapun aspek utama yang akan penulis
diskusikan di dalam penulisan ini adalah bagaimana gerak, musik iringan, dan fungsi tari inai
tersebut dalam penyajiannya pada upacara perkawinan masyarakat Melayu di Batang Kuis?
Gerak-gerak yang bagaimanakah yang diekspresikan penari inai ini, apa saja istilah-istilahnya
menurut para penari Melayu? Kemudian di dalam penyajian tari inai digunakan ensambel
musik inai.
Selanjutnya jika fungsinya dianggap penting, bagaimanakah proses penyajian tari
inai tersebut agar dapat memenuhi fungsi yang dimaksud? Jika fungsi tari inai mengalami
perubahan, apakah ada pengaruhnya terhadap masyarakat Melayu di Batang Kuis tersebut?
Berdasarkan pertanyaan ini, saya memilih judul untuk penelitian ini adalah: Tari Inai
dalam Konteks Upacara Adat Perkawinan Melayu di Batang Kuis: Deskripsi
Gerak, Musik Iringan, dan Fungsi.
Bagaimana struktur gerak tari inai yang digunakan dalam upacara adat
perkawinan Melayu di Batang Kuis? Pokok masalah ini akan melibatkan
deskripsi tentang pola lantai, jenis-jenis gerak, istilah gerak, makna gerak, dan
hal-hal sejenis.
2.
Bagaimana musik iringan tari inai yang digunakan dalam upacara adat
perkawinan Melayu di Batang Kuis? Pokok masalah ini akan melibatkan
uraian terhadap ensambel musik inai, dan jalinan antara alat-alat musik.
Selanjutnya juga akan dikaji struktur melodi utama yang disajikan oleh biola.
Juga rentak gendang yang disajikan oleh pemain gendang ronggeng.
3.
Sejauh apa fungsi seni inai dalam konteks upacara adat perkawinan Melayu di
Batang Kuis? Ini akan diurai dengan dua pendekatan utama yaitu guna dan
fungsi kesenian inai dalam masyarakat pendukungnya.
Untuk mengetahui fungsi tari inai yang dimaksud dalam konteks upacara
perkawinan masyarakat Melayu di Batang Kuis.
6
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini
adalah sebagai berikut.
(1)
(2)
(3)
(4)
Fungsi merupakan tujuan dari suatu pertunjukan suatu kesenian. Setiap suatu upacara
adat yang dibuat pasti memiliki suatu tujuan dari pihak keluarga ataupun segi pandangan dari
masyarakat itu sendiri. Jadi, upacara adat malam berinai yang menggunakan musik dan tari
inai yang memiliki tujuan dan pandangan yang berbeda-beda dari masyarakat, selain untuk
meneruskan kebiasaan etnik Melayu yang telah ada pada zaman dahulu, tarian inai ini juga
memiliki fungsi religi dan pengintegrasian masyarakat. Fungsi sebagai religi menurut
keluarga ataupun masyarakat, jika tari inai yang ditampilkan diharapkan supaya kedua belah
pihak calon pengantin tidak mendapatkan kendala ketika menjelang akad nikah keesokan
harinya. Sedangkan fungsi pengintegrasian masyarakat menurut penulis pada penelitian di
lapangan, ketika malam upacara berinai akan dilaksanakan, sebelumnya pihak keluarga juga
mengundang persatuan masyarakat Melayu yang ada di daerah Batang kuis agar menghadiri
upacara malam berinai dan menjalin silaturahmi sesama masyarakat Melayu pada acara
malam berinai tersebut.
Kata masyarakat di dalam tulisan ini memiliki makna tertentu yang
dikemukakan
oleh
Koentjaraningrat
(1990:146-147)
menyatakan
bahwa
1.4.2 Teori
Dalam rangka mendeskripsikan gerak tari inai, musik iringan tari inai,
dan fungsi kesenian inai, penulis menggunakan beberapa teori yang
berhubungan dengan judul di atas dan dianggap relevan. Teori yang dimaksud
sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1990:30), yaitu bahwa pengetahuan
yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita
sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian
tentang suatu teori bersangkutan. Dengan demikian teori adalah pendapat yang
dijadikan acuan dalam membahas tulisan ini.
Dalam meneliti gerak tari tersebut, penulis akan mendeskripsikan
bagaimana gerakan-gerakan yang terdapat dalam tari inai tersebut. Penyusunan
gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari maupun dari kelompok penari
bersama. Ditambah dengan penyesuaian ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, semuanya
merupakan suatu pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23).
Dalam hal ini,yang dimaksud koreografi adalah gerakan-gerakan yang dilakukan para penari
pada upacara perkawinan masyarakat Melayu. Memiliki ciri-ciri khas tertentu dari bentuk
tarian etnik lain yang dapat dilihat dan dinikmati oleh pelaku dan penonton nya. Gerakangerakannya terpola didalam aturan-aturan adat dan nilai keindahan setempat yang dilakukan
secara simbolis serta serta memiliki makna-makna tersendiri.
Musik dan tarian merupakan fenomena yang berbeda, tetapi dapat
bergabung apabila terdapat aspek yang sama mengkoordinasikannya. Menurut
Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah
rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1988:13-14). Musik
merupakan audio (bunyi) yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena
audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di dalam
10
ruang dan waktu (Sachs, 1993:1-4 dan Blacking 1974:64-74) serta dapat
dirasakan
melalui
getaran
yang
dihasilkannya.
Aspek
dasar
yang
menghubungkan keduanya adalah waktu, yaitu gerak ritmis (musik dan tari)
dan tempo.
Untuk mendeskripsikan musik iringan tari inai ini, khususnya struktur
melodi biola yang berfungsi secara musikal sebagai pembawa melodi utama,
penulis menggunakan
11
1.5
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti tari Inai pada upacara
perkawinan masyarakat Melayu di Batang Kuis, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam
Moleong (1990:3) yang mengatakan: Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orangorang dalam bahasa dan peristilahannya.
Penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap sebelum ke
lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap pra
lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan
sebelum turun ke dalam penelitian itu sendiri.
12
menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan
skripsi.
yang
berhubungan
dan
dapat
membantu
pemecahan
permasalahan. Dari hasil studi kepustakaan yang dilakukan penelitian tari Inai
dalam upacara perkawinan masyarakat adat Melayu masih sulit didapat.
Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan konsepkonsep, teori, serta informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pembahasan atau penelitian, dan menambah wawasan penulis tentang kebudayaan
masyarakat Melayu yang diteliti yang berhubungan dengan kepentingan
pembahasan atau penelitian.
13
14
tekstual dan musikal. (b) Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar
digunakan kamera digital merk Casio. Pengambilan gambar dilakukan setelah
terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak pelaksana dan pihak yang bersangkutan.
melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dan hal ini
dilakukan berulang-ulang.
1.6
Lokasi Penelitian
Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih daerah Batang Kuis yang masih
menggunakan tari inai pada upacara adat malam berinai, informan dan anggota
penari sanggar Pusaka Serumpun Pantai Labu menjadi penari Inai pada acara
tersebut. Upacara inai ini tepatnya dilakukan di rumah O.K. Syarifuddin Rosa,
yang mengadakan upacara perkawinan (termasuk di dalmnya upacara berinai dan
pertunjukan tarian inai).
