Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar
seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, yang salah
satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas
inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama
mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit yang mereka
derita.

Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa
mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.

Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang
berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan
standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu
persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.

Kaidah bioetik harus dipegang tegush oleh seorang dokter dalam proses pengobatan
pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang
bersangkutan.

Pada kasus kali ini, penulis akan membahas tentang kasus yang dialami oleh dokter
Bagus, seorang dokter yang mendedikasikan diri pada pelayanan pada orang kecil di daerah
terpencil.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini adalah “Totalitas seorang
dokter dalam pelayanannya”.

Penulis memilih rumusan masalah ini karena rumusan ini sudah mencakup banyak aspek
yang menjadi masalah atau kendala dalam pelayanan sang dokter di tempat tugasnya,
sehingga mudah untuk dijabarkan atau dijelaskan.
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran
UKRIDA dapat memahami dengan sungguh dan mampu menerapkan kaidah bioetik seperti
Beneficence, Non - Malficence, Autonomy dan Justice apabila sudah terjun kedunia kerja
yang sesungguhnya.

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi bioetik

Sepanjang perjalanan sejarah dunia Kedokteran, banyak defenisi dan paham mengenai
bioetika yang dilontarkan oleh para ahli etika dari berbagai belahan dunia. Pendapat pendapat
ini dibuat untuk merumuskan suatu pemahaman bersama tentang apa itu bioetika.

Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti
abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi,
dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.

Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang


ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya
masalah pada masa yang akan datang.
2.2 Pembahasan Masalah

Kaidah kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang

dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada

beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk

digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima Facie.

Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,

menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar

moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, yaitu:

 Beneficence

 Non - Maleficence

 Justice

 Autonomi

2.2.1 Beneficence

Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,

dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan

terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence

menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien

mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk.

Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;

 Mengutamakan Alturisme

 Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia


 Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya

menguntungkan seorang dokter

 Tidak ada pembatasan “goal based”

 Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan

suatu keburukannya

 Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang

 Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

 Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan

 Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang

orang lain inginkan

 Memberi suatu resep berkhasiat namun murah

 Mengembangkan profesi secara terus menerus

 Minimalisasi akibat buruk

Kaidah Benefince dalam kasus dokter Bagus

1. Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.

Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri,

hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga

desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana

kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak

menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang

membutuhkan pertolongannya. (Paragraf 1).

Disini dokter bagus menunjukan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal batas

waktu, walaupun sebenarnya ia merasakan kelelahan, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan
niatnnya untuk menolong pasien dokter bagus juga rela berkorban demi orang lain.

Dalam kasus ini, dokter bagus telah menjalankan prinsip altruisme dalam kaidah

Beneficence.

2. Setelah memeriksakan anak tersebut, dokter Bagus menyarankan agar anak tersebut

dirawat dirumah sakit yang berada dikota.(Paragraf 2).

Dapat kita lihat bahwa dokter bagus juga telah melakukan suatu tindakan yang

berhubungan dengan Kaidah Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat

lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya, dan meminimalisasi akibat buruk.

3. Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar

istirahat yang cukup. (Paragraf 2).

Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien, dalam mengusahakan

agar kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan

diterima pasien.

4. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan

cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)

Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Benefince yang ke 15 yaitu,

memberikan obat berkhasiat namun murah kepada pasiennya.

5. “Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar

anak bapak tidak terlalu menderita” kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada

orang tua pasien. (Paragraf 4).

Dokter bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar

pasien tidek terlalu menderita.

6. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi

telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (Paragraf 5). Disini
dokter Bagus menunjukkan sisi paternalisme penuh kasih sayang dan bertanggung jawab

sebagai seorang dokter dalam menangani pasiennya.

7. Demikianlah kegiatan sehari-hari dokter Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun

dokter Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55 tahun, namun

belum ada sedikitpun dibenaknya dokter Bagus untuk mencari pendamping hidupnya, yang

ada hanya bagaimana mengobati pasien-pasiennya (Paragraf 7).

Disini dokter Bagus menunjukkan sisi altruisme, ia menolong dan rela berkorban

demi kepentingan orang lain, dan tidak mementingkan dirinya sendiri.

2.2.2 Non – Malficence

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan

perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya

bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap

berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:

 Menolong pasien emergensi

 Mengobati pasien yang luka

 Tidak membunuh pasien

 Tidak memandang pasien sebagai objek

 Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

 Melindungi pasien dari serangan

 Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter


 Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

 Menghindari misrepresentasi

 Memberikan semangat hidup

 Tidak melakukan white collar crime

Kaidah Non - Maleficence dalam kasus dr. Bagus:

1. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah

satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk

kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda

tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter

Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada

orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda

tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia

adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan

suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).

Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal

untuk meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa

akibat pendarahan.

2.2.3 Autonomi

Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap

individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib

sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan

sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan


membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip

sebagai berikut:

 Menghargai hak menentukan nasib sendiri

 Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan

 Berterus terang menghargai privasi

 Menjaga rahasia pasien

 Menghargai rasionalitas pasien

 Melaksanakan Informed Consent

 Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

 Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien

 Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk

keluarga pasien sendiri

 Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi

 Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien

 Mejaga hubungan atau kontrak

Kaidah Autonomi dalam kasus dr. Bagus :

1. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat.

“Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu

berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering

mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat

kondisi keadaan anak ibu”, kata dokter Bagus. (Paragraf 3).


Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan

pasien, dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut. Dia juga tetap

menjaga hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak dari

ibu tersebut

2. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan

tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).

Disini dokter bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu

sendiri.

3. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan

pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk

kontrol. (Paragraf 5).

Dapat dilihat bahwa dokter Bagus sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien,

apakah dia mau dirawat atau tidak, dan dokter Bagus pun tetap menjaga hubungannya dengan

pasien melalui kontrol rutin yang dilakukannya.

4. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya,

pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. (Paragraf 6)

Dapat kita lihat juga dalam paragraph ini, bahwa dokter Bagus selalu menerapkan

prinsip prinsip yang ada didalam kaidah Autonomi. Dalam kasus ini, dokter Bagus

menerapkan prinsip ke 3, yaitu berterus terang kepada pasiennya.

2.2.4 Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan

perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan

tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,

kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter

terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :

 Memberlakukan segala sesuatu secara universal

 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

 Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

 Menghargai hak sehat pasien

 Menghargai hak hukum pasien

 Menghargai hak orang lain

 Menjaga kelompok rentan

 Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan

sebagainya

 Tidak melakukan penyalahgunaan

 Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

 Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

 Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil

 Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

 Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat

 Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan

 Bijak dalam makroalokasi


Kaidah Justice dalam kasus dr. Bagus :

1. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang

sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini

dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (Paragraf 2).

Disini dokter Bagus menunjukkan keadilannya dalam menangani pasien, ia

memeriksa pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan

tertib, lancar dan tidak membeda-bedakan pasien.

2. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan

cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)

Dari percakapan dokter bagus diatas, dapat dilihat jika dokter Bagus menjalankan

prinsip Justice yang ke sepuluh, yaitu memberikan kontribusi yang relatif sama dengan

kebutuhan pasien

3. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia

akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).

Di sini dokter bagus menjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi

kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama.

PENUTUP

3. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai kasus dokter Bagus, dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter

Bagus melaksanakan segala tugas praktek kedokterannya berdasarkan prinsip-prinsip yang


ada di dalam kaidah bioetika kedokteran, yaitu beneficence, non maleficence, justice dan

autonomi.

Sesuai prinsip beneficence dokter Bagus memberikan usaha yang terbaik untuk kesembuhan

pasien. Ia mengutamakan kepentingan pasien. Kemudian sesuai prinsip non maleficence,

dokter bagus mengutamakan keselamatan pasien, terutama pada saat pasien dalam keadaan

darurat. Yang ketiga sesuai prinsip justice, dokter Bagus mengutamakan keadilan baik untuk

pasien itu sendiri maupun keluarga pasien. Dan yang terakhir menurut prinsip autonomi,

dokter Bagus mengutamakan hak-hak pasien dalam mengambil keputusan tentang

penanganan terhadap penyakit yang pasien alami dan menghormati hak pasien dalam

menentukan nasibnya sendiri.

Prinsip-prinsip dalam bioetik tersebut dapat diterapkan dalam menghadapi pasien, sehingga

terciptanya situasi yang, baik bagi hubungan pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan

demi kesembuhan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1.    1.  Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta:
EGC.
2.    2.  Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika,
Humaiora dan Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.
Bioetika

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setengah abad terakhir telah terjadi perubahan-perubahan besar dalam
aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, moralitas, intelektualitas,
keagamaan, dan lain-lain diseluruh dunia. Bersaman dengan perubahan-perubahan itu,
berlangsung juga revolusi biomedis, yaitu kemajuan-kemajuan luar biasa dalam ilmu-ilmu
biologi, ilmu dan teknologi kedoteran, teknologi alat-alat medis, bioteknologi medis, dan
penerapan semua itu dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Samsi Jacobalis, 2005:201).
Bioetika merupakan istilah yang masih asing bagi banyak orang. Istilah
bioetika pertama kali dipakai pada tahun 1971 oleh ahli kanker Amerika, Van Rensselaer
Potter, dalam bukunya Bioethics: Bridge to the Future. Tanggung jawab para ahli biologi
dalam menjamin hidup di bumi ini dan dalam menciptakan syarat-syarat untuk meningkatkan
kualitas kehidupan. Beberapa institusi merasa tergugah untuk mengikut sertakan etika dalam
menilai masalah-masalah yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi khususnya bidang
kedokteran dan biologi. Institusi yang pertama kali didirikan oleh filsuf Amerika, Daniel
Callahan, bersama seorang psikeater, Willard Gaying, pada tahun 1969 dengan nama
Institute of Society, Ethics and the Life Sciences(.
F. Abel mengusulkan defenisi dari bioetika adalah studi interdispliner tentang
problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu
kedokteran yang berdampak kepada msayarakat luas kini dan di masa yang akan datang
(terjemahan Bertens). Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prestasi terbesar yang
dihasilkan manusia sepanjang sejarah. Yang menjadi pertanyaan, apakah setiap hal yang bisa
dilakukan manusia (berkat kemajuan teknologi) pada kenyataan boleh dilakukan juga.
Apakah kita boleh mempraktekkan fertilisasi in vitro (atau, popupernya, bayi tabung),
melakukan transpalasi organ tubuh dan seterusnya.
Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan manfaat
bagi kemanusiaan.  Satu contoh lagi di bidang kedokteran adalah: dengan teknik biologi
molekuler, telah dikembangkan analisis genetik untuk mendeteksi dini penyakit-penyakit
kelainan gen, sehingga dapat dilakukan pengobatan lebih awal; ini merupakan perkembangan
yang menjanjikan di bidang kedokteran/kesehatanKemajuan ilmu pengetahuan menuntut
diadakan eksperimen-eksperimen baru. Tetapi apakah batas-batas etis untuk eksperimen
semacam itu? Sampai di mana hak-hak manusia yang terlibat dalam eksperimen harus
dilindungi? Sampai batas mana boleh diadakan eksperimen dengan embrio manusia atau
dengan sperma dan sel telur manusia? Problem-problem lebih besar lagi muncul berkaitan
dengan rekayasa genetik. Gen-gen dapat dimanipulasi, pada tahap tumbuhan, binatang,
maupun manusia. Bagaimana pun ilmu pengetahuan sebagai ciptaan manusia yang tidak
akan lepas dari tanggung jawab manusia itu sendiri (Samsi Jacobalis, 2005:199) .
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun Tujuan penulis makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kulia Filsafat dan Bioetika Pembelajaran Biologi.
2. Memahami Ruang lingkup Bioetika.

1.3. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah sebagai bahan
informasi bagi penulis dan pembaca mengenai ruang lingkup bioetika.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etika dan Moral


Kata etika tidak hanya terdengar dalam ruang kuliah saja tetapi kalangan intelektual
pun sering disinggung tentang etika. Istilah “etika” pun berasal dari bahasa Yunani kuno.
Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: kebiasaan, adat, watak,
perasaan, sikap cara berpikir. Dalam bentuk jamak “ta etha” artinya: adat kebiasaan. Istilah
etika yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles 9384-322 SM) sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral, maka etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan ( K.Bertens, 2011:4).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953)
“etika” dijelaskan sebagai: “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Jadi, kamus
lama hanya mengenal satu arti yaitu etika sebagai ilmu. Dalam Kamus Besar Bahasa yang
baru (KBBI,edisi ke -1,1988, etika dijelaskan dengan mendedakan tiga arti: “1) ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2)
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat” ( K.Bertens, 2011:6).
Etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode pada tugas
manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau menerjemahkan nilai-nilai itu ke dalam
norma-norma (etika dasar) dan menerapkan nya pada situasi kehidupan konkret (Guido
Maertens,1990:1). Dalam Wikipedia juga dikemukakan bahwa terdapat tiga etika dalam
bioetika, yaitu: “1) Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau
suatu kelompok sebagai pengangan bagi tingkah laku; 2) Etika sebagai kumpulan asas dan
nilai yang berkenaan dengan moralitas, contohnya: kode etik kedokteran, kode atik rumah
sakit; 3) Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan
nilai moral”.
Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pengangan untuk
seseorang dalam mengatur tingkah laku. Moral hampir sama dengan etika, sekalipun asalnya
berbeda. Etika menjadi nilai dan norma pengangan seseorang untuk mengatur tingkah
lakunya, misalnya bahwa perbuatan seseorang tidak bermoral dapat dimaksudkan bahwa kita
menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma etis yang berlaku dalam
masyarakat. Atau kita dapat mengatakan bahwa kelompok pemakai narkotika mempunyai
moral yang tidak baik, mereka berpengang pada nilai dan norma yang tidak baik. Nilai-nilai
moral berkaitan dengan apa yang secara normatif manusiawi, dengan bagaimana seharusnya
manusia itu. Dengan bertanya apakah seseorang punya hak untuk berbohong demi
menyelamatkan sahabatnya, apakah seseorang mempunyai hak untuk mengakhiri hidupnya
sendiri atau hidup sesamanya, apakah sesuatu bangsa boleh mengadakan perang kimia,
apakah reproduksi artifisial bisa diterima, kita berusaha menemukan jawaban apakah
tindakan-tindakan ini sesuai dengan kemanusiaan sejati seperti yang kita mengerti. Untuk itu
kita memiliki “materi obyektif” ditangan kita (K.Bertens, 2011:7).
Moralitas dari kata sifat Latin yaitu moralis yang artinya sama dengan moral.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan
buruk. Moralitas dibangun diatas kenyataan, berangkat dari hidup yang nyata. Dan hidup
yang nyata tidak sama dengan pada abad ke-13 seperti abad ke -2 atau di Eropa Barat tidak
sama seperti di Indonesia. Pertanyaan-pertanyaan yang menyingkapkan kenyataan seperti
diajukan oleh D.C. Maguire dalam bukunya Death by Chice adalah sebagai berikut; Apa?
Mengapa? Bagaimana? Siapa? Di mana? Kapan? Apa efek yang bisa diketahui sebelumnya/
Alternatif-alternatif apa yang ada? Apa yang sedang anda percakapkan? Dan mengapa anda
bertindak begini atau begitu? Apa motivasi anda? Pertanyaan ini dapat menetapkan obyek
moral.
Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, bukan
misalnya sebagai dosen, dokter, juru masak, mahasiswa, dan sebagainya. Etika bukan suatu
sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan filsafat atau pemikiran kritis dan menjadi
dasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu, bukan suatu
ajaran (Samsi Jacobalis, 2005: 63). Fransz Magnis-Suseno (1995) mentafsirkan” ajaran moral
dapat diibaratkan dengan buku petunjuk bagaimana kita harus memperlakukan sepeda motor
dengan baik, sedangkan etika memberikan kita pengertian tentang struktur dan teknologi
sepeda motor itu sendiri”.
Untuk melengkapi pengertian tentang etika, perlu juga ditambahkan tentang apa yang
menurut Peter Singer (1995) sebenarnya bukan etika
1. Etika bukan seperangkat larangan khusus yang hanya berhubungan dengan perilaku seksual.
2. Etikabukan sistem yang ideal, luhur, dan baik dalam teori, namun tidak ada gunanya dalam
praktik.
3. Etika bukan suatu yang hanya dapat dimengerti dalam konteks agama. Ini tentulah pemikiran
sesular. Menurut ajaran agama, sesuatu yang secara moral’baik’ adalah sesuatu yang disetujui
dan disenangi Tuhan. Sedangkan Singer berpendapat suatu perbuatan manusia adalah baik
karena itu disetujui Tuhan, bukan sebaliknya karena disetujui Tuhan perbuatan itu menjadi
baik.
4. Etika bukan sesuatu yang relative atau subyektif,

2.2 Klasifikasi Etika


Menurut seorang Psikolog Swiss Jean Piaget (1896-1980) (dalam K.Bertens, 2011:17)
membagi pendekatan dalam etika yaitu:
1. Etika Deskriptif
Etika deskriftif melukiskan tingkah laku moral, misalnya adat kebiasaan, baik dan buruk,
boleh dan terlarang.etika deskriftif dijalankan oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi budaya,
psikologi, sosiologi, sejarah,
2. Etika Normatif
Etika normative yaitu menilai perilaku moral atas norma benar dan tidak atau apa yang
seharusnya. Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan cara rasional dan dapat digunakan dalam praktik. Etika
normative dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Etika Umum
Mengkaji tentang yang seharusnya misalnya : norma etis, Bagaimana
hubungan satu sama lain? Mengapa etika mengikat kita? Bagaimana hungungan antara
tanggung jawab manusia dan kebebasannya? Syarat-syarat mana saja yang harus dipenuhi
agar manusia dapat dianggap sungguh baik dari sudut moral?
b. Etika Khusus
Menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia
yang khusus. Etika khusus mempunyai tradisi panjang dalam sejarah filsafat moral.
3. Meta Etika
Bagian etika yang paling tinggi, dianalisis dan dikritik karena menyangkut nilai dan
keadilan. Seorang filsuf Ingris George Moore (1903) menulis sebuah buku yang berisi
tentang apakah tingkah laku tertentu boleh disebut baik. Lebih konkret: ia tidak bertanya
apakah menjadi donor tubuh untuk ditranspalasi untuk pasien-pasien yang membutuhkan
boleh disebut baik dari segi moral dan apakah syarat-syaratnya agar dapat disebut dengan
baik. Ia hanya bertanya apakah artinya kata baik, bila dipakai dalam konteks etis. Metaetika
misalnya transplantasi : dinilai baik atau buruk, jual organ transplantasi : dinilai baik atau
buruk dan donor transplantasi : dinilai baik atau buruk.
Metaetika termaksud filsafat analitis yaitu suatu aliran penting dalam abad ke-20.
Salah satu masalah yang dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question. Kalau
sesuatu ada atau kalau sesuatu merupakan kenyataan (is:factual), apakah dari situ dapat
disimpulkan bahwa sesuatu itu harus atau boleh dilakukan (ought:normatif) .

2.3 Peranan Etika dalam Dunia Modren


Setiap masyarakat mengetahui nilai-nilai dan norma-norma. Terutama apabila nilai-nilai
itu ditantang atau norma-norma itu dilanggar karena perkembangan baru, kita melihat bahwa
nilai atau norma yang tadinya terpendam dalam hidup rutin. Banyak nilai atau norma etis
berasal dari agama. Tidak bisa diragukan agama merupakan salah satu sumber nilai dan
norma yang paling penting. Kebudayaan merupakan suatu sumber yang lain, walaupun perlu
dicatat bahwa dalam hal ini kebudayaan sering kali tidak bisa dilepaskan dari
agama(( K.Bertens, 2011:31).
Etika dalam kehidupan juga diatur oleh agama, sehingga agama dan bioetika tidak
mengalami benturan, bahkan agama dapat dikatakan sebagai sumber dari bioetika itu sendiri.
Agama Islam mempunyai tiga prinsip bahwa rekayasa genetik yaitu (Soflari, 2001):
1. Tidak melibatkan unsur haram.
2. Tidak bertentangan dengan kodrat alamiah
3. Manfaat buat manusia lebih besar dari kodratnya
Situasi etis dalam dunia modern terdapat tiga cirri yang menonjol. Pertama, kita
menyaksikan adanya pluralisme moral. Pluralisme moral terutama dirasakan karena sekarang
kita hidup dalam era komunikasi. Kedua, sekarang timbul masalah etis baru yang dulu tidak
terduga. Malas-masalah etis baru ini terutama disebabkan perkembangan pesat dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam ilmu biomedis. Diantara masalah yang ada yaitu
manipulasi genetis, apakah bisa kita terima percobaan cloning, khususnya pada manusia?
Bidang lain yang menimbulkan masalah yaitu fisika nuklir dengan kemungkinan
mengembangkan senjata nuklir dengan kemungkinan mengembangkan senjata nuklir dan
membangkitkan energy listrik yang ada resiko khusus. Ketiga, dalam dunia modern tampak
semakin jelas juga suatu kepedulian etis yang universal. Kepedulian etis yang universal
terutama menyangkut ranah umum, artinya hal-hal yang tidak bisa diserahkan kepada
keputusan pribadi . misalnya, penyiksaan terdakwa yang diduga terlibat tindak kriminal tidak
bisa diterima sebagai metode interogasi polisi, karena menyangkut ranah moral umum yang
tidak bisa diserahkan kepada selera pribadi polisi (( K.Bertens, 2011:32).

2.4 Kelahiran Bioetika


Kelahiran bioetika didesak oleh berbagai dampak perubahan-perubahan besar
dunia sejak tahun 1950-an. Perubahan-perubahan besar ini terjadi dalam lingkungan global
dan khusus kesehatan (Samsi Jacobalis, 2005:177). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lingkungan global misalnya dalam lingkungan umum/global misalnya dalam ilmu dan
teknologi menjadi alat dan kekuatan bisnis global.perubahan dalam lingkungan global
diantaranya:
1. Perubahan Tatanan dunia; Setelah terjadi perang Dunia ke-2 perombakandalam tatanan
sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Pada tingkat pendidikan dan penguasaan informasi
pada masyarakat umum meningkat, yang mana orang makin berani bicara tentang hak dan
menuntut hak.
2. Pemaduan Ilmu, teknologi, dan bisnis global.
3. Perkembangan komunikasi, informasi, dan transportasi
4. Dominasi budaya
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan kesehatan diantaranya:
1. Revolusi Biomedis
Revolusi ini dimulai di Amerika dan kemudian pada Negara-negara industri yang
berlangsung sejak tahun 1960-an. Revolusi ini ditandai dengan perkembangan biologi baru,
perkembangan ilmu kedokteran baru, perkembangan dan alat-alat medis, perkembangan
teknologi modern.
2. Perkembangan Profesi Modren
Berkembangnya ilmu dan teknologi medis profesi kedokteran pun mengalami perubahan.
Posisi dokter terhadap pasien sudah turun tidak seperti masa lalu.

3. Biaya Pemeliharaan Kesehatan Terus Meningkat


Di seluruh dunia makin lama biaya pemeliharaan kesehatan semakin mahal, di banyak
Negara pelayanan kesehatan menjadi komoditi bisnis. Sehingga semakin besar jumlah orang
tidak mampu tersisihkan dari pelayanan kesehatan yang seharusnya diterima. Pemeliharaan
kesehatan telah terjadi ketidakadilan sosial (Samsi Jacobalis, 2005:180) .
Ketika awal 1960-an dengan hati-hati diusahakan langkah-langkah pertama dalam
kawasan yang serba baru, tidak banyak orang menduga terjadi perkembangan secepat itu.
Karena bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran,
dan biologi, sejauh diterapkan pada kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya luas sekali.
Hal itu mengakibatkan bioetika menjadi disiplin yang kompleks, tapi sekaligus juga sangat
menantang. Bioetika menunjukkan perlunya cara berpikir dan bekerja yang sungguh-sungguh
interdispliner (Thomas Shannon,1995:2).
Dengan pengetahuannya Potter menggunakan istilah bioetik untuk pertama
kalinya. Tokoh lain yang menggunakan istilah ini adalah André Helleger, bidan Belanda yang
bekerja di Universitas Georgetown. Enam bulan setelah Potter, Helleger memberikan nama
sebuah pusat studi bioetika pertama di USA: Joseph and Rose Kennedy Institute for Human
Study of Human Reproduction and Bioethics di Universitas Washington DC pada 1 Juli 1971.
W.T Reich menegaskan bahwabioetika lahir di dua tempat, di Madison Wisconsin dan
Universitas Georgetown. Istilah bioetik menunjuk pada 2 hal: ilmu pengetahuan dan
pemahaman mengenai kemanusiaan. Selain WT Reich, secara khusus, bioetik di USA
mempunyai ¨sejarah“ tersendiri, sebagaimana dikemukakan oleh Alberth R. Jonsen. Ia
memberikan beberapa tahap perkembangan bioetik: Adminission and Policy th 1962 di Pusat
Kedokteran Universitas Seattle, New England Journal of Medicine (1966), Komisi Nasional
Alabama, Informe Belmont, Havard Medical School, Kasus Karen A Quinlan 1975, dan yang
paling berpengaruh kemudian adalah Hasting Center (1969). Dalam sejarah awal ini, bioetik
berkutat hanya pada masalah kesehatan dan kedokteran.
Sejarah kedua bioetik disebut sebagai sejarah konsolidasi. Itu tercermin dari
difinisi yang diberikan. Ensiklopedi Bioetik menerjemahkan bioetika sebagai studi sistimatis
perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan biologi dan kesehatan yang memikirkan
nilai-nilai dan prinsip moral. Asosiasi internasional Bioetik mengungkapkan bahwa bioetik
adalah studi etika, sosial, hukum, filsafat dan lain lain yang berkaitan dengan perawatan
kesehatan dan ilmu biologi. L. Feito mengatakan bahwa bioetik adalah ilmu baru yang
mempelajari tindakan manusia dan ilmu yang berkaitan dengan hidup. Bidang bioetik yang
dipikirkan pada tahap ini adalah: Etika Biomedika, Etika Gen Manusia, Etika Binatang dan
etika Lingkungan Hidup.
Sejarah kedua bioetik disebut sebagai sejarah konsolidasi. Itu tercermin dari
difenisi yang diberikan. Ensiklopedi Bioetik menerjemahkan bioetika sebagai studi sistimatis
perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan biologi dan kesehatan yang memikirkan
nilai-nilai dan prinsip moral. Asosiasi internasional Bioetik mengungkapkan bahwa bioetik
adalah studi etika, sosial, hukum, filsafat dan lain lain yang berkaitan dengan perawatan
kesehatan dan ilmu biologi. L.Feito mengatakan bahwa bioetik adalah ilmu baru yang
mempelajari tindakan manusia dan ilmu yang berkaitan dengan hidup. Bidang bioetik yang
dipikirkan pada tahap ini adalah: Etika Biomedika, Etika Gen Manusia, Etika Binatang dan
etika Lingkungan Hidup.
Dari sejarah singkat kelahiran bioetik ini, ada dua perubahan besar dalam
etika: yang pertama, etika dibahas dalam kerangka sekuler bukan dalam kerangka agama;
yang kedua, yang menjadi pemeran utama adalah pasien bukan dokter. Kecenderungan ini
kemudian menempatkan etika dalam tataran martabat, autonomi dan kebebasan dasarnya atau
menyempitkan pengertian etika dalam kerangka hukum, berkaitan dengan masalah hak,
kewajiban dan kebebasan pasien.
Bioetik di Indonesia belumlah banyak dikenal secara luas di kalangan akademis
sebagai sebuah disiplin ilmu. Seminar pertama bioetik terjadi di Universitas Atmajaya pada
tahun 1988 dalam kerjasama dengan beberapa ahli bioetik di Nederland, Belgia dan USA.
Pada tahun 2000, diadakan seminar nasional pertama yang dikelola oleh Konferensi Nasional
Kerjasama Bioetik dan Humanidades di Universitas Gadjah Mada, dan dilanjutkan dengan
konferensi ke II tahun 2002 dan ketiga tahun 2004. Pada tahun 2003, juga diadakan beberapa
seminar tentang bioetik dengan beberapa tema aktual: Seminar tentang Genetic Engineering
from Islamic Persepctive di Pusat Penelitian Bioetika, Universitas Muhammadiyah, Malang,
Seminar mengenai Stem Cells di Sekolah Kedokteran Universitas Indonesia, Seminar
mengenai Kloning dan Kesehatan Sosial di Universitas Indonesia, Pernyataan Posisi
Indonesia atas Konvensi Ban mengenai Cloning Manusia oleh Kementrian Luar Negeri pada
tanggal 4-5 September 2003, dan Seminar mengenai prospek bioetik nasional oleh
kementrian Riset dan Teknologi (Dwiyanto, 2008).
2.5 Pengertian Bioetika
Berbicara mengenai bioetika sungguh melebihi pembicaraan tradisional
tentang perilaku dokter yang baik terhadap orang sakit. Bahkan etika klinis tidak mencakup
seluruh bioetika baru, karena bioetika tidak hanya menyangkut pasien dan dokter, melainkan
masyarakat secara keseluruhan, khususnya mereka yang bertanggung jawab atas perencanaan
dan pelaksanaan pelayanan kesehatan (M.de Wachter,1990:33).
Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios berarti hidup atau kehidupan, dan
ethike berarti ilmu atau studi tentang isu-isu etik yang timbul dalam praktek ilmu biologi.
Terdapat dua metode pengambilan keputusan etis yang sering dipakai dalam bioetika. Yang
pertama dikenal dengan nama “etika deontologis” yang merupakan pengambilan keputusan
dengan memulai pertanyaan” Apa yang harus saya lakukan? Pendekatan kedua disebut
“konsekuensialisme” yaitu baik buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan atas dasar prinsip-
prinsip, tetapi dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan. Etika situasi menjadi popular
karena karya Joseph Fletcher pertengahan 1960-an, minta agar kita memperhatikan dengan
serius implikasi-implikasi praktis dari pandangan etis kita. Konsekuensialisme tidak cukuplah
kita melakukan yang baik; mestinya kita tahu juga perbuatan paling baik di antara semua
perbuatan baik yang mungkin (Sajid Darmadipura, 2005:35).
Dr Abel memberikan defenisi bioetika adalah studi interdisipliner tentang
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu
kedokteran, baik pada skala mikro maupun makro, serta tentang dampak atas masyarakat luas
dan sistem nilainya, kini dan di masa yang akan datang.
Sejak tahun 1970, bioetika mempelajari tingkah laku manusia dalam lingkup
