Anda di halaman 1dari 42

BIOETIK

Tjiang Sari Lestari, Herri Mundung


DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Bioetik

bios : kehidupan
Bioetik
ethos : norma-norma atau nilai-nilai moral

Bioetik merupakan studi indisipliner tentang masalah yang


ditimbulkan oleh perkembangan dibidang biologi dan ilmu
kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa kini dan
masa mendatang
MORAL

 Suatu karakteristik unik yang dimiliki oleh manusia


yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya,
sejarah, tradisi, pendidikan, agama, dan lain-lain.
 Pada umumnya, struktur dasar moral bersifat
universal, namun konteks dan kontennya akan
berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan
kebudayaan.
 Persepsi dan penilaian terhadap moral  berbeda-
beda  baik vs buruk.

UNESCO. Ethics Education Programme. 2007.


MORAL

Contoh:
 Kalimat 1: Mahatma Gandhi memiliki tinggi badan 150 cm.
  fakta objektif, klaim empiris
 Kalimat 2: Mahatma Gandhi adalah orang yang ramah.
  pernyataan emosional, ekspresi perasaan
 Kalimat 3: Mahatma Gandhi adalah orang yang baik.
  penilaian moral, pertimbangan

UNESCO. Ethics Education Programme. 2007.


ETIKA

 Berasal dari bahasa Yunani (ethos): cara berpikir,


kebiasaan, adat, perasaan sikap, karakter, watak,
kesusilaan atau adat.
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia :
– Sistem nilai/norma-norma moral sebagai pedoman bertindak
– Kumpulan asas atau nilai, berkenaan dengan akhlak/moral
– Ilmu tentang yang baik & buruk, diterima dalam suatu masyarakat,
menjadi bahan refleksi, diteliti secara sistematis dan metodis.
ETIKA

 Analisis intelektual terhadap moral dengan segala kompleksitasnya 


menghasilkan nilai (value) dan tugas (duty).
 Etika bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman-pengalaman moral dan
mengamati kesamaan (universalitas) maupun keberagamannya (diversitas).
 Etika = benar vs salah (berkaitan dengan sikap/tindakan/keputusan).

 Penentuan etika:
1. Analisis fakta dan kondisi-kondisi yang perlu diperhitungkan
2. Analisis nilai (problematika moral dari berbagai sudut pandang)
3. Menentukan alternatif keputusan/tindakan (duty)
4. Konsistensi
5. Kesimpulan.
UNESCO. Ethics Education Programme. 2007.
PROFESI KEDOKTERAN

 Kedokteran adalah sebuah “profesi”.

 Seorang profesional adalah:


 seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan/keahlian
khusus dalam bidang tertentu,
 memiliki hak-hak spesifik yang sifatnya tidak umum, dan
 oleh karenanya juga memiliki tanggung jawab dan tugas yang
bersifat spesifik.

Stern DT. Professionalism in GME: defining and measuring professionalism. May 2010.
ETIKA PROFESI

 Etika profesi:
 Seperangkat perilaku anggota profesi dalam hubungan dengan orang lain
 Pengamalan etika  kelompok menjadi baik dalam arti moral.

 Ciri-ciri etika profesi:


 Berlaku untuk lingkungan profesI
 Disusun oleh organisasi profesi
 Kewajiban & larangan
 Menggugah sikap manusiawi.

Hanafiah MJ & Amir A. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4. Jakarta: EGC. 2008: 2-25.
ETIKA PROFESI KEDOKTERAN

 Pengertian etika profesi kedokteran:


 Pengetahuan tentang perilaku profesional dokter/dokter gigi dalam menjalankan
pekerjaannya
 Tercantum dalam lafal sumpah dokter & Kode Etik Kedokteran Indonesia
 Disusun oleh organisasi profesi.

 Hakikat profesi kedokteran:


 Bisikan hati nurani & panggilan jiwa
 Mengabdikan diri pada kemanusiaan
 Berdasarkan moralitas yang kental.

Hanafiah MJ & Amir A. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4. Jakarta: EGC. 2008: 2-25.
ETIKA DAN PROFESIONALISME
KEDOKTERAN
PILLARS OF
PROFESSIONALISM
(Arnold & Stern, 2010)
Paternalistic Partnership
Doctor
BASIC MORAL
RESPECT
PRINCIPLES

Patient
EXCLUSIVE TRUST

STANDARD OF CARE Doctor Patient

MEDICAL EQUALITY HONESTY


PROFESSIONALISM
BASIC MORAL PRINCIPLES
(Beauchamp & Childress, 1994; Lawrence, 2010)

Patient’s
autonomy

Honesty Beneficence
Moral
Principles

Non-
Justice
maleficence

Gillon R. Medical ethics: four principles plus attention to scope. BMJ 1994;309:184-8. [serial online] [cited on: 2014 Oct 31]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2540719/pdf/bmj00449-0050.pdf
Lawrence GS. Surat Keterangan Visum et Repertum Korban Hidup dan Mati. 2010. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik–Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
AUTONOMY
Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat
manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai
manusia yang mempunyai hak menentukan nasibnya
sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berpikir
secara logis dan membuat keputusan sendiri,
Autonomy mempunyai ciri-ciri:
 Menghargai hak menentukan nasib sendiri
 Menjaga rahasia pasien
 Melaksanakan informed consent
Prinsip-prinsip Autonomy

 Tidak intervensi pasien dalam membuat keputusan


 Menghargai rasionlitas pasien
 Mlaksanakan informed consent
 Membiarkan pasien dewasa dalam mengambil keputusan sendiri
 Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
 Mencegah pihak lain dalam mengintervensi dalam pengambilan keputusan
Beneficence

 seorang dokter melakukan sesuatu tindakan yang lebih banyak dampak


baiknya bagi pasien dalam usaha untuk membantu mencegah atau
menghilangkan bahaya atau sekedar mengobati masalah-masalah sederhana
yang dialami pasien sehingga psien memperoleh kepuasan tersendiri.

 Application: evidence-based medicine.


Prinsip kaidah beneficence

 Mengutamakan kepentingan pasien


 Kewajiban menolong pasien yng gawat
 memberikan resep yang baik dan murah
 Manfaat lebih besar dari buruk
Non-Maleficence
Adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien.

Tidak boleh berbuat jahat atau membuat derita pasien


Meminimalisasi akibat buruk
Dokter sanggup mencegah bahaya yang terjadi pada pasien
Tindakan kedokterannya dapat terbukti efektif
Lebih besar manfaat bagi pasien dari pada kerugian dokter
Justice

 Adalah prinsip moral yang mementingkan


keadilan dalam bersikap maupundalam
mendistribusikan sumber daya (distributive
justice). Pada prinsip ini dokter tidak
bolehmendeskriminasikan pasien dalam hal
apapun. Dokter harus menerima pasien,
memberikankesamaan sumbangan sesuai
kebutuhan pasien, dan memberikan kesamaan
beban sesuaidengan kemampuan pasien.
HONESTY

 Gatot S. Lawrence (2010)

 Application: admits mistakes, medical


responsibility.
LANDASAN ETIKA KEDOKTERAN
HIPPOCRATES OATH
I swear by Apollo Physician and Asclepios and Hygeia and Panacea and all the gods and goddesses,
making them my witnesses, that I will fulfill according to my ability and judgment this oath and this
covenant:
To hold him who has taught me this art as equal to my parents and to live my life in partnership with
him, and if he is in need of money to give him a share of mine, and to regard his offspring as equal to
my brothers in male lineage and to teach them this art - if they desire to learn it - without fee and
covenant; to give a share of precepts and oral instruction and all the other learning to my sons and to
the sons of him who has instructed me and to pupils who have signed the covenant and have taken an
oath according to the medical law, but no one else.

