Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling mendasar bagi

manusia. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah terpuaskan keinginan

dan kebutuhannya. Jika kebutuhan dasar telah terpenuhi, manusia cenderung

mencari cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Tidak dapat

dipungkiri, seiring perkembangan zaman, kebutuhan manusia pun meningkat.

Kebutuhan akan harga diri, reputasi, dan status seolah menjadi kebutuhan

pokok dewasa ini.

Seorang filsuf Barat, Aristoteles, berkata “Beauty is a greater

recommendation than any letter of introduction” (Keindahan adalah

rekomendasi lebih besar daripada surat referensi). Pernyataan yang sepertinya

benar terjadi dewasa ini, sebab orang-orang yang berpenampilan menarik

memiliki kesempatan yang lebih baik.1

Kesehatan menjadi bagian dari kebutuhan fisiologis yang paling

mendasar di samping kebutuhan fisiologis lainnya. Menurut Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

1
A Bakr M Rabie, Ricky W K Wong, Nigel M King, Aesthetic Dentistry and Orthodontics. The
Hong Kong Medical Diary: Dental Bulletin. Vol. 11 no.8, August 2006, Hlm. 1.
2

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis.

Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi tiga unsur, yaitu

kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kesehatan sosial. Kesehatan jasmani

merupakan bentuk dari keseimbangan manusia dengan alam. Kesehatan rohani

di mana ada keseimbangan dan hubungan yang baik secara spiritual antara

Khalik atau pencipta yang diwujudkan dari aktivitas makhluk dalam

memenuhi semua perintah Sang Pencipta. Lalu, kesehatan sosial kesehatan

yang baik secara spiritual antara Khalik atau pencipta yang di wujudkan dari

aktivitas makhluk dalam memenuhi semua perintah Sang Pencipta. Lalu,

kesehatan sosial kesehatan yang bersifat psikologis.2

Usaha salon kecantikan adalah tempat yang khusus merawat dan merias

semua bagian tubuh dengan mempergunakan alat–alat kecantikan dan bahan–

bahan kosmetik yang di tangani oleh para ahli kecantikan. Usaha salon

kecantikan merupakan usaha jasa yang berkaitan dengan pelayanan perawatan

dan penataan kecantikan seperti perawatan kulit, rambut. Maka dari itu usaha

salon kecantikan merupakan usaha jasa untuk memberikan pelayanan

2
Momon Sudarma, Sosiologi untuk Kesehatan, Jakarta, Penerbit Salemba Medika, 2008, Hlm.
149.
3

perawatan dan penataan kepada manusia sebagai pelanggannya yang

bertujuan untuk memperbaiki dan mempercantik penampilan fisik.3

Semakin maraknya salon kecantikan yang melakukan perawatan gigi,

khususnya perawatan veneer, tidak lepas dari meningkatnya permintaan dari

masyarakat. Dalam masyarakat konsumsi terdapat kecendrungan

mengonsumsi bukan hanya barang namun juga jasa manusia dan hubungan

antar manusia. 4 Perawatan veneer kemudian tidak hanya dilakukan oleh

dokter gigi spesialis atau dokter gigi umum saja, namun juga salon kecantikan.

Hal ini sering dikaitkan dengan faktor ekonomi masyarakat yang rendah,

sementara biaya perawatan dokter gigi yang dianggap mahal. Selain itu,

waktu perawatan singkat ditawarkan oleh salon kecantikan membuat

masyarakat menjatuhkan pilihan kepada pihak yang tidak memiliki

kompetensi untuk melakukan perawatan veneer.

Pengaruh gigi pada penampilan sudah terlihat dalam berbagai cara

sepanjang sejarah. Gigi-gigi dimodifikasi oleh perubahan bentuk atau warna

dan oleh penambahan permata atau emas dalam upaya meningkatkan

penampilan.5 Veneer gigi dikenal luas di Indonesia sejak beberapa tahun ke

belakang saat selebritas Indonesia mulai melakukan perawatan ini. Perawatan

veneer gigi secara harfiah adalah melapisi permukaan gigi bagian labial atau

3
Eva Sativa Nilawati, Beautypreneurship, Cantiknya bisnis Kecantikan, Yogyakarta, CV. Andi
Offset, 2010. Hlm. 2.
4
Jean P. Baudrillard, Masyarakat Konsumsi, Bantul, Kreasi Wacana Offset, 2011.
5
Baum L. Textbook of operative dentistry, Dalam: Ilmu konservasi gigi. Alih bahasa: Tarigan R.
Edisi 3, Jakarta: EGC, 1995, Hlm. 305.
4

