Nama/NPM/Prodi : Sylviana Kuswandi/2206096832/IKA Narasumber : Prof. Dr. dr. Budhi Setianto, SpJP(K) Hari/Tanggal/Jam : Kamis/18 Agustus 2022/Pukul 10.00-11.50 WIB
Pemerintah khususnya dan warga negara Indonesia mengalami kewalahan saat
menghadapi pandemi Covid-19, padahal Indonesia pernah dilanda pandemi sebelumnya yaitu flu burung. WHO menyebutkan bahwa negara-negara miskin dan rentan di dunia harus dibantu untuk pemenuhan vaksin covid-19 terutama oleh negara-negara lain yang maju. Kecenderungan atau trend ilmu kedokteran masa depan misalnya (1) artificial inteligent harus dikelola dan dikendalikan secara baik karena memiliki dua mata sisi. Sisi buruk misalnya bisa menimbulkan peperangan. (2) Genetic engineering meliputi ilmu rekayasa genetik di mana bisa dimanfaatkan bagi kesehatan manusia, dan (3) Penciptaan robot di masa depan yang dapat menggantikan dokter bahkan dalam hal komunikasi. Semua hal tersebut dapat menimbulkan dilema etik. Kedokteran modern memungkinkan penggantian elemen tubuh manusia menggunakan cyborg misalnya mata, telinga, pemasangan implan jantung, atau transplantasi jantung dengan mesin. Kedokteran modern memunginkan transplantasi organ baru di tubuh manusia menggunakan organ hewan misalnya babi setelah dilakukan penelitian dan diskusi yang menyeluruh dari semua sisi misalnya ahli kedokteran, ahli agama, sisi etis, maupun pemerintah. Sikap empati dalam hubungan dokter-pasien akan menopang manusia bisa bertahan dalam kedokteran modern. Hubungan moral dokter-pasien hakikatnya dilandasi EBM (evidence based medicine). Tetapi dalam praktiknya, dokter dibatasi oleh regulasi-regulasi yang sifatnya mengikat misalnya BPJS. Contoh ada beberapa obat-obatan yang secara EBM sangat baik diberikan, tetapi karena terbentur regulasi, obat-obatan tersebut tidak masuk ke dalam Indonesia. Dokter harus dapat membuat senang hati paramedis misalnya perawat, serta pasien termasuk keluarga pasien, dan teman pasien. Dokter dapat menerapkan 3S yaitu senyum, sapa, dan salam. Dokter harus dapat menempatkan posisi dalam hubungan dengan pasien sebagai saudara tua atau guru terutama perihal komunikasi, informasi, dan edukasi. Dokter harus dapat memberikan edukasi dengan melibatkan aspek ketuhanan (berserah diri atas kesembuhan dan kekuatan kepada Tuhan YME) terutama pada penyakit yang memiliki prognosis kurang baik. Dokter dalam pelayanan memperhatikan prinsip etik (autonomy, beneficence, non maleficence, dan justice), prinsip kedokteran, dan hukum legal. Dokter juga menerapkan kode etik kedokteran dalam melakukan pelayanan sehari-hari. Dokter harus memahami bahwa pasien melebihi insan biomedik karena mencakup lingkup spiritual, etika, dan lainnya. Konsep filsafat mengenai ontology, filosofi, anxiology, dan epistemology. Filosofi adalah induk dari ilmu pengetahuan. Ontology menjelaskan kondisi metafisik, mengenai ada dan ketiadaan. Axiology menjelaskan mengenai etik (benar dan salah), sosio-politicology (siapa yang menjadi pemimpin) dan aestetics. Prof Soenarto membuat disertasi mengenai Chandara Jiwa Manusia/dunia. Konsep pemikiran Super ego (Freud), rasa kemasyarakaan (adler), pesona (jung), dan hati nurani (Prof Soenarto). Freud dan Adler tidak memiliki sadar kolektif karena tidak percaya adanya Tuhan. Ada 4 unsur nafsu yang dikemukakan Prof Soenarto meliputi mutmainah, amarah, sufiah, dan luamah. Banyak bahsa arab yang diserap ke dalam tulisan tersebut. Mutmainah diambil dari QS Al fajr yang artinya orang-orang yang berjiwa damai. Prof Soenarto menjelaskan mengenai tripusa sadar kolektif yang meliputi asadar kolektif, asadar biologis, dan hati Nurani. Dzikir Quthub menjelaskan mengenai nafsu manusia dan dalam Al-Quran dijelaskan ada yang berperan sebagai regulator, motivator, indicator, dan the gate. Melalui Pancasila dan UUD 1945 serta regulasi yang ada seperti JKN dan MDG’s Goal serta ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi pedoman bagaimana dokter bersikap dengan sejawat dan bagaiman hubungan dokter-pasien dapat menjadi seperti keluarga. Prinsip kedokteran harus bisa melayani masyarakat baik promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Terdapat beberapa poin dalam millennium development goals yaitu (1) mengurangi kemiskinan dan kesenjangan social, (2) edukai bisa mencapai seluruh laoisan masyarakat, (3) kesetaraan gender antara laki-laki danperempuan, (4) mengurangi mortalitas atau angka kematian anak, (5) meningkatkan derajat Kesehatan ibu hamil, (6) mengatasi tuberculosis dan HIV/AIDS, (7) memastikan keamanan lingkungan, dan (8) mengembangkan kerjasama. Sebagai seorang dokter kita harus bisa mengenali identitas atau jati diri dan mempersipakan diri dengan berbekal ilmu pengetahuan diimbangi dengan kekuatan spiritual dan memperhatikan pasien secara holistic atau menyeluruh agar bisa menhadapi Tindakan ilmu kedokteran.