Anda di halaman 1dari 8

PSIKOSOSIAL, BUDAYA DAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

UPACARA METATAH – BALI

Kelompok 5 :
Azzahra Dwi Sintaningrum 20170320029
Bella Katherine Salsabilla 20170320031
Ingrit Marditantea 20170320033
Khasan As’ari 20170320034
Gandha Arum Syafira 20170320035
Muhammad Bais Ats-Staqib 20170320090
Friska Dwi Aprilia 20170320107
Silfia Wahyuni 20170320108
Andre Kuswana 20170320110
Hanindya Sukma Ningtyan 20170320112
Laili Indah Wulandari 20170320113

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kebutuhan setiap manusia dalam menjalani kehidupannya.
Kesehatan juga merupakan hal yang sangat penting karena tanpa kesehatan yang baik,
maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan, salah satunya adalah factor budaya.
Office of Minority Health menggambarkan budaya sebagai ide-ide,
komunikasi, tindakan, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai, dan adat-istiadat dari
kelompok ras, etnik, agama atau sosial. Menurut Purnell dan Paulanka (2003), budaya
merupakan penyebaran secara sosial dari pengetahuan, bentuk tingkah laku, nilai-
nilai, kepercayaan, norma, dan gaya hidup dari kelompok tertentu yang menunjukkan
pandangan mereka dan cara pengambilan keputusan.
Upacara adalah lapisan paling luar dari agama, karena upacara merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari suatu kesatuan agama secara utuh. Upacara berarti
jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa , yang dilakukan
sungguh-sungguh atas dasar ketulus-ikhlasan. Setiap manuasia dipenuhi dengan
banyak ritual dalam hidupnya. Umat Hindu khususnya berbagai upacara/ritual
dilakukan mulai dari dalam kandungan hingga ia meninggal dunia. Salah satu yang
harus dilalui adalah Upacara Potong Gigi atau Metatah/Mesangih dalam Bahasa Bali.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang kami ambil yaitu :

1. Apakah definisi dari Metatah?

2. Apakah makna dan tujuan dari Metatah bagi masyarakat Bali?

3. Bagaimana hubungan Metatah dengan kesehatan?

4. Bagaimana hukum Metatah bagi agama Islam?

C. Tujuan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dan mendapatkan pengetahuan terkait Metatah
2. Untuk mengetahui manfaat atau tujuan dari Metatah bagi masyarakat Bali
3. Untuk mengetahui apakah Metatah memiliki fungsi dalam dunia kesehatan

D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Dapat menambah wawasan terkait upacara Metatah
2. Dapat mengetahui hubungan upacara Metatah dengan dunia kesehatan
3. Dapat mengetahui hukum upacara Metatah dalam Islam

BAB II
ISI
A. Apa itu Metatah?
Metatah adalah Potong gigi (bahasa bali: mepandes, mesangih atau metatah)
adalah upacara keagamaan Hindu-Bali bila seorang anak sudah beranjak dewasa,dan
diartikan juga pembayaran hutang oleh orang tua ke anaknya karena sudah bisa
menghilangkan keenam sifat buruk dari diri manusia. Maknanya adalah sudah
sepantasnya orang tua memberikan petuah yang baik agar sifat-sifat jelek yang ada
pada anak-anaknya bisa dikendalikan.
Ritual yang dilakukan pada saat potong gigi adalah mengikis 6 gigi bagian
atas yang berbentuk taring. Tujuan dari upacara ini untuk mengurangi sifat buruk.
Metatah dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan upacara Ngaben, pernikahan, dan
Ngeresi, serta dilakukan pada hari-hari tertentu saja.

B. Tujuan Metatah bagi masyarakat Bali


Ada beberapa tujuan dari upacara Metatah, yaitu menghilangkan kotoran diri
dalam wujud kala, bhuta, pisaca dan raksasa dalam arti jiwa dan raga diliputi oleh
watak Sad Ripu sehingga dapat menemukan hakekat manusia yang sejati. Selain itu
adalah untuk menghindari hukuman didalam neraka nanti yang dijatuhkan oleh
Bhatara Yamadipati berupa mengigit pangkal bambu petung. Hal ini tertera dalam
Lontar Atmaprasangsa. Kemudian upacara ini juga untuk dapat bertemu kembali
dengan bapak dan ibu yang telah berwujud suci serta untuk memenuhi kewajiban
orang tua kepada anaknya untuk menjadi manusia yang sejati.
Pada intinya upacara ini bertujuan untuk menghilangkan hal-hal buruk yang
ada pada anak. Pemotongan dilakukan pada 6 gigi karena menurut adat Bali ada 6
kebiasaan buruk yang harus dihilangkan atau orang Bali menyebutnya dengan Sad
Rippu. Kebiasaan buruk itu yaitu Kama berarti hawa nafsu, Lobha berarti rakus,
Krodha berarti amarah, Moha berarti bingung, Mada berarti membutakan pikiran dan
yang terakhir Matsarya yang berarti iri hati.