Ia
menyelenggarakan pesta
16
perkawinan anak
BAB II
MASYARAKAT MELAYU DI BATANG KUIS
15
Tabel 2.1:
Data PNS di Kantor Kecamatan Batang Kuis
NO
NAMA
NIP
JABATAN
3. ALI HOTMA, SH
6. RADHIAH SINUHAJI, BA
7. SYAFRI WIJAYA
8. ARFAH LUBIS, SE
9. BAMBANG RISWANTO
13. WAGINI
15. KHAIRANTO
16. YUSDIARNINGSIH
17. M. YAHYA
18. AZWAR
16
Tabel 2.2:
Para Kepala Desa dan Ketua BPD
Kecamatan Batang Kuis
NO
NAMA DESA
1. TANJUNG SARI
3. SENA
4. BARU
ZULFIKAR UMRI
ZAINUDDIN S.Ag
5. TUMPATAN NIBUNG
JUARNO
DRS.SURATMAN
6. PAYA GAMBAR
IRIANTO
VICTOR SILABAN
7. BINTANG MERIAH
8. MESJID
9. SIDODADI
EDI SUARDI
NGADIONO
10. SUGIHARJO
BURHANUDDIN
JASIMAN
TONO SUTEDJO
Kecamatan Batang Kuis yang memiliki wilayah dengan luas wilayah yaitu
40, 34 km2. ini, terletak pada ketinggian 4 - 30 m di atas permukaan laut dan
beriklim tropis. Adapun batas wilayah kecamatan Batang Kuis adalah sebagai
berikut.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu,
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan.
17
Tabel 2.3:
Perincian Nama Desa, Luas Desa, Jumlah Rumah Tangga,
dan Jumah Penduduk Kecamatan Batang Kuis
NO
NAMA DESA
1. TANJUNG SARI
2.027
12.596
1.115
5.779
3. SENA
6,40
1.593
7.079
4. BARU
4,32
1.001
6.047
5. TUMPATAN NIBUNG
3,70
1.100
6.898
6. PAYA GAMBAR
3,03
432
3.138
7. BINTANG MERIAH
0,65
899
6.073
8. MESJID
2,67
328
1.292
9. SIDODADI
9,50
850
3.822
10. SUGIHARJO
1,53
1.040
4.644
0,45
487
2.757
19
2.3
Adat-Istiadat Melayu
Adat adalah peraturan yang sudah diamalkan turun-temurun dalam sesuatu
masyarakat sehingga menjadi hukum yang harus dipatuhi. Perkataan adat berasal
dari bahasa Arab artinya kebiasaan. Kedatangan Islam ke Alam Melayu membawa
konsep ini dengan makna yang lebih luas dan mendalam sehingga mencakup
keseluruhan cara hidup yang kini ditetapkan sebagai kebudayaan, undang-undang,
sistem masyarakat, upacara, dan segala kebiasaan yang sering dilakukan, seperti
cara makan atau cara duduk. Kini, makna adat dalam masyarakat Melayu sudah
menjadi semakin khusus dan semakin mengecil, yakni upacara kebiasaan serta
unsur-unsur masyarakat yang tidak digolongkan sebagai unsur Islam.
Etnik Melayu di Batang Kuis juga mempunyai adat-istiadat yang sangat
dipatuhi oleh penduduknya. Sejak zaman animisme ada beberapa kebiasaan suku
Melayu, umpamanya memakan sirih. Dalam upacara adat, sirih tidak boleh
terlupakan. Sirih tersebut diletakkan pada sebuah tepak bersama dengan kapur,
pinang, gambir, dan tembakau. Menurut paham Animisme, tumbuh-tumbuhan itu
mempunyai sifat yang khas dan mempunyai daya hidup. Dengan memakan
tumbuh-tumbuhan itu, daya hidup manusia akan bertambah. Selain itu, ada
kebiasaan suku Melayu yang bahkan sudah menjadi adat, yaitu suku bangsa
Melayu suka mengatakan sesuatu dengan cara tersirat. Mereka cenderung
mengatakan sesuatu dengan perumpamaan dan seolah-olah menyuruh orang untuk
berpikir.
20
21
Gambar 2.1:
Properti Tepung Tawar
(Dokumentasi: Syarifah Aini, 2013)
Sebagaimana halnya
masyarakat Melayu secara umum adalah pemeluk agama Islam, seperti yang
dikatakan oleh Masindan (1987: 10-11) bahwa agama yang dianut oleh penduduk
Melayu adalah agama Islam yang mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan para sultan Melayu.
22
23
2.5
Sistem Kekerabatan
Dalam kebudayaan Melayu, garis keturunan ditentukan berdasarkan pada
garis keturunan bilateral, yaitu garis keturunan dari pihak ayah maupun ibu.
Namun, dengan masuknya agama Islam dalam kehidupan etnik Melayu yang
dijadikan pandangan hidupnya, maka garis keturunan cenderung ke arah garis
keturunan patrilineal, yaitu berdasar kan garis keturunan ayah. Pembagian harta
pusaka berdasarkan kepada hokum Islam (syara`) yang mengatur pembagian yang
adil.
Sistem kekerabatan etnik Melayu di Batang Kuis sistem kekerabatan
secara vertikal yang dimulai dari urutan tertua sampai yang termuda, adalah : (1)
nini, (2) datu, (3) oyang(moyang), (4) atok(datuk), (5) ayah(bapak), (6) anak, (7)
cucu, (8) cicit, (9) piut, dll. Sedangkan sistem kekerabatan secara horizontal
adalah (1) saudara satu ibu dan satu ayah(ayah tiri), (2) saudara sekandung yaitu
saudara seibu atau lain ayah, (3) saudara seayah yaitu saudara satu ayah lain
ibu(ibu tiri), (4) saudara sewali yaitu ayah nya saling bersaudara, (5) saudara
berimpal yaitu anak dari makcik(saudara perempuan ayah).
Sapaan dan istilah kekerabatan adalah sebagai berikut : (1) ayah, (2) emak,
(3) abang(abah), (4) akak(kakak), (5) uwak (saudara ayah atau ibu yang paling tua
umurnya), (6) uda (saudara ayah atau ibu yang paling muda umurnya), (7) uwak
ulung (saudara ayah atau saudara ibu yang pertama baik laki-laki maupun
perempuan), (8) uwak ngah (uwak tengah, saudara ayah atau saudara ibu yang
kedua baik laki-laki maupun perempuan), (9) uwak alang (saudara ayah atau
saudara ibu yang ketiga baik laki-laki maupun perempuan), (10) uwak utih
(saudara ayah atau saudara ibu yang keempat baik laki-laki maupun perempuan),
24
(11) uwak andak (saudara ayah atau saudara ibu yang kelima baik laki-laki
maupun perempuan), (12) uwak uda (saudara ayah atau saudara ibu yang keenam
baik laki-laki maupun perempuan), (13) uwak ucu (saudara ayah atau saudara ibu
yang bungsu/paing akhir baik laki-laki maupun perempuan).
Pekerjaan
Jumlah
1.
Buruh
21.515
2.
Petani
20.644
3.
Pedagang
1.327
4.
999
5.
137
6.
Nelayan
29
25
2.7
Kesenian
Orang Melayu di Batang Kuis memiliki berbagai genre kesenian, yang
26
Pantun adalah salah satu genre sastra tradisional Melayu yang paling lazim
dan umum digunakan dalam berbagai konteks kebudayaan Melayu. Pantun dapat
terdiri dari dua baris, empat baris, dan enam baris. Penggal pertama adalah
sampiran dan penggal kedua adalah isi pantun. Antara sampiran dan isi pantun
terjadi kesatuan, baik dari segi isi, tema, dan rima (persajakan). Yang paling
umum adalah pantun empat baris atau pantun empat rangkap, dengan rima rata (aa-a-a) maupun binari (a-b-a-b). Pantun dapat disajikan dengan gaya berbicara
sehari-hari, tetapi dapat juga dinyanyikan dengan berbagai melodi dalam budaya
musik Melayu.
