PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar
seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, yang salah
satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak terbatas
inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang kesehatan, terutama
mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai penyakit yang mereka
derita.
Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal tersebut, agar bisa
mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.
Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang
berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan
standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu
persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya.
Kaidah bioetik harus dipegang tegush oleh seorang dokter dalam proses pengobatan
pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang
bersangkutan.
Pada kasus kali ini, penulis akan membahas tentang kasus yang dialami oleh dokter
Bagus, seorang dokter yang mendedikasikan diri pada pelayanan pada orang kecil di daerah
terpencil.
Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini adalah “Totalitas seorang
dokter dalam pelayanannya”.
Penulis memilih rumusan masalah ini karena rumusan ini sudah mencakup banyak aspek
yang menjadi masalah atau kendala dalam pelayanan sang dokter di tempat tugasnya,
sehingga mudah untuk dijabarkan atau dijelaskan.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran
UKRIDA dapat memahami dengan sungguh dan mampu menerapkan kaidah bioetik seperti
Beneficence, Non - Malficence, Autonomy dan Justice apabila sudah terjun kedunia kerja
yang sesungguhnya.
PEMBAHASAN
Sepanjang perjalanan sejarah dunia Kedokteran, banyak defenisi dan paham mengenai
bioetika yang dilontarkan oleh para ahli etika dari berbagai belahan dunia. Pendapat pendapat
ini dibuat untuk merumuskan suatu pemahaman bersama tentang apa itu bioetika.
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama,
ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti
abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik,
membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi,
dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.
Kaidah kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang
dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada
beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk
digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima Facie.
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar
moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, yaitu:
Beneficence
Non - Maleficence
Justice
Autonomi
2.2.1 Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan
terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence
menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk.
Mengutamakan Alturisme
suatu keburukannya
Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang
1. Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.
Sehari-harinya ia bertugas di sebuah puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri,
hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga
desa yang datang berobat karena puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana
kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak
menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang
Disini dokter bagus menunjukan bahwa ia melayani pasien tanpa mengenal batas
waktu, walaupun sebenarnya ia merasakan kelelahan, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan
niatnnya untuk menolong pasien dokter bagus juga rela berkorban demi orang lain.
Dalam kasus ini, dokter bagus telah menjalankan prinsip altruisme dalam kaidah
Beneficence.
2. Setelah memeriksakan anak tersebut, dokter Bagus menyarankan agar anak tersebut
Dapat kita lihat bahwa dokter bagus juga telah melakukan suatu tindakan yang
berhubungan dengan Kaidah Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat
3. Dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar
Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien, dalam mengusahakan
agar kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan
diterima pasien.
4. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan
cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dapat dilihat jika dokter Bagus juga menjalankan prinsip Benefince yang ke 15 yaitu,
5. “Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar
anak bapak tidak terlalu menderita” kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada
Dokter bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar
telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. (Paragraf 5). Disini
dokter Bagus menunjukkan sisi paternalisme penuh kasih sayang dan bertanggung jawab
7. Demikianlah kegiatan sehari-hari dokter Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun
dokter Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55 tahun, namun
belum ada sedikitpun dibenaknya dokter Bagus untuk mencari pendamping hidupnya, yang
Disini dokter Bagus menunjukkan sisi altruisme, ia menolong dan rela berkorban
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya
bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap
Menghindari misrepresentasi
1. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah
satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk
kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda
tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter
Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada
orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda
tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia
adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan
suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).
Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal
untuk meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa
akibat pendarahan.
2.2.3 Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap
individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib
sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan
sebagai berikut:
Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
1. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat.
“Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu
berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering
mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat
pasien, dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut. Dia juga tetap
menjaga hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak dari
ibu tersebut
Disini dokter bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu
sendiri.
3. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan
pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk
Dapat dilihat bahwa dokter Bagus sepenuhnya memberikan keputusan kepada pasien,
apakah dia mau dirawat atau tidak, dan dokter Bagus pun tetap menjaga hubungannya dengan
Dapat kita lihat juga dalam paragraph ini, bahwa dokter Bagus selalu menerapkan
prinsip prinsip yang ada didalam kaidah Autonomi. Dalam kasus ini, dokter Bagus
2.2.4 Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan
perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter
Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status social, dan
sebagainya
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat
Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan
1. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang
sedang mengantri. Dokter bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini
memeriksa pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan
2. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan
cara membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dari percakapan dokter bagus diatas, dapat dilihat jika dokter Bagus menjalankan
prinsip Justice yang ke sepuluh, yaitu memberikan kontribusi yang relatif sama dengan
kebutuhan pasien
3. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia
akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).
Di sini dokter bagus menjalankan prinsip Justice yang ketiga, yaitu memberi
PENUTUP
3. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai kasus dokter Bagus, dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter
autonomi.
Sesuai prinsip beneficence dokter Bagus memberikan usaha yang terbaik untuk kesembuhan
dokter bagus mengutamakan keselamatan pasien, terutama pada saat pasien dalam keadaan
darurat. Yang ketiga sesuai prinsip justice, dokter Bagus mengutamakan keadilan baik untuk
pasien itu sendiri maupun keluarga pasien. Dan yang terakhir menurut prinsip autonomi,
penanganan terhadap penyakit yang pasien alami dan menghormati hak pasien dalam
Prinsip-prinsip dalam bioetik tersebut dapat diterapkan dalam menghadapi pasien, sehingga
terciptanya situasi yang, baik bagi hubungan pasien dan dokter dalam pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
1. 1. Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta:
EGC.
2. 2. Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika,
Humaiora dan Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.
Bioetika
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setengah abad terakhir telah terjadi perubahan-perubahan besar dalam
aspek-aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, moralitas, intelektualitas,
keagamaan, dan lain-lain diseluruh dunia. Bersaman dengan perubahan-perubahan itu,
berlangsung juga revolusi biomedis, yaitu kemajuan-kemajuan luar biasa dalam ilmu-ilmu
biologi, ilmu dan teknologi kedoteran, teknologi alat-alat medis, bioteknologi medis, dan
penerapan semua itu dalam pelayanan kesehatan masyarakat (Samsi Jacobalis, 2005:201).
Bioetika merupakan istilah yang masih asing bagi banyak orang. Istilah
bioetika pertama kali dipakai pada tahun 1971 oleh ahli kanker Amerika, Van Rensselaer
Potter, dalam bukunya Bioethics: Bridge to the Future. Tanggung jawab para ahli biologi
dalam menjamin hidup di bumi ini dan dalam menciptakan syarat-syarat untuk meningkatkan
kualitas kehidupan. Beberapa institusi merasa tergugah untuk mengikut sertakan etika dalam
menilai masalah-masalah yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi khususnya bidang
kedokteran dan biologi. Institusi yang pertama kali didirikan oleh filsuf Amerika, Daniel
Callahan, bersama seorang psikeater, Willard Gaying, pada tahun 1969 dengan nama
Institute of Society, Ethics and the Life Sciences(.
F. Abel mengusulkan defenisi dari bioetika adalah studi interdispliner tentang
problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu
kedokteran yang berdampak kepada msayarakat luas kini dan di masa yang akan datang
(terjemahan Bertens). Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prestasi terbesar yang
dihasilkan manusia sepanjang sejarah. Yang menjadi pertanyaan, apakah setiap hal yang bisa
dilakukan manusia (berkat kemajuan teknologi) pada kenyataan boleh dilakukan juga.
Apakah kita boleh mempraktekkan fertilisasi in vitro (atau, popupernya, bayi tabung),
melakukan transpalasi organ tubuh dan seterusnya.
Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan manfaat
bagi kemanusiaan. Satu contoh lagi di bidang kedokteran adalah: dengan teknik biologi
molekuler, telah dikembangkan analisis genetik untuk mendeteksi dini penyakit-penyakit
kelainan gen, sehingga dapat dilakukan pengobatan lebih awal; ini merupakan perkembangan
yang menjanjikan di bidang kedokteran/kesehatanKemajuan ilmu pengetahuan menuntut
diadakan eksperimen-eksperimen baru. Tetapi apakah batas-batas etis untuk eksperimen
semacam itu? Sampai di mana hak-hak manusia yang terlibat dalam eksperimen harus
dilindungi? Sampai batas mana boleh diadakan eksperimen dengan embrio manusia atau
dengan sperma dan sel telur manusia? Problem-problem lebih besar lagi muncul berkaitan
dengan rekayasa genetik. Gen-gen dapat dimanipulasi, pada tahap tumbuhan, binatang,
maupun manusia. Bagaimana pun ilmu pengetahuan sebagai ciptaan manusia yang tidak
akan lepas dari tanggung jawab manusia itu sendiri (Samsi Jacobalis, 2005:199) .