ilmu pengetahuan yang terkait erat dengan kehidupan manusia. Salah seorang yang
menggunakan istilah bioetika dalam publikasi adalah peneliti kanker Van Rensellaer Potter
dalam bukunya “Bioethics, Bridge to the Future” yang diterbitkan pada tahun 1971. Setelah
buku tersebut terpublikasi banyak yang menyusul publikasi tentang bioetika. Telah berdiri
juga beberapa lembaga pengkajian bioetika yang terkemuka di Amerika, Eropa, Jepang, dan
tempat-tempat lain. Hasting Center adalah institute di Hastings-on Hudson, Negara bagian
New York, yang untuk pertama kali meneliti masalah-masalah bioetika. Juga di Indonesia
sudah ada Komisi Bioetika Nasional sejak 17 September 2004. Pada 1977 filsuf Amerika,
Samuel Gorovitz, mendefenisikan bioetika adalah penyelidikan kritis tentang dimensi-
dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan
dalam konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologis (Sajid Darmadipura, 2005:35).
Bioetik dimengerti secara lebih luas dan tidak dipahami hanya sekedar
bioteknologi saja. Dan definisi ini berkisar secara kuat kepada pengertian dan isi dari
“martabat manusia“. Tema-tema yang dibahas oleh bioetika menjadi sangat beragam.
Beberapa di antaranya adalah: asistensi kesehatan, aborsi, teknologi prokreasi, kloning,
eutanasia, bunuh diri, hukuman mati, studi klinis manusia, transplantasi organ, manipulasi
gen manusia, AIDS, obat-obatan terlarang dan ekologi. Dari masing-masing bidang ini,
masih ada beberapa kajian khusus seperti pengawetan sperma dan ovum serta embrio
(Koesnandar, dkk, 2008).
Institusi-institusi telah membahas masalah bioetika seperti transpalasi organ
tubuh, pembuahan in vitro, jantung buatan, abortus, penguasaan kelahiran, alokasi sumber
daya, rekayasa genetik, pengubahan perilaku, dan problem-problem yang berkaitan dengan
kematian. Karena bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu
kedokteran, dan biologi, sejauh diterapkan pada kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya
luas sekali (Thomas Shannon, 1995:1). Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika:
1. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang memandang
kehidupan, interaksi moral dan tanggungjawab dengan organisme hidup dalam kehidupan
mereka.
2. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain apa yang baik
atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip yang paling penting dalam membuat
keputusan-keputusan seperti itu. Ini dapat juga dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu
mempunyai hak, dan orang lain mempunyai kewajiban terhadap hak ini.
3. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di atas antara orang,
kelompok dalam masyarakat, dan komunitas.
Bioetika merupakan kajian tentang dimensi moral dari pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan kesehatan dan biologi (Samuel Garovitz, 1977). F.J.E. Basterra (1994)
menyatakan bioetika bukan hanya berurusan dengan hubungan dokter-pasien dari sudut
pandangan moral, tetapi juga ikut peduli dengan profesi terkait, seperti kesehatan mental.
Bioetika mencakup perhatian pada riset biomedis dan riset tentang perilaku manusia, baik
berhubungan dengan Tujuan terapi maupun tidak. Studi bioetika mencakup secara luas isu-
isu sosial seperti kesehatan masyarakat, lingkungan kerja, dan demografi. International
Association of Bioethics: Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis, social, hokum, dan isu-isu
lain yang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi (Samsi Jacobalis,
2005:186).
Tema-tema yang dibahas oleh bioetika menjadi sangat beragam. Beberapa di
antaranya adalah: asistensi kesehatan, aborsi, teknologi prokreasi, kloning, eutanasia, bunuh
diri, hukuman mati, studi klinis manusia, transplantasi organ, manipulasi gen manusia, AIDS,
obat-obatan terlarang dan ekologi. Dari masing-masing bidang ini, masih ada beberapa kajian
khusus seperti pengawetan sperma dan ovum serta embrio (Koesnandar, dkk, 2008).
Ruang lingkup bioetika sangat luas daripada hanya pengaturan hubungan
perorangan dokter-pasien (skala mikro). Bioetika juga mencakup isu-isu dan masalah-
masalah kehidupan masyarakat secara keseluruhan (skala makro). Banyak masalah dalam
bioetika masih sejalan dengan apa yang dulu dibicarakan dalam etika kedokteran yang
merupakan skala mikro. Masalah-masalah pada skala makro yaitu yang menyangkut
masyarakat luas yang mana masalah terbesar adalah keadilan dalam pelayanan kesehatan.
Hak atas pelayanan kesehatan yang layak merupakan hak asasi manusia (K.Bertens,1990:12).
Revolusi biomedis telah berlangsung beberapa dekade terakhir ini. Revolusi ini terjadi
sebagai akibat kemajuan spektakuler dalam perkembangan ilmu biologi seluler dan
molekuler. Revolusi biomedis pada dasarnya adalah interverensi terhadap proses reproduksi,
kehamilan, kelahiran, kehidupan, penyakit, dan kematian manusia. Beberapa contoh dari
interverensi yaitu:
1. Pengendalian pertumbuhan populasi dengan teknologi kontrasepsi
2. Seleksi kelamin sebelum lahir
3.Pemecahan masalah kemandulan dengan inseminasi buatan, teknologi in vitro
4. Rekayasa Genetik
5. Terapi Genetik
6. Operasi penggantian Kelamin
7. Penyelamantan hidup dengan transplantasi organ
8. Pengakhiran hidup dengan aborsi, euthanasia
Isu-isu yang berkembang dalam dunia kesehatan secara luas dan studi tentang
sosial, etika dan isu-isu yang timbul dalam ilmu –ilmu biologi. Isu-isu yang bersangkutan
dalam bidang bioetika diantaranya:
1. Teknologi
Hampir tak satu pun kehidupan kita yang tidak tersetentuh teknologi, tidak
semua teknologi mempunyai akibat-akibat baik ada juga akibat-akibat buruk. Teknologi
membawa manfaat untuk manusia, misalnya; computer telah menyajikan kemampuan luar
biasa untuk menghitung dan mengolah informasi, teknologi kedokteran meningkatkan
kemampuan mengadakan diagnosis yang tepat. Teknologi yang bersifat negatif misalnya;
senjata-senjata nuklir membawa kita dekat dengan kehancuran.
2. Abortus
Kasus yang paling tajam menunjukkan masalah-masalah moral adalah
penggunaan abortus sebagai jalan keluar untuk kegagalan kontrasepsi. Abortus dikaitkan
dengan penghentian kehamilan secara sengaja, tidak secara langsung berkaitan dengan
perkembangan bioteknologi modern.
3. Transplantasi Organ
Transpalasi organ adalah wilayah dalam ilmu kedokteran modern, di mana
telah terjadi paling banyak perubahan radial dan perkembangan yang mengemparkan. Yang
menjadi beberapa masalah etis diantaranya Bagaimana transpalasi dapat dibenarkan?
Bagaimana memperoleh organ? Seleksi organ kehidupan itu berapa harganya? Jantung
buatan. Orang yang masih hidup memberikan organnya kepada orang lain
4. Rekayasa genetik
Rekayasa genetik dinaksudkan sejumlah besar kemungkinan yang kita miliki
untuk mencampuri kehidupan manusia-di samping aspek-aspek alam lainnya dan mengubah
menurut rencana dan keinginan kita. Hal tersebut menimbulkan banyak masalah-masalah
etis.

5. Euthanasia
Eutanasia dapat juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri hidup
seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan
sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri
hidupnya (Parikesit, 2007). Pada saat ini banyak sekali pertentangan terhadap praktek
eutanasia. Ada pihak-pihak yang kontra terutama dari kalangan pemuka agama yang
menganggap bahwa tindakan eutanasia merupakan upaya pembunuhan baik yang dilakukan
secara terencana ataupun tidak dan juga dipandang menyalahi aturan agama karena
mendahului kehendak Allah SWT. Tetapi tidak sedikit juga yang menjadi kelompok
yang pro akan tindakan eutanasia ini yang umumnya di anut terutama oleh kebanyakan
pasien atau orang yang memiliki penyakit atau penderitaan yang tak berkesudahan dan
kesempatan untuk sembuhnya tipis.
6. Hak pasien
Berkembangnya etika pelayanan kesehatan sebagai suatu bidang khusus dan
pencarian berbagai hak melalui pengadilan telah membantu untuk menetapkan banyak hak
dalam konteks pelayanan kesehatan. Hak-hak pasien diantaranya; hak atas informasi, hak
untuk menolak pengobatan, hak atas privasi, catatan medis di Rumah Sakit dan lain-lain.
2.6 Kaidah-Kaidah Bioetika
Menghormati martabat manusia (respect for patient’s decision/autonomy).
Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai
manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap
manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan (Agus
Purwadianto, 2004). Kaidah-kaidah dasar bioetika diantanya:
1. Tindakan berbuat baik
Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip “tidak merugikan. Kewajiban
berbuat baik menuntut bahwa kita harus membantu orang lain dalam memajukan kepentingan
mereka, jika kita melakukannya tanpa resiko bagi diri kita sendiri. Berbuat baik adalah cara
untuk menjamin sikap timbale balik dalam hubungan kita satu sama lain dan menyampaikan
kepada orang lain apa yang kita terima di masa lampau (T.Beauchamp and J. Childress,
op.cit:135).
Proses dalam berbuat baik ada empat langkah. Pertama, orang yang harus kita bantu
mengalami bahaya besar atau resiko kehilangan sesuatu yang penting. Kedua, saya sanggup
melakukan sesuatu yang secara langsung menyumbang untuk mencegah terjadinya kerugian
atau kehilangan sesuatu. Ketiga, perbuatan agaknya mencegah terjadinya kerugian. Keempat,
manfaat yang diterima orang sebagai akibat perbuatan saya (a) melampaui kerugian saya
sendiri dan (b) membawa resiko minimal bagi diri saya ( Ibid:140). Sikap yang dapat
dilakukan dalam berbuat baik (Agus Purwadianto, 2004) :
 Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang
lain)
 Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
  Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
 Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
 Kewajiban menolong pasien gawat darurat
 Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
 Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
 Memberikan obat berkhasiat namun murah
2. Tidak merugikan
Tidak merugikan merupakan suatu cara teknis untuk menyatakan bahwa kita
berkewajiban tidak mencelakakan orang lain, salah satu prinsip paling tradisional dari etika
kedokteran. Kewajiban untuk tidak merugikan seseorang dengan sengaja atau secara
langsung. Kewajiban untuk tidak merugikan akan melarang mengebut di jalan ( Ibid:97).
Sikap yang dapat dilakukan dalam tidak merugikan (Agus Purwadianto, 2004) :
 Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
 Mengobati pasien yang luka
 Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
 Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
 Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
 Memberikan semangat hidup
 Melindungi pasien dari serangan
3. Keadilan
Keadilan adalah pembagian manfaat dan beban, serta pembagian barang dan
jasa menurut standar yang adil. Akan tetapi, menentukan standar adil itu telah merepotkan
dan membingungkan orang sepanjang masa (Ibid:169). Keadilan non-komparatif menentukan
pembagian barang atau sumber dengan memakai standar yang tak tergantung dari tuntutan
orang lain. Disini terdapat suatu prinsip pembagian atau perlakuan, bukan evaluasi terhadap
keadaan khusus sebuah kasus atau kebutuhan individu. Prinsip formal keadilan bersifat non-
komparatif, sejauh iya menetapkan suatu aturan untuk mengukur pembagian. Prinsip material
keadilan memfokuskan suatu cirri yang relevan atau suatu criteria yang bisa menjadi dasar
untuk mengadakan pembagian. Dengan demikian prinsip material keadilan bersifat
komparatif, sejauh menyangkut kebutuhan khusus dan atas dasar itu menentukan apa yang
harus dilakukan (Thomas.S :26-27).

Sikap yang dapat dilakukan dalam keadilan (Agus Purwadianto, 2004) :


 Memberlakukan sesuatu secara universal
 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
 Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
 Menghargai hak seseorang
 Tidak melakukan penyalahgunaan
 Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil
 Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
 Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
 Tidak membedakan atas status sosial
4. Otonomi
Otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak, dimana seseorang mengambil
keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukannya sendiri. Yang pertama adalah
kemampuan untuk mengambil keputusan tentang suatu rencana bertindak. Orang harus
mampu memeriksa alternative-alternatif yang ada dan yang membedakannya. Kedua, orang
harus mampu mewujudkan rencananya menjadi kenyataan (Thomas S:20).
Walaupun otonomi itu penting dan memengang peranan kusial dalam bioetika, kita
harus tetap mengerti otonomi dalam konteks komunitas dan juga tanggung jawab moral lain
yang mungkin kita punya (Tom L.Beauchamp dan James F:56).
Sikap yang dapat dilakukan dalam otonomi (Agus Purwadianto, 2004) :
  Berterus terang
  Menghargai privasi
  Menjaga rahasia
  Membiarkan seorang dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
  Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
  Tidak berbohong meskipun demi kebaikan pasien
  Menjaga hubungan (kontrak)

2.7 Pendekatan terhadap Bioetika


Untuk membantu memahami bioetika, Frank Lewis, Bioethics for Health
Profesionals(1996 )membuat bagan sistematika tentang pendekatan-pendekatan terhadap
bioetika.
BIOETIKA

PENDEKATAN AKADEMIS PENDEKATAN


PENGATURAN

ORIENTASI ORIENTASI oleh:


EMPIRIS ASAS • Komite-2 Etika
• Kodifikasi Praktik
Pelayanan Kesehatan dan Riset
Isu-isu pada akhir hidup Otonomi • Regulasi Praktik oleh
Pemerintah
Euthanasia Bineficence
Eksperimen medis Keadilan
Teknologi reproduksi Asas-asas derivatif
Rekayasa Genetik
Transpalasi Organ
Penggantian kelamin
Pendekatan akademis yaitu pendekatan bertanya dan mencari jawaban atas pertanyaan
tersebut. Pendekatan akademis ada dua, yang pertama orientasi empiris yang berdasarkan
pengalaman. Artinya ada hal-hal baru yang yang sudah terjadi dalam dunia kedokteran dan
dialami oleh masyarakat, seperti transpalasi organ, rekayasa genetik, operasi penggantian
kelamin dan lain-lain. Orientasi empiris yaitu orientasi pada hal-hal yang sudah terjadi itu,
kemudian mencari jawaban akademis atas isu-isu yang terkait dengan hal tersebut. Kedua,
orientasi asas yang mana pertanyaan-pertanyaan akademis memerlukan jawaban yang
memuaskan secara etis. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut harus mendapat
pembenaran menurut asas etika.
Pendekatan pengaturan tentang isus-isu bioetika dalam pelayanan kesehatan dan riset
adalah pendekatan dengan melakukan pengawasan. Fungsi pengaturan ini dilakukan oleh
lembaga-lembaga seperti Pusat kajian Bioetika, Lembaga Ilmu pengetahuan, Komite Etika
Penelitian, dan juga badan-badan pemerintahan(Samsi Jacobalis, 2005:188).
2.8 Langkah-langkah Penerapan Bioetik untuk Mencegah Penggunaan Senjata Biologi
Senjata biologi (biological weapon) adalah senjata yang menggunakan patogen (bakteri,
virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai,
atau melumpuhkan musuh. Dalam upaya mencegah penggunaan senjata biologi langkah yang
ditempuh antara lain:
1. Sosialisasi, pelatihan, dan pelaksanaan Biosafety dan Biosecurity;
2. Pengembangan landasan hukum dan prosedur operasional untuk pengiriman dan
penanganan bahan-bahan specimen biologi berbahaya untuk penelitian biologi dan
kedokteran;
3. Code of conduct:
a. Pemahaman bioetik;
b.Dalam situasi dan kondisi apapun tidak mengembangkan, menghasilkan, dan menyimpan
mikroorganisme, produk biologiknya ataupun toksin (dari manapun asal dan metode
produksinya) dalam segala bentuk dan jumlah, jika bukan ditujukan untuk pencegahan,
perlindungan terhadap penyakit, atau tujuan lain guna meningkatkan kesejahteraan dan
keamanan masyarakat;
c. Menghindari “dual use”,
d. Melakukan kajian resiko di setiaptahap riset (Koesnandar, 2008).
2.9 Bioetika dalam Masyarakat Majemuk
Kita orang modern hidup dalam masyarakat yang serba majemuk: baik dari segi
kenudayaan maupun dari segia agama. Pada kebanyankan masyarakat modern terdapat
berbagai macam tradisi moral serta filosofis yang berbeda-beda membentuk jalinan sosial
komunitas-momunitas kita. Indonesia mempunya ideologi yaitu Pancasila yang menjamin
kemungkinan hidup bersama dengan baik dan damai (Edouard Bone, 1990).
Walaupun ada perbedaan yang cukup besar, namun komunitas-komunitas
keagaamaan bisa saja memiliki keimanan mendasar yang sama akan Allah Pencipta, Tuhan
kehidupan dan kematian. Maka sumber-sumber iman mempunyai pengaruh kuat dan
biasanya searah atas komunitas-komunitas keagamaan itu dan menampilkan orientasi-
orientasi umum yang sangat serupa. Dalam agama Islam, pertimbangan-pertimbangan moral
dan hokum ilahi (Syariat) pada hakikatnya didasarkan atas teks-teks suci, yakni Alquran dan
sabda serta perbuatan Nabi Muhammad yang diceritakan dalam hadis. Dengan cara yang
sejalan, agama Kristen menemukan orientasi-orientasi dalam kitab suci yang disebut
“Alkitab”, tradisi hidup sepanjang sejarah Gereja serta juga pengalaman umat Allah (Edouard
Bone, 1990:57).
Kehidupan merupakan suatu nilai hakiki yang tidak boleh dirusak, kecuali dalam
kasus-kasus sangat khusus dan eksplisit dibenarkan oleh hukum. Kehidupan biologis pertama
mendukung dan menjamin kehidupan yang sungguh-sungguh manusiawi. Strelisasi
dipandang sebagai aib. Pengobatan sterilisasi sekarang mengenal berbagai perkembangan
teknologis yang baru: inseminasi artifisial, fertilisasi in vitro, dan tandur alih embrio
(Edouard Bone, 1990:58). Pada penelitian sel induk embrionik muncul masalah etika yang
jauh lebih besar, karena pada penelitian ini ada embrio manusia yang dimunahkan. Timbul
pertanyaan, apakah hal seperti itu dapat dibenarkan? Kini sudah terbentuk dua pendapat.
Pendapat pertama menyatakan bahwa penelitian ini dapat dibenarkan karena manfaat luar
biasa yang diharapkan dapat diperoleh dengannya. Apalagi, dapat dipakai embrio yang tersisa
dalam proses fertilisasi in vitro. Pendapat lainnya bertentangan, menekankan kewajiaban
untuk menghormati setiap hidup insani. Tidak dapat diragukan, embrio sudah merupakan
kehidupan manusia yang baru. Kini tidak pernah boleh mengorbankan kehidupan manusia
demi tujuan yang paling luhur sekalipun (Bertens, 2009: 95).

Teknologi-teknologi ini belum banyak tersebar di Negara-negara Islam. Dalam


dunia Kristen, teknologi-teknologi baru ini dapat diterima teolog-teolog yang lebih progresif
asal dijalankan dengan persyratan ketat (sebagai tindak terapeutis, demi suatu pasangan yang
stabil, tanpa produksi dan pembekuan embrio berlebihan). Sedangkan ajaran resmi dari
Vatikan memperlihatkan pandangan berbeda dan belum lama menolak praktek fertilisasi in
vitro dan inseminasi (Donum Vitae,1987).
Hormat terhadap tubuh karena merupakan ciptaan tuhan, tubuh pantas dihormati.
Kepercayaan akan kebangkitan, tubuh memperoleh dalam agama Islam dan Kristen hak-hak
serta perlindungan yang sama. Dalam tradisi kedua agama itu sering diambil sikap yang
sangat mirip di bidang sterilisasi, pencangkokan organ, penelitian dan
eksperimentasi.pemikiran Kristen dan Islam memandang abortus dimana janin sebagai suatu
makhluk hidup. Pengguguran kandungan dilarang, kecuali jika kehidupan inu terancam
(Edouard Bone, 1990:61).
2.10 Bioetika sebagai Pengendali dan Hubungannya dengan Bidang Pendidikan
Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan manfaat bagi
kemanusiaan. Satu contoh di bidang kedokteranadalah; dengan teknik biologi molekuler,
telah dikembangkan analisis genetic untuk mendeteksi dini penyakit-penyakit kelainan gen,
sehingga dapat dilakukan pengobatan lebih awal. Jenie (1997) memberikan contoh di AS
baru-baru ini telah dilakukan pemindahan gen penyandi proses fosforisensi dari kunang-
icunang ke tumbuhan rendah, dan apa yang terjadi tumbuhan rendah tersebut berfosforisensi
pada malam hari. Jelas bahwa eksperimen pada contoh diatas adalah pemindahan gen dari
insekta ketumbuhan rendah, dari dunia makhluk yang satu ke dunia makhluk yang sama
sekali berbeda dan eksperimen tersebut berhasil.
Bioetika harus masuk ke dalam bidang pendidikan/pembelajaran. Margono (2003)
mengatakan bahwa perkembangan penelitian bioteknologi seperti genom manusia, teknologi
reproduksi, cloning, transgenic, dan lainnya akan memerlukan kebijaksanaan social dan sikap
individu. Hal ini menyebabkan perlunya membelajarkan bioetika, karena dengan cara
demikian akan dapat mengemban kemampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan
etika dan moral dalam menanggapi masalah-masalah biologi. sebagai lembaga pendidikan,
sekolah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam
menetapkan suati keputusan etika dan moral. Oleh karena itu, lembaga pendidikan
mempunyai beban dan tanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran yang terkait
dengan etika (bioetika) dan moral serta membantu siswa mengembangkan cara-cara dalam
membuat keputusan moralnya (Kormondy dalam margono, 2003).
Di dalam kelas, kita memperkenalkan suatu masalah ilmiah teknis dan
meminta para siswa mengemukakan sebanyak mungkin pandangan etis yang mereka kuasai.
Sebagai contoh, kita meminta para siswa untuk mempertimbangkan percobaan menggunakan
binatang untuk penemuan ilmiah yang secara etika benar. Kita menggolongkan tanggapan
mereka ke dalam teori konsekuensialisme atau deontologi (Teori Kantian). Dari diskusi
seperti itu akan membimbing siswa untuk sampai kepada  wawasan bahwa ada banyak
pandangan-panadangan yang berbeda, yang mungkin sebelumnya siswa mengira hanya ada
satu pandangan/kesimpulan yang  benar guna memberikan solusi terhadap suatu konflik atau
dilema. Para siswa sering mengalami kesulitan bagaimana cara memulai ketika menganalisis
suatu konflik etika dan dilemma. Mereka tidak mengetahui pertanyaan apa yang disampaikan
dan bagaimana proses untuk sampai pada suatu keputusan (Johansen & Harris, 2000).
2.11 Isu- isu Bioetika di Indonesia
Bioetika tidak bicara tentang profesi dokter saja tetapi tentang apa saja yang
menyangkut kehuidupan manusia. Masalah-masalah yang menjadi perhatiaan di Indonesia
yaitu: masalah keadilan dalam pelayanan kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam
situasi kita, moralitas dari pengobatan tradisional, dan kesenjangan dalam beberapa hal
terdapat antara hukum dan kesadaran (Samsi Jacobalis, 2005:200).
Keadilan dalam pelayanan kesehatan dapat di nilai sebagai masalah yang paling
besar bagi bioetika dalam konteks Indonesia. Bila orang lahir di Indonesia, kesempatan untuk
mendapat pelayanan kesehatan kurang sekali dibandingkan dengan di negara-negara maju.
Perbatasan Indonesia pun tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang wajar. Dirumuskan sedikit ekstrim bisa dikatakan:
orang yang berduit mendapatkan pelayanan kesehatan, yang tidak berduit tidak mendapatkan
apa-apa. Di Indonesia setiap tahun bisa terbang ke Singapura, Jepang untuk medical check
yang hanya penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak terlalu sulit untuk disembuhkan,
dibandingkan dengan orang yang membutuhkan pengobatan lebih kompleks hanya opname di
ICU yang tidak dapat membayar tidak ada pilihan daripada menghadapi maut (K.Bertens,
1990:80).
Prof.K Bertens (1990), salah seorang pemikiran dari PPE, mengidentifikasi empat
tema bioetika yang menyangkut situasi khusus di Indonesia, yaitu:
1. Keadilan (atau ketidak-adilan?) dalam pelayanan kesehatan.
2. Faktor-faktor budaya yang berakibat sistem nilai yang berbeda dengan di Barat tentang:
Informed consent dan hak-hak pasien yang lain. Sikap terhadap kematian Hormat terhadap
orang berusia lanjut
3. Pengobatan tradisional
4. Kesenjangan antara hukum dan etika.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode pada tugas
manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau menerjemahkan nilai-nilai itu ke dalam
norma-norma (etika dasar) dan menerapkan nya pada situasi kehidupan konkret
(Prof.Dr.Guido Maertens,1990).
Teknologi telah berkembang yang memmunculkan berbagai problem etika.
Institusi-institusi telah membahas masalah bioetika seperti transpalasi organ tubuh,
pembuahan in vitro, jantung buatan, abortus, penguasaan kelahiran, alokasi sumber daya,
rekayasa genetik, pengubahan perilaku, dan problem-problem yang berkaitan dengan
kematian. Karena bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu
kedokteran, dan biologi, sejauh diterapkan pada kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya
luas sekali.

3.2 Saran
Dalam pengambilan keputusan melakukan percobaan untuk mengadopsi temuan
yang dapat dianggap paling bermanfaat dari beberapa aspek harus memikirkan dampak
negative dan positif disekitarnya. Rekomendasi Etika dan Bioetika yaitu: Mulai dari diri
sendiri dan lingkungan keluarga, saling mengingatkan, kembangkan etika profesi, hindari
Plagiat (khusus Peneliti).

DAFTAR PUSTAKA

Basterra, F.J.E. (1994). Bioethics. Minnesota: The Lithurgical Press.

Beauchamp T, James F. (1977). Childress, Principles of Biomedical Ethics: Oxford University Press.

Bertens, K. (2004). Etika. Jakarta: Gramedia.

Bertens,K. (1990). Prospek Perkembangan Bioetika di Indonesia. Jakarta:Makalah Kongres Persi.

Bone Edouard. (1988). Bioteknologi dan Bioetika. Yogyakarta: Kasinius.

Darmadipura Sajid. (2005). Kajian Biotik. Surabaya: Air Langga University Pers.

http://bioetika.edublogs.org/artikel/bioetika-islam-dalam-transplantasi-organ-eutanasia/ (diakses 28
September 2012).
http://bioetika.edublogs.org/kompetensi/bahan-ajar/teori/teori-sejarah-bioetika/(diakses, 28 September
2012.

http://bioetika.edublogs.org/kompetensi/bahan-ajar/teori/teori-sejarah-bioetika/(diakses, 28 September
2012.
http://kaidah-dasar-moral-dan-teori-etika dalam-membingkai-tanggungjawab-profesi-kedokteran
(diakses, 28 September 2012).

Jacobalis, S. (2005). Pengantar tentang Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis, dan Bioetika.
Jakarta:Sagung Seto.

Johansen, C.K. and Harris, D.E. 2000. Teaching the Ethics of Biology. The American
Biology Teacher, 62 (5) : 352-358.

Koesnandar, Is Helianti. 2008. Isu Bioetika dalam Riset dan Industrialisasi Sumber Daya Genetik
Mikroba. Seminar Bioetika Nasional 29 Mei 2008.BPPT Bogor.

Lewins, F. (1996). Biothics For Health Professionals. Melbourne MachMillan Education Australia Pty
Ltd.

Maertens G, Wacher M, Bone E, Betens K. (1990). Bioetika Refleksi Atas Masalah Etika Biomedis.
Jakarta: Gramedia.

Magnis-Suseno,F. (1995). Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.edisi kedua, Cetakan
keenam. Yogyakarta: Gramedia Pustaka.

Maguire, D. (1974). Death by Choice. New York,Doubleday.

Shannon, Thomas . (1995). Pengantar Bioetika (diterkemahkan oleh K. Bertens). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Singer, P. (1995). Practical Ethics.2nd Edit. Cambridge: Cambridge University Press.

Soflari, E. (2001). Tinjauan Etika dan Agama Tentang Pemanfaatan Hasil Rekayasa Genetika.
Disampaikan pada Seminar nasional” Rekayasa Genetika” Tantangan dan Harapan”.
Bandung. 22-23 Mei 2001.

Sutanto Agus.(2009). Biotik Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Mikroba. Universitas


Muhammadiyah Metro.

Anda mungkin juga menyukai