Tari Serampang Dua Belas (XII) adalah tari yang memang berasal; dari
Kesultanan Serdang, yang awalnya disebut musik dan tari Pulau Sari yang
kemudian dipolakan oleh Guru Sauti dibantu oleh seniman O.K. Adram. Tarian
ini menjadi begitu populer di era awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Tarian ini bercerita tentang pengalaman sepasang kekasih dari mulai kenal,
memadu kasih, sampai bersanding di atas pelaminan. Tarian ini setiap waktu
selalu diperlombakan, termasuk di Batang Kuis sendiri.
Tari inang adalah tari-tarian Melayu yang ditata dari rentak inang. Di
antaranya yang terkenal adalah tari Mak Inang Pulau Kampai dan tari Mak Inang
Pak Malau. Tarian ini biasanya adalah untuk fungsi hiburan dalam berbagai
pertunjukan budaya Melayu, termasuk di Batang Kuis. Tarian inang ini diambil
dari nama para inang-inang pengasuh keluarga kesultanan yang emmang biasanya
menarikan inang ini dalam konteks hiburan di istana-istana kesultanan Melayu
termasuk di Kesultanan Serdang, yang salah satu wilayahnya adalah Batang Kuis.
27
Selanjutnya tari zapin adalah satu jenis tari dalam kebudayaan Melayu dan
berbnagai kelompok masyarakat Nusantara ini yang begitu populer. Tarian ini
dipercayai berasal dari kawasan Arabia, khususnya Yaman. Tarian ini awalnya
digunakan untuk hiburan para tetamu di acara pesta perkawinan. Tari zapin
memiliki berbagai nama sesuai dengan judul lagu atau musik yang diciptakan
untuk mengiringinya. Dalam kebudayaan Melayu di antara tari zapin yang
terkenal adalah Ya Salam, Selabat Laila, Zapin Persebatian, Bunga Hutan,
Menjelang Maghrib, Zapin Deli, Zapin Serdang, dan lain-lain.
Tari inai adalah salah satu tarian yang digunakan pada saat upacara malam
berinai adat Melayu,dan menurut kepercayaan orang tua dulu, upacara malam
berinai dapat menjauhkan pengantin dari hal-hal yang buruk ketika telah berumah
tangga nanti. Tetapi kini semakin berkembangnya pola fikir dan religi masyarakat
fungsi upacara malam berinai sekaligus tari inai ialah sebagai pelengkap upacara
adat.
28
BAB III
UPACARA ADAT PERKAWINAN DALAM
BUDAYA MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS
29
3.2
Melayu yang merupakan salah satu bagian penting yang menyertai serangkaian
upacara pernikahan menurut adat budaya Melayu. Rangkaian upacara dan adat
istiadat perkawinan
3.2.1 Merisik melalui Penghulu Telangkai (Merisik kecil dan Merisik resmi)
Merisik adalah sebuah upaya dari seorang calon pengantin lelaki dalam
mendekati calon istri yang masih belum diketahui apakah sang calon sudah
memiliki calon lain atau belum. Biasanya dilakukan oleh ibu-ibu yang dijadikan
utusan (Telangkai) untuk merisik dan mencari informasi tentang sang calon.
30
Ketika Merisik kecil selesai kemudian dilanjutkan dengan merisik resmi yang
dihadiri oleh sanak famili kedua belah pihak. Penghulu Telangkai adalah utusan
dari calon pengantin laki-laki kepada orang tua calon istri untuk menanyakan halhal yang disepakati untuk dipersiapkan ketika acara peminangan nanti.
3.2.2
Jamu Sukut
Jamu sukut ialah acara memberikan jamuan makan yang disediakan oleh
orang tua calon pengantin untuk kaum kerabat dan tetangga terdekat. Tujuan acara
tersebut adalah untuk memberitahukan acara peminangan dari pihak laki-laki
untuk meminang calon istri (pihak yang menerima pinangan), jamuan makan ini
diadakan oleh orang tua calon pengantin perempuan sambil mengharapkan juga
bantuan moral dan material dari keluarga, serta kaum kerabat terdekat. Bantuan
ini diharapkan dapat meringankan beban persoalan yang dihadapi pihak orang
tua calon mempelai perempuan. Sejak itu yang tuan rumah hanya memperhatikan
proses kerja, menyediakan bahan dan hal-hal yang diperlukan. Sedangkan
pelaksanaan dan tanggungjawab atas lancarnya pekerjaan diserahkan kepada anak
beru dan keluarga lainnya.
Setelah selesai jamu sukut, maka pihak laki-laki juga pihak perempuan
memberi kabar kepada semua keluarga. Sewaktu mengundang diwajibkan
membawa tepak sirih yang dibungkus dengan kain.
31
3.2.3
Meminang
Pelaksanaan acara meminang ini diadakan setelah ada kata sepakat dari
kedua belah pihak. Pada hari yang ditentukan, serombongan pihak laki-laki yang
dipimpin anak beru (menantu laki-laki dan perempuan) dan orang tua yang
berpengalaman dalam hal adat perkawinan datang kerumah calon pengantin
perempuan. Penghulu telangkai ikut serta sebagai saksi, karena dari awal
penghulu telangkai sudah menjadi penghubung resmi. Orang tua dari kedua belah
pihak, anak gadis dan janda-janda muda tidak boleh hadir, hanya famili dengan
familiah yang berhadapan, terutama anak beru, yaitu menantu laki-laki dan
perempuan. Anak beru atau orang semenda (saudara) mengurus semua
peralatan adat yang akan dibutuhkan oleh keluarga. Biasanya yang tertua ataupun
yang mampu diantara mereka jadi pimpinan. Utusan ini bertujuan, agar calon
pengantin perempuan setuju diikat secara adat dalam menuju jenjang perkawinan
dengan calon pengantin laki-laki. Hal ini perlu disampaikan kembali di depan
orang banyak, agar jangan sampai terjadi salah paham dikemudian hari. Dalam
acara meminang ini, pihak laki-laki datang membawa tepak sirih sebanyak lima
tepak, yaitu:
1) Tepak sirih pembuka kata
2) Tepak sirih merisik
3) Tepak sirih meminang
4) Tepak sirih bertukar tanda
5) Tepak sirih ikat janji dan beberapa tepak sirih pengiring.
Sedangkan dari pihak perempuan telah menanti tiga tepak sirih, yaitu :
1) Tepak menanti
2) Tepak ikat janji
32
33
berbalas
pantun
sekian
lamanya
akhirnya
mendapatkan
peminang dan pihak perempuan setelah mendengar niat dan janji laki-laki lalu
menerima sirih peminang tersebut dan diberikan pula ke ruangan belakang agar
dicicipi oleh keluarga.
Setelah ini selesai, maka pihak laki-laki mengeluarkan sebentuk cincin,
yang telah dimasukkan dalam sebuah tempat yang indah berhias dan disertai oleh
sebuah tepak bertukar tanda, langsung diserahkan kepihak perempuan. Demikian
juga pihak perempuan menyorongkan sebuah tanda benda berharga dalam baki
yang telah dihiasi disertai tepak bertukar tanda. Tanda ini boleh berupa cincin
ataupun perhiasan lain. Setelah
3.2.4
iring-iringan dari pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan. Jumlah bunga sirih
dapat menunjukkan banyaknya keluarga dan kerabat pihak laki-laki.