palatal yang bertujuan untuk memperbaiki estetika gigi akibat diskolorisasi,

anomali bentuk gigi, dan menutup diastema.6 Di balik segala manfaat yang

diperoleh dari penggunaan veneer, terdapat beberapa kontroversi dalam

penggunaannya karena sekarang ini marak penggunaan veneer yang hanya

untuk kepentingan estetik saja tanpa adanya masalah pada gigi. Hal tersebut

cenderung merugikan untuk gigi yang sehat, karena sebelum veneer

diaplikasikan, dilakukan pengikisan terlebih dahulu pada email7 gigi.

Saat ini maraknya permintaan veneer bukan hanya karena nilai

kemanfaatan perawatan sesuai indikasi tetapi karena gaya hidup demi sebuah

citra diri. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dengan cepat sebagai

konsekunsi dari modernisasi dan globaliasi serta kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, mempunyai dampak serius dalam mempengaruhi nilai-nilai

kehidupan masyarakat.8

Pada Undang-undang No. 36 Tahun 2009 pasal 93 butir (1) disebutkan

bahwa Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan

kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan

pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau

6
Ivor G Chestnutt, John Gibson, Churchill’s Pocketbook: Clinical Dentistry, China: Churchill
Livingstone Elsevier, 2010, Hlm. 263.
7
Bagian terluar mahkota anatomi gigi yang keras berisikan 96% bahan anorganik dan tidak
sensitif. (F.J. Harty dan R. Ogston, Kamus Kedokteran Gigi, Alih Bahasa: Narlan Sumawinarta,
Jakarta, EGC, 1995, Hlm. 107.)
8
Iman Jauhari, Kesehatan dalam Pandangan Hukum Islam, Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 55,
Th. XIII (Desember, 2011), Hlm. 33.
5

masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan.

Undang-undang No. 29 Tahun 2004 pasal 77 yang menyebutkan bahwa

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau

bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang

bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda

registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin

praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp

150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Sebetulnya bukan tidak mungkin veneer gigi yang saat ini menjadi tren

nasional akan berubah menjadi bencana nasional, akibat kebocoran pada

bagian celah antara veneer dan gigi setelah beberapa tahun pemasangan

veneer, sehingga yang tadinya gigi anda sehat, tiba-tiba menjadi karies 9

karena sisa makanan yang terselip diantara veneer dan gigi tanpa disadari.

Kegagalan perawatan veneer mungkin tidak langsung terasa. Keluhan

mungkin terjadi beberapa minggu hingga beberapa tahun setelah perawatan

yang sangat mungkin merugikan konsumen dan berpengaruh kepada

kesehatan serta penurunan kualitas hidup orang tersebut.

9
Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang diakibatkan oleh
aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi. (Tatjana Dostalova, Michaela Seydlova,
Dentistry and Oral Diseases for Medical Students, Cekoslovakia: Grada, 2010, Hlm. 47.)
6

Syariat adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-Nya

tentang urusan agama. Maqashid syariah adalah tujuan yang menjadi target

teks dan hukum-hukum partikular untuk direalisasikan dalam kehidupan

manusia. Baik berupa perintah, larangan, dan mubah. Untuk individu, keluarga,

jamaah, dan umat.10 Kesehatan merupakan salah satu dari maqashid syariah,

dan kesehatan dalam Kajian hukum Islam.11

B. Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan uraian latar belakang di atas, muncul sebuah

masalah, yakni bagaimana praktik perawatan veneer gigi yang dilakukan oleh

salon kecantikan menurut tujuan hukum Islam?

