Anda di halaman 1dari 125

MAKALAH UJIAN FILSAFAT

Halaman Judul

Disusun oleh:
Danang Andi Raharjo (2106763751)

Program Studi:
Ilmu Penyakit Dalam

Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si, SpFM(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1
MODUL FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN, ETIKA PROFESI, MEDIKOLEGAL
JAKARTA
NOVEMBER 2022
Daftar Isi

Halaman Judul.............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
Refleksi Diri...............................................................................................................................1
Resume FIP-1.............................................................................................................................2
Resume FIP-2.............................................................................................................................3
Resume FIP-3.............................................................................................................................4
Resume FIP-4.............................................................................................................................5
Resume FIP-5.............................................................................................................................6
Resume FIP-6.............................................................................................................................7
Resume FIP-7.............................................................................................................................8
Resume FIP-8.............................................................................................................................9
Resume FIP-9...........................................................................................................................10
Resume FKU-1.........................................................................................................................11
Resume FKU-2.........................................................................................................................12
Resume FKU-3.........................................................................................................................13
Resume FKU-4.........................................................................................................................14
Resume FKU-5.........................................................................................................................15
Resume FKU-6.........................................................................................................................16
Tugas Puisi Kemerdekaan........................................................................................................17
Tugas Mandiri FIP-6................................................................................................................18
Tugas Makalah Lintas Prodi: Pendidikan Kedokteran Spesialis Terintegrasi Dengan Ilmu
Kesehatan Konvensional Dan Tradisional Dalam Mengatasi Pasca Pandemi Covid-19........19
Tugas Surat Somasi/Surat Balasan...........................................................................................20

ii
Refleksi Diri

Isi refleksi diri masing-masing yang sudah dibuat dari tugas analisis hukum per prodi untuk
pertanyaan nomor 9, dapat ditambahkan sesuai dengan apa yang sudah dipelajari selama
keseluruhan modul filsafat.

3
Resume FIP-1
RESUME KULIAH FILSAFAT
“FILSAFAT ILMU KEDOKTERAN SAAT INI”
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si., SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Kamis/18 Agustus 2022/Pkl 08.00-09.50

Kekuatan Kedokteran dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahap prudensial merupakan tahap
awal kita sebagai dokter untuk mencoba mengenali bagaimana kondisi pasien yang dating berobat
kepada kita. Sebaiknya menjadi pendengar yang baik, memuliakan pasien dan berusaha membuka
hubungan yang baik dengan pasien. Kedua adalah tahap deontology, yaitu sebagai Dokter, kita
harus Menolong setiap pasien tanpa membedakan, apakah pasien tersebut kaya atau miskin, sesuku
dengan kita atau tidak , bahkan berbeda agama sekalipun dengan kita. Dan terakhir adalah tahap
reflektif. Sebagai Dokter kita wajib menghargai setiap pasien. Menghargai pendapatnya dengan
mendengar setiap keluhan dan gejalanya, sebisa mungkin kita menjadi pendengar yang baik dan
berusaha memberiksan solusi atas permsalahan medis pasien.

Ada beberapa Pilar Ilmu Kedokteran yang wajib kita pahami. Pertama yaitu Biomedik, yang
mempelajari aspek klinis dari setiap pasien yang dating berobat kepada kita. Diperlukan
pemahaman yang baik untuk menentukan setiap diagnosa mauun terapi pada pasien. Selanjutnya
adalah Kedokteran Klinik adalah sebagai dokter kita masih sering terjebak hanya untuk diagnosis
dan terapi, tapi pada pasien ada aspek lainnya seperti psikologis dan jiwa yang kadang tidak kita
pahami. Berikutnya adalah Kedokteran Komunitas/Kesehatan Masyarakat dimana inilah aspek yang
seharusnya kita mampu pikirkan juga jadi tidak hanya mengenai pasien tapi juga mencakup
lingkungan di sekitar pasien, seperti keluarga,teman ataupun komunitas. Dan terakhir adalah
Bioetika/Humaniora Kedokteran untuk lebih mendetail mengenai prognosis untuk penyakit pasien.

Filsafat adalah upaya manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan/realitas


secara kritis radikal dan sistematis. Cakupan Ilmu Filsafat Manusia ada beberapa aspek
yaitu,Ontologi, Metafisika,Etika,Estetika, Epistemologi, Logika, dan Filsafat Ilmu. Aspek pertama
yang kita bahas adalah ontology,yaitu mengenai hakikat dari apa saja yang nyata dan berwujud.
Kemudian yang kedua adalah metafisika, disini berbicara mengenai realita dibalik dari suatu bentuk
fisika. Selanjutnya yang ketiga adalah etika, merupakan aksiologi dan preskriptif untuk hidup baik
disiplin ilmu dan justifikasi. Kemudian estetika merupakan wujud dari aksiologi untuk keindahan.
Aspek berikutnya adalah epistemology merupakan asal muasal sumber, struktur dan keabsahan dan

4
ruang lingkup. Aspek Logika mengajarkan Teknik dan kaidah penalaran yang tepat. Dan terakhir
Filsafat Ilmu, merupakan suatu jenis keilmuan yang merupakan suatu paradigma dalam menyikapi
semua permasalahan yang ada disekitar kita. Definisi Paradigma,merupakan suatu sudut pandang
dalam menyikapi setiap permasalahan

Ilmu Kedokteran Moderen memiliki beberapa elemen, yang pertama adalah Fakta yang
sesuai dengan kejadian di lapangan tempat kerja kita semua. Kedua selalu didukunhg oleh data-data
yang empiris baik dari penelitian maupun laporan kasus. Kemudian ketiga juga terdapat konsep
yang baik untuk menjadikan ilmu yang lebih bermanfaat. Selanjutnya diajukan teori -teori yang
baru sesuai dengan hipotesa berdasarkan penelitian dan data serta yang terakhir dapat kita mampu
aplikasikan untuk kemajuan di bidang ilomu kedokteran dan kesehatanh di masa depan.

Kemudian juga terdapat perbedaan Kedokteran Modern dan Kedokteran Post Modern

 Pada kedokteran post Modern tubuh dan jiwa menyatu, dengan tubuh sebagai subjek persepsi.
Tubuh juga menajdi perantara/jembatan antara kesadaran dan dunia objek
 Pada kedokteran Modern--. Tubuh dan jiwa terpisah menjadi dua bagian sendiri-sendiri

Kemampuan berpikir abstrak secara teoritis dan sistematik yang logis akan membantu kita untuk
memberikan pelayanan dan mengerti pasien. Ruang Lingkup Filsafat Kedokteran memiliki
metodologi untuk menggabungkan Environment(lingkungan) dengan tetap berpusat pada
pasien(consumer) sehingga dokter(provider) mampu menghasilkan produk/layanan Kesehatan yang
baik

Menurut William Osler:

Dokter berupaya mengurangi ketidakpastian medis dengan cara mengumpulkan data


sebanyak mungkin(Riwayat penyakit masa lalu-riwayat penyakit keluarga) dengan bantuan Ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk pemeriksaan penunjang dan menggunakan penalarfan klinisnya
sehingga akan dihasilkan suatu diagnose medis yang baik dan dokter dapat memberiksan terapi
kepada pasien dengan lebih tepat.

Empat Pilar Keilmuan dan Lingkup Metodologi Penelitian Kesehatan


Pertama Ilmu Kedokteran(BENCH),kita mencari penemuan dan pemahaman baru, dengan
cakupan ilmu biokimia- biofisika- biobiologi-bio informasi. Selanjutnya Kedokteran(Bedside) yaitu
menyatukan Pendidikan untuk terapi kedokteran,farmasi, keperawatan dengan tujuan untuk
menetapkan prognosis pada diagnose klinis pasien. Ketiga adalah Kesehatan Masyarakat, yang
merupakan suatu intervensi komunitas untuk efektivitas dan efisiensi program Kesehatan

5
masyarakat dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Keempat yaitu Bioetika
dan Humaniora Kesehatan dimana untuk kepentingan kemanusiaan dengan tetap menjunjung tinggi
nilai HAM, meliputi bioetika-etikomedikolegal-hukum -antropolgi-sosiologi.

Kunci kompetensi untuk belajar sepanjang hidup ada beberapa hal. Pertama adalah
Komunikasi yang bai kantar sesame, baik sesame sejawat, sesame pasien, teman dan tentunya
keluarga. Kemudian yang kedua adalah mampu untuk hidup Bersama-sama di tengah banyaknya
perbedaan. Yang ketiga kita juga harus mampu berpikir kritis dan nalar, lebih banyak untuk
membaca literasi agar selalu berpikir kritis. Kemudian berikutnya sellau kreatif dan inovatif dalam
mencapai tujuan kita. Dan terakhir adalagh mampu untuk beradaptasi dalam setiap keadaan dan
perubahan. Dalam hal ini , kemajuan teknologi ke depan takkan terelekkan lagi, misalnya mampu
untuk melakukan telemedisin dengan pasien yang berada ribuan kilometer jauhnya dari kita. Hal ini
mampu untuk menolong pasien yang mungkin masih kesulitan untuk mendapat akses pelayanan
kesehatan.

Ilmu Kedokteran masa Depan akan menggabungkan beberapa hal ini, pertama adalah Presisi
merupakan suatu ketepatan dari seorang dokter dalam memberikan terapi dan diagnose. Yang kedua
adalah Preventif, sebisa mungkin kita banyak memberikan edukasi ke pasien sebelum penyakit
mengenai pasien, jadi lebih baik untuk mencegah. Ketiga adalah prediktif, kita mampu memberikan
prognosa yang tepat juga untuk keadaan pasien ke depan. Dan terakhir adalah partisipatoris, kita
juga mampu mengajak pasien Bersama-sama tukar pikiran bahkan pasien dapat kita ajak mengikuti
penelitian yang nantinya dapat berguna di masa depan mengenai kemajuan di bidang medis.

Kedudukan pasien sebagai manusia

 Dalam melakukan penelitian terhadap pasien jangan lupakan persetujuan tindakan dan
mengedepankan etika dalam setiap tindakan kita

Pengaruh persepsi pada tubuh pasien

 Pasien pasca amputasi merasa harga dirinya menurun karena keterbatasan fisik dalam konteks
hubungan antar sesama
 Pasien pasca angina pectoris secara rutin mengurangi segala aktivitas fisik, karena khwatir
aktivitas fisik yang melampauai batas dapat mengakibatkan terjadinya serangan kembali
 Pasien perempuan pasca diperkosa merasa hancur karena harga dirinya ternoda. Perasaan
seperti inilah yang harus mampu dijauhkan dan sebagai dokter kita harus bisa membangkitkan
kembali rasa percaya diri dari pasien yang mengalami perasaan seperti ini.

6
Humaniora Kesehatan merupakan suatu wadah dan cerobong ilmu. Merupakan perluasan konsep
Humaniora kedokteran. Dan juga cerobong ilmu bantu praktis dari sekumpulan ilmu kemanusiaan:
sosiologi.

Bioetika Kesehatan adalah Disiplin ilmu baru sebagai pencerah,penggerak nilai, tekad
supertanggung jawab dan perilaku professional tenaga SDM Kesehatan, secara individual atau
kolektif dalam menyelemnggrakan setiap komponen system ketahanan Kesehatan nasional sebagai
pengabdian profesi yang menjamin keselamatan/kepentingan terbaik pasien/klien, tercapainya
kesehatanh masyarakat yang ideal berkelanjutan dan terinformasikan di tengah kemajuan
iptekdokkes dalam keseimabnagn dan keserasian tatanan lingkungan kehidupan setempat/nasional
menuju peradaban,kesejahteraaan dan perdamaian global yang abadi.

7
Resume FIP-2
RESUME KULIAH FILSAFAT
Manusia dan Pengasuh Ilmu Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr.dr. Budhi Setianto,Sp.JP(K)
Hari/Tanggal/Jam : Kamis/18 Agustus 2022/10.00-11.50

Manusia dan pengasuh Ilmu kedokteran


 Tradisi Ilmiah-> Sikap kebangsaan untuk merajut peradaban
o Saat terjadi Pandemi Covid19 apakah itu termasuk Black swan , terjadi dilemma pada
saat melakukan penelitian karena di satu sisi mempertimbangkan etika satu sisi lagi
keadaan dalam gawat darurat
o Kemudian sikap kebangsaan juga diuji contohnya dalam distribusi vaksin yang merata
bagi seluruh lapisan masayrakat
o Kemudian untuk merajut peradaban dalam hubungan agama,negara dan budaya
o Di saat saat seperti inilah,nilai kebersamaan kita sebagai bangsa diuji
 Tren ilmu kedokteran masa depan
o Artificial intelligent ,Teknologi, G6, Robot, Quantum Komputer  menimbulkan
dilema etik kemajuan teknologi dapat membantu kita untuk memberikan pelayanan
kepada pasien menjadi lebih baik
o Kedokteran modern  tidak terlepas dari perkembangan teknologi harus disesuaikan
dengan etika, sebagai contoh missal transplantasi organ tetap harus mengikuti kaidah
etika
 Hubungan Moral Dokter Pasien
o Menjalin hubungan yang ramah dengan pasien--. Bersikap empati dan mencoba
memhamai setiap keluhan pasien
o Selalu senyum sapa dan salam  memberikan kesan keramahan kepada pasien dan
membangun hubungan yang baik
o Memberikan nasehat dan edukasi yang baik untuk pasien memberikan beberpa solusi
dan edukasi dari setiap masalah medis atau gaya hidup pasien yang masih belum benar
 Re assurance

8
o Tidak dibatasi oleh umur , missal si anak yang masih kecil ingin mengikuti festival di
bulan Oktober tapi anak kecil tetap ngotot untuk mengikuti festival yang diikuti oleh
orang dewasa
o Memposisikan diri kita sebagaindokter dan tergantung keinginan kita disesuaikan
dengan kemampuan dan waktu kita
 Re edukasi
o Kita berusaha menyembuhkan pasien dengan dasar keilmuan kita
o Tapi perlu diingatkan semua tetap atas kuasa Tuhan
o Pasien selalu memiliki aspek fisik, mental dan spiritual
o Dan bila seorang pasien itu mengalami sakit, yang menyembuhkan adalah Tuhan Yang
Maha Esa, kita sebagai dokter hanya sebagai perantara dan tgetap berupaya semaksimal
mungkin sesuai dengan keilmuan kita
 Dzikir Quthub
o Nafsu Rodhiyah--. Mulia, zuhud ,ikhlas
o Nafsu Mardhiyah
o Nafsu Amarah--. Pelit dan serakah, bodoh,takabur
o Nafsu Mutmainah-> tidak kikir, tawakal dan beribadah dengan ikhlas
o Nafsu Lawammah
o Nafsu Kamilah
o Nafsu Mulhimah
 Etik dalam menangani pasien jangan lupakan prinsiop Bioetika
o Otonomi
o Beneficience
o Non malfecience
o Social justice
 Disiplin
o Sebagai seorang Dokter, kita wajib memiliki sikap Disiplin untuk meningkatkan skill,
pengetahuan dan sikap sopan. Sikap ini dapat menjadikan diri kita menjadi manusia
yang lebih baik dari segala sisi dalam memecahkan setiap permasalahan hidup kita.
 Legal
o UU Praktek Kedokteran No.29 Tahun 2004
o UU Pendidikan Kedokteran No.20 Tahun 2013

9
o Lafal sumpah Dokter
o Kodeki
o Kode medical etik Helsinki, Nurenberg
 Dokter berjati diri Indonesia-pasien melebihi Insan Biomedik ialah nilai-nilai yang dianutnya
untuk sembuh termasuk harapan terbaiknya.
 Candra Jiwa Indonesia aspek Fisik, Mental dan Spiritual
o Aspek fisik sadar secara biologis mengenai posisi diri, tidak membeda-bedakan pasien
o Aspek mental memiliki hati dan Nurani yang selalu mengasihi sesame manusia
o Spiritual sadar secara kolektif (Tripurusa), selalu bertwakal kepada Tuhan Yang Maha
Esa
o Makrokosmos sadar secara kolektif
o Mikrokosmos

10
Resume FIP-3
RESUME KULIAH FILSAFAT
Konsep Penyusunan Pohon Ilmu Kedokteran Kampus Merdeka Berdasarkan Ilmu
Kesehatan Tradisional Indonesia
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr.dr.Erni Hernawati Purwaningsih,M.S
Hari/Tanggal/Jam : Jumat/19 Agustus 2022/07.30-09.20

Konsep Pohon Ilmu


Merupakan suatu dasar Dalam mengembangkan Pendidikan. Dapat diartikan secara
filosofi,sosiologi, budaya dan substansi. Dalam Menyusun suatu kurikulum Pendidikan profesi
kedokteran, merupakan suatu gabungan dari penelitian dan aplikasi nya Dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena suatu ilmu jika hanya teori saja tanpa pernah dilakukan praktek tentunya
bukan merupakan suatu hal yang berguna. Sebaiknya ilmu selalu diamalkan Dalam segala aspek
kehidupan.

Pendidikan Kedokteran di Indonesia


Pada prakteknya, Pendidikan kedokteran di Indonesia,didasarkan dari 4 hal ini. Pertama
adalah Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia. Biasanya untuk menjadi seorang dokter
umum, seseorang harus menempuh beberapa tahapan. Pertama menjadi mahasiswa pre klinis,
biasanya akan ditempuh selama 3,5 tahun. Disini akan lebih banyak mempelajari teori-teori ilmu
kedokteran. Dan untuk saat ini kurikulum yang digunakan adalah menuntut peran mahasiswa
kedokteran untuk lebih aktif mencari dan menggali ilmu dari berbagai referensi dan sumber acuan.

Kedua adalah berdasarkan Ilmu kedokteran Barat, disini para calon dokter akan
mempelajari Ilmu Biomedik, Ilmu Klinis(bedah dan non bedah) dan Ilmu kedokteran Komunitas.
Dalam Ilmu Biomedik, seorang dokter harus melihat pasien secara holistic, jadi tidakp melulu
melihat fisik pasien. Dalam menegakkan diagnose, juga harus dipertimbangkan factor psikologis
dan mental. Kemudian dari ilmu klinis, seorang dokter setelah mempelajari berbagai teori selama
3,5 tahun Pendidikan non klinis, nantinya selama 1,5 sampai 2 tahun akan menjalani Pendidikan
klinis di rumah sakit untuk langsung berpraktek di lapangan. Disinilah kita akan diuji Kembali
untuk melihat kesesuaian antara teori yang dipelajari dengan praktek di lapangan. Dan terakhir
adalah ilmu kedokteran komunitas, dimana nantinya seorang dokter selama menempuh Pendidikan
juga akan terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk mempelajari kedokteran komunitas. Hal ini

11
akan berguna karena nantinya saat bekerja, dokter juga harus mempertimbangkan dinamika-
dinamika penyakit ataupun kebiasaan di masyarakat, missal saat ini terjadi pandemic covid, yang
asal muasalnya diduga dari kelelawar yang terinfeksi virus corona. Dan virus ini menyebar karena
kurangnya perilaku hidup bersih di kalangan masayarakat seperti rendahnya kesadaran mencuci
tangan. Dengan adanya pandemic virus corona, maka pelan-pelan kesadaran masyrakat untuk
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, yang dimulai dengan rajin mencuci tangan baik
dengan sabun ataupun alcohol, pelan pelan mulai dapat ditingkatkan.

Yang ketiga adalah berdasarkan Evidence Based Medicine. Setiap terapi ataupun Tindakan
medis yang akan kita berikan ke pasien, biasanya selalu melalui uji klinis sebelumnya. Jadi apapun
Tindakan dan terapi yang diberikan, akan memberikan keamanan dan efektivitas yang baik. Tapi
seiring berjalannya waktu, ilmu kedokteran selalu berkembang pesat. Jadi, hal yang saat ini
dilakukan, mungkin di masa depan akan diubah dan digantikan dengan hal lain yang lebih
efektif,sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Dan yang terakhir adalah berdasarkan standar Kompetensi Dokter Indonesia. Dalam
rumusan system Kesehatan nasional di Indonesia, telah ditetapkan 144 diagnosa penyakit yang
harus dapat diselesaikan di fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Diluar penyakit yang termasuk
Kompetensi dokter Indonesia, maka dokter umum wajib merujuk pasien ke fasilitas Kesehatan
tingkat lanjut. Dan sebelum resmi melakukan sumpah dokter, seorang dokter wajib melakukan ujian
kompetensi dasar yang dilakukan secara serentak. Ujian ini berguna untuk mengukur sejauh mana
kompetensi setiap dokter saat selesai menempuh Pendidikan non klinis dan klinis. Dan juga di
setiap kolegium ilmu, juga telah ditetapkan berbagai kompetensi yang wajib dikuasai oleh dokter
umum maupun dokter spesialis.

Di Indonesia, memang terdapat beberapa aliran juga mengenai Ilmu kedokteran. Pertama
tadi yang berdasarkan adaptasi dari kedokteran Barat, yang kedua adalah berdasarkan Ilmu
Kesehatan tradisional yang diturunkan turun temurun.

Dalam konsep Pohon Ilmu, terdapat 4 Landasan. Yang pertama adalah Landasan Filosofi
dimana sebagai sebuah bangsa yang besar, tujuan utamanya adalah untuk menyehatkan seluruh
elemen lapisan bangsa. Kemudian yang kedua adalah landasan sosiologi dimana ini memperhatikan
posisi Indonesia di lingkup regional dan global, misalkan saat pandemic saat ini kita sebagai bangsa
juga wajib tolong menolong dengan bangsa lain misalkan kita memberikan bantuan obat dan vaksin
ke negara negara miskin. Kemudian yang ketiga adalah landasan budaya, dimana Pendidikan di
Indonesia juga mengadaptasi dari Pendidikan negara lain. Dulu kita lama dijajah oleh belanda dan
sebagai efeknya, system Pendidikan terutama kedokteran kita banyak mengadaptasi dari system
12
Pendidikan belanda. Misalkan istilah-istilah seperti kamar operasinyang merupakan saduran dari
Bahasa belanda. Dan terakhir adalah landasan substantif, yang banyak memuat mengenai visi misi
dan tujuan maupun standar kompetensi mengenai profesi Dokter di Indonesia.

Dalam prakteknya ,terdapat perbedaan dari dua hal yaitu model kedokteran konvensional
dengan model kedokteran vibrasional. Dalam model kedokteran konvensional, memandang otak
sebagai system computer dengan kesadaran merupakan suatu hasil produk dari berbagai aktivitas
listrik di otak. Aliran ini menganggap tubuh kita sebagai sebuah mesin yang digerakkan secara
sadar dari pusatnya yaitu otak. Kemudian jika terjadi suatu penyakit, pengobatan dan terapi
bertujuan untuk menghilangkan keadaan yang tidak normal dari mekanisme tubuh kita.

Kemudian model yang kedua adalah model kedokteran vibrasional. Model ini memandang
adanya otak dan roh sebagai pusat dari segala aktivitas di Dalam tubuh kita. Model ini juga
beranggapan bahwa tubuh merupakan sebuah system energi yang dinamis. Jika terjadi suatu
penyakit, biasanya penyebab nya adalah emosi dan roh yang dapat mempengaruhi penyakit melalui
adanya hubungan neurohormonal antara tubuh , pikiran dan ruh. Ketidkaseimbangan yang terjafi
berusaha diatasai dengan pemberian terapi dan obat.

13
Resume FIP-4
RESUME KULIAH FILSAFAT
Filsafat Ilmu & Potensi Terapan di Pelayanan Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Dr. dr. Rahyussalim, SpOT(K)
Hari/Tanggal/Jam : Senin/29 Agustus 2022/13.00-15.00

Filsafat adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan. Asal kata Filsafat berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu Philos yang artinya cinta dan Sophia yang artinya kebijaksanaan. Dan secara garis
besar Ilmu Filsafat merupakan suatu cabang ilmu yang mencari pola pikir untuk mendasari setiap
aktivitas, kegiatan dan tindakan atas suatu pemikiran. Dan kita juga sambil mencari hubungan
antara berbagai ilmu pengetahuan yang kita kumpulkan dari berbagai disiplin ilmu ,yang kita susun
secara sistematis dan teratur.

Ilmu sendiri secara definisi adalah suatu usaha manusia untuk menemukan dan memahami
berbagai teori dari segi kejadian alami sampai nanti merumuskan sesuatu yang tepat. Ilmu bersifat
menjelaskan sesuatu yang dirasa masih belum jelas. Kemudian dengan metode ilmiah , itu adalah
cara manusia untuk memahami segala sesuatu melalui riset. Dan dengan kemampuan logikanya,
manusia dapat mencari suatu keterangan yang masuk akal.

Sementara Kedokteran berasal dari Bahasa Belanda” Dokter” yaitu merupakan seseorang
yang ahli Dalam menyembuhkan orang. Kedokteran selalu meliputi, ada Dokter yang berusahan
menyembuhkan, kemudian ada pasien yang menderita suatu keluhan atau penyakit yang harus
disembuhkan dan terakhir adanya upaya dari seorang Dokter dengan persetujuan pasien unutk
melakukan tindaka atau terapi yang memiliki tujuan untuk menyembuhkan.

Dalam melakukan tugasnya, Dokter memiliki sifat yang mulia. Beberapa diantaranya adalah
selalu mengedepankan cinta dan kasih terhadap sesame. Selalu memiliki empati dan keinginan
untuk menolong orang yang sedang kesulitan. Kemudian bersikap kritis dan mampu memberikan
solusi dari permasalahan pasien. Selalu tenang dan percaya diri Dalam memberikan terapi. Dan
kesadaran bahwa yang menyembuhkan bukanlah kita, tetapi kita sebagai perantara dari Tuhan Yang
Maha Esa Dalam menyembuhkan pasien yang sakit.

Makna dari Filsafat Ilmu Kedokteran adalah mencari dasar pemikiran dan tindakan dalam
upaya penyembuhan pasien. Kemudian membahas bagaimana sebaiknya Dokter bersikap kepada

14
pasien dengan mengedepankan etika dan moralitas. Ada empat pilar Dalam ilmu kedokteran, yaitu
Biomedik, Kedokteran Klinis, Kedokteran Komunitas dan Humaniora Kedokteran. Dan ini semua
mencakup semua Langkah Dalam penyembuhan pasien, yaitu diagnosis untuk menentukan berat
ringannya sakit pasien, kemudian dengan menegakkan diagnosis yang tepat kita sebagai dokter
dapat memberikan terapi atau tindakan dengan lebih tepat dan efisien. Terakhir yang tidak boleh
terlupakan adalah menjelaskan prognosis kepada pasien mengenai kemungkinan dari penyakitnya,
apakah bisa sembuh sempurna, sembuh sebagian ataukah nanti memang menjelaskan hal yang pahit
kepada pasien tentang prognosis pasien tersebut.

Pada prakteknya sebagai seorang Dokter kita akan dihadapkan pada kenyataan akan
menghadapi Paradigma sosial dan paradigma materialistik. Sebagai seorang dokter kita harus
mampu menempatkan diri kita di tengah dua paradigma tersebut. Dalam hal paradigma sosial, kita
harus merasakan empati kepada pasien, misalnya pasien kecelakaan yang kurang mampu terpaksa
menolak saran kita untuk dilakukan operasi dikarenakan ketiadaan biaya. Sebagai seorang dokter,
hendaknya kita menjelaskan prognosis jika pasien tersebut tidak dilakukan tindakan operasi. Dan
sebagai bentuk kepedulian kita, kita bisa juga menyarankan pasien untuk mengurus BPJS sebagai
salah satu alternatif untuk memudahkan pembiayaan pasien tersebut.

Kemudian ada lagi contoh kasus, ada seorang pasien dating di IGD dengna keluhan nyeri
perut,setelah kita sebagai dokter lakukan pemeriksaan tidak ditemukan indikasi harus rawat inap
atau dilakukan Tindakan operasi. Tapi di sisi lain, Rumah sakit tempat kita bekerja membutuhkan
pasien yang dioperasi untuk menaikkan pendapatan rumah sakit. Sebagai seorang dokter yang
mengedepankan moral dan paradigma sosial, tentunya kita harus pandai menempatkan diri. Saya
akan bersikap tetap memberikan terapi sesuai dengan indikasi pasien tersebut. Karena pasien
tersebut tidak ditemukan kegawatdaruratan, jadi sebagai dokter saya tidak akan menjelaskan ke
pasien tgersebut untuk dilakukan operasi. Walaupun nantinya rumah sakit tempat saya bekerja akan
kehilangan pendapatan ataupun juga berakibat ke pekerjaan saya, saya tetap akan mengedepankan
nilai kemanusiaan dan keselamatan pasien.

Kemudian di kasus yang ketiga,ketika ada pasien dengan usia lanjut dirawat dengan
diagnosa sepsis. Di rumah sakit tempat kita bekerja, memiliki aturan bebas memberikan antibiotik.
Kemudian di sisi lain, ada perusahaan farmasi yang datang dengan memberikan iming-iming
tertentu jika kita meresepkan antibiotik buatan perusahaan farmasi tersebut. Sebagai seorang dokter,
saya akan bersikap tetap mengedepankan terapi sesuai indikasi terhadap pasien. Jadi saya akan
memeberikan antibiotic sesuai dengan indikasi pasien tersebut. Karena selain menjunjung tinggi
paradigma sosial, kita juga sedang memberikan keamanan kepada pasien. Jika kita memberikan
15
antibiotik sesuai dengan permintaan farmasi, selain berisiko terjadinya resistensi juga pada pasien
lanjut usia juga bisa saja terjadi reaksi alergi terhadap obat yang diberikan. Dan saya percaya tidak
semuanya tentang kedokteran dan dunia medis selalu berorientasi dengan uang. Tapi bagaimana
kita sebagai dokter menjadi kepanjangan Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi berkah bagi pasien-
pasien yang membutuhkan pengobatan dan solusi dari konsultasi kepada kita.

16
Resume FIP-5
RESUME KULIAH FILSAFAT
Kaidah Dasar Bioetik dan Prinsip Prima Facie
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Dr. dr. Yuli Budiningsih, SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Selasa/23 Agustus 2022/Pkl 13.00-14.50

Dalam deklarasi Bioetika dan Hak Asasi Manusia ada beberapa cakupan pasal diantaranya
menangani masalah etika yang terkait dengan kedokteran, karena kita sebagai dokter wajib
memperhatikan aturan-aturan ini dalam setiap interaksi kita kepada pasien dengan memperhatikan
aspek-aspek sosial, lingkungan dan kemanusiaan.

Dalam prinsip dari Bioetika terdiri dari 4 prinsip yaitu Beneficience, Non Maleficence,
autonomy dan justice. Misal jika terdapat kondisi kegawat daruratan dalam penanganan pasien yang
sedang antri, awalnya pasien kita perlakukan dilayani sesuai dengan antrian, prinsip ini kita
menggunakan justice. Tapi saat ada pasien yang sedang antri membutuhkan penanganan segera, kita
harus mendahulukan pasien yang darurat tersebut dengan mempertimbangkan prinsip non
maleficience. Kemudian terdapat juga kaidah-kaidah turunannya seperti persetujuan sebelum
tindakan, kejujuran, menjaga rahasia pasien dan menceritakan kebenaran.

Dalam metode etika klinis yang dikemukakan oleh Jonsen dan kawan kawan, mereka
melakukan analisis moral terhadap empat jenis kategori yaitu kategori indikasi medis, pilihan pasien
,kualitas hidup dan terakhir konteks utama. Secara garis besar dalam prinsip kategori indikasi medis
ini, seorang dokter akan mengedepankan apa yang terbaik bagi pasien. Dengan tentunya selalu
berdiskusi dan bertukar pikiran dengan pasien maupun keluarga pasien sebelum mengambil
keputusan. Jangan sampai keputusan yang diambil akan merugikan pasien. Kemudian yang kedua
adalah pilihan pasien, dimana disini sudut pandang pasien akan lebih dipikirkan kembali, misalkan
setelah tindakan amputasi bagaimana nanti pekerjaan pasien selanjutnya, dan cara menjalani hidup.
Selanjutnya prinsip yang ketiga adalah kualitas hidup pasien. Ini merupakan gabungan dari
beneficience dan non maleficence. Misalkan tadi setelah tindakan medis berupa amputasi, setelah
dilakukan tindakan atas dasar indikasi medis, seorang dokter juga harus memikirkan bagaimana
nanti kedepannya jika pasien menjalani hidup, jangan sampai kualitas hidup pasien menjadi
menurun. Dan terakhir adalah konteks utama, misal jika ada pasien meninggal yang masih diduga

17
terinfeksi covid, kita tetap memperlakukan sebagai pasien covid untuk menghindari penularan
kepada keluarga atau masyarakat sekitar.

Contoh etika kepada pasien, dapat diambil suatu contoh misalkan saat kita shift malam dan
hamper menyelesaikan dinas kita ,ternyata dating seorang pasien dengan perdarahan dari vagina.
Setelah kita periksa, didapatkan fakta bahwa pasien tersebut kemungkinan pasca melakukan aborsi.
Kemudian kita tidak melakukan edukasi mengenai diagnose dan Tindakan yang akan dilakukan tapi
hanya menitipkan kepada perawat jaga. Sebaiknya sebagai dokter yang menjunjung etika , kita tetap
harus menerangkan dan mengedukasi pasien tersebut sebelum kita pulang dan juga melakukan
operan data dan operan jaga yang baik kepada teman sejawat lainnya yang menggantikan kita di
shift selanjutnya.