Tepak bunga sirih dibuat bermacam-macam bentuk yang indah dan
beraneka ragam warna . Misalnya bentuk burung,bunga, rumah,buah, binatang
dan lain-lain. Biasanya di dalam bunga sirih ini diletakkan secarik kertas yang
berisi pantun atau kata-kata sindiran yang manis yang ditujukan kepada kedua
mempelai. Namun seiring berjalannya waktu bunga sirih ini berganti dengan
benda-benda yang lebih bermanfaat seperti: alat sholat, pakaian,peralatan mandi,
buah, makanan yang juga dibentuk dengan berbagai bentuk yang indah dan cantik
35
,hal ini mungkin disebabkan zaman sekarang sulit mendapatkan sirih yang banyak
untuk dirangkai dan juga zaman sekarang jarang orang yang mau makan sirih
seperti orang-orang dahulu sehingga jika dipaksakan dibuat maka sirih-sirih
tersebut akan terbuang percuma,perubahan ini dapat diterima suku Melayu karena
sesuai dengan semboyan orang melayu Sekali air bah sekali tepian berubah
maksudnya suku melayu dapat menerima perubahan selagi tidak melanggar
syariat agama dan adat.
3.2.5
Malam Berinai
Upacara berinai diadakan sehari sebelum menikah di rumah pengantin
masing-masing dan dihadiri oleh famili dan teman-teman terdekat dari kedua
calon pengantin.ada tiga upacara berinai yaitu berinai curi, berinai kecil dan
berinai besar. Namun sekarang, malam berinai dilaksanakan satu malam saja
karena untuk mempersingkat waktu dan dana. Malam berinai yang dilakukan
pihak laki-laki hanya tepung tawar oleh keluarga dan teman-temannya saja,
sedangkan malam berinai yang dilakukan oleh pihak perempuan ialah serangkaian
acara sakral malam berinai diawali dengan bersalaman kepada kedua orangtua
sebelum calon pengantin wanita duduk diatas pelaminan, kemudian dilanjutkan
oleh acara hiburan dan kemudian tari inai sebagai pelengkap kesakralan upacara
malam berinai tersebut.
Biasanya malam berinai dilakukan selama 3 malam berturut-turut yakni : Malam
berinai pertama disebut Malam Inai Curi ialah pengantin yang diberi inai oleh temantemannya sewaktu ia tidur sehingga tidak ketahuan. Malam kedua disebut malam Inai kecil,
pengantin wanita dihiasi, didandani dan didudukkan di atas pelaminan yang dihadiri oleh
sanak keluarga, tetangga, dan kerabat untuk ditepungtawari. Lalu dilanjutkan dengan malam
36
Inai besar, terlebih dahulu tari inai ditampilkan dan tarian Melayu lainnya, kemudian
pengantin wanita dipasangkan inai pada kuku jari-jari tangan dan kakinya oleh kedua
orangtuanya, keluarga, dan teman-teman dekatnya. Setelah semua acara selesai, selanjutnya
pengantin wanita dipasangkan inai yang sebenarnya yang disebut berinai besar. Tetapi kini
malam berinai hanya dilakukan satu malam dan acara sakral nya diadakan dirumah pihak
perempuan saja karena faktor dana dan waktu yang kurang mendukung. Sehingga, malam
berinai yang dilakukan hanya malam berinai besar saja yang dihadiri seluruh keluarga dan
kerabat pihak perempuan.
Tari inai merupakan salah satu upacara adat masyarakat Melayu di Batang Kuis yang
bisa dikatakan sebagai pelengkap upacara adat, yang dilakukan oleh golongan masyarakat
yang tingkat perekonomiannya relatif baik. Jika tari inai atau upacara malam berinai tidak
diadakan, upacara pernikahan keesokan harinya tetap berlangsung. Kesenian tari inai adalah
merupakan seni pertunjukan yang melibatkan tari dan musik. Dahulu, malam berinai
dilakukan setelah menikah dan kedua mempelai didudukkan untuk diberikan inai pada kuku
jari tangan dan kaki kedua mempelai. Namun, kini hanya dilakukan di rumah pengantin
wanita saja, sedangkan di rumah pengantin pria tidak dilakukan upacara malam berinai.
Hanya saja inai akan dihantar dari rumah pengantin wanita kerumah si calon pengantin pria.
Kemudian menurut adat diadakan tepung tawar dan dilanjutkan pemasangan inai ke kuku
jari-jari tangan dan kakinya oleh keluarga dan teman-teman dekat calon pengantin pria.
Gerakan tari inai yang dilakukan merupakan kombinasi dari gerak-gerak hewan atau
kejadian-kejadian alam, sehingga gerakannya hampir menyerupai gerakan silat. Pada
dasarnya alat-alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi Tari inai ini
adalah sebuah serunai Melayu yang berfungsi sebagai pembawa melodi, satu atau
dua buah gendang Melayu satu muka (gendang ronggeng), dan sebuah gong.
Rentak musik yang disajikan berdasarkan irama musik silat seperti yang telah
37
diketahui bahwa musik dari Melayu Batang Kuis yang selalu digunakan adalah
musik Melayu yang berirama dan bertajuk patam-patam. Namun, dari hasil
pengamatan dilapangan, alat-alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi
tari inai ini adalah sebuah biola, akordion, gendang ronggeng dan keyboard. Hal
itu dipengaruhi karena adanya perubahan dalam penggunaan alat musik, akan
tetapi musik yang digunakan dalam penyajian tari inai tetap patam-patam.
Gambar 3.1
Sujud sembah kepada kedua orang tua
(Dokumentasi Syarifah Aini, 2013)
38
Gambar 3.2
dr. Cici Elfida Rosha (Calon Pengantin Perempuan)
(Dokumentasi Syarifah Aini,2013)
Gambar 3.3
Proses Tepung Tawar
(Dokumentasi Syarifah Aini,2013)
39
Gambar 3.4
Inai yang sudah digiling halus
(Dokumentasi Syarifah Aini, 2013)
Gambar 3.5
Penampilan Tari inai pada malam berinai
(Dokumentasi Syarifah Aini, 2013)
40
Gambar 3.6
Pemakaian Inai
(Dokumentasi Syarifah Aini, 2013)
3.2.6
Acara Nikah
Akad nikah biasanya diadakan pada pagi hari, calon pengantin laki-laki
diantar oleh keluarga dan famili ke rumah pihak perempuan untuk mengucapkan
akad nikah. Hantaran yang dibawa pada akad nikah:
1.
Uang mahar seperti yang telah dijanjikan dan biasanya uang mahar
warni diikat dengan simpul hidup. Kemudian uang yang telah dibungkus itu
dimasukkan ke dalam cepu atau peti kecil dan cepu ini dibungkus pula dalam
sehelai kain panjang dan setelah itu diletakkan di atas sebuah dulang kecil
41
semerip namanya. Uang mahar ini digendong sewaktu dibawa ke rumah pihak
perempuan dengan penuh kasih sayang seperti menggendong bayi laki-laki nya.
3.