10
Yusuf Qordhowi, Fiqih Maqasid Syariah, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2006, Hlm. 13.
11
Jauhari, Op. Cit., Hlm. 36.
7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Hukum Islam


8

Tujuan-tujuan hukum Islam itu sesuai dengan fitrah manusia

dan fungsi-fungsi daya fitrah manusia. 12 Di kalangan ulama ushul

fiqh, tujuan hukum tersebut bisa disebut dengan maqasid syari’ah,

yaitu tujuan asy-syari’ dalam menetapkan hukum. Tujuan hukum

tersebut dapat dipahami melalui penelusuran terahadap ayat -ayat

Al-Qur’an dan hadist. Penelusuran ulama ushul fiqh tersebut

menghasilkan kesimpulan bahwa tujuan asy-syari’ menetapkan

hukum adalah untuk kemaslahatan manu sia. 13

Dalam setiap keberadaan hukum pasti tidak akan terlepas dari tujuan dan

harapan subjek hukum. Kajian tujuan ditetapkannya Hukum Islam

merupakan kajian di bidang ushul fiqh dan dalam perkembangan

selanjutnya merupakan kajian di dalam filsafat Hukum Is lam. 14

Tujuan ditetapkannya ajaran Islam yakni untuk mencapai

kemaslahatan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Secara khusus,

beberapa ulama yang paling sering membahas tentang hal ini adalah

Imam Al-Ghazali, Imam As-Syatibi, dan Imam Izzuddin

Abdus-Salam. Mereka telah mengklasifikasikan pemenuhan

kebutuhan menjadi tiga kategori yakni kebutuhan primer atau dasar

(dharuriyat), kebutuhan sekunder (hajiyyat) untuk kehidupan lebih

12
Juhaya S.Praja, Filsafat Hukum Islam, Bandung: Universitas Islam Bandung, 1995, Hlm. 99.
13
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqasid Syari’ah Menurut Al-Satibi, Jakarta, Rajagrafindo Persada,
1996, Hlm. v.
14
Tata Fathurrohman, Pengantar Hukum Islam (Bahan Kuliah Hukum Islam), Bandung:
Universitas Islam bandung, 2011, Hlm. 53.
9

sempurna, dan kebutuhan tersier untuk kebutuhan yang lebih indah

(tahsiniyyat).

Adapun kebutuhan dasar masih dapat dirinci lagi menjadi lima

kebutuhan dasar (ad-dharuriyat al khamsah) yang mencakup hal -hal

sebagai berikut:

a. Pemeliharaan agama, yang terkait pula dengan pemeliharaan

sarana dan prasarana ibadah dan ketentuan lainnya dala m ajaran

Islam.

b. Pemeliharaan jiwa, yang berimplikasi terhadap aspek kesehatan.

c. Pemeliharaan akal, melalui pendidikan dan pengembangan

pengetahuan.

d. Pemeliharaan keturunan, melalui jenjang pernikahan dan

pengembangan keturunan/generasi

e. Pemeliharaan harta benda, melalui pengembangan ekonomi dan

bisnis. 15

Maqashid al-Daruriyat dimaksudkan untuk memelihara lima

unsur pokok dalam kehidupan manusia di atas. Maqashid al hajiyat

dimaksudkan untuk menghilangkan kesulitan atau menjadikan

pemeliharaan terhadap lima unsur pokok menjadi lebih baik lagi.

15
Firman Menne, Nilai-nilai Spiritual dalam Entitas, Celebes Media Perkasa, 2017, Hlm. 64.
10

Sedangkan maqashid al-tahsiniyat dimaksudkan agar manusia dapat

melakukan yang terbaik untuk penyempurnaan pemeliharaan lima

unsur pokok. Tidak terwujudnya aspek daruriyat dapat merusak

kehidupan manusia dunia dan akhirat secara keseluruhan.

Pengabaian terhadap aspek hajiyat, tidak sampai merusak

keberadaan lima unsur pokok, akan tetapi hanya membawa kepada

kesulitan bagi manusia sebagai mukallaf dalam merealisasikannya.

Sedangkan pengabaian aspek tahsiniyat, membawa up aya

pemeliharaan lima unsur pokok tidak sempurna. 16

Apabila dianalisis lebih jauh, dalam usaha mencapai

pemeliharaan lima unsur pokok secara sempurna, maka ketiga

tingkat maqashid di atas, tidak dapat dipisahkan. Tampaknya bagi

al-Syatibi, tingkat hajiyat adalah penyempurnaan tingkat daruriyat.