Contoh etika kepada pasien lainnya adalah sikap kita saat menemui pasien yang bolak-balik
berobat kepada kita tapi di satu sisi juga berpindah-pindah berobat ke dokter lainnya. Sebaiknya jika
menemui pasien seperti ini, kita tetap harus bersikap sabar dan mengedukasi pasien. Karena dengan
berpindah-pindah berobat ke beberapa dokter juga akan berakibat tidak baik dengah pasien karena
bisa saja pengobatan dan terapi yang akan diberikan akan berbeda-beda. Kita tetap melakukan tugas
kita, tetap sabar dan memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi dan keilmuan yang kita
miliki. Dan jangan lupa jika pasien tersebut membutuhkan rujukan ke sejawat yang lebih kompeten,
sebaiknya kita juga segera memberikan rujukan kepad pasien tersebut.

Contoh etika kesejawatan missal dalam suatu praktek kita mendapati sejawat bedah masih
menggunakan teknik lama yang sudah tidak dianjurkan kembali. Tugas kita sebagai teman sejawat
adalah mengingatkan beliau. Mungkin memang sebaiknya tidak langsung dilaporkan ke atasan tapi
ada baiknya kita berbicara dulu secara langsug sebagai seorang sejawat dan mengingatkan beliau
akan pentingnya keselamatan pasien. Karena jika masih menggunakian teknik yang lama, maka
akan kemungkinan merugikan dan membahayakan pasien.

Contoh etika penelitian, misalkan kita akan melakukan suatu inovasi terhadap efekttivitas
terhadap penggunaan obat tertentu. Dalam melakukan uji klinis, sebaiknya sudah aman terlebih
dahulu. Pertama kita memberikan edukasi, mengenai efek obat tersebut, reaksi apa saja yang
mungkin terjadi dan juga keunggulan obat tersebut dibandingkan dengan obat yang sebelumnya
biasa digunakan. Jika pasien setuju kita dapat menambahkan dengan tanda tangan diatas formular
persetujuan tindakan dan formular persetujuan ikut penelitian. Dan kita juga harus sigap jika
sewaktu-waktu pasien mengabarkan terdapat rekasi tertentu dari obat yang kita berikan dalam
rangka penelitian tersebut.

18
Praktik kedokteran Indonesia sejak jaman dahulu memang selalu untuk berpotakan ke empat
prinsip bioetika tadi. Banyak sekali permsalahan yang terjadi di sekitar kita misalkan masih
maraknya praktek Kesehatan dari tenaga non medis yang seringkali merugikan pasien. Anehnya
adalah masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih percaya kepada praktek tersebut dan tuntutan
terhadap dokter justru lebih tinggi untuk memberikan pelayanan kepada pasien padahal seringkali
pasien-pasien tersebut sudah terlambat penanganan karena sebelumnya pasien tersebut memilih
untuk berobat ke tenaga non Kesehatan tersebut. Memang masih memprihatinkan kondisi ini, untuk
mengubahnya hanya dengan satu cara yaitu ada diantara kita yang menjadi anggota legislative yang
mampu menerbitkan aturan untuk menertibkan hal-hal seperti ini.

19
Resume FIP-6
RESUME KULIAH FILSAFAT
“ETIKA KEDOKTERAN INDONESIA”
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr.dr.Agus Purwadianto,DFM,S.H.,M.Si.,SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Senin/22 Agustus 2022/Pkl 09.30-11.50

Etika adalah suatu tatanan atau aturan mengenai hal-hal baik yang seharusnya dilakukan.
Seiring dengan perkembangan zaman , selalu ada perubahan mengenai konsep Etika Kedokteran.
Dalam Etika Kedokteran telah diatur di dalam KODEKI(Kode Etik Kedokteran Indonesia). Jika
terdapat perubahan seperti misalnya telemedisin, akan ditambahkan di dalam fatwa-fatwa. Sebagai
seorang dokter, kita akan dijadikan panutan oleh profesi-profesi lain, hal ini dikarenakan,kita akan
bekerja dengan tulus, ikhlas dan sabar ,mandiri penuh tapi tetap menyesuaikan dengan batas
kemampuan yang kita miliki.

Dalam nilai Personal sebagai manusia, kita sebagai professional akan berpegang pada dua
aturan. Pertama adalah kaidah ilmu pengetahuan. Contohnya seperti integritas peneliti. Kemudian
yang kedua adalah nilai atau norma yang ada di dalam pemerintahan seperti Pancasila,UUD 1945,
UU dan lainnya.

Dalam Lintasan Etika Kedokteran,seorang dokter harus berani mengambil sikap. Sikap yang
didsarkan dari integritas profesi untuk taat menjalankan aturan, pengabdian kepada profesi dan
selalu memperlakukan sejawat seperti saudaranya sesuai sumpah dokter, dan ramah menangani
pasien Dalam apapun kondisi yang sedang terjadi. Dan dokter selalu berpegang untuk belajar
sepanjang hayat dan selalu belajar untuk meningkatkan skill maupun ilmu baik kedokteran maupun
komunikasi.

Tujuan dari Organisasi Profesi adalah untuk menyatukan sekumpulan Dokter agar memiliki
sikap yang sama, disiplin yang sama dalam memandang berbagai persoalan dan etika. Jadi dalam
menghadapi pasien kita harus selalu berpegangan dengan etika dan moral.

Ciri tambahan profesi dalam melakukan pekerjaan selain uang dan prestise , sebagai dokter
juga diperlukan integritas yang tinggi. Kenapa karena seumur hidup dikarenakan kewajiban untuk
terus belajar sepanjang masa. Bukan hal yang mudah tapi sebagai dokter, untuk memberikan

20
pelayanan yang paripurna kepada pasien sebaiknya kita selalu memiliki sikap yang lapar akan ilmu
sehingga kita selalu mampu memberikan yang terbaik kepada pasien.

Ciri profesi luhur/mulia ada beberapa. Yang pertama adalah tekad untuk mencapai dan
mempertahankan kualitas terbaik kemanusiaan dan Kesehatan. Misal berani untuk menegur sejawat
yang melakukan kesalahan agar di kemudian hari mampu memperbaiki diri. Kemudian kedua
adalah tekad untuk berani berkurban, maksudnya adalah mampu berkorban tenaga, waktu dan
bahkan biaya demi kebaikan pasien maupun pelayanan yang akan diberikan kepada pasien.

Cara mencapai nilai Keluhuran dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah memiliki
integritas terhadap profesi. Kedua adalah loyalitas, artinya dalam keadaan apapun kita tetap
mendedikasikan waktu kita kepada pasien untuk tetap menolong. Kadang bahkan kita
mengesampingkan kepentingan kita demi membantu pasien.

Paradoks kesejawatan, kadang dalam kesuksesan 1 dokter subspesialis terdapat beberapa


kesusahan dari dokter di bawahnya seperti dokter spesialis, dokter umum senior, dokter PPDS dan
lainnya. Jadi sebaiknya sebagai dokter kita harus selalu tenggang rasa dan tidak pelit ilmu serta
saling membantu terhadap sejawat.

Beberapa contoh pelanggaran etik banyak yang sebaiknya kita hindari,contonhya


memberikan pengobatan tidak sesuai penelitian terkini, menarik bayaran yang tidak wajar kepada
pasien, kompetensi kita yang kurang memadai, bekerjasama dengan perusahaan farmasi, melakukan
Tindakan medis tanpa memberikan persetujuan sebelum Tindakan, melakukan Tindakan aborsi
dengan illegal,menggunjingkan kekurangan sejawat lainnya di depan pasien, kemudian juga sering
terdapat dokter yang bekerjasama dengan bidan untuk melakukan operasi Caesar dengan melakukan
permainan tarif.

Peranan etika dan moral


Hubungan Dokter dengan Pasien sebagai komunitas moral. Artinya dokter dalam melakukan
suatu Tindakan medis, harus mempertimbangkan segala aspek, baik dari pasien maupun dari medis.
Hal ini juga harus dilakukan dengan diskusi mendalam terlebih dahulu dengan pasien. Apa saja
keuntungan atau risiko dari tindakan medis yang akan dilakukan.

Nilai Etik erat hubungannya dengan moralitas. Yang paling mendasar adalah kita mematuhi
segala perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Dan etika ini akan dibagi menjadi etika deskriptif
dan etika normatif. Kedua nilai ini memang terkadang saling berlawanan, tapi pada prinsipnya kita
harus mempraktekan keduanya.

21
Berikut ini adalah bebrapa perbedaan dari Etika Deskriptif dan Normatif. Pada etika
Deskriptif tidak ada prasangka terhadap perilaku moral yang diyakini, sebaliknya pada etika
normative itu mengklasifikasikan perilaku berdasarkan kesesuain dengan martabat manusia. Pada
etika deskriptof kita mendapat sumber pembelajaran dari tradisi dan adat istiadat, sementara dari
etika normative kita mendapatkannya sejalan dengan martabat manusia.

Moralitas adalah selalu mampu menempatkan etika diatas segalanya. Jadi hal-hal yang tidak
boleh dilakukan karen atidak sesuai dengan etika tetap harus selalu dihindari. Moralitas selalu
bersumber dari akal pikiran dan norma yang berlaku. Moralitas ideal adalah prinsip atau nilai yang
memiliki tujuan. Sementara moralitas aturan adalah menitikberatkan kepada aturan yang mengatur
apa saja yang termasuk baik dan salah.

Kelompokkan substansi Kodeki adalah 3 hal. Pertama adalah tekad perjuangan atau
komitmen seorang dokter terhadap profesinya sendiri. Komitmen untuk selalu meningkatkan
pengetahuan dan skil agar mampu memberikan pelayanan yang baik kepada pasien. Kemudisan
yang kedua adalah janji public profesi, seorang dokter terikat kepada sumpahnya untuk selalu
menolong pasien Dalam keadaan apapun. Missal pada saat terbang dengan pesawat dan ada
penumpang terkena serangan jantung, seorang dokter wajib memberikan pertolongan pertama
kepada pasien tersebut sampai nanti pesawatnya mampu tiba ataupun mendarat darurat untuk
memberikan bantuan medis lebih lanjut. Kemudian adanya Batasan antara tekad dan janji. Seorang
dokter memang wajib untuk memberikan pertolongan kepada pasien. Tapi tetap harus dilihat
bagiamana kompetensi dokter tersebut, missal seorang dokter umum jika mendapat pasien yang
memerlukan perawatan lebih lanjut wajib untuk melakukan rujukan atau konsul kepada spesialis
agar pasien mampu mendapatkan perawatan yang lebih baik dan tepat. Dokter umum tadi tetap
berkewajiban untuk memberikan pertolongan atau penanganan pertama sesuai bidang keilmuan dan
kompetensinya.

Substansi Kodeki terdiri dari beberapa bagian. Pertama kompetensi merupakan cara sah
memperoleh dan menjaga integritas personal dan professional. Kemudian yang kedua adalah
responsibilitas individu insan profesi, merupakan cakupan ,jenis dan bentuk pada pekerjaan dan
diluar dinas. Selanjutnya adalah akuntabilitas profesi, yang merupakan suatu kewajiban seorang
dokter untuk menjunjung integritas profesinya. Dan terakhir adalah tekad dan kepedulian terhadap
kemanusiaan, Dalam hal ini sebagai dokter tetap harus empati dengan kondisi dan penderitaan
pasien. Dan sebaiknya juga mampu menempatkan posisi mengerti kondisi pasien.

Sebagai kesimpulan etika kedokteran merupakan etika yang harus dijunjung tinggi karena
sebagai profesi luhur tertua di bidang Kesehatan menjadi model etika tenaga Kesehatan lainnya atau
22
bahkan profesi non tenaga Kesehatan. Keluhuran profesi dapat dijamin melalui kode etik dan
standar perilakunya Dalam pelayanan Kesehatan sebagai etika normative dan deskriptif yang publik
sennantiasa siap dirperbarui oleh organisasi profesi sesuai dengan perkembangan waktu dan zaman.
Di Indonesia untuk kode etik kedokteran diatur Dalam Kodeki yang di dalamnya telah termasuk
sebagai teori etika dan kaidah dasar bioetika sebagai disiplin ilmu tersendiri untuk diabdikan bagi
kepentingan terbaik pasien sebagai insan manusia atau sebagai disiplin humaniora kesehatan.

23
Resume FIP-7
RESUME KULIAH FILSAFAT
Pengembangan Etika Rumah Sakit
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FIP-7 Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H., SpFM(K),
SpKP-IPD-Danang Andi Raharjo-5 September 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/5 September 2022/ 08:00-09:40

Etika dalam pelayanan di rumah sakit terdiri dari etika dalam bersikap perilaku sebagai
insan rumah sakit(Code of conduct), kemudian etika dalam bersikap dan perilaku sebagai
profesional(code of professional conduct), etika dalam membuat keputusan klinis secara individu
maupun tim dan terakhir adalah etika dalam membuat keputusan manajerial(etik organisasi,etik
bisnis).

Pertama adalah etika berperilaku sebagai insan rumah sakit. Disini kita memposisikan diri
sebagai bagian dari rumah sakit. Jadi harus terus menjunjung komitmen terhadap visi misi dan
budaya di rumah sakit tempat kita bernaung, kemudian etika terhadap pasien harus selalu ramah dan
menghargai privasi pasien, focus saat berkomunikasi dengan pasien dan bermain gadget saat
berkomunikasi dengan pasien. Dan etika juga saat menjalin hubungan dengan sejwat lainnya
maupun karyawan rumah sakit yang lain. Kita harus saling menghormati dan tidak menjatuhkan
teman sejawat lainnya.

Kemudian yang kedua adalah etika bersikap dan berperilaku profesi. Disini kita
memposisikan diri sebagai bagian dari organisasi profesi dokter dalam hal ini adalah IDI. Beberapa
hal yang bisa dilakukan diantaranya adalah saling menghormati secara keprofesian, bersikap
informatif dan kooperatif, berkolaborasi dalam memberikan pelayanan, tidak menjelekkan tenaga
kesehatan lain di depan pasien, dan kita harus jujur dan tidak berbohong. Dalam membuat
keputusan klinis, kita harus menggunakan teori etik, kaidah dasar bioetik, etika klinis dan algoritma
pembuatan keputusan.

Beberapa teori etika yang biasa seorang dokter gunakan. Teori berdasarkan “agent”, dimana
teori ini berdasarkan nilai-nilai kejujuran, kebaikan, keramahan, perhatian da lainnya. Hubungan
dokter-pasien harus berdasarkan konsep ini, jangan hanya berdasarkan hukum. Teori yang kedua
adalah etik berdasarkan “act”, dimana benar salahnya diambil dari agama, hukum alam, hukum
benar dan salah. Selanjutnya adalah teori etik berdasarkan hasil. Benar dan salahnya tergantung

24
kepada hasil akhir, missal tindakan amputasi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
yang lebih meluas pada pasien.

Pada saat pandemic covid, ada beberapa hal yang dalam keadaan biasa/normal dianggap
melanggar etik. Contoh pertama adalah kita harus membuka rahasia diagnose pasien demi
kepentingan pelacakan kontek erat pada pasien yang positif covid. Hal ini jika Dalam kedaan umum
bisa disebut akan melanggar etik karena membuka rahasia pasien. Kemudian saat pandemic juga
secara protocol pada pasien-pasien yang positif pada awal pandemic, kita harus lakukan karantina
dan isolasi. Hal ini mungkin pada saat normal, akan melanggar hak pasien. Tapi karena ini demi
kepentingan orang banyak, hal seperti ini harus dilakukan walaupun kita juga jadinya
menghilangkan hak pasien untuk memilih perawatan. Tapi bagaimana car akita
mengkomunikasikan kepada pasien dan keluarga agar dapat dimegerti.

Dalam hubungan dengan Etik profesi,klinis,organisasi di rumah sakit ada beberapa hal yang
harus kita perhatikan. Pertama adalah prinsip “autonomy”, secara definisi adalah setiap orang
memiliki kapasitas untuk menentukan nasibnya sendiri dimana control social atas individu hanya
sah apabila terpaksa untuk melindungi hak orang lain. Kemudian prinsip kedua adalah “non
maleficence” secara definisi adalah kita jangan sampai mencederai pasien. Dimana tindakan yang
merugikan belum tentu dianggap tindakan yang buruk misalnya Tindakan tersebut secara intrinsic
tidak salah. Misalnya pemberian morfin untuk mengurangi nyeri pada pasien kanker. Karena
niatnya memperoleh akibat yang baik dari tindakan yang dilakukan. Selanjutnya adalah prinsip
“Beneficence” secara definisi adalah mempertimbangkan biaya dan besarnya resiko. Dan terakhir
adalah prinsip “justice” dimana seseorang layak untuk menerima apa yang seharusnya didapat.

Cara menggunakan prinsip dan aturan ada beberapa. Pertama sebagai rules of thumb dimana
prinsip hanya untuk disebut tapi tidak mengikat sama sekali. Kedua adalah sebagai hal yang absolut
dimana prinsip itu tidak dapat diabaikan dan sangat mengikat. Terakhir sebagai prima facie dimana
prinsip dipakai sebagai pedoman, tetapi tidak mengikat. Prinsip dapat dikalahkan oleh prinsip
lainnya yang terbukti lebih benar.

Contoh kasus missal ada pasien perempuan usia 14 tahun dating untuk meminta dipasang
IUD dengan alasan sering berhubungan dengan kekasihnya. Dalam hal ini yang dapatt kita lakukan
kitab isa menggunakan prima fasia. Walaupun pasien berhak membuat keputusan tapi Dalam hal ini
tidak semua keinginan pasien dapat kita berikan karena keinginan yang diminta pasien ini akan
membahayakan dan tidak sesuai dengan nilai sosial.

25
Dalam masa kini, masalah terkait etika juga ada beberapa. Saat ini cenderung bergerak kea
rah konsumerisme dan materailisme yang mempengaruhi etika profesi di bidang Kesehatan.
Pembuatan keputusan juga harus berdasarkan kepentingan publik. JaminanKesehatan nasional ,
mempengaruhi keputusan, pembatasan sumber daya dan pembatasan layanan. Akibatnya adalah
terjadi ketidakseimbangan antara kualitas dan keselamatan dengan efisiensi.

Di setiap rumah sakit juga terdapat kendali mutu dan kendali biaya. Dengan beberfapa
pertimbangan seperti indikasi dengan efek samping, kemudian tujuan Tindakan dengan nilai yang
dianut pasien, lalu ada asas manfaat dengan prognosis dan manfaat terhadap resiko dan biaya.

Kemudian ada isu-sieu tentang kehidupan yang kini masih menjadi kontroversi. Missal isu
tentang cloning yang secara teknologi kini memungkinkan untuk dilakukan. Tapi pada prakteknya
untuk di negara kita saat ini masih dilarang dikarenakan masih bertentangan dengan nilai agama.
Namun juag ada yang berpendapat jika agama juga sebenarnya mengajarkan untuk manusia berpikir
dan melampaui batasnya. Kemudian isu berikutnya adalah mengenai akhir dari kehidupan.
Tindakan euthanasia atau mengakhiri kehidupan pasien harus tetap mempertimbangkan beberapa
prinsip. Artinya hal ini dapat dilakukan jika memang merupaka suatu permintaan dari keluarga dan
pasien memang menunjukkan tanda-tanda sperti telah mati batang otak. Tapi pada prakteknya
menjalankan ini merupakan suatu hal yang sulit. Dan jangan lupa yang terpenting tetap harus
dilakukan persetujuan sebelum Tindakan ke keluarga pasien.

26
Resume FIP-8
RESUME KULIAH FILSAFAT
Logika Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpFM(K), SH, LLM, FACLM-IPD-Danang Andi
Raharjo-29 Agustus 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/29 Agustus 2022/ 08:00-09:50

Berpikir kritis adalah hal yang penting dalam dunia kedokteran. Tahapannya adalah kita
dihadapkan pada sesuatu dan situasi yang spesifik dengan pasien saat itu. Kemudian setelah timbul
masalah klinis, kita harus mencoba mencari jalan keluar dari masalah klinis yang dihadapi pasien
tadi. Kemudian kita membangun hipotesa atau jawaban sementara dari masalah klinis tadi. Dan
terakhir kita akan membangun struktur yang memproteksi argument yang akan kita bangun.

Kemudian kita juga memiliki enam cara berpikir. Yaitu topi biru, topi hijau, topi kuning,
topi merah, topi putih dan topi hitam. Pertama adalahtopi putih berpikir netral dan objektif, tanpa
memeriksa fakta yang sebenarnya. Kemudian yang kedua adalah topi merah menggunakan intuitif
dengan memakai emosinya. Kemudian yang ketiga adalah, topi hitam dengan cara berpikir yang
lebih berhati-hati. Selanjutnya topi kuning, dengan cara berpikir yang bersifat spekulatif, selalu
optimis dalam situasi apapun. Topi hijau, menggunakan kreativitasnya dengan memunculkan ide-
ide terbaru. Dan terakhir adalah topi biru dengan berpikir secara lebih mendalam dan luas dalam
mengontrol apa yang harus kita lakukan nanti. Sebagai manusia dan seorang dokter, sebaiknya cara
menggunakan enam topi ini adalah digunakan secara bergantian dan akan lebih baik jika digunakan
secara tepat.

Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dengan menggunakan refleksi yang berpusat
pada pengambilan keputusan tentang apa yang harus dikerjakan. Kemudian Dalam berpikir kritis
juga terdapat banyak elemen-elemen. Diantaranya adalah akurasi, presisi, relevansi,
logika ,berpikiran luas, berpikir dalam dan jernih. Dalam melakukan berpikir kritis kita harus
senantiasa memadukan nilai dan elemen-elemen tadi, karena dengan menggunakan cara berpikir
sesuai dengan elemen tadi kita dapat melakukan berpikir kritis dengan baik dan benar. Dalam
sebuah situasi, terkadang terdapat dua atau lebih sudut pandang yang berbeda. Disinilah kita akan
membedakan asumsi dan inferensi. Asumsi terlahir dari pandangan-pandangan yang berbeda dari
kita semua Dalam memahami suatu situasi dan keadaan. Kemudian dari asumsi-asumsi tadi, kita

27
dapat melakukan suatu tindakan yang kelak dapat menjadi inferensi atau kesimpulan dari apa yang
dapat kita lakukan.

Kemudian dalam berpikir kritis, kita juga harus memiliki argument yang kuat dan kerangka
berpikir yang kokoh. Misalkan dalam mengungkapkan sebuah teori, kita harus memiliki alasan-
alasan yang kuat sebagai dasar dari teori yang kita kemukakan. Dan saat kita mengeluarkan klaim
atas suatu teori, juga harus dapat membuktikan adanya hubungan kausal dengan klaim kita. Sebagai
legitimasi yang kuat ,kita juga memerlukan bukti sesuai penelitian yang terbaru. Misal, sebagai
seorang dokter saya mengemukakan teori bahwa pasien diabetes berisiko memiliki serangan jantung
yang lebih tinggi daripada pasien non diabetes. Untuk mebuktikan klaim dari teori saya, saya wajib
melakukan penelitian dengan meneliti dua kelompok pada pasien diabetes dan non diabetes
kemudian saya ikuti selama beberapa waktu, dan mnghitung kemungkinan-kemungkinan adanya
serangan jantung di dua kelompok tersebut. Kemudian juga ada unsur warranty, yang menjamin
bahwa hubungan sebab-akibat tadi adalah valid,ini juga merupakan norma dan aturan yang dapat
dijadikan pijakan.

Kemudian selanjutnya ,kita juga harus memiliki alur piker yang baik. Ada dua jenis alur
piker, pertama adalah deduktif argument. Adalah sesuatu dianggap benar jika premisnya sahih. Bila
didebat oleh kenyataan, tapi menjadi tidak sesuai. Masih memerlukan bukti supaya menjadi suatu
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian yang kedua adalah induktif argument.
Dasarnya adalah repetisi. Ini adalah sesuatu dianggap benar apabila terjadi berulangkali. Tapi hal ini
juga bisa menjadi sesuatu yang salah jika ada variable lain yang tidak terdeteksi.

Sebagai seorang dokter,kita sebaiknya menghindari Fallacy. Fallacy merupakan cara


berpikir yang salah. Dalam dunia medis, sebaiknya setiap dokter selalu melatih cara berpikir
kritis ,karena dengan menggunakan logika dan cara berpikir yang salah, kita dapat membahayakan
pasien juga. Contohnya adalah seperti ini, saat pandemic kemarin ada Sebagian dokter yang
menyuarakan kepada masyarakat awam bahwa covid merupakan rekayasa elit global dan hindari
penggunaan masker karena mengakibatkan efek jangka Panjang yang berbahaya. Tentunya
masyrakat menjadi bingung karena di kalangan medis pun terbagi Dalam dua pendapat mengenai
pandemic covid dan tidak satu suara. Akibatnya adalah banyak masyarakat yang tidak patuh pada
prokes. Efek selanjutnya adalah angka covid di Indonesia kembali meningkat. Hal ini tentu sangat
disayangkan. Karena sebagai dokter, kita menjadi corong dan panutan di tengah masyarakat
menngenai tingkah laku kita mengenaik Kesehatan. Dengan memberikan logika dan argument yang
salah, kita juga dapat membahayakan Kesehatan pasien. Lebih baik kita berpikir kritis mengenai
pandemic covid, terus meningkatkan pengetahuan dan data-data kita agar kita mampu meberikan
28
edukasi yang komprehensif kepada masyarakat awam dan pasien. Dengan menggunakan cara
berpikir kritis, kita mampu untuk menaikkan kemmapuan kita dan membuat masyarakat menjadi
lebih sehat dan lebih teredukasi mengenai dunia medis dan kedokteran. Dan tidak semua kebenaran
hari ini akan selalu benar di kemudian hari. Itulah tadi sebabnya kita harus selalau berpikir kritis
dan mencari bukti-bukti terbaru mengenai dunia medis dari jurnal dan riset terbaru agar mampu
memberikan edukasi dan terapi yang terbaik untuk pasien kita.

29
Resume FIP-9
RESUME KULIAH FILSAFAT
Kapita Selekta Filsafat Ilmu Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto. SH, MSi, SpFM(K)-IPD-Danang Andi
Raharjo-19 September 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/19 September 2022/ 07:30-09:50

Inti dari Filsafat Ilmu Kedokteran, bagaimana kita memahami kombinasi multi metodelogi
dengan berdasarkan UU Pendidikan Dokter No 20 tahun 2013, mengenai kearifan, kritik Ideologi
dan sistem medikolegal. Kelak jika memang dapat mengaplikasikan nilai-nilai ini, diharapkan akan
terlahir calon pemimpin bangsa di masa depan.

Ilmu Filsafat secara garis besar terdiri dari beberapa hal dan bagian. Pertama adalah
Ontologi, dimana hal ini merefleksikan bahwa sesuatu yang ada dan nyata merupakan sebuah
eksistensi di dunia ini yang ada. Hal ini merupakan suatu kepastian yang tidak dapat disangkal lagi.
Selanjutnya adalah metafisika. Ini merupakan suatu cabang ilmu realita fisika dibalik sesuatu yang
nyata. Dimana panca indera kita mampu merasakan objek yang melampaui bentuk fisik. Kemudian
selanjutnya adalah aspek Etika. Etika merupakan suatu tatanan atau aturan yang mengatur segala
tingkah laku kita dalam berinteraksi, dalam hal ini interaksi dengan pasien, keluarga pasien, teman
sejawat dan lingkungan sekitar kita. Jangan lupa dalam kaitannya sebagai manusia, seorang Dokter
juga tetap memegang prinsip dan norma agama sesuai kepercayaan yang dianut agar selalu seirama
dengan konsep etika. Missal pada saat bertemu dengan pasien beragama Islam yang menuju
sakaratul maut maka sebagai seorang Dokter Muslim ,kita dapat membantu untuk mentalqin pasien
tersebut. Berikutnya adalah aspek Estetika atau hal-hal yang berhubungan dengan suatu keindahan.
Misal pada saat bertemu pasien yang ingin melakukan operasi plastic untuk memperindah
penampilannya, tapi sebagai dokter kita juga tetap harus berpegang dan mengingatkan pada norma
agama, bahwa hal-hal seperti bedah plastik, masih diharamkan kecuali pada pasien yang benar-
benar memerlukannya seperti pada pasien korban luka bakar. Lalu ada aspek Epistomologi, dimana
aspek ini akan menjelaskan asal muasal dari suatu kejadian. Di dunia ini dan seluruh alam semesta
kita harus menyadari bahwa ada sang Maha Esa , Maha Besar dan Maha Mengetahui segalanya.
Sebelum semua hal ini diciptakan, tentunya ada sang Pencipta yang menciptakan seluruh keindahan
alam semesta ini. Sebagai seorang manusia dan dokter, kita harus menyadari dan terus menjunjung
tinggi semua yang diciptakan oleh Tuhan Semesta Alam. Dalam hubungan dengan sesama
30
manusia ,kita juga harus selalu berpegang bahwa semua makhluk ciptaanNya memiliki hak dan
kedudukan yang sama. Tidak boleh kita beda-bedakan berdasarkan pekerjaan, penghasilan ataupun
status sosial. Dan terakhir adalah Ilmu Logika, dimana ilmu inilah yang membedakan manusia
sebagai makhluk yang sempurna disbanding ciptaan Tuhan yang lainnya. Dengan Logika, seorang
manusia ataupun Dokter mampu menganalisa segala keluhan, data dan pemeriksaan yang dilakukan
dalam rangka untuk menegakkan diagnosa pasien. Dengan penegakkan diagnosa yang tepat kepada
pasien, diharapkan akan memberikan obat ataupun terapi yang lebih efektif dan tepat kepada pasien.

Dalam mempelajari segala ilmu di dunia ini, sebenarnya secara garis besar Ilmu dibagi
dalam empat garis besar. Pertama Ilmu terapan yang dapat merupakan Ilmu Kedokteran Klinis atau
Spesialis dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selanjutnya ada ilmu deduktif, Ilmu Alam yang terdiri
dari biologi, fisika ,kimia dan campurannya. Dan terakhir adalah Ilmu Sosial dimana ini dapat
merupaka efek interaksi antara manusia dengan manusia,dan lingkungannya. Ilmu ini dapat terdiri
dari Antropologi, Sosiologi dan Psikologi. Dalam hubungannya dengan ilmnu sosial dapat tercakup
juga tentang Humaniora Kesehatan.

Ilmu Kedokteran merupakan suatu ilmu yang sangat kompkit karena banyak mencakup hal-
hal diatas. Seroang Dokter dalam menerima,menangani dan mengobati pasien tidak hanya melihat
dari satu aspek, tapi juga seluruh aspek lainnya. Jadi dalam hal ini jangan hanya fisik pasien yang
kita lihat tapi juga bagimana keadaan mental, emosional dan spiritual pasien. Untuk itulah menangai
seorang pasien butuh penanganan yang komprehensif dan menyeluruh. Missal dokter spesialis
penyakit dalam, tetap perlu berkonsultasi dan butuh bantuan dari sejawat lainnya dalam menangani
pasien diabetes. Missal dari aspek gizi nanti dapat berkolaborasi dengan spesialis gizi. Jika ternyata
pasien diabetes tersebut sudah memiliki komplikasi ke mata, dokter penyakit dalam akan
mengkosnultasikan ke dokter mata. Dan terakhir tentunya aspek penanganan emosional pasien.
Dalam hal ini diperlukan peran serta keluarga untuk selalu memberikan dorongan dan semangat
kepada pasien tersebut agar selalu patuh dalam berobat dan menjalani terapi yang diberikan.

Pada prakteknya kita sebagai Dokter sangat memerlukan keseimbangan dalam menjalankan
Ilmu Filsafat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan untuk mengaplikasikan ilmu Filsafat,
perlu pendekatan biomedik dan biokultural. Tujuannya agar seorang dokter dapat menilai seorang
pasien dengan lebih objektif ketimbang subjektif. Dalam menuju objektivitas diperlukan juga logika
yang baik dari seorang Dokter. Logika yang baik ini selain diperoleh selama menjalani Pendidikan
juga kana terasah dengan semakin lamanya pengalaman dalam praktek. Semakin senior seorang
dokter, akan semakin baik juga daya Logika dan pemahamannya dalam memberikan terapi yang
efektif kepada pasien.
31
Aspek terakhir yang jangan sampai terlupa adalah aspek kemanusiaan. Dalam menangni
pasien, seorang dokter juga harus memiliki rasa empati yang baik. Dengan memiliki empati, kita
mampu menempatkan diri dalam keadaan yang dialami oleh pasien. Misalkan saat bertemu dengan
pasien yang tidak mampu, kita dapat memberikan keringanan biaya atau jika kasusnya
membutuhkan perawatan inap di rumah sakit, kita dapat mengedukasi pasien untuk menggunakan
BPJS agar nantinya biaya perawatannya tidak memberatkan pasien.

Salah satu masalah yang sering timbul adalah perundungan antara senior ke dokter junior.
Menurut saya, hal ini jangan sampai terus menerus menjadi tradisi terutama saat menempuh jenjang
Pendidikan. Sebaiknya yang senior justru harus membimbing dan mengayomi juniornya dan
mengingatkan jika melakukian kesalahan, sementara yang junior tetap sopan santun kepada
seniornya.