Saya bersumpah demi Dewa Apollo, Asclepios, Hygea dan Panacea serta seluruh Dewa
Dewi Saya akan memenuhi sumpah ini sesuai kemampuan dan penilaian
Saya.Memperlakukan guru yang mengajarkan ilmu ini kepada saya sebagai orang tua
Saya sendiri dan menjalankan hidup ini bermitra dengannya dan apabila ia
membutuhkan uang saya akan memberikan dan anak keturunannya saya anggap Sebagai
saudara sendiri,dan akan mengajarkan kepada mereka ilmu ini bila Mereka berkehendak
tanpa biaya atau perjan jian memberikan persepsi dan instruksi saya dalam
pembelajaran kepada anak saya dan anak guru saya dan
Murid2 yang sudah membikin perjanjian dan mengucapkan sumpah ini sesuai
Hukum kedokteran dan tidak kepada yang lain
DECLARATION OF GENEVA: PHYSICIAN’S OATH
(World Medical Association, 1948)

 I solemnly pledge myself to consecrate my life to the ;


 I will give to the respect and gratitude which is their due;
 I will practice my profession with conscience and dignity;
;
 I will maintain by all the means in my power,
; ;
 I will not permit
to intervene between my duty and my patient;
 I will maintain the utmost life from the time of conception,
even under threat, I will not use my medical knowledge contrary to the laws of
humanity;
 I make these promises solemnly, freely and upon my honor.
HIPPOCRATIC OATH—MODERN VERSION
(Louis Lasagna, 1964)
I swear to fulfill, to the best of my ability and judgment, this covenant:
 I will of those physicians in whose steps I walk, and gladly as is mine with those
who are to follow.
 I will apply, for the benefit of the sick, all measures [that] are required, .
 I will remember that there is art to medicine as well as science, and that may outweigh the surgeon's
knife or the chemist's drug.
nor will I fail to call in my colleagues when the skills of another are needed for a patient's recovery.
 I will , for their problems are not disclosed to me that the world may know. Most especially must I tread
with care in matters of life and death. If it is given me to save a life, all thanks. But it may also be within my power to take a life; this
awesome responsibility must be faced with great humbleness and awareness of my own frailty.
 I will remember that I do not treat a fever chart, a cancerous growth, but , whose illness may affect the person's family
and economic stability. My responsibility includes these related problems, if I am to care adequately for the sick.
 I will whenever I can, for prevention is preferable to cure.
 I will remember that I remain , with special obligations to all my fellow human beings, those sound of mind and body as
well as the infirm.
If I do not violate this oath, may I enjoy life and art, respected while I live and remembered with affection thereafter. May I always act so as to
preserve the finest traditions of my calling and may I long experience the joy of healing those who seek my help.
LAFAL SUMPAH DOKTER INDONESIA (1960)

Demi Allah saya bersumpah, bahwa:


1. Saya akan membaktikan hidup saya guna 7. Saya akan senantiasa , dengan
kepentingan . memperhatikan kepentingan masyarakat.
2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara
yang sesuai dengan 8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya
martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga dalam menunaikan
kewajiban terhadap pasien.
.
9. Saya akan memberi kepada penghormatan dan
4. Saya akan segala sesuatu yang pernyataan terima kasih yang selayaknya.
saya ketahui karena keprofesian saya.
5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan 10. Saya akan perlakukan seperti saudara kandung.
saya untuk sesuatu yang 11. Saya akan mentaati dan mengamalkan .
, sekalipun diancam.
6. Saya akan 12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mulai saat pembuahan. mempertaruhkan kehormatan diri saya.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (2012)
KEWAJIBAN UMUM

 Pasal 1 Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan .


 Pasal 2 Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan professional secara , dan
mempertahankan dalam ukuran yang tertinggi.
 Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter
.
 Pasal 4 Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat .
 Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
memperoleh dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien
tersebut.
 Pasal 6 Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam
yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.
 Pasal 7 Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (2012)
KEWAJIBAN UMUM

 Pasal 8 Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan dengan
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas
martabat manusia.
 Pasal 9 Seorang dokter wajib bersikap dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya
untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
 Pasal 10 Seorang dokter wajib
.
 Pasal 11 Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya .
 Pasal 12 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
 Pasal 13 Setiap dokter dalam bekerja sama dengan
, wajib saling menghormati.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (2012)
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

 Pasal 14 Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan
dan keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
 Pasal 15 Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat
, termasuk dalam beribadat dan atau
penyelesaian masalah pribadi lainnya.
 Pasal 16 Setiap dokter wajib
, bahkan juga setelah pasien itu meninggaldunia.
 Pasal 17 Setiap dokter wajib melakukan sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Etika Dokter terhadap pasien

Dokter wajib memperhatikan jenis penyakit, sebab musababnya, kondisi tubuh pasien ,
umurnya obat yang cocok dengan musim itu, negeri si sakit dan keadaan buminya, iklim
di mana ia sakit, dan daya penyembuhan obat itu.