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun Tujuan penulis makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kulia Filsafat dan Bioetika Pembelajaran Biologi.
2. Memahami Ruang lingkup Bioetika.
5. Euthanasia
Eutanasia dapat juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri hidup
seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan
sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri
hidupnya (Parikesit, 2007). Pada saat ini banyak sekali pertentangan terhadap praktek
eutanasia. Ada pihak-pihak yang kontra terutama dari kalangan pemuka agama yang
menganggap bahwa tindakan eutanasia merupakan upaya pembunuhan baik yang dilakukan
secara terencana ataupun tidak dan juga dipandang menyalahi aturan agama karena
mendahului kehendak Allah SWT. Tetapi tidak sedikit juga yang menjadi kelompok
yang pro akan tindakan eutanasia ini yang umumnya di anut terutama oleh kebanyakan
pasien atau orang yang memiliki penyakit atau penderitaan yang tak berkesudahan dan
kesempatan untuk sembuhnya tipis.
6. Hak pasien
Berkembangnya etika pelayanan kesehatan sebagai suatu bidang khusus dan
pencarian berbagai hak melalui pengadilan telah membantu untuk menetapkan banyak hak
dalam konteks pelayanan kesehatan. Hak-hak pasien diantaranya; hak atas informasi, hak
untuk menolak pengobatan, hak atas privasi, catatan medis di Rumah Sakit dan lain-lain.
2.6 Kaidah-Kaidah Bioetika
Menghormati martabat manusia (respect for patient’s decision/autonomy).
Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai
manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap
manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan (Agus
Purwadianto, 2004). Kaidah-kaidah dasar bioetika diantanya:
1. Tindakan berbuat baik
Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip “tidak merugikan. Kewajiban
berbuat baik menuntut bahwa kita harus membantu orang lain dalam memajukan kepentingan
mereka, jika kita melakukannya tanpa resiko bagi diri kita sendiri. Berbuat baik adalah cara
untuk menjamin sikap timbale balik dalam hubungan kita satu sama lain dan menyampaikan
kepada orang lain apa yang kita terima di masa lampau (T.Beauchamp and J. Childress,
op.cit:135).
Proses dalam berbuat baik ada empat langkah. Pertama, orang yang harus kita bantu
mengalami bahaya besar atau resiko kehilangan sesuatu yang penting. Kedua, saya sanggup
melakukan sesuatu yang secara langsung menyumbang untuk mencegah terjadinya kerugian
atau kehilangan sesuatu. Ketiga, perbuatan agaknya mencegah terjadinya kerugian. Keempat,
manfaat yang diterima orang sebagai akibat perbuatan saya (a) melampaui kerugian saya
sendiri dan (b) membawa resiko minimal bagi diri saya ( Ibid:140). Sikap yang dapat
dilakukan dalam berbuat baik (Agus Purwadianto, 2004) :
Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang
lain)
Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
Kewajiban menolong pasien gawat darurat
Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
Memberikan obat berkhasiat namun murah
2. Tidak merugikan
Tidak merugikan merupakan suatu cara teknis untuk menyatakan bahwa kita
berkewajiban tidak mencelakakan orang lain, salah satu prinsip paling tradisional dari etika
kedokteran. Kewajiban untuk tidak merugikan seseorang dengan sengaja atau secara
langsung. Kewajiban untuk tidak merugikan akan melarang mengebut di jalan ( Ibid:97).