32
Resume FKU-1
RESUME KULIAH FILSAFAT
Pengantar Hukum Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-1 Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpFM(K),S.H., LLM,
FACLM-IPD-Danang Andi Raharjo-26 September 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/26 September 2022/ 08:00-09:50

Dalam Ilmu Kedokteran ,seorang Dokter tidak hanya mempelajari ilmu tentang medis saja,
tetapi juga ilmu lainnya yang akan menunjang seperti tentang hukum kedokteran. Semua demi
keselamatan pasien, dimana keselamatan pasien sangat tergantung dari perform akita sebagai
dokter. Dengan performa itu dipengaruhi juga oleh skill kita dan perilaku kita sebagai dokter.

Pertama kita perlu meninjau anatomi hukum. Norma atau hukum adalah patokan untuk
berperilaku bagi seseorang. Norma sendiri terdiri dari, norma kepercayaan, norma kesusilaan,
norma kesopanan, dan norma hukum. Norma kepercyaan berkaitan dengan hubungan sesorang
dengan Tuhannya. Norma kesusilaan berkaitan dengan etika, jika melanggar seseorang akan
mendapatkan sanksi moral. Norma kesopanan berkaitan dengan hubungan dengan lingkungan. Dan
terakhir adalah norma hukum yang mengatur hubungan antara seseorang dengan orang lainnya,
sanksi dapat dipaksakan oleh negara karena regulasi diatur oleh negara. Negara bertindak sebagai
pengawas.

Di dalam norma-norma tadi dapat terjadi penyimpangan dan pengecualian. Kedua hal ini
dapat menimbulkan konsekuensi berupa disinsentif ataupun insentif. Sesornag dapat melanggar
norma secara etika tapi belum tentu melanggar norma hukum, missal contohnya seorang dokter
yang memasang plang praktek melebihi ukuran yang ditentukan. Disini dokter tadi tidak melanggar
hukum tapi secara etika dilanggar. Contoh lainnya adalah kita jangan sampai memberikan obat yang
memiliki kandungan haram dalam bahan obat tersebut, karena akan melanggar norma kepercayaan
dari pasien. Missal pasien beragama Islam kita berikan obat Lovenox sebagai antikoagulan.

Hukum adalah suatu aturan dengan tujuan kedamaian Bersama. Hukum harus ditegakkan
secara adil, tidak boleh tajam ke bawah dan tumpul keatas. Kita juga harus dapat membedakan etika
profesi dengan disiplin profesi dan aspek hukum. Missal seorang dokter yang harus melakukan
aborsi dengan adanya indikasi klinis pada janin yang dikandung oleh seorang pasien. Disini secara
disiplin profesi, etika dan hukum, dokter tersebut tidak dapat disalahkan karena telah melakukan

33
Tindakan yang benar demi keselamatan ibu dan janin. Beda halnya jika Tindakan aborsi dilakukan
tanpa adanya indikasi medis, dokter tadi dapat digugat dan dituntut karena melanggar tiga aspek
tadi sekaligus.

Seorang dokter dalam menjalankan profesinya harus memiliki kompetensi. Kompetensi ini
biasanya dapat dibuktikan dengan adanya kredensial, untuk menilai kecakapan seorang dokter
melakukan Tindakan kedokteran. Tidak semua dokter dapat diberikan kredensial untuk melakukan
Tindakan kedokteran. Misalnya ada seorang dokter bedah yang secara usia sudah cukup senior
misalnya dan kedua tangan sudah mulai ada tremor, sangat tidak dianjurkan untuk melakukan
Tindakan bedah. Ini biasanya dapat dinilai melalui kredensial yang di setiap rumah sakit dievaluasi
oleh adanya Komite Medis. Kredensial ini juga merupakan suatu keuntungan oleh dokter yang
berkompeten, karena mengatur jika ada profesi lain yang melakukan Tindakan yang bukan
kompetensi mereka, dapat dituntut secara hukum. Missal ada profesi lain selain dokter yang
melakukan praktek bedah, secara regulasi ini menyalahi aturan tentang kompetensi. Setiap lima
tahun ,kompetensi kedokteran selalu diperbarui dengan pengumpulan standard kompetensi. Seorang
dokter memperolehnya melalui seminar, pelatihan, pengabdian social dan ranah pekerjaan yang
dilakukan di institusi tempat bekerja.

Sebelum memulai pekerjaan, seorang dokter perlu mengurus STR(Surat Tanda Registrasi).
STR ini yang nantinya akan diperbarui setiap lima tahun. Tidak semua dokter berhak mendapat
STR, semua mekanisme telah diatur oleh negara untuk melindungi pasien. Missal dokter yang tidak
kompeten, tentunya tidak akan berhak mendapatkan STR. Dan jangan lupa, setiap dokter
berkewajiban untuk selalu belajar dan memperbarui ilmu sesuai perkembangan terbaru. Karena
ilmu kedokteran itu dinamis dan selalu terbarukan, jadi sangat mungkin terapi atau tindakan yang
saat ini dibenarkan, mungkin 2 atau 3 tahun lagi sudah tidak dibenarkan karena telah terganti terapi
atau Tindakan lainnya yang lebih baik.

Dalam berpraktek setiap dokter tentunya harus taat terhadap aturan yang ada. Pemerintah
dengan aturan-aturan yang telah ditentukan, telah memproteksi masyarakat terhadap kemungkinan
terburuk. Pengaturan kredensial dan kompetensi dokter adalah hal yang dapat dilakukan oleh
pemerintah. Kemudian setiap dokter sesuai dengan bidang spesialisasinya yang diambil,juga berhak
atas tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan. Missal seorang dokter penyakit dalam sesuai
kompetensinya berhak melakukan cuci darah terhadap pasien yang mengalami gagal ginjal. Dokter
kulit tentunya tidak bisa mengambil kompetensi dari dokter penyakit dalam untuk melakukan
Tindakan cuci darah. Dewasa ini kita juga menemukan sebenarnya banyak ranah lingkup Tindakan
yang antar satu spesialisasi saling berbenturan. Kadang sering menimbulkan perebutan antar
34
spesialis yang dimaksud. Untuk itulah disini diperlukan adanya regulasi yang kuat dan mengikat
dalam hal ini dari IDI dan kolegium agar tidak terjadi saling sikut antar dokter di lapangan.

Kemudian yang sering kali menimbulkan masalah adalah birokrasi dalam mengurus
rekomendasi praktik yang terkesan masih terlalu panjang dan berbelit. Dalam hal ini saya sudah
melihat pemerintah mulai memudahkan dokter dengan membantu proses rekomendasi praktik ini
dengan membuat berbagai kemudahan dengan adanya layanan yang terdigitalisasi. Dengan adanya
proses online, diharapkan tidak terjadi antrian di tempat pengurusan dan memudahkan dokter untuk
mengurus perizinan. Dengan demikian, diharapkan waktu untuk mengurus perizinan dapat lebih
dipangkas lagi.

35
Resume FKU-2
RESUME KULIAH FILSAFAT
Kepatuhan Hukum
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-2 Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H., SpFM(K),
SpKP-IPD-Danang Andi Raharjo-10 Oktober 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/10 Oktober 2022/ 08:00-09:50

Dalam menjalankan tugasnya seorang dokter sebelum lulus akan mengucapkan sumpah
dokter yang berbunyi diantaranya, akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan. Lalu menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bermartabat. Selanjutnya
akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran. Serta akan
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui karena keprofesian saya. Seorang dokter juga tidak
boleh menggunakan pengetahuannya untuk sesuatu yang bertentangan dengan kemanusiaan.
Seorang dokter juga akan selalu mengutamakan kesehatan pasien dengan memperhatikan
kepentingan masyrakat. Serta tidak akan terpengaruh buruk oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, gender, politik ,kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan
kewajiban kepada pasien.
Beberapa jenis Norma dalam berpraktek Kedokteran ada beberapa yaitu Norma Etika untuk
membuat keputusan dan bagimana mengatur perilaku kedokteran. Setiap dokter harus menjunjung
tinggi kode etik kedokteran. Lalu selanjutnya adalah norma disiplin, dimana ini mengatur tentang
norma yang berisi tentang standar dan pedoman dalam mengatur profesi kedokteran. Dan terakhir
adalah norma hukum,yang mengatur tentang aturan yang lebih tegas berdasarkan undang-undang
yang berlaku di dalam negara kita.
Selain kode etik profesi, dokter juga terikat dengan panduan dan pedoman institusi tempat
kesehatan kita bekerja. Kode etik rumah sakit biasanya selalu megacu pada kode etik kedokteran.
Di dalam etika profesi kedokteran di pasal 2 dijelaskan jika seorang dokter wajib selalu melakukan
pengambilan keputusan secara independent dan mempertahankan perilaku professional dalam
ukuran tertinggi. Artinya disini dokter harus adaptif dan menyesuaikan diri dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, etika umum, etika kedokteran serta hukum dan agama. Pasal 3
menjelaskan tentang dalam melakukan perkejaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipenagruhi oleh sesuatu yang menyebabkan hilangnya kebebasan dan kemnadirian profesi. Sangat
tidak layak jika seorang dokter menerima imbalan selain layak ,sesuai dengan jasanya, kecuali

36
dengan keikhlasan dan pengetahuan dan atau kehendak pasien. Juga tidak layak jika membuat
ikatan atau menerima imbalan dana dari perusahaan farmasi.
Di pasal 6, juga dijelaskan setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati Dalam mengumumkan
dan menerapkan setiao teknik pengobatan baru. Hendaknya kita harus berhati-hati dalam
menginfokan ke masayrakat. Karena masyarakat kita juga masih minim literasi membaca sehingga
ditakutkan terjadi informasi yang salah dan sampai ke tengah masyrakat. Selanjutnya untuk pasal 7
seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendspat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya. Hanya boleh jika ada dari pihak pengadilan yang memerintahkan. Kemudian pasal
9 ,seorang dokter wajib bersikap jujur Dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatanya pada
saat tangani pasien. Misalnya tidak boleh sembarangan menegur sejawat jika melakukan kesalahan
di depan pasien ataupun keluarganya. Pasal 9 juga memperlihatkan dokter tidak benarkan untuk
membiarkan teman sjawat yang melakukan kecurangan. Jika sampai terjadi hal demikian sebaiknya
kita menasehati teman sejawat tadi agar tidak sampai mengulangi perbuatan yang serupa. Dalam
membuat suatu keputusan seorang dokter harus independen dan tidak boleh dibatasi. Dalam hal ini
yang harus independenn adalah keprofesiannya bukan untuk individunya. Saat melakukan
pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 11 berbicara mengenai setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya
dalam melindungi hidup makluk insani. Contohnya saat berdinas di IGD jiks ada pasien yang
memang memiliki keharusan untuk diresusitasi, sebaiknya segera lakukan karena kita harus
menolong pasien semaksimal mungkin sesuai dengan kompetensi kita. Di pasal 21 , setiap dokter
harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. Apa yang
kita yakini saat ini benar, mungkin saja di tahun tahun mendatang belum tentu karena begitu
dinamisnya dunia pendidikan dan perkembangan ilmu kedokteran.
Norma disiplin kedokteran akan mengatur dokter untuk merasakan bahwa etika kedokteran
saja tidak cukup untuk mengatur perilaku profesi, oleh karena tercemar perkembangan budaya
karena sifat materialisme dan individualisme. Kita senantiasa memerlukan norma yang lebih tegas
lagi dalam hal ini adalah norma hukum administrative atau disiplin profesi.
Aplikasi Dalam menjalankan disiplin profesi dapat berupa menjalankan aturan-aturan
penerapan keilmuan Dalam pelaksanaan pelayanan dengan indicator standar profesi seperti
misalnya standar kompetensi, standar pelayanan dan standar operasional. Disiplin profesi ini akan
lebih khusus mengatur ketaatan penerpan kaidah tatalaksana medis termasuk di dalamnhya
mengatur cara berkomunikasi dokter dan pasien. Sebagai dokter kita harus selalu sopan santun
kepada pasien apapun kondisinya, dan memiliki rasa empati terhadap apa yang pasien keluhkan ke

37
kita. Dengan membina hubungan yang baik antar dokter pasien, diharapkan akan lebih baik lagi
hasil dan terapi yang dapat kita berikan kepada pasien.

38
Resume FKU-3
RESUME KULIAH FILSAFAT
Analisis Kasus Hukum
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-3 Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM, S.H., M.Si,
SpFM(K)-IPD-Danang Andi Raharjo-25 Oktober 2022
Hari/Tanggal/Jam : Selasa/25 Oktober 2022/ 08:00-09:50

Permasalahan hukum pada dokter di Indonesia sangatlah rentan. Dikarenakan sistem


hukum di Indonesia yang belum memberikan sepenuhnya kepada dokter. Dalam strata hukum, ada
hukum pidana, hukum perdata dan hukum profesi medik secara disiplin. Dalam keadaan praktik
keseharaian, seringkali kita menemukan tiga bentuk pelanggaran disiplin . pertama adalah dokter
yang tidak kompeten, kedua adalah terlambat untuk merujuk kepada dokter lain yang lebih
kompeten dan ketiga yaitu mendelegasikan pada dokter yang tidak kompeten. Beberapa hal diatas
terjadi karena adanya keserakahan dan kurangnya kemauan untuk berbagi antara dokter di
Indonesia. Sebenarnya masih banyak pelanggaran lainnya yang dokter lakukan, untuk itu sebagai
seorang dokter, kita harus dan wajib menjungjung tinggi aturan ,perbanyak ilmu dan mendalami
tentang hukum kedokteran.

Dalam kaitan dengan Jaminan Kesehatan Nasional, seorang dokter juga dapat
melakukan kekeliruan atau disebut dengsn Fraud seperti misalnya menuliskan diagnose penyakit
jantung dengan komplikasi padahal belum ada komplikasi. Untuk Fraud biasanya berisi empat hal,
yaitu tagihan fiktif, prosedur fiktif, tagihan mirip dan tagihan berulang.

Jika terdapat sengketa medik, misalkan pasien merasa dirugikan, dokter akan ditinjau
dari etika kedokteran,sosial dan disiplin. Semua hal akan ditinjau, apakah ada unsur pelanggaran
yang dilakukan oleh seorang dokter. Dalam hubungan dokter pasien, sebagai dokter kita sebaikna
tidak menjanjikan seorang pasien pasti sembuh jika berobat ke kita. Hal ini dikarenakan ,nantinya
jika harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan, pasienh tgtersebut dapat menuntut kita melalui
jalur hukum. Alangkah baiknya jika kita hanya menyatakan bahwa kita akan memberikan pelayanan
dan terapi terbaik bagi pasien tersebut. Seorang pasien jika merasa tidak nyaman dan diperlakukan
tidak baik oleh dokter, dapat mengadukan ke MKDKI, nantinya dokter tadi akan disidang oleh
MKEK., jika terbukti bersalah, dokter tersebut akan dapat diberikan sangsi seperti larangan praktek
selama beberapa waktu atau dicabut lisensinya sementara. ]

39
Dalam memberikan pelayanan Dalam praktek sehari-hari, sebagai dokter kita harus
selalu berpedoman pada kode etik kedokteran. Dan jangan lupa salah satu senjata yang dapat
menolong kita adalah rekam medis. Sebaiknya kita harus isi rekam medis dengan selengkapnya dari
apa saja Tindakan, terapi maupun anamnesa dan pemeriksaan fisik maupun penunjang yang kita
temukan pada pasien. Dan jangan lupa, setiap kali akan melakukan tindakan medis, kita sebagai
dokter harus selalu mengedukasi pasien dan menjelaskan persetujuan sebelum tindakan, baik dari
segi manfaat tindakan dan risiko-risiko tindakan yang dapat terjadi selama proses dilakukannya
tindakan.

Salah satu pelanggaran yang sering ditemukan adalah pada saat kita tidak dapat
berpraktik, kita mencari pengganti yang tidak kompeten. Hal ini harus dihindari, karena selain
merugikan kita sebagai dokter utama, hal ini dapat membuat kenyamana dan keamanan pasien juga
terancam. Sebaiknya yang dapat dilakukan adalah periksa dahulu latar belakang dokter pengganti
kita, baik dari kelengkapan STR maupun dokumen lainnya. Jika dirasa tidak memenuhi persyaratan,
jangan ragu-ragu untuk menolak dan mencari pengganti yang lain.

Berikut ini adalah contoh Analisa kasus pelanggaran yang dilakukan oleh PPDS.
Misalnya lalai Dalam menyimpan rahasia kedokteran. Kemudian dapat disangsi jika PPDS tadi
melakukan Tindakan pengguguran bahkan penganiayaan terhadap pasien. Lalu pelanggaran lainnya
dapat berupa membiarkan pasien tidak tertolong dan melakukan penipuan terhadpa pasien. Secara
hukum administrative atau disiplin medik, setiap PPDS ynga menjalani Pendidikan dan praktik
kedokteran wajib memiliki sertifikat kompetensi dan STR maupun surat ijin berpraktik. Jika belum
memiliki ketiganya, sebaiknya jangan memulai praktek dahulu karena jika nantinya tersandung
masalah dengan pasien, posisi dokter PPDS tadi lemah dan rentan diberikan sangsi hukum.

Dalam menegakkan diagnose suatu penyakit, seorang dokter dapat memulai dari SOAP
yaitu menegakkan diagnosi berdasarkan keseluruhan data yang didapat dari pasien dan secara
sistematis. Dalam hal memberikan terapi medis, juga perlu diperhatikan beberapa hal. Apakah
pasien memerlukan rawat inap ataukah hanya perlu rawat jalan. Kemudian jika seorang pasien
dilakukan rawat bersama, tentukan siapa kapten yang merawat pasien tersebut. Sebagai pelaksana
juga kita harus tahu batasan kemampuan kita. Sejauh mana kita dapat merawat pasien tersebut, jika
nantinya kasusnya diluar kompetensi kita, kapan sebaiknya pasien dirujuk karena jika terlambat
merujuk ditakutkan pasien menjadi kurang maksimal mendapat pengobatan. Dan tentukan
bagaimana modalitas terapi yang akan kita berikan, sudah sesuuaikah dengan kondisi pasien
maupun bukti ilmiah terbaru.

40
41
Resume FKU-4
RESUME KULIAH FILSAFAT
Disiplin Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-4 Prof. Dr. dr. Med. Ali Baziad, SpOG(K)-IPD-
Danang Andi Raharjo-17 Oktober 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/17 Oktober 2022/ 08:00-09:50

Displin Kedokteran adalah suatu hal yang menyangkut sikap profesionalisme dari seorang dokter.
Dalam melakukan praktek apakah seorang dokter sudah sesuai dengan panduan standar operasional
yang berlaku. Kedisiplinan seorang dokter dapat dilihat dari sikap keseharian bagimana menangani
tiap pasien sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Selain itu seorang dokter tentunya harus selalu
berpegang pada panduan praktek klinis maupun standar operasional yang berlaku di tempatnya
bekerja. Jangan mengerjakan sesuatu berdasarkan kebiasaan yang telah dilakukan, tapi Tindakan
majupun terapi yang dilakukan haruslah berdasarkan bukti klinis dan riset yang telah dilakukan
dalam bidang medis.

Setelah adanya UU Praktik Kedokteran nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, dijelaskan
dalam UU tersebut terdapat Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia(MKDKI).
Organisasi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya melindungi masyarakat atau pasien,
meningkatkan mutu dokter dan dokter gigi dalam memberikan pelayanan ke masyarakat. Seorang
dokter harus selalu belajar sepanjang hidup dan memperbarui keilmuan berdasarkan bukti klinis
terbaru. Hal ini dilakukan agar seorang dokter dapat memberikan pelayanan yang paripurna dan
baik kepada tiap pasien yang berobat.

MKDKI merupakan Lembaga yang berwenang untuk menentukan apakah ada kesalahan yang
dilakukan oleh dokter/dokter gigi dalam melakukan perlikau professional kepada pasien. Secara
tingkatan, MKDKI bertanggung jawab kepada KKI. Dimana fungsi dari MKDKI ini adalah jika ada
seseorang yang merasa dirugikan atas Tindakan dokter nantinya boleh dan dapat mengadukan
secara tertulis kepada ketua MKDKI. Jadi adanya kasus antara pasien-dokter sebaiknya dapat
dilaporkan kepada MKDKI bukan kepada polisi atau pihak berwajib. Jika ada pengaduan,maka
MKDKI akan melakukan verifikasi terlebih dahulu. Dalam hal ini kronologis harus ditulis dengan
lengkap dari waktu kejadian, alas an pengaduan dan alat bukti jika ada. Dan hanya dokter yang
memiliki STR dan SIP yang dapat diadukan.

42
Sebagai seorang dokter hendaknya jangan lupa setiap kali melakukan tindakan medis kepada
pasien, kita harus melakukan persetujuan sebelum tindakan terlebih dahulu. Hal ini diperlukan jika
sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan dalam tindakan, pasien maupun keluarga pasien
sudah mengetahui apa saja risiko yang dapat terjadi pada saat tindakan maupun setelah tindakan
dilakukan. Hal ini juga dapat menjadi pertahanan kita jika misalnya keluarga pasien tidak menerima
dari hasil tindakan medis yang tidak sesuai harapan keluarga.

Ada beberapa pelanggaran disiplin yang sering dilakukan oleh dokter. Pertama, yaitu keterlambatan
dalam merujuk pasien . hal ini dapat berupa kondisi pasien yang diluar kompetensinya, keterbatasan
pengetahuan maupun keterbatasan peralatan yang ada. Jika menemui kasus seperti ini, sebaiknya
kita segera merujuk ke dokter yang lebih kompeten maupun fasilitas yang lebih baik dari yang dapat
kita berikan. Pasien boleh tidak dirujuk jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dirujuk,
misalnya pada daerah terpencil, pasien direncanakan dirujuk ke kota besar tapi dikarenakan medan
jalannya berat sehingga malah menimbulkan risiko pada pasien saat dalam perjalanan.

Kedua, kita mendelegasikan tugas kita kepada dokter lain yang belum memliki kompetensi.
Sebaiknya saat kita berhalangan praktik, kita mencari dokter yang memiliki komptensi dan SIP.
Aturan yang memudahkan adalah SIP dokter pengganti tidak harus di tempat yang sama dengan SIP
dokter yang digantikan. Sebagai dokter, kita tetap harus menjaga pelayanan yang dapat kita berikan
pada pasien dengan mencari pengganti dokter yang memiliki kemampuan yang baik.

Ketiga, seorang dokter melakukan yang seharusnya tidak dilakukan dan tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan. Misalnya seorang dokter mengobati pasien A dnegan cara memeriksa
hamper semua pemeriksaan penunjang(lab,CT Scan dan lainnya) yang sebenarnya dapat dipilih lagi
sesuai dengan diagnose yang kita tetapkan. Jadi tidak semua pemeriksaan harus dilakukan karena
dapat memberikan hasil yang mungkin tidak berhubungan dengan kondisi pasien dan tentunya
dapat memberatkan pasien dari segi biaya.

Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sebagai dokter kita wajib melakukan komunikasi
yang baik dan efektif. Komunikasi ini sangat diperlukan dikarenakan tidak semua pasien memiliki
tingkat Pendidikan dan tingkat pemahaman yang sama dengan kita. Komunikasi efektif ini sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dengan pasien. Kita wajib memberikan
informasi dan edukasi yang apa adanya, jangan ditutupi maupun dilebihkan untuk membangun
hubungan yang baik dengan pasien. Informasi ini juga harus diteranngkan sejelas mungkin, meliputi
tindakan, risiko, komplikasi maupun hal lain yang diperlukan oleh pasien untuk mengetahuinya.

43
Kesalahan lainnya yang sering dilakukan adalah kita sebagai dokter ,melakukan Tindakan tanpa
persetujuan dari pasien maupun keluarga pasien. Namun Dalam UU, jika itu menyaangkut suatu
kegawatdaruratan, sebagai dokter kita dibolehkan untuk melakukan Tindakan untuk menyelamatkan
hidup pasien. Walaupun pada akhirnya ada risiko-risiko yang dialami pasien tapi dengan kita
memberikan respon cepat, kita sebagai dokter dapat membantu untuk menyelamatkan pasien,tanpa
harus menunggu persetujuan dari pihak keluarga.

Kesalahan yang juga sering dilakukan adalah sebagai dokter, kita menjalankan praktik kedokteran
dengan menerapkan pengetahuan yang belum dapat diterima. Hal ini tidak boleh dilakukan karena
sebaiknya kita memberikan tindakan dan terapi sesuai dengan standar operasional yang berlaku.
Kita dapat menggunakan keilmuan baru jika sudah ada bukti klinis yang menyatakan bahwa
keilmuan baru itu sudah dapat diterima.

Kemudian yang terakhir, kita tidak boleh membuka rahasia pasien. Hal ini juga akan berakibat yang
tidak baik bagi pasien maupun diri kita. Karena rahasia pasien itu harus tetap dijaga kecuali atas
perintah pengadilan maupun penyidik barulah kita berhak untuk membukanya.

44
Resume FKU-5
RESUME KULIAH FILSAFAT
Praktik Hukum Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-5 Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H., SpFM(K),
SpKP-IPD-Danang Andi Raharjo-31 Oktober 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/31 Oktober 2022/ 10:00-11:50

Jika terjadi sengketa di rumah sakit sebagai dokter kita harus mengetahui berbagai
kemungkinan yang terjadi. Ada beberapa bentuk yang mungkin terjadi seperti, ketidakpuasan
layanan yang meliputi administrasi,akomodasi,sikap perilaku,kenyamanan, pelecehan mauun
kekerasan. Lalu kedua tentang pelanggaran hak pasien seperti privasi, informasi, rahasia, keputusan
dan persetujuan tindakan. Dan terakhir adalah adanya malpraktik/ kelalaian medis. Menurut
WMA(World Medical Association), ada beberapa hak pasien yang harus dipenuhi. Pertama adalah
hak untuk mendapat pelayanan medis yang berkualitas bagus, hak untuk bebas memilih, hak untuk
memperoleh informasi, hak untuk dijamin kerahasiaannya, hak untuk memperoleh edukasi
kesehatan, hak untuk dijaga martabatnya, dan hak untuk memperoleh bimbingan rohani. Hal ini
juga sesuai dengan undang-undang nomer 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, pada pasal 32 juga
dijelaskan. Kemudian dalam standar akreditasi di kelompok kerja HPK(Hak pasien dan keluarga).
Dalam standar HPK 2, pasien diberitahu tentang semua aspek asuhan medis dan tindakan. Lalu di
standar HPK 4 dan 5 juga semua pasien diberitahu tentang hak serta kerwajiban dengan metode dan
bahasa yang mudah dimengerti. Di HPK 5, persetujuan umum harus menjelaskan cakupan dan
batasannya. Di standar HPK 7, rumah sakit mempunyai sebuah komite etik penelitian untuk
melakukan pengawasan atas semua penelitian di rumah sakit tersebut yang melibatkan
manusia/pasien sebagai subjeknya. Dalam standar HPK 8.1 dan 8.2 rumah sakit menetapkan
kebijakan dan prosedur untuk melakukan pengawasan terhadap proses kemungkinan terjadi jual beli
organ dan jaringan. Di standar HPK 8.2 rumah sakit menyediakan pengawasan serta transplantasi
organ dan jaringan.

Dugaan malpraktik dapat digolongkan ke beberapa jenis. Pertama adalah melakukan sesuatu
tindakan medis tanpa persetujuan. Kedua adalah melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau
tidak melakukan yang seharusnya dilakukan. Ketiga yaitu melakukan pembohongan, penyesatan,
fraud, keterangan palsu, aborsi atau pidana lain. Dan terakhir yaitu melakukan wanprestasi.
Sementara jika berbicara mengenai kelalaian medik ada empat komponen yang dapat terjadi,
45
pertama adanya kewajiban melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu pada waktu atau
keadaan tertentu. Kedua adanya pelanggaran atas kewajiban tersebut. Ketiga yaitu cedera atau
kerugian pada pihak pasien. Terakhir yaitu adanya hubungan kausal antara pelanggaran kewajiban
dengan cedera atau kerugian.

Ada beberapa alasan sehingga pasien dapat menggugat secara perdata. Pertama adanya
perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain. Kemudian kedua akibat
adanya kelalaian, ketiga karena adanya respondeat superior dan keempat adanya wanprestasi.
Misalkan contoh ada suatu kasus, seorang pasien Demam Berdarah Dengue meninggal di rumah
sakit. Kemudian komite medik menyidangkan dan berkesimpulan bahwa dokter tidak bersalah.
Bagaimana sebaiknya cara pembuktiannya. Pertama adalah membandingkan antara alat bukti yang
sah tentang apa yang dikerjakan dengan apa yang seharusnya dikerjakan. Lalu membandingkan
yang diperoleh dari rekam medis ,dokumen atau catatan, kesaksian dan petunjuk(barang bukti)
dengan standar kesaksian ahli. Kemudian ada empat cara untuk membuktikan kelalaian, dengan
cara sebagai berikut. Pertama adakah kewajiban pelaku untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Kedua adakah pelanggaran terhadap kewajiban tersebut. Ketiga adakah cedera
atau kerugian yang dialami pasien. Keempat adanya hubungan sebab akibat antara pelanggaran
kewajiban dengan cedera atau kerugian.

Kerugian pada pasien dapat dibagi menjadi dua jenis. Pertama adanya kerugian material,
disini diakibatkan adanya kehilangan kesempatan. Lalu kerugian nyata termasuk biaya yang telah
dikeluarkan hingga saat penggugatan dan biaya yang dikeluarkan setelah saat penggugatan.
Kemudian yang kedua adanya kerugian immaterial. Pertama adanya sakit dan penderitaan, lalu
kehilangan kesenangan dan atau kenikmatan serta kecederaan fisik dan atau psikiatris.

Dalam persidangan terdapat saksi ahli. Saksi ahli ini mewakili per grup dan harus memiliki
keahlian yang sesuai dan mumpuni,bisa dokter umum, dokter spesialis dan konsultan. Melakukan
praktik dan tahu tentang prosedur yang benar. Harus netral dan diakui netral serta tidak ada konflik
kepentingan. Biasanya ada beberapa cara untuk menunjuk saksi ahli. Pertama dapat melalui
persetujuan organisasi profesi dan institusi pendidikan profesi. Dapat lebih dari satu. Bila terdapat
perbedaan, dapat dihadirkan ahli ketiga dan bila berkata bohong dapat dihadapkan ke majelis
disiplin dengan risiko dicabut registrasinya atau pidana.

Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan beberapa cara. Perkembangan hukum


kesehatan Indonesia tidak menwarkan paradigma baru ataupun tata cara penyelesaiana lex spesialis.
Mediasi dapat dilakukan sebgaiaman telah diatur dengan peraturan perundangan. Tidak ada
peradilan profesi, tidak ada imunitas pidana, tidak ada plafon ganti rugi dan tidak ada batas atas.
46
Kemudian institusi juga harus bertanggung jawab. Kemudian cara menyelesaikan sengketa ada
beberapa istilah juga. Pertama yaitu arbitrasi ,dimana para pihak yang bersengketa menyatakan
ketidaksepakatan mereka kepada seorang atau beberapa orang arbitrator. Arbitrator kemudian akan
memutuskan penyelesaian sengketa diantara mereka. Kemudian ada istilah konsiliasi dimana para
pihak yang bersengketa menyatakan ketidaksepakatan mereka kepada konsiliator, kemudian
konsilitaor memfasilitasi diskusi dan menawarkan opsi penyelesaian untuk disepakati para pihak.
Selanjutnya adalah mediasi dimana para pihak yang bersengkata menyatakan ketidaksepakatan
mereka kepada mediator. Mediator lalu memfasilitasi diskusi untuk menemukan opsi penyelesaian
yang dapat disepakati para pihak. Negosiasi adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan antara
para pihak tanpa pihak ketiga.

Analisis medikolegal adalah setiap kejadian yang tidak diharapkan harus dianalisis dari sisi
teknis medis agar dapat diketaui penyebab dasarnya. Apakah disebablan oleh kesalahan manusia,
baru dinilai apakah telah terjadi kelalaian. Selanjutnya kemudian dapat dinilai apakah kesalahan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

47
Resume FKU-6
Lampirkan makalah prodi untuk tugas analisis hukum per prodi dari halaman judul sampai selesai

TUGAS ANALISIS KASUS HUKUM


PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT
DALAM

Disusun oleh:

Adam Prabata 2206096416 Muhammad Maftuhul Afif 2206096536


Ahmad Fadhlan 2206096422 Natasha 2206096542
Anesty Claresta 2206096435 Nobian Andre Sukiwan 2206096555
Aprilia Larasati 2206096441 Nyoman Adhitya Wicaksana 2206096561
Ashari Adi Abimantrana 2206096454 Parida Oktama Putri 2206096574
Bayu Bijaksana Rumondor 2206096460 Radityo Ali Murti 2206096580
Christopher Octavianus 2206096473 Rahma Anindya Prathitasari 2206096593
Danang Andi Raharjo 2106763751 Rahmanandhika Swadari 2206096605
Fajar Fikri 2206096486 Reza Ferizal 2206096611
Intan Anugraheni 2206096492 Santosa Yanuar 2206096624
Kevin Andersen 2206096504 Tantika Andina 2206096630
Lana Adila 2206096510 Vitya Chandika 2206096643
Muhamad Dwi Heriansyah 2206096523 Wahyu Permatasari 2206096656

Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si, SpFM(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1

48
MODUL FILSAFAT KULIAH UMUM: DISIPLIN & HUKUM KEDOKTERAN
JAKARTA
OKTOBER 2022

49
1. Buatlah deskripsi kasus di bidang spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam!
Pasien Tn Andi (bukan nama sebenarnya), masuk ke IGD dengan keluhan sesak nafas
sejak 6 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD normal, namun saturasi
menurun dan ronkhi di kedua lapang paru. Pasien dilaporkan oleh dokter jaga ke dr.X,
Sp.PD dan dr.X mengira pasien tersebut adalah pasien lama beliau yang juga bernama Tn.
Andi yang seringkali datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas karena Congestive Heart
Failure. Dr X langsung memberikan instruksi terapi Furosemide 10mg/jam yang
merupakan terapi yang rutin diberikan pada pasien yang dikira adalah Tn. Andi yang biasa
berobat.