Dia harus lemah lembut menggunakan cara keagamaan dan sugesti (meyakinkan peran
jiwa dan pertolongan Tuhan) dalam pengobatan

Dia harus mengajarkan perilaku sehat dan cara mencegah timbulnya penyakit kepada
pasien dengan santun dan meyakinkan tanpa sikap angkuh atau acuh tak acuh

Jika harus melakukan pengobatan yang mungkin berdampak negatif pada pasien harus
memberikan penjelasan yang lengkap dan mudah difahami sebelum minta persetujuan
pasien/keluarganya
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (2012)
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

 Pasal 18 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya


.
 Pasal 19 Setiap dokter
dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan keduanya
atau berdasarkan prosedur yang etis.
Etika Dokter terhadap Sejawatnya
Teman Sejawat adalah teman seperjuangan dalam pengabdian kepada kemanusiaan.
Penemuan dan pengalaman baru dijadikan milik bersama.
Panggilan suci yang menjiwai hidup dan perbuatan telah mempersatukan
mereka menempatkan para Dokter pada suatu kedudukan yang
terhormat dalam masyarakat
Sesuai sumpah Hippocrates seorang dokter harus memperlakukan
teman sejawatnya sebagai saudara kandung bukan saingan dalam
mencari rezeki.
Jika ada yang kekurangan dalam ilmu dan keterampilan maupun dalam
peralatan dan pendanaan harus dibantu
Setiap dokter harus menjadi anggota IDI dan perhimpunan profesi dalam
bidangnya serta akitf mengikuti pertemuan ilmiah untuk menambah ilmu
dan ketrampilannya
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (2012)
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

 Pasal 20 Setiap dokter wajib selalu


, supaya dapat bekerja dengan baik.
 Pasal 21 Setiap dokter wajib senantiasa

kedokteran/kesehatan.
BEBERAPA CONTOH ISU BIOETIK
Pelanggaran Etika Murni MKEK

Pelanggaran disiplin MKDK

Pelanggaran dalam menjalankan


profesi kedokteran Pertanggung jawaban hukum
Alur Pelayanan Pasien
FORENSIK-MEDIKOLEGAL
Surat keterangan Visum et
Ada SPV
Repertum

SPV datang
Pemeriksaan & Rekam medis
Pasien UGD
penanganan medis (medical record)

Pemeriksaan medis

Resume medis (medical lampiran


Tanpa SPV
summary)

Surat keterangan Visum


PROSEDUR MEDIS STANDAR et Repertum
 Biological patent
 Alternative Medicine  Biopiracy
 Animal rights  Biorisk
 Applied ethics  Biotic ethics

 Artificial life
 Brain-computer interface

 Biocentrism
 Biological agent
 Gene theft
 Gene therapy
 Genetically modified food
 Cryonics  Genetically modified organism
 Disability  Genomics
 Eugenics  Great Ape Project
 HeLa cells

 Exorcism
 Faith Healing
 Feeding tube
 Medical torture
 Iatrogenesis  Mediation
 Infertility treatments
 Intersex  Moral obligation
 Moral status of animals
 Nanomedicine
 Lobotomy  Nazi human experimentation
 Medicalization  Ordinary and extraordinary care
 Overtreatment
 Organ transplant  Professional ethics
 Psychosurgery
 Parthenogenesis  Quality of Life (Healthcare)
 Patients' Bill of Rights  Quaternary prevention
 Placebo
 Pharmacogenetics
 Political abuse of psychiatry  Reproductive technology
 Reprogenetics
 Prescription drug prices
 Procreative beneficence
 Spiritual drug use

 Suicide
 Surrogacy
 Transsexuality
 Transhumanism
TERIMA KASIH
Last update 2018/09/1

Anda mungkin juga menyukai