Tingkat tahsiniyat merupakan penyempurnaan lagi bagi tingkat

hajiyat. Sedangkan daruriyat menjadi pokok hajiyat dan tahsiniyat. 17

B. Kesehatan dalam Islam

Syariat Islam telah memberikan pengarahan tentang hidup sehat,

kebersihan lingkungan, kesehatan secara umum, kebiasaan makan yang sehat,

16
Asafri Jaya Bakri, 1996, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al-Syattibi, hlm 71.
17
Jauhari, Op. Cit., Hlm. 45.
11

dan banyak elemen lainnya yang mempengaruhi tubuh dan kesehatan hidup

manusia.18 Allah berfirman:

Al-Qur’an Surat ke-2, An-nisa Ayat 168

‫ض ف ِ ي ِم َّم ا ك ل وا ال ن َّ اس أ َي ُّ َه ا ي َ ا‬
ِ ‫ال َ ْر‬
ْ ‫ت َت َّب ِ ع وا َو َل ي ِ ب ًا ََط َح ََل ًل‬

ِ ‫م ب ِ ين عَ د و ل َ ك ْم إ ِ ن َّ ه ۚ ال ش َّ ي ْ طَ ا ِن خ ط َو ا‬
‫ت‬

Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Komitmen Islam yang besar terhadap keadilan, menuntut agar sumber

daya digunakan untuk mewujudkan maqashid syariah, yakni pemenuhan

kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan dasar seperti sandang, pangan,

papan, pendidikan, dan kesehatan. 19 Kesehatan hendaknya dimanfaatkan

untuk beribadah, bekerja, berjuang sebelum datangnya sakit, sebab jika sakit

datang, maka tidak akan dapat melaksanakan berbagai tugas dan pekerjaan.

18
Abuddin Nata, Islam dan ilmu Pengetahuan, Jakarta, Prenamedia, 2018, Hlm. 140.
19
Havis Aravik, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Edisi Pertama, Depok, Kencana,
2017, Hlm. 172.
12

Di dalam Islam, penyakit bukan hanya yang bersifat fisik melainkan ada yang

bersifat nonfisik, yakni penyakit spiritual dan sosial.20

Umar bin Khattab peduli dengan pendidikan jasmani. Umar

memperhatikan kesehatan, makanan serta olah raga masyarakat. Olah raga

dan mengatur pola makan adalah cara untuk menjaga kesehatan. Selain itu,

Umar juga peduli dengan kesehatan akal, pembentukan akhlak islami dengan

berbagai latihan sebab untuk membentuk akhlak dibutuhkan pembiasaan

dalam waktu yang mugkin tidak sebentar.21

Pendidikan jasmani bisa kembali “dibebaskan” dengan spesialisasi dokter

saat ini. Dokter spesialis mata, maka perlu pendidikan spesialis mata. Dokter

spesialis kandungan, maka perlu pendidikan spesialis kandungan. Dokter gigi,

maka mempelajari khusus kedokteran gigi. Pendidikan jasmani yang dalam

bahasa Arab disebut al-tarbiyah al-jismiyah adalah hal-hal empirik yang

memiliki wujud fisik. Untuk itu ada unsur-unsur fisik yang letaknya di dalam

tubuh manusia tidak kelihatan, tetapi ketika digunakan alat teknologi

kesehatan hal itu bisa dilihat ataupun dibedah dapat dilihat secara empirik.22

Rasulullah memberi petunjuk tentang cara mengobati penyakit liver,

khasiat susu, cara mengobati penyakit gatal, pengobatan pada usus besar,

20
Nata, Op. Cit., Hlm. 352.
21
Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah bangunan Ilmu Islamic Studies,
Yogyakarta, Deepublish, 2018, Hlm. 191.
22
Ibid. Hlm. 51-52.
13

menjaga kesehatan gigi, pembekaman, dan lainnya.23 Antara ilmu kesehatan

dan fiqh dapat saling bertemu. Misalnya agar penyakitnya sembuh harus

minum obat. Hukum obat yang dikonsumsi menjadi urusan fiqh, sedangkan

jenis obatnya merupakan urusan ilmu kesehatan.

Ada beberapa cara yang dilakukan Rasulullah guna menjaga dan

memelihara kesehatannya, antara lain sebagai berikut:

1. Menjaga kebersihan jasmani

Sebagaimana motto kedokteran modern bahwa kebersihan pangkal

kesehatan, maka Islam mempunyai semboyan yang lebih tinggi

maknanya, yakni kebersihan sebagian dari iman. Seolah-olah perilaku

hidup seseorang yang tidak bersih adalah cermin dari kurangnya nilai

iman dalam diri seseorang. Hidup yang bersih (jasmani, pakaian,

makanan dan lingkungan) merupakan syarat mutlak bagi hidup yang

sehat. Terlalu banyak penyakit yang bisa ditimbulkan akibat lingkungan

yang tidak higienis, khususnya penyakit-penyakit dalam kategori infeksi

menular.