Keesokan harinya kondisi pasien memburuk dan ditemukan hipotensi. Dokter jaga
ruangan melapor ke DPJP (dr.X, Sp.PD). Kemudian DPJP visit ke ruangan dan terkejut
pasien tersebut bukanlah pasien lama beliau. Setelah diperiksa lebih lanjut pasien tidak
memiliki riwayat sakit jantung dan pemeriksaan lainnya ternyata lebih mengarah ke TB
Paru. Keluarga pasien menuduh dokter melakukan malpraktek karena memberikan obat
yang salah sehingga kondisi pasien memburuk.

2. Cari info kasus spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam dengan “penderitaan”


aduan/gugatan/tuntutan terbanyak!
 Tidak Jujur Dalam Menentukan Jasa Medis
Salah satu tindakan ketidakjujuran dalam menentukan jasa medis adalah tindakan
fraud berupa pengajuan klaim palsu kepada perusahaan asuransi kesehatan atas
tindakan yang tidak pernah dilakukan. Sebagai contoh, terdapat kasus seorang
internis yang menjalani praktek pribadi dituntut di pengadilan sebesar $9.5 juta dan
hukuman penjara selama 41 bulan akibat mengajukan klaim palsu untuk penggantian
biaya prosedur, tindakan, dan pemeriksaan yang tidak pernah dilakukan ke
perusahaan asuransi, Medicare dan Medi-cal. Kejadian ini dilaporkan oleh mantan
asisten dokter tersebut dengan awal mula kecurigaan tindakan yang dimasukkan ke
klaim tidak sesuai dengan fasilitas di tempat tersebut, seperti skin allergy test.1

1
Pada kasus ini, mengacu kepada bentuk pelanggaran displin, seorang dokter
seharusnya tidak boleh menetapkan jasa medis ataupun tindakan yang tidak pernah
dilakukan terhadap pasien. Fraud merupakan salah satu jenis pelanggaran terberat
dalam disiplin tindakan kedokteran. Kasus ini juga beririsan dengan pelanggaran
disiplin kedokteran lainnya, yaitu membuat keterangan palsu namun ditujukan untuk
keuntungan terhadap diri sendiri.2

 Melakukan Pemeriksaan atau Pengobatan Berlebihan yang Tidak Sesuai


Dengan Kebutuhan Pasien
Pemeriksaan atau pengobatan yang berlebihan membebani pasien dari segi biaya,
kenyamanan, dan juga dapat menimbulkan bahaya yang disebabkan oleh interaksi
obat atau efek samping yang tidak diharapkan. Tindakan yang dilakukan oleh dokter
seharusnya hanya untuk kebutuhan medis pasien.3 Dokter spesialis penyakit dalam
merupakan salah satu spesialisasi dengan cakupan yang sangat luas dan seringkali
menangani pasien dengan komorbid multipel. Satu penyakit terkadang
membutuhkan lebih dari satu macam jenis obat sehingga pada satu waktu pasien
dapat mengonsumsi beragam obat. Permasalahan terjadi saat pemberian tidak sesuai
indikasi dan pasien mengalami efek yang buruk akibat pemeriksaan atau pengobatan
yang berlebihan. Polifarmasi menyebabkan peningkatan hospitalisasi dan kematian, 4
serta penurunan kualitas hidup dan kepatuhan mengonsumsi obat.5 Dampak dari
polifarmasi juga dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien, dan apabila terjadi efek
samping yang tidak diharapkan akibat pemberian maka seorang dokter dapat
dipermasalahkan berupa komplain hingga penuntutan.

Kasus yang sering terjadi terkait polifarmasi biasanya dalam bentuk aduan. Keluarga
melakukan pengaduan terkait penurunan kondisi pasien setelah diberikan obat yang
beragam hingga 146 macam obat dan pasien mengalami kerusakan ginjal.6 Kasus
lain yang sering dan umum terjadi seperti penggunaan 7 macam obat dengan lebih
dari 10 zat aktif pada pasien dengan keluhan infeksi saluran pernapasan.7 Tindakan
ini merupakan pelanggaran disiplin yang dapat bersinggungan pelanggaran lain
seperti menerima imbalan sebagai hasil memberikan resep obat atau meminta
pemeriksaan penunjang.

2
 Menjalankan Praktik Kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat
membahayakan pasien.
Pada peraturan konsil kedokteran Indonesia no. 4 tahun 2011, disebutkan 28 poin
pelanggaran disiplin. Pada poin yang kelima disebutkan bahwa dengan melakukan
praktik dalam kondisi yang tidak fit, seorang dokter sebenarnya sedang melakukan
pelanggaran disiplin.3 Lebih lanjut, dijelaskan bahwa dokter yang berpraktik harus
dalam keadaan prima baik dari segi fisik maupun mental. Spesialis penyakit dalam
merupakan salah satu cabang spesialis yang memiliki risiko stres dan burnout tinggi.
Hal ini dilaporkan dapat menyebabkan dampak buruk seperti:8
- Dari sisi pelayanan pasien: meningkatkan kesalahan medis dan malpraktek,
menurunkan luaran perawatan pasien, menurunkan kepuasan pasien.
- Dari segi biaya kesehatan: meningkatkan pengeluaran
- Dari segi kesehatan dokter: meningkatkan insidensi depresi, gangguan mood, dan
bunuh diri.

Kasusnya seperti pada saat kasus COVID-19 memuncak, seorang dokter spesialis
penyakit dalam di Papua mengalami kesulitan dimana tenaga kesehatannya terbatas
sehingga tidak ada jam kerja (harus siap setiap ada panggilan). Hal ini berlanjut pada
tuntutan yang memojokkan dirinya, penghinaan profesi, dan tuduhan malpraktik.9

3. Uraian 3 Pelanggaran Terbanyak di Bidang Ilmu Penyakit Dalam


 Dokter atau dokter gigi pengganti tidak kompeten dan tanpa pemberitahuan
pada pasien
Dokter penyakit dalam seringkali menangani pasien dalam jumlah yang banyak.
Bila terlampau sibuk atau berhalangan melakukan kunjungan atau visit pasien,
seringkali dokter meminta digantikan oleh dokter lain yang merupakan dokter
umum
 Pemeriksaan dan pengobatan berlebihan
Dokter penyakit dalam seringkali dihadapkan dengan berbagai pasien dengan
kondisi penyakit yang kompleks dan cenderung melakukan banyak pemeriksaan
penunjang, tidak hanya pemeriksaan yang sesuai dengan diagnosis banding
 Tidak berikan informasi jujur, etis dan adekuat

3
Dikarenakan jumlah pasien yang banyak, dokter penyakit dalam seringkali tidak
memiliki banyak waktu untuk menjelaskan penyakit pasien secara adekuat

4. Buat urutan 7 kasus kemungkinan pelanggaran terjarang!


 Pelecehan seksual, intimidasi dan kekerasan
 Turut serta dalam tindakan penyiksaan (torture)/ eksekusi hukuman mati
 Penghentian kehamilan
 Ketergantungan pada NAPZA
 Gunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan hak
 Penerapan pelayanan yang belum diterima kedokteran
 Tidak berikan data atau informasi atas permintaan MKDKI

5. Deskripsi 4 Tipe Kasus Lintasan Etikolegal Ilmu Penyakit Dalam


Lintasan menuju fraud bila ditinjau dari penyimpangan perilaku pemberi pelayanan
Kesehatan terdiri dari rantai alur yang dimulai dari tahap ke keliruan (Error),
Pemborosan (Waste), penyalahgunaan (Abuse), dan penyimpangan keuangan /
kecurangan (Fraud).10
 Error, ini merupakan suatu pangkal penyimpangan awal terjadi dikarenakan
ketidaktahuan10, contohnya:
● Ketika dokter membuat kekeliruan diagnosis, seperti pasien dengan keluhan nyeri
ulu hati yang tidak berkurang nyerinya dengan pemberian proton pump inhibitor
(PPI) dan antasida didiagnosa dyspepsia, dan ternyata setelah dilakukan ekg
pasien itu terkena sindrom koroner akut, sehingga hal ini mengakibatkan
terjadinya penundaan terapi yang tepat sasaran, dikarenakan salah dalam
mendiagnosis kasus dibidangnya.
 Waste, merupakan Tindakan yang tidak seharusnya diberikan secara berlebihan,
Contoh:
● Melanjutkan kasus yang sebelumnya, karena kekeliruan diagnosa membuat pasien
tersebut dilakukan tambahan tindakan, diberikan terapi yang tidak sesuai dengan
penyakit yang diderita pasien, dan membuat delay dalam terapi. Sehingga ini
membuat waste pada pasien dan sumber daya rumah sakit, lalu pasien merupakan
pasien JKN. Akan ada biaya tambahan yang harus di tanggung oleh rumah sakit.
 Abuse merupakan tindakan penyimpangan dari aturan, yang menimbulkan kerugian,

4
yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan secara individual akibat adanya

5
kesempatan. Bentuk dari tindakan abuse dapat berupa malpraktik ataupun
overutilization. Beberapa hal yang termasuk dalam abuse adalah tindakan dengan
tagihan yang seharusnya menyatu tetapi ditagih secara terpisah, penggunan ventilator
berlebih, readmisi, pengadaan iuran biaya, penerapan tarif RS berdasarkan tipe
ruangan, tagihan berlebihan, dan merujuk pasien ke fasyankes yang masih satu grup
atau ke tempat praktik lain dari dokter yang bersangkutan.
Contoh :
● Seorang dokter melakukan tindakan endoscopic ultrasound, tetapi menuliskan
tindakannya sebagai endoscopic retrograde cholangiopancreatography. Dokter
tersebut telah melakukan abuse karena akan menyebabkan pasien mendapatkan
tagihan yang berlebihan.
● Pasien yang masih membutuhkan rawat inap tetapi dipulangkan lebih cepat
karena biaya perawatannya tidak akan dibayarkan lagi oleh pihak asuransi.10
 Fraud, menurut definisi dari penegak hukum Amerika Serikat, adalah tindakan
dengan sengaja mengeksekusi perencanaan yang bertujuan untuk menipu setiap
keuntungan dari program Kesehatan atau untuk mendapatkan keuntungan dengan
berbagai cara yang melawan hukum atau menjanjikan keuntungan dari kebaikan
program kesehatan11. Contoh dari hal tersebut adalah:
● Overdiagnosis pada seorang pasien yang bertujuan untuk meningkatkan nilai
plafon pada asuransi kesehatannya, terlepas dari kondisi factual dari pasien itu
sendiri.

6
6. Dari uraian “Tugas 1 di atas”, buatkan jabaran lebih lanjut sketsa
sederhana kemungkinan aktor-aktor sengketa medik beserta kasus
posisi sesuai slide di atas yang relevan dengan spesialisasi Saudara!
D 1,2,3,4
Etika, disiplin
Keluarga
Dokter Komunikasi antar profesi

Kuasa
Rumah

Dokter jaga
UU No. 29 tentang Praktek Kedokteran pasal 65 (Pengaduan)

29 tentang Praktek Kedokteran pasal 44 (Standar pelayanan) dan 51 (Hak dan Kewajiban Dokter/dokter gigi)

Gambar 1. Sketsa aktor dan medicolegal sengketa medis pada


kasus

7
Tergugat 1: Dokter AKTOR SENGKETA Penggugat
Spesialis Penyakit Dalam
MEDIS Keluarga
Tergugat 2: Dokter Jaga pasien
IGD Pengacara
Keluarga menuduh adanya
malpraktik Pasien
Kewajiban Dokter Hak Pasien Mendapatkan kebutuhan medis.
Memberikan pelayanan medis sesuai dengan pelayanan sesuaidengan
standar profesi dan standar prosedur D1 (Duty)
operasional serta kebutuhan medis pasien. Dokter Jaga IGD telah melakukan pemeriksaan kepada Kewajiban Pasien
pasien. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur ten
Hak Dokter Dr. X, SpPD telah menerima konsul dan memberi terapi
untuk pasien. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokte
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional. D2 (Dereliction of Duty)
Dr. X, SpPD memberikan terapi pada pasien dengan
Kewajiban RS asumsi pasien yang datang adalah pasien lamanya yang
memiliki kesamaan nama. Dokter jaga IGD tidak
Memberi pelayanan kesehatan yang aman,
menanyakan apakah pasien memiliki riwayat sakit jantung
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
atau tidak. Dokter jaga mencatat dan melakukan tindakan
dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai instruksi DPJP tanpa mempertimbangkan klinis
sesuai dengan standar pelayanan Rumah
pasien (ada overload cairan atau tidak).
Sakit.

D3 (Damage)
Membuat, melaksanakan, dan menjaga
standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Perburukan klinis pasien, pasien hipotensi.

Gambar 2. Bagan aktor dan medicolegal sengketa medis pada kasus12,13

7
7. Kasus Di Bidang Spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam Yang Dapat
Menggambarkan Analisis Posisi Hukum
Hasil analisis posisi hukum berdasarkan uraian kasus 1 berupa:
 D1 (Duty)
Dalam kasus di atas, dokter jaga IGD telah menerima dan melakukan pemeriksaan
kepada pasien. Kemudian dokter jaga telah mengonsulkan pasien tersebut ke dr. X,
SpPD dan dr. X, SpPD sudah menerima pasien tersebut dan memberikan terapi.
Pasien sudah masuk ke ruang rawat inap dengan DPJP adalah dr. X, SpPD
 D2 (Dereliction of Duty)
Dr. X, SpPD memberikan terapi pada pasien dengan asumsi pasien yang datang
adalah pasien lamanya yang memiliki kesamaan nama. Dokter jaga IGD tidak
menanyakan apakah pasien memiliki riwayat sakit jantung atau tidak. Dokter jaga
mencatat dan melakukan tindakan sesuai instruksi DPJP tanpa mempertimbangkan
kondisi klinis pasien (ada overload cairan atau tidak). Baik dokter jaga IGD maupun
dr. X, SpPD tidak mempraktikan identifikasi pasien serta tidak menerapkan
komunikasi efektif dengan SBAR-TBAK.
 D3 (Damage)
Pasien mengalami perburukan klinis berupa hipotensi akibat pemberian terapi yang
tidak tepat.
 D4 (Direct Causation)
Pemberian obat diuretic diindikasikan pada pasien yang kelebihan cairan (contoh:
congestive heart failure). Pemberian obat ini pada pasien yang normal (sehat) akan
menyebabkan pengeluaran urin yang berlebihan sehingga pasien mengalami dehidrasi
dan penurunan tekanan darah. Pada kasus di atas, sesak yang dialami pasien lebih
disebabkan inflamasi parenkim paru akibat suspek TB paru aktif, sehingga seharusnya
tidak ada tempat pemberian diuretik dalam terapi pasien.

8
8. Dari tugas 7 – contreng semua check list yang relevan!

Kriteria Pidana (KUHP) Yes No


Pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran (pasal 322) V
Euthanasia (pasal 344) V
Melakukan pengguguran atau abortus provocatus (pasal 346-349) V
Penganiayaan (pasal 351). V
Kealpaan sehingga mengakibatkan kematian atau luka- luka berat
pada diri orang lain (pasal 359 hingga 361).

Keterangan: V
Tidak dilakukan identifikasi pasien secara benar menyebabkan
keterlambatan terapi dan munculnya efek samping dari pemberian
terapi yang tidak tepat berupa hipotensi
Penyerangan seksual (pasal 284 – 294) V
Penipuan terhadap penderita atau pasien (pasal 378); V
Pembuatan surat keterangan palsu (pasal 263 dan 267 KUHP); V
Kesengajaan membiarkan penderita tidak tertolong (pasal 349
V
KUHP);
Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam
V
bahaya maut (pasal 267 KUHP);
Pelanggaran kesopanan (pasal 290 ayat 1, pasal 294 ayat 1,
V
pasal 285 dan 286 KUHP);
Memberikan atau menjual obat palsu (pasal 386 KUHP). V
Kriteria Perdata Yes No
1365 KUHPer: penimbul ganti rugi atas diri orang lain  pelakunya
harus membayar ganti rugi.
V
Keterangan:
Kelalaian yang terjadi menimbulkan gugatan pertanggungjawaban
dari keluarga pasien terhadap rumah sakit
1366 KUHPer: selain kesengajaan juga akibat kelalaian atau
kurang berhati-hatinya.

Keterangan:
V
Pada kasus, damage terjadi akibat ketidakhati-hatian dari dokter
spesialis dan dokter jaga IGD, di mana tidak dilakukan indentifikasi
pasien yang benar dan prosedur komunikasi yang tidak efektif (tidak
menggunakan prinsip SBAR-TBAK)
1367 KUHPer: majikan ikut tanggung jawab atas perbuatan orang
V
dibawah pengawasannya.
1338 KUHPer : wanprestasi ganti rugi V
58 (1) UU kesehatan No 36/09 : ganti rugi salah/lalai
V
Keterangan:

9
Kelalaian yang terjadi menimbulkan gugatan pertanggungjawaban
dari keluarga pasien terhadap rumah sakit
66 UU praktik kedokteran no 29/04: ganti rugi

Keterangan: V
Kelalaian yang terjadi menimbulkan gugatan pertanggungjawaban
dari keluarga pasien terhadap rumah sakit
Doktrin perbuatan melawan hukum tindakan tanpa informed consent,
V
salah orang/ salah organ, product liability
Doktrin perbuatan melawan hukum: tanpa/<<< informed consent V
Doktrin perbuatan melawan hukum: tidak patut/ teliti/ hati- hati

Keterangan:
Pada kasus, damage terjadi akibat ketidakhati-hatian dari dokter V
spesialis dan dokter jaga IGD, di mana tidak dilakukan indentifikasi
pasien yang benar dan prosedur komunikasi yang tidak efektif (tidak
menggunakan prinsip SBAR-TBAK)
Doktrin perbuatan melawan hukum: learner intermediary (tidak
V
membaca/menyimpangi insert obat/alkes dari produsen)
Hukum administrasi/disiplin medik Yes No
Sertifikat kompetensi spesialis V
Surat tanda registrasi spesialis – KKI
V
STR -kompetensi spesialis penyakit dalam
Surat ijin praktik =< 3 tp – PTSP, Dinkes V
Surat tugas dinkes (> 3 TP) V
Surat rekomendasi IDI V
Surat kewenangan klinis Dir RS/klinik V
Kedaluwarsa-an / tidak berlaku lagi (semua) V
Standar pelayanan medik/ spo – Dir RS

Keterangan:
V
Tidak memeriksa pasien secara menyeluruh, tidak melakukan
prosedur identifikasi pasien benar, tidak melaporkan dan menerima
instruksi dengan benar
Standar asuhan keperawatan – Dir RS

Keterangan:
Tidak memeriksa pasien secara menyeluruh, tidak melakukan V
prosedur identifikasi pasien benar sehingga tidak memberikan
asuhan yang tepat (pasien suspek tuberkulosis paru diperlakukan
sebagai pasien CHF)
Panduan praktik klinis – Dir RS (Turunan dari PNPK – Menkes)

Keterangan: V
Tidak memeriksa pasien secara menyeluruh, tidak melakukan
prosedur identifikasi pasien benar sehingga menyebabkan tidak

10
melakukan pemeriksaan penunjang dan terapi dengan tepat (pasien
suspek tuberkulosis paru diperlakukan sebagai pasien CHF)
Standar perilaku RS – Dir Rs

Keterangan:
V
Dokter jaga tidak melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, dokter
spesialis tidak melakukan identifikasi pasien dan konfirmasi dengan
benar
Standar lain:
Surat eligibilitas peserta JKN V
Kriteria kelengkapan >< malpraktek (D1-Duty)

Keterangan: V
Tn. Andi sudah diterima menjadi pasien dokter jaga di IGD dan
sudah masuk ke ruang perawatan dengan DPJP dr. X, SpPD
Pembelaan: buktikan satu unsur kelalaian (D1,2,3,4) tidak ada Yes No
Alasan pembenar: dapat diterima V
Risiko medik: unforeseeability V
Risiko medik (minimal, tidak parah) : laik bayang, tak terhindarkan,
V
terperhitungkan, terkendalikan
Risiko tak terhindarkan, satu-satunya jalan V
Perjalanan penyakit/ komplikasi : tak mungkin
V
dicegah/dihindarkan
Alasan pemaaf: tekanan situasi-kondisi darurat/life saving V
Limited resources, nilai manfaat tak tergantikan V
Kontribusi pasien V
Kelemahan : sesuatu laik cegah Yes No
Kekeliruan medik

Keterangan:
V
Identifikasi pasien tidak dilakukan, konfirmasi kondisi klinis pasien
oleh dokter jaga tidak dilakukan, sehingga terjadi keterlambatan
diagnosis dan terapi
Pengobatan substandar V
Monitoring tidak/kurang memadai
V
Kurang waspada : rutinitas - KTD yang "langka"
Penilaian kurang/tidak memadai

Keterangan: V
Dokter jaga tidak melakukan pemeriksaan klinis menyeluruh dan
mengonfirmasi terapi dari dokter spesialis
Pengobatan/diagnostik yg perlu, tidak dilakukan V
Komunikasi jelek
V
Keterangan:
Konsep komunikasi efektif: SBAR-TBAK tidak dilakukan

11
Sistem keselamatan pasien dilanggar

Keterangan:
Identifikasi pasien tidak dilakukan, konfirmasi kondisi klinis pasien V
oleh dokter jaga tidak dilakukan, sehingga terjadi keterlambatan
diagnosis dan terapi, serta timbulnya efek samping dari terapi yang
tidak tepat

12
Gangguan pada lingkungan kerja V
Kelemahan : sesuatu tak dapat dicegah Yes No
Kurangnya pendokumentasian (rekam medik)

Keterangan:
V
Diduga pendokumentasian oleh dokter jaga IGD tidak lengkap
sehingga informasi medis penting seperti mengenai riwayat sakit
jantung sebelumnya tidak tercatat
Tak adanya pendokumentasian rekam medik V
Perawatan / asuhan medis yang sulit (kompleks) V
Kondisi pasien yang sulit (kompleks) V
Hukum internal rumah sakit Yes No
Peraturan RS : statuta RS V
Peraturan internal RS : hbl & medical staff by laws V
PNPK

Keterangan:
Tidak memeriksa pasien secara menyeluruh, tidak melakukan V
prosedur identifikasi pasien benar sehingga menyebabkan tidak
melakukan pemeriksaan penunjang dan terapi dengan tepat (pasien
suspek tuberkulosis paru diperlakukan sebagai pasien CHF)
Ketentuan clinical pathway/INA-CBG
V
Keterangan:
Diagnosis tidak tepat sehingga clinical pathway tidak berjalan
MOU/PKS (kontrak profesi) Dr – RS V
Perat.RS/direksi: wajib asuransi profesi ? V
Perat Dir/komdik – tentang rawat bersama, response time, on site V
Perdiri RS – daftar dokter jaga, pengganti V
Pedoman lain-lain Yes No
Dokumen konsensus internal mutakhir: V
Panduan monitoring data diagnosis & terapi

Keterangan: V
Diagnosis tidak tepat sehingga monitoring diagnosis dan terapi tidak
dilakukan dengan tepat
Panduan diagnosis & terapi pasien risiko tinggi V
Dokumen konsensus lintas spesialis V
Kode disiplin, kode etik IDI, fatwa etik V

Keterangan:
Baik dokter jaga dan dokter spesialis tidak memberikan pelayanan
terbaik dalam penegakkan diagnosis dan pemberian terapi
Pedoman perilaku RS (code of conduct) V
Keputusan PN/PT/MA/MK V
Keputusan MKDKI, MKEK, DPK, dll V
Pedoman analisis: dini Yes No
13
Identifikasi insight/potensi keluhan inti / pokok pengaduan V
Insight hasil penyelidikan ketua IDI/Sp V
Kategori motivasi aduan/gugatan pasien V
Upaya pembelaan anggota - IDI V
Celetukan beracun TS lain V
Kelalaian nyata (gross negligence) : tertinggalnya benda asing
V
(doktrin res ipsa loquituur), salah potong/operasi
Fakta medikolegalsubstansial: Faktor pengalih patofis/risiko medik V
Pedoman analisis : administratif Yes No
Status administratif teradu (ijin praktek, anggota PAPDI, validitas
V
kewenangan klinik)
Status kerja di RS : kontrak, parowaktu, purnawaktu dll). V
Masuk kategori dokter bermasalah ? V
Adakah fenomena the slippery slope ? = disotonomi dr V
Validitas asuransi profesi V
Dukungan/rapport dengan peer group V
Hubungan dokter - pasien : Yes No
Ada kontrak terapeutik

Keterangan:
V
Tn. Andi sudah diterima menjadi pasien dokter jaga di IGD dan
sudah masuk ke ruang perawatan dengan DPJP dr. X, SpPD dan
sudah disetujui oleh dr. X
Status & hubungan hukum: pasien pribadi/kontrol/rujukan bersama,
alih rawat
V
Keterangan:
Tn. Andi sudah dikonsulkan dan diterima oleh dr. X, oleh karena itu
Tn. Andi adalah pasien pribadi dr. X
Dokter pengganti: setara/tidak setara V
Doktrin captain of the ship (prima facie penanggung jawab utama tim
V
dokter), jadwal jaga/dinas (dokter, perawat), kewajiban dokter/RS,
dll.
pasien : belum dewasa dan uzur ? V
Salah potong/operasi V
Analisis kasus Yes No
Diagnosis / indikasi medik : tepatkah (tujuannya) ? Adakah
V
penyimpangan atau perluasan ? (peran peer review atau second

opinion, adakah kesengajaan : ingat teori fraud/white collar crime


ditunjang oleh pertanggungjawaban pidana)

Keterangan:
Identifikasi pasien tidak dijalankan dan tidak dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut ke arah penyakit jantung dan paru serta tidak dilakukan
konfirmasi dari dokter jaga ke dokter spesialis sehingga diagnosis
dan
terapi yang diberikan tidak tepat
14
Konteks-situasi : gawat ? Darurat ? (ingat etika situasi); kasus sulit
atau V
biasa ? Perubahan situasi : dari elektif menjadi segera ? Ketiadaan
alat/obat/dokter ?
Analisis kasus : diagnosis Yes No
Upaya penegakan diagnosis keseluruhan, sistematis (soap)? V
Kepatutan, ketelitian/kehati-hatian dalam penegakan diagnosis : bukti
V
ilmiah (evidence) yang digunakan
Kelaziman (best practice) : substandar ? Overstandar ? (peran ahli
selingkung)

Keterangan:
V
Identifikasi pasien tidak dijalankan dan tidak dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut ke arah penyakit jantung dan paru serta tidak dilakukan
konfirmasi dari dokter jaga ke dokter spesialis sehingga diagnosis
dan terapi yang diberikan tidak tepat
Delegasi : kompetensi pelaksana lapangan (bidan/perawat) bawahan -
Analisis kasus : prognosis Yes No
Foreseeability yang lazim (adverse events) = "can it causality"
V
“disease-rate”
Avoidability = "will it causality" persiapan antisipatif risiko tsb pada
V
kasus
Sistem rujukan ke mana ? V
Kontrak dengan pusat rujukan V
Kondisi khusus pasien : alergi, imunokompromais, dll V
Kontra indikasi ? V
Analisis kasus : therapi Yes No
Mekanisme kontrol akurasi (alat, sop, penunjang lain, sistem) ? V
Rawat bersama : captain of the ship? V
Kompetensi & inkapasitas pelaksana, V
Product liability:daluwarsa, insert warning V
Deteksi dini penyulit durante tindakan? = superseeding cause V
Tepatkah (kategori, cara) simpul penyulit V
Modalitas/alternatif terapi V
Analisis kasus : komunikasi informasi Yes No
Setelah yg umum: masih perlu informed consent khusus (form kasus
V
spesifik)?,
Adakah mispersepsi/mitos ? Contextual features (anak mahal dll) +
V
quality of life

Keluasan info : reasonable person or dr’s standard ? V


Perubahan status medik (situasi) : kegawatan/kedaruratan V
Biaya + syarat peserta asuransi V
Proxy + spouse consent ? V
Analisis kasus : hambatan/gangguan proses medik (diagnosis,
Yes No
prognosis, terapi)
Pasien non-otonom : anak/uzur, V
Pasien tak mampu; V
15
Adakah iatrogenik atau risiko V
Adakah andil kesalahan pasien/keluarganya ? V
Miskomunikasi/tidak puas ec rusak harapan

Keterangan:
Identifikasi pasien tidak dijalankan dan tidak dilakukan pemeriksaan
V
lebih lanjut ke arah penyakit jantung dan paru serta tidak dilakukan
konfirmasi dari dokter jaga ke dokter spesialis sehingga diagnosis
dan terapi yang diberikan tidak tepat. Pada pasien akhirnya terjadi
perburukan sehingga keluarga melakukan gugatan
Dilema etik / konflik etikolegal persisten V
Evaluasi check point pengelolaan V
Evaluasi on going “did it causality” V
Kategori umum kasus Yes No
“putih”/ “abu2” / “hitam”

Keterangan:
Permasalahan terjadi akibat tidak dilakukan identifikasi pasien yang
benar oleh dokter jaga dan dokter spesialis, yang berujung terhadap V
salah diagnosis dan terapi. Kelalaian ini merupakan kesalahan yang
sepatutnya dapat dicegah jika melakukan sesuai dengan standar
pelayanan yang baik. Tidak ada andil dari pihak pasien mengenai
kelalaian yang terjadi
Penyingkiran masalah litigious legal procedures BHP2A, asuransi
V
profesi
Pengedepanan pembelaan terbatas V
Rencana pendisiplinan

Keterangan:
Baik dokter jaga maupun spesialis perlu mendapatkan pendisiplinan V
karena telah menyebabkan kejadian tidak diinginkan yang
mengancam keselamatan pasien. Kesalahan yang terjadi adalah
bentuk kesalahan yang sepatutnya dapat dicegah.
Koordinasi dengan dewan kehormatan dokter sp, MKEK/MDTK, dll V
Saksi ahli "pencerah" (pemahaman)
V
Saksi ahli “selingkung” utk menera normalitas
Pembenar, pemaaf, kesempatan bela V

16
9. Apa refleksi saudara tentang medikolegal & hukum kedokteran

Nama NPM Refleksi Pribadi


Adam Prabata 2206096416 Setiap dokter, termasuk saat menjalani program pendidikan
dokter spesialis (PPDS), seperti yang sedang saya jalani saat
ini, berpotensi mendapatkan aduan atau melakukan
pelanggaran hukum. Potensi tersebut juga tetap ada saat nanti
sudah menyelesaikan pendidikan dan berpraktik sebagai
dokter spesialis penyakit dalam. Pemberian informasi yang
tidak jujur dan etis, pengobatan berlebihan, hingga
penggantian dokter yang tidak kompeten tanpa pemberitahuan
adekuat merupakan pelanggaran-pelanggaran terbanyak yang
ditemukan pada spesialiasi yang sedang saya jalani sekarang.

Pemahaman mengenai medikolegal dan hukum kedokteran


merupakan hal yang krusial bagi saya pelajari, sebagai bekal
dalam menjalani kehidupan sebagai PPDS dan setelah lulus
menjadi dokter spesialis ilmu penyakit dalam. Pemahaman
tersebut dapat membantu saya untuk berlaku lebih baik dan
menghindari tindakan-tindakan yang dapat berujung pada
pelanggaran etika, disiplin, dan hukum. Mempelajari daftar
tilik medikolegal memudahkan saya untuk menjadi dokter
yang
lebih baik dan beretika terhadap pasien.
Ahmad Fadhlan 2206096422 Profesi dokter menuntut tanggung jawab yang besar karena
pekerjaan tersebut secara langsung berkaitan dengan
kelangsungan hidup, kualitas hidup dan kesejahteraan fisik
dan mental orang lain (pasien). Suatu profesi yang memiliki
peran vital seperti ini sudah seharusnya diatur oleh hukum dan
etika serta norma yang mengikat. Tujuannya tidak lain adalah
untuk menjamin agar semua kepentingan, terutama pasien
dapat dipenuhi dengan baik dan tanpa pelanggaran. Hukum,
etika dan disiplin ini tidak hanya ditujukan untuk pasien,
namun juga untuk dokter itu sendiri. Dengan adanya hukum
dan disiplin kedokteran, seorang dokter memiliki pedoman
dan aturan main yang jelas dan kuat dalam prakteknya sehari
hari.

