NRP : 1906450530
Kedokteran adalah scient and art, ada probabilitas pada setiap diagnose penyakit. Sebagian malpraktek
karena cara berpikir yang keliru.Tujuan berpikir kirits agar bias mengestablish secara tepat, dan
membuat clinical judgment dengan tepat, sesuai cara dan alatnya.
Critical thingking diperlukan untuk situation setting. Clinical setting diperlukan menjawab clinical
problem.
6 TOPI BERPIKIR
Topi Putih
Cara berpikir putih, dalam situasi sedang melakukan investigasi dengan berpikir obyektif, ini fakta atau
bukan tanpa emosi tanpa critical thingking.
Topi Merah
Orang sedang dalam emosi, tidak dalam keadaan logis, apa yang orang rasa.
Topi HItam
The head of survival, orang sangat-sangat hati-hati mencari kelemahan, terjadi pada presentan, bila
tidak dipahami akan terbawa sampai tua menganggap merasa puas bisa menunjukkan kesalahan atau
kelemahan orang lain.
Topi Kuning
Sifatnya menimbulkan semangat, dilakukan pada pasien-pasien paliatif, missal menyampaikan kondisi
pasien kanker stadium akhir, disamping secara medis, tapi tetap memberikan semangat.
Topi Hijau
Mencari problem solving, memberikan kesempatan orang lain menyampaikan pendapat hingga selesai.
Topi Biru
Critical Thingking
Seorang critical thingkers akan berpikir pikiran saya selalu bisa diimprove, terbuka atas masukan
-masukan orang lain. Tidak merasa benar sendiri, harus mengenali bagaimana sociothingking.
Berpikir kritis suatu proses berpikir kritis, orang lain akan merasa lebih jelas dan akurat
1. Jelas
Tidak meragukan
2. Akurat
Membahas hal dengan tepat
3. Relevan
jangan membahas hal yang berbeda tidak berkaitan, dan logis
4. Question of issue
Sesuaikan jawaban dan pertanyaan, supaya tidak ada yang dapat memelintir logika
5. Information
6. Assumption
7. Interpretation dan inference
Inferensi dimana suatu cara berpikir, dimana cara menilai sesuatu adalah benar. Inferensi dapat
akurat, dapat tidak akurat.
Asumsi adalah sesuatu yang dipercaya, tidak bertanya. Missal pintu terbuka karena ada kucing
masuk dengan mencakar pintu, tidak ada penelitian sebelumnya tapi adalah asumsi. Orang
dengan asumsi yang berbeda maka inferensinyapun akan berbeda. MIsal orang yang tergeletak
di got adalah orang jahat, jika asumsinya orang tersebut adalah orang jahat, maka inferensinya
akan menilai jahat orang tersebut. Tapi jika asumsinya menilai orang tergeletak digot tersebut
karena tergelincir, maka inferensinya juga akan menilai orang tersebut karena tergelincir.
Quantification
Memberikan Batasan sampai sejauh mana hubungan sebab akibat valid, sah dapat diterima.
Evidence, sesuatu yang masuk akal menurut kita belum tentu terjadi. apa yang akan diperiksa
sesuai dengan argument. Belum dapat dijadikan dasar untuk clinical judgment. Jangan mencari
evidence dulu sebelum ada argument.