Kebersihan jasmani merupakan syarat mutlak bagi seorang muslim

jika hendak melakukan shalat. Kebersihan dipandang sentral dalam

yurisprudensi (fiqh) Islam. Terdapat berjilid-jilid buku tentang thaharah

(bersuci) yang membahas tema najis, jenis-jenis air, mandi, wudhu,

istinjak, haid, nifat, sikat gigi, memotong kuku, memotong janggut,

23
Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunnah, Jakarta, Amzah, 2006, Hlm. 85-145.
14

larangan membuat tato, tayamum, khitan, memandikan jenazah,

menyegerakan pemakaman atau tema-tema yang berkaitan dengan

kebersihan lingkungan yang dikaji dengan rinci.24

2. Berwudhu

Membiasakan berwudhu paling tidak membasuh 7 anggota tubuh

yang terpapar dunia luar 5 kali sehari dengan wudhu mwnggunakan air

bersih lagi mensucikan. Prosesi wudhu sangat higienis untuk

pemeliharaan kesehatan. Menjaga kebersihan tangan juga diajarkan

Rasulullah di luar wudhu terutama ketika tangan akan dipakai makan.

3. Berkumur dan menyikat gigi

Berkumur melindungi mulut dan tenggorokan dari inflamasi. Satu

diantara kebiasaan Rasulullah adalah menyikat gigi. Menyikat gigi dapat

melindungi gigi dari kerusakan akibat pembusukan makanan. Di samping

itu, membersihkan area mulut mencegah risikio infeksi mikroorganisme

oportunistik bila imunitas menurun.25

Islam sangat memahami, bahwa kesehatan gigi dan mulut sangat

menentukan kualitas hidup manusia.26 Rasulullah bersabda:

24
Muhadi dan Muadzin, Semua Penyakit Ada Obatnya: Menyembuhkan Penyakit Ala Rasulullah,
Jakarta, Media Presindo, 2012, Hlm. 96.
25
Ibid. Hlm. 97.
26
Muhammad Khalil, Wonderful Islam: Penemuan dan Fakta-fakta mengagumkan tentang Dunia
Islam, Jakarta, Agromedia Pustaka, 2018, Hlm.23.
15

َ‫لى أَش َّق أ َ ْن لَ ْول‬


َ ‫ع‬َ ‫اك ل َ َم ْرته ْم أ َّم ِتي‬
ِ ‫صَلَة ك ِل دََْ ِعن باِلس َِو‬
َّ

Artinya : Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan

kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan shalat”. (Hadits riwayat

Bukhari dan Muslim, Irwaul Ghalil No. 70)

4. Membasuh wajah

Membasuh wajah membersihkan kotoran sisa sekresi kelenjar

keringat serta menjadi tabir surya yang melindungi kulit wajah dari efek

buruk sinar ultraviolet pemicu kanker kulit.

5. Pemeliharaan kebersihan lainnya

Selain area tubuh yang terkena wudhu, terdapat pemeliharaan

kebersihan lain yang secara inheren wwajib dilakukan tiap muslim, yakni

membebaskan diri dari najis dengan istinjak serta khitan (circumsitio).

Bagi wanita, istinjak mencegah infeksi saluran kencing. Khitan bagi pria

dilakukan untuk melindungi dari risiko keganasan.27

C. Veneer Gigi dalam Islam

Perubahan-perubahan sosial yang begitu cepat akibat akselerasi

modernisasi, dapat menyebabkan masyarakat kehilangan identitas diri,

sehingga masyarakat modern sangat mudah terserang penyakit stress, depresi

27
Muhadi, Op. Cit., Hlm. 97.
16

dan kecemasan. Di sisi lain, kemajuan sains dan teknologi sebagai tulang

punggung modernisasi, tanpa disadari telah terjadi penyalahgunaanya,

sehingga mengakibatkan dampak negatif berupa kerusakan lingkungan hidup,

polusi, perambahan hutan, pengotoran laut dari limbah industri dan berbagai

macam kerusakan alam lainnya.28

Kerusakan alam dan lingkungan hidup tersebut, disebabkan oleh pola dan

gaya hidup modern yang terlepas dari ajaran dan bimbingan agama. Hal inilah

yang dinyatakan dalam firman Allah:

