Dosen Pengampu:
Diah Anugrah Dipuja, M.Pd
Oleh
Kelompok 1:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Budaya Melayu Riau Selain itu, juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “Diaspora Masyarakat Melayu Riau” bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi ini yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................17
3.1. Kesimpulan..............................................................................................17
3.2. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
(perairan) yang juga merupakan jalur strategis transportasi dan jalur perniagaan
internasional yang penting pada masanya. Sehingga hal ini memberi dampak
masyarakat Melayu menjadi masyarakat yang terbuka baik secara fisik maupun
sangat dekat dengan dunia Islam yang dibawa oleh para pedagang dari Timur
ciri dari egaliternya masyarakat Melayu tercermin dari bahasa yang ditampilkan,
terdapat pada bahasa-bahasa etnik lain di Nusantara seperti pada bahasa Jawa dan
Sunda.
Bahasa Melayu kemudian menjadi bahasa yang mudah diterima oleh
berbagai suku bangsa di Nusantara dan berfungsi sebagai bahasa perantara dalam
hubungan antar suku bangsa di Nusantara. Selain itu, cara berbahasa yang
ditampilkan oleh orang Melayu yang lugas dan praktis memperlihatkan bahwa
masyarakat Melayu akan terlihat ketika berada di pasar. Pasar bagi masyarakat
Melayu selain menjadi tempat bertemunya pembeli dan penjual, pasar sendiri juga
dengan kaum awam yakni petani dan nelayan Melayu secara lebih bebas tanpa
I.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui sejarah Masyarakat Melayu Riau
budaya. Sementara manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, karena budaya lahir dari kegiatan dan kebiasaan manusia. Suatu
manusia yang diwujudkan melalui pola kelakuan yang menghasilkan karya yang
bersifat estetis dan bermakna. Dari pernyataan ini terlihat bahwa setiap manusia
suku Akit, Bonai, Talang Mamak, Sakai, Suku Laut dan suku Hutan, suku
Melayu. Juga suku pendatang seperti suku Jawa, suku Minang, dan suku Batak.
Di antara suku-suku tersebut terdapat suku yang masih menganut kesenian tradisi
dan budaya. Walaupun kesenian tradisi yang ada di Propinsi Riau telah
Kepulauan Riau, dan Riau Daratan, sekaligus memiliki nilai budaya Melayu.
Dalam sejarah telah terungkap bahwa pada zaman lampau orang Melayu
Salah satu ciri dari egaliternya masyarakat Melayu tercermin dari bahasa
tingkatan seperti yang terdapat pada bahasa-bahasa etnik lain di Nusantara seperti
pada bahasa Jawa dan Sunda. Bahasa Melayu kemudian menjadi bahasa yang
mudah diterima oleh berbagai suku bangsa di Nusantara dan berfungsi sebagai
bahasa perantara dalam hubungan antar suku bangsa di Nusantara. Selain itu, cara
berbahasa yang ditampilkan oleh orang Melayu yang lugas dan praktis
dan penjual, pasar sendiri juga merupakan suatu institusi yang menjadi ruang
bertemunya kalangan bangsawan dengan kaum awam yakni petani dan nelayan
Melayu secara lebih bebas tanpa ikatan adat yang ketat. Kebudayaan Melayu yang
yang majemuk
Melayu telah memberi warna tersendiri bagi alam Melayu Interaksi antara Melayu
dengan orangorang dari timur tengah merupakan interaksi yang paling kuat,6
sehingga agama Islam dan corak tradisi arab yang dibawa oleh pedagang-
pedagang tersebut cukup mudah diterima oleh masyarakat Melayu. Bahkan kini,
penyebutan raja dengan Sultan, selain itu posisi para ulama sangat penting
Salah satu interaksi antara dunia melayu yang termasuk pada masa-masa
awal dengan dunia Arab atau dunia Islam adalah pada masyarakat Melayu
atau jaringan ulama dari timur tengah sudah terjadi dari sekitar abad ke-10 yakni
pada masa kerajaan Sriwijaya. Namun demikian, perkembangan Islam yang cukup
satu kekuatan Islam terjadi sejak berdirinya kesultanan Palembang pada abad ke-
17.
seorang Melayu ketika dia tidak beragama Islam, begitu pula sebaliknya,
seseorang akan dianggap menjadi Melayu ketika dia sudah menjadi muslim.
maupun tidak langsung terhadap tradisi Melayu. Pengaruh tersebut tentu memiliki
masyarakat Melayu dengan dunia luar sekaligus lebih mudah menyerap informasi-
modernitas. Selain keuntungan tadi, sejumlah tantangan juga harus dilalui oleh
selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk
Utara, Kalimantan Selatan, Sarawak & Sabah pesisir, Filipina bagian barat dan
selatan, dan pulau-pulau kecil yang terletak disekitar lokasi ini—secara kolektif
Indonesia, Singapura, Brunei, Thailand, dan Filipina. Nama “Malayu” berasal dari
Kerajaan Malayu yang pernah ada di kawasan Sungai Batang Hari, Jambi. Dalam
berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut serta membawa adat
budaya dan Bahasa Melayu pada kawasan tersebut. Bahasa Melayu akhirnya
merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk pada masa wangsa
abad ke-14, dan terus berkembang pada masa Kesultanan Malaka sebelum
kerajaan ini ditaklukan oleh kekuatan tentara Portugis pada tahun 1511.
dan Kesultanan Siak, bahkan kerajaan Karo Aru pun memiliki raja dengan gelar
Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka banyak memiliki
mendapatkan pengaruh langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah
pergi ke negara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik daripada di daerah
Sujatmiko (2014)
penduduk etnis yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan Tanah Air etnis
Missbach (2011)
orang – individu maupun komunitas yang berada di luar tanah asalnya sebagai
bentuk aspirasi dan rekognisi di tengah kondisi politik negara asal maupun negara
berdasarkan waktu kedatangan serta daerah yang pertama kali ditempati bangsa
pertama (1500 SM).Bangsa Proto Melayu masuk nusantara melalui dua jalur,
yaitu jalur barat (Malaysia-Sumatera) dan jalur utara atau timur melalui (Filipina-
Sulawesi).
