Anda di halaman 1dari 4

RESUME KULIAH FILSAFAT

Pengembangan Etika Rumah Sakit

Nama/NPM/Prodi : Fadhilah Rusmaputeri/2306312205/Odontologi Forensik


Narasumber : Prof. dr. Budi Sampurna, DFM, SH, Sp.F (K), Sp. KP
Hari/Tanggal/Jam : Rabu, 30 Agustus 2023/10.00-11.50

Etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang moralitas. Moralitas yang


dimaksud adalah tentang baik atau buruknya suatu perbuatan dilihat dari segi
moral. Selain itu juga tentang benar atau salahnya suatu perbuatan dilihat dari segi
moral. Etika bukan sekedar common sense yaitu moral reasoning, moral
justification, moral deliberation, moral dilemma.

Dalam hal etika pelayanan di rumah sakit, merupakan etika dalam bersikap
perilaku sebagai insan rumah sakit (code of conduct). Etika dalam bersikap dan
perilaku sebagai professional (code of professional conduct). Etika dalam membuat
keputusan klinis, secara individu ataupun secara tim (teori etik, kaidah dasar
bioetik, etik klinik). Etika dalam membuat keputusan manajerial ( etik organisasi,
etik bisnis). Isu etika perilaku berupa bersikap ramah, penuh perhatian, dan peduli,
berkomunikasi dengan efektif, informatif dan edukatif, focus dan tidak terpecah
perhatiannya dengan alat komunikasi dan gadget, tidak membicarakan hal-hal
ihwal yang tidak ada hubungan dengan pasien.

Etika bersikap dan perilaku profesi berdasarkan kode etik masing-masing


profesi dan cabang profesi, peraturan konsil, standar dan pedoman, rekomendasi
organisasi profesi, tata-tertib akademis, peraturan perundang-undangan, norma
profesi yang berlaku internasional/universal. Etika antar professional dapat
dilakukan dengan saling menghormati secara keprofesian, bersikap informatif dan
kooperatif, berkolaborasi dalam memberikan pelayanan, tidak memburukkan
tenaga Kesehatan lain di depan pasien, jujur dan tidak berbohong. Dalam
pembuatan keputusan dapat berpedoman dengan teori etik, kaidah dasar bioetik
(principlism), etik klinik, dan algoritma pembuatan keputusan.

Kaidah dasar bioetik terdiri dari 4 prinsip antara lain beneficence, non
maleficence, autonomy, dan justice. Prinsip Beneficence (berbuat baik) menentut
dokter untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan
atau kejahatan. Contoh dokter menganjurkan klien tentang program latihan untuk
memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi dokter menasehati untuk tidak
dilakukan karena alasan risiko serangan jantung.

Prinsip non maleficence (tidak merugikan) berarti tidak menimbulkan


bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Praktik Kedokteran haruslah
memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya.
Pernyataan kuno “first, do no harm”, tetap berlaku dan harus diikuti. Contoh ketika
ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan
klien semakin memburuk dan dokter harus mengistruksikan pemberian transfusi
darah. akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficence
walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip nonmaleficince.

Prinsip autonomy didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah
satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien
bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan.

Prinsip justice (keadilan) direfleksikan dalam praktik profesional ketika


perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Perbedaan
kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham
kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta
perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi
perhatian utama dokter. Prinsip dasar ini juga mengakui adanya kepentingan
masyarakat sekitar pasien yang harus dipertimbangkan. Contoh ketika perawat
dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-
faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

Perkembangan pelayanan kesehatan mengacu pada ilmu pengetahuan dan


teknologi, IoT, spesialisasi dan subspesialisasi, akses, sumber daya, dan
kemampuan ekonomi. Sistem pelayanan kesehatan, rujukan, pembiayaan,
fragmentasi, litbang. Pendekatan baru yaitu preventif, kosmetik, personal, rekreatif.
Komoditi, korporasi, profesi tak berdaya. Masalah-masalah yang terkait etik
cenderung bergerak kea rah konsumerisme dan materialisme, mempengaruhi etika
profesi di bidang Kesehatan. Pembuatan keputusan Kesehatan bergeser ke pasien
dan public. Pelonggaran prinsip etik, keilmuan, profesi, safety. Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) mempengaruhi keputusan, pembatasan sumber daya, pembatasan
layanan.

Masalah etika kedokteran terkini berupa ketidakseimbangan antara kualitas


dan keselamatan dengan efisiensi. Peningkatan akses pelayanan Kesehatan, tapi
terbatas tingkatannya. Alokasi sumber daya terbatas, SDM Kesehatan berdasarkan
kompetensi, etis dan kepatuhan kepada standar atau aturan yang berlaku.
Penatalaksanaan isu akhir kehidupan (end of life). System pelayanan Kesehatan
membaik, Kesehatan dan kesejahteraan meningkat, usia harapan hidup naik,
jumlah lansia naik, penyakit degenerasi naik, fase terminal naik, keputusan etis.
Kendali mutu kendali biaya mempertimbangkan indikasi dengan efek samping dan
kontra-indikasi, tujuan Tindakan dengan nilai yang dianut pasien, manfaat dengan
prognosis, manfaat dengan risiko, dan manfaat dengan biaya.
Etik sudah melekat sejak pada awal kehidupan. Hal ini sudah tercermin dari
adanya pasal 75 Umdang-undang Kesehatan yang berisi tengtang larangan aborsi.
Namun terdapat kondisi-kondisi dimana tindakan aborsi dilegalkan yaitu pada
indikasi kedaruratan medis, baik ibu atau anak, termasuk cacat atau kelainan yang
membahayakan atau tidak dapat hidup dan pada korban perkosaan. Tindakan
aborsi yang dilegalkan tersebut harus dilakukan melalui konseling. Selain itu
aborsi harus dilakukan oleh tenaga Kesehatan yang kompetendan berwenang, atas
persetujuan ibu yang mengandung dan dengan seizin suami (kecuali pada korban
perkosaan). Tindakan aborsi juga harus dilakukan sebelum usia kehamilan 6
minggu, kecuali pada kasus kedaruratan medis dan dilakukan di fasilitas pelayanan
Kesehatan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan Menteri.

Etik terus berlaku hingga pada akhir kehidupan. Dalam dunia kedokteran
dikenal istilah assisted suicide & euthanasia yang diartikan dengan suatu tindakan
bantuan bunuh diri atau penghentian upaya mempertahankan kehidupan. Tindakan
ini bertujuan untuk mengambil nyawa sesorang. Kematian pasien merupakan
akibat langsung dari tindakan tersebut. Tindakan ini harus dilakukan atas
permintaan pasien itu sendiri dan pasien dapat meninggal sesuai permintaan baik
dengan cara bunuh diri maupun dengan euthanasia.

Tindakan assisted suicide & euthanasia harus mematuhi aturan-aturan yang


berlaku dan sesuai prosedur. Tindakan ini juga harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dan diinformasikan serta memperoleh persetujuan keluarga. Direktur
fasilitas pelayan kesehatan yang bersangkutan juga haru mengeluarkan izin untuk
melakukan tindakan. Keputusan dari keluarga dipertimbangkan dengan
memperhatikan “keinginan pasien”. Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi
sistem jantung-sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti telah berhenti secara
permanen, atau apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan.

Anda mungkin juga menyukai