4.
untuk tuan kadi yang biasanya dibayar oleh kedua belah pihak. Pada kesempatan
yang sama pihak perempuan juga mempersiapkan tepak sirih dan pahar berisi
pulut kuning dan panggang ayam yang akan dipertukarkan dengan hantaran dari
pihak laki-laki. Jika rombongan pihak laki-laki telah sampai maka pengantin lakilaki didudukan di sebuah tilam yang di atasnya dibentangkan tikar. Tepak sirih
nikah, pulut kuning dan bungkusan uang mahar berada di tengah-tengah majelis
atau keluarga dan tamu. Kemudian tuan rumah menyodorkan tepak sirih
penyambut untuk dimakan dan mulailah acara berpantun untuk pengantar nikah,
setelah itu maka oleh anak beru dari pihak perempuan dibukalah bungkusan uang
mahar secara hati-hati dan dihitung jumlah isinya jika telah cukup maka oleh
famili yang tua-tua bergantian maksudnya agar perkawinan itu nanti mendapat
kekekalan dan keselamatan seperti perkawinan orang tua-tua dulu, kemudian uang
diserahkan kepada ibu bapak pengantin perempuan. Setelah itu mulailah ijab
kabul dilaksanakan, jika akad nikah telah selesai dibacakan doa dan makan
bersama.Lalu pihak laki-laki pulang dengan membawa pahar pulut kuning dari
pihak perempuan serta alat-alat lainnya seperti benda tanda yang diserahkan
dulu.
42
3.2.7
Di
pacakkan merawal atau bendera. Khusus warna balai ini untuk kalangan raja dan
43
bangsawan hanya ada kuning dan putih. Kuning untuk upacara perkawinan,
menyambut tamu dan lain-lain. Putih untuk upacara khataman, naik haji. Namun
untuk rakyat biasa balai ini boleh berwarna warni.
Makna yang terkandung dalam alat-alat pada balai ini:
- Pulut kuning berarti lambang kesuburan dan kemuliaan
- Panggang ayam berarti lambang pengorbanan
- Telur ayam berarti lambang keberhasilan, keturunan, perkembangan, kejayaan,
- Bunga kemuncak berarti lambang pelindung, pengayom, pemimpin, kukuh dan
jaya
- Bendera atau merawal berarti lambang persatuan, kehormatan, kemuliaan.
2.
3.
Bunga sirih
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hempang Batang
45
3.7
Hempang Pintu
(Dokumentasi Syarifah Aini,2013)
Gambar 3.8
Tepak Nikah
(Dokumentasi Syarifah Aini, 2013)
46
Gambar 3.9
Bertukaran Tepak Nikah
(Dokumentasi Syarifah Aini, 2013)
3.3.9
Mandi Berdimbar
Pada adat Melayu yang terdapat di Deliserdang acara mandi bedimbar
diadakan dua kali, terutama untuk kalangan bangsawan. Mandi bedimbar artinya
mandi berhias dan kepercayaan itu diperoleh dari sisa-sisa agama Hindu. Setelah
upacara ini kedua mempelai menghadap orang tua perempuan dan keluarga
dekatnya, pada saat itu diberilah macam-macam hadiah cemetuk dari tutur yang
lebih tua sampai yang muda kecuali tutur adik.Selanjutnya mandi berdimbar
diulangi lagi karena lepas halangan yang dinamai mandi selamat, upacaranya
serupa dengan mandi berdimbar pertama, selepas mandi pengantin laki-laki
memberikan lagi cemetuk ke-2 kepada pengantin perempuan.
47
48
BAB IV
DESKRIPSI TARI INAI
49
50
51
Gambar 4.1
Bahriun Syam, Penari Inai
(Dokumentasi: Syarifah Aini, 2013)
Gambar 4.2
Lilin dan Inai sebagai Properti
(Dokumentasi: Syarifah Aini, 2013)
52
Gambar 4.3
Para Pemusik Iringan Tari Inai
(Pemian Gendang Ronggeng dan Biola)
(Dokumentasi: Syarifah Aini, 2013)
Dari gerakan-
gerakan silat. Selanjutnya menurut Pak Bahriun Syam yang merupakan informan
penulis,gerakan-gerakan tari inai merupakan gerakan silat memiliki hitungan variatif
dan memiliki makna tersendiri. Gerakan seolah menggambarkan sebagai lentera
yang selalu menerangi sepanjang jalan pengantin dalam mengarungi hidupnya di
kemudian hari. Gerakan-gerakan tersebut, dapat dilihat dari deskripsi secara
kinisiologis sebagai berikut.
53
Tabel 4.1
Deskripsi Kinisiologis Gerak Tari Inai
No.
1.
Ragam
Lelo sombah
Hitung
an
1x8
Gambar
Gerakan sembah awal yang dilakukan dengan dua bagian yaitu, gerak
sembah dan gerak hormat kepada pihak pengantin. Dilakukan 3kali
gerakan sembah kepada calon pengantin wanita. Terlebih dahulu
penari melakukan gerak silat Melayu.
54
2.
Ular todung
membuka
lingkar
1 kali 6
55
3.
Ular todung
meniti riak
1 kali 8
1 kali 8
1 kali 4
1- 8
1- 4
5- 8
1-8
56
4.
Itik bangun
dari tidur
1-6
Posisi setengah berdiri bertumpu pada lutut (lutut kiri mencecah lantai dan
kaki kanan menapak dilantai)
7-8
1-8
1-8
1-8
57
5.
Itik berdiri
kaki sebelah
dan
memandang
langit
1-8
kaki kiri diangkat, kaki kanan sebagai tumpuan badan berputar ke kanan
agak rendah, mata melihat ke atas, kedua tangan melakukan proses
gerakan memutar dengan memegang kedua piring inai.
1-8
58
6.
Puting
beliung
berbalik arah
1-6
7-8
1-4
5-8
7.
Buaya
melintang
tasik
1-2
Posisi kaki kanan menapak dan kaki kiri ditarik lurus kebelakang dan berat
badan bertumpu pada kaki kiri. Sedangkan,
3-6
Lutut kiri agak ditekuk, kedua tangan melakukan proses gerakan memutar.
7-8
Gerakan ini dilakukan bergantian kanan dan kiri dengan gerakan maju.
59
8.
Atraksi
Putar
piring
(dalam
posisi
berguling)
Hitung
an
variatif
60
9.
10.
Berokik
melintas
batas
Sembah akhir
1-4
Kaki kiri ditekuk dekat kaki kanan, tumpuan pada kaki kanan, sikap badan
agak membungkuk.
5-6
7-8
1 kali 8
1-4
5-8
1- 8
Kedua piring inai sambil dibawa ke kanan dan kiri membuat proses
gerakan memutar pada tangan
61
1-8
Kedua properti piring inai diletakkan diatas lantai dan kemudian kedua
tangan disatukan membentuk sikap sembah, dilakukan sebanyak 3 kali
menghadap si pengantin.
62
BAB V
ANALISIS MUSIK IRINGAN TARI INAI
5.1 Alat Musik Pengiring
Alat musik Melayau dapat dikelompokkan menurut pendapat Curt Sachs dan
Hornbostel
yang
disetel
berbeda
satu
sama
lain
dengan interval
sempurna
kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Kertas musik untuk biola hampir selalu
menggunakan atau ditulis pada kunci G. Sebuah nama yang lazim dipakai untuk
biola ialah fiddle, dan biola seringkali disebut fiddle jika digunakan untuk
memainkan lagu-lagu tradisional. Gendang Ronggeng terbuat dari kulit dan kayu
termasuk kedalam klasifikasi membranofon yang terbuat dari kulit dan dimainkan
dengan cara dipukul,sehingga penghasil bunyi adalah membran.
Gambar 5.1
Gendang Ronggeng
(www.melayuonline.com)
63
Gambar 5.2
Biola
(www.melayuonline.com)
5.2
Analisis Musik
Menurut
Nettl,
(1964:98)
ada
dua
pendekatan
berkenaan
dengan
pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa
yang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas
dan
lanjut
dikatakan
bahwa
notasi
deskriptif
ialah
notasi
yang
menonjol dalam suatu musik tanpa harus menuliskan secara lengkap hal-hal yang ada
dalam musik. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan
yang pertama yaitu notasi deskriptif.
penggunaan notasi balok.
simbol-simbol nada pada garis paranada, durasi, ritmis, dan lain-lain. Alasan dalam
hal ini dikarenakan notasi Barat dapat mewakili nada-nada yang terdapat dalam
musik iringan tarian ini, dan juga sering digunakan dalam penulisan suatu musik.
Musik dalam pertunjukan tari Inai pada perkawinan masyarakat Melayu di
Batang Kuis hanya sebagai musik pengiring dengan memakai alat musik biola dan
gendang ronggeng sebagai tempo.
merupakan hal yang berkaitan, dimana tari ini mengikuti musik. Iringan musik
menjadi pembentuk suasana, dan untuk memperjelas tekanan-tekanan gerakan begitu
juga pergantian ragam dan pola-pola gerakan yang ada.
digunakan, yaitu:
Garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi
dengan tanda kunci G.
65
Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi satu ketuk.
66
PATAM PATAM
Oleh: Kiki Alpiansyah S.Sn dan Syarifah Aini
67
68
69
70
71
72
beberapa klasifikasi, yaitu menurut jumlah nada yang dipakai. Diatonic (dua nada),
tritonic (tiga nada), tetratonic (empat nada), pentatonic (lima nada), hexatonic (enam
nada), heptatonic (tujuh nada).
Dua nada yang mempunyai jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja.
Yang dimaksud tangga nada dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat pada
melodi yang dihasilkan puput serunai. Hal ini dilakukan pada pembagian nada-nada
mulai dari nada yang tertinggi hingga nada yang terendah.
Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam melodi biola dari nada
terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari tujuh nada, yaitu nada E-Fis-G-A-B-CD. Oleh karena itu tangga nadanya disebut dengan Heptatonic.
Dari keterangan gambar di atas nada yang dihasilkan E-D ada 7 nada, dan
jarak intervalnya 5, sehingga wilayah nadanya dapat digolongkan menjadi septime
diminish (7dim).
70
103
110
42
74
18
17
43
Tabel
Interval melodi Biola
Interval
Posisi
Jumlah
Total
1P
25
25
78
54
107
76
18
20
132
2m
183
2M
38
2Aug
4P
2
75
6M
20
20
7dim
76
2. Frasa pada melodi biola berjumlah 8 buah frasa. Untuk lebih jelasnya :
77
78
2.
79
5.11 Kontur
Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam irawan 1997 :
85) membedakan beberapa jenis kontur, yaitu :
1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada
yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.
2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada
yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.
3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada
yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada
yang lebih tinggi atau sebaliknya.
4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada
ke nada yang lain baik naik maupun turun.
5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang
lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih
rendah ke nada yang lebih tinggi.
6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada
yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun
minor.
7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai
batas-batasan.
Garis kontur yang terdapat pada melodi biola dalam tulisan ini pada umumnya
adalah conjuct . Pergerakan melodinya bergerak melangkah baik baik mau pun
turun. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar salah contoh melodi di bawah ini.
80
81
BAB VI
FUNGSI TARI INAI
82
sebagai imitasi satwa, (10) sebagai imitasi peperangan, (11) sebagai sarana
pengobatan, (12) sebagai ritual kematian, (13) sebagai bentuk media untuk
pemanggilan roh, dan (14) sebagai komedian (lawak).
Dari empat belas fungsi yang dikemukakan oleh Sachs seperti tersebut di
atas, maka salah satu fungsi tari inai yang paling utama adalah fungsinya sebagai
sarana untuk perkawinan atau pernikahan. Selain itu juga memiliki fungsi sebagai
media inisasiasi yaitu dari masa lajang menuju ke masa perkawinan.
Anthony V. Shay dalam disertasinya yang berjudul The Function of Dance in
Human Society, membagi tari dalam 6 fungsi, yaitu (1) sebagai refleksi dari
organisasi sosial, (2) sebagai sarana ekspresi sekuler serta ritual keagamaan, (3)
sebagai aktivitas rekreasi atau hiburan, (4) sebagai ungkapan serta pembebasan
psikologis, (5) sebagai refleksi nilai-nilai estetik atau murni sebagai aktivitas estetis,
dan (6) sebagai refleksi dari kegiatan ekonomi.
Jikalau ditinjau dari teori fungsi tari yang dikemukakan Shay ini, maka tari
inai dalam kebudayaan Melayu Serdang adalah sebagai refleksi organisasi sosial
Melayu. Tari inai juga berfungsi sebagai ekspresi ritual keagamaan, hiburan, estetik,
dan juga ekonomi.
Di sisi lain, dua pakar tari lndonesia yaitu Narawati dan R.M. Soedarsono
membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu (1) kategori fungsi tari yang besifat
primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) fungsi tari sebagai sarana ritual, (b)
fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan (c) fungsi tari sebagai presentasi estetik,
dan (2) kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek
komersial atau sebagai lapangan mata pencaharian (Narawati dan Soedarsono, 2005:
15-16).
84
Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi
tari inai, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder. Di dalam
kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan mata
pencaharian sekali gus. Fungsi ritualnya adalah menjaga calon mempelai dari
gangguan-gangguan jahat baik yang datangnya dari manusia atau juga makhlukmakhluk halus, dalam sistem kosmologi Melayu. Sebagai ungkapan pribadi artinya
setiap penari inai memiliki kebebasan dalam mengeksplorasi gerak, di dalam bingkai
gerak bakunya. Begitu juga keindahan dalam tarian ini diekspresikan ke dalam
gerak-gerak yang distilisasi dari gerak-gerak manusia sehari-hari dan terutama gerakgerak silat sebagai seni bela diri dalam kebudayaan Melayu. Sementara itu, fungsi
ekonomi bukan fungsi utama tari inai, namun setiap pertunjukannya maka selalu
melibatkan sejumlah honorarium yang diberikan tuan rumah kepada penari dan
pemain musik.
Demikian pula tari inai dalam kebudayaan Melayu pada umumnya dan di
Batang Kuis secara khusus, memiliki fungsi-fungsi di dalam masyarakatnya. Fungsi
kegiatan atau pertunjukan tari inai adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
dalam kehidupan sosial dan budayanya. Kebutuhan masyarakat tersebut dapat
dipenuhi oleh praktik tari inai. Misalnya tarian ini memenuhi kebutuhan masyarakat
Melayu di Batang Kuis untuk memelihara tradisi dan adat istiadatnya. Lebih jauh
dalam upacara perkawinan adat Melayu akan menjadi lengkap dan sempurna jika
disertai dengan tarian inai beserta musik pengiring, pantun, seloka, busana adat,
bahasa Melayu (Serdang), dan lain-lain.