Berbagai permasalah etika dan hukum terkait praktek


kedokteran tentu saja tidak dapat dihindari. Permasalah ini
muncul sebagian besar karena permasalah komunikasi, baik
antara dokter dengan pasien maupun antar dokter dengan
tenaga kesehatan lain. Permasalah etika juga seringkali
muncul, yang terkadang berkembang dengan cepat sesuai

17
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kedokteran, seperti permasalahan surrogate mother,
penghentian kehamilan karena janin terdeteksi cacat,
telemedicine dan lain sebagainya. Sebagai seorang dokter,
saya berkeyakinan bahwa semua peraturan hukum kedokteran
dan medikolegal wajib dipatuhi oleh semua dokter untuk
menjamin praktek kedokteran yang memberikan manfaat dan
keselamatan baik untuk dokter itu sendiri dan yang terpenting
untuk keselamatan pasien. Hukum, etika dan medikolegal
tersebut juga sebaiknya senantiasa diperbarui dan disesuaikan
dengan perkembangan kondisi terkini di bidang kedokteran
agar tetap relevan.
Anesty Claresta 2206096435 Hukum Kedokteran dan Medikolegal merupakan hal yang
perlu dipahami dan diterapkan dalam praktik dokter sehari-
hari. Hukum Kedokteran dan Medikolegal ini bertujuan untuk
menjamin keselamatan pasien dan menjaga profesionalisme
dokter dalam berpraktik. Pada kasus ini terjadi kesalahan
identifikasi pasien sehingga terjadi pemberian terapi yang
salah. Hal ini tentulah dapat berakibat fatal dan berisiko
menyebabkan kematian.

Hal yang dapat dipelajari oleh seorang dokter dari kasus ini
adalah pentingnya identifikasi pasien dengan benar dan
melakukan anamnesis yang lengkap dan komprehensif.
Seringkali identifikasi pasien dianggap sebagai hal yang
sepele sehingga tidak dilakukan identifikasi yang teliti dan
sesuai SOP, walaupun identifikasi pasien adalah bagian dari 6
Sasaran Keselamatan Pasien. Kasus seperti ini dapat
menyebabkan
adanya tuntutan hukum terhadap dokter maupun rumah sakit.
Aprilia Larasati 2206096441 Kasus di atas merupakan bukti konkrit adanya pelanggaran
dalam melakukan tindakan kedokteran. Berdasarkan jenis
kasusnya, dilihat dari sisi etikolegal, pemberian obat yang
diawali oleh kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh DPJP
merupakan suatu bentuk error. Selain itu, kondisi yang terjadi
pada pasien akibat kesalahan tindakan yang dilakukan oleh
dokter tersebut masuk ke dalam kategori berat, yaitu kejadian
tidak diinginkan, dari sisi patient safety. Dengan adanya
medicolegal checklist, setiap pelanggaran diharapkan dapat
teridentifikasi secara rinci sehingga tindak lanjut yang akan
diberikan kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan
diharapkan menjadi lebih jelas.

Sebagai refleksi, pelanggaran displin kedokteran yang terjadi


18
pada kasus ini merupakan suatu hal yang dapat dicegah
dengan

mudah, yaitu selalu melakukan pengecekkan identitas berupa


nama, tanggal lahir dan nomor rekam medik. Selain itu, perlu
dilakukan telaah dengan baik antara pemeriksaan klinis saat
pasien datang dengan riwayat penyakit sebelumnya melalui
rekam medis, termasuk rekonsiliasi obat, agar menghindari
kesalahan dalam menentukan pemberian obat atau rencana
tindakan.

19
Ashari Adi Abimantrana 2206096454 Seorang dokter penyakit dalam berada dalam posisi yang
rentan terkena tuntutan hukum. Berdasarkan dari contoh-
contoh kasus sebelumnya, hal yang dapat menyebabkan
tuntutan dapat berasal dari diri dokter penyakit dalam itu
sendiri, dari dokter lain, maupun dari sistem kesehatan yang
berlaku di Indonesia. Dari sisi sistem kesehatan, alur rujukan
yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya di semua wilayah
di Indonesia, dan jam kerja dokter yang panjang akan sangat
mempengaruhi performa dokter dalam menerapkan
keilmuannya ke pasien. Dari sisi dokter lain (dalam kasus ini
dokter umum), dapat terjadi miskomunikasi yang sebenarnya
dapat dicegah dengan pelatihan atau semacamnya, dan
tentunya semua dokter harus memperlakukan semua pasien
sebagai manusia seutuhnya (misalnya, bagi dokter penyakit
dalam tetap memperhatikan klinis dan penunjang, serta sosial,
ekonomi, dan budaya secara menyeluruh. Bagi dokter umum
tetap harus memperhatikan kesesuaian antara terapi dan klinis
pasien). Terakhir, dari sisi dokter penyakit dalam itu sendiri,
di mana banyak kasus fraud atau abuse yang akan bermuara
pada uang. Seorang dokter harus mengutamakan moral
memberi dibandingkan dengan moral meminta.

Dalam menghadapi tuntutan hukum, seorang dokter tidak


akan serta-merta menghadapinya sendiri. Sepanjang dokter
tersebut melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional, maka dokter tersebut
memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
Bantuan hukum dapat diberikan oleh rumah sakit tempat kerja
dokter tersebut. Mengingat pentingnya standar profesi, standar
prosedur operasional, PNPK, PPK, dan lain-lain, maka perlu
adanya sinkronisasi standar dan pedoman tersebut. Standar
perlu dibuat sesuai dengan kondisi lingkungan tempat kerja
dan fasilitas yang dimiliki, tetapi tetap harus sesuai dengan
standar profesi, dan pedoman nasional yang ada. Selain
standar yang berhubungan dengan penyakit, perlu adanya
standar yang
mengatur tentang komunikasi efektif, dan yang lain sesuai

dengan standar KARS. Dengan memegang kaidah dasar


bioetika, dan memahami moral, etika, disiplin, serta hukum
kedokteran, diharapkan seorang dokter penyakit dalam dapat
meminimalisir kemungkinan adanya tuntutan terhadapnya.
Bayu Bijaksana 2206096460 Seorang dokter dalam praktik sehari-harinya dikelilingi oleh
Rumondor sorotan hukum. Tidak jarang dokter terjerat dalam kasus
20
hukum mulai dari level yang "ringan" hingga hukuman pidana.
Malpraktik merupakan hal yang sering disebut-sebut untuk
merujuk pada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh
dokter yang mengakibatkan kerugian pada pasien. Setelah
direfleksikan, kesalahan atau kelalaian tersebut dapat disengaja
ataupun tidak disengaja. Hal yang disengaja biasanya
mencakup upaya-upaya untuk mem-bypass peraturan untuk
mendapat keuntungan diri sendiri. Untuk hal-hal yang
demikian, saya setuju bahwa perlu ada upaya penegakan
hukum, apalagi jika sampai merugikan pasien. Namun ada juga
kesalahan yang tidak disengaja, namun tetap dianggap
merugikan pasien. Untuk hal-hal yang demikian, menurut saya
perlu dibuat regulasi yang lebih baik untuk praktik kedokteran,
misalnya terkait jam praktik dan jumlah tempat praktik agar
dokter dapat tetap memberikan pelayanan secara optimal dan
tetap terjaga kesehatan fisik dan mentalnya.

Sayangnya terkadang walaupun dokter sudah melakukan yang


terbaik dan sesuai dengan regulasi atau SOP yang berlaku,
apabila pasien merasa dirugikan, dokter juga dapat masuk
dalam kasus hukum. Untuk hal yang demikian, menurut saya
setiap dokter harus memahami dengan sangat baik peraturan-
peraturan yang ada dan mematuhi regulasi yang berlaku agar
tidak terjebak dalam urusan hukum. Selama dokter melakukan
praktiknya secara sesuai dengan peraturan yang berlaku, dokter
dapat terlindungi dari berbagai sorotan hukum. Seorang dokter
juga selayaknya selalu membangun rapor baik dengan pasien,
berlaku secara baik yang mencerminkan martabat luhur
seorang dokter. Dengan demikian, pasien dapat lebih percaya
pada dokternya dan proses perawatan dapat berjalan dengan
baik.
Christopher Octavianus 2206096473 Menjadi seorang dokter spesialis sejatinya memposisikan diri
menjadi seseorang yang memiliki tanggung jawab yang lebih
besar dibandingkan saat menjadi dokter umum. Kewajiban
dan hak yang dimiliki berubah sehingga setiap tindakan
profesional harus dilakukan dengan aturan serta tatanan yang
ada. Menjadi
dokter penanggung jawab pasien di bidang penyakit dalam

berarti mengurusi hal yang sangat luas namun juga dalam,


banyak pilihan terapi yang dapat diakses, beragam
pemeriksaan penunjang yang dapat dipesan, serta banyak
tindakan kedokteran yang diizinkan untuk dilakukan seorang
spesialis penyakit dalam. Kedisiplinan dan pengetahuan yang
21
baik dapat membantu seorang dokter spesialis penyakit dalam
menghindari sengketa yang berkaitan baik dengan etika,
disiplin, dan hukum.

Kebanyakan dokter tidak ada niatan buruk, namun apabila


tidak disiplin, lalai dalam hal kecil, lama-kelamaan akan
semakin besar dan bergulir. Mulai dari kekeliruan dalam hal
kecil yang tidak berdampak hingga lama-lama semakin tinggi
risiko nya. Itulah pentingnya pendidikan berkelanjutan yang
harus diikuti seorang dokter, terutama spesialis penyakit
dalam. Luasnya kompetensi seorang spesialis penyakit dalam
juga membuka akses banyak retailer obat, laboratorium, alat,
untuk dating dan menawarkan barang atau jasa yang
menguntungkan. Hal ini harus disikapi dengan bijaksana dan
sesuai aturan yang berlaku, seorang dokter spesialis penyakit
dalam harus melakukan sesuai indikasi klinis, dan juga
mengetahui landasan hukum yang berkaitan dengan hal ini
agar tidak terjerat masalah di kemudian hari. Apabila
kekeliruan dan perilaku berlebihan terus dilakukan maka
lama-kelamaan akan terjadi penyalahgunaan wewenang. Hal
ini harus dihindari dan seyogyanya seorang dokter terus
menilik atau mengevaluasi dirinya agar tidak semakin buruk
melainkan semakin baik. Beberapa upaya telah dilakukan dari
organisasi profesi, salah satunya pemberian materi etika dan
disiplin di awal suatu seminar, hal ini sebaiknya
didengarkan dan dicermati agar
menjadi bahan pertimbangan seorang internis dalam bertindak.
Danang Andi Raharjo 2106763751 Sebagai seorang Dokter, saya merasa penegakan hukum
kedokteran masih tidak adil. Hal ini dikarenakan msh
banyaknya praktik pengobatan yang tidak ada izin(ahli patah
tulang, dll) yang tetap dibolehkan praktik walaupun ketiadaan
izin. Sementara jika dokter yang sudah punya izin,tapi
melakukan kesalahan atau dilaporkan pasien dan terdapat
permasalahan dengan pasien, pihak berwajib dapat dengan
cepat menangkap atau menghukum.

Sebaiknya penerapan hukum Kedokteran dilakukan dengan


adil dan tanpa pandang bulu. Karena sebelum pihak berwajib,
ada sarana bagi pasien untuk mengadu melalu MKDKI jika

terdapat permasalahan dengan Dokter. Dan pihak berwajib


juga tidak seharusnya langsung menindak dokter jika
terjadi permasalahan tapi tunggu dulu rekomendasi dari
MKDKI. Dan banyaknya praktik pengobatan yang ilegal, jika
22
ingin tegas, seharusnya pemerintah tidak melakukan
pembiaran, tapi mengatur dengan lebih bijaksana lagi agar
kenyamanan dan
keselamatan pasien lebih terjamin.
Fajar Fikri 2206096486 Profesi dokter merupakan profesi yang mulia, namun ada
oknum yang melakukan kecurangan untuk kepentingan
pribadi. Beberapa kecurangan yang terjadi pada profesi dokter
spesialis penyakit dalam adalah tidak jujur dalam menentukan
jasa medis, melakukan pengobatan dan pemeriksaan yang
berlebih dan sebenarnya tidak diperlukan pasien, melakukan
praktik ketika kondisi kesehatan fisik dan mental tidak fit
sehingga bisa membahayakan pasien, dokter pengganti tidak
kompeten dan tanpa pemberitahuan pada pasien.

Saat ini seorang dokter tidak kebal hukum. Keluarga pasien


diperbolehkan menuntut dokter jika dokter tidak memberikan
pelayanan yang sesuai. Seorang dokter memiliki kewajiban
untuk memberikan pelayanan medis yang sesuai. Dokter juga
mempunyai hak memperoleh perlindungan hukum asalkan
menjalankan praktik sesuai dengan SOP dan standar profesi.
Rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu, tidak diskriminatif, serta efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien tetap sesuai dengan SOP
rumah sakit. Bila hak pasien, hak dokter, kewajiban RS
dijalankan dengan sesuai maka terjadinya tuntutan kepada
dokter dan rumah sakit akan kecil peluangnya.

Intan Anugraheni 2206096492 Medikolegal dan hukum kedokteran sangat penting untuk
menjaga keselamatan pasien. Pasien yang selamat akan
menyelamatkan dokter dari berbagai tuntutan terkait
medikolegal dan hukum. Kasus-kasus tekait medikolegal dan
hukum di bidang Ilmu Penyakit Dalam, misalnya salah satu
kasus yang terkenal yaitu kasus dokter Bimanesh menjadi
refleksi kita untuk selalu berhati-hati dalam bertindak agar
kasus serupa tidak terulang kembali.

Kadangkala kita sulit untuk bisa secara utuh menaati


medikolegal dan hukum kedokteran. Banyak rintangan, ajakan
yang menggiurkan, dan kekurangan dalam diri. Namun, kita
harus berusaha agar apa yang kita lakukan adalah yang terbaik

dan sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Kita juga harus
menanamkan pemahaman bahwa tujuan kita semata-mata
adalah memberikan yang terbaik untuk pasien.
23
Kevin Andersen 2206096504 Melalui kasus ini, saya dapat melihat bahwa kasus malpraktik
seringkali terjadi karena adanya kelalaian pada dokter. Bila
ditelusur lebih dalam, kelalaian ini disebabkan oleh adanya
human error, yaitu dokter yang berasumsi bahwa pasien ini
sama dengan pasien lamanya yang menderita sakit jantung.
Berkaitan dengan human error, ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya human error, antara lain,
sistem patient safety dalam pelayanan kesehatan yang belum
berjalan dengan baik, misalnya pada kasus pemberian advis
dari DPJP kepada tenaga kesehatan yang bekerja di lapangan,
harus dikonfirmasi kembali dengan sistem Tulis, Baca,
Konfirmasi , terutama apabila advis tersebut diberikan secara
lisan. Faktor risiko lain adalah adanya keputusan yang dibuat
berdasarkan asumsi, bukan berdasarkan data klinis yang ada
di lapangan. Setiap keputusan klinis yang dibuat kepada
pasien hendaknya didasarkan kepada bukti klinis yang
objektif, untuk mengurangi potensi kesalahan terapi pasien
akibat subjektivitas pribadi, termasuk pada pasien yang
mungkin secara pribadi dikenal baik , pasien dengan golongan
masyarakat tertentu, atau status sosial tertentu. Selain itu
human error juga bisa disebabkan karena adanya overload
beban pekerjaan yang melebihi kemampuan. Kelelahan yang
ditimbulkan akibat pekerjaan yang lebih dapat mengurangi
fokus dokter untuk memberikan terapi yang tepat pada pasien,
sehingga perlu adanya kesadaran diri serta regulasi yang
menjaga agar dokter selalu fokus dalam memberikan terapi
pada setiap pasiennya

Sebagai PPDS penyakit dalam, kasus ini juga memberikan


pelajaran pada saya mengenai pentingnya komunikasi yang
efektif, baik pada pasien maupun pada sesama tenaga
kesehatan agar informasi yang ingin kita tujukan kepada
pasien maupun tenaga kesehatan dapat tersampaikan dengan
baik dan dapat dimengerti oleh penerima informasi. Perlu
diketahui juga, bahwa persepsi dan proses penerimaan pasien
terhadap suatu informasi medis sangat beragam. Ada yang
mampu menerima pesan dengan cepat, ada yang mungkin
kesulitan untuk menerima informasi medis dan mengambil
keputusan atas dasar informasi tersebut, sehingga sebagai
dokter harus dapat mengerti setiap karakteristik pasien agar
mampu menggunakan
metode yang tepat untuk memberikan edukasi sehingga pesan

tersebut dapat diterima dengan baik. Selain itu, ditengah


24
kesibukan PPDS yang cukup padat, kejadian ini juga
mengingatkan kami kembali agar senantiasa berlatih untuk
menjaga fokus kami dalam memberikan pelayanan pada
pasien serta pentingnya untuk selalu menjaga kesehatan
pribadi agar pelayanan pada pasien dapat diberikan dalam
kondisi yang
prima
Lana Adila 2206096510 Era revolusi industri 4.0 merupakan revolusi transformasi
dalam berbagai aspek terutama dalam bidang kesehatan.
Perkembangan zaman menuntut adanya pembaharuan dalam
tatalaksana maupun diagnostik yang berpusat pada teknologi.
Salah satu terobosan baru yakni penggunaan telemedicine.
Telemedicine merupakan ruang virtual baru untuk para dokter
melakukan praktik kedokteran. Dengan adanya telemedicine,
pelayanan kesehatan dapat terjangkau dan mempermudah
masyarakat dalam mendapati pengobatan yang mudah dan
cepat.

Dengan adanya telemedicine, dokter dan pasien tidak perlu


melakukan tatap muka langsung. Hal ini meningkatkan resiko
terjadinya penyalahgunaan penggunaan obat oleh pasien yang
tidak semestinya membutuhkan obat dan resiko terjadinya
kesalahan dalam mendiagnosa pasien dikarenakan tidak
dilakukan pemeriksaan fisik pasien secara langsung. Peraturan
menteri kesehatan telah mengatur adanya telemedicine ini,
namun belum dimuat aturan tentang praktik kedokteran
melalui telemedicine dalam Undang-Undang No. 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui


telemedicine, dokter harus melakukannya sesuai peraturan
perundang- undangan yang ada. Dokter harus bertanggung
jawab secara hukum akan resiko terjadinya kelalaian atau
kesalahan yang
dapat merugikan atau mencelakai pasien.
Muhamad Dwi 2206096523 Posisi kita sebagai dokter saat ini dalam kondisi yang rentan.
Heriansyah Seiring berkembangnya zaman, risiko dokter untuk
melakaukan pelanggaran atau fraud semakin tinggi. Terkadang
dokter melakukan kesalahan yang tidak disengaja karena tidak
memiliki pemahaman yang baik terkait hukum kedokteran. Hal
ini tergambar dengan berbagai bentuk pelanggaran disiplin
profesional dokter. Apabila dikaji lebih lanjut sumber
masalahnya dikarenakan kurangnya rasa kekeluargaan dalam
profesi dan sifat yang terlalu komersial dengan mencari

25
renumerasi setinggi mungkin. Menjadi seorang dokter, kita
haruslah tetap menjaga keluhuran profesi kita. Karena pada
hakikatnya setiap pasien yang datang berobat pada praktik
klinis telah mempercayakan kesehatan dirinya pada kita.

Oleh karena itu sudah sewajarnya kita harus membalas


kepercayaan tersebut. Maka dengan pendidikan kedokteran,
tiap dokter tetap terus melakukan pelayanan yang baik dengan
menjunjung kehormatan profesi. Hukum kedokteran sendiri
merupakan suatu ilmu yang terus berkembang seiring zaman.
Dengan pemahaman struktur organisasi, dan konstitusi
diharapkan dokter dapat memposisikan diri dengan sebaik
mungkin.
Muhammad Maftuhul 2206096536 Hukum kedokteran saat ini mulai bergerak pada wacana yang
Afif substantif, yaitu penyelesaian hukum khusus profesi medis.
Dalam Konas Perdahukki tahun 2022, terdapat pembahasan
tentang apa itu keadilan restoratif dan bagaimana
menjalankannya dalam profesi kedokteran. Bahkan terdapat
wacana peradilan profesi medis yang mengacu pada sistem
peradilan pidana anak, yaitu adanya upaya diversi dari penegak
hukum terhadap terdakwa.

Menurut UU no.153 tahun 2012, kesepakatan diversi dalam


pidana anak meliputi pengembalian kerugaian pada korban,
rehabilitasi medis dan psikososial, pelayanan masyarakat
maksimal 3 bulan, atau keikutsertaan dalam Pendidikan
maksimal 3 bulan. Maka, untuk peradilan profesi medis hal
tersebut dapat diadaptasi menjadi pelayanan sosial, Pendidikan
Kembali dengan pengawasan, hingga rehabilitasi medis bagi
korban.
Natasha 2206096542 Kasus medikolegal dapat terjadi pada bidang spesialisasi
apapun di dunia kedokteran, termasuk ilmu penyakit dalam.
Beberapa kasus medikolegal yang sering ditemukan di bidang
spesialisasi ilmu penyakit dalam melibatkan penanganan
pasien secara berlebihan atau sebaliknya secara kurang
optimal. Keduanya dapat dipengaruhi oleh kurangnya
kompetensi seorang dokter dalam melakukan praktik klinis.
Hal ini menyadarkan saya bahwa seorang dokter sekiranya
perlu terus mengembangkan wawasan klinis yang dimilikinya,
sehingga penanganan pasien dapat dilakukan secara optimal.
Penanganan yang kurang optimal dalam bidang spesialisasi
penyakit dalam dapat pula dipengaruhi oleh jumlah pasien
yang
terlalu banyak sehingga dokter mengalami kelelahan.

26
Sekiranya seorang dokter perlu mengetahui batasan yang
dimilikinya dan tidak memaksakan diri dalam melakukan
praktik klinis agar tidak membahayakan pasien dan dirinya
sendiri.

Terlepas adanya penanganan optimal yang telah dilakukan


oleh seorang dokter secara medis, tidak tertutup kemungkinan
bahwa dokter tetap dapat mengalami tuntutan hukum. Hal ini
dapat terjadi karena adanya masalah komunikasi baik antara
dokter dengan pasien, maupun antar tenaga medis. Adanya
miskomunikasi dalam praktik klinis berpotensi menimbulkan
bahaya bagi pasien, dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dari hal ini saya belajar bahwa dokter perlu melatih
komunikasi efektif dalam praktik klinis sehari-hari. Selain itu,
saya menyadari bahwa kasus medikolegal dapat terjadi kepada
siapapun, sehingga penting bagi saya untuk mengetahui
hukum
kedokteran yang ada, khususnya yang berlaku di Indonesia.
Nobian Andre Sukiwan 2206096555 Dari modul filsafat dan hukum kedokteran, saya belajar
bahwa dunia medis erat kaitannya dengan dunia hukum dan
seorang dokter rentan terhadap berbagai tuntutan. Hal ini
disebabkan oleh pekerjaan profesi dokter yang berurusan
dengan insan manusia. Sebagai contoh, saya menemui dokter
spesialis penyakit dalam yang diidolakan oleh pasien-pasien
di saat saya bekerja sebagai dokter umum dulu. Saya terheran-
heran karena hampir semua pasien yang datang ke rumah sakit
meminta untuk dirawat oleh dokter internis tersebut. Beliau
berpesan kepada saya bahwa: ia bukanlah yang terpintar
namun ia selalu melayani pasien dengan tulus, mau
mendengarkan keinginan pasien, dan memberikan penjelasan
yang jelas sehingga saat ia gagal menyelamatkan nyawa
pasien, keluarga sudah mengerti dan tidak terjadi tuntutan
hukum.

Teknik komunikasi dan empati sering dilupakan di saat kita


terlalu berfokus kepada dunia ilmiah kedokteran. Padahal,
perlu diingat bahwa menghadapi manusia membutuhkan sisi
sosial dan humaniora. Seorang dokter spesialis penyakit
dalam perlu bersikap jujur kepada pasien, memberikan
pelayanan sesuai kebutuhan pasien, tidak memaksakan diri
dengan bekerja di berbagai rumah sakit (money-oriented) agar
dapat menjaga kesehatan dirinya sendiri sebelum menjaga
kesehatan orang lain (pasien). Dengan kesadaran tersebut,
27
seharusnya
kata-kata “malpraktik” bukanlah menjadi momok karena sejak

awal kita tidak memberikan alasan bagi orang lain untuk


menuduh sikap/tindakan kita sebagai dokter.
Nyoman Adhitya 2206096561 Sebagai seorang dokter yang sedang menjalankan pendidikan
Wicaksana sebagai PPDS IPD saya harus belajar banyak dari kasus - kasus
tuntutan pasien terhadap dokter. Saya sebagai seorang dokter
harus memahami etika profesi kedokteran, memegang teguh
sumpah dokter, serta mengasah ,menerapkan komunikasi yang
efektif kepada pasien dan keluarga pasien.

Sumber ketidakpuasan yang dialami oleh pasien dalam bidang


spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam bersumber dari kurangnya
komunikasi efektif dan tidak adanya / tidak patuh menjalankan
PPK dalam menjalankan praktik. Sebagai seorang dokter kita
harus menerapkan praktik klinis yang berbasis bukti ilmiah,
teradopsi dari Clinical Practical Guidelines, PNPK, maupun
studi yang relevan. Empati adalah kunci utama dalam
memberikan pelayanan kepada pasien, niscaya bila kita
memahami hukum kedokteran, kode etik, dan prinsip yang
telah disebutkan, kita dapat membentengi dan meminimalisir
risiko tuntutan pasien kepada kita.

28
Parida Oktama Putri 2206096574 Medikolegal memiliki fokus pada standar pelayanan maupun
operasional yang berkaitan di bidang hukum dan kedokteran.
Aspek dari medikolegal dan hukum kedokteran mengenai hak
dan kewajiban dokter/pasien dan jaminan bahwa pelayanan
medik yang diberikan kepada pasien tersebut memiliki mutu
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada beberapa
kasus, terdapat tindakan medis jika terjadi kesalahan namun
tidak dapat dijatuhi hukuman pidana yaitu tindakan medis
memiliki indikasi, tindakan tersebut sudah sesuai dalam
aturan dalam ilmu kedokteran dan mendapatkan persetujuan
dari pasien sebelum melalukan tindakan.

Pada kasus yang sudah dipaparkan sebelumnya, terdapat


beberapa hal yang tidak sesuai dengan medikolegal dan
hukum kedokteran yaitu terkait kewajiban dokter yang
seharusnya memeriksa pasien dan memberikan tatalaksana
yang sesuai dengan kondisi pasien, melakukan tindakan yang
dapat mengakibatkan luka-luka berat (melanggar hukum
pidana), menimbulkan ganti rugi akibat kelalaian atau
kesengajaan (melanggar hukum perdata) dan tindakan yang
tidak sesuai SOP atau Panduan Praktik Klinis (PPK) yaitu
melanggar hukum administratif sehingga pada kasus
terdapat
penyimpangan yang dilakukan oleh dokter kepada pasien

akibat kelalaian. Sehingga hal tersebut memberikan saya


pembelajaran yaitu harus selalu melakukan pemeriksaan
kepada pasien sehingga dapat memberikan tatalaksana yang
sesuai terhadap kondisi pasien dan dapat
mempertanggungjawabankan perbuatan saya. Selain itu
diperlukan sifat ketelitian dan kehati-hatian, melakukan
standar pelayanan sesuai dengan SOP yang berlaku,
melakukan pencatatan di rekam medis pada setiap tindakan
yang dilakukan, memberikan informed consent kepada pasien
dan keluarga dan selalu untuk berusaha meng-update ilmu
kedokteran yang selalu berkembang setiap harinya
Radityo Ali Murti 2206096580 Seorang dokter yang merupakan garda terdepan dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia tidak hanya perlu
mempelajari permasalahan medis klinis, tetapi juga
medikolegal. Adanya aturan disiplin dan hukum tidak
bertujuan untuk menyudutkan dokter, namun justru
melindungi hak hukum dokter. Selain itu, adanya peraturan
juga melindungi hak pasien terutama patient safety sehingga
pasien tidak ditempatkan pada posisi yang lebih lemah.
29
Berdasarkan uraian tugas di atas, Spesialis Ilmu Penyakit
Dalam merupakan cabang spesialisasi dengan kompetensi
kasus yang banyak, sehingga memiliki jumlah pasien yang
banyak pula. Semakin banyak interaksi dengan pasien,
semakin tinggi pula risiko mengalami masalah
etikomedikolegal. Pemahaman terhadap aturan-aturan di
sekitar tempat kerja merupakan hal yang krusial untuk
menjaga keselamatan dokter dan pasien. Kasus di atas
merupakan contoh kelalaian dari IPSG 1: identifikasi pasien
yang menyebabkan kejadian tidak diinginkan, dan berujung
ke masalah disiplin dan hukum perdata. Saya belajar bahwa
kasus di atas dapat dicegah dengan pemahaman terhadap
aturan-aturan yang berlaku di tempat kerja dan profesi.
Pengenalan mengenai filsafat dan hukum pada fase awal
pendidikan PPDS merupakan langkah yang tepat untuk
meningkatkan kesadaran PPDS terhadap aturan
hukum, manfaat, dan riisko tuntutan dalam kehidupan profesi.
Rahma Anindya 2206096593 Medikolegal beserta hukum kedokteran merupakan aspek
Prathitasari yang esensial dalam keselamatan pasien. Seorang dokter wajib
untuk selalu memperhatikan dan melakukan tindakan yang
tidak melanggar kedua aspek tersebut agar terbebas dari
tuntutan hukum. Sepanjang adanya pelayanan kedokteran di
Indonesia, sudah banyak kasus-kasus pelanggaran
medikolegal dan etika
kedokteran, termasuk kasus di bidang ilmu penyakit dalam,

30
yang dapat menjadi pembelajaran atau refleksi bagi kita agar
kasus serupa tidak terjadi lagi.

Seringkali dalam pelayanan sehari-hari, kita tergoda untuk


melakukan tindakan yang menguntungkan bagi diri kita tetapi
membahayakan keselamatan pasien. Pada saat-saat tersebut,
integritas kita diuji sehingga kita harus mengingat kewajiban
untuk mematuhi medikolegal dan hukum kedokteran. Kita
harus berusaha untuk menangani pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan dan standar operasional serta panduan praktik
klinis yang berlaku. Kewajiban kita juga termasuk melengkapi
rekam medis, memberikan edukasi dan informed consent,
serta mengembangkan ilmu dengan mengikuti pelatihan,
seminar, melakukan penelitian, dan sebagainya.
Penyimpangan dalam pelayanan kedokteran akan
mengakibatkan kerugian bagi pasien yang harus
dipertanggungjawabkan sesuai hukum yang dilanggar. Pada
akhirnya, kita harus mengingat sumpah dokter yang telah kita
ikrarkan. Keselamatan pasien menjadi
keutamaan kita dalam melakukan pelayanan kedokteran.
Rahmanandhika Swadari 2206096605 Dalam profesi kedokteran saat ini banyak aduan dan tuntutan
dari masyarakat serta penyimpangan yang dapat terjadi pada
seluruh tenaga kesehatan. Dalam perofesi kedokteran terdapat
eik kedokteran yang berfungsi untuk mengatur sikap dan
tindakan dokter agar dapat bersikap professional dan memiliki
kompetensi yang baik. Didalam undang-undang juga terdapat
tentang praktik kedokteran serta hak dan kewajiban dokter.
Peran etika kedokteran dan undang-undang ini untuk
melindungi pasien agar aman dan menerima tindakan sesuai
standar dam prosedur yang baik.
Adanya ilmu filsafat tentang hukum kedokteran ini, menjadi
bahan pembelajaran saya untuk mengetahui kemungkinan
kekeliruan yang sering terjadi atau yang jarang terjadi dalam
praktik kedokteran yang terkadang kesalahan itu tidak disadari
karena telah menjadi suatu hal yang biasa. Saya juga
mengetahui jenis masalah kesehatan terutama dari segi
pembiayaan seperti error, waste, abuse dan fraud.
Pembelajaran ini menjadi dasar saya untuk melakukan sesuatu
sesuai dengan etik kedokteran dan undang-undang yang
berkaitan dengan kesehatan sehingga dapat meminimalisir
risiko saya mendapat sengketa medik. Saya juga mempelajari
doktrin dalam dunia kedokteran yang membuat melihat
masalah secara sistematis dan cara berpikir seperti orang
hukum yang melihat suatu

31
masalah awalnya dari area abu-abu bukan hanya melihat dari

area hitam dan putih. Prinsip ini membuat saya menerapkan


prinsip prima facie dan setiap melakukan tindakan harus
melakukan informed consent agar terhindar dari sengketa
medis yang dapat terjadi kapanpun.
Reza Ferizal 2206096611 Praktik kedokteran merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh dokter dalam upaya pemenuhan kebutuhan
Kesehatan pasien. Meskipun dokter merupakan profesi yang
mulia, dimana mereka mendedikasikan dirinya untuk
kepentingan orang banyak, seorang dokter tidak dapat berbuat
sesuka hatinya. Layaknya profesi lain, profesi dokter juga
profesi yang tidak dapat dilepas dengan aturan hukum yang
berlaku. Aturan, norma, dan hukum ini yang menjadikan
dokter untuk selalu berbuat baik,berupaya meningkatkan
kemampuan dirinya, serta berupaya untuk tidak melakukan
perbuatan yang membahayakan pasien.

Semakin tinggi pendidikan seorang dokter, semakin tingi


kompetensi yang ia miliki. Peningkatan kompetensi tersebut
juga diiringi dengan peningkatan tanggung jawab yang besar.
Selama pendidikan untuk menjadi dokter spesialis, kami akan
banyak terpajan dengan ilmu-ilmu mengenai penyakit dalam.
Kita diajarkan untuk melakukan pemeriksaan yang tepat untuk
mendiagnosis penyakit pada pasien, serta memberikan
pengobatan yang efektif. Selain itu, kita juga diajarkan terkait
medikolegal dan hukum kedokteran, yang membuat kita tidak
melakukan pemeriksaan yang berlebihan maupun pengobatan
yang tidak perlu untuk pasien.

Saya merasa bahwa sebagai seorang dokter, aturan terkait


etika, disiplin, dan hukum kedokteran merupakan sesuatu
yang perlu dilakukan penyegaran. Dengan demikian, kita
dapat terhindar dari risiko melakukan sebuah pelanggaran.
Penanaman ilmu mengenai hukum kedokteran juga sangat
tepat jika diberikan selama masa pendidikan, karena pada saat
pendidikan lah seorang mahasiswa/dokter berkesempatan
untuk belajar, berdiskusi, agar kelak dapat menerapkan ilmu
yang telah
dipelajari selama pendidikan bahkan setelah lulus nanti.

32
Santosa Yanuar 2206096624 Dokter spesialis penyakit dalam adalah salah satu spesialisasi
yang bersifat generalis dengan target orang dewasa hingga
lanjut usia. Karena sifatnya itu, jumlah pasien dokter spesialis
penyakit dalam melampaui jumlah pasien spesialisasi lain.
Banyaknya jumlah pasien membuat spesialisasi ini rentan

mengalami overwork yang diketahui mampu mengaburkan


kemampuan dokter dalam mengambil keputusan.

Kasus dr. X, SpPD adalah kasus yang dapat ditemui dalam


kehidupan sehari-hari dan merupakan contoh kegagalan
proses identifikasi pasien yang menyebabkan kejadian tidak
diinginkan (KTD) dan berakhir dalam gugatan dari keluarga
pasien. Meskipun keadaan overwork tidak tersurat dalam
kasus ini, saya merasa sebagai PPDS Ilmu Penyakit Dalam,
saya harus melakukan segala cara untuk mencegah terjadinya
kesalahan identifikasi pasien dan melakukan proses SBAR-
TBAK dengan benar. Kemungkinan dr. X, SpPD melakukan
kesalahan identifikasi dapat berkurang jika dokter jaga IGD
melakukan SBAR dengan benar, terutama bagian R
(rekomendasi). Diharapkan rekomendasi tersebut akan
menimbulkan diskusi sebelum terapi diberikan kepada pasien
dan dalam diskusi tersebut dr. X, SpPD dapat menyadari
bahwa
pasien yang datang bukanlah pasien lamanya.
Tantika Andina 2206096630 Bagi saya, dokter spesialis penyakit dalam adalah profesi yang
menantang. Dokter spesialis penyakit dalam berisiko tinggi
untuk jatuh ke kasus hukum. Karena itu, selama masa
pendidikan saya harus belajar dan berlatih sebaik-baiknya
agar dapat menjadi dokter yang kompeten dan tidak jatuh ke
kasus hukum.

Selain itu, dokter penyakit dalam juga memiliki peluang yang


tinggi untuk melanggar disiplin kedokteran. Karena itu,
selama masa pendidikan saya harus membiasakan diri untuk
mengikuti aturan profesi. Dengan demikian, setelah lulus
saya tidak
terbiasa melanggar aturan profesi.

33
Vitya Chandika 2206096643 Menurut saya, profesi kedokteran adalah profesi yang rentan
terhadap berbagai permasalahan hukum, baik itu pidana,
perdata, maupun administratif. Terdapat 28 pelanggaran
disiplin kedokteran yang sering ditemukan dalam praktek
sehari-hari, namun tiga pelanggaran tersering antara lain
pelanggaran karena tidak kompeten, tidak merujuk ke dokter
yang kompetensinya sesuai dan mendelegasikan pada tenaga
kesehatan yang tidak kompeten. Dokter pada masa ini harus
lebih berhati-hati terhadap permasalahan hukum dikarenakan
kesadaran masyarakat akan penegakan hukum kedokteran
semakin tinggi.

Seorang dokter penyakit dalam, sama hal nya dengan profesi


dokter pada umumnya, rentan terhadap berbagai pelanggaran
disiplin hukum kedokteran. Bidang penyakit dalam
merupakan bidang yang sangat luas, mencakup berbagai
spektrum penyakit dengan jumlah pasien yang cukup banyak.
Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya berbagai
pelanggaran hukum kedokteran baik yang disengaja, maupun
yang tidak disengaja. Sebagai contoh, karena jumlah pasien
yang banyak, dokter spesialis penyakit dalam tidak
memberikan edukasi pasien secara komprehensif dan
memadai. Selain itu dokter penyakit dalam juga seringkali
menangani berbagai penyakit kompleks sehingga dalam
kondisi tertentu melakukan pemeriksaan yang berlebihan
untuk menyingkirkan berbagai
penyakit lain.

34
Wahyu Permatasari 2206096656 Dari uraian kasus diatas, kita dapat melihat bahwa dokter
spesialis tersebut tidak secara sengaja menyebabkan
perburukan kepada pasien yang dirawat. Namun, hal tersebut
diakibatkan kurangnya hati-hati terhadap informasi yang
didapat dari dokter jaga yang bertugas, sehingga terjadi
kesalahan identifikasi pasien yang berakibat salah terhadap
terapi yang diberikan. Padahal, kita ketahui bahwa identifikasi
pasien merupakan poin pertama dalam IPSG. Hal ini sangat
mungkin terjadi, terlebih pada spesialisasi penyakit dalam,
dengan jumlah pasien yang relatif banyak. Mengingat hal
tersebut, menjadikan saya bertekad untuk lebih jeli dan hati-
hati dalam mengidentifikasi pasien karena hal tersebut (baik
nama pasien sama, atau diagnosis sama) akan sangat mungkin
terjadi saat saya praktik kedepannya.

Selain itu, adanya pelanggaran terhadap disiplin dan hukum


kedokteran, khususnya di bidang Ilmu Penyakit Dalam,
membuat saya lebih berhati-hati terhadap tindakan dalam
menjalankan praktik kedokteran. Sebaiknya seorang dokter
memang memahami hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam
menjalankan praktik kedokteran dan selelu berusaha
menghindarinya. Hal ini dimaksudkan agar terjadinya praktik
kedokteran yang professional dan mulia. Praktik professional
yang aman bagi pasien maupun bagi tenaga kesehatan.

35
DAFT
AR
PUST
AKA

1. Hurt A. Internist to Pay $9.5 Million in Medicare, Medi-Cal Fraud


Scheme [Internet]. 2022 [cited 2022 Oct 26]. Available from:
https://www.medscape.com/viewarticle/975447
2. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Standar Kompetensi
Kedokteran Indonesia [Internet]. 2006 [cited 2022 Oct 26].
Available from:
http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_ma
ret_13.pdf
3. Indonesia KK. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 100
Tahun 2021. Vol. 451, Berita Negara Republik Indonesia. 2021.
4. Chang TI, Park H, Kim DW, Jeon EK, Rhee CM, Kalantar-Zadeh K,
et al. Polypharmacy, hospitalization, and mortality risk: a nationwide
cohort study. Scientific Reports. 2020;10.
5. Eriksen CU, Kyriakidis S, Christensen LD, Jacobsen R, Laursen J,
Christensen MB, et al. Medication-related experiences of patients
with polypharmacy: a systematic review of qualitative studies. BMJ
open. 2020;10:e036158.
6. Veronin MA. An Atypical Case of Extreme Polypharmacy.
Drug, Healthcare and Patient Safety. 2022;14:19–26.
7. Gultom I. Polifarmasi pada resep obat yang perlu anda ketahui
[Internet]. 2017 [cited 2022 Oct 26]. Available from:
https://www.kompasiana.com/irmina.gultom/5a0025f28dc3fa13da58
2033/yang-perlu- kamu-tahu-tentang-polifarmasi-pada-resep?
page=1&page_images=1
8. Patel RS, Bachu R, Adikey A, Malik M, Shah M. Factors related to
physician burnout and its consequences: A review. Behavioral
Sciences. 2018;8.
9. Indonesia CNN. Dokter spesialis RSUD Fakfak Papua Barat
mengundurkan diri [Internet]. 2021 [cited 2022 Oct 26]. Available
from: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210805112935-20-
676718/dokter-spesialis- rsud-fakfak-papua-barat-mengundurkan-diri
10. Purwadianto A. Peran Dan Tugas Mediko-Etikolegal Dewan
Pertimbangan Klinis. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan.
2017;15–6.
11. Health Insurance Portability and Accountability Act of 1996 | ASPE
[Internet]. [cited 2022 Oct 28]. Available from:
https://aspe.hhs.gov/reports/health-insurance-portability-
accountability-act-1996
12. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN.
4:1–12.
13. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT.

37
Tugas Puisi Kemerdekaan
MERAH PUTIH TERUSLAH BERKIBAR
Oleh: Danang Andi Raharjo (Magister IPD Juli 2022)

Merah Putih
Itulah Identitas Bendera Bangsa kita
Warna yang akan selalu kita hormati
Untuk mengingat perjuangan para Pahlawan pendahulu kita

Dahulu, para pahlawan berjuang menegakkan sang Merah Putih


Tetap tegak berkibar, di tengah serangan para penjajah
Yang ingin bangsa kita tetap dalam keterbelakangan
Dengan gagah berani dan tanpa pamrih
Para Pahlawan bangsa ,terus berjuang demi kemerdekaan Indonesia

Alhamdulillah, atas Rahmat Yang Maha Kuasa


Bangsa kita mampu merdeka dan mengusir para penjajah dari bumi pertiwi
Dan tujuh belas Agustus, menjadi hari dan tanggal yang selalu kita nanti
Untuk mengenang perjuangan para Pahlawan dalam menegakkan sang Merah Putih

Merah adalah darahku, putih adalah tulangku


Yang Bersatu dalam sanubari dan raga kita
Dahulu kala, perjuangan para pahlawan adalah melawan kekuatan asing
Dan kini, perjuangan kita adalah mempertahankan kemerdekaan bangsa ini

Perjuangan kita akan lebih sulit


Karena kadang, kita akan melawan sesama bangsa sendiri
Mencegah ancaman perpecahan diantara kita
Mencegah masuknya ideologi asing
Mencegah punahnya budaya bangsa kita

Dari Sabang sampai Merauke

38
Mari Bersama sama kita sebagai bangsa yang besar
Terus menegakkan kedaulatan kita
Terus Bersatu padu, hindari perpecahan
Karena Indonesia memang terdiri dari beragam suku, agama dan budaya
Tetap jadikanlah perbedaan sebagai kekayaan bangsa kita
Dan tetaplah saling toleransi dengan yang berbeda dengan kita

Dirgahayu Republik Indonesia


Teruslah berkibar sangsaka Merah Putih
Merdeka!!

PPDS FKUI ANGKATAN JULI 2022


Koordinator Umum : dr. Elizabeth Melina
Koordinator Prodi Ilmu Penyakit Dalam : dr. Adam Prabata

Bagian dari MKDU Filsafat Ilmu


Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM, S.H., M.Si, SpF(K)

39
Tugas Mandiri FIP-6
TUGAS MANDIRI KULIAH FILSAFAT
“ETIKA KEDOKTERAN INDONESIA”
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si., SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Senin/22 Agustus 2022/Pkl 09.30-11.50

1) Mengapa desain KODEKI 2012 yang masih berlaku berbeda dari kode etik
sebelumnya?
Jawaban:
Karena Dalam Menyusun KODEKI 2012, IDI selalu senantiasa menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika zaman. KODEKI 2012
disusun dengan berdasarkan saran-saran juga dari tenaga ahli lainnya, untuk para
Dokter umum maupun spesialis nantinya mampu menjunjung tinggi nilai etika Dalam
setiap praktek, Tindakan maupun komunikasi yang baik dengan pasien. Nilai etika
akan selalu menjadi lambing keluhuran profesi dokter, dengan tetap mengedepankan
prinsip hak hak pasien juga seperti autonomi, beneficience, non malefecience dan
justice. Sehingga dengan penyempurnaan Dalam KODEKI 2012, diharapkan
hubungan antara dokter-pasien akan semakin baik, hubungan kesejawatan diantara
dokter juga semakin lancer Dalam berkomunikasi dan memberikan pelayanan yang
paripurna kepada pasien.

2) Sebutkan 3 jenis pelanggaran pasal tersering KODEKI dari kasus spesialisasi


teman sejawat!
Jawaban:
Pelanggaran yang sering terjadi dari kasus spesialisasi teman sejawat adalah
1. Celetukan menjelekkan teman sejawat
Secara tidak sengaja ,kita sebagai dokter menjelekkan terapi ataupun penanganan
dari teman sejawat kita saat menerima pasien yang dating untuk mencari pendapat
kedua. Kalaupun sesuatu yang dilakukan teman sejawat kita masih belum tepat,
sebaiknya kita tidak membukanya di depan pasien maupun keluarga.

40
2. Terlalu lama menahan pasien yang seharusnya kita rujuk ke sejawat yang lebih
kompeten
Sebagai seorang dokter tentunya kita memiliki jenjang kompetensi masing-
masing. Tidak semuanya pasien mampu kita tangani secara komprehensif dan
paripurna. Dan dalam praktek di lapangan, masih sering ditemukan kasus dari
pasien yang terlambat untuk dirujuk ke dokter spesialis dari dokter umum.
3. Bekerjasama dengan bagian farmasi untuk memberikan obat sesuai permintaan
pihak farmasi
Dalam prakteknya, sering ditemukan jika dokter tidak independent ataupun
mendapat intervensi dalam memberikan terapi dikarenakan adanya pesanan dari
pihak farmasi untuk memakai obat yang ditentukan.

3) Bagaimana cara mencegah terjadinya kehinaan profesi dari ketiga pelanggaran


pasal tersebut?
Jawaban:

Untuk mencegah pelanggaran kesatu(celetukkan menjelakkan teman sejawat), sebagai


dokter kita harus selalu ingat dengan sumpah kedokteran, bahwa kita akan
memperlakukan teman sejawat sebagai saudara kandung. Jadi apapun kondisinya,
sebagai dokter harus selalu menjunjung tinggi martabat sejawatnya dan tidak
sembarangan mengeluarkan pendapat yang bisa saja ditangkap dengan salah oleh
pasien.

Kemudian untuk pelanggaran kedua(terlalu lama menahan pasien yang perlu dirujuk),
sebagai dokter kita harus senantiasa meningkatkan keilmuan kita agar dapat
menangani pasien lebih baik. Dan kemudian tetap harus kita ingat sebagai dokter kita
juga memiliki keterbatasan Dalam hal kompetensi. Jika menemukan kasus pasien
yang memerlukan rujukan segera ke sejawat yang memiliki kompetensi lebih tinggi
dari kita maka sebaiknya secepatnya kita melakukan rujukan.

Untuk pelanggaran ketiga(bekerjasama dengan Farmasi untuk memberikan obat),


sebagai dokter kita hendaknya tetap mengingat sunpah dokter untuk selalu
memberikan pertolongan kepada pasien sesuai kompetensi yang kita punya. Jadi jika
memang obat yang dibutuhkan pasien tidak sesuai, sebaiknya kita tidak memberikan.
Kemudian juga Dalam memberikan terapi ke pasien, kita selalu pertimbangkan

41
kemampuan ekonomi pasien, jika memang pasien tidak mampu sebaiknya kita tidak
memberatkan pasien dengan memberikan obat/terapi yang mahal kepada pasien, kita
dapat menggantinya sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pasien.

4) Bagaimana menambah potensi peran teman sejawat kepada Dewan Pembina


Etika Perhimpunan Dokter Spesialis masing-masing terkait perbaikan etika
kesejawatan & accretion KODEKI berdasarkan WMA (World Medical
Association) Code of Ethics?
Jawaban:
Sebagai seorang Dokter ,selain sebagai klinisi kita juga jika memungkinkan
untuk aktif dalam organisasi, Dalam hal ini adalah IDI sebagai wadahb aspirasi kita.
Selain itu di bawah IDI juga banyak terdapat perkumpulan/perhimpunan sesuai
bidang keseminatan masing-masing. Dalam hal ini sebagai dokter, kita wajib berperan
aktif dalam memberikan masukan-masukan, ataupun saling berkomunikasi dan
mengingatkan antar sesame sejawat. Dan momen seperti pelatihan-pelatihan atapun
seminar dapat menjadi ajang untuk saling bertemu dan bertukar pikiran sekaligus
meningkatkan ilmu dan pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan terbaru.
Dengan menjalankan hal-hal ini,diharapkan hubungan antar sesame sejawat akan
makin erat lagi dan etika dokter kepada pasien maupun sejawat akan semakin baik ke
depannya.

42
Tugas Makalah Lintas Prodi: Pendidikan Kedokteran Spesialis Terintegrasi
Dengan Ilmu Kesehatan Konvensional Dan Tradisional Dalam Mengatasi Pasca
Pandemi Covid-19
Lampirkan makalah tugas Prof. Erni dari halaman judul sampai selesai

TUGAS MODUL FILSAFAT


Pendidikan Kedokteran Spesialis
Terintegrasi pada Pasca Pandemi
COVID-19 Ditinjau dari Kedokteran
Konvensional maupun Tradisional

Oleh Kelompok 15:


Shierly Novitawati Sitanaya Neurologi 2206097116
Yesti Angelia Setyani Rapri Neurologi 2206097135
Valerie Adriani Sutanto Neurologi 2206097122
Michael Sie Shun Ling Dermatologi dan Venereologi 2206097311
Ratu Siti Khadijah Sarah Dermatologi dan Venereologi 2206097324
Magna Fitriani Dermatologi dan Venereologi 2206097305
Rika Maulida Ilmu Kesehatan Anak 2206096813
Sutria Nirda Syati Ilmu Kesehatan Anak 2206096826
Wahyu Permatasari Ilmu Penyakit Dalam 2206096656
Danang Andi Raharjo Ilmu Penyakit Dalam 2106763751
Muhammad Abror Rizani Fahmi Kedokteran Okupasi 2206098560
Raden Ganang Ibnusantosa Kedokteran Okupasi 2206098586
Amiradyta Mahartiza Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi 2206098195
Christian Chandra Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi 2206098200
Gupita Widyadhari Patologi Anatomik 2206097904
Vhandy Ramadhan Orthopaedi dan Traumatologi 2206098043
Bagus Ronidipta Pradana Bedah Toraks dan Kardiovaskular 2206098623
Andreas Esa Bedah Toraks dan Kardiovaskular 2206098610

Oktober 2022

43
44
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada Prof. Dr. dr. Erni
Hernawati Purwaningsih, M.S. yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
Kami membuat makalah ini dalam rangka memenuhi tugas modul Filsafat Ilmu
Pengetahuan dan Etika Profesi dalam Pendidikan Dokter Spesialis FKUI. Makalah ini
menjelaskan tentang pendidikan kedokteran pasca pandemi COVID-19 ditinjau dari
kedokteran konvensional dan tradisional. Kami menyadari bahwa makalah kami masih
memiliki kesalahan sehingga kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang diberikan.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.

Hormat Kami,

Tim Penulis

45
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6
2.1. Pendidikan Dokter Spesialis............................................................................................6
2.2. Pendidikan Kedokteran Ditinjau dari Empat Landasan Pohon Keilmuan......................7
2.2.1. Landasan Filosofis....................................................................................................7
2.2.2. Landasan Sosiologis.................................................................................................8
2.2.3. Landasan Budaya......................................................................................................9
2.2.4. Landasan Substantif................................................................................................10
2.3. Kedokteran Konvensional.............................................................................................11
2.4. Ilmu Kesehatan Tradisional...........................................................................................13
2.4. Pandemi COVID-19......................................................................................................14
2.5. Merdeka Belajar............................................................................................................15
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................17
3.1. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Filosofis............17
3.2. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Sosiologis..........18
3.3. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Budaya..............19
3.4. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Substantif..........22
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................................25
REFERENSI...........................................................................................................................26

46
BAB I

PENDAHULUAN

Pandemi merupakan suatu kejadian luar biasa yang menyebar di wilayah yang sangat
luas dan mempengaruhi sejumlah besar populasi.1 Beberapa pandemi yang pernah terjadi di
dunia antara lain adalah black death pada tahun 1340, wabah cacar pada abad ke-18, dan flu
Spanyol pada abad ke-20. Beberapa kasus pandemi sebelumnya memiliki efek tidak hanya
pada kesehatan, tetapi juga memiliki efek pada kehidupan masyarakat.2
Pada tahun 2019 terjadi wabah pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.
Wabah tersebut kemudian menyebar dengan sangat cepat hingga ke negara lain hingga pada
akhirnya pada bulan Maret 2020 WHO menyatakan bahwa dunia sedang menghadapi suatu
pandemi. Pandemi tersebut dikenal sebagai Corona Virus Infectious Disease 2019 atau
COVID-19.3 Pada bulan Maret 2020, untuk pertama kalinya kasus COVID-19 terkonfirmasi
berada di Indonesia. Kasus tersebut meningkat dan mencapai 31.024 kasus pada bulan Mei
2020.4 COVID-19 semakin berkembang hingga mencapai puncaknya pada bulan Juli 2021
dengan 56.757 kasus terkonfirmasi per hari. Setelah periode tersebut, kasus COVID-19
kembali memuncak pada bulan Februari 2022 dengan 64.718 kasus terkonfirmasi per hari. 5
Jumlah tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara dengan
kasus positif COVID-19 terbanyak.3 Sama seperti pandemi sebelum ini, pandemi COVID-19
juga memberikan efek yang amat besar pada masyarakat. Efek yang ditimbulkan sangat luas,
tidak hanya pada kesehatan tetapi juga pada kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, dll.2,3,5,6
Saat ini, perkembangan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia sudah
menurun semenjak puncaknya pada bulan Februari 2022. Meskipun perkembangan kasus
sempat kembali naik pada periode bulan Juli-Agustus 2022, angka tersebut kembali menurun
di bulan September 2022. Berkaca pada hal tersebut, Pemerintah Indonesia merencanakan
untuk mengubah status pandemi menjadi endemi. Penurunan status pandemi bukan berarti
menyelesaikan permasalahan yang sudah ada. Indonesia tetap akan menghadapi
permasalahan yang diakibatkan oleh pandemi ini.7,8
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) adalah sebuah program yang bertujuan
untuk menghasilkan Dokter Spesialis-1 yang memiliki kemampuan dalam memberikan
pelayanan spesialistik dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni
yang bersifat spesialistik di bidang profesinya.9 Pada tahun 2021, terdapat 16 universitas yang
menyelenggarakan PPDS di Indonesia.10 Proses pembelajaran di universitas pelaksana PPDS
mengikuti kebijakan merdeka belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Salah satu kebijakan merdeka belajar tersebut adalah memberikan
kebebasan pada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar program studinya. 11
Kebebasan ini membuat seorang mahasiswa PPDS dapat mendalami ilmu kedokteran
konvensional maupun kesehatan tradisional.
Mahasiswa PPDS adalah seorang dokter umum dan diharapkan dapat berperan dalam
menghadapi situasi pasca pandemi COVID-19 baik secara kedokteran konvensional maupun
kesehatan tradisional. Berdasar atas pemaparan di atas, kami melakukan analisis terintegrasi
berdasarkan keempat landasan penyusunan pohon keilmuan mengenai pendidikan dokter

47
spesialis terintegrasi dalam mengatasi pasca pandemi COVID-19 secara kedokteran
konvensional maupun kesehatan tradisional berdasarkan merdeka belajar.

48
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendidikan Dokter Spesialis


Masyarakat Indonesia telah lama menggunakan cara pengobatan tradisional dengan
yang diturunkan dari generasi ke generasi. Pengobatan tradisional yang digunakan
mengandung unsur gaib dan spiritual, serta unsur ramuan herbal yang berasal dari tanaman
seperti daun, akar, dan kulit kayu. Pengobatan tradisional juga mengusung unsur fisik dengan
metode pijat atau yang biasa disebut urut. Metode pijat ini biasa digunakan untuk mengobati
patah tulang, lemah otot, dan lainnya. Pengobatan dengan ramuan herbal masih digunakan
hingga saat ini, baik di pedesaan maupun perkotaan. Selain ramuan tradisional, obat dari
China dan India juga digunakan.12
Ilmu kedokteran dari Eropa dibawa oleh Belanda pada saat menjajah Indonesia.
Belanda membawa dokter dari Eropa untuk membantu angkatan militer Belanda serta
pegawai pemerintahan mereka. Pada saat terjadi wabah cacar di Indonesia, Belanda
mengumpulkan tenaga pembantu untuk melakukan vaksinasi cacar, yang kemudian disebut
“Dokter Djawa School” atau Sekolah Dokter Jawa. Dokter Jawa, disebut juga “vaccinateur”
atau juru cacar, dididik untuk mengobati orang sakit.12
Pada 2 Januari 1849, diterbitkan Keputusan Gubernemen Batavia oleh pemerintah
Hindia Belanda No. 22 tentang Pendidikan Kedokteran di Indonesia.2 Pendidikan kedokteran
pada mulanya diselenggarakan di Rumah Sakit Militer yang saat ini menjadi Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat. Pada tahun 1851, Dr. W. Bosch dibawah pimpinan Dr. P. Bleeker
mendirikan sekolah bagi pemuda yang akan menjadi “Dokter Jawa” selama dua tahun untuk
membantu dokter, memberi pengobatan, serta vaksinasi cacar. Sekolah tersebut kemudian
ditingkatkan oleh Surat Keputusan Gubernemen Batavia, pemerintah Hindia Belanda No. 10.
Masa pendidikan saat itu adalah tiga tahun. Pada tahun 1856, pemuda pribumi banyak mulai
diterima di sekolah tersebut. Seluruh calon murid merupakan lulusan Sekolah Dasar Belanda.
Masa pendidikan sekolah kemudian diperpanjang menjadi tiga tahun pada tahun 1864, dan
tujuh tahun pada tahun 1875. Tujuh tahun pendidikan terdiri dari lima tahun kedokteran dan
dua tahun persiapan. Bahasa pendidikan yang digunakan adalah Bahasa Belanda sebagai
pengantar. Pada tahun 1881, bagian persiapan diperpanjang menjadi tiga tahun. Pada tahun
1902, seluruh pendidikan menjadi Sembilan tahun yang terdiri atas enam tahun kedokteran
dan tiga tahun persiapan. Nama sekolah diubah menjadi STOVIA, setelah 20 tahun, yang
merupakan singkatan dari School tot Opleiding van Inlandsch Arts yang artinya Dokter
Bumiputera. Sebelas tahun kemudian, Belanda membuka sekolah kedokteran di Surabaya
yang dinamakan NIAS, yaitu singkatan dari Nederlandsch Indische Artsen School. Masa
pendidikan dokter juga diperpanjang menjadi sepuluh tahun. Pelajar tidak hanya dari bangsa
Indonesia, tetapi juga bangsa lain.12,13
Mulai tahun 1924, siswa yang diterima merupakan lulusan sekolah lanjutan pertama
yang disebut MULO, singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs. Lama pendidikan

49
dipersingkat menjadi delapan tahun. Tahun 1928, NIAS kembali memperpanjang masa
pendidikan menjadi sembilan tahun. Sekolah tinggi kedokteran atau Geneeskundige
Hoogeschool kemudian didirikan untuk mengganti STOVIA pada tahun 1927. STOVIA
hanya menyelesaikan pendidikan siswanya hingga tahun 1934 dan tidak menerima
mahasiswa baru lagi. Sekolah Tinggi Kedokteran memiliki masa pendidikan tujuh tahun
setelah Sekolah Lanjutan Atas (AMS atau Sekolah Menengah Belanda (HBS) nilai ijazah
disamakan dengan fakultas kedokteran di Belanda.12
Kesempatan melanjutkan pendidikan di Belanda untuk mahasiswa STOVIA, yang
merupakan hasil perjuangan Dr. Abdul Rivai pada tahun 1904, digunakan pertama kali oleh
Dr. Asmaoen dan disusul oleh Dr. Abdul Rivai. Namun kesempatan ini tidak berlangsung
lama, hanya 4 tahun setelahnya, kesempatan tersebut ditutup dan dilakukan usaha
menurunkan pendidikan di STOVIA, serta reorganisasi Jawatan Kesehatan Sipil oleh
Belanda.12
Pada tahun 1927, akhirnya berhasil didirikan Perguruan Tinggi Kedokteran di
Salemba yang diprakarsai Dr. Abdul Rivai pada sidang Volksraad pada tahun 1918. Pada
tahun 1953, Pendidikan Kedokteran Indonesia pertama kali bekerja sama dengan ahli ilmu
kedokteran dunia, yaitu WHO. Sejak itu, tercipta program kerja sama lainnya dengan negara
luar. Fakultas kedokteran di Indonesia meningkat dengan pesebaran di berbagai wilayah di
Indonesia seperti Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Jawa.12
Pendidikan di Indonesia tahun 1981 diselenggarakan berdasarkan kurikulum
pendidikan kedokteran di Indonesia (KIPDI). Sejak saat itu, kurikulum selalu diperbaharui
hingga saat ini kurikulum yang berjalan adalah KIPDI IV yang berdasarkan pendidikan
berbasis kompetensi.13
Dokter spesialis adalah dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan
spesialis yang merupakan jenjang lanjut pendidikan dokter. Pendidikan dokter, dokter
spesialis dan dokter subspesialis (spesialis konsultan) adalah pendidikan berbasis akademik
dan profesi. Pendidikan dokter spesialis adalah jenjang lanjut pendidikan dokter. Pendidikan
dokter spesialis konsultan merupakan jenjang lanjut pendidikan dokter spesialis.14

2.2. Pendidikan Kedokteran Ditinjau dari Empat Landasan Pohon Keilmuan


2.2.1. Landasan Filosofis
Filosofi ilmu kedokteran berkembang di berbagai tempat. Dokter di masa dulu, apapun
sebutannya, merupakan profesi yang mempunyai kedudukan tinggi di masyarakat, karena
masyarakat tidak mampu menolong dirinya sendiri jika sakit dan membutuhkan pertolongan
dari yang ahli. Maka dari itu, profesi dokter masih dilihat sebagai profesi yang mulia dan
terhormat. Ilmu kedokteran semakin berkembang dan semakin lama dokter tidak bekerja
sendiri namun juga terdapat tim di baliknya, yakni perawat, jajaran administrasi rumah sakit,
farmasi, sampai cleaning service yang dapat membersihkan seluruh fasilitas. Semakin
berkembangnya ilmu kedokteran maka semakin kita mengacu pada pengobatan berbasis bukti
dari penelitian-penelitian yang ada, meski tetap dibarengi dengan seni kedokteran. Filosofi

50
pendidikan ilmu kedokteran mengutamakan ilmu pengetahuan calon peserta didik yang lolos
dalam seleksi akademis serta psikologis. Hasil dari seleksi ini mengharapkan kelulusan
dokter nantinya dapat menjadi dokter yang dapat memiliki kemampuan mengobati dengan
baik dan benar serta integritas tinggi dan memiliki nilai humanis sehingga dapat berempati
kepada pasien.
Program pendidikan yang memiliki sistem terstruktur diperlukan agar kompetensi dokter
di Indonesia meningkat, salah satunya adalah kebutuhan rumah sakit. Rumah sakit memiliki
fungsi sebagai sarana pengobatan, pendidikan, dan penelitian bagi tenaga kesehatan.
Landasan filosofis pendidikan kedokteran bersifat inklusif yakni terbuka untuk seluruh
masyarakat dan bertumpu pada kebenaran universal, yakni referensi ilmu yang dokter miliki
sama di seluruh dunia. Standar pendidikan kedokteran di Indonesia diharapkan sama di
seluruh penjuru bangsa. Pendidikan kedokteran diharapkan dapat membuat bangsa Indonesia
semakin utuh dan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
Secara filosofis terdapat empat pilar ilmu kedokteran. Pertama adalah ilmu biomedik,
yakni mencari penemuan baru untuk perkembangan ilmu kedokteran. Pilar kedua adalah
klinis/spesialistis menyatukan pendidikan, penelitian, ilmu masyarakat, terapi klinis dan
prognosis sebagai upaya penyembuhan dan kenyamanan untuk pasien. Pilar ketiga adalah
kedokteran komunitas dengan tujuan efektivitas dan efisiensi program kesehatan masyarakat
agar dapat berperilaku hidup sehat untuk mencegah penyakit. Pilar keempat dan terakhir
adalah bioetika dan humaniora kesehatan. Hal ini sangat perlu ditanamkan di dalam dunia
kedokteran agar selain menjunjung ilmu tinggi, dokter yang nantinya lulus diharapkan dapat
memiliki empati tinggi, mencetak pemimpin di masa depan, dan mampu menjadi dokter yang
presisi, prediktif, preventif, dan partisipatoris.
2.2.2. Landasan Sosiologis
Mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah hak asasi seluruh masyarakat
Indonesia. Kualitas dan mutu pendidikan kedokteran di Indonesia perlu untuk terus
dikembangkan agar dokter dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Peraturan
dalam dunia pendidikan kedokteran maupun saat praktek dibututuhkan agar ada standar baku
dalam menjalankan pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pendidikan kedokteran harus
mampu dijangkau secara merata oleh seluruh penduduk Indonesia, karena saat ini masih ada
kesenjangan terkait pendanaan kuliah pendidikan kedokteran yang dianggap mahal, sehingga
dianggap menempuh kuliah kedokteran hanya untuk orang kalangan atas saja. Pada akhirnya
masyarakat akan berfikir untuk berobat ke dokter memerlukan biaya mahal dan
mengurungkan niat untuk berobat atau mencari pengobatan alternatif. Kemajuan dalam
bidang teknologi dan informasi juga membuat pasien lebih memiliki kemampuan dalam
diagnosis dan terapi sehingga merasa mampu mengobati diri sendiri tanpa perlu ke dokter.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut, pendidikan kedokteran perlu dibentuk secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Pendidikan kedokteran pada dasarnya memiliki dasar elemen masyarakat namun dapat
berubah menjadi yakni elemen kepentingan pribadi. Apabila pendidikan kedokteran sudah
masuk ke dalam kepentingan pribadi, orientasi dokter setelah lulus bisa berubah dan hal ini
dapat membuat masyarakat menjadi tidak berdaya untuk berobat ke dokter. Peran pemerintah

