Anda di halaman 1dari 3

Nama Pemicu: Ina mau merawat giginya

Penyusun: Simson Damanik, drg., M.Kes


Tanggal: Kamis / 08 Januari 2015, Jam : 13.30-15.30

Seorang wanita bernama Ina, sudah berumur 37 tahun datang ke dokter gigi ingin
merawat giginya. Keadaan giginya semuanya baik, hanya dia tidak dapat menutup bibirnya secara baik dan
bibirnya selalu terangkat. Dia telah banyak mendapat informasi bahwa keadaannya dapat dirawat oleh dokter gigi.
Kemudian dia pergi ke dokter gigi dan dilakukan pemeriksaan.Semua kondisi giginya baik tidak ada karies,
oklusinya juga sangat baik. Dia hanya bimaxiller protrusi alias boneng, sehingga bibirnya selalu terangkat.
Setelah penjelasan, si dokter menyarankan pencabutan 4 gigi, 2 gigi di rahang atas kiri dan kanan dan juga 2
gigi di rahang bawah kiri dan kanan. Pasien menyetujuinya oleh karena keinginannya begitu besar. Tanpa
mendapat kesulitan baik dokter dan pasien bekerjasama secara kooperatif maka pemasangan behel dilakukan.
Setelah 2 minggu pemasangan behel, pasien datang kepada dokter tersebut yang seharusnya dijadwalkan
datang setelah 1 bulan kemudian. Kedatangannya dengan keluhan sakit yang dalam, beberapa gigi goyang, terjadi
pe11mbengkakan gusi dan pasien sulit makan maupun membersihkan giginya.
Pertanyaan :
1. Bagaimana sikap Dokter gigi yang melakukan pemasangan behel tersebut.
2. Bagaimana tindakan Dokter gigi yang melakukan pemasangan behel di bandingkan dengan tidak
dipasang menurut prinsip bioetika.
3. Bagaimana Saudara menanggapi keluhan pasien tersebut?
4. Bagaimana pendapat Saudara ditinjau dari segi hukum, sosial budaya, agama, ras dan lain-lain.
5. Bagaimana menurut anda apabila anda mendapat kasus seperti ini, apa yang sebaiknya anda dilakukan?
Jawab:
1.Sikap dokter melakukan pemasangan behel sudah benar untuk memenuhi keinginan pasien tampil lebih
cantik( kepentingan estetika)
2. tindakan Dokter gigi yang melakukan pemasangan behel di bandingkan dengan tidak dipasang menurut
prinsip bioetika sesuai dengan prinsip bioetika Beneficence yg artinya menyediakan kemudahan dan kesenangan
kepada pasien,akan tetapi dengan adanya keluhan sakit yang dalam, beberapa gigi goyang, terjadi pembengkakan
gusi dan pasien sulit makan maupun membersihkan giginya bertentangan dengan prinsip eneficence yaitu agar
Mengusahakan kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya

3.Keluhan pasien tersebut menunjukan bahwa pemasangan behel pada gigi pasien tersebut menimbulkan efek yg
merugikan yaitu adanya keluhan sakit yang dalam, beberapa gigi goyang, terjadi pembengkakan gusi dan pasien
sulit makan maupun membersihkan giginya bertentangan,sementara tujuan pemasangan behel adalah sekedar untuk
estetika.
4.Pendapat saya ditinjau dari segi hukum sebaiknya dokter ybs memberikan informasi dan enjelasan yg rinci
dan benar tentang kondisi gigi pasien serta penjelasan proses perawatan dan tindakan yg akan diberikan
kepadapasien. Disamping itu dokter memberikan hak pasien utk memutuskan tindakan apa yg disetujuinya
untuk dilakukan.Hal ini terkait dengan hak dan kewajiban Hak pasien berdasarkan Pasal 52 Undang-Undang
15
No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran bahwa hak pasien dalam menerima pelayanan pada
praktik kedokteran yaitu mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik yg akan
diterimanya.Disamping itu tindakan dokter gigi melakukan pemasangan behel sesuai dgn Pasal 1 Ayat (6)
9
UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
5.Tindakan yang saya lakukan adalah memberikan informasi dan enjelasan yg rinci dan benar tentang
kondisi gigi pasien serta penjelasan proses perawatan dan tindakan yg akan diberikan kepada pasien,
Memberikan hak penuh pasien untuk memutuskan tindakan yg disetujinya untuk saya berikan diserta dgn
inform concent secara tertulis.

 
BIOETIKA KEDOKTERANA. Pengertian Bioetika
Perkembangan yang begitu pesat di bidang biologi dan ilmu kedokteran membuat etika kedokterantidak mampu
lagi menampung keseluruhan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan. Etikakedokteran berbicara tentang
bidang medis dan profesi kedokteran saja, terutama hubungan dokterdengan pasien, keluarga, masyarakat, dan
teman sejawat. Oleh karena itu, sejak tiga dekadeterakhir ini telah dikembangkan bioetika atau yang disebut
jugadengan etika biomedis.Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang
ditimbulkanoleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yangterjadi
pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akandatang.Bioetika berasal
dari kata
bios
 yang berati kehidupan dan
ethos
 yang berarti norma-norma ataunilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan olehperkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa
kinidan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkanpolitik. Bioetika
selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasiorgan, teknologi reproduksi butan,
dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan,faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitaspenyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika
memberi perhatianyang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.Masalah
bioetika mulai diteliti pertama kali oleh
Institude for the Study of Society, Ethics and LifeSciences, Hasting Center, New York 
 pada tahun 1969. Kini terdapat berbagai isu etika biomedik.Di Indonesia, bioetika baru berkembang sekitar satu
dekade terakhir yang dipelopori oleh PusatPengembangan Etika Universitas Atma Jaya Jakarta. Perkembangan ini
sangat menonjol setelahuniversitas Gajah Mada Yogyakarta yang melaksanakan pertemuan Bioethics 2000;
 An InternationalExchange
dan Pertemuan Nasional I Bioetika dan Humaniora pada bulan Agustus 2000. Padawaktu itu, Universitas Gajah
Mada juga mendirikan
center for Bioethics and Medicalhumanities.
Dengan terselenggaranya Pertemuan Nasional II Bioetika dan Humaniora pada tahun2002 di Bandung, Pertemuan
III pada tahun 2004 di Jakarta, dan Pertemuan IV tahun 2006 diSurabaya serta telah terbentuknya Jaringan Bioetika
dan Humaniora Kesehatan Indonesia (JBHKI)tahun 2002, diharapkan studi bioetika akan lebih berkembang dan
tersebar luas di seluruh Indonesiapada masa datang.Humaniora merupakan pemikiran yang beraitan dengan
martabat dan kodrat manusia, seperti yangterdapat dalam sejarah, filsafat, etika, agama, bahasa, dan sastra.
B. Prinsip-prinsip Dasar Bioetika
 Prinsip-prinsip dasar etika adalah suatu aksioma yang mempermudah penalaran etik. Prinsip-prinsipitu harus
dibersamakan dengan prinsip-prinsip lainnya atau yang disebut spesifik. Tetapi pada
beberapa kasus, kerana kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untukdigunakan dengan
mengorbankan prinsip yang lain. Keadaan terakhir disebut dengan Prima Facie.Konsil Kedokteran Indonesia,
dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkanbahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu
kepada kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara
lain:
Beneficence
Non-malficence
Justice
Autonomy1.
 
BeneficenceDalam arti prinsip bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia, doktertersebut
juga harus mengusahakan agar pasiennya dirawat dalam keadaan kesehatan. Dalam suatuprinsip ini dikatakan
bahwa perlunya perlakuan yang terbaik bagi pasien. Beneficence membawa artimenyediakan kemudahan dan
kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untukmemaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk.
Ciri-ciri prinsip ini, yaitu; 
Mengutamakan Alturisme
Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan seorangdokter
Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatukeburukannya
Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
MeenerapkanGolden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain inginkan
Memberi suatu resep
2. Non-malficenceNon-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan
yangmemperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya bagi pasien sendiri.Pernyataan kuno
Fist, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Melindungi pasien dari serangan
Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Tidak melakukan White Collar Crime
3. Justice
 
Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata dan adilterhadap untuk
kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi,pandangan politik, agama, kebangsaan,
perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dankewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien

4. Autonomy
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus diperlakukansebagai
manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Dalam hal ini pasien diberihak untuk berfikir secara
logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomy bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela,
dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri.Autonomy mempunyai ciri-ciri:
Menghargai hak menentukan nasib sendiri
Berterus terang menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Melaksanakan Informed Consent

Anda mungkin juga menyukai