Al-Qur’an Surat ke-30, Ar-rum Ayat 41

‫ت ب ِ َم ا َو ال ْ ب َ ْح ِر ال ْ ب َ ِر ف ِ ي الْ ف َ سَ اد ظ َ َه َر‬
ْ َ ‫اس ِد ي َْأ َي كَ سَ ب‬
ِ َّ ‫لِ ي ِذ ي ق َ ه ْم ال ن‬

َ ْ ‫ي َ ْر ِج ع و َن ل َ ع َ ل َّ ه ْم ع َ ِم ل وا ال َّ ِذ ي ب َ ع‬
‫ض‬

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian

dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Perawatan veneer termasuk ke dalam kedokteran gigi estetik/kosmetik

yang bertujuan untuk memperbaiki estetika gigi akibat diskolorisasi, anomali

bentuk gigi, dan menutup diastema. Gigi terlebih dahulu dikikir/asah agar

28
Jauhari, Op. Cit., Hlm. 38.
17

bahan tambal dapat menempel.29 Veneer dapat mengubah tampilan seseorang

lebih menarik, terutama jika tersenyum sebab bentuk, ukuran, dan warna gigi

disesuaikan dengan kepribadian seseorang. Veneer dan bedah plastik tidak

boleh bertentangan dengan norma-norma etika, hukum dan agama karena

tujuan bedah plastik bukan saja memperbaiki fisik tetapi lebih penting

memperbaiki kenyamanan psikososial. Motivasi seseorang untuk melakukan

perawatan ini bisa jadi dilakukan karena kebutuhan sesuai indikasi atau hanya

untuk kecantikan semata.

Wajah menjadi penting sebagai sarana hubungan dengan Allah (hablum

minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Dalam

kaitan hubungan sesama manusia, maka bentuk penampilan, keserasian dan

kecantikan wajah sebagai sesuatu yang fitrah dan kodrati. Untuk umat Islam

sudah cukup sempurna pegangan dari ajaran agama yang bersumber dari Al

Qur’an dan Hadist yang dapat diterapkan di zaman modern kini, saat era

globalisasi. Allah berfirman:

Al-Qur’an Surat ke-30, Ar Rum ayat 43

َ ‫ي َْ ي َ أ أ َ ْن ق َ ب ْ ِل ِم ْن ال ْ ق َ ي ِ ِم لِ لدِ ي ِن َو ْج َه‬
‫ك ف َ أ َق ِ ْم‬ َ ِ ‫ل َ ه َم َر د َّ َل ي َ ْو م ت‬

‫ي َ صَّ د َّع و َن ي َ ْو َم ئ ِ ذ ۖ ّللاَّ ِ ِم َن‬

Artinya: Luruskanlah wajahmu ke arah agama yang hanif, agama fitrah

dari Allah yang sesuai bagimu dengan fitrah manusia sebelum datang dari

29
Chestnutt, Op. Cit., Hlm. 263.
18

Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu

mereka terpisah-pisah.

Jadi wajah kita luruskan ke arah kiblat, arah ajaran agama yang benar,

sesuai dengan fitrah Allah dan sesuai pula dengan fitrah dan kodrat kita

sebagai manusia, ciptaan Allah yang paling indah.30

Perawatan veneer gigi bukan tanpa risiko, jika dilakukan tanpa

pengetahuan serta skill yang kurang memadai, malah akan menimbulkan

banyak permasalahan. Oleh karena itu, perawatan veneer gigi harus dilakukan

oleh dokter gigi.