C. Hubungan Metatah dengan kesehatan


Gigi geligi memiliki beberapa lapisan, lapisan yang paling luar dan paling
keras disebut dengan enamel atau email gigi. Meskipun enamel atau email gigi
merupakan lapisan yang paling keras, namun jika lapisan enamel ini berkurang
bahkan hilang, resiko besar yang akan dialami oleh orang yang melakukan pengikiran
gigi adalah bagian dalam gigi di balik enamel gigi yaitu lapisan yang lebih lunak dari
gigi akan mengalami keropos dan rusak jika terdapat kandungan asam dari makanan
atau minuman yang menempel pada gigi.
Hal yang paling menakutkan adalah jika melakukan pengikiran gigi adalah
jika pengikiran gigi sudah menipiskan bagian enamel gigi dan makin lama lapisan
akan menjadi lebih tipis lagi, dan akan sangat berbahaya jika kuman-kuman pada sisa-
sisa makanan yang menempel di gigi kemudian mulai memasuki bagian saraf yang
terbuka karena lapisan gigi yang telah terkikis. Efek yang sangat berbahaya, bukan
hanya untuk kesehatan gigi dan mulut namun juga untuk kesehatan tubuh secara
keseluruhan.
Tidak bisa dihindari juga, gigi yang pada awalnya sehat menjadi lebih sensitif.
Terkena makanan ataupun minuman yang panas atau dingin lebih cepat terasa ngilu.
Lebih mengerikan lagi jika gigi menjadi lebih mudah keropos karena kandungan asam
pada sisa makanan atau minuman yang menempel pada gigi, gigi menjadi lebih cepat
berlubang dan lama kelamaan akan rapuh.

D. Metatah dari segi agama islam


Kita sebagai umat muslim sepatutnya mensyukuri apa yang Allah beri untuk
kita, dan tidak merubah bentuk tubuh sesuai dengan keinginan kita, dalam surat An
Nisa ayat 117 – 119 Allah berfirman :

Artinya : Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan
menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang
durhaka,yang dilaknati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan
mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya)
dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan
kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang
ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah
ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merobahnya". Barang siapa yang menjadikan
syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata.
Sebagaimana diterangkan pada ayat tersebut bahwa syetan akan membisikan
kepada manusia agar mereka merubah ciptaan Allah, dan manusia tersebut benar-benar
akan merubahnya.
Dalam hadist HR Muslim juga disebutkan bahwa Allah telah melaknat
mengutuk orang-orang yang membuat tato dan orang yang minta dibuatkan tato, orang-
orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya, dan
orang-orang yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang merubah ciptaan Allah.
Dari surat An Nisa dan hadist diatas jika dihubungkan dengan kebudayaan yang
ada di Bali, maka matatah termasuk mengubah bentuk yang telah Allah takdirkan ke
makhluknya yaitu dengan mengikir gigi agar menjadi rata, hal tersebut sama saja
mengubah bentuk agar terlihat lebih rapi. Jika dilihat dari sisi islam Allah tidak suka
terhadap makhluk mengubah bentuk tubuhnya. Namun berhubung mayoritas agama di
Bali menganut agama Hindu, hal tersebut tidak dipermasalahkan dan masih menjadi
budaya di Bali.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Metatah di Bali merupakan upacara yang harus dilakukan sebelum pernikahan,yang


artinya membersihkan diri dari sifat buruk. Upacara ini diperuntukan untuk anak-anak yang
beranjak dewasa dan merupakan kewajiban orang tua kepada anaknya. Dari segi kesehatan
metatah sangat tidak dianjurkan karena memotong gigi dapat berakibat buruk bagi kesehatan
gigi. Gigi menjadi mudah keropos dan rusak. Hal ini juga dapat memicu timbulnya penyakit-
penyakit lainnya. Dari segi agama islam, kita sebagai umat muslim sepatutnya mensyukuri
apa yang Allah beri untuk kita, dan tidak merubah bentuk tubuh sesuai dengan keinginan kita.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.blogfakta.com/2014/07/upacara-potong-gigi.html

http://inputbali.com/budaya-bali/memahami-makna-dan-tujuan-upacara-potong-gigi

http://jibonkrocksite.blogspot.com/2013/08/mepandes-metatah-mesangih-potong-gigi.html

http://www.shinysmiledentalclinic.com/dampak-buruk-pengikiran-gigi/

Rai, dkk.1994. Manusa Yadya. Jakarta: Hanuman Sakti


Perancangan Buku Fotografi Esai Metatah Gigi di Bali Amelia Puspita Wongso Dr. Prayanto
Widyo Harsanto M.Sn, Rebecca Milka Natalia Basuki S.Sn., M.Ds.

Anda mungkin juga menyukai