Bila dibanding manusia purba pada masa itu, Bangsa Melayu Tua
kebudayaan neolitikum yaitu hampir semua peralatan terbuat dari batu yang sudah
dihaluskan. Hasil kebudayaan zaman neolitikum dari orang-orang Austronesia
Bali dan Sulawesi Utara.Suku bangsa Indonesia saat ini yang termasuk keturunan
kedua (400-300 SM). Bangsa Melayu Muda ini berhasil melakukan asimilasi
masuk ke nusantara melalui jalur Barat. Dengan rute dari Yunan (Teluk Tonkin),
Peralatan dari perunggu dan besi bangsa Deutro Melayu yaitu kapak
sepatu, kapak corong, nekara, menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, dan
Melayu Muda adalah suku Jawa, Melayu dan Bugis. Suku primitive Sebelum
kelompok manusia purba yang lebih dulu menempati wilayah nusantara. Mereka
Suku wedoid: sisa-sisa suku Wedoid hingga kini masih ada dan dapat ditemukan.
Mereka meramu dan mengumpulkan makanan dari hasil hutan dan memiliki
adalah Suku Sakai di Siak dan Suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang.
Suku negroid: di Indonesia sudah tidak ada lagi sisa-sisa kehidupan suku negroid.
Tetapi suku ini masih bisa ditemukan di pedalaman Malaysia dan Filipina yaitu
Kandis merupakan salah satu kerajaan melayu kuno yang ada di Riau
pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun suatu istana yang
megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja Diraja bernama
Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih dekat dipanggil).
Datuk Rajo Tunggal mempunyai senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala
burung garuda yang mencapai masa ini sedang dipegang oleh Danial gelar Datuk
bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih.
Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja
Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah
Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah
sepasang bunga raya berwarna merah dan putih. Kehidupan ekonomi kerajaan
Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-
layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya
akan emas, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan bagi membuat tambang emas
di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, gunanya tambang emas
kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, gunanya Raja Bukak Selo
(buka sila) sebab kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari
diserang oleh Raja Sintong dari Cina balik, dengan ekspedisinya dikenal dengan
2. Kerajaan Katangga
merupakan Induk atau Bunda leluhur mereka, yang dipimpin oleh seorang raja.
Raja-raja itu mestilah bergelar datu’ terlebih dahulu, barulah kemudian ia dapat
Maksud bergelar datu’ sebelum diangkat menjadi seorang raja adalah raja yang
diangkat merupakan pewaris (penyambung) gelar datu’ secara turun temurun. Ini
menunjukkan setiap raja jelas asal usulnya dan merupakan orang pilihan dari satu
kaum atau puak tersebut, sesuai dengan istilah “Kosiok putioh ayiu-nyo jonioh,
seorang datu’ adalah orang yang benar-benar menjalankan, mematuhi aturan adat
yang telah ditentukan secara turun temurun sebagai pedoman kehidupan yang
Kerajaan Siak Sri Indra Pura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik
yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putra Raja Johor (Sultan Mahmud
Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan nama pusat kerajaan berada di
Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu
siak-siak yang banyak terdapat di situ. Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak
berada dibawah kekuasaan Johor. Yang memerintah dan mengawasi daerah ini
Istana Siak ini terdiri dari dua lantai dan berdenah segi empat silang. Gaya
Setiap sudut bangunan terdapat pilar bulat dengan ujung puncaknya ada hiasan
burung garuda. Pintu dan jendela istana dirancang dengan bentuk kubah serta
dihiasi mozaik kaca. Ada 15 ruangan dari dua lantai Istana Siak. Saat ini Istana
Siak Sri Indrapura berfungsi sebagai destinasi wisata sejarah di Provinsi Riau.
Kerajaan Siak.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ras Melayu datang pertama kali ke daerah Riau sekitar tahun 2.500 SM.
Mereka datang dari daratan Asia bagian tengah dan menyeberang dari
Semenanjung Malaysia. Gelombang kedatangan kedua terjadi pada tahun 1.500
SM, dan gelombang kedatangan ketiga sekitar tahun 300 SM. Suku bangsa
Melayu di daerah Riau adalah salah satu keturunan para migran dari daratan Asia
tersebut. dalam sejarah kebudayaannya mereka juga telah mengalami beberapa
pengaruh peradaban, seperti Hindu, Islam dan juga peradaban Cina dan Barat
(Belanda, Inggris, Portugis).
Provinsi Riau merupakan Provinsi yang terdiri dari berbagai suku dan
budaya. Sementara manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, karena budaya lahir dari kegiatan dan kebiasaan manusia.
Provinsi Riau menyimpan banyak kisah heroik masyarakatnya dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa lampau. Peperangan di bagan
siapi-api bahkan penyerangan secara mendadak kolonialisme belanda di rengat
tentunya tidak bisa dilupakan begitu saja. Begitu pula cerita Sultan Siak yang
secara sukarela menyerahkan harta kekayaannya sebesar 13 juta Golden untuk
modal Kemerdekaan Indonesia, hingga puncaknya pemuda Riau mengibarkan
bendera Kemerdekaan merah putih di Pekanbaru. Dan masih banyak lagi bukti-
bukti bahwa Riau menjadi sasaran tepat untuk mempelajari sejarah.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa, penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA