Anda di halaman 1dari 5

Etika Medis Dan Penerapannya

Jonathan Ariel Suantono


102016138
C1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
2016
Jalan Arjuna Utara No. 6
Jakarta 11510
jonathan.2016fk138@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Etika medis atau sering disebut juga dengan istilah bioetika adalah ilmu yang
mempelajari tidak hanya tentang etika manusia secara umum, namun juga mempelajari etika
yang baik dan benar sebagai seorang calon dokter. Bioetika perlu dipelajari sekaligus dikuasai
oleh para calon dokter agar kelak dapat menerapkannya dalam pengobatan pasien, sehingga
penanganan yang dilakukan tidak hanya baik untuk diri pasien namun juga efisien untuk dokter.
Bioetika ini juga mencegah seorang dokter dari melakukan perbuatan tidak terpuji seperti
misalnya berbohong pada pasien dengan menuliskan resep yang tidak penting agar si pasien
membeli lebih banyak obat. Etika medis ini kemudian diklasifikasikan lagi menjadi empat
prinsip dasar: Beneficence, Non-Maleficence, Justice dan Autonomy, dimana keempat prinsip
tersebut memiliki pengertian yang berbeda-beda tergantung dari tujuan dan subyeknya. (Dilansir
dari Beauchamp dan Childress, 2008).

Kata kunci: Bioetika, Beneficence, Non-Maleficence, Justice dan Autonomy

Abstract

Medical ethics or what is commonly known as bioethics is the science that studies not
only the ethics of human in general, but also the opportune and appropriate ethics as a future
doctor. Bioethics needs to be learned and mastered by future doctors so that they will be able to
apply it for a patient treatment, and so that the treatment will not only be good for the patient but
also efficient for the doctor. Bioethics also prevents a doctor from doing improper actions such
as lying to a patient by prescribing unnecessary recipes so that the patient will have to purchase
more medications. These medical ethics are then classified into four basic principles:
Beneficence, Non-Maleficence, Justice and Autonomy, where those four principles differ in the
understandings depending on the purposes and the subjects. (Excerpted from Beauchamp and
Childress, 2008).

Keywords: Bioethics, Beneficence, Non-Maleficence, Justice and Autonomy


Pendahuluan

Seorang pasien wanita berumur 60 tahun datang ke dokter dengan keluhan benjolan di
payudara kanannya. Dokter melakukan biopsi dan ternyata menunjukkan suatu karsinoma.
Dokter lalu menjelaskan kepada pasien bahwa ia harus dioperasi untuk diangkat seluruh
payudara kanannya. Wanita tersebut tidak menyetujui pembedahan tersebut. Dokter menjelaskan
risiko-risiko apabila payudara kanannya tidak diangkat, keluarga pasien setuju dan membujuk
pasien agar mau untuk dioperasi pengangkatan payudara kanannya. Sesuai dengan keinginan
pasien, dokter akhirnya memberikan obat-obatan kepada pasiennya dan menganjurkan untuk
kontrol yang teratur.

Pembahasan

Bioetika sebagaimana yang sudah disinggung pada bagian abstrak tadi adalah cabang
daripada ilmu etika normatif yang dikhususkan dalam studi interdisipliner tentang masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran. Etika
kedokteran ini khusus membahas tentang prilaku yang benar untuk seorang dokter, terutama
dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat.1

Pembelajaran bioetika ini mencakup isu-isu agama, sosial, hukum dan politik karena
tidak hanya membahas tentang etika yang benar saja, studi ini juga membahas masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi maupun ilmu kedokteran yang mencakup rekayasa
genetika seperti kloning, aborsi, euthanasia,4 transplatasi organ dan teknik reproduksi buatan
seperti bayi tabung atau pembuahan in vitro.1 Pembelajaran bioetika ini membahas soal boleh
atau tidaknya secara etis, seorang calon dokter untuk melakukan teknik-teknik bioteknologi
seperti yang sudah disebutkan tadi karena aborsi maupun euthanasia bisa diartikan dengan
membunuh, juga teknik kloning yang bisa diartikan menciptakan suatu mahluk tertentu.