Namun demikian, mahalnya biaya bedah kosmetik dan kedokteran gigi

estetik membuat beberapa orang mengambil risiko melakukannya oleh

sembarang oang yang tidak berkompeten. Bukan hanya hasilnya yang tidak

dijamin memuaskan, risiko kegagalan perawatan, infeksi silang,

kemungkinan cacat fisik pun tinggi. Maka dari itu, bedah plastik dan

perawatan kedokteran gigi estetik oleh yang bukan ahliya bisa dikategorikan

menjerumuskan diri pada kebinasaan dan konsekuensi hukumnya adalah

haram.31

Proses melakukan veneer gigi memerlukan preparasi atau pengikiran

pada giginya agar bahan tambal dapat melekat dengan baik. Dalam Islam

30
Jauhari, Op. Cit., Hlm. 55.
31
Aam Amiruddin, Fiqih Kecantikan: Panduan Cantik Sesuai Syari’at, Bandung, Khazanah
Intelektual, Hlm. 23.
19

pengikiran gigi untuk menambah kecantikan diharamkan sebab termasuk

mengubah ciptaan Allah.32 Rasulullah bersabda:

َ‫ّللا لَ َعن‬
َّ ‫ت‬ِ ‫ت ْال َوا ِش َما‬
ِ ‫ت َو ْالم ْست َ ْو ِش َما‬
ِ ‫صا‬ ِ َّ‫ت َوالن‬
َ ‫ام‬ َ ‫ت َو ْالمتَن َِم‬
ِ ‫صا‬ ِ ‫َو ْالمتَفَ ِل َجا‬

‫ت ِل ْلحس ِْن‬
ِ ‫ّللا خ َْلقَ ْالمغَيِ َرا‬
ِ َّ

Artinya : Allah melaknat wanita yang menjadi tukang tato dan wanita

yang minta ditato, wanita yang mencabuti bulu alis dan wanita yang minta

agar bulu alisnya dicabuti, demikian pula wanita yang merenggangkan

giginya demi kecantikan. Merekalah wanita-wanita yang mengubah ciptaan

Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bedah kosmetik dan kedokteran gigi estetik yang dilakukan sesuai

indikasi dan menyempurnakan atau menghilangkan kecacatan adalah halal

karena sebabnya jelas, tentu saja dilakukan oleh dokter yang ahli di

bidangnya. Sementara itu, ada dua pendapat mengenai perawatan hanya

dengan tujuan kecantikan. Ada ulama yang mengharamkan dengan alasan

mengubah ciptaan Allah adalah terlarang.33 Hal ini merujuk pada:

Al-Qur’an Surat ke-4, An-nisa Ayat 119

‫ض ل َّ ن َّ ه ْم‬
ِ ‫ال َن ْ ع َ ا ِم آ ذ َ ا َن ف َ ل َ ي ب َ ت ِ ك َّن َو ََل م َر ن َّ ه ْم َو َل َم ن ِ ي َ ن َّ ه ْم َو َل‬
ْ ‫َو ََل م َر ن َّ ه ْم‬

32
Rizem Aizid, Jaga 12 Bagian Tubuhmu, Niscaya Kamu Masuk Surga: 12 Aurat Wanita yang
Wajib Dijaga. Yogyakarta, Semesta Hikmah Publishing, 2018. Hlm. 93.
33
Amiruddin, Op. Cit., Hlm. 24.
20

َ ْ ‫ف َ ق َ د ْ ّللاَّ ِ د و ِن ِم ْن َو لِ ي ًّا ال ش َّ ي ْ طَ ا َن ي َ ت َّ ِخ ِذ َو َم ْن ۚ ّللاَّ ِ َخ ل‬


‫ق ف َ ل َ ي غ َي ِ ر َّن‬

ِ ‫م ب ِ ي ن ً ا خ س َْر ا ن ً ا َخ‬
‫س َر‬

Artinya : dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan

membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka

(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar

memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu

benar-benar mereka mengubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan

menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian

yang nyata.

Pendapat kedua mengatakan bahwa bedah kosmetik dan kedokteran gigi

estetik boleh dilakukan selama dikerjakan oleh dokter yang ahli di bidangnya

dan tidak mencelakakan diri. Rasulullah bersabda:

َ َّ ‫ْال َج َما َل ي ِحبُّ َج ِميل‬


‫ّللا ِإ َّن‬

Artinya: Allah itu indah dan menyukai keindahan.

Pendapat kedua, dalam kaidah hukum fiqh Islam berlaku rumus secara

hukum muamalah (duniawi) itu boleh kecuali ada dalil yang melarang. Bedah

kosmetik dan kedokteran gigi estetik boleh jika dilakukan oleh dokter yang ahli

serta tidak mecelakakan diri.34

34
Amiruddin, Op. Cit., Hlm. 25.
21
22

BAB III

SIMPULAN

Kesehatan merupakan salah satu dari maqashid syariah, dan kesehatan

dalam Kajian hukum Islam. Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi

tiga unsur, yaitu kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kesehatan sosial.