Sikap yang dapat dilakukan dalam tidak merugikan (Agus Purwadianto, 2004) :
Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
Memberikan semangat hidup
Melindungi pasien dari serangan
3. Keadilan
Keadilan adalah pembagian manfaat dan beban, serta pembagian barang dan
jasa menurut standar yang adil. Akan tetapi, menentukan standar adil itu telah merepotkan
dan membingungkan orang sepanjang masa (Ibid:169). Keadilan non-komparatif menentukan
pembagian barang atau sumber dengan memakai standar yang tak tergantung dari tuntutan
orang lain. Disini terdapat suatu prinsip pembagian atau perlakuan, bukan evaluasi terhadap
keadaan khusus sebuah kasus atau kebutuhan individu. Prinsip formal keadilan bersifat non-
komparatif, sejauh iya menetapkan suatu aturan untuk mengukur pembagian. Prinsip material
keadilan memfokuskan suatu cirri yang relevan atau suatu criteria yang bisa menjadi dasar
untuk mengadakan pembagian. Dengan demikian prinsip material keadilan bersifat
komparatif, sejauh menyangkut kebutuhan khusus dan atas dasar itu menentukan apa yang
harus dilakukan (Thomas.S :26-27).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode pada tugas
manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau menerjemahkan nilai-nilai itu ke dalam
norma-norma (etika dasar) dan menerapkan nya pada situasi kehidupan konkret
(Prof.Dr.Guido Maertens,1990).
Teknologi telah berkembang yang memmunculkan berbagai problem etika.
Institusi-institusi telah membahas masalah bioetika seperti transpalasi organ tubuh,
pembuahan in vitro, jantung buatan, abortus, penguasaan kelahiran, alokasi sumber daya,
rekayasa genetik, pengubahan perilaku, dan problem-problem yang berkaitan dengan
kematian. Karena bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu
kedokteran, dan biologi, sejauh diterapkan pada kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya
luas sekali.
3.2 Saran
Dalam pengambilan keputusan melakukan percobaan untuk mengadopsi temuan
yang dapat dianggap paling bermanfaat dari beberapa aspek harus memikirkan dampak
negative dan positif disekitarnya. Rekomendasi Etika dan Bioetika yaitu: Mulai dari diri
sendiri dan lingkungan keluarga, saling mengingatkan, kembangkan etika profesi, hindari
Plagiat (khusus Peneliti).
DAFTAR PUSTAKA
Beauchamp T, James F. (1977). Childress, Principles of Biomedical Ethics: Oxford University Press.
Darmadipura Sajid. (2005). Kajian Biotik. Surabaya: Air Langga University Pers.
http://bioetika.edublogs.org/artikel/bioetika-islam-dalam-transplantasi-organ-eutanasia/ (diakses 28
September 2012).
http://bioetika.edublogs.org/kompetensi/bahan-ajar/teori/teori-sejarah-bioetika/(diakses, 28 September
2012.
http://bioetika.edublogs.org/kompetensi/bahan-ajar/teori/teori-sejarah-bioetika/(diakses, 28 September
2012.
http://kaidah-dasar-moral-dan-teori-etika dalam-membingkai-tanggungjawab-profesi-kedokteran
(diakses, 28 September 2012).
Jacobalis, S. (2005). Pengantar tentang Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis, dan Bioetika.
Jakarta:Sagung Seto.
Johansen, C.K. and Harris, D.E. 2000. Teaching the Ethics of Biology. The American
Biology Teacher, 62 (5) : 352-358.
Koesnandar, Is Helianti. 2008. Isu Bioetika dalam Riset dan Industrialisasi Sumber Daya Genetik
Mikroba. Seminar Bioetika Nasional 29 Mei 2008.BPPT Bogor.
Lewins, F. (1996). Biothics For Health Professionals. Melbourne MachMillan Education Australia Pty
Ltd.
Maertens G, Wacher M, Bone E, Betens K. (1990). Bioetika Refleksi Atas Masalah Etika Biomedis.
Jakarta: Gramedia.
Magnis-Suseno,F. (1995). Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.edisi kedua, Cetakan
keenam. Yogyakarta: Gramedia Pustaka.
Shannon, Thomas . (1995). Pengantar Bioetika (diterkemahkan oleh K. Bertens). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Soflari, E. (2001). Tinjauan Etika dan Agama Tentang Pemanfaatan Hasil Rekayasa Genetika.
Disampaikan pada Seminar nasional” Rekayasa Genetika” Tantangan dan Harapan”.
Bandung. 22-23 Mei 2001.