Terlepas dari isu-isu keagaman maupun kehidupan tadi, bioetika dibagi menjadi empat
prinsip dasar yang disebut dengan kaidah dasar bioetik. Pembagian kaidah dasar ini pertama kali
dikemukakan oleh Beauchamp dan Childress yang adalah dua orang jurnalis. 2 Klasifikasi
tersebut didasari akan tujuan pengambilan keputusan yang tepat bagi dokter maupun pasiennya
agar keduanya sama-sama mencapai suatu kemufakatan yang mendatangkan kebaikan.
Klasifikasi tersebut meliputi: Beneficence, Non-Maleficence, Justice dan Autonomy.
Beneficence5

Kaidah dasar ini secara harafiah dapat diartikan sebagai kemurahan hati. Beneficence
dalam konteks ini dapat didefinisikan sebagai tindakan dokter yang memperlakukan pasien
sebaik mungkin, memberikan pelayanan yang maksimal sebagai seorang tenaga medis dan
bersikap baik senantiasa. Kaidah dasar ini mengutamakan altruisme 3, yang dapat diartikan
sebagai tindakan yang tidak mementingkan kepentingan diri sendiri melainkan kepentingan
orang lain yang dalam konteks kedokteran ini adalah pasien. Beneficence juga berarti menjamin
nilai pokok harkat dan martabat manusia, dimana dokter tidak memandang pasien sebagai
sesuatu yang semata mengungtungkan saja melainkan sebagai seseorang yang membutuhkan
pertolongan. Kaidah dasar bioetika ini juga berarti dokter harus berusaha memaksimalkan
pengambilan keputusan yang benar agar mendatangkan akibat yang baik, dimana akibat baik ini
harus lebih besar dari akibat buruk yang dihasilkan dari pengambilan keputusan tadi. Contoh
konkrit kaidah dasar bioetika ini adalah penerapan prinsip The Golden Rule atau yang lebih
dikenal dengan definisi memperlakukan seseorang seperti Anda ingin diperlakukan.

Non-Maleficence5

Maleficence dalam Bahasa Inggris memiliki arti sifat yang mencelakakan sehingga
penambahan imbuhan “Non” pada awal kata tersebut membalik arti yang sesungguhnya. Kaidah
dasar bioetika yang satu ini dapat didefinisikan sebagai tindakan dokter yang tidak mencelakakan
atau berusaha meminimalisir akibat buruk dari kejadian tertentu. Dalam konteks Non-
Maleficence ini, pasien dikondisikan berada dalam keadaan darurat atau berisiko kehilangan
sesuatu yang penting sehingga seorang dokter harus sanggup mencegah bahaya ataupun risiko
kehilangan tersebut. Kaidah dasar bioetika ini mewajibkan dokter agar tidak berbuat jahat pada
pasien atau membuat pasien menderita sehingga manfaat yang dirasakan pasien harus lebih besar
dari kerugian yang berpotensi dialami oleh dokter. Kaidah dasar ini biasanya dilaksanakan ketika
tidak ada cara lain lagi untuk mengobati pasien seperti misalnya pemberian morfin yang
merupakan obat di bawah aturan perundang-undangan, kepada seorang pasien darurat yang
merasakan nyeri berlebihan.

Justice5

Kaidah dasar bioetika ini mewajibkan seorang dokter untuk berlaku adil pada setiap
pasien yang ditanganinya. Prinsip Justice dalam konteks ini didefinisikan sebagai tindakan
dokter yang memberi perlakuan sama kepada pasien untuk kebahagiaan pasien dan umat
manusia secara universal. Dokter diharuskan berlaku seadil-adilnya kepada pasien dalam
penangannya tanpa memandang unsur SARA yang berpotensi melahirkan konflik. Tidak hanya
berlaku bagi dokter sebagai penyedia tenaga medis, kaidah ini juga secara tidak langsung
merujuk pada pasien untuk berlaku adil kepada sesama pasien. Contoh konkritnya adalah bila
seorang dokter sedang melakukan praktik dan ramai dikunjungi pasien. Para pasien harus mau
menunggu dalam antrean dengan tertib kecuali ada salah seorang pasien yang sudah berada
dalam kondisi gawat maupun darurat dan harus didahulukan seperti pada prinsip Non-
Maleficence tadi.