Untuk mengkaji fungsi tari Galombang di dalam kebudayaan masyarakat
Melayu Batang Kuis, penulis menggunakan teori fungsi yang berasal dari disiplin
etnologi tari. Selanjutnya menyimpulkan bagaimana fungsi tari inai pada masyarakat
Melayu Serdang di Batang Kuis. Sedikit berbeda dengan pendekatan yang umum
digunakan oleh para calon sarjana Etnomusikologi FIB USU, yang umumnya
menggunakan teori fungsi yang dikemukakan Merriam (1964), yang relevan dan
lebih sesuai untuk mengkaji fungsi musik, maka dalam skripsi ini, penulis
menggunakan teori fungsi yang terutama digunakan dalam disiplin etnologi tari atau
etnokoreologi. Adapun fungsi-fungsi tari inai dalam kebudayaan masyarakat Melayu
di Kota Medan adalah sebagai berikut.
Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu
masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan suatu bagian aktivitas
kepada keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi
adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal.
Berdasarkan kepada teori fungsi Radcliffe-Brown ini, maka dalam kaitannya
dengan tari inai pada upacara perkawinan adat Melayu dalam kebudayaan
Minangkabau di Batang Kuis, maka tari ini adalah salah satu aktivitas dari sekian
banyak aktivitas etnik Melayu, yang tujuannya adalah untuk mencapai harmoni atau
konsistensi internal. Tari inai dan musik iringannya adalah bahagian dari sistem
sosial yang bekerja untuk mendukung tegaknya budaya Melayu.
Dari sisi pandangan aspek internal, maka tari inai ini didukung oleh aspek
tarian yang di dalamnya juga terdiri dari para penari lelaki, busana, aksesoris, tata
rias wajah, gerak-gerak dengan ragam dan polanya, pola lantai, makna gerak, dan
seterusnya. Tarian inai juga didukung oleh aktivitas musik, yang terdiri dari pemain
musik pembawa melodi dan pembawa ritme. Pemusik yang membawa melodi adalah
pemain akordion dan biola. Sementara pembawa ritme adalah pemain gendang
ronggeng. Mereka menggunakan melodi dan ritme (rentak) yang disebut patampatam. Antara tari dan musik terjadi integrasi pertunjukan yang kuat.
Setelah itu diperhatikan dari sudut eksternal, maka tari inai
dan musik
87
Selain itu, dalam konteks yang lebih luas lagi, tari inai dan musik iringannya adalah
bagian dari kebudayaan Melayu, yang mendasarkan kebijakannya dalam adat.
Seperti diketahui bahwa adat Melayu adalah berdasar kepada konsep adat
bersendikan syarak, dan syarak bersendikan kitabullah. Artinya bahwa kebudayaan
Melayu beradasarkan adat, dan dasar kebudayaan ini adalah wahyu Allah berupa
ajaran-ajaran agama Islam. Dengan demikian, konsep, kegiatan, dan artefak tari inai,
adalah bahagian dari adat dan kebudayaan Melayu secara umum. Berdasarkan teori
fungsi yang ditawarkan Radcliffe-Brown, demikianlah yang dapat penulis uraikan
untuk terapannya dalam mengkaji fungsi tari inai dalam konteks adat perkawinan
dalam kebudayaan Melayu di Batang Kuis.
Banyak tarian di dunia ini yang selalu berkait erat fungsinya dengan
pernikahan atau pesta kawin. Dalam kebudayaan Melayu misalnya, tarian zapin atau
tarian Rinjis-rinjis selalu dihubungkan dengan perkawinan. Demikian pula tari inai
dalam kebudayaan Melayu adalah berkait erat dengan upacara pernikahan terutama
di saat malam berinai. Dengan demikian sesuai dengan pendapat Kurath tersebut, tari
inai berfungsi untuk sarana perkawinan atau pernikahan.
Fungsi tari inai sebagai ekspresi ritual keagamaan, jelas tergambar dari doadoa yang disajikan sebelum dilakukannya upacara inai, yaitu doa menurut ajaran
Islam. Begitu juga tari inai yang berfungsi untuk menjaga keselamatan calon
mempelai dari gangguan-gangguan orang lain atau makhluk gaib, adalah ekspresi
dari ritual keagamaan. Di dalam ajaran Islam memang diakui keberadaan makhluk
tersebut. Namun manusia adalah makhluk yang paling sempurna di hadapan Tuhan.
Begitu juga tari inai memiliki fungsi sebagai hiburan. Dalam hal ini, tari inai
dapat memberikan hiburan kepada para penonton, tuan rumah, dan tetamu yang
terlibat dalam upacara inai tersebut. Orang-orang Melayu pastilah terhibur dengan
adanya pertunjukan tari inai ini. Selain itu dalam hiburan tersebut tercermin nilainilai budaya, seperti kebersamaan, kearifan lokal, keberanian, kekuatan fisik dan
spiritual, dan lain-lain.
Tari inai juga memiliki fungsi sebagai ekspresi estetik. Artinya di dalam
kegiatan pertunjukannya, terdapat nilai-nilai keindahan yang dipancarkan. Di antara
keindahan itu adalah pada sisi visual seperti busana, warna, asesori tari, musik
pengiring, pemusik, dan lain-lainnya. Lebih jauh lagi, fungsi estetik dalam tarian ini
adalah mencakup gerak-gerik tari, pola lantai, siklus gerak, imitasi gerak, stilisasi
gaya tarian, dan lain-lainnya. Jadi jelaslah bahwa tari inai juga berfungsi sebagai
ekspresi estetika.
Walau bukan sebagai fungsi utama, dalam kegiatan tari inai juga terkandung
fungsi ekonomis. Artinya ialah bahwa tari inai ini akan memberikan dampak
ekonomis terhadap para senimannya, yaitu penari, pemusik, atau pemimpin seni
pertunjukan, dan semua yang terlibat dalaam oraganisasi pertunjukan tari inai.
Sedikit dan banyaknya, para seniman tari inai pastilah mengharapkan juga sejumlah
90
honorarium sebagai balasa jasa atas pertunjukan yang mereka lakukan dalam setiap
upacara berinai dalam konteks perkawinan pada adat Melayu di Batang Kuis ini.
terpisahkan dari serangkaian upacara adat perkawinan Melayu. Di sisi lain, dalam
menarikan tarian ini setiap individu penari diperkenankan membuat gerakan-gerakan
yang merupakan kreativitas pribadinya sekaligus sebagai ungkapan dirinya dalam
seni.
Pada bahagian lain di dalam tarian ini juga terkandung fungsi presentasi
estetik, artinya melalui tarian ini, setiap penari mengekspresikan keindahan gerakangerakan tari yang dipandang estetik menurut tata estetik Melayu.
Namun demikian, tari ini memiliki fungsi sekundernya yaitu sebagai sarana
ekonomis
atau
mata
pencaharian.
Disadari
91
atau
tidak
oleh
masyarakat
pendukungnya, walaupun bukan fungsi utama di dalam setiap kegiatan tari inai
terdapat fungsi ekonomis, setiap penari atau pemusiknya mengharapkan imbalan
ekonomis, biasanya berupa uang.
Menurut pengamatan yang penulis lakukan selama ini, seorang penari dalam
rangka menari tari inai tetap mengharapkan rezeki dari jasa ia menari di dalam
sebuah pesta perkawinan. Oleh karena itu, fungsi tari inai dalam kebudayaan
masyarakat Melayu memang kompleks juga.
melalui kaitan tari ini dengan berbagai konteks sosial dan budaya, seperti, religi,
ekonomi, estetik, hiburan, sistem sosial, dan lain-lain.