51
disini penting dalam pendidikan kedokteran agar nilai sosial tetap terjaga. Akan tetapi harus
diingat bahwa aturan pemerintah jangan sampai menghalangi perkembangan ilmu
pengetahuan kedokteran serta keminatan masyarakat, sehingga fakultas kedokteran yang
dibuka oleh swasta tetap dapat berjalan dan demand dokter untuk seluruh wilayah Indonesia
tetap dapat terpenuhi. Hubungan antara pemerintah dengan petinggi pendidikan memiliki
kecenderungan untuk menyerahkan pendidikan kedokteran ke dalam kehidupan sipil.
2.2.3. Landasan Budaya
Budaya merupakan hal-hal yang yang diturunkan atau dibagikan secara turun temurun
yang didapat oleh sekompok orang dapat berupa cara hidup, aturan dalam kelompok,
kepercayaan, pengetahuan atau bahkan hal-hal tertentu seperti kebiasaan dalam suatu
kelompok.15 Budaya memiliki peran yang penting dalam kehidupan seseorang sebab banyak
sekali hal dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang budaya
seseorang, dimana salah satunya dapat berupa pendidikan. Pendidikan sendiri sebenarnya
dapat mempengaruhi budaya dan sebaliknya budaya dapat mempengaruhi seseorang untuk
meningkatkan suatu pendidikan; kedua hal ini tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi
satu sama lain.16
Latar belakang budaya memiliki pengaruh dalam kehidupan pendidikan kedokteran
dimana dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan, kepercayaan,
sikap, dan praktik-praktik dalam belajar, cara berbagi atau mentransfer ilmu kepada pelajar
lainnya semuanya ini dipengaruhi oleh latar belakang budaya seseorang. Penerapan
kebudayaan dalam konteks dunia kesehatan juga turut membantu peserta didik dalam
berinteraksi dengan pasien, dengan memahami topik-topik budaya yang relevan, mengenal
cara pendekatan yang baik, atau bahkan dapat mengenal bahasa daerah pasien yang
diperiksa.17 Oleh sebab itu, dapat kita ketahui di tingkat pendidikan kedokteran bahwa budaya
memiliki peran dalam menentukan suatu sikap atau cara peserta didik dalam menghadapi
suatu situasi.
Di Indonesia sendiri dipengaruhi berbagai aneka ragam budaya baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri juga turut memberikan pengaruh yang bervariasi dalam dunia
pendidikan. Dimana salah satunya pengaruh yang cukup berdampak kepada kebudayaan
Indonesia selain dari kultur dalam negeri, adalah berasal dari Barat. Dimana prinsip
kebudayaan barat biasanya memiliki ciri-ciri materialism, individualism, egoism, dan
intelektualisme. Walau negara kita tidak sepenuhnya menganut kebudayaan barat namun
sedikit banyak kebudayaan kita sudah mulai dipengaruhi. Selain itu, ditengah majunya
perkembangan zaman, tekonologi-teknologi terbarukan, dan meningkatnya ekonomi
masyarakat juga turut membentuk nilai kebudayaan. Namun nilai kebudayaan yang demikian
biasanya memiliki nilai yang bertentangan dengan kebudayaan yang berkaitan dengan
keagamaan dan seni.18 Di tengah interaksi berbagai variasi budaya ini tentu juga memiliki
pengaruh terhadap standar pendidikan kedokteran antara satu tempat dan tempat yang
lainnya. Oleh sebab itu, agar dapat menghasilkan dokter yang dapat diterima oleh seluruh
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka ditetapkan suatu Standar Kompetensi Dokter
Indonesia guna sebagai acuan untuk menyelaraskan seluruh pendidikan kedokteran di
Indonesia. Dimana didalam SKDI ini peserta diminta untuk dapat memenuhi berbagai area

52
kompetensi, dimana secara singkat kompetensi ini mencakup nilai-nilai yang berprinsip pada
ke-Tuhan-an yang Maha Esa, memiliki moral, etika, disiplin, taat hukum, mempunyai
wawasan sosial budaya, dan memiliki perilaku yang profesional yang semuanya ini selaras
dengan prinsip kebudayaan bangsa Indonesia.14
2.2.4. Landasan Substantif

Landasan substantif merupakan salah satu landasan yang turut berpengaruh dalam
pendidikan kedokteran di Indonesia. Dimana landasan substantif ini dibutuhkan sebagai dasar
perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Pada landasan substantif ini melingkupi
tentang standar kompentesi, standar profesi, visi, misi, serta tujuan dalam kegiatan
pendidikan kedokteran.19
Pendidikan kedokteran Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang berdasar pada Undang-
Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran memiliki kewenangan untuk
mensahkan Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Selain itu
peran besar dari KKI, dalam proses penyusunan Standar Kompetensi Dokter Indonesia ini
juga melibatkan organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Asosisasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia (AIPKI), Kolegium, dan Kementerian Kesehatan RI. Standar-standar
ini merupakan penguatan dan pengembangan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran serta dikaji sedimikian teratur guna dapat menjadi suatu acuan untuk
penjamin mutu pendidikan kedokteran. Selain itu, standar-standar ini juga diharapkan dapat
menjawab kebutuhan masyarakat terhadap penjaminan mutu pendidikan kedokteran sebagai
bagian terawal dari tercapainya patient safety dalam penyelenggaraan praktik kedokteran.14
Pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdapat area kompetensi seorang dokter
yang terdiri dari tiga pondasi dan empat pilar kompetensi. Tiga pondasi pertama terdiri atas
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, dan komunikasi yang efektif.
Profesionalitas yang luhur berarti mampu melaksanakan praktik kedokteran yang
professional sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum,
dan sosial budaya. Pada pondasi mawas diri dan pengembangan diri memiliki pengertian
dimana mampu melaksanakan praktik kedokteran dengan menyadari keterbatasan, mampu
mengikuti peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan, dan mampu mengembangkan
pengetahuan-pengetahuan baru. Berikutnya adalah komunikasi efektif dimana seorang dokter
mampu menggali dan bertukar informasi baik secara verbal maupun nonverbal dengan
pasien, mitra kerja, dan masyarakat. Selain ketiga pondasi diatas, terdapat empat pilar
kompetensi yang turut membangun suatu kompentesi seorang dokter, dimana keempat pilar
ini adalah pengelolaan informasi, landasarn ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan
pengelolaan masalah kesehatan.14
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran disebutkan bahwa tujuan dalam pendidikan kedokteran adalah untuk
menghasilkan dokter dan dokter gigi yang “berbudi luhur, bermartabat, bermutu,
berkompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, professional, berorientasi
pada keselamatan pasien, bertanggung jawab, bermoral, humanistis, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan berjiwa sosial tinggi.“ Selain

53
itu, tujuan pendidikan kedokteran juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dokter dan
dokter gigi di Indonesia serta guna meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi.20
Selain dari standar serta tujuan, landasan substantif juga dapat merupakan suatu visi dan
misi. Pada pendidikan Fakultas Kedokteran UI yang merupakan institusi pendidikan tinggi
ilmu kedokteran yang beriorientasi pada sistem kedokteran berbasis penelitian untuk
kemanusiaan memiliki visi dan misi yang secara singkat visinya ingin menjadikan FKUI
sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya yang dapat bersaing hingga
ke tingkat global, sedangkan untuk misinya ingin menyediakan akses untuk pendidikan,
penelitian dan pengabdian, menciptakan lulusan terbaik, membuat suasana lebih akademis,
dan menyelenggarakan sistem kesehatan akademik. Dengan visi dan misi yang jelas
diharapakan mampu menjadi acuan yang kuat untuk mencapai keadaan pendidikan
kedokteran yang dikehendaki.21

2.3. Kedokteran Konvensional

Terdapat dua model kedokteran yaitu model kedokteran konvensional (mekanistik)


dan model kedokteran vibrasional (vitalistik). Kedokteran konvensional, yang masih menjadi
pelayanan utama di Indonesia, memiliki beberapa ciri khas, yaitu didasarkan pada fisika
dasar, empirik, memandang tubuh sebagai biomesin, memandang otak sebagai biokomputer
dengan kesadaran sebagai produk dari aktivitas listrik otak. Pada model ini, emosi dianggap
mempengaruhi penyakit melalui koneksi neurohormonal antara otak dan tubuh, terapi dengan
obat dan bedah bertujuan memfiksasi biomekanisme abnormal dalam tubuh fisik. 19
Perbedaannya dengan model kedokteran vibrasional (vitalistik), ialah didasarkan pada fisika
Einstein dan kuantum yang terus berubah, memandang tubuh sebagai sistem energi dinamis,
otak dan ruh adalah sumber sesungguhnya dari kesadaran (operator sesungguhnya yang
menjalankan otak/biokomputer), emosi dan ruh (spirit) dapat mempengaruhi penyakit melalui
koneksi energi dan neurohormonal antara tubuh, pikiran, dan ruh, terapi dengan berbagai
bentuk frekuensi energi bertujuan menyeimbangkan kembali tubuh, pikiran, dan ruh.
Di samping itu ada pengobatan tradisional (holistik) yang memiliki sifat mengobati
keseluruhan diri pasien dengan melihat pola dan penyebab dengan intervensi minimal yang
mengkombinasikan berbagai teknologi noninvasif seperti diet, suplemen makanan, olah raga,
perubahan perilaku atau bahan alam yang bertumpu pada informasi kualitatif, seperti
pernyataan dan sikap pasien, perasaan pasien, persepsi pasien atau testimoni. Dalam aspek
sosiokultural dari sistem pelayanan kesehatan dan rumah sakit sebagai sebuah institusi sosial,
salah satu masalah yang kerapkali timbul adalah disintegrasi pendekatan praktik kesehatan
tradisional dan modern (konvensional).1,2 Kedua praktik kesehatan tersebut seringkali
dianggap sama walaupun kenyatannya berbeda. Kedokteran konvensional berfilosofi
materialistik dan reduksionistik sedangkan filosofi pengobatan tradisional adalah holistik dan
sibernetik19,22
Kedokteran konvensional saat ini diintegrasikan dengan pendekatan budaya agar
kedokteran tradisional dapat berperan serta pada kesehatan masyarakat yang lebih baik.

54
Dokter harus bersikap terbuka dan menyadari pengobatan tradisional yang menggunakan
metode khas atau memanfaatkan sumber daya alam Indonesia merupakan salah satu
kekayaan budaya Indonesia. Untuk mendukung penerapan hal ini maka dokter perlu
berkoordinasi dengan tenaga kesehatan tradisional dengan melakukan proses supervisi,
edukasi, konsultasi, dan penelitian.22
Dari zaman dahulu sampai saat ini, banyak metode yang dipergunakan di dunia
seperti di bawah ini:23
1. Phisiognomi 24. Metode Kontrasepsi dan Aborsi pada
Pengobatan Arab Kuno
2. Pengobatan metafisik
25. Pengobatan Chiropractic
3. Peramal
26. Pengobatan Nutrisi dan Puasa
4. Geomansi
27. Penyunatan
5. Peramal telapak tangan (palmistri)
28. Hipnoterapi
6. Pengusir setan (exorcism)
7. Inspirasi
8. Jimat
9. Batu berharga, besi, dan kristal
10. Astrologi
11. Horoskop
12. Kauter dan stimulasi lokal
13. Skarifikasi
14. Terapi lintah
15. Kompres dan tuam (boreh)
16. Pengobatan uap dan keringat
17. Venaseksi
18. Parasentesis
19. Pengobatan herbal
20. Tatto
21. Henna
22. Kohl
23. Terapi madu

55
Mind Body Medicine akhir-akhir ini sering disebutkan sebagai bagian dari kedokteran
modern. Konsep tersebut bertujuan menjaga kesehatan pikiran dan didasarkan pada
pemahaman bahwa tubuh dan pikiran saling terintegrasi. Konsep Mind Body Medicine
sebenarnya sudah ada sejak era Descartes (abad XV) namun mulai naik daun lagi karena
masalah kesehatan belum sepenuhnya dapat ditangani dengan kemajuan teknologi
kedokteran.23
Dewasa ini, sebenarnya sudah banyak rumah sakit melayani pengobatan alternatif
atau tradisional (selain pengobatan konvensional). Perbedaan praktiknya dibanding negara
lain adalah pengobatan tradisional digolongkan menjadi pengobatan privat dan tidak
terintegrasi dengan petugas medis. Alasannya adalah karena penyedia jasa kedokteran
alternatif umumnya tidak terdidik secara medis serta penyedia kedokteran alternatif atau
tradisional biasanya memiliki perizinan dan aturan mereka terpisah. Terkotak-kotaknya
ilmu kedokteran ini menyebabkan sedikitnya penelitian mengenai efektivitas dan keamanan
berbagai macam terapi tradisional sehingga tidak bisa terbukti secara ilmiah seperti
pengobatan konvensional. Terpisahnya dua jenis layanan kesehatan ini juga menyebabkan
pendanaan riset kedokteran tradisional kecil. Walaupun demikian, kedokteran tradisional
diklain lebih holistik karena juga melingkupi kesehatan mental, psikologis, spiritual dan
sosial sehingga tidak diperlukan pembuktian seperti pengobatan konvensional.22

2.4. Ilmu Kesehatan Tradisional

Kehidupan manusia senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan zaman.


Demikian juga yang terjadi pada dunia kedokteran. Ada perkembangan yang mengarah pada
bukti ilmiah atau pengobatan modern, ada juga perkembangan yang bersifat diwariskan dari
nenek moyang hingga generasi berikutnya yang memanfaatkan bahan alami atau pengobatan
tradisional. Kecenderungan kemajuan dalam dunia kedokteran ini dapat dibedakan
berdasarkan lokasi, di benua Eropa lebih dominan untuk pengobatan modern. Sedangkan di
benua Asia lebih cenderung pada pengobatan tradisional. Kedua jenis perkembangan ini telah
meluas ke banyak wilayah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.24
Di berbagai daerah di Indonesia telah ditemukan beberapa peninggalan-peninggalan
yang menunjukkan bukti telah berkembangnya ilmu kedokteran tradisional. Peninggalan
tersebut antara lain berupa manuskrip pada zaman dahulu kala yang ditampilkan dengan
bahasa daerah. Adapaun manuskrip tersebut terdiri dari keterangan-keterangan yang
membahas tentang ilmu pengobatan, terjadinya wabah suatu penyakit serta cara
pemberantasannya, dan pembuangan zat-zat berbahaya yang ada pada tubuh seseorang.25
World Health Organization (WHO) mendefinisikan ilmu kesehatan tradisional
sebagai kumpulan pengetahuan, keahlian dan penerapan yang diperoleh dari ilmu,
kepercayaan, dan kebiasaan masyarakat. Mereka memiliki kultur yang beraneka ragam, baik
yang tertera secara jelas atau pun tidak, dimanfaatkan dalam perawatan kesehatan, dan
melalui prevensi, penegakan diagnosis atau tatalaksana suatu penyakit dengan pendekatan
secara jasmani dan secara rohani.26
Ilmu kesehatan tradisional diterapkan di masyarakat dengan pelayanan tertentu.
Pelayanan kesehatan tradisional sendiri mempunyai pengertian tindakan terapi dan/atau
perawatan yang menggunakan metode dan bahan berdasarkan pengalaman dan keterampilan
yang telah didapatkan sebelum-sebelumnya yang diyakini dapat digunakan mengacu pada
norma yang ditetapkan dalam masyarakat.27,28 Upaya ini tetap dilakukan dengan berbasis
bukti atau fakta dengan berbagai cara antara lain melakukan pemutakhiran produk serta
penerapannya berdasarkan sains, serta standarisasi keilmuan pada para penyelenggara
kesehatan tradisional sebagai komponen tenaga kesehatan, serta pengembangan pelayanan
supaya pihak terkait dapat lebih diterima khalayak umum.28
World Health Organization (WHO) dalam publikasinya yang berjudul “Strategi
Traditional Medicine Strategy Tahun 2014-2023” menyarankan pada para pemangku
kebijakan untuk senantiasa membangun pelayanan kesehatan tradisional. Selanjutnya
pelayanan ini diharapkan akan menjadi salah satu bagian penting setelah diselaraskan dengan
sistem yang lebih besar yakni kesehatan nasional.28,29
Dalam perkembangannya masih didapatkan beberapa kekurangan dalam proses yang
berlangsung, antara lain masih terlalu fokus pada eksplorasi komoditas saja. Proses terkesan
diharuskan menyesuaikan pola kedokteran modern, alhasil terjadi kesusahan untuk diterima
oleh profesi kesehatan umum. Situasi ini bisa dimaklumi karena adanya ketidaksesuaian
prinsip di antara keduanya.22

2.4. Pandemi COVID-19

Awal tahun 2020, Wuhan, provinsi Hubei telah melaporkan kasus pneumonia
misterius pertama kalinya. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi
kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Terdapat lima pasien yang dirawat
dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Namun, sejak 31 Desember 2019
kasus pneumonia meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus.
Penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di Cina, Thailand, Jepang, dan Korea
Selatan. Seiring waktu virus baru ini dapat dienditifikasi sebagai coronavirus jenis baru
(SARS-CoV-2) dan penyakit disebut Coronavirus Disease (COVID-19). Pada mulanya
transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia.
Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Akhirnya dikonfirmasi
bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh WHO sebagai pandemik, sehingga
Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat,
sehingga masyarakat wajib melakukan penanggulangan bersama-sama berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 ( COVID-19).30
Sejak keputusan itu dibuat, kebijakan yang diterapkan oleh Indonesia antara lain:
dibuatnya hotline informasi Covid-19 di sembilan kementerian, menghentikan penerbangan
rute Indonesia ke China maupun sebaliknya, pembatasan kedatangan orang dari kawasan
China perihal urusan bisnis maupun sekedar rekreasi, perpanjangan visa untuk turis berasal
China yang berada di Indonesia, dan pelarangan impor hewan hidup apapun dari China.
Dengan berlakunya beberapa kebijakan ini, pemerintah berharap bahwa pandemi COVID-19
dapat dicegah lebih awal agar tidak masuk ke Indonesia. Berbagai tindakan dan kebijakan
yang telah diambil oleh pemerintah yang berguna untuk memutuskan rantai penyebaran virus
ini. Upaya-upaya tersebut mulai dari sosialisasi, penerapan social distancing hingga
penetapan undang-undang sebagai dasar hukum penindakan. 31 Awalnya masih banyak
masyarakat yang dibingungkan dengan munculnya pandemik virus corona ini, apalagi
pandemik ini memberi banyak dampak pada sektor ekonomi sampai sektor pemerintahan,
hingga mengeluarkan berbagai kebijakan baru untuk menyelamatkan perekonomian rakyat
agar tetap terjaga kestabilan perekonomian mulai dari skala mikro maupun makro.
Rumah sakit selama pandemi ini menjadi garda terdepan dalam pengobatan pasien
COVID-19, walaupun pada awal pandemi mengalami dilema. Rumah sakit tiba-tiba
mendapatkan berbagai tantangan dalam penangan pasien yang membludak dengan
keterbatasan. Keterbatasan berdasarkan dalam penanganan kasus COVID-19 antara lain
keterbatasan fasilitas seperti ruang isolasi dan alat ventilator, minimnya SDM yang siap
melayani pasien COVID-19 secara langsung, Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga
kesehatan yang harganya mahal dan tidak tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
pendekatan baru untuk menyelesaikan permasalahan. Metode yang dapat digunakan adalah
Pendekatan Primary Health Care (PHC) mencakup holistik, partisipatif, komprehensif,
sampai lintas sektor yang merupakan pendekatan memberikan pelayanan terhadap kesehatan
dasar yang dinilai efektif untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 selama ini.31

2.5. Merdeka Belajar

Merdeka belajar merupakan slogan pendidikan yang saat ini sedang digalakkan oleh
kementerian pendidikan dan kebudayaan. Merdeka belajar merupajan suatu inovasi yang
prinsipnya diharapkan dapat mempercepat reformasi di bidang pendidikan di Indonesia.
Pendidikan di Indonesia yang selama ini dianggap tidak berkembang dan tertinggal
dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand
diharapakan dengan gagasan ini dapat mencapai tujuan yang mulia. Pendidikan selama ini
dinilai terhambat oleh adanya regulasi sehingga Kemendikbud RI menggagas istilah
deregulasi untuk pencapaian reformasi pendidikan yang bermuara pada kualitas dan mutu
pendidikan di Indonesia. Pada situasi pandemi seperti yang terjadi pada sekarang kegiatan
belajar diakukan secara mandiri oleh siswa di rumah. Situasi saat ini mengalami peningkatan
dalam perkembangan industri karena dengan kondisi siswa belajar di rumah.32
Digitalisasi dalam dunia pendidikan merupakan suatu kemajuan dan berpotensi
meningkatkan pembelajaran secara optimal. Kurikulum pendidikan di Indonesia telah
beberapa kali mengalami perubahan. Pada saat ini di Indonesia menggunakan kurikulum
2013, dalam kurikulum ini peserta didik dilatih untuk lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Pada era revolusi industri 4.0 sistem pendidikan
diharapkan dapat mewujudkan pesert didik yang memiliki keterlampilan yang mampu
berpikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif serta keterlampilan komunikasi
dan kolaborasi, juga keterampilan dalam mecari mengelola dan menyampaikan informasi
serta keterampilan menggunakan infomasi dan teknologi sangat dibutuhkan.32
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, menggagas konsep belajar
mandiri sebagai respons terhadap kebutuhan sistem pendidikan di era ini. Konsep Pendidikan
Gratis terbagi menjadi beberapa poin. Pertama, konsep self-directed learning merupakan
respons terhadap permasalahan yang dihadapi guru dalam praktik mengajar. Kedua,
meringankan beban guru dalam menjalankan profesinya karena memiliki kebebasan menilai
pembelajaran siswa dengan berbagai jenis dan jenis alat penilaian, bebas dari berbagai proses
administrasi yang berbelit-belit, bebas dari berbagai tekanan intimidasi, kriminalisasi atau
politisasi guru. Ketiga, membuka mata untuk mengetahui lebih jauh kendala yang dihadapi
guru dalam melaksanakan tugas mengajar di sekolah. Kendala yang dimaksud dimulai dari
masalah penerimaan siswa baru (masukan), pengelolaan guru dalam persiapan pekerjaan
mengajar, hingga proses penilaian. Keempat, guru yang berada di garda depan membentuk
masa depan negara melalui proses pembelajaran, penting agar melalui kebijakan pendidikan
mereka tahu bagaimana menciptakan suasana belajar yang lebih bahagia di kelas. Konsep
self-directed learning seharusnya tidak lagi menjadi sebuah ide, melainkan sebuah kebijakan
yang harus dilaksanakan.32,33
Kesimpulan dari konsep merdeka belajar merupakan usulan untuk pembangunan
sistem pendidikan nasional. Menata ulang sistem pendidikan untuk mencerminkan perubahan
dan kemajuan suatu bangsa beradaptasi dengan perubahan zaman. Dengan mengembalikan
hakekat pendidikan yang sebenarnya, yaitu pendidikan yang memanusiakan atau
membebaskan. Pemeran utama dalam konsep belajar mandiri adalah guru dan siswa. Artinya
siswa tidak menggunakan guru sebagai sumber kebenaran, tetapi guru dan siswa bekerja
sama untuk mengarungi dan mencari kebenaran. Dalam konsep merdeka belajar, kedudukan
guru di dalam kelas bukan untuk memperkenalkan atau menyelaraskan kebenaran menurut
guru, melainkan untuk menggali kebenaran, nalar, dan pandangan kritis siswa tentang dunia
dan perkembangan zaman. Peluang pengembangan internet dan teknologi untuk
mempercepat pembelajaran mandiri.32,33
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Filosofis


Menurut Schramme, definisi filosofi kedokteran adalah cabang ilmu yang
bertujuan menganalisa metafisika, epistemologi, metodologi konseptual dan filosofi
mengenai kedokteran.34 Ilmu pengetahuan kedokteran berkembang dengan berjalannya
waktu. Hal ini dilihat dengan adanya pemikiran-pemikiran baru yang dicetuskan oleh
tokoh-tokoh dunia kedokteran seperti Hippocrates, hingga Galen. Para tokoh dunia tersebut
merupakan filsuf dengan dasar pemikiran yang melahirkan cabang-cabang keilmuan
biomedik kedokteran seperti anatomi, fisiologi, biokimia dan lainnya. Cara berpikir kuno
secara tradisional, berdasarkan dogma dan kepercayaan lama kelamaan berkembang
menjadi keilmuan yang berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang didapat melalui penelitian,
biasa dikenal sebagai evidence-based medicine (EBM). Guru besar Antropologi dari
Universitas Pajajaran, Harsojo, menjabarkan sifat ilmu kedokteran, diantaranya merupakan
sebuah kesatuan, sistematis, mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan dan
berupa fakta, hasil riset, dapat diajarkan kepada orang lain, universal dan terus
berkembang.23
Secara filosofis terdapat empat pilar ilmu kedokteran. Pertama adalah ilmu biomedik,
yakni mencari penemuan baru untuk perkembangan ilmu kedokteran. Pilar kedua adalah
klinis/spesialistis menyatukan pendidikan, penelitian, ilmu masyarakat, terapi klinis dan
prognosis sebagai upaya penyembuhan dan kenyamanan untuk pasien. Pilar ketiga adalah
kedokteran komunitas dengan tujuan efektivitas dan efisiensi program kesehatan
masyarakat agar dapat berperilaku hidup sehat. Pilar keempat dan terakhir adalah bioetika
dan humaniora kesehatan. Humaniora / bioetika wajib ditanamkan di dalam dunia
kedokteran agar dokter tidak hanya memiliki ilmu yang tinggi, namun juga diharapkan
dapat memiliki empati tinggi, dan memiliki kemampuan memimpin. Pada keempat dasar
filisofi ini, sistem pendidikan kedokteran wajib menerapkan dasar-dasar tersebut untuk
mendidik dan mengajarkan calon dokter sehingga ia tidak lupa atau berbeda dari sifat para
pendahulunya.
Dalam pendidikan kedokteran “Health Care Systems” perlu diterapkan supaya
dokter yang belajar memiliki pandangan luas dan sistematis dengan mindset “patient-
centered” dan melihat segala masalah dan upaya solusinya secara holistik. Pendekatan
dengan landasan filosofis pada sistem pendidikan kedokteran di Indonesia harus diterapkan
dengan untuk tujuan sebagai dasar pengelolaan sistem kesehatan termasuk salah satunya
adalah mendidik para calon dokter agar mampu memberikan pelayanan terbaik dan holistik
kepada pasien.19 Konsep pelayanan kesehatan yang dianut oleh landasan filosofis mengacu
pada konsep kesehatan yang dibuat oleh WHO. Konsep sehat menurut definisi WHO
adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat.35
Dari semua tinjauan pustaka yang sudah dilampirkan kembali lagi bahwa apapun
cetakan dokter yang lulus dari pendidikan, semua harus kembali lagi pada landasan yang
mendasari karakter seorang dokter dengan pendekatan fiolosis. Landasan filosofis adalah
tingkat yang paling dasar. Landasan filosofis secara umum diterima untuk pengelolaan
sistem pendidikan kesehatan karena bersifat menyeluruh dan mengandung unsur kebenaran
dan kebaikan bersama. Dari ke empat pilar landasan filosofis, humaniora atau bioetika
merupakan landasan paling sederhana namun sering dilupakan. Mendidik dokter yang
memiliki sifat kemanusiaan yang tinggi dan empati yang baik pada pasien saat ini mulai
dinomorduakan. Penilaian sistem pendidikan kedokteran kebanyakan menunjukan pada
kemajuan teknologi ataupun fasilitas di universitas kedokteran. Memang itu baik namun
bukanlah yang menjadikan dasar sikap seorang dokter. Perlu diingat bahwa yang
menjadikan warna karakter seorang dokter bukan terletak sebatas pada kepintarannya,
namun kemampuannya melakukan pendekatan empati dan sugesti positif untuk pemulihan
kesehatan pasien. Dari sanalah kewibawaan dan warna seorang dokter terpancar.