Autonomy5

Kaidah dasar bioetika ini secara harafiah dapat diartikan dengan keotonoman atau lebih
dikenal dengan istilah kemandirian. Kaidah dasar yang satu ini merujuk sepenuhnya pada pasien
dimana sang pasien dinilai tidak hanya matang secara umur, namun juga matang secara pikiran
dan prilaku sehingga pasien dirasa berkompeten untuk bisa menghasilkan keputusan yang
rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Meskipun dalam konteks ini sepenuhnya
berpusat pada pasien, bukan berarti dokter dibebas tugaskan. Dokter sebagai penyedia tenaga
medis di sini memiliki kewajiban untuk menjelaskan kepada pasien, sepenuhnya dan
sepengetahuannya tentang penyakit yang diderita pasien dan segala risiko-risikonya. Hal ini
bertujuan untuk membuka pikiran pasien dalam pengambilan keputusan yang ia lakukan secara
mandiri agar tidak menyesal ataupun merasa salah di kemudian hari, namun dokter sama sekali
tidak berhak untuk ikut campur tangan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan pasien.

Dalam pembahasan kali ini, telah diberikan skenario yang mengatakan bahwa ada
seorang wanita yang didiagnosis menderita tumor yang berpotensi kanker pada payudara
kanannya. Dalam skenario tersebut dikatakan bahwa dokter sudah menyarankan wanita tersebut
untuk menjalani operasi pengangkatan seluruh payudara kanannya dengan telah memberikan
penjelasan sepenuhnya mengenai risiko-risiko yang dapat diakibatkan oleh tumor tersebut
sebelumnya. Meskipun demikian, wanita tersebut tetap menolak untuk menjalani operasi
pengangkatan payudara kanannya walau keluarganya sudah membujuknya. Maka atas keputusan
pasiennya itu, dokter memberikannya obat-obatan dan menyarankan wanita tersebut untuk
melakukan kontrol yang teratur.

Kesimpulan

Bioetika adalah cabang dari ilmu etika normatif yang khusus membahas mengenai
prilaku dokter yang baik dan benar, terutama dalam interaksinya dengan pasien, keluarga,
masyarakat dan teman sejawat. Bioetika juga terdiri dari empat kaidah dasar yang masing-
masing mengatur prilaku dokter maupun pasien dengan lebih spesifik. Salah satu dari keempat
kaidah dasar tersebut adalah Autonomy, yang berarti kemandirian pasien dalam mengambil
keputusan yang menentukan nasibnya.
Dalam skenario yang telah diberikan, dikatakan bahwa pasien wanita tersebut menolak
atas kemauannya sendiri untuk menjalani operasi pengangkatan payudara kanannya. Sebagai
seorang dokter, bukanlah haknya untuk ikut campur tangan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan pasien. Tugas dokter sebagai penyedia tenaga medis hanyalah menjelaskan
sepenuhnya dan sepengetahuannya tentang penyakit yang sedang diderita sang pasien agar dapat
dipertimbangkan lebih lanjut untuk mengambil keputusan yang tidak akan disesali di kemudian
harinya.

Daftar Pustaka

1. Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir. 2007. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi
4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Beauchamp, Tom L. dan James F. Childress. 2009. Principles of Biomedical Ethics, Sixth
Edition. Oxford, New York: Oxford University Press Inc.
3. Ricard, Matthieu. 2013. Altruism, The Power of Compassion to Change Yourself and the
World. Britania Raya: Atlantic Books
4. Paterson, Craig. 2008. Assisted Suicide and Euthanasia, A Natural Law Ethics Approach.
Britania Raya: Ashgate Publishing Company
5. McCormick, Thomas R. 2008. Principles of Bioethics, (Online),
(https://depts.washington.edu/bioethx/tools/princpl.html. diakses 29 September 2016)

Anda mungkin juga menyukai