92
BAB VII
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan dari bab-bab di atas, penulis menyimpulkan
pembahasan dari hasil penelitian yang penulis lakukan. Kesimpulan ini adalah
jawaban dari tiga pokok permasalah yang telah ditetapkan pada Bab I. Adapun
pokok masalah tersebut adalah: (a) deskripsi gerak tari inai, (b) struktur musik
iringan, dan (c) fungsi tari inai.
(a)
istilah gerak tertentu yang perubahan dan terdapat gerakan-gerakan variatif sesuai
ide si penari. Jumlah penari pada tari inai harus genap atau berpasangan misalnya
2 penari, 4 penari, maupun 6 penari yang menggunakan properti rumah inai.
Atraksi Putar Piring (dalam posisi berguling) merupakan atraksi ini penari
melakukan atraksi putar piring dalam posisi berguling. Penari melakukan proses
duduk, atraksi ini juga adalah atraksi yang sangat unik dan selalu digemari oleh
penonton karena atraksi ini juga mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi. Penari
juga
Struktur musik iringan tari inai ini adalah sebagai berikut. Tari inai
diiringi oleh satu ensambel musik yang terdiri dari: satu biola, satu akordion, dan
satu buah gendang ronggeng Melayu. Biola dan akordion membawakan melodis
yang
terjalin
secara
heterofonis.
Sementara
gendang
ronggeng
adalah
membawakan irama atau rentak di dalam budaya musik Melayu. Melodi dan
rentak musik iringan untuk tari inai disebut dengan patam-patam. Iringan musik
93
dalam tari Inai sangatlah penting, karena pada dasarnya tari ini mengikuti musik.
Dimana sebagai pembentuk suasana dan juga untuk memperjelas tekanan-tekanan
gerak, sehingga tari dapat dinikmati secara keseluruhan dengan baik.
(c)
inai adalah salah satu jenis tarian masyarakat Melayu yang sudah lama dikenal dan
disajikan pada saat kegiatan upacara malam berinai sebagai kegiatan khas
masyarakat Melayu. Fungsi utamanya adalah sebagai eksp[resi ritual dalam sistem
kosmologi Melayu, yaitu menjaga calon pengantin dari gangguan-gangguan
manusia atau makhluk gaib. Namun dalam aktivitasnya disertai fungsi-fungsi lain
seperti estetika, ekonomi, hiburan, dan lain-lain.
Kini penyajian tari inai sudah jarang ditemui karena faktor waktu dan
dana,biasanya yang melakukan upacara malam berinai sekaligus tari inai adalah
masyarakat yang ekonominya relatif baik. Kedudukan tari inai ini dalam setiap
upacara mengalami pergeseran dari zaman dulu, yang dimana saat dulu tari ini
penting digunakan dalam upacara perkawinan masyarakat Melayu khususnya
malam berinai, namun dalam penerapan di masa sekarang adalah sebagai salah
satu pelengkap upacara perkawinan. Jika tari ini tidak ditampilkan, upacara akan
tetap terlaksana. Namun terasa kurang lengkap jika kesenian tradisional ini tidak
ditampilkan. Berfungsi sebagai tanda berkumpulnya keluarga dan kerabat calon
pengantin perempuan dan memakai kan inai pada jari tangan atau jari kaki si calon
pengantin.
Dalam konteks kegiatan tari Inai, ada hubungan antara tari, musik iringan,
dan fungsi tari di dalam masyarakat Melayu di Batang Kuis. Hubungan itu berupa
hubungan pertunjukan, yang memiliki bentuk dan siklusnya tersendiri dalam dimensi
waktu dan ruang.
94
7.2
Saran
Tari Inai sebagai salah satu kesenian tradisional masyarakat Melayu yang
kinisudah jarang dijumpai dan kesenian ini semakin berkembang dengan adanya
kreatifitas-kreatifitas sanggar yang berkembang di Batang Kuis, yang tentu saja akan
mendapat pengaruh dari kesenian yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, sebagai
upaya pelestariannya diperlukan wadah seperti sanggar-sanggar Melayu dan
memiliki kesadaran untuk menjaga kesenian tradisional ini.
Generasi muda diharapkan untuk berperan aktif dalam menjaga kelangsungan
kesenian daerahnya.
95
DAFTAR PUSTAKA
Asmita, Linda, 1994. Studi Deskriptif Musik Inai dalam Konteks Upacara Perkawinan
Melayu di Desa Batang Kuis dan Desa Nagur, Kecamatan Tanjung Beringin,
Kabupaten Deli Serdang. Skripsi Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara, medan.
Blacking, John. 1974. How Musical is Man? Seattle: University of Washington Press.
Effendy, Tenas, 2004. Tunjuk Ajar Melayu: Butir-butir Budaya Melayu Riau.
Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu dan Penerbit
Adicita.
Husni, Tengku Lah, 1986. Butir-butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera
Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
-------------------------, 1975. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk Pesisir
Sumatera Timur 1612-1950. Medan: B.P. Lah Husni.
-------------------------, 1985. Keserasian Sosial dalam Kearifan Tradisional Masyarakat
Melayu. Makalah Seminar Keserasian Sosial dalam Masyarakat Majemuk di
Perkotaan, di Medan.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Djelantik. 1990. Estetika, Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan
Indonesia.
Malinowski. 1944. A Scientific Theory Culture and Other Essays.
Malm,William P., 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New
Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terJemahannya dalam bahasa
Indonesia, William P. Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasiflk, Timur Tengah,
dan Asia, dialihbahasakan oleh Muhammad Takari, Medan: Universitas Sumatera
Utara Press.
Merriam, Alan P., 1964. The Anthropology of
University.
Nettl, Bruno, 1973. Folk and Traditional of Western Continents, Englewood Cliffs,
New Jersey: Prentice Hall.
---------------, 1992. Ethnomusicology: Some Definitions, Problems and Directions.
Music in Many Cultures: An Introduction. Elizabeth May (ed.).
California: University California Press.
Poerwadarminta, W.J.S., 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Suharto (1996). Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Penerbit Indah.
96
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York : The Pree
Prees.
Sachs, Curt. 1993. World History of The Dance. New York: The Norton Library.
Sheppard, Mubin, 1972. Taman Indera: Malay Decorative Arts and Pastimes. London:
Oxford University Press.
Sinar, Tengku Luckman, 1985. "Keserasian Sosial dalam Kearifan Tradisional
Masyarakat Melayu." Makalah Seminar Keserasian Sosial dalam Masyarakat
Majemuk di Perkotaan, Medan.
Soedarsono, 1995. Pendidikan Seni dalam Kaitannya dengan Kepariwisataan.""
Makalah Seminar dalam Rangka Penringatan Hari Jadi Jurusan pendidikan
Sendratasik ke-10 FPBS IKIP Yogyakarta, 12 Pebruari 1995)."
Soedarsono, 1972. Jawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional
di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soedarsono, 1974. Dances in Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
Wimbrayardi. 1989. Analisis Ritem Musik Adok Pengiring Tari Bentan. Medan,
Skripsi Sarjana Sastra USU.
97
DAFTAR INFORMAN
Nama
Usia
: 49 Tahun
Pekerjaan
: Seniman Tari Inai, dan menulis skripsi tentang inai di Batang Kuis,
juga sebagai guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) di SMP
Negeri Sampali.
Alamat
Nama
: Bahriun Syam
Usia
: 42 Tahun
Pekerjaan
Alamat
Nama
: Syafdina
Usia
: 33 Tahun
Pekerjaan
98