Kesehatan jasmani merupakan bentuk dari keseimbangan manusia dengan

alam. Rasulullah telah mencontohkan cara-cara memelihara kesehatan yang

dimulai dari menjaga kebersihan seperti berwudhu, menyikat gigi, istinjak,

dsb,

Perawatan veneer gigi bertujuan untuk memperbaiki penampilan

seseorang. Allah mencintai keindahan, sehingga jika manusia berniat

mempercantik dirinya bukanlah hal yang diharamkan selama yang melakukan

perawatan adalah dokter yang ahli di bidangnya dan tidak mencelakakan diri.

Perawatan veneer gigi oleh salon kecantikan tidak dapat dibenarkan,

karena salon kecantikan tidak memiliki kompetensi di bidang tersebut.

Penurunan kualitas hidup serta tingginya risiko yang mungkin timbul akibat

perawatan oleh salon kecantikan termasuk ke dalam perbuatan mencelakakan

diri. Hal tersebut membuat tujuan hukum Islam mengenai pemeliharaan jiwa

tidak tercapai.
23

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Aam Amiruddin, Fiqih Kecantikan: Panduan Cantik Sesuai Syari’at, Bandung,

Khazanah Intelektual, 2010.

Abuddin Nata, Islam dan ilmu Pengetahuan, Jakarta, Prenamedia, 2018.

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqasid Syari’ah Menurut Al-Satibi, Jakarta,

Rajagrafindo Persada, 1996.

Baum L. Textbook of operative dentistry, Dalam: Ilmu konservasi gigi. Alih

bahasa: Tarigan R. Edisi 3, Jakarta: EGC, 1995, Hlm. 305.

Eva Sativa Nilawati, Beautypreneurship, Cantiknya bisnis Kecantikan,

Yogyakarta, CV. Andi Offset, 2010.

Firman Menne, Nilai-nilai Spiritual dalam Entitas, Celebes Media Perkasa, 2017.

Ivor G Chestnutt, John Gibson, Churchill’s Pocketbook: Clinical Dentistry, China:

Churchill Livingstone Elsevier, 2010.

Havis Aravik, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Edisi Pertama,

Depok, Kencana, 2017.

Jean P. Baudrillard, Masyarakat Konsumsi, Bantul, Kreasi Wacana Offset, 2011.


24

Juhaya S.Praja, Filsafat Hukum Islam, Bandung: Universitas Islam Bandung,

1995.

Momon Sudarma, Sosiologi untuk Kesehatan, Jakarta, Penerbit Salemba Medika,

2008.

Muhadi dan Muadzin, Semua Penyakit Ada Obatnya: Menyembuhkan Penyakit

Ala Rasulullah, Jakarta, Media Presindo, 2012.

Muhammad Khalil, Wonderful Islam: Penemuan dan Fakta-fakta mengagumkan

tentang Dunia Islam, Jakarta, Agromedia Pustaka, 2018.

Rizem Aizid, Jaga 12 Bagian Tubuhmu, Niscaya Kamu Masuk Surga: 12 Aurat

Wanita yang Wajib Dijaga. Yogyakarta, Semesta Hikmah Publishing, 2018.

Sehat Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah bangunan Ilmu

Islamic Studies, Yogyakarta, Deepublish, 2018.

Tata Fathurrohman, Pengantar Hukum Islam (Bahan Kuliah Hukum Islam),

Bandung: Universitas Islam bandung, 2011.

Tatjana Dostalova, Michaela Seydlova, Dentistry and Oral Diseases for Medical

Students, Cekoslovakia: Grada, 2010.

Yusuf Qordhowi, Fiqih Maqasid Syariah, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2006.

Zaghlul An-Najjar, Pembuktian Sains dalam Sunnah, Jakarta, Amzah, 2006.

Jurnal
25

A Bakr M Rabie, Ricky W K Wong, Nigel M King, Aesthetic Dentistry and

Orthodontics. The Hong Kong Medical Diary: Dental Bulletin. Vol. 11 no.8,

August 2006.

Iman Jauhari, Kesehatan dalam Pandangan Hukum Islam, Kanun Jurnal Ilmu

Hukum No. 55, Th. XIII (Desember, 2011).

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai