Halaman Judul
Disusun oleh:
Danang Andi Raharjo (2106763751)
Program Studi:
Ilmu Penyakit Dalam
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si, SpFM(K)
Halaman Judul.............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
Refleksi Diri...............................................................................................................................1
Resume FIP-1.............................................................................................................................2
Resume FIP-2.............................................................................................................................3
Resume FIP-3.............................................................................................................................4
Resume FIP-4.............................................................................................................................5
Resume FIP-5.............................................................................................................................6
Resume FIP-6.............................................................................................................................7
Resume FIP-7.............................................................................................................................8
Resume FIP-8.............................................................................................................................9
Resume FIP-9...........................................................................................................................10
Resume FKU-1.........................................................................................................................11
Resume FKU-2.........................................................................................................................12
Resume FKU-3.........................................................................................................................13
Resume FKU-4.........................................................................................................................14
Resume FKU-5.........................................................................................................................15
Resume FKU-6.........................................................................................................................16
Tugas Puisi Kemerdekaan........................................................................................................17
Tugas Mandiri FIP-6................................................................................................................18
Tugas Makalah Lintas Prodi: Pendidikan Kedokteran Spesialis Terintegrasi Dengan Ilmu
Kesehatan Konvensional Dan Tradisional Dalam Mengatasi Pasca Pandemi Covid-19........19
Tugas Surat Somasi/Surat Balasan...........................................................................................20
ii
Refleksi Diri
Isi refleksi diri masing-masing yang sudah dibuat dari tugas analisis hukum per prodi untuk
pertanyaan nomor 9, dapat ditambahkan sesuai dengan apa yang sudah dipelajari selama
keseluruhan modul filsafat.
3
Resume FIP-1
RESUME KULIAH FILSAFAT
“FILSAFAT ILMU KEDOKTERAN SAAT INI”
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si., SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Kamis/18 Agustus 2022/Pkl 08.00-09.50
Kekuatan Kedokteran dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahap prudensial merupakan tahap
awal kita sebagai dokter untuk mencoba mengenali bagaimana kondisi pasien yang dating berobat
kepada kita. Sebaiknya menjadi pendengar yang baik, memuliakan pasien dan berusaha membuka
hubungan yang baik dengan pasien. Kedua adalah tahap deontology, yaitu sebagai Dokter, kita
harus Menolong setiap pasien tanpa membedakan, apakah pasien tersebut kaya atau miskin, sesuku
dengan kita atau tidak , bahkan berbeda agama sekalipun dengan kita. Dan terakhir adalah tahap
reflektif. Sebagai Dokter kita wajib menghargai setiap pasien. Menghargai pendapatnya dengan
mendengar setiap keluhan dan gejalanya, sebisa mungkin kita menjadi pendengar yang baik dan
berusaha memberiksan solusi atas permsalahan medis pasien.
Ada beberapa Pilar Ilmu Kedokteran yang wajib kita pahami. Pertama yaitu Biomedik, yang
mempelajari aspek klinis dari setiap pasien yang dating berobat kepada kita. Diperlukan
pemahaman yang baik untuk menentukan setiap diagnosa mauun terapi pada pasien. Selanjutnya
adalah Kedokteran Klinik adalah sebagai dokter kita masih sering terjebak hanya untuk diagnosis
dan terapi, tapi pada pasien ada aspek lainnya seperti psikologis dan jiwa yang kadang tidak kita
pahami. Berikutnya adalah Kedokteran Komunitas/Kesehatan Masyarakat dimana inilah aspek yang
seharusnya kita mampu pikirkan juga jadi tidak hanya mengenai pasien tapi juga mencakup
lingkungan di sekitar pasien, seperti keluarga,teman ataupun komunitas. Dan terakhir adalah
Bioetika/Humaniora Kedokteran untuk lebih mendetail mengenai prognosis untuk penyakit pasien.
4
ruang lingkup. Aspek Logika mengajarkan Teknik dan kaidah penalaran yang tepat. Dan terakhir
Filsafat Ilmu, merupakan suatu jenis keilmuan yang merupakan suatu paradigma dalam menyikapi
semua permasalahan yang ada disekitar kita. Definisi Paradigma,merupakan suatu sudut pandang
dalam menyikapi setiap permasalahan
Ilmu Kedokteran Moderen memiliki beberapa elemen, yang pertama adalah Fakta yang
sesuai dengan kejadian di lapangan tempat kerja kita semua. Kedua selalu didukunhg oleh data-data
yang empiris baik dari penelitian maupun laporan kasus. Kemudian ketiga juga terdapat konsep
yang baik untuk menjadikan ilmu yang lebih bermanfaat. Selanjutnya diajukan teori -teori yang
baru sesuai dengan hipotesa berdasarkan penelitian dan data serta yang terakhir dapat kita mampu
aplikasikan untuk kemajuan di bidang ilomu kedokteran dan kesehatanh di masa depan.
Kemudian juga terdapat perbedaan Kedokteran Modern dan Kedokteran Post Modern
Pada kedokteran post Modern tubuh dan jiwa menyatu, dengan tubuh sebagai subjek persepsi.
Tubuh juga menajdi perantara/jembatan antara kesadaran dan dunia objek
Pada kedokteran Modern--. Tubuh dan jiwa terpisah menjadi dua bagian sendiri-sendiri
Kemampuan berpikir abstrak secara teoritis dan sistematik yang logis akan membantu kita untuk
memberikan pelayanan dan mengerti pasien. Ruang Lingkup Filsafat Kedokteran memiliki
metodologi untuk menggabungkan Environment(lingkungan) dengan tetap berpusat pada
pasien(consumer) sehingga dokter(provider) mampu menghasilkan produk/layanan Kesehatan yang
baik
5
masyarakat dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Keempat yaitu Bioetika
dan Humaniora Kesehatan dimana untuk kepentingan kemanusiaan dengan tetap menjunjung tinggi
nilai HAM, meliputi bioetika-etikomedikolegal-hukum -antropolgi-sosiologi.
Kunci kompetensi untuk belajar sepanjang hidup ada beberapa hal. Pertama adalah
Komunikasi yang bai kantar sesame, baik sesame sejawat, sesame pasien, teman dan tentunya
keluarga. Kemudian yang kedua adalah mampu untuk hidup Bersama-sama di tengah banyaknya
perbedaan. Yang ketiga kita juga harus mampu berpikir kritis dan nalar, lebih banyak untuk
membaca literasi agar selalu berpikir kritis. Kemudian berikutnya sellau kreatif dan inovatif dalam
mencapai tujuan kita. Dan terakhir adalagh mampu untuk beradaptasi dalam setiap keadaan dan
perubahan. Dalam hal ini , kemajuan teknologi ke depan takkan terelekkan lagi, misalnya mampu
untuk melakukan telemedisin dengan pasien yang berada ribuan kilometer jauhnya dari kita. Hal ini
mampu untuk menolong pasien yang mungkin masih kesulitan untuk mendapat akses pelayanan
kesehatan.
Ilmu Kedokteran masa Depan akan menggabungkan beberapa hal ini, pertama adalah Presisi
merupakan suatu ketepatan dari seorang dokter dalam memberikan terapi dan diagnose. Yang kedua
adalah Preventif, sebisa mungkin kita banyak memberikan edukasi ke pasien sebelum penyakit
mengenai pasien, jadi lebih baik untuk mencegah. Ketiga adalah prediktif, kita mampu memberikan
prognosa yang tepat juga untuk keadaan pasien ke depan. Dan terakhir adalah partisipatoris, kita
juga mampu mengajak pasien Bersama-sama tukar pikiran bahkan pasien dapat kita ajak mengikuti
penelitian yang nantinya dapat berguna di masa depan mengenai kemajuan di bidang medis.
Dalam melakukan penelitian terhadap pasien jangan lupakan persetujuan tindakan dan
mengedepankan etika dalam setiap tindakan kita
Pasien pasca amputasi merasa harga dirinya menurun karena keterbatasan fisik dalam konteks
hubungan antar sesama
Pasien pasca angina pectoris secara rutin mengurangi segala aktivitas fisik, karena khwatir
aktivitas fisik yang melampauai batas dapat mengakibatkan terjadinya serangan kembali
Pasien perempuan pasca diperkosa merasa hancur karena harga dirinya ternoda. Perasaan
seperti inilah yang harus mampu dijauhkan dan sebagai dokter kita harus bisa membangkitkan
kembali rasa percaya diri dari pasien yang mengalami perasaan seperti ini.
6
Humaniora Kesehatan merupakan suatu wadah dan cerobong ilmu. Merupakan perluasan konsep
Humaniora kedokteran. Dan juga cerobong ilmu bantu praktis dari sekumpulan ilmu kemanusiaan:
sosiologi.
Bioetika Kesehatan adalah Disiplin ilmu baru sebagai pencerah,penggerak nilai, tekad
supertanggung jawab dan perilaku professional tenaga SDM Kesehatan, secara individual atau
kolektif dalam menyelemnggrakan setiap komponen system ketahanan Kesehatan nasional sebagai
pengabdian profesi yang menjamin keselamatan/kepentingan terbaik pasien/klien, tercapainya
kesehatanh masyarakat yang ideal berkelanjutan dan terinformasikan di tengah kemajuan
iptekdokkes dalam keseimabnagn dan keserasian tatanan lingkungan kehidupan setempat/nasional
menuju peradaban,kesejahteraaan dan perdamaian global yang abadi.
7
Resume FIP-2
RESUME KULIAH FILSAFAT
Manusia dan Pengasuh Ilmu Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr.dr. Budhi Setianto,Sp.JP(K)
Hari/Tanggal/Jam : Kamis/18 Agustus 2022/10.00-11.50
8
o Tidak dibatasi oleh umur , missal si anak yang masih kecil ingin mengikuti festival di
bulan Oktober tapi anak kecil tetap ngotot untuk mengikuti festival yang diikuti oleh
orang dewasa
o Memposisikan diri kita sebagaindokter dan tergantung keinginan kita disesuaikan
dengan kemampuan dan waktu kita
Re edukasi
o Kita berusaha menyembuhkan pasien dengan dasar keilmuan kita
o Tapi perlu diingatkan semua tetap atas kuasa Tuhan
o Pasien selalu memiliki aspek fisik, mental dan spiritual
o Dan bila seorang pasien itu mengalami sakit, yang menyembuhkan adalah Tuhan Yang
Maha Esa, kita sebagai dokter hanya sebagai perantara dan tgetap berupaya semaksimal
mungkin sesuai dengan keilmuan kita
Dzikir Quthub
o Nafsu Rodhiyah--. Mulia, zuhud ,ikhlas
o Nafsu Mardhiyah
o Nafsu Amarah--. Pelit dan serakah, bodoh,takabur
o Nafsu Mutmainah-> tidak kikir, tawakal dan beribadah dengan ikhlas
o Nafsu Lawammah
o Nafsu Kamilah
o Nafsu Mulhimah
Etik dalam menangani pasien jangan lupakan prinsiop Bioetika
o Otonomi
o Beneficience
o Non malfecience
o Social justice
Disiplin
o Sebagai seorang Dokter, kita wajib memiliki sikap Disiplin untuk meningkatkan skill,
pengetahuan dan sikap sopan. Sikap ini dapat menjadikan diri kita menjadi manusia
yang lebih baik dari segala sisi dalam memecahkan setiap permasalahan hidup kita.
Legal
o UU Praktek Kedokteran No.29 Tahun 2004
o UU Pendidikan Kedokteran No.20 Tahun 2013
9
o Lafal sumpah Dokter
o Kodeki
o Kode medical etik Helsinki, Nurenberg
Dokter berjati diri Indonesia-pasien melebihi Insan Biomedik ialah nilai-nilai yang dianutnya
untuk sembuh termasuk harapan terbaiknya.
Candra Jiwa Indonesia aspek Fisik, Mental dan Spiritual
o Aspek fisik sadar secara biologis mengenai posisi diri, tidak membeda-bedakan pasien
o Aspek mental memiliki hati dan Nurani yang selalu mengasihi sesame manusia
o Spiritual sadar secara kolektif (Tripurusa), selalu bertwakal kepada Tuhan Yang Maha
Esa
o Makrokosmos sadar secara kolektif
o Mikrokosmos
10
Resume FIP-3
RESUME KULIAH FILSAFAT
Konsep Penyusunan Pohon Ilmu Kedokteran Kampus Merdeka Berdasarkan Ilmu
Kesehatan Tradisional Indonesia
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr.dr.Erni Hernawati Purwaningsih,M.S
Hari/Tanggal/Jam : Jumat/19 Agustus 2022/07.30-09.20
Kedua adalah berdasarkan Ilmu kedokteran Barat, disini para calon dokter akan
mempelajari Ilmu Biomedik, Ilmu Klinis(bedah dan non bedah) dan Ilmu kedokteran Komunitas.
Dalam Ilmu Biomedik, seorang dokter harus melihat pasien secara holistic, jadi tidakp melulu
melihat fisik pasien. Dalam menegakkan diagnose, juga harus dipertimbangkan factor psikologis
dan mental. Kemudian dari ilmu klinis, seorang dokter setelah mempelajari berbagai teori selama
3,5 tahun Pendidikan non klinis, nantinya selama 1,5 sampai 2 tahun akan menjalani Pendidikan
klinis di rumah sakit untuk langsung berpraktek di lapangan. Disinilah kita akan diuji Kembali
untuk melihat kesesuaian antara teori yang dipelajari dengan praktek di lapangan. Dan terakhir
adalah ilmu kedokteran komunitas, dimana nantinya seorang dokter selama menempuh Pendidikan
juga akan terjun ke tengah-tengah masyarakat untuk mempelajari kedokteran komunitas. Hal ini
11
akan berguna karena nantinya saat bekerja, dokter juga harus mempertimbangkan dinamika-
dinamika penyakit ataupun kebiasaan di masyarakat, missal saat ini terjadi pandemic covid, yang
asal muasalnya diduga dari kelelawar yang terinfeksi virus corona. Dan virus ini menyebar karena
kurangnya perilaku hidup bersih di kalangan masayarakat seperti rendahnya kesadaran mencuci
tangan. Dengan adanya pandemic virus corona, maka pelan-pelan kesadaran masyrakat untuk
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, yang dimulai dengan rajin mencuci tangan baik
dengan sabun ataupun alcohol, pelan pelan mulai dapat ditingkatkan.
Yang ketiga adalah berdasarkan Evidence Based Medicine. Setiap terapi ataupun Tindakan
medis yang akan kita berikan ke pasien, biasanya selalu melalui uji klinis sebelumnya. Jadi apapun
Tindakan dan terapi yang diberikan, akan memberikan keamanan dan efektivitas yang baik. Tapi
seiring berjalannya waktu, ilmu kedokteran selalu berkembang pesat. Jadi, hal yang saat ini
dilakukan, mungkin di masa depan akan diubah dan digantikan dengan hal lain yang lebih
efektif,sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Dan yang terakhir adalah berdasarkan standar Kompetensi Dokter Indonesia. Dalam
rumusan system Kesehatan nasional di Indonesia, telah ditetapkan 144 diagnosa penyakit yang
harus dapat diselesaikan di fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Diluar penyakit yang termasuk
Kompetensi dokter Indonesia, maka dokter umum wajib merujuk pasien ke fasilitas Kesehatan
tingkat lanjut. Dan sebelum resmi melakukan sumpah dokter, seorang dokter wajib melakukan ujian
kompetensi dasar yang dilakukan secara serentak. Ujian ini berguna untuk mengukur sejauh mana
kompetensi setiap dokter saat selesai menempuh Pendidikan non klinis dan klinis. Dan juga di
setiap kolegium ilmu, juga telah ditetapkan berbagai kompetensi yang wajib dikuasai oleh dokter
umum maupun dokter spesialis.
Di Indonesia, memang terdapat beberapa aliran juga mengenai Ilmu kedokteran. Pertama
tadi yang berdasarkan adaptasi dari kedokteran Barat, yang kedua adalah berdasarkan Ilmu
Kesehatan tradisional yang diturunkan turun temurun.
Dalam konsep Pohon Ilmu, terdapat 4 Landasan. Yang pertama adalah Landasan Filosofi
dimana sebagai sebuah bangsa yang besar, tujuan utamanya adalah untuk menyehatkan seluruh
elemen lapisan bangsa. Kemudian yang kedua adalah landasan sosiologi dimana ini memperhatikan
posisi Indonesia di lingkup regional dan global, misalkan saat pandemic saat ini kita sebagai bangsa
juga wajib tolong menolong dengan bangsa lain misalkan kita memberikan bantuan obat dan vaksin
ke negara negara miskin. Kemudian yang ketiga adalah landasan budaya, dimana Pendidikan di
Indonesia juga mengadaptasi dari Pendidikan negara lain. Dulu kita lama dijajah oleh belanda dan
sebagai efeknya, system Pendidikan terutama kedokteran kita banyak mengadaptasi dari system
12
Pendidikan belanda. Misalkan istilah-istilah seperti kamar operasinyang merupakan saduran dari
Bahasa belanda. Dan terakhir adalah landasan substantif, yang banyak memuat mengenai visi misi
dan tujuan maupun standar kompetensi mengenai profesi Dokter di Indonesia.
Dalam prakteknya ,terdapat perbedaan dari dua hal yaitu model kedokteran konvensional
dengan model kedokteran vibrasional. Dalam model kedokteran konvensional, memandang otak
sebagai system computer dengan kesadaran merupakan suatu hasil produk dari berbagai aktivitas
listrik di otak. Aliran ini menganggap tubuh kita sebagai sebuah mesin yang digerakkan secara
sadar dari pusatnya yaitu otak. Kemudian jika terjadi suatu penyakit, pengobatan dan terapi
bertujuan untuk menghilangkan keadaan yang tidak normal dari mekanisme tubuh kita.
Kemudian model yang kedua adalah model kedokteran vibrasional. Model ini memandang
adanya otak dan roh sebagai pusat dari segala aktivitas di Dalam tubuh kita. Model ini juga
beranggapan bahwa tubuh merupakan sebuah system energi yang dinamis. Jika terjadi suatu
penyakit, biasanya penyebab nya adalah emosi dan roh yang dapat mempengaruhi penyakit melalui
adanya hubungan neurohormonal antara tubuh , pikiran dan ruh. Ketidkaseimbangan yang terjafi
berusaha diatasai dengan pemberian terapi dan obat.
13
Resume FIP-4
RESUME KULIAH FILSAFAT
Filsafat Ilmu & Potensi Terapan di Pelayanan Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Dr. dr. Rahyussalim, SpOT(K)
Hari/Tanggal/Jam : Senin/29 Agustus 2022/13.00-15.00
Filsafat adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan. Asal kata Filsafat berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu Philos yang artinya cinta dan Sophia yang artinya kebijaksanaan. Dan secara garis
besar Ilmu Filsafat merupakan suatu cabang ilmu yang mencari pola pikir untuk mendasari setiap
aktivitas, kegiatan dan tindakan atas suatu pemikiran. Dan kita juga sambil mencari hubungan
antara berbagai ilmu pengetahuan yang kita kumpulkan dari berbagai disiplin ilmu ,yang kita susun
secara sistematis dan teratur.
Ilmu sendiri secara definisi adalah suatu usaha manusia untuk menemukan dan memahami
berbagai teori dari segi kejadian alami sampai nanti merumuskan sesuatu yang tepat. Ilmu bersifat
menjelaskan sesuatu yang dirasa masih belum jelas. Kemudian dengan metode ilmiah , itu adalah
cara manusia untuk memahami segala sesuatu melalui riset. Dan dengan kemampuan logikanya,
manusia dapat mencari suatu keterangan yang masuk akal.
Sementara Kedokteran berasal dari Bahasa Belanda” Dokter” yaitu merupakan seseorang
yang ahli Dalam menyembuhkan orang. Kedokteran selalu meliputi, ada Dokter yang berusahan
menyembuhkan, kemudian ada pasien yang menderita suatu keluhan atau penyakit yang harus
disembuhkan dan terakhir adanya upaya dari seorang Dokter dengan persetujuan pasien unutk
melakukan tindaka atau terapi yang memiliki tujuan untuk menyembuhkan.
Dalam melakukan tugasnya, Dokter memiliki sifat yang mulia. Beberapa diantaranya adalah
selalu mengedepankan cinta dan kasih terhadap sesame. Selalu memiliki empati dan keinginan
untuk menolong orang yang sedang kesulitan. Kemudian bersikap kritis dan mampu memberikan
solusi dari permasalahan pasien. Selalu tenang dan percaya diri Dalam memberikan terapi. Dan
kesadaran bahwa yang menyembuhkan bukanlah kita, tetapi kita sebagai perantara dari Tuhan Yang
Maha Esa Dalam menyembuhkan pasien yang sakit.
Makna dari Filsafat Ilmu Kedokteran adalah mencari dasar pemikiran dan tindakan dalam
upaya penyembuhan pasien. Kemudian membahas bagaimana sebaiknya Dokter bersikap kepada
14
pasien dengan mengedepankan etika dan moralitas. Ada empat pilar Dalam ilmu kedokteran, yaitu
Biomedik, Kedokteran Klinis, Kedokteran Komunitas dan Humaniora Kedokteran. Dan ini semua
mencakup semua Langkah Dalam penyembuhan pasien, yaitu diagnosis untuk menentukan berat
ringannya sakit pasien, kemudian dengan menegakkan diagnosis yang tepat kita sebagai dokter
dapat memberikan terapi atau tindakan dengan lebih tepat dan efisien. Terakhir yang tidak boleh
terlupakan adalah menjelaskan prognosis kepada pasien mengenai kemungkinan dari penyakitnya,
apakah bisa sembuh sempurna, sembuh sebagian ataukah nanti memang menjelaskan hal yang pahit
kepada pasien tentang prognosis pasien tersebut.
Pada prakteknya sebagai seorang Dokter kita akan dihadapkan pada kenyataan akan
menghadapi Paradigma sosial dan paradigma materialistik. Sebagai seorang dokter kita harus
mampu menempatkan diri kita di tengah dua paradigma tersebut. Dalam hal paradigma sosial, kita
harus merasakan empati kepada pasien, misalnya pasien kecelakaan yang kurang mampu terpaksa
menolak saran kita untuk dilakukan operasi dikarenakan ketiadaan biaya. Sebagai seorang dokter,
hendaknya kita menjelaskan prognosis jika pasien tersebut tidak dilakukan tindakan operasi. Dan
sebagai bentuk kepedulian kita, kita bisa juga menyarankan pasien untuk mengurus BPJS sebagai
salah satu alternatif untuk memudahkan pembiayaan pasien tersebut.
Kemudian ada lagi contoh kasus, ada seorang pasien dating di IGD dengna keluhan nyeri
perut,setelah kita sebagai dokter lakukan pemeriksaan tidak ditemukan indikasi harus rawat inap
atau dilakukan Tindakan operasi. Tapi di sisi lain, Rumah sakit tempat kita bekerja membutuhkan
pasien yang dioperasi untuk menaikkan pendapatan rumah sakit. Sebagai seorang dokter yang
mengedepankan moral dan paradigma sosial, tentunya kita harus pandai menempatkan diri. Saya
akan bersikap tetap memberikan terapi sesuai dengan indikasi pasien tersebut. Karena pasien
tersebut tidak ditemukan kegawatdaruratan, jadi sebagai dokter saya tidak akan menjelaskan ke
pasien tgersebut untuk dilakukan operasi. Walaupun nantinya rumah sakit tempat saya bekerja akan
kehilangan pendapatan ataupun juga berakibat ke pekerjaan saya, saya tetap akan mengedepankan
nilai kemanusiaan dan keselamatan pasien.
Kemudian di kasus yang ketiga,ketika ada pasien dengan usia lanjut dirawat dengan
diagnosa sepsis. Di rumah sakit tempat kita bekerja, memiliki aturan bebas memberikan antibiotik.
Kemudian di sisi lain, ada perusahaan farmasi yang datang dengan memberikan iming-iming
tertentu jika kita meresepkan antibiotik buatan perusahaan farmasi tersebut. Sebagai seorang dokter,
saya akan bersikap tetap mengedepankan terapi sesuai indikasi terhadap pasien. Jadi saya akan
memeberikan antibiotic sesuai dengan indikasi pasien tersebut. Karena selain menjunjung tinggi
paradigma sosial, kita juga sedang memberikan keamanan kepada pasien. Jika kita memberikan
15
antibiotik sesuai dengan permintaan farmasi, selain berisiko terjadinya resistensi juga pada pasien
lanjut usia juga bisa saja terjadi reaksi alergi terhadap obat yang diberikan. Dan saya percaya tidak
semuanya tentang kedokteran dan dunia medis selalu berorientasi dengan uang. Tapi bagaimana
kita sebagai dokter menjadi kepanjangan Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi berkah bagi pasien-
pasien yang membutuhkan pengobatan dan solusi dari konsultasi kepada kita.
16
Resume FIP-5
RESUME KULIAH FILSAFAT
Kaidah Dasar Bioetik dan Prinsip Prima Facie
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Dr. dr. Yuli Budiningsih, SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Selasa/23 Agustus 2022/Pkl 13.00-14.50
Dalam deklarasi Bioetika dan Hak Asasi Manusia ada beberapa cakupan pasal diantaranya
menangani masalah etika yang terkait dengan kedokteran, karena kita sebagai dokter wajib
memperhatikan aturan-aturan ini dalam setiap interaksi kita kepada pasien dengan memperhatikan
aspek-aspek sosial, lingkungan dan kemanusiaan.
Dalam prinsip dari Bioetika terdiri dari 4 prinsip yaitu Beneficience, Non Maleficence,
autonomy dan justice. Misal jika terdapat kondisi kegawat daruratan dalam penanganan pasien yang
sedang antri, awalnya pasien kita perlakukan dilayani sesuai dengan antrian, prinsip ini kita
menggunakan justice. Tapi saat ada pasien yang sedang antri membutuhkan penanganan segera, kita
harus mendahulukan pasien yang darurat tersebut dengan mempertimbangkan prinsip non
maleficience. Kemudian terdapat juga kaidah-kaidah turunannya seperti persetujuan sebelum
tindakan, kejujuran, menjaga rahasia pasien dan menceritakan kebenaran.
Dalam metode etika klinis yang dikemukakan oleh Jonsen dan kawan kawan, mereka
melakukan analisis moral terhadap empat jenis kategori yaitu kategori indikasi medis, pilihan pasien
,kualitas hidup dan terakhir konteks utama. Secara garis besar dalam prinsip kategori indikasi medis
ini, seorang dokter akan mengedepankan apa yang terbaik bagi pasien. Dengan tentunya selalu
berdiskusi dan bertukar pikiran dengan pasien maupun keluarga pasien sebelum mengambil
keputusan. Jangan sampai keputusan yang diambil akan merugikan pasien. Kemudian yang kedua
adalah pilihan pasien, dimana disini sudut pandang pasien akan lebih dipikirkan kembali, misalkan
setelah tindakan amputasi bagaimana nanti pekerjaan pasien selanjutnya, dan cara menjalani hidup.
Selanjutnya prinsip yang ketiga adalah kualitas hidup pasien. Ini merupakan gabungan dari
beneficience dan non maleficence. Misalkan tadi setelah tindakan medis berupa amputasi, setelah
dilakukan tindakan atas dasar indikasi medis, seorang dokter juga harus memikirkan bagaimana
nanti kedepannya jika pasien menjalani hidup, jangan sampai kualitas hidup pasien menjadi
menurun. Dan terakhir adalah konteks utama, misal jika ada pasien meninggal yang masih diduga
17
terinfeksi covid, kita tetap memperlakukan sebagai pasien covid untuk menghindari penularan
kepada keluarga atau masyarakat sekitar.
Contoh etika kepada pasien, dapat diambil suatu contoh misalkan saat kita shift malam dan
hamper menyelesaikan dinas kita ,ternyata dating seorang pasien dengan perdarahan dari vagina.
Setelah kita periksa, didapatkan fakta bahwa pasien tersebut kemungkinan pasca melakukan aborsi.
Kemudian kita tidak melakukan edukasi mengenai diagnose dan Tindakan yang akan dilakukan tapi
hanya menitipkan kepada perawat jaga. Sebaiknya sebagai dokter yang menjunjung etika , kita tetap
harus menerangkan dan mengedukasi pasien tersebut sebelum kita pulang dan juga melakukan
operan data dan operan jaga yang baik kepada teman sejawat lainnya yang menggantikan kita di
shift selanjutnya.
Contoh etika kepada pasien lainnya adalah sikap kita saat menemui pasien yang bolak-balik
berobat kepada kita tapi di satu sisi juga berpindah-pindah berobat ke dokter lainnya. Sebaiknya jika
menemui pasien seperti ini, kita tetap harus bersikap sabar dan mengedukasi pasien. Karena dengan
berpindah-pindah berobat ke beberapa dokter juga akan berakibat tidak baik dengah pasien karena
bisa saja pengobatan dan terapi yang akan diberikan akan berbeda-beda. Kita tetap melakukan tugas
kita, tetap sabar dan memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi dan keilmuan yang kita
miliki. Dan jangan lupa jika pasien tersebut membutuhkan rujukan ke sejawat yang lebih kompeten,
sebaiknya kita juga segera memberikan rujukan kepad pasien tersebut.
Contoh etika kesejawatan missal dalam suatu praktek kita mendapati sejawat bedah masih
menggunakan teknik lama yang sudah tidak dianjurkan kembali. Tugas kita sebagai teman sejawat
adalah mengingatkan beliau. Mungkin memang sebaiknya tidak langsung dilaporkan ke atasan tapi
ada baiknya kita berbicara dulu secara langsug sebagai seorang sejawat dan mengingatkan beliau
akan pentingnya keselamatan pasien. Karena jika masih menggunakian teknik yang lama, maka
akan kemungkinan merugikan dan membahayakan pasien.
Contoh etika penelitian, misalkan kita akan melakukan suatu inovasi terhadap efekttivitas
terhadap penggunaan obat tertentu. Dalam melakukan uji klinis, sebaiknya sudah aman terlebih
dahulu. Pertama kita memberikan edukasi, mengenai efek obat tersebut, reaksi apa saja yang
mungkin terjadi dan juga keunggulan obat tersebut dibandingkan dengan obat yang sebelumnya
biasa digunakan. Jika pasien setuju kita dapat menambahkan dengan tanda tangan diatas formular
persetujuan tindakan dan formular persetujuan ikut penelitian. Dan kita juga harus sigap jika
sewaktu-waktu pasien mengabarkan terdapat rekasi tertentu dari obat yang kita berikan dalam
rangka penelitian tersebut.
18
Praktik kedokteran Indonesia sejak jaman dahulu memang selalu untuk berpotakan ke empat
prinsip bioetika tadi. Banyak sekali permsalahan yang terjadi di sekitar kita misalkan masih
maraknya praktek Kesehatan dari tenaga non medis yang seringkali merugikan pasien. Anehnya
adalah masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih percaya kepada praktek tersebut dan tuntutan
terhadap dokter justru lebih tinggi untuk memberikan pelayanan kepada pasien padahal seringkali
pasien-pasien tersebut sudah terlambat penanganan karena sebelumnya pasien tersebut memilih
untuk berobat ke tenaga non Kesehatan tersebut. Memang masih memprihatinkan kondisi ini, untuk
mengubahnya hanya dengan satu cara yaitu ada diantara kita yang menjadi anggota legislative yang
mampu menerbitkan aturan untuk menertibkan hal-hal seperti ini.
19
Resume FIP-6
RESUME KULIAH FILSAFAT
“ETIKA KEDOKTERAN INDONESIA”
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr.dr.Agus Purwadianto,DFM,S.H.,M.Si.,SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Senin/22 Agustus 2022/Pkl 09.30-11.50
Etika adalah suatu tatanan atau aturan mengenai hal-hal baik yang seharusnya dilakukan.
Seiring dengan perkembangan zaman , selalu ada perubahan mengenai konsep Etika Kedokteran.
Dalam Etika Kedokteran telah diatur di dalam KODEKI(Kode Etik Kedokteran Indonesia). Jika
terdapat perubahan seperti misalnya telemedisin, akan ditambahkan di dalam fatwa-fatwa. Sebagai
seorang dokter, kita akan dijadikan panutan oleh profesi-profesi lain, hal ini dikarenakan,kita akan
bekerja dengan tulus, ikhlas dan sabar ,mandiri penuh tapi tetap menyesuaikan dengan batas
kemampuan yang kita miliki.
Dalam nilai Personal sebagai manusia, kita sebagai professional akan berpegang pada dua
aturan. Pertama adalah kaidah ilmu pengetahuan. Contohnya seperti integritas peneliti. Kemudian
yang kedua adalah nilai atau norma yang ada di dalam pemerintahan seperti Pancasila,UUD 1945,
UU dan lainnya.
Dalam Lintasan Etika Kedokteran,seorang dokter harus berani mengambil sikap. Sikap yang
didsarkan dari integritas profesi untuk taat menjalankan aturan, pengabdian kepada profesi dan
selalu memperlakukan sejawat seperti saudaranya sesuai sumpah dokter, dan ramah menangani
pasien Dalam apapun kondisi yang sedang terjadi. Dan dokter selalu berpegang untuk belajar
sepanjang hayat dan selalu belajar untuk meningkatkan skill maupun ilmu baik kedokteran maupun
komunikasi.
Tujuan dari Organisasi Profesi adalah untuk menyatukan sekumpulan Dokter agar memiliki
sikap yang sama, disiplin yang sama dalam memandang berbagai persoalan dan etika. Jadi dalam
menghadapi pasien kita harus selalu berpegangan dengan etika dan moral.
Ciri tambahan profesi dalam melakukan pekerjaan selain uang dan prestise , sebagai dokter
juga diperlukan integritas yang tinggi. Kenapa karena seumur hidup dikarenakan kewajiban untuk
terus belajar sepanjang masa. Bukan hal yang mudah tapi sebagai dokter, untuk memberikan
20
pelayanan yang paripurna kepada pasien sebaiknya kita selalu memiliki sikap yang lapar akan ilmu
sehingga kita selalu mampu memberikan yang terbaik kepada pasien.
Ciri profesi luhur/mulia ada beberapa. Yang pertama adalah tekad untuk mencapai dan
mempertahankan kualitas terbaik kemanusiaan dan Kesehatan. Misal berani untuk menegur sejawat
yang melakukan kesalahan agar di kemudian hari mampu memperbaiki diri. Kemudian kedua
adalah tekad untuk berani berkurban, maksudnya adalah mampu berkorban tenaga, waktu dan
bahkan biaya demi kebaikan pasien maupun pelayanan yang akan diberikan kepada pasien.
Cara mencapai nilai Keluhuran dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah memiliki
integritas terhadap profesi. Kedua adalah loyalitas, artinya dalam keadaan apapun kita tetap
mendedikasikan waktu kita kepada pasien untuk tetap menolong. Kadang bahkan kita
mengesampingkan kepentingan kita demi membantu pasien.
Nilai Etik erat hubungannya dengan moralitas. Yang paling mendasar adalah kita mematuhi
segala perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Dan etika ini akan dibagi menjadi etika deskriptif
dan etika normatif. Kedua nilai ini memang terkadang saling berlawanan, tapi pada prinsipnya kita
harus mempraktekan keduanya.
21
Berikut ini adalah bebrapa perbedaan dari Etika Deskriptif dan Normatif. Pada etika
Deskriptif tidak ada prasangka terhadap perilaku moral yang diyakini, sebaliknya pada etika
normative itu mengklasifikasikan perilaku berdasarkan kesesuain dengan martabat manusia. Pada
etika deskriptof kita mendapat sumber pembelajaran dari tradisi dan adat istiadat, sementara dari
etika normative kita mendapatkannya sejalan dengan martabat manusia.
Moralitas adalah selalu mampu menempatkan etika diatas segalanya. Jadi hal-hal yang tidak
boleh dilakukan karen atidak sesuai dengan etika tetap harus selalu dihindari. Moralitas selalu
bersumber dari akal pikiran dan norma yang berlaku. Moralitas ideal adalah prinsip atau nilai yang
memiliki tujuan. Sementara moralitas aturan adalah menitikberatkan kepada aturan yang mengatur
apa saja yang termasuk baik dan salah.
Kelompokkan substansi Kodeki adalah 3 hal. Pertama adalah tekad perjuangan atau
komitmen seorang dokter terhadap profesinya sendiri. Komitmen untuk selalu meningkatkan
pengetahuan dan skil agar mampu memberikan pelayanan yang baik kepada pasien. Kemudisan
yang kedua adalah janji public profesi, seorang dokter terikat kepada sumpahnya untuk selalu
menolong pasien Dalam keadaan apapun. Missal pada saat terbang dengan pesawat dan ada
penumpang terkena serangan jantung, seorang dokter wajib memberikan pertolongan pertama
kepada pasien tersebut sampai nanti pesawatnya mampu tiba ataupun mendarat darurat untuk
memberikan bantuan medis lebih lanjut. Kemudian adanya Batasan antara tekad dan janji. Seorang
dokter memang wajib untuk memberikan pertolongan kepada pasien. Tapi tetap harus dilihat
bagiamana kompetensi dokter tersebut, missal seorang dokter umum jika mendapat pasien yang
memerlukan perawatan lebih lanjut wajib untuk melakukan rujukan atau konsul kepada spesialis
agar pasien mampu mendapatkan perawatan yang lebih baik dan tepat. Dokter umum tadi tetap
berkewajiban untuk memberikan pertolongan atau penanganan pertama sesuai bidang keilmuan dan
kompetensinya.
Substansi Kodeki terdiri dari beberapa bagian. Pertama kompetensi merupakan cara sah
memperoleh dan menjaga integritas personal dan professional. Kemudian yang kedua adalah
responsibilitas individu insan profesi, merupakan cakupan ,jenis dan bentuk pada pekerjaan dan
diluar dinas. Selanjutnya adalah akuntabilitas profesi, yang merupakan suatu kewajiban seorang
dokter untuk menjunjung integritas profesinya. Dan terakhir adalah tekad dan kepedulian terhadap
kemanusiaan, Dalam hal ini sebagai dokter tetap harus empati dengan kondisi dan penderitaan
pasien. Dan sebaiknya juga mampu menempatkan posisi mengerti kondisi pasien.
Sebagai kesimpulan etika kedokteran merupakan etika yang harus dijunjung tinggi karena
sebagai profesi luhur tertua di bidang Kesehatan menjadi model etika tenaga Kesehatan lainnya atau
22
bahkan profesi non tenaga Kesehatan. Keluhuran profesi dapat dijamin melalui kode etik dan
standar perilakunya Dalam pelayanan Kesehatan sebagai etika normative dan deskriptif yang publik
sennantiasa siap dirperbarui oleh organisasi profesi sesuai dengan perkembangan waktu dan zaman.
Di Indonesia untuk kode etik kedokteran diatur Dalam Kodeki yang di dalamnya telah termasuk
sebagai teori etika dan kaidah dasar bioetika sebagai disiplin ilmu tersendiri untuk diabdikan bagi
kepentingan terbaik pasien sebagai insan manusia atau sebagai disiplin humaniora kesehatan.
23
Resume FIP-7
RESUME KULIAH FILSAFAT
Pengembangan Etika Rumah Sakit
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FIP-7 Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H., SpFM(K),
SpKP-IPD-Danang Andi Raharjo-5 September 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/5 September 2022/ 08:00-09:40
Etika dalam pelayanan di rumah sakit terdiri dari etika dalam bersikap perilaku sebagai
insan rumah sakit(Code of conduct), kemudian etika dalam bersikap dan perilaku sebagai
profesional(code of professional conduct), etika dalam membuat keputusan klinis secara individu
maupun tim dan terakhir adalah etika dalam membuat keputusan manajerial(etik organisasi,etik
bisnis).
Pertama adalah etika berperilaku sebagai insan rumah sakit. Disini kita memposisikan diri
sebagai bagian dari rumah sakit. Jadi harus terus menjunjung komitmen terhadap visi misi dan
budaya di rumah sakit tempat kita bernaung, kemudian etika terhadap pasien harus selalu ramah dan
menghargai privasi pasien, focus saat berkomunikasi dengan pasien dan bermain gadget saat
berkomunikasi dengan pasien. Dan etika juga saat menjalin hubungan dengan sejwat lainnya
maupun karyawan rumah sakit yang lain. Kita harus saling menghormati dan tidak menjatuhkan
teman sejawat lainnya.
Kemudian yang kedua adalah etika bersikap dan berperilaku profesi. Disini kita
memposisikan diri sebagai bagian dari organisasi profesi dokter dalam hal ini adalah IDI. Beberapa
hal yang bisa dilakukan diantaranya adalah saling menghormati secara keprofesian, bersikap
informatif dan kooperatif, berkolaborasi dalam memberikan pelayanan, tidak menjelekkan tenaga
kesehatan lain di depan pasien, dan kita harus jujur dan tidak berbohong. Dalam membuat
keputusan klinis, kita harus menggunakan teori etik, kaidah dasar bioetik, etika klinis dan algoritma
pembuatan keputusan.
Beberapa teori etika yang biasa seorang dokter gunakan. Teori berdasarkan “agent”, dimana
teori ini berdasarkan nilai-nilai kejujuran, kebaikan, keramahan, perhatian da lainnya. Hubungan
dokter-pasien harus berdasarkan konsep ini, jangan hanya berdasarkan hukum. Teori yang kedua
adalah etik berdasarkan “act”, dimana benar salahnya diambil dari agama, hukum alam, hukum
benar dan salah. Selanjutnya adalah teori etik berdasarkan hasil. Benar dan salahnya tergantung
24
kepada hasil akhir, missal tindakan amputasi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
yang lebih meluas pada pasien.
Pada saat pandemic covid, ada beberapa hal yang dalam keadaan biasa/normal dianggap
melanggar etik. Contoh pertama adalah kita harus membuka rahasia diagnose pasien demi
kepentingan pelacakan kontek erat pada pasien yang positif covid. Hal ini jika Dalam kedaan umum
bisa disebut akan melanggar etik karena membuka rahasia pasien. Kemudian saat pandemic juga
secara protocol pada pasien-pasien yang positif pada awal pandemic, kita harus lakukan karantina
dan isolasi. Hal ini mungkin pada saat normal, akan melanggar hak pasien. Tapi karena ini demi
kepentingan orang banyak, hal seperti ini harus dilakukan walaupun kita juga jadinya
menghilangkan hak pasien untuk memilih perawatan. Tapi bagaimana car akita
mengkomunikasikan kepada pasien dan keluarga agar dapat dimegerti.
Dalam hubungan dengan Etik profesi,klinis,organisasi di rumah sakit ada beberapa hal yang
harus kita perhatikan. Pertama adalah prinsip “autonomy”, secara definisi adalah setiap orang
memiliki kapasitas untuk menentukan nasibnya sendiri dimana control social atas individu hanya
sah apabila terpaksa untuk melindungi hak orang lain. Kemudian prinsip kedua adalah “non
maleficence” secara definisi adalah kita jangan sampai mencederai pasien. Dimana tindakan yang
merugikan belum tentu dianggap tindakan yang buruk misalnya Tindakan tersebut secara intrinsic
tidak salah. Misalnya pemberian morfin untuk mengurangi nyeri pada pasien kanker. Karena
niatnya memperoleh akibat yang baik dari tindakan yang dilakukan. Selanjutnya adalah prinsip
“Beneficence” secara definisi adalah mempertimbangkan biaya dan besarnya resiko. Dan terakhir
adalah prinsip “justice” dimana seseorang layak untuk menerima apa yang seharusnya didapat.
Cara menggunakan prinsip dan aturan ada beberapa. Pertama sebagai rules of thumb dimana
prinsip hanya untuk disebut tapi tidak mengikat sama sekali. Kedua adalah sebagai hal yang absolut
dimana prinsip itu tidak dapat diabaikan dan sangat mengikat. Terakhir sebagai prima facie dimana
prinsip dipakai sebagai pedoman, tetapi tidak mengikat. Prinsip dapat dikalahkan oleh prinsip
lainnya yang terbukti lebih benar.
Contoh kasus missal ada pasien perempuan usia 14 tahun dating untuk meminta dipasang
IUD dengan alasan sering berhubungan dengan kekasihnya. Dalam hal ini yang dapatt kita lakukan
kitab isa menggunakan prima fasia. Walaupun pasien berhak membuat keputusan tapi Dalam hal ini
tidak semua keinginan pasien dapat kita berikan karena keinginan yang diminta pasien ini akan
membahayakan dan tidak sesuai dengan nilai sosial.
25
Dalam masa kini, masalah terkait etika juga ada beberapa. Saat ini cenderung bergerak kea
rah konsumerisme dan materailisme yang mempengaruhi etika profesi di bidang Kesehatan.
Pembuatan keputusan juga harus berdasarkan kepentingan publik. JaminanKesehatan nasional ,
mempengaruhi keputusan, pembatasan sumber daya dan pembatasan layanan. Akibatnya adalah
terjadi ketidakseimbangan antara kualitas dan keselamatan dengan efisiensi.
Di setiap rumah sakit juga terdapat kendali mutu dan kendali biaya. Dengan beberfapa
pertimbangan seperti indikasi dengan efek samping, kemudian tujuan Tindakan dengan nilai yang
dianut pasien, lalu ada asas manfaat dengan prognosis dan manfaat terhadap resiko dan biaya.
Kemudian ada isu-sieu tentang kehidupan yang kini masih menjadi kontroversi. Missal isu
tentang cloning yang secara teknologi kini memungkinkan untuk dilakukan. Tapi pada prakteknya
untuk di negara kita saat ini masih dilarang dikarenakan masih bertentangan dengan nilai agama.
Namun juag ada yang berpendapat jika agama juga sebenarnya mengajarkan untuk manusia berpikir
dan melampaui batasnya. Kemudian isu berikutnya adalah mengenai akhir dari kehidupan.
Tindakan euthanasia atau mengakhiri kehidupan pasien harus tetap mempertimbangkan beberapa
prinsip. Artinya hal ini dapat dilakukan jika memang merupaka suatu permintaan dari keluarga dan
pasien memang menunjukkan tanda-tanda sperti telah mati batang otak. Tapi pada prakteknya
menjalankan ini merupakan suatu hal yang sulit. Dan jangan lupa yang terpenting tetap harus
dilakukan persetujuan sebelum Tindakan ke keluarga pasien.
26
Resume FIP-8
RESUME KULIAH FILSAFAT
Logika Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpFM(K), SH, LLM, FACLM-IPD-Danang Andi
Raharjo-29 Agustus 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/29 Agustus 2022/ 08:00-09:50
Berpikir kritis adalah hal yang penting dalam dunia kedokteran. Tahapannya adalah kita
dihadapkan pada sesuatu dan situasi yang spesifik dengan pasien saat itu. Kemudian setelah timbul
masalah klinis, kita harus mencoba mencari jalan keluar dari masalah klinis yang dihadapi pasien
tadi. Kemudian kita membangun hipotesa atau jawaban sementara dari masalah klinis tadi. Dan
terakhir kita akan membangun struktur yang memproteksi argument yang akan kita bangun.
Kemudian kita juga memiliki enam cara berpikir. Yaitu topi biru, topi hijau, topi kuning,
topi merah, topi putih dan topi hitam. Pertama adalahtopi putih berpikir netral dan objektif, tanpa
memeriksa fakta yang sebenarnya. Kemudian yang kedua adalah topi merah menggunakan intuitif
dengan memakai emosinya. Kemudian yang ketiga adalah, topi hitam dengan cara berpikir yang
lebih berhati-hati. Selanjutnya topi kuning, dengan cara berpikir yang bersifat spekulatif, selalu
optimis dalam situasi apapun. Topi hijau, menggunakan kreativitasnya dengan memunculkan ide-
ide terbaru. Dan terakhir adalah topi biru dengan berpikir secara lebih mendalam dan luas dalam
mengontrol apa yang harus kita lakukan nanti. Sebagai manusia dan seorang dokter, sebaiknya cara
menggunakan enam topi ini adalah digunakan secara bergantian dan akan lebih baik jika digunakan
secara tepat.
Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dengan menggunakan refleksi yang berpusat
pada pengambilan keputusan tentang apa yang harus dikerjakan. Kemudian Dalam berpikir kritis
juga terdapat banyak elemen-elemen. Diantaranya adalah akurasi, presisi, relevansi,
logika ,berpikiran luas, berpikir dalam dan jernih. Dalam melakukan berpikir kritis kita harus
senantiasa memadukan nilai dan elemen-elemen tadi, karena dengan menggunakan cara berpikir
sesuai dengan elemen tadi kita dapat melakukan berpikir kritis dengan baik dan benar. Dalam
sebuah situasi, terkadang terdapat dua atau lebih sudut pandang yang berbeda. Disinilah kita akan
membedakan asumsi dan inferensi. Asumsi terlahir dari pandangan-pandangan yang berbeda dari
kita semua Dalam memahami suatu situasi dan keadaan. Kemudian dari asumsi-asumsi tadi, kita
27
dapat melakukan suatu tindakan yang kelak dapat menjadi inferensi atau kesimpulan dari apa yang
dapat kita lakukan.
Kemudian dalam berpikir kritis, kita juga harus memiliki argument yang kuat dan kerangka
berpikir yang kokoh. Misalkan dalam mengungkapkan sebuah teori, kita harus memiliki alasan-
alasan yang kuat sebagai dasar dari teori yang kita kemukakan. Dan saat kita mengeluarkan klaim
atas suatu teori, juga harus dapat membuktikan adanya hubungan kausal dengan klaim kita. Sebagai
legitimasi yang kuat ,kita juga memerlukan bukti sesuai penelitian yang terbaru. Misal, sebagai
seorang dokter saya mengemukakan teori bahwa pasien diabetes berisiko memiliki serangan jantung
yang lebih tinggi daripada pasien non diabetes. Untuk mebuktikan klaim dari teori saya, saya wajib
melakukan penelitian dengan meneliti dua kelompok pada pasien diabetes dan non diabetes
kemudian saya ikuti selama beberapa waktu, dan mnghitung kemungkinan-kemungkinan adanya
serangan jantung di dua kelompok tersebut. Kemudian juga ada unsur warranty, yang menjamin
bahwa hubungan sebab-akibat tadi adalah valid,ini juga merupakan norma dan aturan yang dapat
dijadikan pijakan.
Kemudian selanjutnya ,kita juga harus memiliki alur piker yang baik. Ada dua jenis alur
piker, pertama adalah deduktif argument. Adalah sesuatu dianggap benar jika premisnya sahih. Bila
didebat oleh kenyataan, tapi menjadi tidak sesuai. Masih memerlukan bukti supaya menjadi suatu
kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian yang kedua adalah induktif argument.
Dasarnya adalah repetisi. Ini adalah sesuatu dianggap benar apabila terjadi berulangkali. Tapi hal ini
juga bisa menjadi sesuatu yang salah jika ada variable lain yang tidak terdeteksi.
29
Resume FIP-9
RESUME KULIAH FILSAFAT
Kapita Selekta Filsafat Ilmu Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto. SH, MSi, SpFM(K)-IPD-Danang Andi
Raharjo-19 September 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/19 September 2022/ 07:30-09:50
Inti dari Filsafat Ilmu Kedokteran, bagaimana kita memahami kombinasi multi metodelogi
dengan berdasarkan UU Pendidikan Dokter No 20 tahun 2013, mengenai kearifan, kritik Ideologi
dan sistem medikolegal. Kelak jika memang dapat mengaplikasikan nilai-nilai ini, diharapkan akan
terlahir calon pemimpin bangsa di masa depan.
Ilmu Filsafat secara garis besar terdiri dari beberapa hal dan bagian. Pertama adalah
Ontologi, dimana hal ini merefleksikan bahwa sesuatu yang ada dan nyata merupakan sebuah
eksistensi di dunia ini yang ada. Hal ini merupakan suatu kepastian yang tidak dapat disangkal lagi.
Selanjutnya adalah metafisika. Ini merupakan suatu cabang ilmu realita fisika dibalik sesuatu yang
nyata. Dimana panca indera kita mampu merasakan objek yang melampaui bentuk fisik. Kemudian
selanjutnya adalah aspek Etika. Etika merupakan suatu tatanan atau aturan yang mengatur segala
tingkah laku kita dalam berinteraksi, dalam hal ini interaksi dengan pasien, keluarga pasien, teman
sejawat dan lingkungan sekitar kita. Jangan lupa dalam kaitannya sebagai manusia, seorang Dokter
juga tetap memegang prinsip dan norma agama sesuai kepercayaan yang dianut agar selalu seirama
dengan konsep etika. Missal pada saat bertemu dengan pasien beragama Islam yang menuju
sakaratul maut maka sebagai seorang Dokter Muslim ,kita dapat membantu untuk mentalqin pasien
tersebut. Berikutnya adalah aspek Estetika atau hal-hal yang berhubungan dengan suatu keindahan.
Misal pada saat bertemu pasien yang ingin melakukan operasi plastic untuk memperindah
penampilannya, tapi sebagai dokter kita juga tetap harus berpegang dan mengingatkan pada norma
agama, bahwa hal-hal seperti bedah plastik, masih diharamkan kecuali pada pasien yang benar-
benar memerlukannya seperti pada pasien korban luka bakar. Lalu ada aspek Epistomologi, dimana
aspek ini akan menjelaskan asal muasal dari suatu kejadian. Di dunia ini dan seluruh alam semesta
kita harus menyadari bahwa ada sang Maha Esa , Maha Besar dan Maha Mengetahui segalanya.
Sebelum semua hal ini diciptakan, tentunya ada sang Pencipta yang menciptakan seluruh keindahan
alam semesta ini. Sebagai seorang manusia dan dokter, kita harus menyadari dan terus menjunjung
tinggi semua yang diciptakan oleh Tuhan Semesta Alam. Dalam hubungan dengan sesama
30
manusia ,kita juga harus selalu berpegang bahwa semua makhluk ciptaanNya memiliki hak dan
kedudukan yang sama. Tidak boleh kita beda-bedakan berdasarkan pekerjaan, penghasilan ataupun
status sosial. Dan terakhir adalah Ilmu Logika, dimana ilmu inilah yang membedakan manusia
sebagai makhluk yang sempurna disbanding ciptaan Tuhan yang lainnya. Dengan Logika, seorang
manusia ataupun Dokter mampu menganalisa segala keluhan, data dan pemeriksaan yang dilakukan
dalam rangka untuk menegakkan diagnosa pasien. Dengan penegakkan diagnosa yang tepat kepada
pasien, diharapkan akan memberikan obat ataupun terapi yang lebih efektif dan tepat kepada pasien.
Dalam mempelajari segala ilmu di dunia ini, sebenarnya secara garis besar Ilmu dibagi
dalam empat garis besar. Pertama Ilmu terapan yang dapat merupakan Ilmu Kedokteran Klinis atau
Spesialis dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selanjutnya ada ilmu deduktif, Ilmu Alam yang terdiri
dari biologi, fisika ,kimia dan campurannya. Dan terakhir adalah Ilmu Sosial dimana ini dapat
merupaka efek interaksi antara manusia dengan manusia,dan lingkungannya. Ilmu ini dapat terdiri
dari Antropologi, Sosiologi dan Psikologi. Dalam hubungannya dengan ilmnu sosial dapat tercakup
juga tentang Humaniora Kesehatan.
Ilmu Kedokteran merupakan suatu ilmu yang sangat kompkit karena banyak mencakup hal-
hal diatas. Seroang Dokter dalam menerima,menangani dan mengobati pasien tidak hanya melihat
dari satu aspek, tapi juga seluruh aspek lainnya. Jadi dalam hal ini jangan hanya fisik pasien yang
kita lihat tapi juga bagimana keadaan mental, emosional dan spiritual pasien. Untuk itulah menangai
seorang pasien butuh penanganan yang komprehensif dan menyeluruh. Missal dokter spesialis
penyakit dalam, tetap perlu berkonsultasi dan butuh bantuan dari sejawat lainnya dalam menangani
pasien diabetes. Missal dari aspek gizi nanti dapat berkolaborasi dengan spesialis gizi. Jika ternyata
pasien diabetes tersebut sudah memiliki komplikasi ke mata, dokter penyakit dalam akan
mengkosnultasikan ke dokter mata. Dan terakhir tentunya aspek penanganan emosional pasien.
Dalam hal ini diperlukan peran serta keluarga untuk selalu memberikan dorongan dan semangat
kepada pasien tersebut agar selalu patuh dalam berobat dan menjalani terapi yang diberikan.
Pada prakteknya kita sebagai Dokter sangat memerlukan keseimbangan dalam menjalankan
Ilmu Filsafat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan untuk mengaplikasikan ilmu Filsafat,
perlu pendekatan biomedik dan biokultural. Tujuannya agar seorang dokter dapat menilai seorang
pasien dengan lebih objektif ketimbang subjektif. Dalam menuju objektivitas diperlukan juga logika
yang baik dari seorang Dokter. Logika yang baik ini selain diperoleh selama menjalani Pendidikan
juga kana terasah dengan semakin lamanya pengalaman dalam praktek. Semakin senior seorang
dokter, akan semakin baik juga daya Logika dan pemahamannya dalam memberikan terapi yang
efektif kepada pasien.
31
Aspek terakhir yang jangan sampai terlupa adalah aspek kemanusiaan. Dalam menangni
pasien, seorang dokter juga harus memiliki rasa empati yang baik. Dengan memiliki empati, kita
mampu menempatkan diri dalam keadaan yang dialami oleh pasien. Misalkan saat bertemu dengan
pasien yang tidak mampu, kita dapat memberikan keringanan biaya atau jika kasusnya
membutuhkan perawatan inap di rumah sakit, kita dapat mengedukasi pasien untuk menggunakan
BPJS agar nantinya biaya perawatannya tidak memberatkan pasien.
Salah satu masalah yang sering timbul adalah perundungan antara senior ke dokter junior.
Menurut saya, hal ini jangan sampai terus menerus menjadi tradisi terutama saat menempuh jenjang
Pendidikan. Sebaiknya yang senior justru harus membimbing dan mengayomi juniornya dan
mengingatkan jika melakukian kesalahan, sementara yang junior tetap sopan santun kepada
seniornya.
32
Resume FKU-1
RESUME KULIAH FILSAFAT
Pengantar Hukum Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-1 Prof. Dr. dr. Herkutanto, SpFM(K),S.H., LLM,
FACLM-IPD-Danang Andi Raharjo-26 September 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/26 September 2022/ 08:00-09:50
Dalam Ilmu Kedokteran ,seorang Dokter tidak hanya mempelajari ilmu tentang medis saja,
tetapi juga ilmu lainnya yang akan menunjang seperti tentang hukum kedokteran. Semua demi
keselamatan pasien, dimana keselamatan pasien sangat tergantung dari perform akita sebagai
dokter. Dengan performa itu dipengaruhi juga oleh skill kita dan perilaku kita sebagai dokter.
Pertama kita perlu meninjau anatomi hukum. Norma atau hukum adalah patokan untuk
berperilaku bagi seseorang. Norma sendiri terdiri dari, norma kepercayaan, norma kesusilaan,
norma kesopanan, dan norma hukum. Norma kepercyaan berkaitan dengan hubungan sesorang
dengan Tuhannya. Norma kesusilaan berkaitan dengan etika, jika melanggar seseorang akan
mendapatkan sanksi moral. Norma kesopanan berkaitan dengan hubungan dengan lingkungan. Dan
terakhir adalah norma hukum yang mengatur hubungan antara seseorang dengan orang lainnya,
sanksi dapat dipaksakan oleh negara karena regulasi diatur oleh negara. Negara bertindak sebagai
pengawas.
Di dalam norma-norma tadi dapat terjadi penyimpangan dan pengecualian. Kedua hal ini
dapat menimbulkan konsekuensi berupa disinsentif ataupun insentif. Sesornag dapat melanggar
norma secara etika tapi belum tentu melanggar norma hukum, missal contohnya seorang dokter
yang memasang plang praktek melebihi ukuran yang ditentukan. Disini dokter tadi tidak melanggar
hukum tapi secara etika dilanggar. Contoh lainnya adalah kita jangan sampai memberikan obat yang
memiliki kandungan haram dalam bahan obat tersebut, karena akan melanggar norma kepercayaan
dari pasien. Missal pasien beragama Islam kita berikan obat Lovenox sebagai antikoagulan.
Hukum adalah suatu aturan dengan tujuan kedamaian Bersama. Hukum harus ditegakkan
secara adil, tidak boleh tajam ke bawah dan tumpul keatas. Kita juga harus dapat membedakan etika
profesi dengan disiplin profesi dan aspek hukum. Missal seorang dokter yang harus melakukan
aborsi dengan adanya indikasi klinis pada janin yang dikandung oleh seorang pasien. Disini secara
disiplin profesi, etika dan hukum, dokter tersebut tidak dapat disalahkan karena telah melakukan
33
Tindakan yang benar demi keselamatan ibu dan janin. Beda halnya jika Tindakan aborsi dilakukan
tanpa adanya indikasi medis, dokter tadi dapat digugat dan dituntut karena melanggar tiga aspek
tadi sekaligus.
Seorang dokter dalam menjalankan profesinya harus memiliki kompetensi. Kompetensi ini
biasanya dapat dibuktikan dengan adanya kredensial, untuk menilai kecakapan seorang dokter
melakukan Tindakan kedokteran. Tidak semua dokter dapat diberikan kredensial untuk melakukan
Tindakan kedokteran. Misalnya ada seorang dokter bedah yang secara usia sudah cukup senior
misalnya dan kedua tangan sudah mulai ada tremor, sangat tidak dianjurkan untuk melakukan
Tindakan bedah. Ini biasanya dapat dinilai melalui kredensial yang di setiap rumah sakit dievaluasi
oleh adanya Komite Medis. Kredensial ini juga merupakan suatu keuntungan oleh dokter yang
berkompeten, karena mengatur jika ada profesi lain yang melakukan Tindakan yang bukan
kompetensi mereka, dapat dituntut secara hukum. Missal ada profesi lain selain dokter yang
melakukan praktek bedah, secara regulasi ini menyalahi aturan tentang kompetensi. Setiap lima
tahun ,kompetensi kedokteran selalu diperbarui dengan pengumpulan standard kompetensi. Seorang
dokter memperolehnya melalui seminar, pelatihan, pengabdian social dan ranah pekerjaan yang
dilakukan di institusi tempat bekerja.
Sebelum memulai pekerjaan, seorang dokter perlu mengurus STR(Surat Tanda Registrasi).
STR ini yang nantinya akan diperbarui setiap lima tahun. Tidak semua dokter berhak mendapat
STR, semua mekanisme telah diatur oleh negara untuk melindungi pasien. Missal dokter yang tidak
kompeten, tentunya tidak akan berhak mendapatkan STR. Dan jangan lupa, setiap dokter
berkewajiban untuk selalu belajar dan memperbarui ilmu sesuai perkembangan terbaru. Karena
ilmu kedokteran itu dinamis dan selalu terbarukan, jadi sangat mungkin terapi atau tindakan yang
saat ini dibenarkan, mungkin 2 atau 3 tahun lagi sudah tidak dibenarkan karena telah terganti terapi
atau Tindakan lainnya yang lebih baik.
Dalam berpraktek setiap dokter tentunya harus taat terhadap aturan yang ada. Pemerintah
dengan aturan-aturan yang telah ditentukan, telah memproteksi masyarakat terhadap kemungkinan
terburuk. Pengaturan kredensial dan kompetensi dokter adalah hal yang dapat dilakukan oleh
pemerintah. Kemudian setiap dokter sesuai dengan bidang spesialisasinya yang diambil,juga berhak
atas tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan. Missal seorang dokter penyakit dalam sesuai
kompetensinya berhak melakukan cuci darah terhadap pasien yang mengalami gagal ginjal. Dokter
kulit tentunya tidak bisa mengambil kompetensi dari dokter penyakit dalam untuk melakukan
Tindakan cuci darah. Dewasa ini kita juga menemukan sebenarnya banyak ranah lingkup Tindakan
yang antar satu spesialisasi saling berbenturan. Kadang sering menimbulkan perebutan antar
34
spesialis yang dimaksud. Untuk itulah disini diperlukan adanya regulasi yang kuat dan mengikat
dalam hal ini dari IDI dan kolegium agar tidak terjadi saling sikut antar dokter di lapangan.
Kemudian yang sering kali menimbulkan masalah adalah birokrasi dalam mengurus
rekomendasi praktik yang terkesan masih terlalu panjang dan berbelit. Dalam hal ini saya sudah
melihat pemerintah mulai memudahkan dokter dengan membantu proses rekomendasi praktik ini
dengan membuat berbagai kemudahan dengan adanya layanan yang terdigitalisasi. Dengan adanya
proses online, diharapkan tidak terjadi antrian di tempat pengurusan dan memudahkan dokter untuk
mengurus perizinan. Dengan demikian, diharapkan waktu untuk mengurus perizinan dapat lebih
dipangkas lagi.
35
Resume FKU-2
RESUME KULIAH FILSAFAT
Kepatuhan Hukum
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-2 Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H., SpFM(K),
SpKP-IPD-Danang Andi Raharjo-10 Oktober 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/10 Oktober 2022/ 08:00-09:50
Dalam menjalankan tugasnya seorang dokter sebelum lulus akan mengucapkan sumpah
dokter yang berbunyi diantaranya, akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan. Lalu menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bermartabat. Selanjutnya
akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran. Serta akan
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui karena keprofesian saya. Seorang dokter juga tidak
boleh menggunakan pengetahuannya untuk sesuatu yang bertentangan dengan kemanusiaan.
Seorang dokter juga akan selalu mengutamakan kesehatan pasien dengan memperhatikan
kepentingan masyrakat. Serta tidak akan terpengaruh buruk oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, gender, politik ,kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan
kewajiban kepada pasien.
Beberapa jenis Norma dalam berpraktek Kedokteran ada beberapa yaitu Norma Etika untuk
membuat keputusan dan bagimana mengatur perilaku kedokteran. Setiap dokter harus menjunjung
tinggi kode etik kedokteran. Lalu selanjutnya adalah norma disiplin, dimana ini mengatur tentang
norma yang berisi tentang standar dan pedoman dalam mengatur profesi kedokteran. Dan terakhir
adalah norma hukum,yang mengatur tentang aturan yang lebih tegas berdasarkan undang-undang
yang berlaku di dalam negara kita.
Selain kode etik profesi, dokter juga terikat dengan panduan dan pedoman institusi tempat
kesehatan kita bekerja. Kode etik rumah sakit biasanya selalu megacu pada kode etik kedokteran.
Di dalam etika profesi kedokteran di pasal 2 dijelaskan jika seorang dokter wajib selalu melakukan
pengambilan keputusan secara independent dan mempertahankan perilaku professional dalam
ukuran tertinggi. Artinya disini dokter harus adaptif dan menyesuaikan diri dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, etika umum, etika kedokteran serta hukum dan agama. Pasal 3
menjelaskan tentang dalam melakukan perkejaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipenagruhi oleh sesuatu yang menyebabkan hilangnya kebebasan dan kemnadirian profesi. Sangat
tidak layak jika seorang dokter menerima imbalan selain layak ,sesuai dengan jasanya, kecuali
36
dengan keikhlasan dan pengetahuan dan atau kehendak pasien. Juga tidak layak jika membuat
ikatan atau menerima imbalan dana dari perusahaan farmasi.
Di pasal 6, juga dijelaskan setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati Dalam mengumumkan
dan menerapkan setiao teknik pengobatan baru. Hendaknya kita harus berhati-hati dalam
menginfokan ke masayrakat. Karena masyarakat kita juga masih minim literasi membaca sehingga
ditakutkan terjadi informasi yang salah dan sampai ke tengah masyrakat. Selanjutnya untuk pasal 7
seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendspat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya. Hanya boleh jika ada dari pihak pengadilan yang memerintahkan. Kemudian pasal
9 ,seorang dokter wajib bersikap jujur Dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatanya pada
saat tangani pasien. Misalnya tidak boleh sembarangan menegur sejawat jika melakukan kesalahan
di depan pasien ataupun keluarganya. Pasal 9 juga memperlihatkan dokter tidak benarkan untuk
membiarkan teman sjawat yang melakukan kecurangan. Jika sampai terjadi hal demikian sebaiknya
kita menasehati teman sejawat tadi agar tidak sampai mengulangi perbuatan yang serupa. Dalam
membuat suatu keputusan seorang dokter harus independen dan tidak boleh dibatasi. Dalam hal ini
yang harus independenn adalah keprofesiannya bukan untuk individunya. Saat melakukan
pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 11 berbicara mengenai setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya
dalam melindungi hidup makluk insani. Contohnya saat berdinas di IGD jiks ada pasien yang
memang memiliki keharusan untuk diresusitasi, sebaiknya segera lakukan karena kita harus
menolong pasien semaksimal mungkin sesuai dengan kompetensi kita. Di pasal 21 , setiap dokter
harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. Apa yang
kita yakini saat ini benar, mungkin saja di tahun tahun mendatang belum tentu karena begitu
dinamisnya dunia pendidikan dan perkembangan ilmu kedokteran.
Norma disiplin kedokteran akan mengatur dokter untuk merasakan bahwa etika kedokteran
saja tidak cukup untuk mengatur perilaku profesi, oleh karena tercemar perkembangan budaya
karena sifat materialisme dan individualisme. Kita senantiasa memerlukan norma yang lebih tegas
lagi dalam hal ini adalah norma hukum administrative atau disiplin profesi.
Aplikasi Dalam menjalankan disiplin profesi dapat berupa menjalankan aturan-aturan
penerapan keilmuan Dalam pelaksanaan pelayanan dengan indicator standar profesi seperti
misalnya standar kompetensi, standar pelayanan dan standar operasional. Disiplin profesi ini akan
lebih khusus mengatur ketaatan penerpan kaidah tatalaksana medis termasuk di dalamnhya
mengatur cara berkomunikasi dokter dan pasien. Sebagai dokter kita harus selalu sopan santun
kepada pasien apapun kondisinya, dan memiliki rasa empati terhadap apa yang pasien keluhkan ke
37
kita. Dengan membina hubungan yang baik antar dokter pasien, diharapkan akan lebih baik lagi
hasil dan terapi yang dapat kita berikan kepada pasien.
38
Resume FKU-3
RESUME KULIAH FILSAFAT
Analisis Kasus Hukum
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-3 Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM, S.H., M.Si,
SpFM(K)-IPD-Danang Andi Raharjo-25 Oktober 2022
Hari/Tanggal/Jam : Selasa/25 Oktober 2022/ 08:00-09:50
Dalam kaitan dengan Jaminan Kesehatan Nasional, seorang dokter juga dapat
melakukan kekeliruan atau disebut dengsn Fraud seperti misalnya menuliskan diagnose penyakit
jantung dengan komplikasi padahal belum ada komplikasi. Untuk Fraud biasanya berisi empat hal,
yaitu tagihan fiktif, prosedur fiktif, tagihan mirip dan tagihan berulang.
Jika terdapat sengketa medik, misalkan pasien merasa dirugikan, dokter akan ditinjau
dari etika kedokteran,sosial dan disiplin. Semua hal akan ditinjau, apakah ada unsur pelanggaran
yang dilakukan oleh seorang dokter. Dalam hubungan dokter pasien, sebagai dokter kita sebaikna
tidak menjanjikan seorang pasien pasti sembuh jika berobat ke kita. Hal ini dikarenakan ,nantinya
jika harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan, pasienh tgtersebut dapat menuntut kita melalui
jalur hukum. Alangkah baiknya jika kita hanya menyatakan bahwa kita akan memberikan pelayanan
dan terapi terbaik bagi pasien tersebut. Seorang pasien jika merasa tidak nyaman dan diperlakukan
tidak baik oleh dokter, dapat mengadukan ke MKDKI, nantinya dokter tadi akan disidang oleh
MKEK., jika terbukti bersalah, dokter tersebut akan dapat diberikan sangsi seperti larangan praktek
selama beberapa waktu atau dicabut lisensinya sementara. ]
39
Dalam memberikan pelayanan Dalam praktek sehari-hari, sebagai dokter kita harus
selalu berpedoman pada kode etik kedokteran. Dan jangan lupa salah satu senjata yang dapat
menolong kita adalah rekam medis. Sebaiknya kita harus isi rekam medis dengan selengkapnya dari
apa saja Tindakan, terapi maupun anamnesa dan pemeriksaan fisik maupun penunjang yang kita
temukan pada pasien. Dan jangan lupa, setiap kali akan melakukan tindakan medis, kita sebagai
dokter harus selalu mengedukasi pasien dan menjelaskan persetujuan sebelum tindakan, baik dari
segi manfaat tindakan dan risiko-risiko tindakan yang dapat terjadi selama proses dilakukannya
tindakan.
Salah satu pelanggaran yang sering ditemukan adalah pada saat kita tidak dapat
berpraktik, kita mencari pengganti yang tidak kompeten. Hal ini harus dihindari, karena selain
merugikan kita sebagai dokter utama, hal ini dapat membuat kenyamana dan keamanan pasien juga
terancam. Sebaiknya yang dapat dilakukan adalah periksa dahulu latar belakang dokter pengganti
kita, baik dari kelengkapan STR maupun dokumen lainnya. Jika dirasa tidak memenuhi persyaratan,
jangan ragu-ragu untuk menolak dan mencari pengganti yang lain.
Berikut ini adalah contoh Analisa kasus pelanggaran yang dilakukan oleh PPDS.
Misalnya lalai Dalam menyimpan rahasia kedokteran. Kemudian dapat disangsi jika PPDS tadi
melakukan Tindakan pengguguran bahkan penganiayaan terhadap pasien. Lalu pelanggaran lainnya
dapat berupa membiarkan pasien tidak tertolong dan melakukan penipuan terhadpa pasien. Secara
hukum administrative atau disiplin medik, setiap PPDS ynga menjalani Pendidikan dan praktik
kedokteran wajib memiliki sertifikat kompetensi dan STR maupun surat ijin berpraktik. Jika belum
memiliki ketiganya, sebaiknya jangan memulai praktek dahulu karena jika nantinya tersandung
masalah dengan pasien, posisi dokter PPDS tadi lemah dan rentan diberikan sangsi hukum.
Dalam menegakkan diagnose suatu penyakit, seorang dokter dapat memulai dari SOAP
yaitu menegakkan diagnosi berdasarkan keseluruhan data yang didapat dari pasien dan secara
sistematis. Dalam hal memberikan terapi medis, juga perlu diperhatikan beberapa hal. Apakah
pasien memerlukan rawat inap ataukah hanya perlu rawat jalan. Kemudian jika seorang pasien
dilakukan rawat bersama, tentukan siapa kapten yang merawat pasien tersebut. Sebagai pelaksana
juga kita harus tahu batasan kemampuan kita. Sejauh mana kita dapat merawat pasien tersebut, jika
nantinya kasusnya diluar kompetensi kita, kapan sebaiknya pasien dirujuk karena jika terlambat
merujuk ditakutkan pasien menjadi kurang maksimal mendapat pengobatan. Dan tentukan
bagaimana modalitas terapi yang akan kita berikan, sudah sesuuaikah dengan kondisi pasien
maupun bukti ilmiah terbaru.
40
41
Resume FKU-4
RESUME KULIAH FILSAFAT
Disiplin Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-4 Prof. Dr. dr. Med. Ali Baziad, SpOG(K)-IPD-
Danang Andi Raharjo-17 Oktober 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/17 Oktober 2022/ 08:00-09:50
Displin Kedokteran adalah suatu hal yang menyangkut sikap profesionalisme dari seorang dokter.
Dalam melakukan praktek apakah seorang dokter sudah sesuai dengan panduan standar operasional
yang berlaku. Kedisiplinan seorang dokter dapat dilihat dari sikap keseharian bagimana menangani
tiap pasien sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Selain itu seorang dokter tentunya harus selalu
berpegang pada panduan praktek klinis maupun standar operasional yang berlaku di tempatnya
bekerja. Jangan mengerjakan sesuatu berdasarkan kebiasaan yang telah dilakukan, tapi Tindakan
majupun terapi yang dilakukan haruslah berdasarkan bukti klinis dan riset yang telah dilakukan
dalam bidang medis.
Setelah adanya UU Praktik Kedokteran nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, dijelaskan
dalam UU tersebut terdapat Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia(MKDKI).
Organisasi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya melindungi masyarakat atau pasien,
meningkatkan mutu dokter dan dokter gigi dalam memberikan pelayanan ke masyarakat. Seorang
dokter harus selalu belajar sepanjang hidup dan memperbarui keilmuan berdasarkan bukti klinis
terbaru. Hal ini dilakukan agar seorang dokter dapat memberikan pelayanan yang paripurna dan
baik kepada tiap pasien yang berobat.
MKDKI merupakan Lembaga yang berwenang untuk menentukan apakah ada kesalahan yang
dilakukan oleh dokter/dokter gigi dalam melakukan perlikau professional kepada pasien. Secara
tingkatan, MKDKI bertanggung jawab kepada KKI. Dimana fungsi dari MKDKI ini adalah jika ada
seseorang yang merasa dirugikan atas Tindakan dokter nantinya boleh dan dapat mengadukan
secara tertulis kepada ketua MKDKI. Jadi adanya kasus antara pasien-dokter sebaiknya dapat
dilaporkan kepada MKDKI bukan kepada polisi atau pihak berwajib. Jika ada pengaduan,maka
MKDKI akan melakukan verifikasi terlebih dahulu. Dalam hal ini kronologis harus ditulis dengan
lengkap dari waktu kejadian, alas an pengaduan dan alat bukti jika ada. Dan hanya dokter yang
memiliki STR dan SIP yang dapat diadukan.
42
Sebagai seorang dokter hendaknya jangan lupa setiap kali melakukan tindakan medis kepada
pasien, kita harus melakukan persetujuan sebelum tindakan terlebih dahulu. Hal ini diperlukan jika
sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan dalam tindakan, pasien maupun keluarga pasien
sudah mengetahui apa saja risiko yang dapat terjadi pada saat tindakan maupun setelah tindakan
dilakukan. Hal ini juga dapat menjadi pertahanan kita jika misalnya keluarga pasien tidak menerima
dari hasil tindakan medis yang tidak sesuai harapan keluarga.
Ada beberapa pelanggaran disiplin yang sering dilakukan oleh dokter. Pertama, yaitu keterlambatan
dalam merujuk pasien . hal ini dapat berupa kondisi pasien yang diluar kompetensinya, keterbatasan
pengetahuan maupun keterbatasan peralatan yang ada. Jika menemui kasus seperti ini, sebaiknya
kita segera merujuk ke dokter yang lebih kompeten maupun fasilitas yang lebih baik dari yang dapat
kita berikan. Pasien boleh tidak dirujuk jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dirujuk,
misalnya pada daerah terpencil, pasien direncanakan dirujuk ke kota besar tapi dikarenakan medan
jalannya berat sehingga malah menimbulkan risiko pada pasien saat dalam perjalanan.
Kedua, kita mendelegasikan tugas kita kepada dokter lain yang belum memliki kompetensi.
Sebaiknya saat kita berhalangan praktik, kita mencari dokter yang memiliki komptensi dan SIP.
Aturan yang memudahkan adalah SIP dokter pengganti tidak harus di tempat yang sama dengan SIP
dokter yang digantikan. Sebagai dokter, kita tetap harus menjaga pelayanan yang dapat kita berikan
pada pasien dengan mencari pengganti dokter yang memiliki kemampuan yang baik.
Ketiga, seorang dokter melakukan yang seharusnya tidak dilakukan dan tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan. Misalnya seorang dokter mengobati pasien A dnegan cara memeriksa
hamper semua pemeriksaan penunjang(lab,CT Scan dan lainnya) yang sebenarnya dapat dipilih lagi
sesuai dengan diagnose yang kita tetapkan. Jadi tidak semua pemeriksaan harus dilakukan karena
dapat memberikan hasil yang mungkin tidak berhubungan dengan kondisi pasien dan tentunya
dapat memberatkan pasien dari segi biaya.
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sebagai dokter kita wajib melakukan komunikasi
yang baik dan efektif. Komunikasi ini sangat diperlukan dikarenakan tidak semua pasien memiliki
tingkat Pendidikan dan tingkat pemahaman yang sama dengan kita. Komunikasi efektif ini sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman dengan pasien. Kita wajib memberikan
informasi dan edukasi yang apa adanya, jangan ditutupi maupun dilebihkan untuk membangun
hubungan yang baik dengan pasien. Informasi ini juga harus diteranngkan sejelas mungkin, meliputi
tindakan, risiko, komplikasi maupun hal lain yang diperlukan oleh pasien untuk mengetahuinya.
43
Kesalahan lainnya yang sering dilakukan adalah kita sebagai dokter ,melakukan Tindakan tanpa
persetujuan dari pasien maupun keluarga pasien. Namun Dalam UU, jika itu menyaangkut suatu
kegawatdaruratan, sebagai dokter kita dibolehkan untuk melakukan Tindakan untuk menyelamatkan
hidup pasien. Walaupun pada akhirnya ada risiko-risiko yang dialami pasien tapi dengan kita
memberikan respon cepat, kita sebagai dokter dapat membantu untuk menyelamatkan pasien,tanpa
harus menunggu persetujuan dari pihak keluarga.
Kesalahan yang juga sering dilakukan adalah sebagai dokter, kita menjalankan praktik kedokteran
dengan menerapkan pengetahuan yang belum dapat diterima. Hal ini tidak boleh dilakukan karena
sebaiknya kita memberikan tindakan dan terapi sesuai dengan standar operasional yang berlaku.
Kita dapat menggunakan keilmuan baru jika sudah ada bukti klinis yang menyatakan bahwa
keilmuan baru itu sudah dapat diterima.
Kemudian yang terakhir, kita tidak boleh membuka rahasia pasien. Hal ini juga akan berakibat yang
tidak baik bagi pasien maupun diri kita. Karena rahasia pasien itu harus tetap dijaga kecuali atas
perintah pengadilan maupun penyidik barulah kita berhak untuk membukanya.
44
Resume FKU-5
RESUME KULIAH FILSAFAT
Praktik Hukum Kedokteran
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Resume Kuliah FKU-5 Prof. dr. Budi Sampurna, DFM., S.H., SpFM(K),
SpKP-IPD-Danang Andi Raharjo-31 Oktober 2022
Hari/Tanggal/Jam : Senin/31 Oktober 2022/ 10:00-11:50
Jika terjadi sengketa di rumah sakit sebagai dokter kita harus mengetahui berbagai
kemungkinan yang terjadi. Ada beberapa bentuk yang mungkin terjadi seperti, ketidakpuasan
layanan yang meliputi administrasi,akomodasi,sikap perilaku,kenyamanan, pelecehan mauun
kekerasan. Lalu kedua tentang pelanggaran hak pasien seperti privasi, informasi, rahasia, keputusan
dan persetujuan tindakan. Dan terakhir adalah adanya malpraktik/ kelalaian medis. Menurut
WMA(World Medical Association), ada beberapa hak pasien yang harus dipenuhi. Pertama adalah
hak untuk mendapat pelayanan medis yang berkualitas bagus, hak untuk bebas memilih, hak untuk
memperoleh informasi, hak untuk dijamin kerahasiaannya, hak untuk memperoleh edukasi
kesehatan, hak untuk dijaga martabatnya, dan hak untuk memperoleh bimbingan rohani. Hal ini
juga sesuai dengan undang-undang nomer 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, pada pasal 32 juga
dijelaskan. Kemudian dalam standar akreditasi di kelompok kerja HPK(Hak pasien dan keluarga).
Dalam standar HPK 2, pasien diberitahu tentang semua aspek asuhan medis dan tindakan. Lalu di
standar HPK 4 dan 5 juga semua pasien diberitahu tentang hak serta kerwajiban dengan metode dan
bahasa yang mudah dimengerti. Di HPK 5, persetujuan umum harus menjelaskan cakupan dan
batasannya. Di standar HPK 7, rumah sakit mempunyai sebuah komite etik penelitian untuk
melakukan pengawasan atas semua penelitian di rumah sakit tersebut yang melibatkan
manusia/pasien sebagai subjeknya. Dalam standar HPK 8.1 dan 8.2 rumah sakit menetapkan
kebijakan dan prosedur untuk melakukan pengawasan terhadap proses kemungkinan terjadi jual beli
organ dan jaringan. Di standar HPK 8.2 rumah sakit menyediakan pengawasan serta transplantasi
organ dan jaringan.
Dugaan malpraktik dapat digolongkan ke beberapa jenis. Pertama adalah melakukan sesuatu
tindakan medis tanpa persetujuan. Kedua adalah melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau
tidak melakukan yang seharusnya dilakukan. Ketiga yaitu melakukan pembohongan, penyesatan,
fraud, keterangan palsu, aborsi atau pidana lain. Dan terakhir yaitu melakukan wanprestasi.
Sementara jika berbicara mengenai kelalaian medik ada empat komponen yang dapat terjadi,
45
pertama adanya kewajiban melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu pada waktu atau
keadaan tertentu. Kedua adanya pelanggaran atas kewajiban tersebut. Ketiga yaitu cedera atau
kerugian pada pihak pasien. Terakhir yaitu adanya hubungan kausal antara pelanggaran kewajiban
dengan cedera atau kerugian.
Ada beberapa alasan sehingga pasien dapat menggugat secara perdata. Pertama adanya
perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain. Kemudian kedua akibat
adanya kelalaian, ketiga karena adanya respondeat superior dan keempat adanya wanprestasi.
Misalkan contoh ada suatu kasus, seorang pasien Demam Berdarah Dengue meninggal di rumah
sakit. Kemudian komite medik menyidangkan dan berkesimpulan bahwa dokter tidak bersalah.
Bagaimana sebaiknya cara pembuktiannya. Pertama adalah membandingkan antara alat bukti yang
sah tentang apa yang dikerjakan dengan apa yang seharusnya dikerjakan. Lalu membandingkan
yang diperoleh dari rekam medis ,dokumen atau catatan, kesaksian dan petunjuk(barang bukti)
dengan standar kesaksian ahli. Kemudian ada empat cara untuk membuktikan kelalaian, dengan
cara sebagai berikut. Pertama adakah kewajiban pelaku untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu. Kedua adakah pelanggaran terhadap kewajiban tersebut. Ketiga adakah cedera
atau kerugian yang dialami pasien. Keempat adanya hubungan sebab akibat antara pelanggaran
kewajiban dengan cedera atau kerugian.
Kerugian pada pasien dapat dibagi menjadi dua jenis. Pertama adanya kerugian material,
disini diakibatkan adanya kehilangan kesempatan. Lalu kerugian nyata termasuk biaya yang telah
dikeluarkan hingga saat penggugatan dan biaya yang dikeluarkan setelah saat penggugatan.
Kemudian yang kedua adanya kerugian immaterial. Pertama adanya sakit dan penderitaan, lalu
kehilangan kesenangan dan atau kenikmatan serta kecederaan fisik dan atau psikiatris.
Dalam persidangan terdapat saksi ahli. Saksi ahli ini mewakili per grup dan harus memiliki
keahlian yang sesuai dan mumpuni,bisa dokter umum, dokter spesialis dan konsultan. Melakukan
praktik dan tahu tentang prosedur yang benar. Harus netral dan diakui netral serta tidak ada konflik
kepentingan. Biasanya ada beberapa cara untuk menunjuk saksi ahli. Pertama dapat melalui
persetujuan organisasi profesi dan institusi pendidikan profesi. Dapat lebih dari satu. Bila terdapat
perbedaan, dapat dihadirkan ahli ketiga dan bila berkata bohong dapat dihadapkan ke majelis
disiplin dengan risiko dicabut registrasinya atau pidana.
Analisis medikolegal adalah setiap kejadian yang tidak diharapkan harus dianalisis dari sisi
teknis medis agar dapat diketaui penyebab dasarnya. Apakah disebablan oleh kesalahan manusia,
baru dinilai apakah telah terjadi kelalaian. Selanjutnya kemudian dapat dinilai apakah kesalahan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.
47
Resume FKU-6
Lampirkan makalah prodi untuk tugas analisis hukum per prodi dari halaman judul sampai selesai
Disusun oleh:
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si, SpFM(K)
48
MODUL FILSAFAT KULIAH UMUM: DISIPLIN & HUKUM KEDOKTERAN
JAKARTA
OKTOBER 2022
49
1. Buatlah deskripsi kasus di bidang spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam!
Pasien Tn Andi (bukan nama sebenarnya), masuk ke IGD dengan keluhan sesak nafas
sejak 6 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD normal, namun saturasi
menurun dan ronkhi di kedua lapang paru. Pasien dilaporkan oleh dokter jaga ke dr.X,
Sp.PD dan dr.X mengira pasien tersebut adalah pasien lama beliau yang juga bernama Tn.
Andi yang seringkali datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas karena Congestive Heart
Failure. Dr X langsung memberikan instruksi terapi Furosemide 10mg/jam yang
merupakan terapi yang rutin diberikan pada pasien yang dikira adalah Tn. Andi yang biasa
berobat.
Keesokan harinya kondisi pasien memburuk dan ditemukan hipotensi. Dokter jaga
ruangan melapor ke DPJP (dr.X, Sp.PD). Kemudian DPJP visit ke ruangan dan terkejut
pasien tersebut bukanlah pasien lama beliau. Setelah diperiksa lebih lanjut pasien tidak
memiliki riwayat sakit jantung dan pemeriksaan lainnya ternyata lebih mengarah ke TB
Paru. Keluarga pasien menuduh dokter melakukan malpraktek karena memberikan obat
yang salah sehingga kondisi pasien memburuk.
1
Pada kasus ini, mengacu kepada bentuk pelanggaran displin, seorang dokter
seharusnya tidak boleh menetapkan jasa medis ataupun tindakan yang tidak pernah
dilakukan terhadap pasien. Fraud merupakan salah satu jenis pelanggaran terberat
dalam disiplin tindakan kedokteran. Kasus ini juga beririsan dengan pelanggaran
disiplin kedokteran lainnya, yaitu membuat keterangan palsu namun ditujukan untuk
keuntungan terhadap diri sendiri.2
Kasus yang sering terjadi terkait polifarmasi biasanya dalam bentuk aduan. Keluarga
melakukan pengaduan terkait penurunan kondisi pasien setelah diberikan obat yang
beragam hingga 146 macam obat dan pasien mengalami kerusakan ginjal.6 Kasus
lain yang sering dan umum terjadi seperti penggunaan 7 macam obat dengan lebih
dari 10 zat aktif pada pasien dengan keluhan infeksi saluran pernapasan.7 Tindakan
ini merupakan pelanggaran disiplin yang dapat bersinggungan pelanggaran lain
seperti menerima imbalan sebagai hasil memberikan resep obat atau meminta
pemeriksaan penunjang.
2
Menjalankan Praktik Kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat
membahayakan pasien.
Pada peraturan konsil kedokteran Indonesia no. 4 tahun 2011, disebutkan 28 poin
pelanggaran disiplin. Pada poin yang kelima disebutkan bahwa dengan melakukan
praktik dalam kondisi yang tidak fit, seorang dokter sebenarnya sedang melakukan
pelanggaran disiplin.3 Lebih lanjut, dijelaskan bahwa dokter yang berpraktik harus
dalam keadaan prima baik dari segi fisik maupun mental. Spesialis penyakit dalam
merupakan salah satu cabang spesialis yang memiliki risiko stres dan burnout tinggi.
Hal ini dilaporkan dapat menyebabkan dampak buruk seperti:8
- Dari sisi pelayanan pasien: meningkatkan kesalahan medis dan malpraktek,
menurunkan luaran perawatan pasien, menurunkan kepuasan pasien.
- Dari segi biaya kesehatan: meningkatkan pengeluaran
- Dari segi kesehatan dokter: meningkatkan insidensi depresi, gangguan mood, dan
bunuh diri.
Kasusnya seperti pada saat kasus COVID-19 memuncak, seorang dokter spesialis
penyakit dalam di Papua mengalami kesulitan dimana tenaga kesehatannya terbatas
sehingga tidak ada jam kerja (harus siap setiap ada panggilan). Hal ini berlanjut pada
tuntutan yang memojokkan dirinya, penghinaan profesi, dan tuduhan malpraktik.9
3
Dikarenakan jumlah pasien yang banyak, dokter penyakit dalam seringkali tidak
memiliki banyak waktu untuk menjelaskan penyakit pasien secara adekuat
4
yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan secara individual akibat adanya
5
kesempatan. Bentuk dari tindakan abuse dapat berupa malpraktik ataupun
overutilization. Beberapa hal yang termasuk dalam abuse adalah tindakan dengan
tagihan yang seharusnya menyatu tetapi ditagih secara terpisah, penggunan ventilator
berlebih, readmisi, pengadaan iuran biaya, penerapan tarif RS berdasarkan tipe
ruangan, tagihan berlebihan, dan merujuk pasien ke fasyankes yang masih satu grup
atau ke tempat praktik lain dari dokter yang bersangkutan.
Contoh :
● Seorang dokter melakukan tindakan endoscopic ultrasound, tetapi menuliskan
tindakannya sebagai endoscopic retrograde cholangiopancreatography. Dokter
tersebut telah melakukan abuse karena akan menyebabkan pasien mendapatkan
tagihan yang berlebihan.
● Pasien yang masih membutuhkan rawat inap tetapi dipulangkan lebih cepat
karena biaya perawatannya tidak akan dibayarkan lagi oleh pihak asuransi.10
Fraud, menurut definisi dari penegak hukum Amerika Serikat, adalah tindakan
dengan sengaja mengeksekusi perencanaan yang bertujuan untuk menipu setiap
keuntungan dari program Kesehatan atau untuk mendapatkan keuntungan dengan
berbagai cara yang melawan hukum atau menjanjikan keuntungan dari kebaikan
program kesehatan11. Contoh dari hal tersebut adalah:
● Overdiagnosis pada seorang pasien yang bertujuan untuk meningkatkan nilai
plafon pada asuransi kesehatannya, terlepas dari kondisi factual dari pasien itu
sendiri.
6
6. Dari uraian “Tugas 1 di atas”, buatkan jabaran lebih lanjut sketsa
sederhana kemungkinan aktor-aktor sengketa medik beserta kasus
posisi sesuai slide di atas yang relevan dengan spesialisasi Saudara!
D 1,2,3,4
Etika, disiplin
Keluarga
Dokter Komunikasi antar profesi
Kuasa
Rumah
Dokter jaga
UU No. 29 tentang Praktek Kedokteran pasal 65 (Pengaduan)
29 tentang Praktek Kedokteran pasal 44 (Standar pelayanan) dan 51 (Hak dan Kewajiban Dokter/dokter gigi)
7
Tergugat 1: Dokter AKTOR SENGKETA Penggugat
Spesialis Penyakit Dalam
MEDIS Keluarga
Tergugat 2: Dokter Jaga pasien
IGD Pengacara
Keluarga menuduh adanya
malpraktik Pasien
Kewajiban Dokter Hak Pasien Mendapatkan kebutuhan medis.
Memberikan pelayanan medis sesuai dengan pelayanan sesuaidengan
standar profesi dan standar prosedur D1 (Duty)
operasional serta kebutuhan medis pasien. Dokter Jaga IGD telah melakukan pemeriksaan kepada Kewajiban Pasien
pasien. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur ten
Hak Dokter Dr. X, SpPD telah menerima konsul dan memberi terapi
untuk pasien. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokte
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional. D2 (Dereliction of Duty)
Dr. X, SpPD memberikan terapi pada pasien dengan
Kewajiban RS asumsi pasien yang datang adalah pasien lamanya yang
memiliki kesamaan nama. Dokter jaga IGD tidak
Memberi pelayanan kesehatan yang aman,
menanyakan apakah pasien memiliki riwayat sakit jantung
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
atau tidak. Dokter jaga mencatat dan melakukan tindakan
dengan mengutamakan kepentingan pasien
sesuai instruksi DPJP tanpa mempertimbangkan klinis
sesuai dengan standar pelayanan Rumah
pasien (ada overload cairan atau tidak).
Sakit.
D3 (Damage)
Membuat, melaksanakan, dan menjaga
standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Perburukan klinis pasien, pasien hipotensi.
7
7. Kasus Di Bidang Spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam Yang Dapat
Menggambarkan Analisis Posisi Hukum
Hasil analisis posisi hukum berdasarkan uraian kasus 1 berupa:
D1 (Duty)
Dalam kasus di atas, dokter jaga IGD telah menerima dan melakukan pemeriksaan
kepada pasien. Kemudian dokter jaga telah mengonsulkan pasien tersebut ke dr. X,
SpPD dan dr. X, SpPD sudah menerima pasien tersebut dan memberikan terapi.
Pasien sudah masuk ke ruang rawat inap dengan DPJP adalah dr. X, SpPD
D2 (Dereliction of Duty)
Dr. X, SpPD memberikan terapi pada pasien dengan asumsi pasien yang datang
adalah pasien lamanya yang memiliki kesamaan nama. Dokter jaga IGD tidak
menanyakan apakah pasien memiliki riwayat sakit jantung atau tidak. Dokter jaga
mencatat dan melakukan tindakan sesuai instruksi DPJP tanpa mempertimbangkan
kondisi klinis pasien (ada overload cairan atau tidak). Baik dokter jaga IGD maupun
dr. X, SpPD tidak mempraktikan identifikasi pasien serta tidak menerapkan
komunikasi efektif dengan SBAR-TBAK.
D3 (Damage)
Pasien mengalami perburukan klinis berupa hipotensi akibat pemberian terapi yang
tidak tepat.
D4 (Direct Causation)
Pemberian obat diuretic diindikasikan pada pasien yang kelebihan cairan (contoh:
congestive heart failure). Pemberian obat ini pada pasien yang normal (sehat) akan
menyebabkan pengeluaran urin yang berlebihan sehingga pasien mengalami dehidrasi
dan penurunan tekanan darah. Pada kasus di atas, sesak yang dialami pasien lebih
disebabkan inflamasi parenkim paru akibat suspek TB paru aktif, sehingga seharusnya
tidak ada tempat pemberian diuretik dalam terapi pasien.
8
8. Dari tugas 7 – contreng semua check list yang relevan!
Keterangan: V
Tidak dilakukan identifikasi pasien secara benar menyebabkan
keterlambatan terapi dan munculnya efek samping dari pemberian
terapi yang tidak tepat berupa hipotensi
Penyerangan seksual (pasal 284 – 294) V
Penipuan terhadap penderita atau pasien (pasal 378); V
Pembuatan surat keterangan palsu (pasal 263 dan 267 KUHP); V
Kesengajaan membiarkan penderita tidak tertolong (pasal 349
V
KUHP);
Tidak memberikan pertolongan pada orang yang berada dalam
V
bahaya maut (pasal 267 KUHP);
Pelanggaran kesopanan (pasal 290 ayat 1, pasal 294 ayat 1,
V
pasal 285 dan 286 KUHP);
Memberikan atau menjual obat palsu (pasal 386 KUHP). V
Kriteria Perdata Yes No
1365 KUHPer: penimbul ganti rugi atas diri orang lain pelakunya
harus membayar ganti rugi.
V
Keterangan:
Kelalaian yang terjadi menimbulkan gugatan pertanggungjawaban
dari keluarga pasien terhadap rumah sakit
1366 KUHPer: selain kesengajaan juga akibat kelalaian atau
kurang berhati-hatinya.
Keterangan:
V
Pada kasus, damage terjadi akibat ketidakhati-hatian dari dokter
spesialis dan dokter jaga IGD, di mana tidak dilakukan indentifikasi
pasien yang benar dan prosedur komunikasi yang tidak efektif (tidak
menggunakan prinsip SBAR-TBAK)
1367 KUHPer: majikan ikut tanggung jawab atas perbuatan orang
V
dibawah pengawasannya.
1338 KUHPer : wanprestasi ganti rugi V
58 (1) UU kesehatan No 36/09 : ganti rugi salah/lalai
V
Keterangan:
9
Kelalaian yang terjadi menimbulkan gugatan pertanggungjawaban
dari keluarga pasien terhadap rumah sakit
66 UU praktik kedokteran no 29/04: ganti rugi
Keterangan: V
Kelalaian yang terjadi menimbulkan gugatan pertanggungjawaban
dari keluarga pasien terhadap rumah sakit
Doktrin perbuatan melawan hukum tindakan tanpa informed consent,
V
salah orang/ salah organ, product liability
Doktrin perbuatan melawan hukum: tanpa/<<< informed consent V
Doktrin perbuatan melawan hukum: tidak patut/ teliti/ hati- hati
Keterangan:
Pada kasus, damage terjadi akibat ketidakhati-hatian dari dokter V
spesialis dan dokter jaga IGD, di mana tidak dilakukan indentifikasi
pasien yang benar dan prosedur komunikasi yang tidak efektif (tidak
menggunakan prinsip SBAR-TBAK)
Doktrin perbuatan melawan hukum: learner intermediary (tidak
V
membaca/menyimpangi insert obat/alkes dari produsen)
Hukum administrasi/disiplin medik Yes No
Sertifikat kompetensi spesialis V
Surat tanda registrasi spesialis – KKI
V
STR -kompetensi spesialis penyakit dalam
Surat ijin praktik =< 3 tp – PTSP, Dinkes V
Surat tugas dinkes (> 3 TP) V
Surat rekomendasi IDI V
Surat kewenangan klinis Dir RS/klinik V
Kedaluwarsa-an / tidak berlaku lagi (semua) V
Standar pelayanan medik/ spo – Dir RS
Keterangan:
V
Tidak memeriksa pasien secara menyeluruh, tidak melakukan
prosedur identifikasi pasien benar, tidak melaporkan dan menerima
instruksi dengan benar
Standar asuhan keperawatan – Dir RS
Keterangan:
Tidak memeriksa pasien secara menyeluruh, tidak melakukan V
prosedur identifikasi pasien benar sehingga tidak memberikan
asuhan yang tepat (pasien suspek tuberkulosis paru diperlakukan
sebagai pasien CHF)
Panduan praktik klinis – Dir RS (Turunan dari PNPK – Menkes)
Keterangan: V
Tidak memeriksa pasien secara menyeluruh, tidak melakukan
prosedur identifikasi pasien benar sehingga menyebabkan tidak
10
melakukan pemeriksaan penunjang dan terapi dengan tepat (pasien
suspek tuberkulosis paru diperlakukan sebagai pasien CHF)
Standar perilaku RS – Dir Rs
Keterangan:
V
Dokter jaga tidak melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, dokter
spesialis tidak melakukan identifikasi pasien dan konfirmasi dengan
benar
Standar lain:
Surat eligibilitas peserta JKN V
Kriteria kelengkapan >< malpraktek (D1-Duty)
Keterangan: V
Tn. Andi sudah diterima menjadi pasien dokter jaga di IGD dan
sudah masuk ke ruang perawatan dengan DPJP dr. X, SpPD
Pembelaan: buktikan satu unsur kelalaian (D1,2,3,4) tidak ada Yes No
Alasan pembenar: dapat diterima V
Risiko medik: unforeseeability V
Risiko medik (minimal, tidak parah) : laik bayang, tak terhindarkan,
V
terperhitungkan, terkendalikan
Risiko tak terhindarkan, satu-satunya jalan V
Perjalanan penyakit/ komplikasi : tak mungkin
V
dicegah/dihindarkan
Alasan pemaaf: tekanan situasi-kondisi darurat/life saving V
Limited resources, nilai manfaat tak tergantikan V
Kontribusi pasien V
Kelemahan : sesuatu laik cegah Yes No
Kekeliruan medik
Keterangan:
V
Identifikasi pasien tidak dilakukan, konfirmasi kondisi klinis pasien
oleh dokter jaga tidak dilakukan, sehingga terjadi keterlambatan
diagnosis dan terapi
Pengobatan substandar V
Monitoring tidak/kurang memadai
V
Kurang waspada : rutinitas - KTD yang "langka"
Penilaian kurang/tidak memadai
Keterangan: V
Dokter jaga tidak melakukan pemeriksaan klinis menyeluruh dan
mengonfirmasi terapi dari dokter spesialis
Pengobatan/diagnostik yg perlu, tidak dilakukan V
Komunikasi jelek
V
Keterangan:
Konsep komunikasi efektif: SBAR-TBAK tidak dilakukan
11
Sistem keselamatan pasien dilanggar
Keterangan:
Identifikasi pasien tidak dilakukan, konfirmasi kondisi klinis pasien V
oleh dokter jaga tidak dilakukan, sehingga terjadi keterlambatan
diagnosis dan terapi, serta timbulnya efek samping dari terapi yang
tidak tepat
12
Gangguan pada lingkungan kerja V
Kelemahan : sesuatu tak dapat dicegah Yes No
Kurangnya pendokumentasian (rekam medik)
Keterangan:
V
Diduga pendokumentasian oleh dokter jaga IGD tidak lengkap
sehingga informasi medis penting seperti mengenai riwayat sakit
jantung sebelumnya tidak tercatat
Tak adanya pendokumentasian rekam medik V
Perawatan / asuhan medis yang sulit (kompleks) V
Kondisi pasien yang sulit (kompleks) V
Hukum internal rumah sakit Yes No
Peraturan RS : statuta RS V
Peraturan internal RS : hbl & medical staff by laws V
PNPK
Keterangan:
Tidak memeriksa pasien secara menyeluruh, tidak melakukan V
prosedur identifikasi pasien benar sehingga menyebabkan tidak
melakukan pemeriksaan penunjang dan terapi dengan tepat (pasien
suspek tuberkulosis paru diperlakukan sebagai pasien CHF)
Ketentuan clinical pathway/INA-CBG
V
Keterangan:
Diagnosis tidak tepat sehingga clinical pathway tidak berjalan
MOU/PKS (kontrak profesi) Dr – RS V
Perat.RS/direksi: wajib asuransi profesi ? V
Perat Dir/komdik – tentang rawat bersama, response time, on site V
Perdiri RS – daftar dokter jaga, pengganti V
Pedoman lain-lain Yes No
Dokumen konsensus internal mutakhir: V
Panduan monitoring data diagnosis & terapi
Keterangan: V
Diagnosis tidak tepat sehingga monitoring diagnosis dan terapi tidak
dilakukan dengan tepat
Panduan diagnosis & terapi pasien risiko tinggi V
Dokumen konsensus lintas spesialis V
Kode disiplin, kode etik IDI, fatwa etik V
Keterangan:
Baik dokter jaga dan dokter spesialis tidak memberikan pelayanan
terbaik dalam penegakkan diagnosis dan pemberian terapi
Pedoman perilaku RS (code of conduct) V
Keputusan PN/PT/MA/MK V
Keputusan MKDKI, MKEK, DPK, dll V
Pedoman analisis: dini Yes No
13
Identifikasi insight/potensi keluhan inti / pokok pengaduan V
Insight hasil penyelidikan ketua IDI/Sp V
Kategori motivasi aduan/gugatan pasien V
Upaya pembelaan anggota - IDI V
Celetukan beracun TS lain V
Kelalaian nyata (gross negligence) : tertinggalnya benda asing
V
(doktrin res ipsa loquituur), salah potong/operasi
Fakta medikolegalsubstansial: Faktor pengalih patofis/risiko medik V
Pedoman analisis : administratif Yes No
Status administratif teradu (ijin praktek, anggota PAPDI, validitas
V
kewenangan klinik)
Status kerja di RS : kontrak, parowaktu, purnawaktu dll). V
Masuk kategori dokter bermasalah ? V
Adakah fenomena the slippery slope ? = disotonomi dr V
Validitas asuransi profesi V
Dukungan/rapport dengan peer group V
Hubungan dokter - pasien : Yes No
Ada kontrak terapeutik
Keterangan:
V
Tn. Andi sudah diterima menjadi pasien dokter jaga di IGD dan
sudah masuk ke ruang perawatan dengan DPJP dr. X, SpPD dan
sudah disetujui oleh dr. X
Status & hubungan hukum: pasien pribadi/kontrol/rujukan bersama,
alih rawat
V
Keterangan:
Tn. Andi sudah dikonsulkan dan diterima oleh dr. X, oleh karena itu
Tn. Andi adalah pasien pribadi dr. X
Dokter pengganti: setara/tidak setara V
Doktrin captain of the ship (prima facie penanggung jawab utama tim
V
dokter), jadwal jaga/dinas (dokter, perawat), kewajiban dokter/RS,
dll.
pasien : belum dewasa dan uzur ? V
Salah potong/operasi V
Analisis kasus Yes No
Diagnosis / indikasi medik : tepatkah (tujuannya) ? Adakah
V
penyimpangan atau perluasan ? (peran peer review atau second
Keterangan:
Identifikasi pasien tidak dijalankan dan tidak dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut ke arah penyakit jantung dan paru serta tidak dilakukan
konfirmasi dari dokter jaga ke dokter spesialis sehingga diagnosis
dan
terapi yang diberikan tidak tepat
14
Konteks-situasi : gawat ? Darurat ? (ingat etika situasi); kasus sulit
atau V
biasa ? Perubahan situasi : dari elektif menjadi segera ? Ketiadaan
alat/obat/dokter ?
Analisis kasus : diagnosis Yes No
Upaya penegakan diagnosis keseluruhan, sistematis (soap)? V
Kepatutan, ketelitian/kehati-hatian dalam penegakan diagnosis : bukti
V
ilmiah (evidence) yang digunakan
Kelaziman (best practice) : substandar ? Overstandar ? (peran ahli
selingkung)
Keterangan:
V
Identifikasi pasien tidak dijalankan dan tidak dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut ke arah penyakit jantung dan paru serta tidak dilakukan
konfirmasi dari dokter jaga ke dokter spesialis sehingga diagnosis
dan terapi yang diberikan tidak tepat
Delegasi : kompetensi pelaksana lapangan (bidan/perawat) bawahan -
Analisis kasus : prognosis Yes No
Foreseeability yang lazim (adverse events) = "can it causality"
V
“disease-rate”
Avoidability = "will it causality" persiapan antisipatif risiko tsb pada
V
kasus
Sistem rujukan ke mana ? V
Kontrak dengan pusat rujukan V
Kondisi khusus pasien : alergi, imunokompromais, dll V
Kontra indikasi ? V
Analisis kasus : therapi Yes No
Mekanisme kontrol akurasi (alat, sop, penunjang lain, sistem) ? V
Rawat bersama : captain of the ship? V
Kompetensi & inkapasitas pelaksana, V
Product liability:daluwarsa, insert warning V
Deteksi dini penyulit durante tindakan? = superseeding cause V
Tepatkah (kategori, cara) simpul penyulit V
Modalitas/alternatif terapi V
Analisis kasus : komunikasi informasi Yes No
Setelah yg umum: masih perlu informed consent khusus (form kasus
V
spesifik)?,
Adakah mispersepsi/mitos ? Contextual features (anak mahal dll) +
V
quality of life
Keterangan:
Identifikasi pasien tidak dijalankan dan tidak dilakukan pemeriksaan
V
lebih lanjut ke arah penyakit jantung dan paru serta tidak dilakukan
konfirmasi dari dokter jaga ke dokter spesialis sehingga diagnosis
dan terapi yang diberikan tidak tepat. Pada pasien akhirnya terjadi
perburukan sehingga keluarga melakukan gugatan
Dilema etik / konflik etikolegal persisten V
Evaluasi check point pengelolaan V
Evaluasi on going “did it causality” V
Kategori umum kasus Yes No
“putih”/ “abu2” / “hitam”
Keterangan:
Permasalahan terjadi akibat tidak dilakukan identifikasi pasien yang
benar oleh dokter jaga dan dokter spesialis, yang berujung terhadap V
salah diagnosis dan terapi. Kelalaian ini merupakan kesalahan yang
sepatutnya dapat dicegah jika melakukan sesuai dengan standar
pelayanan yang baik. Tidak ada andil dari pihak pasien mengenai
kelalaian yang terjadi
Penyingkiran masalah litigious legal procedures BHP2A, asuransi
V
profesi
Pengedepanan pembelaan terbatas V
Rencana pendisiplinan
Keterangan:
Baik dokter jaga maupun spesialis perlu mendapatkan pendisiplinan V
karena telah menyebabkan kejadian tidak diinginkan yang
mengancam keselamatan pasien. Kesalahan yang terjadi adalah
bentuk kesalahan yang sepatutnya dapat dicegah.
Koordinasi dengan dewan kehormatan dokter sp, MKEK/MDTK, dll V
Saksi ahli "pencerah" (pemahaman)
V
Saksi ahli “selingkung” utk menera normalitas
Pembenar, pemaaf, kesempatan bela V
16
9. Apa refleksi saudara tentang medikolegal & hukum kedokteran
17
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kedokteran, seperti permasalahan surrogate mother,
penghentian kehamilan karena janin terdeteksi cacat,
telemedicine dan lain sebagainya. Sebagai seorang dokter,
saya berkeyakinan bahwa semua peraturan hukum kedokteran
dan medikolegal wajib dipatuhi oleh semua dokter untuk
menjamin praktek kedokteran yang memberikan manfaat dan
keselamatan baik untuk dokter itu sendiri dan yang terpenting
untuk keselamatan pasien. Hukum, etika dan medikolegal
tersebut juga sebaiknya senantiasa diperbarui dan disesuaikan
dengan perkembangan kondisi terkini di bidang kedokteran
agar tetap relevan.
Anesty Claresta 2206096435 Hukum Kedokteran dan Medikolegal merupakan hal yang
perlu dipahami dan diterapkan dalam praktik dokter sehari-
hari. Hukum Kedokteran dan Medikolegal ini bertujuan untuk
menjamin keselamatan pasien dan menjaga profesionalisme
dokter dalam berpraktik. Pada kasus ini terjadi kesalahan
identifikasi pasien sehingga terjadi pemberian terapi yang
salah. Hal ini tentulah dapat berakibat fatal dan berisiko
menyebabkan kematian.
Hal yang dapat dipelajari oleh seorang dokter dari kasus ini
adalah pentingnya identifikasi pasien dengan benar dan
melakukan anamnesis yang lengkap dan komprehensif.
Seringkali identifikasi pasien dianggap sebagai hal yang
sepele sehingga tidak dilakukan identifikasi yang teliti dan
sesuai SOP, walaupun identifikasi pasien adalah bagian dari 6
Sasaran Keselamatan Pasien. Kasus seperti ini dapat
menyebabkan
adanya tuntutan hukum terhadap dokter maupun rumah sakit.
Aprilia Larasati 2206096441 Kasus di atas merupakan bukti konkrit adanya pelanggaran
dalam melakukan tindakan kedokteran. Berdasarkan jenis
kasusnya, dilihat dari sisi etikolegal, pemberian obat yang
diawali oleh kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh DPJP
merupakan suatu bentuk error. Selain itu, kondisi yang terjadi
pada pasien akibat kesalahan tindakan yang dilakukan oleh
dokter tersebut masuk ke dalam kategori berat, yaitu kejadian
tidak diinginkan, dari sisi patient safety. Dengan adanya
medicolegal checklist, setiap pelanggaran diharapkan dapat
teridentifikasi secara rinci sehingga tindak lanjut yang akan
diberikan kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan
diharapkan menjadi lebih jelas.
19
Ashari Adi Abimantrana 2206096454 Seorang dokter penyakit dalam berada dalam posisi yang
rentan terkena tuntutan hukum. Berdasarkan dari contoh-
contoh kasus sebelumnya, hal yang dapat menyebabkan
tuntutan dapat berasal dari diri dokter penyakit dalam itu
sendiri, dari dokter lain, maupun dari sistem kesehatan yang
berlaku di Indonesia. Dari sisi sistem kesehatan, alur rujukan
yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya di semua wilayah
di Indonesia, dan jam kerja dokter yang panjang akan sangat
mempengaruhi performa dokter dalam menerapkan
keilmuannya ke pasien. Dari sisi dokter lain (dalam kasus ini
dokter umum), dapat terjadi miskomunikasi yang sebenarnya
dapat dicegah dengan pelatihan atau semacamnya, dan
tentunya semua dokter harus memperlakukan semua pasien
sebagai manusia seutuhnya (misalnya, bagi dokter penyakit
dalam tetap memperhatikan klinis dan penunjang, serta sosial,
ekonomi, dan budaya secara menyeluruh. Bagi dokter umum
tetap harus memperhatikan kesesuaian antara terapi dan klinis
pasien). Terakhir, dari sisi dokter penyakit dalam itu sendiri,
di mana banyak kasus fraud atau abuse yang akan bermuara
pada uang. Seorang dokter harus mengutamakan moral
memberi dibandingkan dengan moral meminta.
Intan Anugraheni 2206096492 Medikolegal dan hukum kedokteran sangat penting untuk
menjaga keselamatan pasien. Pasien yang selamat akan
menyelamatkan dokter dari berbagai tuntutan terkait
medikolegal dan hukum. Kasus-kasus tekait medikolegal dan
hukum di bidang Ilmu Penyakit Dalam, misalnya salah satu
kasus yang terkenal yaitu kasus dokter Bimanesh menjadi
refleksi kita untuk selalu berhati-hati dalam bertindak agar
kasus serupa tidak terulang kembali.
dan sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Kita juga harus
menanamkan pemahaman bahwa tujuan kita semata-mata
adalah memberikan yang terbaik untuk pasien.
23
Kevin Andersen 2206096504 Melalui kasus ini, saya dapat melihat bahwa kasus malpraktik
seringkali terjadi karena adanya kelalaian pada dokter. Bila
ditelusur lebih dalam, kelalaian ini disebabkan oleh adanya
human error, yaitu dokter yang berasumsi bahwa pasien ini
sama dengan pasien lamanya yang menderita sakit jantung.
Berkaitan dengan human error, ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya human error, antara lain,
sistem patient safety dalam pelayanan kesehatan yang belum
berjalan dengan baik, misalnya pada kasus pemberian advis
dari DPJP kepada tenaga kesehatan yang bekerja di lapangan,
harus dikonfirmasi kembali dengan sistem Tulis, Baca,
Konfirmasi , terutama apabila advis tersebut diberikan secara
lisan. Faktor risiko lain adalah adanya keputusan yang dibuat
berdasarkan asumsi, bukan berdasarkan data klinis yang ada
di lapangan. Setiap keputusan klinis yang dibuat kepada
pasien hendaknya didasarkan kepada bukti klinis yang
objektif, untuk mengurangi potensi kesalahan terapi pasien
akibat subjektivitas pribadi, termasuk pada pasien yang
mungkin secara pribadi dikenal baik , pasien dengan golongan
masyarakat tertentu, atau status sosial tertentu. Selain itu
human error juga bisa disebabkan karena adanya overload
beban pekerjaan yang melebihi kemampuan. Kelelahan yang
ditimbulkan akibat pekerjaan yang lebih dapat mengurangi
fokus dokter untuk memberikan terapi yang tepat pada pasien,
sehingga perlu adanya kesadaran diri serta regulasi yang
menjaga agar dokter selalu fokus dalam memberikan terapi
pada setiap pasiennya
25
renumerasi setinggi mungkin. Menjadi seorang dokter, kita
haruslah tetap menjaga keluhuran profesi kita. Karena pada
hakikatnya setiap pasien yang datang berobat pada praktik
klinis telah mempercayakan kesehatan dirinya pada kita.
26
Sekiranya seorang dokter perlu mengetahui batasan yang
dimilikinya dan tidak memaksakan diri dalam melakukan
praktik klinis agar tidak membahayakan pasien dan dirinya
sendiri.
28
Parida Oktama Putri 2206096574 Medikolegal memiliki fokus pada standar pelayanan maupun
operasional yang berkaitan di bidang hukum dan kedokteran.
Aspek dari medikolegal dan hukum kedokteran mengenai hak
dan kewajiban dokter/pasien dan jaminan bahwa pelayanan
medik yang diberikan kepada pasien tersebut memiliki mutu
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada beberapa
kasus, terdapat tindakan medis jika terjadi kesalahan namun
tidak dapat dijatuhi hukuman pidana yaitu tindakan medis
memiliki indikasi, tindakan tersebut sudah sesuai dalam
aturan dalam ilmu kedokteran dan mendapatkan persetujuan
dari pasien sebelum melalukan tindakan.
30
yang dapat menjadi pembelajaran atau refleksi bagi kita agar
kasus serupa tidak terjadi lagi.
31
masalah awalnya dari area abu-abu bukan hanya melihat dari
32
Santosa Yanuar 2206096624 Dokter spesialis penyakit dalam adalah salah satu spesialisasi
yang bersifat generalis dengan target orang dewasa hingga
lanjut usia. Karena sifatnya itu, jumlah pasien dokter spesialis
penyakit dalam melampaui jumlah pasien spesialisasi lain.
Banyaknya jumlah pasien membuat spesialisasi ini rentan
33
Vitya Chandika 2206096643 Menurut saya, profesi kedokteran adalah profesi yang rentan
terhadap berbagai permasalahan hukum, baik itu pidana,
perdata, maupun administratif. Terdapat 28 pelanggaran
disiplin kedokteran yang sering ditemukan dalam praktek
sehari-hari, namun tiga pelanggaran tersering antara lain
pelanggaran karena tidak kompeten, tidak merujuk ke dokter
yang kompetensinya sesuai dan mendelegasikan pada tenaga
kesehatan yang tidak kompeten. Dokter pada masa ini harus
lebih berhati-hati terhadap permasalahan hukum dikarenakan
kesadaran masyarakat akan penegakan hukum kedokteran
semakin tinggi.
34
Wahyu Permatasari 2206096656 Dari uraian kasus diatas, kita dapat melihat bahwa dokter
spesialis tersebut tidak secara sengaja menyebabkan
perburukan kepada pasien yang dirawat. Namun, hal tersebut
diakibatkan kurangnya hati-hati terhadap informasi yang
didapat dari dokter jaga yang bertugas, sehingga terjadi
kesalahan identifikasi pasien yang berakibat salah terhadap
terapi yang diberikan. Padahal, kita ketahui bahwa identifikasi
pasien merupakan poin pertama dalam IPSG. Hal ini sangat
mungkin terjadi, terlebih pada spesialisasi penyakit dalam,
dengan jumlah pasien yang relatif banyak. Mengingat hal
tersebut, menjadikan saya bertekad untuk lebih jeli dan hati-
hati dalam mengidentifikasi pasien karena hal tersebut (baik
nama pasien sama, atau diagnosis sama) akan sangat mungkin
terjadi saat saya praktik kedepannya.
35
DAFT
AR
PUST
AKA
37
Tugas Puisi Kemerdekaan
MERAH PUTIH TERUSLAH BERKIBAR
Oleh: Danang Andi Raharjo (Magister IPD Juli 2022)
Merah Putih
Itulah Identitas Bendera Bangsa kita
Warna yang akan selalu kita hormati
Untuk mengingat perjuangan para Pahlawan pendahulu kita
38
Mari Bersama sama kita sebagai bangsa yang besar
Terus menegakkan kedaulatan kita
Terus Bersatu padu, hindari perpecahan
Karena Indonesia memang terdiri dari beragam suku, agama dan budaya
Tetap jadikanlah perbedaan sebagai kekayaan bangsa kita
Dan tetaplah saling toleransi dengan yang berbeda dengan kita
39
Tugas Mandiri FIP-6
TUGAS MANDIRI KULIAH FILSAFAT
“ETIKA KEDOKTERAN INDONESIA”
Nama/NPM/Prodi : dr. Danang Andi Raharjo/2106763751/Ilmu Penyakit Dalam
Narasumber : Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si., SpFM(K)
Hari/Tanggal/Jam : Senin/22 Agustus 2022/Pkl 09.30-11.50
1) Mengapa desain KODEKI 2012 yang masih berlaku berbeda dari kode etik
sebelumnya?
Jawaban:
Karena Dalam Menyusun KODEKI 2012, IDI selalu senantiasa menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika zaman. KODEKI 2012
disusun dengan berdasarkan saran-saran juga dari tenaga ahli lainnya, untuk para
Dokter umum maupun spesialis nantinya mampu menjunjung tinggi nilai etika Dalam
setiap praktek, Tindakan maupun komunikasi yang baik dengan pasien. Nilai etika
akan selalu menjadi lambing keluhuran profesi dokter, dengan tetap mengedepankan
prinsip hak hak pasien juga seperti autonomi, beneficience, non malefecience dan
justice. Sehingga dengan penyempurnaan Dalam KODEKI 2012, diharapkan
hubungan antara dokter-pasien akan semakin baik, hubungan kesejawatan diantara
dokter juga semakin lancer Dalam berkomunikasi dan memberikan pelayanan yang
paripurna kepada pasien.
40
2. Terlalu lama menahan pasien yang seharusnya kita rujuk ke sejawat yang lebih
kompeten
Sebagai seorang dokter tentunya kita memiliki jenjang kompetensi masing-
masing. Tidak semuanya pasien mampu kita tangani secara komprehensif dan
paripurna. Dan dalam praktek di lapangan, masih sering ditemukan kasus dari
pasien yang terlambat untuk dirujuk ke dokter spesialis dari dokter umum.
3. Bekerjasama dengan bagian farmasi untuk memberikan obat sesuai permintaan
pihak farmasi
Dalam prakteknya, sering ditemukan jika dokter tidak independent ataupun
mendapat intervensi dalam memberikan terapi dikarenakan adanya pesanan dari
pihak farmasi untuk memakai obat yang ditentukan.
Kemudian untuk pelanggaran kedua(terlalu lama menahan pasien yang perlu dirujuk),
sebagai dokter kita harus senantiasa meningkatkan keilmuan kita agar dapat
menangani pasien lebih baik. Dan kemudian tetap harus kita ingat sebagai dokter kita
juga memiliki keterbatasan Dalam hal kompetensi. Jika menemukan kasus pasien
yang memerlukan rujukan segera ke sejawat yang memiliki kompetensi lebih tinggi
dari kita maka sebaiknya secepatnya kita melakukan rujukan.
41
kemampuan ekonomi pasien, jika memang pasien tidak mampu sebaiknya kita tidak
memberatkan pasien dengan memberikan obat/terapi yang mahal kepada pasien, kita
dapat menggantinya sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan pasien.
42
Tugas Makalah Lintas Prodi: Pendidikan Kedokteran Spesialis Terintegrasi
Dengan Ilmu Kesehatan Konvensional Dan Tradisional Dalam Mengatasi Pasca
Pandemi Covid-19
Lampirkan makalah tugas Prof. Erni dari halaman judul sampai selesai
Oktober 2022
43
44
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada Prof. Dr. dr. Erni
Hernawati Purwaningsih, M.S. yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
Kami membuat makalah ini dalam rangka memenuhi tugas modul Filsafat Ilmu
Pengetahuan dan Etika Profesi dalam Pendidikan Dokter Spesialis FKUI. Makalah ini
menjelaskan tentang pendidikan kedokteran pasca pandemi COVID-19 ditinjau dari
kedokteran konvensional dan tradisional. Kami menyadari bahwa makalah kami masih
memiliki kesalahan sehingga kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang diberikan.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.
Hormat Kami,
Tim Penulis
45
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6
2.1. Pendidikan Dokter Spesialis............................................................................................6
2.2. Pendidikan Kedokteran Ditinjau dari Empat Landasan Pohon Keilmuan......................7
2.2.1. Landasan Filosofis....................................................................................................7
2.2.2. Landasan Sosiologis.................................................................................................8
2.2.3. Landasan Budaya......................................................................................................9
2.2.4. Landasan Substantif................................................................................................10
2.3. Kedokteran Konvensional.............................................................................................11
2.4. Ilmu Kesehatan Tradisional...........................................................................................13
2.4. Pandemi COVID-19......................................................................................................14
2.5. Merdeka Belajar............................................................................................................15
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................17
3.1. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Filosofis............17
3.2. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Sosiologis..........18
3.3. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Budaya..............19
3.4. Mengatasi Disintegrasi Pendidikan Kedokteran dengan Pendekatan Substantif..........22
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................................25
REFERENSI...........................................................................................................................26
46
BAB I
PENDAHULUAN
Pandemi merupakan suatu kejadian luar biasa yang menyebar di wilayah yang sangat
luas dan mempengaruhi sejumlah besar populasi.1 Beberapa pandemi yang pernah terjadi di
dunia antara lain adalah black death pada tahun 1340, wabah cacar pada abad ke-18, dan flu
Spanyol pada abad ke-20. Beberapa kasus pandemi sebelumnya memiliki efek tidak hanya
pada kesehatan, tetapi juga memiliki efek pada kehidupan masyarakat.2
Pada tahun 2019 terjadi wabah pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.
Wabah tersebut kemudian menyebar dengan sangat cepat hingga ke negara lain hingga pada
akhirnya pada bulan Maret 2020 WHO menyatakan bahwa dunia sedang menghadapi suatu
pandemi. Pandemi tersebut dikenal sebagai Corona Virus Infectious Disease 2019 atau
COVID-19.3 Pada bulan Maret 2020, untuk pertama kalinya kasus COVID-19 terkonfirmasi
berada di Indonesia. Kasus tersebut meningkat dan mencapai 31.024 kasus pada bulan Mei
2020.4 COVID-19 semakin berkembang hingga mencapai puncaknya pada bulan Juli 2021
dengan 56.757 kasus terkonfirmasi per hari. Setelah periode tersebut, kasus COVID-19
kembali memuncak pada bulan Februari 2022 dengan 64.718 kasus terkonfirmasi per hari. 5
Jumlah tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara dengan
kasus positif COVID-19 terbanyak.3 Sama seperti pandemi sebelum ini, pandemi COVID-19
juga memberikan efek yang amat besar pada masyarakat. Efek yang ditimbulkan sangat luas,
tidak hanya pada kesehatan tetapi juga pada kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, dll.2,3,5,6
Saat ini, perkembangan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia sudah
menurun semenjak puncaknya pada bulan Februari 2022. Meskipun perkembangan kasus
sempat kembali naik pada periode bulan Juli-Agustus 2022, angka tersebut kembali menurun
di bulan September 2022. Berkaca pada hal tersebut, Pemerintah Indonesia merencanakan
untuk mengubah status pandemi menjadi endemi. Penurunan status pandemi bukan berarti
menyelesaikan permasalahan yang sudah ada. Indonesia tetap akan menghadapi
permasalahan yang diakibatkan oleh pandemi ini.7,8
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) adalah sebuah program yang bertujuan
untuk menghasilkan Dokter Spesialis-1 yang memiliki kemampuan dalam memberikan
pelayanan spesialistik dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni
yang bersifat spesialistik di bidang profesinya.9 Pada tahun 2021, terdapat 16 universitas yang
menyelenggarakan PPDS di Indonesia.10 Proses pembelajaran di universitas pelaksana PPDS
mengikuti kebijakan merdeka belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Salah satu kebijakan merdeka belajar tersebut adalah memberikan
kebebasan pada mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar program studinya. 11
Kebebasan ini membuat seorang mahasiswa PPDS dapat mendalami ilmu kedokteran
konvensional maupun kesehatan tradisional.
Mahasiswa PPDS adalah seorang dokter umum dan diharapkan dapat berperan dalam
menghadapi situasi pasca pandemi COVID-19 baik secara kedokteran konvensional maupun
kesehatan tradisional. Berdasar atas pemaparan di atas, kami melakukan analisis terintegrasi
berdasarkan keempat landasan penyusunan pohon keilmuan mengenai pendidikan dokter
47
spesialis terintegrasi dalam mengatasi pasca pandemi COVID-19 secara kedokteran
konvensional maupun kesehatan tradisional berdasarkan merdeka belajar.
48
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
49
dipersingkat menjadi delapan tahun. Tahun 1928, NIAS kembali memperpanjang masa
pendidikan menjadi sembilan tahun. Sekolah tinggi kedokteran atau Geneeskundige
Hoogeschool kemudian didirikan untuk mengganti STOVIA pada tahun 1927. STOVIA
hanya menyelesaikan pendidikan siswanya hingga tahun 1934 dan tidak menerima
mahasiswa baru lagi. Sekolah Tinggi Kedokteran memiliki masa pendidikan tujuh tahun
setelah Sekolah Lanjutan Atas (AMS atau Sekolah Menengah Belanda (HBS) nilai ijazah
disamakan dengan fakultas kedokteran di Belanda.12
Kesempatan melanjutkan pendidikan di Belanda untuk mahasiswa STOVIA, yang
merupakan hasil perjuangan Dr. Abdul Rivai pada tahun 1904, digunakan pertama kali oleh
Dr. Asmaoen dan disusul oleh Dr. Abdul Rivai. Namun kesempatan ini tidak berlangsung
lama, hanya 4 tahun setelahnya, kesempatan tersebut ditutup dan dilakukan usaha
menurunkan pendidikan di STOVIA, serta reorganisasi Jawatan Kesehatan Sipil oleh
Belanda.12
Pada tahun 1927, akhirnya berhasil didirikan Perguruan Tinggi Kedokteran di
Salemba yang diprakarsai Dr. Abdul Rivai pada sidang Volksraad pada tahun 1918. Pada
tahun 1953, Pendidikan Kedokteran Indonesia pertama kali bekerja sama dengan ahli ilmu
kedokteran dunia, yaitu WHO. Sejak itu, tercipta program kerja sama lainnya dengan negara
luar. Fakultas kedokteran di Indonesia meningkat dengan pesebaran di berbagai wilayah di
Indonesia seperti Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Jawa.12
Pendidikan di Indonesia tahun 1981 diselenggarakan berdasarkan kurikulum
pendidikan kedokteran di Indonesia (KIPDI). Sejak saat itu, kurikulum selalu diperbaharui
hingga saat ini kurikulum yang berjalan adalah KIPDI IV yang berdasarkan pendidikan
berbasis kompetensi.13
Dokter spesialis adalah dokter yang telah menyelesaikan program pendidikan
spesialis yang merupakan jenjang lanjut pendidikan dokter. Pendidikan dokter, dokter
spesialis dan dokter subspesialis (spesialis konsultan) adalah pendidikan berbasis akademik
dan profesi. Pendidikan dokter spesialis adalah jenjang lanjut pendidikan dokter. Pendidikan
dokter spesialis konsultan merupakan jenjang lanjut pendidikan dokter spesialis.14
50
pendidikan ilmu kedokteran mengutamakan ilmu pengetahuan calon peserta didik yang lolos
dalam seleksi akademis serta psikologis. Hasil dari seleksi ini mengharapkan kelulusan
dokter nantinya dapat menjadi dokter yang dapat memiliki kemampuan mengobati dengan
baik dan benar serta integritas tinggi dan memiliki nilai humanis sehingga dapat berempati
kepada pasien.
Program pendidikan yang memiliki sistem terstruktur diperlukan agar kompetensi dokter
di Indonesia meningkat, salah satunya adalah kebutuhan rumah sakit. Rumah sakit memiliki
fungsi sebagai sarana pengobatan, pendidikan, dan penelitian bagi tenaga kesehatan.
Landasan filosofis pendidikan kedokteran bersifat inklusif yakni terbuka untuk seluruh
masyarakat dan bertumpu pada kebenaran universal, yakni referensi ilmu yang dokter miliki
sama di seluruh dunia. Standar pendidikan kedokteran di Indonesia diharapkan sama di
seluruh penjuru bangsa. Pendidikan kedokteran diharapkan dapat membuat bangsa Indonesia
semakin utuh dan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
Secara filosofis terdapat empat pilar ilmu kedokteran. Pertama adalah ilmu biomedik,
yakni mencari penemuan baru untuk perkembangan ilmu kedokteran. Pilar kedua adalah
klinis/spesialistis menyatukan pendidikan, penelitian, ilmu masyarakat, terapi klinis dan
prognosis sebagai upaya penyembuhan dan kenyamanan untuk pasien. Pilar ketiga adalah
kedokteran komunitas dengan tujuan efektivitas dan efisiensi program kesehatan masyarakat
agar dapat berperilaku hidup sehat untuk mencegah penyakit. Pilar keempat dan terakhir
adalah bioetika dan humaniora kesehatan. Hal ini sangat perlu ditanamkan di dalam dunia
kedokteran agar selain menjunjung ilmu tinggi, dokter yang nantinya lulus diharapkan dapat
memiliki empati tinggi, mencetak pemimpin di masa depan, dan mampu menjadi dokter yang
presisi, prediktif, preventif, dan partisipatoris.
2.2.2. Landasan Sosiologis
Mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah hak asasi seluruh masyarakat
Indonesia. Kualitas dan mutu pendidikan kedokteran di Indonesia perlu untuk terus
dikembangkan agar dokter dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Peraturan
dalam dunia pendidikan kedokteran maupun saat praktek dibututuhkan agar ada standar baku
dalam menjalankan pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pendidikan kedokteran harus
mampu dijangkau secara merata oleh seluruh penduduk Indonesia, karena saat ini masih ada
kesenjangan terkait pendanaan kuliah pendidikan kedokteran yang dianggap mahal, sehingga
dianggap menempuh kuliah kedokteran hanya untuk orang kalangan atas saja. Pada akhirnya
masyarakat akan berfikir untuk berobat ke dokter memerlukan biaya mahal dan
mengurungkan niat untuk berobat atau mencari pengobatan alternatif. Kemajuan dalam
bidang teknologi dan informasi juga membuat pasien lebih memiliki kemampuan dalam
diagnosis dan terapi sehingga merasa mampu mengobati diri sendiri tanpa perlu ke dokter.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut, pendidikan kedokteran perlu dibentuk secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Pendidikan kedokteran pada dasarnya memiliki dasar elemen masyarakat namun dapat
berubah menjadi yakni elemen kepentingan pribadi. Apabila pendidikan kedokteran sudah
masuk ke dalam kepentingan pribadi, orientasi dokter setelah lulus bisa berubah dan hal ini
dapat membuat masyarakat menjadi tidak berdaya untuk berobat ke dokter. Peran pemerintah
51
disini penting dalam pendidikan kedokteran agar nilai sosial tetap terjaga. Akan tetapi harus
diingat bahwa aturan pemerintah jangan sampai menghalangi perkembangan ilmu
pengetahuan kedokteran serta keminatan masyarakat, sehingga fakultas kedokteran yang
dibuka oleh swasta tetap dapat berjalan dan demand dokter untuk seluruh wilayah Indonesia
tetap dapat terpenuhi. Hubungan antara pemerintah dengan petinggi pendidikan memiliki
kecenderungan untuk menyerahkan pendidikan kedokteran ke dalam kehidupan sipil.
2.2.3. Landasan Budaya
Budaya merupakan hal-hal yang yang diturunkan atau dibagikan secara turun temurun
yang didapat oleh sekompok orang dapat berupa cara hidup, aturan dalam kelompok,
kepercayaan, pengetahuan atau bahkan hal-hal tertentu seperti kebiasaan dalam suatu
kelompok.15 Budaya memiliki peran yang penting dalam kehidupan seseorang sebab banyak
sekali hal dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang budaya
seseorang, dimana salah satunya dapat berupa pendidikan. Pendidikan sendiri sebenarnya
dapat mempengaruhi budaya dan sebaliknya budaya dapat mempengaruhi seseorang untuk
meningkatkan suatu pendidikan; kedua hal ini tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi
satu sama lain.16
Latar belakang budaya memiliki pengaruh dalam kehidupan pendidikan kedokteran
dimana dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan, kepercayaan,
sikap, dan praktik-praktik dalam belajar, cara berbagi atau mentransfer ilmu kepada pelajar
lainnya semuanya ini dipengaruhi oleh latar belakang budaya seseorang. Penerapan
kebudayaan dalam konteks dunia kesehatan juga turut membantu peserta didik dalam
berinteraksi dengan pasien, dengan memahami topik-topik budaya yang relevan, mengenal
cara pendekatan yang baik, atau bahkan dapat mengenal bahasa daerah pasien yang
diperiksa.17 Oleh sebab itu, dapat kita ketahui di tingkat pendidikan kedokteran bahwa budaya
memiliki peran dalam menentukan suatu sikap atau cara peserta didik dalam menghadapi
suatu situasi.
Di Indonesia sendiri dipengaruhi berbagai aneka ragam budaya baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri juga turut memberikan pengaruh yang bervariasi dalam dunia
pendidikan. Dimana salah satunya pengaruh yang cukup berdampak kepada kebudayaan
Indonesia selain dari kultur dalam negeri, adalah berasal dari Barat. Dimana prinsip
kebudayaan barat biasanya memiliki ciri-ciri materialism, individualism, egoism, dan
intelektualisme. Walau negara kita tidak sepenuhnya menganut kebudayaan barat namun
sedikit banyak kebudayaan kita sudah mulai dipengaruhi. Selain itu, ditengah majunya
perkembangan zaman, tekonologi-teknologi terbarukan, dan meningkatnya ekonomi
masyarakat juga turut membentuk nilai kebudayaan. Namun nilai kebudayaan yang demikian
biasanya memiliki nilai yang bertentangan dengan kebudayaan yang berkaitan dengan
keagamaan dan seni.18 Di tengah interaksi berbagai variasi budaya ini tentu juga memiliki
pengaruh terhadap standar pendidikan kedokteran antara satu tempat dan tempat yang
lainnya. Oleh sebab itu, agar dapat menghasilkan dokter yang dapat diterima oleh seluruh
sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka ditetapkan suatu Standar Kompetensi Dokter
Indonesia guna sebagai acuan untuk menyelaraskan seluruh pendidikan kedokteran di
Indonesia. Dimana didalam SKDI ini peserta diminta untuk dapat memenuhi berbagai area
52
kompetensi, dimana secara singkat kompetensi ini mencakup nilai-nilai yang berprinsip pada
ke-Tuhan-an yang Maha Esa, memiliki moral, etika, disiplin, taat hukum, mempunyai
wawasan sosial budaya, dan memiliki perilaku yang profesional yang semuanya ini selaras
dengan prinsip kebudayaan bangsa Indonesia.14
2.2.4. Landasan Substantif
Landasan substantif merupakan salah satu landasan yang turut berpengaruh dalam
pendidikan kedokteran di Indonesia. Dimana landasan substantif ini dibutuhkan sebagai dasar
perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Pada landasan substantif ini melingkupi
tentang standar kompentesi, standar profesi, visi, misi, serta tujuan dalam kegiatan
pendidikan kedokteran.19
Pendidikan kedokteran Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang berdasar pada Undang-
Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran memiliki kewenangan untuk
mensahkan Standar Pendidikan Profesi dan Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Selain itu
peran besar dari KKI, dalam proses penyusunan Standar Kompetensi Dokter Indonesia ini
juga melibatkan organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Asosisasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia (AIPKI), Kolegium, dan Kementerian Kesehatan RI. Standar-standar
ini merupakan penguatan dan pengembangan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran serta dikaji sedimikian teratur guna dapat menjadi suatu acuan untuk
penjamin mutu pendidikan kedokteran. Selain itu, standar-standar ini juga diharapkan dapat
menjawab kebutuhan masyarakat terhadap penjaminan mutu pendidikan kedokteran sebagai
bagian terawal dari tercapainya patient safety dalam penyelenggaraan praktik kedokteran.14
Pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdapat area kompetensi seorang dokter
yang terdiri dari tiga pondasi dan empat pilar kompetensi. Tiga pondasi pertama terdiri atas
profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, dan komunikasi yang efektif.
Profesionalitas yang luhur berarti mampu melaksanakan praktik kedokteran yang
professional sesuai dengan nilai dan prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum,
dan sosial budaya. Pada pondasi mawas diri dan pengembangan diri memiliki pengertian
dimana mampu melaksanakan praktik kedokteran dengan menyadari keterbatasan, mampu
mengikuti peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan, dan mampu mengembangkan
pengetahuan-pengetahuan baru. Berikutnya adalah komunikasi efektif dimana seorang dokter
mampu menggali dan bertukar informasi baik secara verbal maupun nonverbal dengan
pasien, mitra kerja, dan masyarakat. Selain ketiga pondasi diatas, terdapat empat pilar
kompetensi yang turut membangun suatu kompentesi seorang dokter, dimana keempat pilar
ini adalah pengelolaan informasi, landasarn ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan
pengelolaan masalah kesehatan.14
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran disebutkan bahwa tujuan dalam pendidikan kedokteran adalah untuk
menghasilkan dokter dan dokter gigi yang “berbudi luhur, bermartabat, bermutu,
berkompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, professional, berorientasi
pada keselamatan pasien, bertanggung jawab, bermoral, humanistis, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan berjiwa sosial tinggi.“ Selain
53
itu, tujuan pendidikan kedokteran juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dokter dan
dokter gigi di Indonesia serta guna meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi.20
Selain dari standar serta tujuan, landasan substantif juga dapat merupakan suatu visi dan
misi. Pada pendidikan Fakultas Kedokteran UI yang merupakan institusi pendidikan tinggi
ilmu kedokteran yang beriorientasi pada sistem kedokteran berbasis penelitian untuk
kemanusiaan memiliki visi dan misi yang secara singkat visinya ingin menjadikan FKUI
sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya yang dapat bersaing hingga
ke tingkat global, sedangkan untuk misinya ingin menyediakan akses untuk pendidikan,
penelitian dan pengabdian, menciptakan lulusan terbaik, membuat suasana lebih akademis,
dan menyelenggarakan sistem kesehatan akademik. Dengan visi dan misi yang jelas
diharapakan mampu menjadi acuan yang kuat untuk mencapai keadaan pendidikan
kedokteran yang dikehendaki.21
54
Dokter harus bersikap terbuka dan menyadari pengobatan tradisional yang menggunakan
metode khas atau memanfaatkan sumber daya alam Indonesia merupakan salah satu
kekayaan budaya Indonesia. Untuk mendukung penerapan hal ini maka dokter perlu
berkoordinasi dengan tenaga kesehatan tradisional dengan melakukan proses supervisi,
edukasi, konsultasi, dan penelitian.22
Dari zaman dahulu sampai saat ini, banyak metode yang dipergunakan di dunia
seperti di bawah ini:23
1. Phisiognomi 24. Metode Kontrasepsi dan Aborsi pada
Pengobatan Arab Kuno
2. Pengobatan metafisik
25. Pengobatan Chiropractic
3. Peramal
26. Pengobatan Nutrisi dan Puasa
4. Geomansi
27. Penyunatan
5. Peramal telapak tangan (palmistri)
28. Hipnoterapi
6. Pengusir setan (exorcism)
7. Inspirasi
8. Jimat
9. Batu berharga, besi, dan kristal
10. Astrologi
11. Horoskop
12. Kauter dan stimulasi lokal
13. Skarifikasi
14. Terapi lintah
15. Kompres dan tuam (boreh)
16. Pengobatan uap dan keringat
17. Venaseksi
18. Parasentesis
19. Pengobatan herbal
20. Tatto
21. Henna
22. Kohl
23. Terapi madu
55
Mind Body Medicine akhir-akhir ini sering disebutkan sebagai bagian dari kedokteran
modern. Konsep tersebut bertujuan menjaga kesehatan pikiran dan didasarkan pada
pemahaman bahwa tubuh dan pikiran saling terintegrasi. Konsep Mind Body Medicine
sebenarnya sudah ada sejak era Descartes (abad XV) namun mulai naik daun lagi karena
masalah kesehatan belum sepenuhnya dapat ditangani dengan kemajuan teknologi
kedokteran.23
Dewasa ini, sebenarnya sudah banyak rumah sakit melayani pengobatan alternatif
atau tradisional (selain pengobatan konvensional). Perbedaan praktiknya dibanding negara
lain adalah pengobatan tradisional digolongkan menjadi pengobatan privat dan tidak
terintegrasi dengan petugas medis. Alasannya adalah karena penyedia jasa kedokteran
alternatif umumnya tidak terdidik secara medis serta penyedia kedokteran alternatif atau
tradisional biasanya memiliki perizinan dan aturan mereka terpisah. Terkotak-kotaknya
ilmu kedokteran ini menyebabkan sedikitnya penelitian mengenai efektivitas dan keamanan
berbagai macam terapi tradisional sehingga tidak bisa terbukti secara ilmiah seperti
pengobatan konvensional. Terpisahnya dua jenis layanan kesehatan ini juga menyebabkan
pendanaan riset kedokteran tradisional kecil. Walaupun demikian, kedokteran tradisional
diklain lebih holistik karena juga melingkupi kesehatan mental, psikologis, spiritual dan
sosial sehingga tidak diperlukan pembuktian seperti pengobatan konvensional.22
Awal tahun 2020, Wuhan, provinsi Hubei telah melaporkan kasus pneumonia
misterius pertama kalinya. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui pasti, tetapi
kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan. Terdapat lima pasien yang dirawat
dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Namun, sejak 31 Desember 2019
kasus pneumonia meningkat pesat, ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus.
Penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di Cina, Thailand, Jepang, dan Korea
Selatan. Seiring waktu virus baru ini dapat dienditifikasi sebagai coronavirus jenis baru
(SARS-CoV-2) dan penyakit disebut Coronavirus Disease (COVID-19). Pada mulanya
transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia.
Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Akhirnya dikonfirmasi
bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia. Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh WHO sebagai pandemik, sehingga
Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat,
sehingga masyarakat wajib melakukan penanggulangan bersama-sama berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Corona Virus Disease 2019 ( COVID-19).30
Sejak keputusan itu dibuat, kebijakan yang diterapkan oleh Indonesia antara lain:
dibuatnya hotline informasi Covid-19 di sembilan kementerian, menghentikan penerbangan
rute Indonesia ke China maupun sebaliknya, pembatasan kedatangan orang dari kawasan
China perihal urusan bisnis maupun sekedar rekreasi, perpanjangan visa untuk turis berasal
China yang berada di Indonesia, dan pelarangan impor hewan hidup apapun dari China.
Dengan berlakunya beberapa kebijakan ini, pemerintah berharap bahwa pandemi COVID-19
dapat dicegah lebih awal agar tidak masuk ke Indonesia. Berbagai tindakan dan kebijakan
yang telah diambil oleh pemerintah yang berguna untuk memutuskan rantai penyebaran virus
ini. Upaya-upaya tersebut mulai dari sosialisasi, penerapan social distancing hingga
penetapan undang-undang sebagai dasar hukum penindakan. 31 Awalnya masih banyak
masyarakat yang dibingungkan dengan munculnya pandemik virus corona ini, apalagi
pandemik ini memberi banyak dampak pada sektor ekonomi sampai sektor pemerintahan,
hingga mengeluarkan berbagai kebijakan baru untuk menyelamatkan perekonomian rakyat
agar tetap terjaga kestabilan perekonomian mulai dari skala mikro maupun makro.
Rumah sakit selama pandemi ini menjadi garda terdepan dalam pengobatan pasien
COVID-19, walaupun pada awal pandemi mengalami dilema. Rumah sakit tiba-tiba
mendapatkan berbagai tantangan dalam penangan pasien yang membludak dengan
keterbatasan. Keterbatasan berdasarkan dalam penanganan kasus COVID-19 antara lain
keterbatasan fasilitas seperti ruang isolasi dan alat ventilator, minimnya SDM yang siap
melayani pasien COVID-19 secara langsung, Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga
kesehatan yang harganya mahal dan tidak tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
pendekatan baru untuk menyelesaikan permasalahan. Metode yang dapat digunakan adalah
Pendekatan Primary Health Care (PHC) mencakup holistik, partisipatif, komprehensif,
sampai lintas sektor yang merupakan pendekatan memberikan pelayanan terhadap kesehatan
dasar yang dinilai efektif untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 selama ini.31
Merdeka belajar merupakan slogan pendidikan yang saat ini sedang digalakkan oleh
kementerian pendidikan dan kebudayaan. Merdeka belajar merupajan suatu inovasi yang
prinsipnya diharapkan dapat mempercepat reformasi di bidang pendidikan di Indonesia.
Pendidikan di Indonesia yang selama ini dianggap tidak berkembang dan tertinggal
dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand
diharapakan dengan gagasan ini dapat mencapai tujuan yang mulia. Pendidikan selama ini
dinilai terhambat oleh adanya regulasi sehingga Kemendikbud RI menggagas istilah
deregulasi untuk pencapaian reformasi pendidikan yang bermuara pada kualitas dan mutu
pendidikan di Indonesia. Pada situasi pandemi seperti yang terjadi pada sekarang kegiatan
belajar diakukan secara mandiri oleh siswa di rumah. Situasi saat ini mengalami peningkatan
dalam perkembangan industri karena dengan kondisi siswa belajar di rumah.32
Digitalisasi dalam dunia pendidikan merupakan suatu kemajuan dan berpotensi
meningkatkan pembelajaran secara optimal. Kurikulum pendidikan di Indonesia telah
beberapa kali mengalami perubahan. Pada saat ini di Indonesia menggunakan kurikulum
2013, dalam kurikulum ini peserta didik dilatih untuk lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Pada era revolusi industri 4.0 sistem pendidikan
diharapkan dapat mewujudkan pesert didik yang memiliki keterlampilan yang mampu
berpikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif serta keterlampilan komunikasi
dan kolaborasi, juga keterampilan dalam mecari mengelola dan menyampaikan informasi
serta keterampilan menggunakan infomasi dan teknologi sangat dibutuhkan.32
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, menggagas konsep belajar
mandiri sebagai respons terhadap kebutuhan sistem pendidikan di era ini. Konsep Pendidikan
Gratis terbagi menjadi beberapa poin. Pertama, konsep self-directed learning merupakan
respons terhadap permasalahan yang dihadapi guru dalam praktik mengajar. Kedua,
meringankan beban guru dalam menjalankan profesinya karena memiliki kebebasan menilai
pembelajaran siswa dengan berbagai jenis dan jenis alat penilaian, bebas dari berbagai proses
administrasi yang berbelit-belit, bebas dari berbagai tekanan intimidasi, kriminalisasi atau
politisasi guru. Ketiga, membuka mata untuk mengetahui lebih jauh kendala yang dihadapi
guru dalam melaksanakan tugas mengajar di sekolah. Kendala yang dimaksud dimulai dari
masalah penerimaan siswa baru (masukan), pengelolaan guru dalam persiapan pekerjaan
mengajar, hingga proses penilaian. Keempat, guru yang berada di garda depan membentuk
masa depan negara melalui proses pembelajaran, penting agar melalui kebijakan pendidikan
mereka tahu bagaimana menciptakan suasana belajar yang lebih bahagia di kelas. Konsep
self-directed learning seharusnya tidak lagi menjadi sebuah ide, melainkan sebuah kebijakan
yang harus dilaksanakan.32,33
Kesimpulan dari konsep merdeka belajar merupakan usulan untuk pembangunan
sistem pendidikan nasional. Menata ulang sistem pendidikan untuk mencerminkan perubahan
dan kemajuan suatu bangsa beradaptasi dengan perubahan zaman. Dengan mengembalikan
hakekat pendidikan yang sebenarnya, yaitu pendidikan yang memanusiakan atau
membebaskan. Pemeran utama dalam konsep belajar mandiri adalah guru dan siswa. Artinya
siswa tidak menggunakan guru sebagai sumber kebenaran, tetapi guru dan siswa bekerja
sama untuk mengarungi dan mencari kebenaran. Dalam konsep merdeka belajar, kedudukan
guru di dalam kelas bukan untuk memperkenalkan atau menyelaraskan kebenaran menurut
guru, melainkan untuk menggali kebenaran, nalar, dan pandangan kritis siswa tentang dunia
dan perkembangan zaman. Peluang pengembangan internet dan teknologi untuk
mempercepat pembelajaran mandiri.32,33
BAB III
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa terdapat dua jenis ilmu kedokteran, yaitu
kedokteran konvensional dan vibrasional. Kedokteran konvensional berfokus pada sisi
biomedik seseorang, sedangkan kedokteran vibraional fokus pada tubuh yang terdiri atas
berbagai komponen, di antaranya ada emosi dan ruh. Kesehatan tradisional, selain
menargetkan kesehatan biologis, juga menargetkan emosi dan ruh sebagai tujuan akhir
pengobatannya. Setelah menyadari hal itu, kini ilmu kesehatan tradisional mulai dilirik WHO
dan pemerintah. Hasil akhir yang diharapkan adalah ilmu kesehatan tradisional dapat
berkembang dan menjadi bagian dari sistem kesehatan nasional.
Ada beberapa cara untuk memperbaiki sistem pendidikan kedokteran di Indonesia
agar mau bergerak maju serta mulai memikirkan bagaimana Kesehatan tradisional
diintegrasikan dalam layanan Kesehatan. Dari pendekatan filosofis, peserta didik perlu
memahami bahwa manusia tidak hanya terdiri atas tubuh biologis, namun juga terdiri atas
mental, ruh, dan kehidupan sosial. Dari pendekatan sosiologis, peserta didik perlu belajar
untuk membangun relasi dengan pasien. Tujuan pendekatan ini adalah agar dokter mampu
memahami bagaimana pandangan pasien mengenai kesehatannya sendiri dan mencari cara
untuk membangun kolaborasi antara dokter-pasien untuk menangani kondisi penyakit pasien.
Dari pendekatan budaya, kita belajar bahwa tidak semua pasien mempercayai atau memiliki
akses terhadap kedokteran konvensional. Hal itu membuat mereka, mau tidak mau,
mempercayai pengobatan tradisional. Jika sudah memahami hal tersebut, peserta didik
diharapkan dapat mencari strategi pengobatan terbaik dengan menggabungkan kedokteran
konvensional dan tradisional, sehingga pasien tidak merasa budayanya diredam.
REFERENSI
2. Snowden FM. Epidemics and society: from the Black Death to the present. New Haven:
Yale University Press; 2019. 582 p. (Open Yale courses series).
6. Satuan Tugas Penanganan COVID-19 WRP. Peta Sebaran [Internet]. [cited 2022 Sep
25]. Available from: https://covid19.go.id/peta-sebaran
7. Alghamdi AA. Impact of the COVID-19 pandemic on the social and educational aspects
of Saudi university students’ lives. Menezes RG, editor. PLoS ONE. 2021 Apr
14;16(4):e0250026.
8. DPR ingatkan pemerintah tak buru-buru ubah status pandemi jadi endemi [Internet].
[cited 2022 Sep 25]. Available from: http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/38180
9. Program Studi Spesialis [Internet]. [cited 2022 Sep 25]. Available from:
https://fk.ui.ac.id/spesialis.html
10. Daftar Center dan Program Studi PPDS [Internet]. [cited 2022 Sep 25]. Available from:
https://jadidokter.com/2020/08/daftar-center-ppds-dan-program-studi-ppds-se-
indonesia/
11. Mendikbud Luncurkan Empat Kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka [Internet].
[cited 2022 Sep 25]. Available from:
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/01/mendikbud-luncurkan-empat-
kebijakan-merdeka-belajar-kampus-merdeka
13. Rozaliyani A, Widjaja HT, Prawiroharjo P, Sukarya W. Kajian Etik Pendidikan Jarak
Jauh dalam Pendidikan Kedokteran di Indonesia. J Etik Ked Ind. 2020 Sep 4;4(2):57.
14. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis. Konsil Kedokteran Indonesia; 2012.
15. Sycara K, Gelfand MJ, Abbe A, editors. Models for intercultural collaboration and
negotiation. Dordrecht: Springer; 2013. 202 p. (Advances in group decision and
negotiation).
16. Mathews S, Savarimuthu A. Role of Education in Transmitting Culture in Society. In:
Role of Education in Transmitting Culture in Society. 2020.
17. Tervalon M. Components of culture in health for medical students’ education. Acad
Med. 2003 Jun;78(6):570–6.
18. Hidayat H. Adopting western culture or enhancing indigenous culture. Jurnal Filsafat.
1997 Jul;
21. Visi misi Fakultas Kedokteran Indonesia [Internet]. 2022. Available from:
https://fk.ui.ac.id/visi-misi.html
23. Wardhana M. Filsafat kedokteran. 1st ed. Vaikuntha International Publication; 2006.
26. Gureje O, Nortje G, Makanjuola V, Oladeji B, Seedat S, Jenkins R. The role of global
traditional and complementary systems of medicine in treating mental health problems.
Lancet Psychiatry. 2015 Feb;2(2):168–77.
27. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional. Republik Indonesia; 2014.
29. World Health Organization. WHO traditional medicine strategy: 2014-2023 [Internet].
Geneva: World Health Organization; 2013 [cited 2022 Oct 3]. 76 p. Available from:
https://apps.who.int/iris/handle/10665/92455
30. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan H, et al.
Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. JPDI. 2020 Apr 1;7(1):45.
31. Bunga rampai refleksi pembangunan kesehatan di Indonesia dalam situasi pandemi
Covid-19. Pasar Minggu, Jakarta: Prakarsa; 2021.
33. Lase D. Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. SUNDERMANN J Ilm Teol Pendidik
Sains Hum dan Kebud. 2019 Nov 7;12(2):28–43.
34. Schramme T. Handbook of the philosophy of medicine. New York, NY: Springer Berlin
Heidelberg; 2016.
35. Bielecki A, Nieszporska S. The proposal of philosophical basis of the health care
system. Med Health Care Philos. 2017 Mar;20(1):23–35.
36. Peters MA, Rizvi F, McCulloch G, Gibbs P, Gorur R, Hong M, et al. Reimagining the
new pedagogical possibilities for universities post-Covid-19: An EPAT Collective
Project. Educational Philosophy and Theory. 2022 May 12;54(6):717–60.
40. Baharuddin T, Salahudin S, Qodir Z, Jubba H. Transisi new normal akibat pandemi
COVID-19 sebagai refleksi perbaikan ekonomi sosial di Indonesia. Journal of
Government and Politics. 2021;3(1).
42. Satria D. Complementary and alternative medicine (CAM): fakta atau janji. Idea
Nursing Journal. 2013;4(3).
43. Fanani S, Dewi T. Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif Supranatural
dengan Bantuan Dukun. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 2014;3(1):54–9.
44. Lesmana H, Alfianur A, Utami PA, Retnowati Y, Darni D. Pengobatan tradisional pada
masyarakat tidung kota Tarakan: study kualitatif kearifan lokal bidang kesehatan.
medisains. 2018 Apr 23;16(1):31.
45. Sumirat WL, Subagya S, Rochani S. Perilaku Masyarakat pada Pengobatan Tradisional
Sangkal Putung H. Atmo Saidi di Desa Sroyo Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar. SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend Sos Ant. 2015;5(2).
47. Burhan E, Susanto AD, Isbaniah F, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, et al., editors.
Pedoman tata laksana COVID-19. 4th ed. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN,
IDAI; 2022.
48. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2017 tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Integrasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
50. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 65 Tahun 2019 tentang standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga Layanan Primer. Konsil
Kedokteran Indonesia; 2019.
Tugas Surat Somasi/Surat Balasan
Lampirkan surat somasi atau surat balasan sesuai yang dibuat, dari halaman judul sampai
selesai
Disusun oleh:
Adam Prabata 2206096416
Ahmad Fadhlan 2206096422
Anesty Claresta 2206096435
Aprilia Larasati 2206096441
Ashari Adi Abimantrana 2206096454
Bayu Bijaksana Rumondor 2206096460
Christopher Octavianus 2206096473
Danang Andi Raharjo 2106763751
Fajar Fikri 2206096486
Intan Anugraheni 2206096492
Kevin Andersen 2206096504
Lana Adila 2206096510
Muhamad Dwi Heriansyah 2206096523
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto, DFM., S.H., M.Si, SpFM(K)
Kepada
Yth. dr. Andre Ali Adhitya, SpPD
di Jakarta
Saya, Intan Adila Heriansyah, S.H. advokat di Salemba Raya Law Firm yang
beralamat di Jalan Salemba Raya No. 4, Jakarta Pusat, selaku kuasa hukum dari
klien saya, saudara Muhamad Sana Mantrana, berdasarkan surat permohonan
yang diajukan oleh klien saya per tanggal 29 Oktober 2022, melayangkan somasi
kepada dr. Andre Ali Adhitya, SpPD:
1. Dasar :
a. Terjadi kesalahan identifikasi identitas terhadap orang tua dari klien
saya atas nama Tn. Andi
b. Kesalahan identifikasi tersebut berujung terhadap kesalahan
diagnosis penyakit dari Tn. Andi
c. Kesalahan diagnosis penyakit tersebut menyebabkan pemberian obat
yang tidak sesuai
d. Kejadian tersebut menyebabkan perburukan kondisi Tn. Andi
e. Bahwa kejadian tersebut adalah kejadian tidak diharapkan yang
seharusnya dapat dicegah oleh dokter dan pihak rumah sakit
f. Bahwa klien dan keluarga merasa Tn. Andi telah diposisikan dalam
kondisi yang semakin membahayakan kehidupannya dan
dirugikan dari segi materiil dan imateriil
3. Bilamana surat somasi ini diabaikan, kami akan mengambil langkah hukum
lanjutan berupa pengaduan kepada pihak kepolisian.
Hormat saya,