3.2. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Sosiologis


Isu seputar COVID-19 dan berbagai respons kebijakan terhadap kepentingannya di
masyarakat di seluruh dunia memunculkan isu-isu sosiologis, di mana di bawah kondisi baru,
orang-orang di dalam dan lintas komunitas dapat berhubungan satu sama lain, dan formasi
budaya dan sosial baru akan mungkin muncul setelahnya. Pergeseran ke kelas daring tidak
semudah kedengarannya, dengan segala masalah metode penyampaian, keahlian staf, dan
keterlibatan yang dididik.36
Pedagogi digital tentu saja tidak netral sehubungan dengan jenis sosialitas yang
didorong. Karena fungsi inti pendidikan selalu formasi sosial dan budaya, muncul pertanyaan
tentang jenis sosialitas apa yang mungkin terjadi ketika mahasiswa dan fakultas hanya
bertemu di ruang digital. Yang juga penting tentu saja adalah masalah ketidaksetaraan akses
dan hasil di ruang pedagogik baru, dan bagaimana masalah ini dapat dikurangi baik di dalam
maupun di seluruh negara. Pandemi COVID-19 memberi kita kesempatan untuk memikirkan
kembali tidak hanya kemungkinan digital, daring, dan pedagogis baru, tetapi juga tujuan
dasar pendidikan, dan bagaimana visi pendidikan yang diperbarui dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan masyarakat yang lebih demokratis dan adil.36
Selain mengubah sistem pendidikan dan sosial, adanya COVID-19 menjadikan para
dokter dan ilmuwan mencari tata laksana yang tepat dalam mengobati COVID-19.
Pengobatan tradisional juga turut mengambil peran dalam penatalaksanaan COVID-19, hal
ini menjadi perhatian para pakar kesehatan dan pengambilan keputusan sektor kesehatan.
Ilmu kedokteran tradisional merupakan topik yang banyak didalami secara sosiologis.
Disintegrasi antara kedokteran tradisional dan modern sering terjadi di beberapa negara,
terutama peran kedokteran tradisional sebagai pilihan kesehatan alternatif. Walaupun banyak
kelompok masyarakat yang percaya pada kedokteran tradisional, namun kedokteran
tradisional dianggap tidak sepenuhnya berbasis bukti dan perkembangannya tidak pesat
seperti kedokteran modern. Hal ini harus diatasi dengan berbagai pendekatan, salah satunya
adalah pendekatan sosiologis. Berdasarkan pendekatan landasan sosiologis, pendidikan
ilmiah tersusun atas relasi sosial, institusi, dan lingkungan, beserta dinamika dan hubungan
perilaku setiap komponennya. Seluruh interaksi dalam struktur sosial makhluk hidup bersifat
dependen dan saling berhubungan, dengan peran dan fungsi terhadap eksistensi lingkungan
tersebut. Permasalahan disintegrasi kedokteran tradisional dan konvensional pada dasarnya
memiliki potensi besar untuk dapat diluruskan karena terdapat kebutuhan dan permintaan dari
masyarakat.22
Dalam memahami suatu gejala sosial dalam masyarakat diperlukan adanya dua
pendekatan dalam sosiologis, yang pertama yaitu pendekatan emik yang membahas bahwa
suatu gejala sosial sesuai dengan pandangan si pelaku. Sebagai contoh yaitu jika ada yang
menggunakan pengobatan alternatif dengan cara metafisika, pengobatan tersebut harus diukur
atau diungkapkan oleh pengguna atau pelaku layanan pengobatan tradisional tersebut. Yang
kedua yaitu pendekatan etik, yaitu upaya membahas suatu gejala sosial dari sudut pandang
orang luar atau pengamat, menganalisis perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar
serta membandingakan dengan budaya lain. Studi sosiologi pada umumnya menggunakan
pendekatan etik dan emik untuk memperoleh gambaran lengkap gejala atau penyakit yang
diselidiki.37
Seorang dokter, terutama dokter spesialis, diharapkan mampu menyelami perasaan
pasiennya dengan tujuan memahami masalah pasien, baik secara biomedik, psikis, maupun
sosial, agar dokter tersebut dapat menganalisis permasalahan pasien berdasarkan ilmu
kesehatannya. Upaya tersebut dapat disebut sebagai paduan pendekatan etik dan emik dalam
ilmu sosiologi. Dengan mengetahui permasalahan pasien, seorang dokter dapat memberikan
terapi secara holistik karena lebih berfokus pada pasien dibandingkan penyakitnya.22
Di masa kritis pandemi, metafora medis dan spasial tetap tangguh, yaitu tidak hanya
tubuh, tetapi juga ruang dan tubuh-sosial-politiknya dinyatakan sakit. Pandemi juga
digambarkan sebagai 'portal, pintu gerbang antara satu dunia dan dunia berikutnya', yaitu,
utopia duniawi yang dimungkinkan oleh pandemi dengan memobilisasi imajinasi. Dengan
mengganggu waktu, pandemi menjadi ‘peluang’ untuk berpindah ke tempat lain yang lebih
baik. Metaforis utopis modern melibatkan perjalanan ke ruang atau waktu lain.36
Jika dilihat lebih jauh, wabah kontemporer, seperti pandemi suatu penyakit, adalah hal
yang normal, sementara resistensi yang meningkat terhadap pandemi semacam itu adalah
fungsi dari modernitas akhir pada saat itu. Apa yang baru adalah sifat khusus dari benturan
antara jenis penyakit yang kuat dan masyarakat pada tahap globalisasi tertentu. Perjalanan
internasional dan revolusi digital telah mengubah komunikasi global. Pada saat yang sama,
setidaknya di Barat dan di kelas sosial yang paling istimewa, kemajuan ilmiah dan medis
telah menciptakan ilusi bahwa umat manusia dapat mengendalikan atau mengisolasi dirinya
dari tuntutan alam dan keterbatasan planet ini. Kombinasi fitur-fitur ini dengan COVID-19
menciptakan kejutan pada sistem, tetapi terdapat kekecewaan yang mengarah pada
konsekuensi sosial, ekonomi, dan pendidikan yang mendalam, yaitu rutinitas yang baru.36
3.3. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Budaya

Pandemi COVID-19 terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Wabah ini


memberikan dampak pada banyak sektor baik sektor kesehatan maupun sektor sosial budaya.
Budaya adalah pikiran, akal budi, atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar
diubah.38 Menurut Yanuarita 2020, diketahui bahwa di Kota Malang, kenaikan kasus
COVID-19 memberikan beberapa dampak negatif di bidang sosial budaya, terlebih peraturan
terkait pembatasan sosial berskala besar, seperti kesulitan belajar online, peningkatan
pengangguran, pembatasan ibadah di tempat umum, dan peningkatan stres. 39 Walaupun
diketahui bahwa, perubahan dan adaptasi budaya saat pandemi COVID-19, bertujuan untuk
mengurangi peningkatan infeksi COVID-19, dengan menyesuaikan kebiasaan menuju hal
yang lebih baik sesuai dengan keadaan pandemi. Saat ini diketahui, bahwa kasus COVID-19
menurun, sehingga kita memasuki fase baru, new normal. Hal ini berdampak pada
masyarakat yang secara bertahap belajar dan beradaptasi tentang keseimbangan baru dalam
sosial.40
COVID-19 juga mempengaruhi bidang ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran memiliki
landasan filosofis, sosiologis, budaya, dan substantif. Budaya merupakan salah satu faktor
dalam ilmu kedokteran yang mempengaruhi konsep sehat, sakit dan pengobatan. Sistem
kedokteran yang banyak dipakai adalah kedokteran barat atau konvensional yang memiliki
sifat biomedik, secara objektif. Selain itu, terdapat sistem kedokteran trandisional, yang
banyak dilakukan di negara berkembang, yang dianggap efektif dalam pengelolaan
penyakit.41 Indonesia banyak mengikuti sistem kedokteran barat, namun dengan banyaknya
keragaman budaya, kedokteran tradisional masih mempunyai peran penting dalam
masyarakat.
Menurut pandangan sebagian besar masyarakat umum, ada stigma bahwa pengobatan
medis banyak mengandung bahan-bahan zat kimia yang akan berefek negatif pada tubuh kita.
Akibatnya adalah ada sebagian masyarakat yang lebih mempercayai pengobatan
alternatif/tradisional, yang menurut mereka akan cenderung lebih aman. Selain itu,
pengobatan medis yang biasanya akan membutuhkan waktu dan biaya ,membuat sebagian
kalangan masyarakat beranggapan bahwa pengobatan alternatif/tradisional juah lebih baik
dari segi ini. Pemikiran salah seperti ini yang harus kita luruskan sebagai dokter yang akan
mengedukasi pasien-pasien kita.
Menurut Satria (2013), pengobatan alternatif secara definisi adalah pengobatan di luar
pengobatan konvensional yang bertujuan menaikkan kondisi masyarakat agar menjadi lebih
sehat, dengan tahapan-tahapan seperti upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif
yang kompetensinya didapatkan melalui pendidikan tersistematis dengan berdasarkan
keamanan, kualitas dan efektifitas yang tinggi bersumber dari ilmu pengetahuan biomedik.
Tetapi biasanya pengobatan alternatif ini belum dapat diakui dan diterima oleh system
kedokteran konvensional.42
Banyak masyarakat yang menggunakan pengobatan alternatif karena hanya
berdasarkan testimoni dari pasien-pasien yang dating berobat dan menyatakan sembuh.
Sehingga dalam pikiran mereka, ini adalah jalan pintas yang dapat ditempuh ketimbang
menjalani pengobatan medis yang biasanya akan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak
sedikit. Dalam kaidah ilmu kedokteran, sebenarnya keterangan testimoni ini belum dapat
dijadikan acuan sebagai bukti ilmiah dari keberhasilan suatu pengobatan. Diperlukan
pemikiran yang lebih cerdasa dari kalangan masayrakat agar tidak mudah tergoda untuk
menjalani pengobatan alternatif hanya berdasarkan testimoni pasien yang dating berobat.43
Pengobatan medis sudah ada akar penelitian berdasarkan bukti ilmiah yang telah
dibuktikan. Sementara pengobatan alternatif banyak bersumber dari pengalaman dan
testimoni subyektif pasien. Dalam pelaksanaannya, metode yang diapakai oleh pengobatan
alternatif beberapa diantaranya tidak masuk ke dalam logika kita karena bertentangan dengan konsep
pengobatan modern, contohnya adalah penggunaan kekuatan supranatural, penggunaan media air doa,
43
pemindahan penyakit ke hewan untuk transfer penyakit dari pasien, dan lain-lain. Memang, produk-produk
kebudayaan yang menunjukkan kesehatan terwujud dalam bentuk obat dan cara tradisional, yang biasanya
dipakai oleh masyarakat untuk menjawab permasalahan mereka di bidang kesehatan. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, pasal 59 menyatakan berdasarkan cakupan pengobatannya, pelayanan
kesehatan tradisional terdiri dari pelayanan kesehatan tradisional yang berdasarkan keterampilan dan pelayanan
kesehatan tradisional yang memakai ramuan-ramuan. Ada paradigma yang berbeda yaitu dalam pengobatan
tradisional, hilangnya gejala merupakan suatu tanda bahwa si pasien telah mengalami kesembuhan .
Tetapi
Dalam pengobatan konvensional, gejala berkurang atau menghilang belum tentu merupakan
sebuah pertanda kesembuhan, karena dalam pengobatan konvensional kita sebagai dokter
akan mengobati pasien secara holistik dari aspek bio psiko dan sosial. Jadi tetap harus kita
caritahu apakah ada aspek lainnya dari si pasien yang masih mengalami permasalahan
sebelum kita dapat menyatakan bahwa pasien tgersebut telah sembuh dari penyakitnya.44
Sebagian masyarakat saat ini percaya dengan pengobatan konvensional berdasarkan
bukti medis ilmiah namun sebagian lagi tetap percaya dan menjalani pengobatan tradisional.
Hal ini dapat kita buktikan dengan masih banyaknya praktik pengobatan tradisional yang
berdiri beriringan dengan perkembangan praktik pengobatan medis di kota-kota kita.
Pengobatan tradisional tetap hidup dan menjadi salah satu pilihan oleh masyrakat yang
menjalani pengobatan.45
Saat pandemi COVID-19, dimana belum adanya pengobatan konvensional yang
terbukti efektif untuk mencegah atau mengobati COVID-19, masyarakat Indonesia, banyak
melakukan upaya pencegahan dengan berbagai obat herbal atau tradisional, misalnya jamu.
Jamu merupakan pengobatan tradisional Indonesia, yang terbuat dari berbagai campuran
tanaman, salah satu contohnya adalah empon-empon. 46 Empon-empon memiliki kandungan
Zingiberaceae family, yang dipercaya memiliki khasiat perlindungan kesehatan. Menurut
Kurniawan 2020, perlu dilakukannya pengembangan pengobatan herbal secara ilmiah,
dengan pendekatan nanoteknologi, untuk meningkatkan efikasi dan potensi dari obat-obatan
herbal. Dengan pengembangan nanoteknologi, diharapkan dapat meningkatan nilai jamu
Indonesia dan reputasinya di dunia. 46 Penggunaan obat tradisional dan obat modern asli
Indonesia yang teregistrasi BPOM, juga dianjurkan dalam pedoman tatalaksana COVID-19,
untuk pasien COVID-19 tanpa gejala dan gejala ringan.47
Menyikapi adanya disintegrasi kedokteran konvensional dan tradisional, menurut
kami diperlukan peran serta dari pemerintah untuk membuat regulasi yang baik. Regulasi
disini dalam artian, mengatur praktik pengobatan tradisional/alternatif agar tetap
mengedepankan prinsip keselamatan pasien. Tidak menutup kemungkinan pemerintah juga
dapat mendorong pengobatan alternatif/tradisional ini untuk dapat menjadi lebih objektif
dengan mendukung penelitian pada proses pengobatan alternatif/tradisional seperti bantuan
dana untuk melakukan riset. Jika benar terbukti secara ilmiah dapat membantu penyembuhan
pasien, pemerintah nantinya dapat membuat sinergi antara pengobatan konvensional dan
pengobatan alternatif/tradisional. Budaya di Indonesia juga memiliki peran penting dalam
praktik kesehatan. Keragaman budaya juga menyebabkan keragaman dalam mengambil
keputusan praktik kedokteran. Hal ini harus diupayakan untuk keselamatan pasien, agar
pilihan pengobatan, baik konvensional maupun tradisional, harus memiliki dasar ilmiah,
standarisasi, terigistrasi serta diawasi oleh badan berwenang. Harus diakui bahwa masih
banyak daerah yang tidak terjangkau oleh dokter ataupun tenaga Kesehatan sehingga
seringkali masyarakat di sana sangat bergantung dengan pengobatan alternatif/tradisional.
Dengan adanya riset yang berkualitas serta penerapan aturan yang jelas dan tegas, diharapkan
kualitas pengobatan alternatif/tradisional akan semakin membaik. Hal ini akan memberikan
manfaat yang besar tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga bagi dunia kedokteran
di Indonesia.

3.4. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan


Substantif

Berangkat dari terminologinya, disintegrasi merupakan ketidakpaduan atau


perpecahan suatu keadaan. Pandemi COVID yang berlangsung selama dua tahun telah
memaksa kita untuk melakukan banyaknya penyesuaian dan perubahan yang rentan terhadap
disintegrasi, khususnya dalam bidang kedokteran. Salah satunya adalah pendidikan
kedokteran yang menjadi terhambat karena adanya perubahan dari luring menjadi daring
hingga beban kerja tenaga kesehatan yang meningkat atas kelimpahan kasus yang harus
ditangani. Hal ini mendorong pendidikan kedokteran untuk tetap bersifat cair mengikuti
perkembangan zaman agar dapat mempertahankan esensi dan kualitasnya. Salah satu
landasan yang digunakan dalam mencegah disintegrasi di pendidikan kedokteran adalah
landasan substantif.
Landasan substantif dalam kedokteran terletak pada visi, misi, standar kompetensi,
standar profesi, standar pelayanan operasional dan standar prosedur operasional. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2017, pelaksanaan pelayanan kedokteran
memiliki dua pendekatan yaitu 1) pelayanan kesehatan konvensional yang dilakukan oleh
dokter dan tenaga kesehatan lainnya dengan menggunakan obat, pembedahan, dan radiasi,
dan 2) pelayanan kesehatan tradisional yang dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan
lainnya yang bersifat pelengkap atau pendukung pelayanan kesehatan konvensional pada
keadaan tertentu. Landasan substantif dapat menjaga mutu dan efektivitas pelayanan
kesehatan melalui standar yang sudah ditetapkan baik melalui peraturan perundang-undangan
hingga tatanan berperilaku di instansi masing-masing.48
Organisasi yang mengatur mengenai standar mutu dari dari profesi kedokteran
Indonesia adalah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Konsil Kedokteran Indonesia yang
merupakan regulator profesi kedokteran dilahirkan sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran antara lain memiliki tugas dan
kewenangan untuk mengesahkan Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi Dokter
Indonesia. Standar-standar ini merupakan penguatan dan pengembangan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta sebagai upaya menjawab
kebutuhan masyarakat terhadap penjaminan mutu pendidikan kedokteran sebagai bagian
terawal dari tercapainya patient safety dalam penyelenggaraan praktik kedokteran.14
Dokter menjalankan profesinya mengacu pada Undang-Undang Nomor 29 tentang
Praktik Kedokteran pada pasal 51 berbunyi bahwa Dokter atau Dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan medis
sesuai dengan standar profesi dan satndar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
Standar profesi dan standar prosedur operasional inilah yang akan menjadi rambu-rambu bagi
seorang dokter untuk berhati-hati dalam menjalankan profesinya.49
Selain mengenai standar profesi kedokteran, pelayanan kedokteran Indonesia
menitikberatkan kepada pengobatan konvensional yang mengklasifikasikan tubuh manusia
dari unit terkecil sel hingga ke sistem organ. Hal ini sangat rentan untuk melihat manusia
sebagai objek semata, sedangkan berbeda dengan cara pandang dari kedokteran tradisional
yang melihat manusia dengan pendekatan utuh yang terdiri dari tubuh, pikiran dan jiwa.
Sebagai praktisi medis kita hendaknya inklusif dalam memilih pendekatan yang kita gunakan.
Apalagi Indonesia dianugerahi oleh keragaman hayati yang menjadi potensi besar sebagai
sumber dari pengobatan tradisional dan dari segi sejarah, Indonesia sudah memiliki modalitas
dalam pengembangan pengobatan tradisional yang terpatri pada relief dan naskah
peninggalan sejarah. Sebagai pelayan kesehatan yang dibesarkan di Indonesia, seyogyanya
kita berbangga pada apa yang Bangsa kita punya. Berangkat dari hal ini, diperlukan
keseriusan dari praktisi medis untuk melakukan pengembangan kedokteran konvensional
yang terintegrasi dengan kesehatan tradisional dengan pohon keilmuan, pengembangan
produk, dan pengembangan professional.22
Pemerintah Indonesia sudah memberikan upaya dalam mengelaborasikan pengobatan
konvensional dengan pengobatan tradisional melalui pembuatan peraturan yang memberikan
definisi praktis hingga koridor yang diperlukan dalam pelaksanaannya. Hal ini tertuang pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional memberikan tanggung jawab dan wewenng pemerintah dan
pemerintah daerah dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan konvensional yang
terintegrasi dengan pelayanan kesehatan tradisional baik dalam upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.5 Selanjutnya hal teknis dari pelaksanaan pelayanan kesehatan
tradisional ini dijelaskan dengan lebih lugas dan praktikal pada Peraturan Menteri kesehatan
Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional
Integrasi yang secara strategis memberikan gambaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan
tradisional integrasi di tingkat rumah sakit dan puskesmas, pencatatan dan pelaporan, hingga
pembinaan dan pengawasan. Selain itu, melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/187/2017 disusun Formularium Ramuan Obat
Tradisional Indonesia (FROTI) memuat banyak jawaban masalah penyakit yang sering
ditemukan di masyarakat.48
Tercermin dalam kondisi pandemi yang telah menghantam dunia selama dua tahun
ini, membuat adanya dorongan untuk melakukan pemeliharaan kesehatan secara mandiri.
Salah satunya terlampir dari Surat Edaran Nomor HK.02.02/IV.2243/2020 tentang
Pemanfaatan Obat Tradisional untuk Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Penyakit, dan
Perawatan Kesehatan dari Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan, mengatakan untuk
melakukan pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional seperti jamu, obat herbal
terstandar (OHT), dan fitofarmaka dalam memeliharan kesehatan dan mencegah diri dari
COVID-19. Dalam surat tersebut memberikan contoh tanaman obat yang dapat dibudidaya
mandiri oleh masyarakat seperti jahe, temulawak, kunyit kencur, umbi-umbian, kulit kayu
dan sereh. Selain dari macam-macam obat tersebut, terdapat juga cara pembuatan dan
campuran dari tiap-tiap bahan yang disebutkan sebagai upaya untuk pencegahan COVID-19.
Hal ini membuktikan bahwa obat tradisional dapat menjadi pelengkap obat konvensional
yang diutilisasikan sebagai obat kuratif dalam penanganan COVID-19.
World Health Organization (WHO) menggagas strategi dalam pengembangan
kesehatan tradisional dengan tiga komponen yaitu products, practices, dan practitioners.
Pendidikan kedokteran menjadi tiang penting dalam komponen practitioner yang melakukan
komponen practices tersebut. Kedua hal yang berkesinambungan ini amatlah berkaitan erat
dengan kemampuan dan pengetahuan dari tenaga kesehatan tersebut. Salah satu penguatan
yang dapat dilakukan adalah dengan penanaman kurikulum di pendidikan kedokteran.29
Dalam pokok pembahasan kedokteran keluarga melalui Peraturan Konsil Kedokteran
Indonesia Nomor 65 Tahun 2019 tentang standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis
Kedokteran Keluarga Layanan Primer, memuat salah satu dasar ilmu dan keterampilan pada
spesialis kedokteran layanan primer berupa pelayanan kedokteran tradisional dan terpadu
yaitu penggunaan rasional obat herbal dan pengobatan tradisional serta alternatif. Hal ini
merupakan langkah yang baik, namun akan menjadi lebih baik jika pengobatan tradisional ini
disisipkan ke segala lapisan praktik kedokteran yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat,
seperti spesialis penyakit dalam, anak, dan lainnya. Hal tersebut dapat memberikan perluasan
penggunaan kesehatan tradisional di semua lini baik pencegahan hingga rehabilitatif.50
Pada praktiknya, harmonisasi kolaborasi antara kesehatan konvensional dan kesehatan
tradisional menghadapi tantangan karena terlalu fokus ke pengembangan produk yang sulit
diterima oleh kesehatan konvensional berorientasi dengan Evidence-Based Medicine.
Pendekatan kedokteran yang bersifat reduksionistik dann materialistik bersanding dengan
pendekatan kedokteran tradisional yang holistik membuat kedokteran tradisional sulit
mendapat pengakuan dari kedokteran konvensional. Padahal dengan modalitas yang
Indonesia punya, kita dapat melakukan penelitian sebanyak-banyaknya mengenai kedokteran
tradisional agar lebih diketahui manfaat dan keamanan dari produk kesehatan tradisional
tersebut. Dalam menyikapi hal ini, perlu adanya pergeseran pandangan mengenai kedokteran
tradisional yang memerlukan dukungan dan keseriusan dari segala stakeholder baik dari
pemerintah, institusi pendidikan, hingga pelaksana medis.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa terdapat dua jenis ilmu kedokteran, yaitu
kedokteran konvensional dan vibrasional. Kedokteran konvensional berfokus pada sisi
biomedik seseorang, sedangkan kedokteran vibraional fokus pada tubuh yang terdiri atas
berbagai komponen, di antaranya ada emosi dan ruh. Kesehatan tradisional, selain
menargetkan kesehatan biologis, juga menargetkan emosi dan ruh sebagai tujuan akhir
pengobatannya. Setelah menyadari hal itu, kini ilmu kesehatan tradisional mulai dilirik WHO
dan pemerintah. Hasil akhir yang diharapkan adalah ilmu kesehatan tradisional dapat
berkembang dan menjadi bagian dari sistem kesehatan nasional.
Ada beberapa cara untuk memperbaiki sistem pendidikan kedokteran di Indonesia
agar mau bergerak maju serta mulai memikirkan bagaimana Kesehatan tradisional
diintegrasikan dalam layanan Kesehatan. Dari pendekatan filosofis, peserta didik perlu
memahami bahwa manusia tidak hanya terdiri atas tubuh biologis, namun juga terdiri atas
mental, ruh, dan kehidupan sosial. Dari pendekatan sosiologis, peserta didik perlu belajar
untuk membangun relasi dengan pasien. Tujuan pendekatan ini adalah agar dokter mampu
memahami bagaimana pandangan pasien mengenai kesehatannya sendiri dan mencari cara
untuk membangun kolaborasi antara dokter-pasien untuk menangani kondisi penyakit pasien.
Dari pendekatan budaya, kita belajar bahwa tidak semua pasien mempercayai atau memiliki
akses terhadap kedokteran konvensional. Hal itu membuat mereka, mau tidak mau,
mempercayai pengobatan tradisional. Jika sudah memahami hal tersebut, peserta didik
diharapkan dapat mencari strategi pengobatan terbaik dengan menggabungkan kedokteran
konvensional dan tradisional, sehingga pasien tidak merasa budayanya diredam.
REFERENSI

1. Definition of PANDEMIC [Internet]. [cited 2022 Sep 24]. Available from:


https://www.merriam-webster.com/dictionary/pandemic

2. Snowden FM. Epidemics and society: from the Black Death to the present. New Haven:
Yale University Press; 2019. 582 p. (Open Yale courses series).

3. Aeni N. Pandemi COVID-19: Dampak Kesehatan, Ekonomi, dan Sosial COVID-19


Pandemic: The Health, Economic, and Social Effects. 2021;17(1):18.

4. Chairani I. DAMPAK PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF GENDER DI


INDONESIA. JKI. 2020 Jul 28;39.

5. Long E, Patterson S, Maxwell K, Blake C, Bosó Pérez R, Lewis R, et al. COVID-19


pandemic and its impact on social relationships and health. J Epidemiol Community
Health. 2022 Feb;76(2):128–32.

6. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 WRP. Peta Sebaran [Internet]. [cited 2022 Sep
25]. Available from: https://covid19.go.id/peta-sebaran

7. Alghamdi AA. Impact of the COVID-19 pandemic on the social and educational aspects
of Saudi university students’ lives. Menezes RG, editor. PLoS ONE. 2021 Apr
14;16(4):e0250026.

8. DPR ingatkan pemerintah tak buru-buru ubah status pandemi jadi endemi [Internet].
[cited 2022 Sep 25]. Available from: http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/38180

9. Program Studi Spesialis [Internet]. [cited 2022 Sep 25]. Available from:
https://fk.ui.ac.id/spesialis.html

10. Daftar Center dan Program Studi PPDS [Internet]. [cited 2022 Sep 25]. Available from:
https://jadidokter.com/2020/08/daftar-center-ppds-dan-program-studi-ppds-se-
indonesia/

11. Mendikbud Luncurkan Empat Kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka [Internet].
[cited 2022 Sep 25]. Available from:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/01/mendikbud-luncurkan-empat-
kebijakan-merdeka-belajar-kampus-merdeka

12. Chairuddin P L. Sejarah Pendidikan Kedokteran di Indonesia. USU e-Repository. 2008;

13. Rozaliyani A, Widjaja HT, Prawiroharjo P, Sukarya W. Kajian Etik Pendidikan Jarak
Jauh dalam Pendidikan Kedokteran di Indonesia. J Etik Ked Ind. 2020 Sep 4;4(2):57.

14. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis. Konsil Kedokteran Indonesia; 2012.

15. Sycara K, Gelfand MJ, Abbe A, editors. Models for intercultural collaboration and
negotiation. Dordrecht: Springer; 2013. 202 p. (Advances in group decision and
negotiation).
16. Mathews S, Savarimuthu A. Role of Education in Transmitting Culture in Society. In:
Role of Education in Transmitting Culture in Society. 2020.

17. Tervalon M. Components of culture in health for medical students’ education. Acad
Med. 2003 Jun;78(6):570–6.

18. Hidayat H. Adopting western culture or enhancing indigenous culture. Jurnal Filsafat.
1997 Jul;

19. Purwaningsih E. Kuliah Filsafat 3: Konsep Penyusunan Pohon Ilmu Kedokteran


Berdasarkan Ilmu Kesehatan Tradisional. Lecture presented at; 2022; Jakarta.

20. Undang-undang nomor 20 tahun 2013 tentang pendidikan kedokteran. Republik


Indonesia; 2013.

21. Visi misi Fakultas Kedokteran Indonesia [Internet]. 2022. Available from:
https://fk.ui.ac.id/visi-misi.html

22. Siswanto S. Pengembangan Kesehatan Tradisional Indonesia: Konsep, Strategi dan


Tantangan. jpppk. 2018 Sep 12;17–31.

23. Wardhana M. Filsafat kedokteran. 1st ed. Vaikuntha International Publication; 2006.

24. Kartika D, Sewu PLS, W. R. PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL DAN


PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN. shk. 2017 Jan 9;2(1):1.

25. Purnama Y. KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JATIGEDE DALAM


PENGOBATAN TRADISIONAL. PATANJALA. 2016 Mar 1;8(1):69.

26. Gureje O, Nortje G, Makanjuola V, Oladeji B, Seedat S, Jenkins R. The role of global
traditional and complementary systems of medicine in treating mental health problems.
Lancet Psychiatry. 2015 Feb;2(2):168–77.

27. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2018.

28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional. Republik Indonesia; 2014.

29. World Health Organization. WHO traditional medicine strategy: 2014-2023 [Internet].
Geneva: World Health Organization; 2013 [cited 2022 Oct 3]. 76 p. Available from:
https://apps.who.int/iris/handle/10665/92455

30. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan H, et al.
Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. JPDI. 2020 Apr 1;7(1):45.

31. Bunga rampai refleksi pembangunan kesehatan di Indonesia dalam situasi pandemi
Covid-19. Pasar Minggu, Jakarta: Prakarsa; 2021.

32. Yamin M, Syahrir S. PEMBANGUNAN PENDIDIKAN MERDEKA BELAJAR


(TELAAH METODE PEMBELAJARAN). JIME [Internet]. 2020 Apr 30 [cited 2022
Oct 3];6(1). Available from:
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/article/view/1121

33. Lase D. Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. SUNDERMANN J Ilm Teol Pendidik
Sains Hum dan Kebud. 2019 Nov 7;12(2):28–43.

34. Schramme T. Handbook of the philosophy of medicine. New York, NY: Springer Berlin
Heidelberg; 2016.

35. Bielecki A, Nieszporska S. The proposal of philosophical basis of the health care
system. Med Health Care Philos. 2017 Mar;20(1):23–35.

36. Peters MA, Rizvi F, McCulloch G, Gibbs P, Gorur R, Hong M, et al. Reimagining the
new pedagogical possibilities for universities post-Covid-19: An EPAT Collective
Project. Educational Philosophy and Theory. 2022 May 12;54(6):717–60.

37. Rosmalia D, Sriani Y. Sosiologi kesehatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan


Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2017.

38. Budaya [Internet]. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


Republik Indonesia. 2016. Available from: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/budaya

39. Yanuarita HA, Haryati S. PENGARUH COVID-19 TERHADAP KONDISI SOSIAL


BUDAYA DI KOTA MALANG DAN KONSEP STRATEGIS DALAM
PENANGANANNYA. JIWSP. 2021 Jan 20;2(2):58.

40. Baharuddin T, Salahudin S, Qodir Z, Jubba H. Transisi new normal akibat pandemi
COVID-19 sebagai refleksi perbaikan ekonomi sosial di Indonesia. Journal of
Government and Politics. 2021;3(1).

41. Ibeneme S, Eni G, Ezuma A, Fortwengel G. Roads to Health in Developing Countries:


Understanding the Intersection of Culture and Healing. Current Therapeutic Research.
2017;86:13–8.

42. Satria D. Complementary and alternative medicine (CAM): fakta atau janji. Idea
Nursing Journal. 2013;4(3).

43. Fanani S, Dewi T. Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif Supranatural
dengan Bantuan Dukun. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 2014;3(1):54–9.

44. Lesmana H, Alfianur A, Utami PA, Retnowati Y, Darni D. Pengobatan tradisional pada
masyarakat tidung kota Tarakan: study kualitatif kearifan lokal bidang kesehatan.
medisains. 2018 Apr 23;16(1):31.

45. Sumirat WL, Subagya S, Rochani S. Perilaku Masyarakat pada Pengobatan Tradisional
Sangkal Putung H. Atmo Saidi di Desa Sroyo Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar. SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend Sos Ant. 2015;5(2).

46. Department of Pharmacy, Faculty of Health Sciences, Universitas Jenderal Soedirman,


Purwokerto, Indonesia, Kurniawan DW, Ikhsanudin A, Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta, Indonesia. Potential of Jamu in Nanotechnology Perspective as an
Alternative Treatment for Covid-19. psr [Internet]. 2020 Dec 31 [cited 2022 Oct 5];7(3).
Available from: https://scholarhub.ui.ac.id/psr/vol7/iss3/1/

47. Burhan E, Susanto AD, Isbaniah F, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, et al., editors.
Pedoman tata laksana COVID-19. 4th ed. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN,
IDAI; 2022.

48. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Integrasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017.

49. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran. Pemerintah Republik Indonesia; 2004.

50. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 65 Tahun 2019 tentang standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer. Konsil
Kedokteran Indonesia; 2019.
Tugas Surat Somasi/Surat Balasan
Lampirkan surat somasi atau surat balasan sesuai yang dibuat, dari halaman judul sampai
selesai

TUGAS PEMBUATAN SURAT SOMASI


PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT DALAM

Disusun oleh:
Adam Prabata 2206096416
Ahmad Fadhlan 2206096422
Anesty Claresta 2206096435
Aprilia Larasati 2206096441
Ashari Adi Abimantrana 2206096454
Bayu Bijaksana Rumondor 2206096460
Christopher Octavianus 2206096473
Danang Andi Raharjo 2106763751
Fajar Fikri 2206096486
Intan Anugraheni 2206096492
Kevin Andersen 2206096504
Lana Adila 2206096510
Muhamad Dwi Heriansyah 2206096523

Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si, SpFM(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1
MODUL FILSAFAT KULIAH UMUM: DISIPLIN & HUKUM KEDOKTERAN
JAKARTA
NOVEMBER 2022
No : B/1/XI/2022 Jakarta, 2 November 2022
Klasifikasi : Biasa
Lampiran : -
Perihal : Somasi

Kepada
Yth. dr. Andre Ali Adhitya, SpPD
di Jakarta
Saya, Intan Adila Heriansyah, S.H. advokat di Salemba Raya Law Firm yang
beralamat di Jalan Salemba Raya No. 4, Jakarta Pusat, selaku kuasa hukum dari
klien saya, saudara Muhamad Sana Mantrana, berdasarkan surat permohonan
yang diajukan oleh klien saya per tanggal 29 Oktober 2022, melayangkan somasi
kepada dr. Andre Ali Adhitya, SpPD:

1. Dasar :
a. Terjadi kesalahan identifikasi identitas terhadap orang tua dari klien
saya atas nama Tn. Andi
b. Kesalahan identifikasi tersebut berujung terhadap kesalahan
diagnosis penyakit dari Tn. Andi
c. Kesalahan diagnosis penyakit tersebut menyebabkan pemberian obat
yang tidak sesuai
d. Kejadian tersebut menyebabkan perburukan kondisi Tn. Andi
e. Bahwa kejadian tersebut adalah kejadian tidak diharapkan yang
seharusnya dapat dicegah oleh dokter dan pihak rumah sakit
f. Bahwa klien dan keluarga merasa Tn. Andi telah diposisikan dalam
kondisi yang semakin membahayakan kehidupannya dan
dirugikan dari segi materiil dan imateriil

2. Sehubungan dasar tersebut di atas, kami memberikan SOMASI kepada


saudara untuk:
a. Menyatakan permohonan maaf secara langsung kepada Tn. Andi
dan segenap keluarga
b. Memberikan perawatan lanjutan terbaik untuk Tn. Andi sebagai
bentuk tanggung jawab terhadap kesalahan yang dilakukan
c. Membayarkan kerugian yang dirasakan oleh Tn. Andi dan keluarga
sebesar Rp1.000.000.000,00 (1 miliar)

3. Bilamana surat somasi ini diabaikan, kami akan mengambil langkah hukum
lanjutan berupa pengaduan kepada pihak kepolisian.

Hormat saya,

Intan Adila Heriansyah, S.H.


1

Anda mungkin juga menyukai