Anda di halaman 1dari 2

RESUME KULIAH FILSAFAT

KAIDAH DASAR BIOETIK DAN PRINSIP PRIMA FACIE


Nama/NPM/Prodi : Windy Atika Hapsari/2206097343/Dermatologi dan Venereology
Narasumber : Dr. dr. Yuli Budiningsih, SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Selasa/23 Agustus 2022/Pkl 13.00-14.50

Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik.
Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ,
teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor
budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas
penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. 

Pada dasarnya, apa yang sekarang dinamakan hubungan dokter pasien dapat ditelusuri
balik asalnya pada hubungan pengobatan tentu ditambah dengan kerumitan-kerumitan yang
dibawa oleh perkembangan sosial, ekonomi, hubungan antar manusia, ilmu
kedokteran,teknologi, etika, hukum, bisnis dan lain-lain di zaman modern ini. Hal yang
paling mendalam dari hubungan dokter pasien adalah rasa saling percaya.

Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,


menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar
moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, antara lain adalah
beneficence, non-malficence, justice, serta autonomy. Pengertian asas prima facie dapat di
analogikan sebagai dua nilai yang berada pada tataran yang sama, semisal sama-sama
fundamental, saling berhadapan, maka seorang dokter harus memilih salah satu dari dua nilai
untuk didahulukan dari nilai yang lainnya

Dokter harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kondisi dokter jaman
sekarang berbeda dengan jaman dahulu. Mungkin pada jaman dahulu seorang dokter dapat
memarahi pasien atau bersikap superior kepada pasien tanpa pasien dapat protes. Dewasa ini
berbeda, seorang dokter harus menerima dan memiliki kemanpuan komunikasi bahwa pasien
dapat saja datang ke kita karena merupakan second opinion atas penyakitnya yang diderita.
Terutama dalam era JKN saat ini, pasien sebenarnya tidak dapat memilih dokter, namun jika
pasien datang dengan uang pribadi maka kita memang tidak berhak untuk melarang pasien
tersebut dating ke dokter manapun.
Disini kita harus mempelajari, sikap mana yang kita pilih, dalam etika kita memilih
yang terbaik dari yang terbaik. Itulah tantangan untuk dokter kedepannya, lebih
mempertimbangkan mana yang paling baik dengan segala konsekuensinya. Dalam hal
menegur teman sejawat, dengan berbagai cara kita melakukan upaya perbaikan. Cara awal
dapat membuat diskusi yang tidak menyinggung sejawat. Dapat juga dilakukan melalui rapat
evaluasi, sehingga kendali mutu dapat terjaga. Diskusi ini membuka cakrawala pemikiran apa
yang dapat kita lakukan dalam memecahkan suatu masalah, kita harus memilih solusi terbaik
dan harus sesuai dengan kondisi rumah sakit. Itu merupakan etika kesejawatan.

Dunia tempat kita bekerja dan berprofesi bukan dunia yang pasti. Semua kembali
kepada nilai sosial, kepandaian sebagai dokter di tuntut dapat memilih yang terbaik dan
dapat bertanggung jawab terhadap apa yang kita pilih. Disitulah sulitnya, kedokteran
bukanlah ilmu pasti, semua hal banyak pertimbangan dan kehidupan kita tidak dapat di
prediksi. Kita harus pandai memilah mana yang terbaik disesuaikan dengan situasi dan
kondisinya.

Anda mungkin juga menyukai